Fungsi Manajemen (revisi 2)

download Fungsi Manajemen (revisi 2)

of 30

Transcript of Fungsi Manajemen (revisi 2)

MAKALAHFUNGSI PENGGERAK DAN FUNGSI PENGAWASAN DALAM MANAJEMEN

OLEH KELOMPOK IV : 1. 2. 3. 4. 5. Januar J. Tell Ernawati Bati Sarly Bia Festasian J. Suek Josua P. Pello

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2009

1

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Fungsi Penggerak dan Fungsi Pengawasan Dalam Manajemen. dua fungsi yang dimana harus diketahui oleh kaum akademisi maupun kaum praktisi yang ingin mengarahkan tujuan dan penambahan wawasannya dalam dunia manajemen. Diharapkan dari tuisan ini bisa menjadi pijakan kita untuk melangkah dalam dunia organisasi yang nyata nantinya. Selain itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan oleh penulis untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesian makalah ini.

Kupang, Mei 2009

Penulis

i

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .. BAB I PENDAHULUAN .. 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan . BAB II FUNGSI PENGGERAK .. 2.1 Pengertian dan Hakikat Penggerakan .. 2.1 Perkembangan Manajemen dalam Praktek . 2.2 Perkembangan Teori Manajemen 2.3 Gaya Manajerial .. 2.4 Faktor-Faktor Situasional BAB III FUNGSI PENGAWASAN .. 3.1 Hakekat Pengawasan 3.2 Ciri-Ciri Pengawasan yang Efektif .. 3.3 JenisJenis Pengawasan di Lingkungan Pemerintahan ............................... BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan .. 4.2 Saran . DAFTAR PUSTAKA .. 6 9 10

i ii 1 1 1 2 2 4

12 12 14 18 25 25 26 27

ii

3

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Suatu pemikiran penulis bahwa dimana dewasa ini kita telah melihat kemajuan yang sangat pesat diberbagai bidang. Hal itu juga tidak terhindar dalam dunia organisasi. Dalam manajemen terdapat fungsi-fungsi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang dikenal secara umum ada 4 hal yaitu : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (Motivating), pengawasan (controlling). Dalam fungsi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah fungsi penggerakan (Motivating) dan fungsi pengawasan (controlling). Dalam kedua fungsi ini, pastilah tidak akan terlepas dari peran manusia. Manusia yang di dalam organisasi dianggap sebagai kunci utama dari sebuah organisasi, maka dari itu perlulah untuk diketahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi hubungan manusia dalam produktivitasnya di dalam organisasi. Dan bagi seorang manajer menganggap adalah perlu untuk mengetahui apa itu human relation ?, apa itu kebutuhan dasar karyawan ?, seperti apa itu phsikologi karyawan ?, dan lain sebagainya. Maka dari itu diharapkan makalah ini dapat menyajikan apa yang menjadi kebutuhan dalam manajemen khususnya dalam fungsi penggerak dan fungsi pengawasan. 1.2 Tujuan Dari latar belakang diatas maka muncullah dua hal yang menjadi tujuan utama dari makalah ini yaitu seperti apa fungsi penggerak dan fungsi pengawasan dalam manajemen?. Diharapkan pula dari kedua fungsi yang disajikan ini dapat menambah wawasan tentang manajemen, bagi kaum akademisi yang tidak secara langsung terjun dalam dunia organisasi di dunia luar sana. Dan diharapkan tulisan ini bisa menjadi pengantar untuk kita agar dapat melihat seperti apa seorang manusia (yang disebut karyawan dalam dunia organisasi) yang berhubungan dengan kerjanya maupun dengan atasannya.

4

BAB II FUNGSI PENGGERAK

2.5 Pengertian dan Hakikat Penggerakan Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan efektif, dan ekonomis. Pentingnya unsur manusia jelas terlihat dalam seluruh proses administrasi dan manajemen. Tujuan organisasi yang telah ditetapkan untuk dicapai pada akhirnya haruslah dalam rangka peningkatan mutu hidup manusia sebagai insan politik, insan ekonomi, makhluk sosial, dan sebagai individu dengan jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tepat tidaknya strategi dasar yang telah ditetapkan sebagai penunjuk arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan itu hanya maknanya apabila diterima dan dilaksanakan oleh manusia. Rencana dan program kerja yang telah disusun dan ditetapkan sebagai penjabaran strategi dasar organisasi diselenggarakan demi kepentingan manusia juga, baik yang menjadi anggota organisasi, maupun maupun bagi berbagai pihak lainnya, khususnya mereka yang dikenal sebagai stakeholders, yaitu berbagai pihak yang mempertaruhkan sesuatu demi keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, tidak dapat disangkal kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa karena demikian sentralnya posisi manusia dalam organisasi, para manajer tidak boleh tidak harus memberikan perhatian utama pada cara, teknik, dan metode penggerakan para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Dalam hal itu telah terbukti bahwa fungsi penggerakan merupakan fungsi yang tersulit untuk dilaksanakan, disebabkan karena beberapa faktor berikut : 1. Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia, bahwa manusia merupakan makhluk yang

5

masih penuh dengan misteri, sehingga dapat dikatakan bahwa lebih banyak yang belum diketahui ketimbang yang sudah terungkap tentang manusia. 2. Dari semua sumber yang dimiliki oleh suatu organisasi hanya manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang harus dijunjung tinggi. Penghargaan dan pengakuan akan harkat dan martabat tersebut harus dibarengi oleh penunaian kewajiban oleh para anggota organisasi yang bersangkutan. 3. Semua sumber daya dan dana yang terdapat dalam organisasi hanya merupakan benda mati yang secara intrinsic tidak mempunyai nilai apa-apa. Berbagai sumber tersebut hanya mempunyai arti mempunyai arti dalam usaha pencapaian tujuan apabila dinobilisasikan dan dimanfaatkan oleh manusia secara tepat. 4. 5. Sumber manusia merupakan modal terpenting dan merupakan unsur Sebaliknya, sumber daya manusialah yang mungkin menjadi perusak dalam pembangunan organisasi yang sangat tangguh apabila digerakkan secara tepat. organisasi apabila tidak diperlakukan sebagai insan dengan harga diri yang tinggi. Pertimbangan-pertimbangan demikian yang menyebabkan para ahli manajemen menemui kesulitan dalan menggunakan konsep dan istilah yang paling tepat mengenai cara dan teknik mendorong para anggota organisasi untuk berbuat semaksimal mungkin demi kepentigan organisasi dimana mereka menjadi anggota. Berbagai karya tulis tentang prinsip- prinsip, proses dan fungsi-fungsi manajemen menunjukkan aneka ragam istilah yang digunakan uantuk menjelaskan fungsi penggerakkan ini : 1. Henry Fayol, seorang pelopor pertumbuhan dalam perkembangan ilmu administrasi, menggunakan istilah commanding untuk penggerakan. Maksudnya adalah cara terbaik untuk menggerakkan para anggota organisasi adalah dengan cara pemberian komando dan tanggung jawab utama para bawahan terletak pada pelaksanaan perintah yang diberikan. 2. Luther Gullick, menggunakan istilah directing sebagai fungsi manajerial untuk menggerakkan bawahan. Istilah ini mempunyai makna bahwa pemberian petunjuk dan penetuan arah yang harus ditempuh oleh para pelaksana kegiatan operasional.

6

3.

George R. Terry, menggunakan istilah actuating untuk penggerakan yang

menunjukkan persepsi yang lebih lunak dari istilah sebelumnya. Dalam hal pengambilan keputusan, seorang pimpinan atau manajer sebelum mengambil keputusan biasanya berkonsultasi dengan orang-orang yang akan bertindak sebagai pelaksana keputusan tersebut sekalipun ia memiliki gambaran tentang bentuk dan jenis keputusan yang akan diambil. 4. John F. Mee, menggunakan istilah motivating untuk menggambarkan cara penggerakan bawahan yang dipandang paling tepat. Motivating sebagai fungsi organic manajemen pada dasarnya berarti bahwa para manajer berusaha memberikan dorongan kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga kemampuan secara intrinsic terdapat dalam diri para bawahan itu digabung dengan dorongan dari luar dirinya, seperti dorongan dari organisasi, diharapkan mengakibatkan para organisasi secara iklas memberikan yang terbaik dalam dirinya dalam bentuk persepsi yang tepat, tindak tanduk, dan perilaku yang positif, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimilikinya, kemahiran bekerja berdasarkan pengalaman dan pemanfaatan waktu sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasaran tercapai. 2.2 Perkembangan Manajemen dalam Praktek Jika seseorang bertitik tolak dari definisi manajemen yang mengatakan bahwa manajemen merupakan seni dan kemampuan memperoleh hasil melalui usaha dan kegiatan orang lain dalam rangka mencapai tujuan, jelas bahwa sebagai suatu hal yang dipraktekkan, manajemen bukanlah hal yang baru. Bahkan dapat dikatakan menejemen timbul bersamaan dengan timbulnya peradaban manusia. Sejak dahulu kala pun orangorang yang menduduki berbagai jabatan pimpinan sudah memahami unsur manusia sebagai unsur yang sangat penting dalam semua kegiatan bersama. Jika dalam sejarah manusia ada kalanya tergambar bahwa perlakuan terhadap manusia tidak sesuai dengan harkat dan martabatnya, kiranya penjelasannya harus dicari juga diluar proses manajemen. Sejarah kegiatan perekonomian telah menunjukan bahwa dalam memproduksikan barang tertentu, misalnya yang pada zaman dahulu kala terjadi kecil-kecilan dan pada umumnya dimaksudkan untuk konsumsi sendiri atau untuk ditukar dengan barang-barang

7

lain yang tidak dapat dihasilkannya sendiri, kebanggaan pembuatan biasanya ditonjolkan, antara lain dengan mengukir namanya pada bagian tertentu dari barang yang dibuatnya itu. Akan tetapi perubahan drastis terjadi dengan timbulnya revolusi industri yang pertama. Dikatakan perubahan yang drastis kaena cara berproduksi berubah dari cara yang kecil-kecilan menjadi produksi massal yang dimungkinkan berkat penemuan berbagai jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi. Ternyata perkembangan itu mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap persepsi tentang peranan tenaga manusia dalam proses produksi. Dampak tersebut tidak seluruhnya bersifat positif. Banyak manajer lalu memberikan perhatian yang lebih besar kepada mesin ketimbang kepada manusia. Berbagai faktor yang menyebabkan mengapa hal itu terjadi. Ditinjau dari segi perlakuan terhadap manusia, salah satu faktor yang sangat dominan ialah mesin tidak manimbulkan berbagai masalah seperti yang ditimbulkan oleh manusia seperti mangkir, mengeluh, dan sebagainya, disamping pertimbangan yang bersifat teknis seperti masalah efisiensi. Dalam kondisi tuntutan masyarakat konsumen yang semakin meningkat dan semakin beraneka ragam, tidak mengherankan apabila para manajer menggunakan pemberian perintah sebagai cara menggerakan para bawahannya yang tidak jarang disertai oleh ancaman tindakan punitive apabila para pekerja tidak memenuhi target produksi yang elah ditetapkan untuk dicapai. Orientasi efisiensi berlangsung cukup lama. Bahkan usaha meningkatkan efisiensi kerja itu berlangsung dengan cara-cara yang lebih sistematik. Timbulnya Gerakan Manajemen Ilmiah oleh Frederick W Taylor merupakan salah satu tonggak sejarahnya Inti ajaran ini ialah bahwa demi efisiensi kerja, waktu tidak boleh dibuang-buang dan agar tidak ada waktu yang terbuang, gerak-gerik pekerja haruslah sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu yang tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sebenarnya pandangan yang mementingkan efisiensi kerja adalah pandangan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Seperti sering ditekankan oleh banyak ilmuan, pertimbangan dan tuntutan peningkatan efisiensi kerja bertitik tolak dari kenyataan bahwa sumber dana dan daya yang dimiliki oleh organisasi selalu terbatas dihadapkan kepada tujuan yang tidak terbatas. Oleh karena itu faktor keterbatasan tersebut menuntut agar pemborosan dalam bentuk apapun jangan sampai terjadi.

8

Orientasi efisiensi menjadi salah kalau berakibat pada pengabaian unsur manusia. Sikap demikian tidak dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun secara moral. 2.3 Perkembangan Teori Manajemen Kesepuluh prinsip pokok human relation meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Singkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu para anggota organisasi yang bersangkutan. Telah dimaklumi bahwa manusia mempunyai berbagai kepentingan dan kebutuhan yang tidak lagi dapat dipuaskan dengan sendirian, melainkan dengan menggunakan berbagai jalur organisasional. Aartinya pada mulanya motif utama seseorang menggabungkan diri dengan orgnisasi adalah agar tujuan, keinginan, cita-cita dan kebutuhannya yang beraneka ragam terpenuhi. Akan tetapi organisasi pun mempunyai tujuan yang menjadi tujuan oraganisasi tersebut. Oleh karena itu agar keanggotaan manusia dalam mempunyai makna yang tepat dan benar perlu dijaga jangan sampai timbul pertentangan antara tujuan orang-orang yang (mungkin memiliki sifat egoistic) dengan tujuan oragnisasi. Artinya harus diusahakan agar terdapat singkronisasi antara tujuan oraganisasi dengan tujuan para anggotanya. Caranya ialah dengan meyakinkan para anggota organisasi bahwa tercapainya tujuan organisasi akan tercapai tujuan pribadi anggotanya 2. Suasana kerja yang menyenangkan. Yang dimaksud dengan suasana kerja yang menyenangkan tidak terbatas pada tersedianya sarana dan prasarana kerja yang bersifat fisik, tetapi juga dalam arti sifat interaksi yang terjadi antara orang-orang dalam satu satuan kerja tertentu dan antara satuan kerja yang terdalam dalam oraganisasi. Pada suasana kerja itulah akhirnya tergantung bentuk dan sifat hubungan atasan dan bawahan, hubungan antara sesame rekan sekerja, bahkan juga tingkat produktivitas para anggota organisasi. Salah satu factor terpenting untuk diperhatikan dlam penumbuhan suasana kerja yang menyenangkan ialah pemeliharaan persepsi dikalangan para anggota organisasi bahwa mereka dilakukan secara adil

9

3. Hubungan kerja yang serasi. Hubungan kerja dapat digolongkan pada dua kategori, yaitu hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan yang bagaimana yang bersifat dominant dalam interaksi atasan dan bawahan sesungguhnya sangat tergantung pada gaya manajerial yang digunakan oleh para manajer dalam organisasi. Misalnya, jika yang menonjol adalah gaya yang autokrasi, hubungan kerja yang formallah yang tampak. Sebaliknya, jika para manajer dalam organisasi mengunakan gaya yang demokratik, yang terlihat adalah penggabungan yang tepat antara hubungan kerja yang formal dan informal. Kunci dalam manajemen terletak pada kemampuan seorang manajer untuk menentukan pada keadaan bagaimana ia harus bertindak formal atau informal. Kemampuan demikian akan sangat berpengaruh pada sifat hubungan kerja yang terdapat pada organisasi. 4. Tidak Memperlakukan Bawahan Sebagai Mesin. Berbeda dari semua sumber daya dan alat alat produksi dalam organisasi, bahkan juga lain dari mahkluk lainnya, manusia mahkluk yang mempunyai akal, juga memiliki harkat, dan martabat dengan jati diri yang khas. Artinya dalam kehidupan organisasional, manusia ingin agar kepribadiannya yang khas diakui, keinginannya diperhatikan, berbagai jenis kebutuhannya dipuaskan, dan potensi yang terkandung dalam dirinya diberi kesempatan berkembang sehingga berubah menjadi kemampuan efektif. 5. Pengembangan kemampuan bawahan sampai tingkat maksimal. Para peneliti berkesimpulan bahwa setiap orang terdapat potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan. Hal ini terbukti apabila seseorang menghadapi situasi krisis pada waktu ia mampu melakukan sesuatu yang dalam keadaan normal dikira tidak akan mungkin dilakukannya. Misalnya telah sering terlihat bahwa apabila terjadi musibah dapat mengangkat benda-benda yang berat saat terjadi kebakaran. Implikasi contoh di atas adalah bahwa dalam kehidupan organisasional, perlu diketahuio potensi apa saja yang dimiliki oleh para bawahan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkannya, misalnya melalui pendidikan dan latihan (ditempat pekerjaan atau ditempat lain) dan melalui teknik-teknik pengembangan lain seperti alih tugas dan alih wilayah.

10

Hanya saja perlu ditekankan bahwa apabila pendidikan dan latihan yang digunakan sebagai teknik pengembangan teknik para anggota organisasi, harus diingat bahwa sesungguhnya tidak ada pendidikan atau latihan yang dapat mengembangkan seseorang karena orang yang bersangkutanlah yang harus mengembangkan dirinya sendiri, sedangkan pendidikan dan latihan hanyalah sebagai alat bantu. 6. Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan. Seseorang yang mempunyai rasa harga diri yang tinggi akan senang menerima tanggung jawab yang lebih besara. Artinya bagi orang yang demikian, pekerjaan yang rutin, mekanistik, dan repetitive tidak akan menyenangkan. Pekerjaan yang menuntutnya menggunakan daya inovasi, prakarsa, dan kreativitasnya akan lebih disenangi. Artinya pekerjaan yang penuh tantangan mempunyai daya tarik yang lebih kuat ketimbangn pekerjaan yang rutin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu tantangan bagi para manajer dalam menggerakan bawahan adalah untuk menjadikan tugas rutin sekalipun menjadi tugas yang penuh tantangan dengan melakukan secara lebih baik, lebih efisien, dan lebih ekonomis. 7. Pengakuan dan penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi. Untuk mendorong kegairahan kerja dikalangan para bawahan, seorang manajer hendaknya cepat mengakui dan menghargai prestasi kerja para bawahannya. Para manajer dapat saja menggunakan berbagai cara untuk menyatakan pengakuan dan penghargaan tersebut, misalnya kata-kata pujian, kenaikan gaji istimewa, dan sebagainya. Dalam hubungan ini tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah bahwa penilaian untuk memberikan penghargaaan tersebut didasarkan pada criteria yang rasional dan obyektif. 8. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Betapa besarnya perhatian yang diberikan pada unsur manusia dalam oraganisasi. Artinya penting sarana dan prasarana kerja yang memadai tetap perlu mendapatkan perhatian. Dedikasi, kemampuan kerja, keterampilan kerja tidak akan ada manfaatnya tanpa sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Memeng benar setiap oraganisasi selalau menghadapi keterbatasan, termaksud keterbatasan kemampuan menyediakan semua sarana dan

11

prasarana yang diperlukan. Akan tetapi agar roda oragnisasi berjalan lancar, maka persyaratan minimal harus terpenuhi. 9. Penempatan tenaga kerja yang tepat. Yang dimaksud dengan tepat dalam penempatan tenaga kerja adalah sesuai dengan bakat, kemampuan, keahlian, keterampilan dan pengalaman seseorang. Menerapkan prinsip ini dalam praktik, antara lain berarti memperhatikan bahwa dalam diri setiap orang terdapat kelebihan dan kekurangan tertentu. Dengan pengetahuan yang tepat dan sesuai itulah seseorang dapat ditampatkan pada posisi atau pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kelebihannya segera dapat dimanfaatkan, sedangkan kekurangannya dapat diatasi dengan terus-menerus memberikan bimbingan dan pengarahan. 10. Imbalan yang setimpal dengan jasa yang diberikan. Dalam kehidupan berorganisasi, upah atau gaji itu dipandang sebagai manifestasi dari beberapa hal berikut : A. Dengan upah atau gaji yang diterimanya, seseorang diharapkan dapat memenuhi bukan hanya kebutuhan primernya (sandang, pangan, papan) pada tingkat yang wajar sesuai dengan kebutuhan dan dengan mempertimbangkan status sosial seseorang, tetapi juga untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain B. Sebagai pencerminan sikap adil dari manajemen terhadap para karyawannya dalam arti bahwa orang-orang yang melakukan kegiatan sejenis dan memikul tanggung jawab yang sama mendapatkan imbalan yang sama juga. C. D. Kewajaran dalam menilai tingkat imbalan yang diberikan kepada para pekerja. Penghargaan manajemen terhadap harkat dan martabat manusia yang ingin diakui, dihormati, dan dijunjung tinggi. 2.4 Gaya Manajerial Mudah memahami apabila dikatakan bahwa istilah popular pada saat tertentu untuk menggambarkan cara dan teknik penggerakan para pekerja dalam suatau organisasi

12

dipengaruhi oleh gaya manajerial yang dominant pada saat tertentu adalah gaya autokrasi. Tidak mengherankan apabila cara yang dipandang paling tepat menggerakan bawahan adalah melalui pemberian perintah. Sebailknya jika pada saat tertentu gaya manajerial dipandang paling baik adalah gaya yang demokratik, istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan pergerakan pun adalah yang sesuai dengan jiwa dan semangat demokrasi. Dengan demikian, sesungguhnya dapat dikatakan bahwa berbagai istilah tentang pergerakan itu tetap ada tempatnya dalam kehidupan organisasional. Karena tidak ada gaya manjerial yang secara konsisten benar digunakan oleh seseorang dan tergantung pada keadaan yang dihadapinya, cara dan teknik pergerakan yang digunakan pun mungkin saja berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. 2.5 Faktor-Faktor Situasional Berkaitan dengan gaya manajerial, factor-faktor situasional pun turut berpengaruh pada cara dan teknik yang dianggap paling cocok untuk menggerakkan bawahan. Factor-faktor situasional tersebut dapat besifat internal, tetapi dapat pula bersifat eksternal. Misalnya kalau suatu oraganisasi terdesak waktu untuk melakukan sesuatu, mungkin para manajer akan menggunakan cara pergerakan yang lebih keras ketimbang cara lain yang cocok untuk situasi organisasi yang normal.menggerakan para bawahan yang mempunyai dedikasi tinggi, loyalitas yang besar, dengan kemapuan kerja yang handal akan lain dibandingkan dengan cara menggerakan bawahan yang memiliki sifatsifat yang secara dimetrik bertentangan dengan sifat yang dikemukakan tadi. Sudah baranbg tentu suatu organisasi beriteraksi pula dengan lingkungannya. Apa yang terjadi disekitarnya mau tidak mau mempunyai dampak pula bagi organisasi Misalnya jika dalam suatu masyarakat terdapat kehidupan yang demokratis terutama dalam kehidupan politik ketika para tokoh politik dan pemerintahan menjalankan roda pemerintahan yang demokratis pula, para manajer dalam berbagai oraganisasi lain pun akan cenderung meggunakan gaya manajerial yang demokratis pada gilirannya tercermin ppada cara menggerakan para bawahannya. Akan tetapi sebaliknya jika dalam suatu masyarakat gaya autokrasi diterima sebagai suatu gaya yang benar, tidak

13

perlu mengherankan apabila para manajer dalam berbagai jenis oraganisasi juga menganut gaya seperti itu. Tidak hanya factor politik yang berpengaruh, tetapi juga berbagai factor eksternal lainnya seperti factor ekonomi, social budaya, adat istiadat, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat kemajuan yang sudah diraih oleh masyarakat tertentu, dan lain sebagainya. Semuanya itu tidak bisa harus memperoleh perhatian para manajer, tidak peduli bentuk, jenis, dan ukuran organisasi yang dipimpinnya. Kealpaan atau ketidakmauan memperhitungkan berbagai factor situasi itu pada akhirnya akan tercermin pada ketidakberhasilan oragnisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Artinya kekurangmampuan para manajer dalam organisasi untuk menggerakan roda organisasi dan menggerakan para karyawan yang terdapat dalam organisasi tersebut. Hal ini memang merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap manajer.

14

BAB III FUNGSI PENGAWASAN3.1 Hakekat Pengawasan Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang yang diharapkan, perhatian serius perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran yang sifatnya fundamental, diantaranya sebagai berikut: 1. Efisiensi. Bekerja secara efisien berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia seminimal mungkin untukk membuahkan hasil tertentu yang telah ditetapkan dalam rencana. Sudah umum dirima sebagai kebenaran ilmiah dan kenyataan dalam praktik menunjukan bahwa sumber- sumber yang tersedia atau mungkain disediakan oleh Organisasi apapun untuk mencapai tujuannya selalu terbatas, yaiti berupa dana, tenaga, sarana, prasarana, dan waktu. Keterbatasan demikian menuntut penggunaan yang sehemat- hematnya dari semua dan dan daya yang dimiliki dengan tetap menghasilakan hal-hal yang ditargetkan untuk dihasilkan. Sering dikatakan bahwa pemborosan dalam Organisasi tidak di benarkan. 2. Efektivitas. Yang menjadi sorotan jika berbicara tentang efektivitas sebagai orientasi kerja, artinya menjadi sorotan perhatiannya adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya denagn menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan kegiatan tertentu. Artinya jumlah dan jenis sumbersumber yang akan digunakan sudah ditentuka sebelumnya dan dengan pemanfaatan sumber- sumber tersebut hasil- hasil tertentu harus dicapai dalam waktu yang telah di tetapkan pula.

15

3. Produktivitas. Ide yang menonjol dalam menjalankan dan mengusahakan produktivitas ialah memenimalisasi hasil yang harus dicapai berdasarkan dan dengan memenfaatkan sumbar dana dan daya yang telah dialokasikan sebelumnya. 4. Pengawasan dilakukan pada waktu kegiatan berlangsung. Dimaksudkan untuk mencegah jangan sampai terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan. Dengan perkataan lain, pengawasan bersifat preventif diperlukan kejelian untuk mengenali berbagai gejala yang menjurus kepada berbagai hal negative. Artinya setiap menajer sebagai pelaksana fungsi pengawasan harus mampu mendeteksi berbagai petunjuk kemungkinan timbulnya berbagai hal negative dalam menjalankan roda Organisasi. 5. Tanggung jawab Manajer. Tidak ada manejer yang dapat mengelak dari tanggung jawab melakukan pengawasan karena para pelaksana adalah manusia yang tidak sempurna. Denagn sifat dasar ketidak sempurnaannya, para pelaksana kegiatan operasional tidak akan luput dari kemungkinan bebuat khilaf, bahkan juga berbuat kesalahan. Artinya, kalaupun terjadi penyimpangan dari rencana pemborosan sekalipun, belum tentu bahwa hal-hal negative itu terjadi karena kesengajaan, sebab sangat mungkain factor lainlah yang menjadi penyebabnya, seperti kekurangan ketrampilan, kekurangan pengetahuan, atau factor-faktor lain sejnis itu. 6. Pengawasan akan berjalan dengan baik apabila proses dasar pengawasan di ketahui dan di taati. Yang di maksud dengan proses dasar itu adalah : a. Penentuan standar hasil kerja standar hasil kerja merupakan hal yang amat penting ditentukan. Karena terhadap standar itulah hasil pekerjaan dihadapkan dan diuji. Tanpa standar yang di tetapkan secara rasional dan objektif, manejer dan para pelaksana tidak akan mempunyai criteria terhadap mana hasil yang dicapai memenuhi tuntutan rencana atau tidak.

16

b. Pengukuran hasil pekerjaan perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa karena pengawasan ditujukan kepada seluruh kegiatan yang sedang berlansung, sering tidak mudah melakukan penguran hasil prestasi kerja para Anggota Organisasi secara tuntas dan final. Akan tetapi meskipun demikian melalui pengawasan harus dapat dilakukan pengukuran atas prestasi kerja, meskipun sementara sifatnya. Pengukurab semantara demikian, menjadi sangat penting karena ia akan memberi petunjuk tentang ada tidaknya gejala-gejala penyimpangan dari rencan yang telah di tetapkan. c. Koreksi terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi meskipun bersifat sementara , tindakan korektif terhadap gejala penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan harus bisa diambil. Misalnya, apabila menurut pengawasan selesainya proses produksi tertentu akn lebih lama dibandingkan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam rencana, manejer pananggung jawab kegiatan tersebut harus dapat mengamblil tindakan segera, umpanya dengan menambah orang, memperbaiki mekanisme kerja dan tindakan lain yang sejenis. 3.2 Ciri-Ciri Pengawasan yang Efektif Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektivitas menejerial seorang pemimpin. Penyediaan informasi tidaklah selalu mudah karena agar benar- benar bermanfaat dalam pengawasan tetapi informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Informasi yang berssifat umum memnag ada manfaatnya, akan tetapi informasi yang spesifik disediakan untuk kepentingan pengawasanlah yang akan lebih bermanfaat dalam usaha meningkatkan seluruh kegiatan pengawasan yang akan dijalankan. Penagawasan akan berjalan dengan efektif apabila memiliki cirri sebagai berikut : 1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Yang dimaksud ialah bahwa teknik pengawasan harus sesuai . antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa

17

yang menjadi sasaran pengawasan tersebut. Misalnya dalam suatu Organisasi niaga, suatu system pangawasan yang diperlukan oleh seorang direktur produksi berbeda dari system pangawasan yang diperlukan oleh seorang mandor yang membawahi beberapap orang yang sedang mengaduk semen dalam suatu proyek pembangunan sebuah rumah tinggal. Perusahaan yang berskala raksasa tentunya memerlukan system pengawasan yang berbeda dengan pengawasan yang perlu dilakukan dalam sebuah restoran. Demikian seterusnya, memang banar bahwa semua teknik pengawasan ada hal-hal serupa yang terjadi bagi semua jenis Organisasi. 2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi dari rencana. Pengawasan harus mampu mendeteksi deviasi atau penyimpangan yang mungkin terjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan. Usaha deteksi seperti itu harus dilakukan sedini mungkin dan informasi tentang hasil deteksi itu harus seggera tiba ditangan manejer yang secara funsional bertanggung jawab agar ia segera dapat mengambil tindakan pencegahannya. Keterlambatan menerima informasi tentang hasil deteksi tersebut biasanya berakibat pada terjadinya deviasi atau penyimpangan dan makin lam penyimpangan itu tidak diketahui oleh menjer, dampaknya yang bersifat negative paun akan semakin kuat sehinga tindakan perbaikanya pun menjadi lebih sukar. 3. Pengawasan harus menunjukan pengeculian pada titik- titik strategia tertentu. Telah umum diketahui bahwa salah satu prinsip manejemen yang banyak ditekankan dan digunakan adalah management by exception. Prinsip ini pada dasarnya berarti bahwa keanekaragaman kegiatan dan luasnya cakupan tanggung jawab, seorang manejer harus mampu menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukannya sendiri dan kegiatan apa pula yang sebaiknya didelegasikan pada orang lain. Artinya manejer yang efektif adalah seorang yang mampu melihat dan menentukan kegiatan- kegiatan apa saja yang harus dilakukannya sendiri. Prisip pengecualian ini berlaku pula dalam melakukan pengawasan. Penadapat ini mempunyai tiga implikasi yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut.

18

a. Menciptakan suatu mekanisme pengawasan sedemikian rupa sehingga secara otomatis gejala timbulnya penyimpangan dapat dilihat secara segera. b. Para bawaha menerapkan prinsip pangawasan diri sendiri (self control) sehingga pengawasan oleh pihak lain, dalam hal ini atasan, dapat dikurang meskipun tidak mungkin dan tidak boleh dihilangkan sama sekali. c. Para manejer memberikan petunjuk kepada bawahan bahwa ia akan menangani sendiri hal-hal yang bersifat strategis dan menjelaskan kepada para bawahan hal-hal apa saja yang dipandang staregis oleh manejer. 4. Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Dalam pembahasan tentang perencanaan telah ditekankan dalam satu komponen yang harus jelas terlihat dalam recana ialah standar prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan operasional. Standar demikian harus jelas terlihat bukan saja dalam prosedur dan mekanisme kerja, tetapi juga dalam rangkaian criteria yang menggambarkan persyaratan kuantitatif dan kualitaif dan sedapat mungkin dinyatakan secara tertulis. Kriteria demikian lebih bermakna lagi apabila para pelaksana mengetahui, memahami, menerima criteria itu. 5. Keluwesan pengawasan. Salah satu cirri rencana yang baik adalah fleksibilitasnyasehingga terjadi desakan untuk melakukan perubahan- perubahan pada pelaksanaan, perubahan itu harus dapat dilakukan tanpa harus menggati pola dasar kebijaksanaan dan rencana Organisasi. Oleh karena itu setiap Organisasi diharapkan mempunyai contingency plan yang digunakan sebagai pengganti rencana utama yang telah ditetapkan apabila situasi menghendakinya. 6. Pengawasan harus memperhatikan pola dasar Organisasi. Telah dimaklumi bahwa pola dasar dan tipe Organisasi tertentu ditetpkan dalam mana tertampung berbagai hal seperti pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola pertanggung jawaban, jalur Organisasi dan jaringan informasi. Kesemuanya ini harus diperhatikan dalam melakukan pengawasan.

19

7. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan Organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang semakin tinggi. Oleh karena itu, pengawasan sendiri harus diselenggarakan dengan tingkat efisiensi yang setinggi mungkin pula. Pihak majemen pada tingkat yang lebih tinggi, para pemilik modal, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan akan sukar menerima pendapat yang mengatakan bahwa pengawasan harus dilakukan betapapun tingginya biya yang harus dipikul. 8. Pemahaman system pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. Dengan mengatasnamakan kecanggihan system pengawasan dewasa ini banyak digunakan dan dikembangkan berbagai teknik untuk membantu para menejer melakukan pengawasan secara efektif seperti berbagai rumus matemetika, baganbagan yang rumit, analisi yang terinci, dan data-data statistik. Para ahli yang mengembangkannya mungkin saja mengatakan bahwa teknik-teknik tersebut akan sangat mempermudah pengawasan dan meningkatkan mutu dan hasilnya. Pendapat demikian benar karena pendekatan ilmiah terhadap proses pengawasan memang sangat penting. 9. Pengawasan mencari apa yang tidak beres Sering terdengar komentar yang mengatakan bahwa pengawasan bukanlah dimaksudkan untuk mencara-cari siapa yang salah. Memang banar bahwa teori pengawasan meningkatakan usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja dengan menyoroti system kerja yang berlakuku bagi Organisasi. Artinya yang menjadi sorotan utama adalah usaha mencari dan menemukan apa yang tidak beres dalam Organisasi apalagi kalau terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya padahal tidak terjadi peristiwa-peristiwa yang membenarkan penyimpangan tersebut. 10. Pengawasan harus bersifat membimbing. Jika telah ditemukan apa yang tidak beres dan siapa yang salah dan factor-faktor penybabnya, sesorang menejer harus berani mengambil tindakan yang dipandang

20

paling tepat sehingga kesalaha yang dibuat oleh para bawahan tidak terulang kembali meskipun kecenderungan berbuat kesalahan yang lain yang mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali mengingat sifat manusia yang tidak sempurna itu. Dua akibat positif dari pendekatan demikian ialah sebagai berikut : a. Relative mudah bagi orang yang dikenakan sanksi untuk mengakui kesalahannya tanpa harus kehilangan muka. b. Yang bersangkutan mudah diajak untuk berbuat hal-hal yang perlu diperbuat agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, sekaligus tidak takut bertindak secar inovatif dan kreatif meskipun selalu terdapat kemungkinan untuk berbuat kesalahan lain. Jelaslah bahwa pengawasan yang bersifat membimbing dan mendidik berarti pengawsan yang tidak berakibat kepada kondisi ketika para bawahan selalu diancam dengan hukuman setiap kali ia berbuat kesalahan. 3.3 JenisJenis Pengawasan di Lingkungan Pemerintahan Berikut ini di bahas berbagai jenis pengawasan yang terjadi dilingkungan pemerintahan sebagai contoh yang nyata sekaligus merupakan bukti kuat tentang pentingnya penyelenggaraan seluruh proses administrasi dan manajemen dengan efisien, efektif, ekonomi dan produktif. 1. Pengawasan Melekat Dalam lingkungan pemerintahan dikenal dua jenis pengawasan, utama yaitu pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Apa yang sudah di bahas dengan panjang lebar pada bagian terdahulu dari bab ini adalah pengawasan melekat dengan hakekatnya, cirri-cirinya, dan berbagai instrumennya serta berlaku bagi semua jenis organisasi di dalam dan di luar lingkungan organisasi pemerintahan. Salah satu tema yang di tonjolkan dalam pembahasan tersebut ialah bahwa efektifitas manajerial seseorang yang memiliki jabatan pimpinan, tanpa mempersoalkan tingkat dalam jajaran kepemimpinan, sangat tergantung pada kemampuannya melakukan pengawasan melekat disamping kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi organik manajerial lainnya. Tegasnya, setiap pejabat pimpinan, disamping sebagai

21

perencana yang cekatan, organisator yang handal, dan sebagai penggerak yang tangguh, setiap manajer harus pula menjadi pengawal yang efektif. 2. Pengawasan Fungsional Pengawasan fungsional bisa dilakukan oleh aparat pengawasan yang terdapat dalam satu instansi tertentu, tetapi dapat pula dilakukan oleh aparat pengawasan yang berada diluar suatu instansi meskipun masih dalam lingkungan pemerintahan.Yang terdapat dalam lingkungan pemerintahan Indonesia merupakan contohyang konkrit. Seperti diketahui organisasi aparatur pemerintah di Indonesia menganut tipe organisasi lini dan staf. Berdasarkan teori organisasi, tipe lini dan staf terdiri dari tiga unsur utama dalam setiap organisasi, yaitu unsur pimpinan, unsur pembantu, pimpinan dan unsur pelaksana. Dalam suatu departemen pemerintahan, misalnya unsur pimpinan adalah menteri yang memimpin departemen yang bersangkutan, unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat Jenderal yang dijabarkan menjadi birobiro, satu biro dipecah lagi menjadi beberapa bagian, dan setiap bagian, dibagi lagi menjadi sub bagian. Sebenarnya kegiatan pengawasan fungsional melaksanakan fungsi membantu pimpinan juga. Akan tetapi, mengingat pentingnya efisiensi dan efektifitas kerja ditingkatkan, dengan sadar dan sengaja dibentuk instansi pembantu terhadap aparat inspektorat jenderal yang terdiri dari inspektur jenderal oleh para Inspektur dan para inspektur pembantu, disamping satu sekretariat untuk melayani seluruh jajaran Inspektorat Jenderal yang bersangkutan, terpisah dari aparat Sekretariat Jenderal yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan administratif kepada seluruh jajaran suatu departemen inspektorat jenderal merupakan perpanjangan tangan menteri selaku pengawas tertimggi dalam suatu departemen. Dengan demikian, dalam melakukan tugasnya, ia memperoleh wewenang dari menteri yang bersangkutan, termasuk wewenang mengambil langkah- langkah tertentu dalam rangka pengawasan dalam berbagai segi kegiatan operasional. Prinsip yang sama berlaku bagi berbagai instansi lainnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Di lingkungan lembaga pemerintah non departemen, misalnya tipe organisasi lini dan staf juga digunakan. Akan tetapi karena pertimbangan efisien dan beban kerja, biasanya di lingkungan suatu lembaga

22

pemerintah non departemen tidak diciptakan aparat pengawasan fungsional karena pimpinan lembaga yang bersangkutan diperhitungkan masih dapat melakukan sendiri semua jenis pengawasan. Meskipun demikian pengawasan fungsional tetap dilakukan, antara lain oleh asisten pengawasan yang terdapat dilingkungan sekretariat Negara sebagai unsur pembantu pimpinan bagi Menteri/Sekretariat Negara. Sifatnya sama dengan tugas yang dilakukan oleh para inspektur jenderal yang terdapat di semua departemen. Aparat pengawasan yang terdapat dilingkungan pemerintah daerah yang di kenal dengan inspektorat wilayah atau daerah, baik pada lingkungan pemerintah daerah Tingkat 1 maupun Tingkat 2. Ditingkat 1 merupakan unsur pembantu pimpinan bagi Gubernur atau Kepala Daerah Tingkat 1 adapun Tingkat 2 merupakan unsur pembantu pimpinan bagi Bupati/ Kepala Daerah Tingkat 2 atau Wali kota/Kepala Daerah Tingkat 2. Yang menjadi sasaran dari seluruh kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional dilingkungan pemerintahan ialah segala sesuatu yang telah tertuang dalam rencana masing-masing instansi, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah kebijaksanaan yang telah ditetapkan dijalankan oleh jajaran pelaksana atau tidak. 2. Penggunaan dana, baik yang di alokasikan untuk membiayai pelaksanaan tugas rutin maupun tugas-tugas pembangunan, untuk melihat apakah sesuai dengan rencana dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 3. Pemanfaatan sarana dan prasarana kerja, mulai dari pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, penyusutan, dan penghapusan nya. 4. Ketaatan aparatur pelaksana pada prosedur dan mekanisme kerja yang telah di tetapkan. 5. Manajemen sumber daya manusia, mulai dari rekuitmen, penempatan, pembinaan, promosi, pembinaan karir, pemberian hak pegawai, dan pemensiunannya. Dengan menyadari keterbatasan pemerintah menyediakan dana untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan pembangunan yang semakin lama semakin meningkat, pemerintah merasa perlunya satu aparat khusus yang melakukan pengawasan fungsional di bidang pengelolaan keuangan pembangunan.Yang terdapat di lingkungan menko ekonomi, keuangan, industri, dan pengawasan. Badan ini

23

diciptakan dalam masa bakti cabinet pembangunan IV. Sebelumnya, di lingkungan departemen keuagan terdapat satu aparat pengawasan fungsional bagi seluruh jajaran pemerintahan, yaitu Direktorat jenderal pengawasan keuangan Negara. Yang menjadi focus perhatian badabini adalah pengamatan terhadap pngelolaan keuangan Negara yang di alokasikan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan, tidak hanya yang di kelola oleh berbagai imstansi dalam lingkungan pemerintahan, tetapi juga keuagan Negara yang dikelola oleh badan-badan usaha milik Negara, yang salah satu tugas pokoknya adalah menghimpun dana bagi penyelenggaraan Administrasi Negara. Demikian pentingnya seluruh kegiatan pengawasan dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna serta terkoordinasi secara mantap sehingga wakil presidenpun di beri tugasdan tanggung jawab untuk turut berperan serta sebagai Pembantu Presiden yang salah satu tugasnya adalah mengkoordinasikan semua kegiatan pengawasan yang di lakukan oleh berbagai aparat pengawasan fungsional. Bahkan di lingkungan kepresidenan terdapat beberapa orang Inspektur Jenderal, yang di kenal dengan literatur Inspektur pembangunan, yang mendapat tugas dari dan bertanggung jawab langsung kepada presiden dalam menyelenggarakan tugas-tugas pengawasan yang bersifat khusus. Penciptaan Aparatur pengawasan fungsional, baik yang berada dalam lingkungan satu instansi maupun yang berada di luarnya, tetapi masih di lingkungan pemerintahan, menunjukkan betapa sentralnya posisi pengawasan sebagai salah satu fungsi organiki manajemen dalam keseluruhan rangkaian usaha, pemerintah meningkatkan terus menerus efisiensi dan efektifitas kerja seluruh jajaran aparaturnya. Tidak disangsikan lagi bahwa penempatan pengawasan pada posisi yang demikian sentalnya di dasarkan pada kenyataan bahwa dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan tugas-tugas pembangunan yang makin lama makin rumit dan meningkat, di hadapi keterbatasan kemampuan untuk menyediakan dana, daya, serta tenaga. Oleh karena itu, segala langkah yang mungkin di tempuh untuk mencegah timbulnya penyimpangan, penyelewengan, penyalahgunaan kedudukan, wewenang, dan jabatan di ambil secara konsisten. Sungguh banyak langkah yang telah di ambil untuk mewujudkan apa yang kini secara popular disebut sebagai aparatur pemerintah yang

24

bersih dan berwibawa. Usaha yang terus meningkat terus menerus menambah kemampuan para pelaksana pada semua tingkat dan esalon jabatan, misalnya melalui pendidikan dan latihan adalah salah satu contoh nyata. Baik yang diperuntukkan bagi mereka yang menduduki berbagai jabatan structural maupun yang bersifat teknis fungsional. contoh lain. 3. Pengawasan oleh Lembaga Konstitusional Dalam system administrasi Negara republik Indonesia, terdapat dua lembaga konstitusional yang turut melakukan pengawasan yang dapat dikatakan bersifat politik. Yang pertama ialah badan pemeriksa keuangan yang bertanggungjawab atas pemeriksaan seluruh keuagan Negara yang dikelola oleh semua aparat yang terdapat dalam lingkungan Negara republik Indonesia. Ternyata para pendiri Negara republik Indonesia inipun telah menyadari betapa pentingnya keuangan Negara yang mereka perkirakan akan terbatas itu digunakan sebagai mana mestinya. Hal ini terbukti dengan penciptaan badan tersebut sebagai mana diatur pada ayat (5)pasal 23 UUD 1945 yang kemudian dijabarkan dengan terbitnya UUD No 5 Tahun 1973 tentang badan pemeriksa keuangan.Dan segi teori manajemen, badan ini melakukan kegiatan pengawasan fungsional yang berada di luar jajaran aparatur pemerintah, tapi masih di lingkungan administrasi Negara republik Indonesia. Yang kedua ialah DPR yang salah satu tugasnya ialah melakukan pengawasan yang sifatnya politis.Melalui berbagai kegiatannya, dewan ini dalam arti yang seluasluasnya juga melakukan kegiatan pengawasan. Sebagai kegiatan pengawasan apa yang dilakukan oleh DPR adalah juga untuk lebih menjamin bahwa apa yang di lakukan oleh pemerintrah benar benar merupakan realisasi dari apa yang telah di rencanakan untuk di lakukan, misalnya untuk kurun waktu satu tahun seperti tertuang dalam REPELI, kesemuanyaseperti tercermin pada anggarab pendapatan danbelanja Negara yang setiap tahun di sahkan oleh DPR di dalam UU sesuai amanat pasal 23 UUD 1945 kesemuanya itu dalam rangka pelaksanaan kebikjaksanaan dasar Negara Pengenalan sangsi terhadap mereka yang terbukti melakukan penyelewengan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah

25

yang di kenal dengan GBHN yang di tetapkan oleh MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Harus pula di catat bahwa kegiatan pengawasan juga di lakukan oleh lembagalembaga perwakilan di daerah, yaitu oleh DPR tingkat 1 bagi propinsi dan DPRD tingkat 2 untuk kabupaten dan kota. Yamg menjadi sasaran pengawasan yang di lakukan oleh lembaga legislative itu sesungguhnya sama dengan sasaran pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang terdapat di lingkungan pemerintahan dan juga pengawasan melekat,yaitu agar seluruh kegiatan aparat pemerintah terselenggara dengan tingkat efesiensi, efektifitas, dan produktifitas yang makin lama makin tinggi karena di sadari benar bahwa penyelenggaraan seluruh tugas pemerintah menghadapi keterbatasan vis a vis Indonesia. 4. Pengawasan Sosial Dalam satu masyarakat yang menganut paham demokrasi, seperti Indonesia, partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan bukan saja di benarkan, tapi justru didorong. Sudah barang tentu banyak bentuk partisipasitersebut. Salah satu bentuknya ialah dengan turut serta mengamati pelaksanaan kegiatan t ugas tugas umum pemerintahan seperti dalam pemberian pelayanan keoada masyarakat dan penyelenggaraan berbagai kegiatan pengaturan dan juga dalam menyelenggarakan kegiatan kegiatan dalam segala segi kehidupan Negara bangsa. Berbagai kegiatan pengawasan oleh masyarakat itu di kenal dengan pengawasan social. Cara melakukan pengawasan social itupun dapat beraneka ragam. Ada yang dapat di lakukan segcara langsung, yaitu dengan menyampaikan bahan yang di perlukan oleh aparatur pelaksana kegiatan tertentu yang menjadi tanggung jawab fungsionalnya. Menyampaikan infomasi kepada para wakilnya yang duduk di lembaga perwakilan dan juga demgan memberikan bahan informasi secara factual dan bertanggung jawab kepada mas media. tuntutan rakyat yang semakin meningkat dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat

26

Amat penting untuk di tekankan bahwa dalam turut serta bergerak dalam pengawasan social itu, kunci keberhasilannya terletak pada rasa tanggung jawab yang besar. Semua pihak terikat pada rasa tanggung jawab tersebut karena menyangkut kehidupan bersama dalam tatanan Negara bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD1945.

27

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan Rangkaian kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pembahasan tadi adalah : 1. Para anggota organisasi akan bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian, keterampilan, dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan oraganisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang hakikat, bentuk, dan sifat tujuan yang hendak dicapai. 2. Karena itu, amat penting mengusahakan agar setiap orang dalam organisasi menyadari, memahami, dan menerima secara tepat tujuan tersebut bukan saja sebagai sesuatu yang layak untuk dicapai, tetapi juga sebagai wahana terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu diusahakan turut sertanya para anggota organisasi dalam menentukan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapainya. 3. Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut diperkirakan akan lebih mudah apabila para manajer berhasil pula meyakinkan para bawahannya bahwa dalam mengemudiakn organisasi, para manajer tersebut akan menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan pengakuan atas harkat dan martabat para bawahannya sebagai insan politik, insane ekonomi, mahkluk sosial, dan sebagi individu dengan jati diri yang bersifat khas. 4. Pimpinan organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaiaan tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang sekaligus berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan tersebut. 5. Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan dalam penekanan diberikan pada interaksi positif antara orang-orang dalam sau satuan kerja dan antar satuan kerja dalam organisasi berdasarkan kebiasaan, norma-norma, dan kultur organisasi yang telah disepakati bersama. 28

6. Perlu dijelaskan kepada para anggota organisasi tingkat kedewasaan dan kematangan teknik dan intelektual apa yang diharapkan dari para anggota organisasi sehingga manajemen dapat mencari keseimbangan antara orientasi tugas dan orientasi manusia dalam menjalankan roda organisasi. 7. Diperlukan penekanan yang tepat mengenai pentingnya kerjasama dalam melaksanakan tugas meskipun dalam organisasi terdapat pembagian tugas, pengelompokan dalam berbagai satuan kerja, dan pengetahuan atau keterampilan yang bersifat spesialistis. Artinya, perlu penekanan pada pentingnya oragnisasi bergerak secara terkoordinasi dan sebagai satu kesatuan yang bulat. 8. Para manajer perlu memahami berbagai jenis kategorisasi kebutuhan manusia berdasarkan teori ilmiah dan menguasai situasi dan kondisi yang berpengaruh sehingga teknik pemuasan yang paling tepat dapat dipilih dan ditarapkan 9. Dalam mengemudikan organisasi, para manajer harus dapat menunjukan bahwea dengan penggunaan gaya manajerial tertentu, mereka bertindak secara rasional dan obyektif berdasarkan criteria dan takaran-takaran tertentu yang telah disepakati bersama 10. Dalam menggerakan para bawahan, para manajer harus selalu mempertimbangkan pandangan para bawahan tentang organisasi kemampuan yang dimiliki oleh organisasi, dan situasi lingkungan yang turut berpengaruh 4.2 Saran sesuai dengan apa yang dijelaskan diatas, maka diharapkan para pimpinan atau orang yang menjalankan manajemen dapat melihat unsur manusia sebagai factor yang sangat penting dalam kehidupan organisasi, selain itu perencanaan yang sudah di tetapkan dalam proses fungsi manajemen dapat diikuti dengan adanya berbagai pengawasan di berbagai lini dalam organisasi

29

DAFTAR PUSTAKASiagian, Sondang P. 2005. Fungsi-fungsi manajerial. Jakarta: Bumi Aksara Robins, S.P. 1982. Personnel: The Management of Human Resource. Englewood Cliff: Prentice Hall Miner, J. B. 1980. Teori Perilaku Organisasi. Hindsdale, Illinois: Dryden Press

30