Revisi manajemen khusnul kotimah

45
MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Manajemen Pendidikan Islam" Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : KHUSNUL KOTIMAH 2013471928/ 2013.4.047.0001.1.001683 PAI – Smt 6/Sawo PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMMUHAMMADIYAH

Transcript of Revisi manajemen khusnul kotimah

Page 1: Revisi   manajemen khusnul kotimah

MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Manajemen Pendidikan Islam"

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :

KHUSNUL KOTIMAH

2013471928/ 2013.4.047.0001.1.001683

PAI – Smt 6/Sawo

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMMUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

April 2016

Page 2: Revisi   manajemen khusnul kotimah

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

ii

Page 3: Revisi   manajemen khusnul kotimah

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i

Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii

Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam …………...……... 3

B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam …………… 5

C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam …… 9

D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik …………….. 12

E. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan …………………... 14

F. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik ………………….….. 19

G. Karakteristik Peserta Didik ……………………………….. 21

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………….……. 23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 25

iii

Page 4: Revisi   manajemen khusnul kotimah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,

benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, tidak boleh

dikerjakan secara asal-asalan. Arah pekerjaan yang jelas dan landasan yang

mantab serta cara-cara mendapatkannya yang transparan akan menjadikan amal

perbuatan yang mendapatkan ridlo dan hidayah dari Allah swt. Hal ini merupakan

prinsip utama dalam ajaran Islam. Sesuai dengan prinsip itu, maka manajemen

dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas

merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan Islam

akan sangat bergantung kepada manajemen yang digunakan dalam suatu lembaga

pendidikan Islam (sekolah Islam) yang bersangkutan. Manajemen tersebut akan

efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional

untuk mengoperasikan sekolah Islam tersebut, kurikulum yang sesuai dengan

tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan komitmen tenaga

kependidikan yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung

kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan

fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas

tidak sesuai dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana

mestinya, maka efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah Islam tersebut

kurang optimal.

Sementara itu salah satu elemen keberhasilan pendidikan islam ialah

peserta didik atau boleh dikatakan sebagai murid. Murid merupakan input dalam

suatu lembaga pendidikan. Sedangkan keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat

atau dipandang melalui output yang dihasilkan. Output yang mempunyai mutu

atau kualitas yang tinggi tidak mungkin kalau dihasilkan dengan input yang

1

Page 5: Revisi   manajemen khusnul kotimah

2

rendah. Output yang tinggi biasanya dihasilkan melalui input yang tinggi pula.

Maka dari itu suatu sekolah islam yang ingin meningkatkan kualitas

pendidikannya harus meningkatkan kualitas inputnya dahulu.

Disamping itu walaupun input suatu sekolah tersebut baik, sekolah

tersebut tidak mungkin baik jika tidak didukung dengan pengaturan atau bahasa

sekarang dinamakan manajemen yang baik pula. Banyak sekali sekolah-sekolah

yang inputnya baik tapi kenyataannya outputnya kurang berhasil atau bermutu.

Ketika diselidiki, hal itu bukan disebabkan pendidikan atau materinya akan tetapi

disebabkan manajemen peserta didiknya yang kurang baik.

Maka dari itu penulis disini akan menguraikan dari beberapa referensi

mengenai manajemen peserta didik dan hal-hal yang berkaitan dengan

manajemen peserta didik tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Manajemen Pendidikan Islam?

2. Apa Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?

3. Bagaimana Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam?

4. Apa Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik?

5. Apa saja Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan?

6. Apa saja Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik?

7. Bagaimana Karakteristik Peserta Didik?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.

2. Untuk Mengetahui Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.

3. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam.

4. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik.

5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan.

6. Untuk Mengetahui Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik.

7. Untuk Mengetahui Karakteristik Peserta Didik.

Page 6: Revisi   manajemen khusnul kotimah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther

Gulick memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen

dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik

berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.1

Sedangkan menurut Folet melihatnya sebagai kiat karena manajemen

mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain

menjalankan tugas.2 Dipandang sebagai profesi karena manajemen

dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer,

dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.

Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli

masih berbeda pandangan dalam mendefenisikan manajemen dan

karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian

terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan

tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang digunakan

di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan ini

mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan.

Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya

menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan

suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang

– struktur – tugas - tekhnologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang

satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai

tujuan system.

Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh

seorang manajer/pimpinan, yaitu:

1Luther Gulick, Dictionary Of Education (New York: Mcgraw-Hill Book Company, Ttp), h. 145

2Folet, Managerial Proses And Organisational Behavior (Glenview: Scott, Ttp), h. 39 

3

Page 7: Revisi   manajemen khusnul kotimah

4

1. Perencanaan (Planning)

2. Pengorganisasian (Organizing)

3. Pimpinan (leading)

4. Pengawasan (Controling)3

Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi,

memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar

tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di

Mesir. Pada masa itu orang memakai catatan tertulis untuk perdagangan

dan pemerintahan. Pada 3.00 SM –3.00 M masyarakat Roma

memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk

efektifitas dan efesiensi. Tahun 1500 M Machiaveli membuat pedoman

pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M Adam Smith menyatakan bahwa

pembagian kerja titik kunci badan usaha.4 Kemudian 1841-1925 Henry

Fayol mengemukakan pentingnya administrasi. Menurut penulis

manajemen biasa dikatakan sebagai ilmu jika teori-teorinya mampu

menentukan manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa yang harus

dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan

akibat-akibat dari tindakan-tindakanya.

Menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai seni untuk

melasanakan pekerjaan melalui orang-orang. Defenisi ini perlu mendapat

perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan

organisasi dengan cara mengatur orang lain.

Adapun interpretasi tentang pendidikan berbeda-beda menurut para

pakar. Perbedaannya tak lain hanya terletak pada sudut pandang. Di antara

mereka ada yang mendefinisikan dengan mengkonotasikan dengan

peristilahan bahasa, keberadaan, dan hakekat kehidupan manusia di dunia

ini, dan ada pula yang melihat dari segi proses kegiatan yang dilakukan

3Liat Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V  (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 2

4Adan Smith, Management System Analysis And Aplication, Cet. I  (Japan: Holt Saunders International, 1982), h. 29

Page 8: Revisi   manajemen khusnul kotimah

5

dalam penyelenggarakan pendidikan. Tetapi semua pendapat itu bertemu

dalam pandangan bahwa pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan

generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan

hidup secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik,

mental, dan moral bagi individu-individu supaya mereka menjadi manusia

yang berbudaya. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia

dan menjadi warga negara yang berguna. Inilah yang kelihatannya

merupakan pandangan yang kebanyakan dipegang oleh para ahli

pendidikan terkemuka sepanjang zaman. John Dewey, misalnya

mengemukakan; bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan

fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama

manusia.

Adapun Mohammad Nasir menyatakan bahwa pendidikan adalah

bimbigan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan

kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.5 Pengertian

tersebut hampir sama dengan pengertian yang dipublikasikan oleh Ahmad

D. Marimba, bahwa pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.

Dari beberapa pandangan ahli pendidikan di atas, jelaslah bahwa

pendidikan adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu

secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budayadan cita-cita masyarakat.

B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka

istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah

peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas,

yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang

5Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87

Page 9: Revisi   manajemen khusnul kotimah

6

dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu

yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga

mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah

(pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti

Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.6

Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”.

Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di

bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid).

Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedangkan

menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia

berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.

Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada

sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi

lazimnya disebut dengan mahasiswa.7

Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia

dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi

orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan

akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang

menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik

dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa

pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja

dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan

binasa.8

Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan

Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,

psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan

di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik

merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan

6Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 103.7Ibid., h.1048Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan

Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 16.

Page 10: Revisi   manajemen khusnul kotimah

7

orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta

didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat

beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat

beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.

Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar,

mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk

meraih surga. Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan

mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan

tugas ini.9

Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan,

karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya atau hulpeoosheid.10 Dalam

Al-Quran dijelakan:

هاتكم ال تعلمون شيئ�ا والله أخرجكم من بطون أممع واألبصار واألفئدة لعلكم تشكرون وجعل لكم الس

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)11

Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat

bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat

anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam

sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan

agama peserta didik.12

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW., yang artinya:

“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi” (HR. Muslim)

Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-

kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang

disebut di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi

9Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 17

10M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 93.11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), h.

275.12Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170.

Page 11: Revisi   manajemen khusnul kotimah

8

fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini

adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.

Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan

seseorang.13

Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh

banyak potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu

dapat dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan

kecenderungan menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama

termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.14

Firman Allah SWT:

ا فطرت الله التي فطر فأقم وجهك للدين حنيف� الناس عليها ال تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم

ولكن أكثر الناس ال يعلمون“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30)15

Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu

telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para

pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia

anak dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus

sudah ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena kalau

tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai

tujuan pendidikan Islam yang diberikan pada masa dewasa. Dengan

demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-

baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan

perkembangan peserta didik.16

13Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), h. 35

14Ibid., h. 3515Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), h.

407.16R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, dalam

http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, Diunggah Pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB

Page 12: Revisi   manajemen khusnul kotimah

9

C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam

Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen

mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana

(epistemology) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut

disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Berdasarkan

landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan

landasan epistemology yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi oleh

setiap epistemology pada dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan

yang benar dengan memperhitungkan aspekontologi dan aksiologi.

Dengan demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi,

yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi

masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk

meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul. Di

dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan

seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan

masalah-masalah manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai

suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan

pendekatan keilmuan. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang

kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah

ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam

melakukan pendekatan yang sistematik dalam peraktek manajerial.

Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan

perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan

kepuasan. Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat

dinyatakan:

1. Mengacu pada pengalaman empirik,

2. Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain

3. Mengakui kemungkinan adanya penolakan.

Page 13: Revisi   manajemen khusnul kotimah

10

Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi

manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi

dan dimulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Menurut teori klasik

pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 3 pilar yaitu: pembagian kerja,

struktur, rentang pengawasan. Namun banyak ahli yang mengatakan

bahwa manajemen belum mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai

pendekatan. Karena itu teori seringkali dikatakan sebagai pendekatan

manajemen secara klasik, neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu

teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah yang

dipelopori oleh Henry Fayol. Tergolong dari teori klasik ini yaitu; tentang

studi waktu dan gerak, administrasi, birokrasi. Sedangkan teori neoklasik

seringkali dikaitkan dengan pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan

manusia, teori kepribadian dan organisasi selanjutnya teori modern yaitu;

pimpinan situasional, dan hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan.

Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain:

a) Menentukan cara/metode kerja

b) Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya.

c) Pemilihan prosudur kerja.

d) Menentukan batas-baras tugas

e) Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas

f) Melakukan pendidikan dan latihan

g) Menentukan sistem yang menghasilkan17

Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi

dan produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang

terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga

pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi

dan informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam

pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer

menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi.

17Shrode A. William, Organization And Management Basic  Syestem Comcepts (Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132

Page 14: Revisi   manajemen khusnul kotimah

11

Karena tugas terpenting dari seorang manajer adalah menyeleksi,

menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia.

Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan

yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan

kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer.

Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek:

kompetensi, keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan

komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang

lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan

dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam sekolah dan SDM

pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya,

dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga

penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan

ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing,

pengajar, pelatih), pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar,

peneliti dan penguji.

Persoalan pokok dalam pembinaantenaga kependidikan adalah

pembinaan etos kerja. Etos kerja adalah sikap mentaluntuk menghasilkan

produk kerja yang baik, bermutu tinggi baik barang maupunjasa. Etos

kerja dipengaruhi oleh sikap, pandangan, cara-cara, dankebiasaan-

kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok atau

bangsa.Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata

nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan.

Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan

pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti

keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi

membentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu

sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini dapat terwujud jika

kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang oleh etos

kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi. Bagaimana caranya memupuk

etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan suasana kerja yang

Page 15: Revisi   manajemen khusnul kotimah

12

mengantarkan perilaku karyawan/ guru ke arah yang lebih produktif secara

langsung mengubah sikap, pandangan harapan dan keterampilan/ keahlian

yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman. Dan ini tantangan para manajer/pimpinan

pendidikan.18Pada intinya manajemen kesiswaan di suatu sekolah

membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yang sesuai dengan

program-program yang dilakukan oleh sekolah atau sekolah islam

tersebut.19

D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

Tujuan umum dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala

kegiatan-kegiatan peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut

dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses

belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur serta

dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan

pendidikan secara keseluruhan.20

Tujuan khusus dari manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik peserta didik.

2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat

dan minat peserta didik.

3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik

Dengan terpenuhinya 1, 2, 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik

dan tercapai cita-cita mereka.

18Ansar Zainuddin, Manajemen Pendidikan Islam, dalam http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html, diunggah pada Rabu, 18 November 2015 pukul 11.02 WIB

19Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7 oktober 2012 pukul 10.22 WIB

20Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 12.

Page 16: Revisi   manajemen khusnul kotimah

13

Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai

wahana bagi peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal

mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya,

kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik.

Secara khusus fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:21

a) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik

adalah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitas

tanpa banyak terhambat. Meliputi kemampuan kecerdasan, kemampuan

bakat dan kemampuan lainnya.

b) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik

adalah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,

orang tua dan keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan

sosial lingkungannya.

c) Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta

didik adalah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.

Karena hobi juga merupakan penunjang terhadap pengembangan diri

peserta didik secara keseluruhan.

d) Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan

peserta didik adalah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.

Kesejahteraan sangat penting karena dengan demikian ia akan jugaa turut

memikirkan kesejahteraan sebayanya.

Sedangkan Menurut Shrode dan Voich, Tujuan utama manajemen

pendidikan adalah produktifitas dan kepuasan.22 mungkin saja tujuan ini

tidak tunggal bahkan jamak, seperti peningkatan mutu

pendidikan/lulusanya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan

kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional tanggung jawab sosial.

Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian

21Ibid., h. 12-13.22Shrode A. William, Organization And Management Basic  Syestem

Comcepts (Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132.

Page 17: Revisi   manajemen khusnul kotimah

14

terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,

peluang dan ancaman.

Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami

makna produktivitas itu sendiri. Sutermeister membataskan produktivitas

sebagai ukuran kuantitas dan kulaitas kinerja dengan mempertimbangkan

kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu sendiri dipengaruhi

perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia. Pengertian konsep

produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku.

Produktifitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan,

efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian

perilaku, produktifitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha

untuk terus berkembang.

E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Secara umum bidang kesiswaan/ peserta didik sedikitnya memiliki

tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,

kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

Berdasarkan tiga tugas utama tersebut ruang lingkup manajemen peserta

didik berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan peserta didik/ kesiswaan

Dalam perencanaan kesiswaanini mencakup sensus sekolah dan

penentuan jumlah siswa yang diterima. Sensus sekolah pencatatan anak usia

sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah islam atau calon

siswa.Pendataan anak usia sekolah atau calon siswa merupakan salah satu

komponen penting dalam perencanaan pendidikan. Dengan data yang

diperoleh dari sensus sekolah akan dapat ditetapkan:

a) Jumlah dan lokasi sekolah,

b) Batas daerah penerimaan siswa suatu sekolah.

c) Jumlah fasilitas transportasi,

Page 18: Revisi   manajemen khusnul kotimah

15

d) Layanan program pendidikan,

e) Fasilitas pendidikan bagi anak-anak cacat,

f) Laju pertumbuhan pendidikan khususnya anak-anak usia sekolah

disekitar sekolah.

2. Penerimaan Siswa Baru

Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari

perencanaan penentuan daya tampung sekolah islam atau jumlah siswa baru

yang akan diterima, dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak

yang tinggal dikelas atau mengulang. Kegiatan tersebut biasanya dikelola

oleh panitia penerimaan siswa  baru atau PSB.

Langkah-langkah penerimaan siswa baru adalah sebagai  berikut:

a) membentuk panitia penerimaan murid,

b) menentukan syarat pendaftaran calon,

c) menyediakan formulir pendaftaran,

d) pengumuman pendaftaran calon,

e) menyediakan buku pendaftaran,

f) waktu pendaftaran,

g) penentuan calon yang diterima.

3. Pengelompokan Siswa

Pengelompokan  siswa dimaksudkan agar dalam pelaksanaan proses

kegiatan belajar mengajar di sekolah islam dapat berjalan lancar, tertib dan

dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis

pengelompokan siswa diantaranya:

a) Pengelompokan dalam kelas-kelas.

b) Pengelompokan berdasarkan bidang studi

c) Pengelompokan berdasarkan spesialisasi

d) Pengelompokan dalam sistem kredit

e) Pengelompokan berdasarkan kemampuan

f) Pengelompokan berdasarkan minat.

4. Pembinaan Disiplin Siswa

Page 19: Revisi   manajemen khusnul kotimah

16

Disiplin adalah suatu kegiatan dimana sikap, penampilan dan tingkah

laku peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan

yang berlaku di sekolah dan kelas dimana mereka berada. Dalam peningkatan

kedisiplinan biasanya terdapat tata tertib suatu sekolah yang harus dipetuhi

oleh seorang siswa misalnya: hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai,

mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dengan baik, dan mengerjakan

semua tugas yang diberikan.

Kewajiban menaati tata tertib yang ada merupakan hal yang penting

karena merupakan bagian dari sistem persekolahan yang dilaksanakan dan

juga sebagai sebuah kelengkapan sekolah islam dalam menjalankan proses

pembelajaran.

5. Kegiatan Ektra Kurikuler

Yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang

dilaksanakan di sekolah islam namun dilaksanakan diluar jam sekolah secara

resmi. Artinya diluar jadwal pelajaran yang tercantum. Tujuan dari adanya

kegiatan ini adalah memperkaya dan memperluas wawasan siswa dan juga

membantu menanamkan nilai-nilai pada diri siswa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler 

adalah:

a) Peningkatan aspek pengetahuan sikap dan ketrampilan.

b) Dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa

c) Penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi

lingkungan.

d) Jenis-jenis kegiatan ekstra yang disediakan seperti pramuka, PMR,

kesenian, olahraga dan sebagainya.

Sedangkan kegiatan Ko Kurikuler dilaksanakan dalam berbagai

bentuk, misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan PR,

atau mengadakan kegiatan lain diluar sekolah islam. Pada intinya kedua

kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi siswa.

6. Organisasi Siswa Intra Sekolah

Page 20: Revisi   manajemen khusnul kotimah

17

OSIS adalah satu-satunya organisasi yang bersifat intra sekolah yang harus

ada di sekolah islam Tsanawiyah maupun Aliyah. OSIS berfungsi sebagai

wadah untuk:

a) Pembinaan pemuda dan budaya

b) Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional

c) Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah.

d) Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggung

jawabkan.

e) Pembinaan aktifitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan

yang bersifat edukatif.

f) Pemberian kesempata seluas-luasnya bagi pengembangan potensi

siswa.

Tujuan OSIS adalah untuk:

1) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa

pancasila, berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi,

berkecakapan serta berpengetahuan yang siap  untuk diamalkan.

2) mempersiapakan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi

pada Tuhan YME, tanah air dan bangsanya.

3) menggalang kesatuan dan persatuan yang kokoh di sekolah dalam satu

wadah OSIS.

4) menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat.

Kegiatan ini dibina oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru yang

mempunyai kompetensi dalam keorganisasian.

7. Evaluasi Kegiatan Siswa

Dalam evaluasi kegiatan siswa terdapat berbagai langkah yang perlu

diperhatikan:

a) Penentuan standar, yang dimaksud standar adalah patokan mengenai

suatu keerhasilan atau kegagalan dalam suatu kegiatan.

Page 21: Revisi   manajemen khusnul kotimah

18

b) Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadap kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan.

c) Membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang telah

ditentukan.

d) Mengadakan perbaikan. Maka dari itu perlu  untuk mengetahui

standar agar dapat digunakan sebagai umpan balik sebagai perbaikan

dalam pelaksanaan suatu kegiatan, supaya pelaksanaan kegiatan

memenuhi target yang telah ditetapkan.

8. Perpindahan Siswa

Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian, yakni perpindahan

siswa dari suatu sekolah islam ke sekolah islam lain yang sejenis dan

perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain.

Perpindahan  siswa dari suatu sekolah islam ke sekolah islam lain yang

sejenis pada dasarnya dikarenakan perpindahan wilayah atau tempat.

Perpindahan  siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain lebih

dikarenakan kurang cocoknya siswa masuk dalam program tersebut. Maka

dari itu untuk mengantisipasi hal tersebut, pada saat penjurusan harus

menentukan jurusan setepat-tepatnya bagi siswa dengan melihat

kecenderungan dan karakeristik siswa bahkan dengan data yang lengkap yang

dimiliki oleh pihak sekolah islam.

9. Kenaikan Kelas dan Penjurusan

Kenaikan Kelas dan Penjurusan dapat diatur dalam peraturan sekolah

yang didasarkan pada kebijakan yang ada pada sekolah. Dalam pelaksanaan

kenaikan kelas dan penjurusan seringkali muncul berbagai masalah yang

memerlukan penyelesaian secara bijak. Masalah ini dapat diperkecil jika data-

data tentang hasil evaluasi siswa obyektif dan mendayagunakan fungsi. Juga

para guru harus berhati-hati dalam memberikan nilai hasil evaluasi belajar

kepada siswa.

10. Kelulusan dan Alumni

Page 22: Revisi   manajemen khusnul kotimah

19

Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah islam sebagai suatu lembaga

tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh

siswa. Kelulusan ini ditandai dengan adanya Ijazah atau STTB. Prosesnya

biasanya ditandai dengan pelepasan sAiswa dalam suatu upacara.

Sedangkan hubungan dengan alumni, para sekolah islam tetap

menjaga hubungan dengan para alumninya. Demikian juga para alumni juga

biasanya bangga dengan sekolah islam dimana ia bersekolah dan menempuh

pendidikan dahulu.23

F. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik

Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus

didapatkan oleh peserta didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu.

Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan oleh

pendidik kepada peserta didiknya. Menurut Ramayulis, ada delapan

kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu:24

1. Kebutuhan Fisik

Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.

Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan:

a. Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih

mengalami masa kanak-kanak.

b. Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik

tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peralihan

pendidikan formal.

c. Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai

mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.25

2. Kebutuhan Sosial

23Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7 oktober 2012 pukul 10.22 WIB

24Ibid.25Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 42.

Page 23: Revisi   manajemen khusnul kotimah

20

Adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat

agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Begitu

juga supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang

tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu agar peserta

didik dapat memperoleh kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat

memperoleh posisi dan berprestasi dalam pendidikan.26

3. Kebutuhan untuk Mendapatkan Status

Dalam proses kebutuan ini biasanaya seorang peseta didik ingin

menjadi orang yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang

benar-benar berguna dan dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah

lingkungan masyarakat.

4. Kebutuhan Mandiri

Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu

untuk menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik, serta

menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik

karena ketika seorang peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat

menghambat daya kreativitas dan kepercayaan diri untuk berkembang

5. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup

Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi

akan perkembangan peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan secara baik

oleh pendidik dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan

dapat disebut insan kamil dimensi fisik (jasmani), akal, keberagamaan,

akhlak, rohani (kejiwaan), seni (keindahan), sosial.

Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi

adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung

berperan sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari

lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan

pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan

26Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 78.

Page 24: Revisi   manajemen khusnul kotimah

21

mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan

yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya pada

lingkungan tersebut. Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:

a. Kebutuhannya

b. Dimensi-dimensinya

c. Intelegensinya

d. Kepribadiannya.27

G. Karakteristik Peserta Didik

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:28

1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,

sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang

dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik,

dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik

kehilangan dunianya.

2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan

itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow,

terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori,

yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi

kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan

harga diri; dan (2) meta kebutuhan - meta kebutuhan (meta needs), meliputi

apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan,

keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian,

masih ada kebutuhan yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu,

yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang melakukan

ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki

27Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 97.28R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam

http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, Diunggah Pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB

Page 25: Revisi   manajemen khusnul kotimah

22

kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan

ridha dari Allah SWT.

3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,

baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen

(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan

lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan

sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai

makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari

banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).

4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang

dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik

memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta),

sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif

yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.

5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam

mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam

pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan

pola dan tempo, serta irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan

peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya,

karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi,

bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis,

maupun dedaktis. 29

29Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 103.

Page 26: Revisi   manajemen khusnul kotimah

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi,

memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya

agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.

2. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan

berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam

mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

3. Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku

organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan.

Manajemen juga mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara

lain: Menentukan cara/metode kerja, Pemilihan pekerja dan pengembangan

keahliannya, Pemilihan prosudur kerja, Menentukan batas-baras tugas,

Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas, Melakukan pendidikan dan

latihan dan Menentukan sistem yang menghasilkan.

4. Tujuan dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala kegiatan-kegiatan

peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses

belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah

dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur.

Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi

peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik dari

segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya

dari peserta didik.

5. Ruang lingkup manajemen kesiswaan, yaitu: Perencanaan peserta didik/

kesiswaan; Penerimaan Siswa Baru; Pengelompokan Siswa; Pembinaan

Disiplin Siswa; Kegiatan Ektra Kurikuler; Organisasi Siswa Intra Sekolah;

23

Page 27: Revisi   manajemen khusnul kotimah

24

Evaluasi Kegiatan Siswa; Perpindahan Siswa; Kenaikan Kelas dan

Penjurusan; Kelulusan dan Alumni.

6. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik, berupa: Kebutuhan Fisik; Kebutuhan

Sosial; Kebutuhan untuk Mendapatkan Status; Kebutuhan Mandiri; dan

Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup.

7. Karakteristik peserta didik diantaranya: peserta didik bukan miniatur orang

dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak

boleh dilaksanakan dengan orang dewasa; peserta didik memiliki kebutuhan

dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin; peserta

didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain; peserta

didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia; peserta didik merupakan

subjek dan objek pendidikan; peserta didik mengikuti periode-periode

perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo

dan iramanya.

Page 28: Revisi   manajemen khusnul kotimah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarat: PT. Rineka Cipta.

Ali, M. Nashir. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara.

Davir, R. Ali Mahdum. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, diunggah pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB

Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro.

Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu, 7 oktober 2012 pukul 10.22 WIB

Fattah, Liat Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Natsir, Muhammad. 1954. Capita Selekta. Bandung: Gravenhage.

Rahman, Jamal Abdul. 2008. Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi. Bandung: Irsyad Baitus salam.

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Smith, Adan. 1982. Management System Analysis And Aplication, Cet. I. Japan: Holt Saunders International.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Zainuddin, Ansar. Manajemen Pendidikan Islam, dalam http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html, diunggah pada Rabu, 18 November 2015 pukul 11.02 WIB

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

25