LAPORAN KASUS Frozen Shoulder
Click here to load reader
-
Upload
wijayanti-sukma -
Category
Documents
-
view
820 -
download
106
description
Transcript of LAPORAN KASUS Frozen Shoulder
LAPORAN KASUS
FROZEN SHOULDER
Disusun Guna memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Formatif Kepanitraan
Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Tugurejo Semarang
Disusun Oleh :
Sukma Wijayanti
012085788
Pembimbing
dr. Noorjanah, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus : Frozen Shoulder
Nama Mahasiswa : Sukma Wijayanti
NIM : 01.208.5788
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Polimeri Liquidani
Umur : 51 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alamat : Puri anjasmoro A 10/3
No CM : 42-09-29
Dirawat di ruang : -
Tanggal masuk RS : -
Mengetahui,
II. DAFTAR MASALAH
NO Masalah Aktif Tanggal NO Masalah Tidak Aktif Tanggal
Dokter Ruangan
( )
Koordinator Mahasiswa
( )
Dokter Pembimbing
( )
1.
2.
Bahu sebelah kanan
terasa kaku
Nyeri pada bahu
kanan bila digerakkan
dan diangkat
2 Agustus
2013
III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Agustus 2013 di Poli Saraf RSUD
Tugurejo Semarang
1. Keluhan Utama : bahu kanan terasa kaku
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
o Lokasi : bahu sampai lengan sebelah kanan
o Onset : keluhan dirasakan ± sudah 1 bulan lebih, keluhan
dirasakan secara perlahan
o Kualitas : bahu kanan nyeri dan kaku saat digerakkan terutama
bila untuk mengangkat tangan
o Kuantitas : pasien kesulitan dalam melakukan aktivitas terutama
saat memakai baju
o Factor memperberat : nyeri bila tangan diangkat
o Factor memperingan : -
o Gejala penyerta : nyeri pada bahu kanan
Riwayat Penyakit Sekarang / Kronologis :
Pasien datang ke Poli Saraf RSUD Tugurejo dengan keluhan bahu sebelah
kanan terasa kaku, keluhan sudah dirasakan ± sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya
pasien merasa bahu kanannya terasa kaku, bila digerakkan terasa nyeri kemudian
pasien memeriksakannya di klinik tapi tidak berkurang keluhannya malah semakin
berat, pasien juga kesulitan bila melakukan aktifitas terutama aktifitas yang harus
mengangkat bahu seperti memakai baju. Karena keluhan tidak berkurang pasien
memeriksakan tangannya ke poli saraf. Pasien mengaku jarang melakukan angkat-
angkat berat, riwayat trauma disangkal. Rasa kelemahan, kesemutan pada tangan
kanan disangkal. Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama yang dialami
pasien.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi
Pasien bekerja sebagai guru, tinggal dengan anak dan suaminya. Suami juga bekerja
sebagai guru. Biaya pengobatan ditanggun sendiri.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5
Tanda Vital
Nadi : 100x/menit, reguler, isi cukup, ekual
Pernapasan : 22 x/menit, reguler
Suhu : 37 0C
TD : 100/70 mmHg
Status Generalis
Kepala : normocephal, distribusi rambut merata. Tanda-tanda trauma (-)
Mata : CA (-/-), SI (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor 3mm/3mm
Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-) napas cuping hidung (-)
Telinga : Normotia, Sekret (-/-)
Mulut
Mukosa bibir lembab, sianosis (-),
Lidah : simetris, tremor (-)
Leher : Tidak terlihat pembesaran KGB atau pembesaran kelenjar tyroid, kaku kuduk
(-).
Status Internus
Torax :
o Inspeksi :
Pergerakan dinding dada simetris.
Retraksi intercostal (-/-).
Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-)
o Palpasi :
Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa
Vokal fremitus dextra-sinistra sama.
Iktus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis kiri.
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler + / +, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Supel
o Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Hepar : Tidak teraba
Splen : Tidak teraba
Ballotement : - / -
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Bising usus (+) N
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif (GCS) : E4M6V5
Mata : pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Tingkah laku : dalam batas normal
Perasaan Hati : dalam batas normal
Orientasi : Orientasi baik, masih mengenal tempat, waktu dan orang.
Cara Berpikir : kesan dalam batas normal
Daya Ingat : kesan dalam batas normal
Kecerdasan : kesan dalam batas normal
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
A. Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri
Daya pembau Normal Normal
N II. (OPTIKUS) Kanan Kiri
Daya penglihatan
Fundus Okuli
Lapang penglihatan
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
N III.(OKULOMOTORIUS) Kanan Kiri
reflek cahaya langsung
Gerak mata ke atas
Gerak mata ke bawah
Gerak mata media
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Diplopia
Normal
Normal
Normal
Normal
3 mm
Bulat, isokor
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
3 mm
Bulat, isokor
(-)
N IV. (TROKHLEARIS) Kanan Kiri
Gerak mata lateral bawah
Diplopia
Normal
(-)
Normal
(-)
N V. (TRIGEMINUS) Kanan Kiri
Menggigit
Membuka mulut
sensibilitas
reflek kornea
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N VI. (ABDUSEN) Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral
Diplopia
Normal
(-)
Normal
(-)
N VII. (FASIALIS) Kanan kiri
Kedipan mata
Lipatan naso-labia
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N VIII. (AKUSTIKUS) Kanan kiri
Mendengar suara Normal Normal
Penurunan pendengaran (-) (-)
N IX. (GLOSOFARINGEUS) Kanan kiri
Arkus faring
sengau
tersedak
Normal
(-)
(-)
Normal
(-)
(-)
N X. (VAGUS) Kanan kiri
Bersuara
Menelan
(+)
(+)
(+)
(+)
N XI. (AKSESORIUS) Kanan kiri
Memalingkan kepala
mengangkat bahu
Sikap bahu
trofi otot bahu
(+)
(+)
Normal
Eutrofi
(+)
(+)
Normal
Eutrofi
N XII. (HIPOGLOSUS) Kanan kiri
Sikap lidah
kekuatan lidah
Artikulasi
trofi otot lidah
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
Normal, bisa
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
Normal, bisa
ANGGOTA GERAK ATAS
Lengan Atas Lengan Bawah Tangan
D S D S D S
Gerakan terbatas Bebas Bebas bebas bebas bebas
Kekuatan 2 5 5 5 5 5
Tropi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus N N N N N N
SENSIBILITAS
Jenis
Rangsang
Lengan atas Lengan bawah Tangan
Kanan Kiri Kanan kiri kanan kiri
Taktil N N N N N N
Nyeri + + + + + +
Posisi N N N N N N
ANGGOTA GERAK BAWAH
Tungkai atas Tungkai bawah Kaki
D S D S D S
Gerakan bebas Bebas Bebas bebas Bebas bebas
Kekuatan 5 5 5 5 5 5
Tonus N N N N N N
Trofi Eu Eu Eu eu Eu eu
Sensibilitas :
nyeri + + + + + +
taktil + + + + + +
posisi N N N N N N
REFLEX FISIOLOGI
Reflex Biceps : +/+
Reflex Trisep : +/+
Reflex Radius: +/+
Reflex Patella : +/+
Reflex Achilles: +/+
Reflex Glabella : tdl
Refleks Patologik Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechterew - -
Pemeriksaan Klonus
Klonus paha/ lutut : - -
Klonus kaki : - -
PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF
Miksi
Inkontinesia urin : Negatif
Retensio urin : Negatif
Defekasi
Inkontinensia alvi : Negatif
Retensio alvi : Negatif
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Test Mossley : +
Test Appley : +
Test Yergerson : +
V. RESUME
Pasien seorang wanita usia 51 tahun datang ke Poli Saraf RSUD Tugurejo dengan
keluhan bahu sebelah kanan terasa kaku, keluhan sudah dirasakan ± sejak 1 bulan
yang lalu. Awalnya pasien merasa bahu kanannya terasa kaku, bila digerakkan
terasa nyeri kemudian pasien memeriksakannya di klinik tapi tidak berkurang
keluhannya malah semakin berat, pasien juga kesulitan bila melakukan aktifitas
terutama aktifitas yang harus mengangkat bahu seperti memakai baju. Karena
keluhan tidak berkurang pasien memeriksakan tangannya ke poli saraf.
Pemeriksaan Fisik :
Status present
KU : baik, Kesadaran : Compos Mentis, GCS :15
TD : 100/70 mmHg, Nadi :100x/menit RR : 22x/menit T : 370c
Status Generalis
Dalam batas normal
Status neurologis :
nn. Cranialis : dbn
Motorik :
Kekuatan :
2/5/5 5/5/5
5/5/5 5/5/5
Sup. Inf.
Gerakan : terbatas/ bebas bebas/bebas
R. Fisiologi : +/+ +/+
R. Patologi : (-)
Sensibilitas : dbn
Vegetasi : dalam batas normal
VI. DD
Frozen shoulder
Bursitis subacromial
Tendinitis bicipitalis
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : frozen shoulder
Diagnosis Tropis : glenohumeral
Diagnosis Etiologi : inflamasi
VIII. INITIAL PLAN
IpDx
o Foto Rongent cervical-thorakal AP, lateral
o MRI
IpTx
o Non Medika Mentosa
Fisioterapi
Active exercise
SWD
o Medika Mentosa
Na diclofenak 2x50 mg
Diazepam 2x2mg
Ranitidin 2x500 mg
Sohobion 1x1
IpMx
o Monitoring KU
IpEx
o Menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit pasien
o Sarankan pada pasien agar patuh dalam pengobatan yang sudah diberikan.
o Disarankan sering melakukan streching
IX. PROGNOSIS
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad vital : dubia ad bonam
Ad fungsional : dubia ad bonam
FROZEN SHOULDER
Definisi
Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi
inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral,
sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang
kronis.
Anatomi dan Fisiologi
Sendi pada bahu terdiri dari tiga tulang yaitu tulang klavikula, skapula, dan
humerus. Terdapar dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu yaitu
sendi akromiklavikular dan glenohumeral. Sendi glenohumeral lah yang berbentuk
“ball-and-socket” yang memungkinkan untuk terjadi ROM yang luas. Struktur-
struktur yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff. Tulang-tulang pada
bahu disatukan oleh otot, tendon, dan ligament. Tendon dan ligament membantu
member kekuatan dan stabilitas lebih. Otot-otot yang menjadi bagian dari rotator
cuff adalah m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor, dan m.
subscapularis.
Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan menjaga
stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung ke
humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga
caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal.
Otot-otot pada rotator cuff menjada “ball” dalam “socket” pada sendi
glenohumeral dan memberikan mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder.
Terdapat dua bursa untuk memberi bantalan dan melingungi dari akromion dan
memungkinkan gerakan sendi yang lancar.
Saat terjadi abduksi lengan, rotator cuff memampatkan sendi glenohumeral,
sebuah istilah yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression),
untuk memungkinkan otot deltoid yang besar untuk terus mengangkat lengan.
Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan naik sampai sebagian keluar
dari fosa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.
Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering
ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada
penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetres dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh.
Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit.
Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan
hipertriglicemi. Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung,
tuberkulosis, dan berbagai kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS,
namun asosiasi ini sebagian besar hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi
case control.
Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi
mendara yang menyebabkan sendi tidak digunakan. Idiopatic frozen shoulder
sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar collum
dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak
menjadalani fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama
juga dapat menyebabkan frozen shoulder.
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau
operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan tetapi
pada sepertiga kasus pergerkana yang terbatas dapat terjadi pada kedua lengan.
Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif
atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri
yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil
akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan
vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,
dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan
bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon
subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul yang
berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan
untuk tulang humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri.
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis
yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan
prolifrasi aktif fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas
sehingga menyebabkan matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang
menyebabkan kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu
juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan
fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan
penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi.
Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain
sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang
disebut frozen shoulder.
Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vakuler
pada frozen shoulder.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari frozen shoulder memiliki cirri khas yaitu terbagi dalam
tiga fase, nyeri, kaku, dan perbaikan. Proses alamiah dari fase-fase ini biasanya
berjalan selama 1 hingga 3 tahun.
Fase pertama sering disebut juga sebagai painful atau freezing stage, fase ini
diawalin dengan rasa nyeri pada bahu. Pasien akan mengeluhkan nyeri saat tidur
dengan posisi miring dan akan membatasi gerak untuk menghindari nyeri. Pasien
akan sering mengeluhkan nyeri pada daerah deltoid. Sering kali pasien tidak akan
meminta bantuan medis pada fase ini, karena dianggap nyeri akan hilang dengan
sendirinya. Mereka dapat mencoba mengurangi nyeri dewngan analgesic. Tidak
ada trauma sebelumnya, akan tetapi pasien akan ingat pertama kali dia tidak bisa
melakukan kegiatan tertentu akibat nyeri yang membatasi pergerakan. Fase ini
dapat berlangsung selama 2 sampai 9 bulan.
Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan bahu
menjadi sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit untuk
melalukan kegiatan sehari-hari, terutama yang memerlukan terjadinya rotasi
interna dan externa serta mengangkat lengan seperti pada saat keramas atau
mengambil sesuatu yang tinggi. Saat in pasien biasanya mempunyai keluahans
spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau
mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan
hingga 1 tahun.
Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai
bisa menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk
melakukan aktivitas akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi
mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi internal
dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang. Terdapat pula
restriksi pada rotasi eksternal.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak
sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien
tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari
tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
Faktor Resiko
Frozen shoulder lebih sering terjadi pada wanita. Frozen shoulder sering
terjadi pada orang yang pernah mengalami trauma atau operasi pada sendi bahu.
Orang dengan diabetes, penyakit jantung, penyakit paru, hipertiroid, dan
hipertriglisemi cenderung berisiko untuk mengalami frozen shoulder.
Pemeriksaan Penunjang
Pada prinsipnya diagnosa frozen shoulder ditegakan berdasarkan manifestasi
klinis. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis hanya dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan lab kadang
dilakukan karena sering pada penderita fronzen shoulder merupakan penderita
diabetes yang tidak diketahui.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk
mengurangi nyeri.
Langkah selanjutnya biasanya melibatkan satu atau serangkaian suntikan
steroid (sampai enam) seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu
dilakukan dalam beberapa bulan. Injeksi biasanya diberikan dengan bantuan
radiologis, bisa dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan
untuk memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison injeksikan
pada sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu
juga dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada
kapsul untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini
disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang meragukan
kegunaan terapi tersebut.
Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter dapat
merekomendasikan manipulasi dari bahu dibawah anestesi umum untuk
melepaskan perlengketan. Opersai dilakukan pada kasus yang cukup parah dan
sudah lama terjadi. Biasanya operasi yang dilakukan berupa arthroskopi.
Mungkin diperlukan juga fisioterapi dan latihan gerak. Fisioterapi dapat
berupa pijatan atau pemeberian panas.
Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.