Fulltext AYU_UGM Revised

download Fulltext AYU_UGM Revised

of 12

Transcript of Fulltext AYU_UGM Revised

HUBUNGAN ANTARA LOKASI LESI DENGAN OUTCOME FUNGSIONAL PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK FASE AKUT A. A. Ayu Suryapraba* Abdul Gofir**, Samekto Wibowo**, Imam Rusdi** *Residen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, ** Staf bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Latar Belakang Stroke Iskemik Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan menjadi penyebab gangguan fungsional dimana 20% penderitanya memerlukan perawatan khusus setelah 3 bulan dan sebanyak 15-30% mengalami kecacatan permanen. Berbagai penelitian melaporkan bahwa persentase stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan stroke hemoragik, yaitu 73-86%, sedangkan stroke hemoragik hanya 8-18 % (Goldstein, 2006) Stroke iskemik dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala awal dengan menggunakan klasifikasi Bamford atau Oxfordshire Community Stroke Project (OCSP), yaitu total anterior circulation syndrome (TACS), partial anterior circulation syndrome (PACS), lacunar syndrome (LACS) dan posterior circulation syndrome (POCS). Klasifikasi ini membantu dalam memperkirakan area otak yang terkena, luasnya lesi, sebab yang mendasari dan prognosis (Bamford, et al, 1991). Lacunar syndrome (LACS) meliputi stroke motorik murni, stroke sensorik murni, stroke sensorimotor dan hemiparese ataksik. Pasien dengan gejala batang otak atau cerebellar dan/atau hemianopia homonim terisolasi diklasifikasikan sebagai posterior circulation syndrome (POCS). Pasien dengan total anterior circulation syndromes (TACS) didefinisikan sebagai trias dari hemiparese (atau hemidefisit sensorik), disfasia (atau gangguan fungsi luhur baru lainnya dan hemianopia homonim. Pasien dengan partial anterior syndrome (PACS) hanya mengalami 2 dari gejala TACS, atau disfasia saja atau gejala lobus parietal. Pasien diklasifikasikan sebagai sindrom (TACS, PACS, LACS dan POCS), kecuali telah dilakukan pemeriksaan brain imaging dimana stroke perdarahan telah dapat dieksklusi, maka sindroma tersebut diklasifikasi ulang menjadi total atau partial anterior circulation infarct (TACI atau PACI), lacunar infarct1

(LACI), dan posterior circulation infarct (POCI). Klasifikasi menurut Bamford/OCSP ini dapat memprediksi lokasi lesi pada 75% pasien sebelum dilakukan pemeriksaan brain imaging atau pada pasien dengan hasil gambaran brain imaging yang normal (Mead, et al, 2000). Lokasi lesi berdasarkan CT scan kepala dibedakan berdasarkan lesi superfisial dan lesi dalam. Lesi superfisial bila berada di lobus frontalis, parietalis, temporalis dan occipitalis, sedangkan lesi dalam bila mengenai capsula interna, ganglia basalis atau talamus (Gunarto, 2003). Beloosesky (1995) mengkategorikan infark berdasarkan hasil CT Scan kepala menjadi cortical infarct dan deep infarct dan menemukan bahwa kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari adalah 72 % pada penderita dengan deep infarct dan hanya 15 % pada penderita dengan cortical infarct. Menurut Crisi, et al, stroke iskemik fase akut merupakan periode sejak onset hingga hari ke-7, dimana pada fase ini proses pembentukan efek massa akibat akibat edema yang disebabkan kenaikan kadar air intra dan ekatraselular mencapai maksimum (Faisal, 1991). Stroke dapat memengaruhi berbagai area di otak dan menilai status neurologis berdasarkan karakteristik lesi stroke merupakan tantangan tersendiri. Outcome Fungsional Outcome stroke dapat diukur dengan berbagai metode. Lamanya perawatan dan kondisi saat pasien dipulangkan umumnya dipakai sebagai tolok ukur, namun keduanya sangat dipengaruhi kondisi sosial pasien. Skala objektif fungsional bermanfaat dalam mengukur kemandirian pasien dalam aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living/ADL). Selain itu, penilaian kemampuan fungsional ini juga diperlukan dalam menilai pemulihan pasien serta menentukan prioritas dan mengarahkan rehabilitasi bagi pasien stroke (Loewen, 1990) . Barthel Index merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai kemandirian dalam ADL, dengan skor maksimum 100. Barthel Index telah banyak digunakan dalam penelitian stroke dan cukup konsisten dengan alat evaluasi stroke lainnya. Sepuluh aktivitas sehari-hari yang diukur antara lain kontrol defekasi, kontrol miksi, hygiene personal, aktivitas di toilet, aktivitas mandi, makan, berpakaian, perpindahan dari dan ke tempat tidur, berjalan dan naik turun tangga (Duncan,et al 1992). Indeks Barthel mempunyai reliabilitas dan validitas tinggi, mudah dan cukup sensitif dalam mengukur perubahan fungsi dan keberhasilan2

rehabilitasi. Kelemahannya, indeks ini tidak merupakan skala ordinat dan tiap penilaiannya tidak menunjukkan berat atau ringannya fungsi kesehariannya (KNI, 2009). Menurut Sinoff dan Ore (1997), skor indeks Barthel dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

80100, mandiri 6079, membutuhkan bantuan minimal dalam ADL 4059, sebagian tergantung 2039, sangat tergantung < 20, tergantung total

Sedangkan Mahoney (1965) menyebutkan bahwa kategori menengah adalah bila pasien dapat melakukan 50% dari keseluruhan indeks Barthel. Kemampuan motorik berkaitan erat dengan outcome fungsional pada penderita stroke. Profil lesi otak berupa kombinasi dari ukuran dan lokasi lesi. Batasan ukuran dalam menentukan outcome akhir bervariasi bergantung pada lokasi lesi primer (Chen, et al,2000). Dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara lokasi lesi dengan outcome fungsional pada stroke iskemik. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara lokasi lesi dengan outcome fungsional penderita stroke iskemik fase akut. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, di mana variabel bebas yaitu outcome fungsional dihubungkan dengan variabel tergantung yaitu lokasi lesi stroke iskemik dimana penilaian variabel-variabel tersebut dilakukan pada satu waktu. Outcome fungsional diukur menggunakan indeks Barthel selama perawatan fase akut stroke iskemik. Skor Indeks Barthel dikategorikan menjadi kurang dari 50 dan lebih atau sama dengan 50. Lokasi stroke iskemik dinilai berdasarkan gejala klinis pada pasien yang dikategorikan dalam klasifikasi Bamford dan hasil CT scan kepala. Klasifikasi Bamford membagi stroke iskemik menjadi total anterior circulation syndrome (TACS), partial anterior circulation syndrome (PACS), lacunar syndrome (LACS) dan posterior circulation

3

syndrome (POCS). Sedangkan lokasi infark berdasarkan hasil CT scan kepala dibagi menjadi lesi superficial dan lesi dalam. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah 59 pasien stroke iskemik yang dirawat di bagian Saraf RS Sardjito Yogyakarta dalam antara bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011. Kriteria inklusi yang digunakan adalah semua penderita stroke iskemik fase akut, sedangkan yang termasuk kriteria eksklusi adalah stroke perdarahan, stroke iskemik yang telah melewati fase akut (>7 hari), riwayat penyakit selain stroke yang menyebabkan sekuele kelemahan anggota gerak. Dilakukan pengumpulan data dasar berupa jenis kelamin, usia, gejala-gejala stroke meliputi nyeri kepala, vertigo, gangguan motorik, gangguan sensorik, parese nervus kranialis, gangguan fungsi luhur, lokasi lesi berdasarkan gambaran CT scan dan skor indeks Barthel. Dari gejala-gejala yang ditemukan pada pasien ditentukan jenis stroke infark berdasarkan klasifikasi Bamford/OCSP, yaitu total anterior circulation syndrome (TACS), partial anterior circulation syndrome (PACS), lacunar syndrome (LACS) dan posterior circulation syndrome (POCS). Sedangkan lokasi lesi berdasarkan CT scan dibedakan menjadi lesi superfisial, lesi dalam lesi campuran (superfisial dan dalam) dan normal. Analisis Statistik Analisis statistik dibagi menjadi tahap analisis statistik deskriptif dan tahap statistik analitik. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung rata-rata dan proporsi antara jenis stroke dan letak lesi berdasarkan gambaran CT scan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis stroke infark (PACS, LACS, POCS dan TACS) serta letak lesi (lesi superfisial, lesi dalam, campuran dan normal) yang merupakan skala nominal. Sedangkan variabel tergantung yang dinilai adalah outcome fungsional berupa skor indeks Barthel yang merupakan skala numerik, yang kemudian dikategorikan menjadi