Full
description
Transcript of Full
Herpes Zoster: Sudut Pandang pada Pencegahan BaruStefanati Armando, Valente Nicoletta, Previato Sara, Giordani Matilde, Lupi Silvia and Gabutti Giovanni
Abstrak
Herpes Zoster, merupakan reaktivasi dari fase laten virus varisela zoster di ganglion, sering ditemukan pada usia 50 tahun atau lebih. Penuaan dan kondisi lain yang dapat menurunkan atau menekan imunitas terhadap VZV berhubungan dengan onset penyakit herpes zoster. Komplikasi utama adalah postherpetic Neuralgia, suatu kondisi menyakitkan yang berlangsung lama. Terapi farmakologi mungkin tidak begitu optimal dan perbaikan kualitas hidup penderita tidak signifikan, terutama pada pasien lanjut usia. Pencegahan sangat dibutuhkan. Vaksin yang tersedia saat ini dengan profil yang baik dari tingkat kekebalan tubuh, dan keberhasilan dan keamanan mewakili pilihan untuk mencegah herpes zoster dan neuralgia postherpetik.
SINGKATAN
HZ: Herpes Zoster; VZV: Varicella Zoster Virus; CMI: Cell Mediated Immunity; PHN: Postherpetic Neuralgia; VAS: Visual Analogical Scale; PFU:Plaque-Forming Unit; FDA:Food and Drug Administration; CI:Confidence Interval; SPS:Shingles Prevention Study; STPS:Short Term Persistence Substudy; LTPS:Long Term
PENDAHULUAN
Herpes Zoster (HZ) yang sudah dikenal lama sejak zaman dahulu yang
disebabkan oleh virus varisela zoster, yang termasuk dalam herpes virus
ditularkan melalui udara atau kontak langsung melalui lesi kulit pada pasien.
Tempat perkembangan virus biasanya menyebar cenderung endemic-epidemic
yang menyerang usia anak-anak. Infeksi primer menyebabkan penyakit varisela
(chickenpox) yang sangat menular dan merangsang imunitas humoral dan seluler
terhadap VZV. Selama infeksi primer, VZV bergerak sentripetal menuju saraf
ganglion, kemudian akan menetap disana dan menyebabkan infeksi laten. Onset
HZ bergantung pada beberapa faktor, meskipun kejadiannya dihubungkan dengan
penurunan CMI. Penurunan CMI sangat begantung pada umur, dimana
1
kejadiannya meningkatkan dengan bertambahnya usia. Reaktivasi VZV terjadi di
ganglia neuron, menyebabkan nekrosis neuron, inflamasi lama dan neuritis,
kemudian virus akan mencapai permukaan kulit atau mukosa yang dipersarafi
oleh saraf yang terinfeksi oleh VZV, virus ini akan bereplikasi dan menimbulkan
kelompok vesikel. Pada banyak pasien, gejala seperti ruam dengan distribusi
dermatologis dan nyeri akan hilang dalam 1 – 2 bulan. HZ yang terkait dengan
gejala nyeri mengindikaikan neurotropisme VZV dan bisa dikatakan kronis,
disebut neuralgia postherpetic yang dapat bertahan setidaknya 1 – 3 bulan setelah
erupsi. Risiko perkembangan HZ selama hidup antara 10 - 30 %,, dapat menigkat
sampai 50% pada umur lebih dari 85 tahun. Onset HZ dapat dipengaruhi oleh
jenis kelamin, cuaca, ras, stress psikologi, trauma mekanik, bahan kimia beracun
yang mempengaruhi imunitas dan genetik.
Insiden HZ sama di seluruh dunia, tanpa dipegaruhi oleh musim, tren
epidemik dan usia. Sekitar 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan 1
dari 4 orang akan menderita HZ dalam hidupnya. Dalam suatu sumber,
menjelaskan bahwa 2 – 3 kasus dalam 1000 orang/tahun terjadi pada usia 20 – 50
tahun, 5 kasus/1000 orang/tahun terjadi pada dekade ke-6, 6 – 7 kasus ada 1000
orang/tahun terjadi pada decade ke-7 dan ke-8. Penderita HZ yang berusia lebih
dari 50 tahun akan mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan. Insiden
meningkat dipengaruhi oleh umur, dimana 4 kali lebih tinggi pada usia >70 tahun
dibandingkan pasien berusia <60 tahun. Oleh karena itu, seiring menuanya
populasi, peningkatan insiden HZ di masa yang akan datang bisa diperkirakan.
HZ hanya terjadi sekali selama kehidupan, dimana rekurensi hanya berkisar 4-5%.
Komplikasi terjadi pada 13-40% kasus. Yang paling sering adalah PHN diamana
2
insidennya berkisar antara 10-20% penderita HZ (30% pada lansia). Secara umum
80% dari kasus PHN terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun.
GEJALA KLINIS DAN TERAPI
HZ ditandai oleh ruam bervesikel dan nyeri dengan distribusi sesuai
dermatom. Reaktivasi virus varisela zoster meliputi fase prodormal yang terjadi 1-
5 hari sebelum terbentuknya ruam pada 70-80% kasus, ditandai oleh respon imun
dan inflamasi pada sel neuronal. Gejala prodormal umumnya tidak spesifik. Pada
fase akut penyakit, VZV menginfeksi sel sel pada lapisan dermis dan epidermis,
menyebabkan timbulnya ruam yang terjadi pada satu dermatom saja. Ruam
unilateral yang sesuai dengan dermatom ini dibagi menjadi 4 stadium yaitu:
eritema, vesicular, pustular, dan ulseratif.
Secara umum, HZ menyerag dermatom tingkat T1 sampai L2, serta
cabang pertama dari nervus trigeminus, tetapi tidak jarang lesi pada pasien
tersebut berkembang juga pada dermatom yang berdekatan. Seiring bertambahnya
usia, lesi pada cranial (herpes oftalmika) lebih sering dijumpai, sementara lesi
pada dada lebih jarang. Fase non-vesikular bersifat non-infeksius. Bersamaan
dengan erupsi, kebanyakan pasien mengalami nyeri pada dermatom disebabkan
oleh neuritis akut yang ditandai dengan nyeri rasa terbakar dan dalam, rasa
tertusuk, gatal atau nyeri, sedang sampai berat. Nyeri akut pada HZ kemungkinan
disebabkan oleh nyeri nosiseptif yang disebabkan oleh inflamasi pada kulit dan
nyeri neuropatik yang disebabkan oleh cedera pada saraf. Fase kronik ditandai
dengan adanya PHN yang muncul ketika nyeri tidak hilang meskipun ruamnya
sudah sembuh. Pada umur tua, peningkatan keparahan dari nyeri akut dan ruam
merupakan faktor risiko dari PHN. PHN merupakan aspek paling berperan pada
3
PHN beserta komplikasinya. Pasien dengan PHN dapat mengalami nyeri yang
menetap (rasa terbakar dan berdenyut), intermiten (seperti tertusuk atau teregang),
atau muncul dari situmulus yang normalnya tidak akan menyakitkan. Selain itu,
PHN menurunkan status fungsional pada pasien tua karena mengganggu aktivitas
sehari-hari. PHN ditandai dengan nyeri yang berhubungan dengan HZ kronik
yang berlangsung setidaknya 3 bulan setelah onset ruam dan nyeri akut yang
disebabkan oleh penyakit HZ, dan intensitas nyeri yang mencapai setidaknya 3
pada VAS. Beberapa penelitian telah menguji adanya gejala persisten selama 10
tahun setelah onset HZ , berdasarkan episode nyeri dengan perubahan fungsional
saraf. Komplikasi lain, walaupun lebih jarang, pada orang tua atau dengan
penurunan imunitas, yaitu infeksi zoster yang luas, inflamasi mata
(ketidakmampuan melihat), stroke, paralisis motorik fokal. Komplikasi lainnya
adalah sindrom Ramsay Hunt yang terjadi akibat pengaruh VZV pada saraf wajah
sehingga menyebabkan paralisis unilateral wajah yang disertai dengan ruam
bervesikel pada liang telinga luar, daun telinga atau membrane timpani atau
palatum atau lidah. Tujuan utama pengobatan adalah mempercepat penyembuhan
dari erupsi, meredakan nyeri, dan mengurangi komplikasi. Walaupun pengobatan
dari HZ dan PHN sudah lebih baik, pilihan pengobatan , menggunakan antivirus,
anti inflamasi, dan obat analgetik tidak selalu efektif. Terapi antivirus lebih
efektif jika dimulai dalam 72 jam setelah ruam muncul., tapi diagnosis dini pada
HZ cukup sulit karena keterlambatan menemui dokter.
Pedoman merekomendasikan antiviral oral selama 7 hari pada pasien
dengan HZ yang memiliki risiko berkembang menjadi PHN (pasien usia 50 tahun
ke atas dengan nyeri akut yang serius, ruam berat, atau gejala prodromal yang
4
nyata). Meskipun penggunaan kombinasi antidepresan trisiklik, antikonvulsan
(gabapentin dan pregabalin) dan analgetik, PHN sering tidak mempan terhadap
pengobatan farmakologi dan strategi pencegahan.
VAKSINASI
Mengingat dampak epidemiologi, komplikasi, dan biaya pengobatan (yang
sering tidak begitu optimal), sebuah pendekatan preventif sangat dibutuhkan.
Beberapa peneliti telah menyarankan intervensi spesifik untuk menurunkan
frekuensi dan tingkat keparahan HZ: selama bertahun-tahun, telah dikonfirmasi
bahwa vaksin untuk cacar, terutama yang sifat antigenic yang tinggi,
meningkatkan imunitas selular yang signifikan.
Saat ini vaksin terhadap HZ telah dilisensi. Ini merupakan virus hidup
yang dilemahkan dari strain Oka VZV digunakan untuk imunisasi varisela pada
anak-anak, tetapi dengan kekuatan rata-rata lebih tinggi, equalto 24600 PFU
(konten antigen setidaknya 14 kali lebih tinggi dari vaksin cacar yang digunakan
pada kanak-kanak).
Pada tahun 2006, The United States Food and Drug Administration
(FDA), pertama kali menyetujui vaksin untuk orang berusia 60 tahun ke atas dan
pada 2010, juga pada dewasa berusia antara 50-59 tahun atas dasar keselamatan
dan keberhasilan pada studi di kelompok usia ini (ZEST).
Di Eropa otorisasi diberikan pada Mei 2006. Vaksin tersedia dalam bentuk
bubuk dan pelarut untuk dilarutkan dalam suspensi untuk injeksi, adalah
diindikasikan untuk imunisasi pada individu berusia 50 tahun atau lebih dan
diberikan subkutan sebagai dosis tunggal 0,65 ml di wilayah deltoid pada lengan.
5
Keberhasilan klinis vaksin telah dibuktikan dalam studi pada individu berusia 60
tahun lebih (SPS) dan individu usia 50-59 tahun (ZEST). Vaksin HZ secara
signifikan mengurangi risiko perkembangan penyakit dan PHN dan juga memiliki
efek pada kejadian penyakit lain yang terkait dengan HZ. Studi SPS menunjukkan
bahwa penggunaan vaksin menyebabkan pengurangan signifikan kejadian herpes
zoster 51,3% (95% CI = 44.2-57,6) dan penurunan insiden PHN 66,5% (95% CI =
47.5-79,2). Pada kelompok usia 60-69 tahun, kejadian mengalami penurunan
sebesar 63,9%, dibandingkan dengan 37,6% dari populasi usia 70 tahun dan 18%
pada mereka yang berusia lebih dari 80 tahun, membuktikan menjadi kurang
efektif pada orang tua. Selama studi SPS, juga didapatkan bahwa vaksin HZ
aman dan memiliki toleransi yang baik
Studi ZEST termasuk 22.439 subyek yang berusia 50-59 tahun,
menunjukkan keberhasilan sebesar 69,8% (95% CI = 54,1-80,6) dalam
pencegahan HZ selama follow up (rata-rata 1,3 tahun). Sebuah studi STPS, yang
dimulai pada tahun 2004 sebagai studi sekunder dari SPS dengan tujuan untuk
terus memantau efektivitas vaksin HZ, dilakukan pada 14.270 subyek 4-7 tahun
setelah vaksinasi dan menunjukkan keberhasilan sebesar 39,6% (95% CI = 18,2-
55,5) untuk pencegahan HZ dan 60,1% (95% CI = 9,8-86,7) untuk pencegahan
PHN.
LTPS, memperpanjang follow up sampai 12 tahun setelah vaksinasi,
menilai durasi perlindungan terhadap HZ dan PHN sekitar sepertiga dari subyek
yang divaksinasi sebelumnya pada studi SPS dan STPS (6.867 orang).
6
Keberhasilan vaksin diperkiraan (pada subyek usia 70 tahun) sebesar 21% untuk
kejadian HZ dan 35% untuk kejadian PHN.
DISKUSI DAN KESIMPULAN
HZ adalah penyakit yang sangat umum terjadi dan dapat dikaitkan dengan
komplikasi berat yang dapat menurunkan kualitas hidup. Meskipun penyakit ini
tersebar luas, cepat dan tepat dalam mendiagnosis dan mentatalaksana kadang-
kadang terabaikan. Komplikasi yang paling sering adalah PNH, nyeri kronik yang
berat dan dapat menetap beberapa bulan atau bertahun-tahun. Sejak adanya
pengobatan yang efektif, dengan toleransi efek samping, tantangan klinisi
terutama pada populasi yang lemah dan lanjut usia meningkat, sehingga strategi
pencegahan sangat penting.
Kesimpulanya, vaksin yang tersedia saat ini memiliki baik dari segi
imunogenitas dan keampuhan yang baik, juga keefektifan didukung oleh
penelitian, sedangkan data follow up (STPS dan LTPS) menunjukan keampuhan
yang menetap, bahkan jika perlindungan semakin menurun dari waktu ke waktu
dan dengan meningkatnya usia pasien. Tampaknya jelas karena keuntungan dari
vaksin HZ, dimana penggunaanya dapat memiliki dampak positive pada
kesehatan lanjut usia, membantu untuk memberikan kepada populasi lanjut usia
yang sehat, bebas dari rasa sakit dan komplikasi akibat HZ, terutama PHN.
7