Frozen Shoulder

14
FROZEN SHOULDER 1. Definisi Frozen shoulder adalah suatu kondisi dimana pada bidang kesehatan disebut dengan Adhesive Capsulitis. Frozen shoulder adalah kelainan yang dikarakteristikan dengan timbulnya nyeri dan berkurangnya gerakan atau terdapatnya kekakuan pada bahu. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, akan tetapi melibatkan proses penebalan dan kontraktur dari kapsul yang menyelubungi persendian bahu. 2. Prevalensi Terjadi pada 2% dari seluruh populasi. Prevalensi frozen shoulder berhubungan dengan jenis kelamin dan umur. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Lebih sering terjadi antara umur 40-60 tahun. Frozen shoulder sering mengenai pada bahu yang dominan maupun non dominan. 3. Anatomi bahu Persendian bahu terdiri dari 3 tulang, yaitu: scapula, clavicula, dan humerus. Terdapat juga 3 sendi, yaitu: glenohumeral, acromioclavicular (AC), dan sternoclavicular (SC). Scapula berbentuk segitiga, tulang pipih yang dikelilingi oleh otot. Terdapat processus coracoid yang

description

frozen shoulder penatalaksanaan, rehabilitasi medik, pengenalan untuk aplikasi sehari-hari, referat frozen shoulder, definisi

Transcript of Frozen Shoulder

Page 1: Frozen Shoulder

FROZEN SHOULDER

1. Definisi

Frozen shoulder adalah suatu kondisi dimana pada bidang kesehatan

disebut dengan Adhesive Capsulitis. Frozen shoulder adalah kelainan yang

dikarakteristikan dengan timbulnya nyeri dan berkurangnya gerakan atau

terdapatnya kekakuan pada bahu. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti,

akan tetapi melibatkan proses penebalan dan kontraktur dari kapsul yang

menyelubungi persendian bahu.

2. Prevalensi

Terjadi pada 2% dari seluruh populasi. Prevalensi frozen shoulder

berhubungan dengan jenis kelamin dan umur. Lebih sering terjadi pada wanita

daripada laki-laki. Lebih sering terjadi antara umur 40-60 tahun. Frozen

shoulder sering mengenai pada bahu yang dominan maupun non dominan.

3. Anatomi bahu

Persendian bahu terdiri dari 3 tulang, yaitu: scapula, clavicula, dan

humerus. Terdapat juga 3 sendi, yaitu: glenohumeral, acromioclavicular (AC),

dan sternoclavicular (SC).

Scapula berbentuk segitiga, tulang pipih yang dikelilingi oleh otot.

Terdapat processus coracoid yang terletak pada bagian superior dan merupakan

origo dari m. Coracobrachialis dan m. Biceps caput brevis. Bagian menonjol

lainnya yang penting dari scapula adalah acromnion, terletak di bagian posterior.

Ligamen coracoacromial menstabilisasi caput humerus saat pergerakan ke

superior. 2 ligamen coracoclavicular mencegah tergelincirnya tulang clavicula ke

arah superior. Clavicula adalah tulang berbentuk tubular yang berhubungan

dengan acromnion di sebelah lateral dan manubrium di sebelah medial.

Page 2: Frozen Shoulder

Bagian proximal dari tulang humerus terdiri dari caput humerus,

tuberositas major dan minor, dan collum humures. Caput humerus terletak

retroversi atau sudutnya posterior, kira-kira 30 derajat menghubungkan bagian

anterior dari scapula pada cavum thorax. Glenoid labrum mengelilingi jaringan

fibrocartilogenous untuk meningkatkan area permukaan dari fossa glenoid dan

stabilitas dari bahu.

Musculus deltoid adalah otot yang besar, bertenaga yang fungsi utamanya

adalah gerakan bahu abduksi. Setengah bagian anterior deltoid berfungsi untuk

elevasi bahu, dan setengah bagian posterior untuk ekstensi bahu. Bagian bawah

deltoid terdapat 4 otot rotatory cuff, yaitu: subscapularis yang berada di anterior,

supraspinatus yang berada di superior, dan infraspinatus serta teres minor yang

berada di posterior. Otot deltoid melakukan sebagian besar kekuatan gerakan

dari bahu sedangkan rotatory cuff bekerja untuk menemukan posisi yang sesuai

dan mempertahankan efisiensi dan stabilitas dari gerakan bahu dengan cara

kompresi, depresi, dan mempertahankan caput humerus pada fossa glenoidalis.

Otot lain yang berperan penting adalah trapezius, latissimus dorsi, serratus

anterior, dan pectoraalis major.

Arteri subclavian melewati bagian bawah clavicula dan berlanjut ke arteri

axillaris yang melewati bagian anterior daripada persendian bahu. Anastomose

dari cabang arteri axillaris memberikan sirkulasi kolateral yang penting untuk

ekstremitas bagian atas. Suplai darah yang utama pada caput humerus adalah

arteri anterior humeral circumflexy. Syaraf yang mensyarafi bahu adalah:

pleksus brachialis dan cabang-cabangnya, syaraf simpatetis, syaraf

supraclavicular

Page 3: Frozen Shoulder

4. Faktor Resiko

Diabetes mellitus. Frozen shoulder dapat menyerang pasien diabetes

sekitar 10-20% tanpa sebab yang jelas.

Hypothyroidism

Hyperthyroidism

Parkinson’s disease

Penyakit jantung

Pasca bedah

Pasca cidera bahu

Imobilisasi bahu

5. Klasifikasi

Page 4: Frozen Shoulder

Frozen shoulder dibagi menjadi:

Primary frozen shoulder : bila terjadi tanpa ada penyebab yang jelas

Secondary frozen shoulder: bila terjadi akibat adanya cidera, bedah atau

penyakit.

6. Sign and symptom

Gejala utama dari frozen shoulder adalah adanya nyeri dan kekakuan.

Nyeri bisa bertambah parah saat malam hari dan dapat diprovokasi dengan

posisi tidur miring pada bahu yang sakit.

Berkurangnya gerakan bahu juga termasuk untuk kehidupan sehari-hari,

termasuk aktivitas normal seperti memakai baju mengangkat telepon dan

bekerja.

7. Fase

Frozen shoulder memiliki tahapan dari progresifitas. Masing-masing

tahapan berlangsung selama beberapa bulan. Normal lama progresivitas pada 3

tahapan tersebut bisa berlangsung antara 6 bulan sampai 2 tahun.

Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

Tahap satu, freezing stage disebut juga painful phase, bisa berlangsung 6

minggu sampai 9 bulan. Pada tahapan ini pasien merasakan onset dari nyeri.

Semakin lama nyeri akan semakin bertambah dan bahu mulai terbatas

gerakannya.

Tahap dua, frozen stage disebut juga stiff phase, tahapan ini ditandai dengan

bertambahnya kekakuan secara drastis. Sedangkan untuk nyerinya bisa

bertambah maupun berkurang. Pada tahapan ini bisa berlangsung selama 4-

9 bulan.

Tahap tiga, thawing stage disebut juga recovery phase, pada tahapan ini

pergerakan bahu kembali menjadi normal secara perlahan. Tahapan ini

berlangsung 5-26 bulan.

Page 5: Frozen Shoulder

8. Diferensial Diagnosa

Rotator Cuff Tear = ditandai dengan nyeri bahu tiba-tiba setelah trauma

atau jatuh atau membawa beban berat

Labrum Tear = nyeri yang muncul dengan clicking dan locking shoulder

Malignant tumor = nyeri biasanya tidak berkurang dan memburuk saat

malam hari. Bisa teraba nodul dengan batas tegas maupun tidak.

Impingement Syndrome = nyeri saat menggerakkan tangan ke atas kepala.

Dan ditambah adanya riwayat kegiatan yang sering menggunakan posisi

tangan di atas saat kerja maupun olahraga.

Fraktur = terjadinya nyeri dan adanya limitasi gerakan pada tangan, bahu

dan biasanya berhubungan dengan adanya trauma

Dislokasi sendi = biasanya dikarenakan trauma.

9. Managemen terapi

Tujuan paling penting dalam terapi frozen shoulder adalah memperbaiki

pergerakan. Adanya imobilisasi dapat memperburuk keadaan ini. Prinsipnya

adalah menghilangkan perlekatan. Pada umumnya terapi yang dilakukan pada

pasien frozen shoulder adalah latihan pergerakan dan pengobatan anti inflamasi.

Manipulasi terhadap bahu juga bisa dipertimbangkan.

a. Non Surgical terapi atau konservatif

Page 6: Frozen Shoulder

Untuk melaksanakan terapi dan jenisnya juga bisa mempertimbangkan

tahapan dari frozen shoulder tersebut. Untuk managemen berdasar tahapan

terapi antara lain:

Painful phase. Pada tahapan ini pemberian anti nyeri adalah yang paling

utama. Bisa menggunakan tablet anti nyeri dan juga tablet anti inflamasi.

Dapat juga menggunakan panas, yaitu botol yang berisi air panas.

Fisioterapi pada tahapan ini dilakukan dengan tujuan hanya mengurangi

rasa nyeri dengan pemberian LASER, terapi panas, dingin, atau

menghilangkan nyeri dengan elektroterapi. USD untuk meningkatkan

flexibilitas dari sendi yang kaku. Bisa juga digunakan TENS

(Transcutanuous Electrical Nerve Stimulation) atau akupuntur. Bila

memaksa menggerakkan persendian bahu pada fase ini akan

menyebabkan pasien terasa kesakitan.

Stiff phase. Pada tahapan ini fisioterapi merupakan sebuiah indikasi. Pada

tahapan ini akan diberi latihan-latihan spesifik yang bertujuan untuk

melatih pergerakan dari sendi bahu. Latihan seperti menangkap bola

dapat dilakukan. Selain itu, pelatihan pergerakan oleh fisioterapis juga

dapat dilakukan. Bila luas pergerakan tidak berubah pada fase ini, maka

fisioterapi akan dihentikan, walaupun masih bisa disarankan kepada

pasien untuk melakukan latihan sendiri di rumah untuk mencoba

mempertahankan pergerakan dari sendi bahu pada fase ini.

Recovery phase. Pada tahapan ini kekakuan daripada sendi bahu akan

semakin berkurang, sehingga terapi pada tahapan ini tidak spesifik.

Pasien dapat melakukan latihan pergerakan sendiri di rumah.

Page 7: Frozen Shoulder

Exercise

Pendulum. (misal: bahu kiri yang terkena)

Posisi badan agak membungkuk dengan

tangan kanan bertumpu pada meja

Bahu kiri dijatuhkan lurus ke bawah (rileks)

Gerakan ke depan dan belakang dari pada

badan maupun ke samping

Lengan akan secara otomatis mengikuti

gerakan

Diulang 5-10x

Twisting outwards

Duduk sambil memegang tongkat (misalnya:

payung)

Siku berada di samping badan

Gerakkan dengan tangan yang sehat ke arah

tangan sakit sehingga tangan yang sakit

menjauhi garis tengah

Tubuh tidak boleh ikut berputar

Ulangi 5-10x

Arm overhead. Tidur terlentang (misal yang sakit

bahu kiri)

Bantu menggerakkan tangan yang sakit

dengan memegang bagian pergelangan

tangan

Diangkat sampai diatas kepala

Jangan sampai bahu belakang terangkat

Ulangi 5-10x

Page 8: Frozen Shoulder

Twisting outwards and arm overhead

tidur terlentang

taruh kedua telapak telangan di belakang

kepala atau leher

gerakkan siku ke arah depan

ulangi 5-10x

Kneeling on all focus

Posisikan merangkak

Perlahan duduk ke belakang dengan tangan

tetap ditempelkan pada alas

Ulangi 5-10x

Sit or stand

Buatlah system katrol yang berada di atas

kepala (lebih baik lagi bila berada di atas dan

sedikit di belakang posisi penderita)

Lalu dengan sebuah tali melewati katrol

tersebut, tariklah tangan yang sakit dengan

tangan yang sehat.

Stretching dari bahu belakang

Angkat tangan yang sakit sejajar bahu (bisa

dibantu dengan tangan yang sehat)

Tekuk pada bagian sikunya.

Secara hati-hati tarik siku ke arah bahu yang

sehat.

Ulangi 5 kali. Setiap penarikan tahan ± 20

detik

Tangan di belakang

Pakai posisi istirahat di tempat

Pakai tangan yang sehat untuk mengangkat

tangan sakit ke arah atas

Page 9: Frozen Shoulder

Dapat diganti dengan menggunakan handuk

dengan posisi tangan yang sehat berada di

belakang atas

Ulangi 5x

b. Surgery

Bila didapatkan nyeri dan kekakuan yang signifikan, dapat dilakukan

pembedahan untuk mengurangi tingkat adesi daripada persendian bahu.

Namun sebelumnya perlu dikonsulkan pada bagian ortophedik.

Dipertimbangkan untuk dilakukan prosedur myofacial release atau dengan

MUA.

a. Myofacial release. Disebut juga dengan soft

tissue mobilization. Dilakukan mobilisasi

jaringan lunak pada persendian bahu dengan

cara slow stretching of soft tissue

b. Manipulation under anesthesia (MUA).

Prosedur ini dilakukan dengan cara

pemberian anastesi pada bagian bahu.

Selanjutnya bedah ortopedik akan

memanipulasi bahu untuk mengurangi tingkat

dari adesi.

Kontraindikasi:

Insulin dependent diabetic

Pada pasien dengan resiko tinggi terjadi fraktur, seperti pada

usia lanjut atau pasien dengan osteoporosis

Bila didapatkan perdarahan

Pasien dengan resiko terhadap anastesi.

Page 10: Frozen Shoulder

Daftar Pustaka

1. Morgan WE, Pothoff Sarah. Managing the Frozen Shoulder. Maryland:

Department of Physical Medicine and Rehabilitation.

2. Physiotherapy and Frozen Shoulder. Northern Devon Heelathcare NHS.

Diunduh dari www.northdevonhealthcare.nhs.uk. Diakses pada tanggal 21

Agustus 2012. Barnstaple: 2012.

3. Frozen Shoulder. Queensland Combined Orthopaedic Specialist. Diunduh dari

www.qcos.net.au. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2012.

4. Frozen Shoulder. Oxford Shoulder and Elbow Clinic. Diunduh dari

www.oxfordshoulderandelbowclinic.org.uk. Diakses pada tanggal 21 Agustus

2012. Oxford: 2004.

5. Greene, Walter. Netter’s Orthopaedics. Philadelphia: Elsevier, 2001. p 284-

306.