Frozen Shoulder

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Frozen shoulder, atau juga sering disebut sebagai adhesive capsulitis, merupakan suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis. Adhesive capsulitis merupakan suatu kondisi yang sangat nyeri dan melumpuhkan dan sering menyebabkan frustrasi besar bagi pasien dan perawatnya karena pemulihannya yang lambat. Pergerakan bahu menjadi sangat terbatas. Nyerinya biasanya terus-menerus, bertambah parah pada malam hari, atau saat udara menjadi lebih dingin, dan akibat keterbatasan pergerakan sehingga membuat melakukan kegiatan sehari-hari menjadi sulit. Kondisi ini, dimana penyebabnya masih belum diketahui, dapat berlangsung selama lima bulan hingga tiga tahun, dan pada beberapa kasus diduga disebabkan oleh suatu trauma atau luka pada daerah tersebut. Diduga proses otoimun berperan, yaitu tubuh menyerang jaringan sehat yang terdapat pada kapsul. Adanya kekurangan cairan pada sendi juga menyebabkan keterbatasan gerak. Selain kesulitan dalam melakukan tugas sehari-sehari, pasien dengan adhesive capsulitis terkadang mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang bertambah pada malam 1

description

frozen shoulder

Transcript of Frozen Shoulder

Page 1: Frozen Shoulder

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frozen shoulder, atau juga sering disebut sebagai adhesive capsulitis,

merupakan suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu,

yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut

menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.

Adhesive capsulitis merupakan suatu kondisi yang sangat nyeri dan

melumpuhkan dan sering menyebabkan frustrasi besar bagi pasien dan

perawatnya karena pemulihannya yang lambat. Pergerakan bahu menjadi

sangat terbatas. Nyerinya biasanya terus-menerus, bertambah parah pada

malam hari, atau saat udara menjadi lebih dingin, dan akibat keterbatasan

pergerakan sehingga membuat melakukan kegiatan sehari-hari menjadi sulit.

Kondisi ini, dimana penyebabnya masih belum diketahui, dapat

berlangsung selama lima bulan hingga tiga tahun, dan pada beberapa kasus

diduga disebabkan oleh suatu trauma atau luka pada daerah tersebut. Diduga

proses otoimun berperan, yaitu tubuh menyerang jaringan sehat yang

terdapat pada kapsul. Adanya kekurangan cairan pada sendi juga

menyebabkan keterbatasan gerak.

Selain kesulitan dalam melakukan tugas sehari-sehari, pasien dengan

adhesive capsulitis terkadang mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang

bertambah pada malam hari. Kondisi ini dapat berlanjut menyebabkan

depresi serta nyeri pada leher dan punggung.

Faktor resiko dari frozen shoulder adalah diabetes, stroke, kecelakaan,

penyakit paru, kelainan jaringan ikat, dan penyakit jantung. Kondisi ini jarang

terjadi pada orang-orang dibawah usia 40 tahun.

Pengobatan mungkin menyakitkan dan berat dan terdiri dari terapi fisik,

pengobatan, terapi pijat, hydrodilatation atau operasi. Seorang dokter juga

dapat melakukan manipulasi di bawah anestesi, yang membuka perlekatan

dan jaringan parut pada sendi untuk membantu memulihkan gerak sendi.

Nyeri dapata diatasi dengan analgesic dan NSAID. Kondisi ini sering kalo

merupakan penyakit self-limiting, dapat sembuh tanpa operasi tapi

memerlukan waktu hingga dua tahun. Sebagian besar penderita penyakit ini

1

Page 2: Frozen Shoulder

dapat mengembalikan 90% dari kemampuan gerak sendi bahu. Pasien

dengan frozen shoulder dapat mengalami kesulitan bekerja dan melakukan

aktivitas sehari-hari untuk beberapa waktu.

2.2 Tujuan

Untuk mengetahui definisi, etiologi, diagnosis, manifestasi klinis, dan

penatalaksanaan pada frozen shoulder.

2

Page 3: Frozen Shoulder

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

1. Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh

sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi

kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular,

permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau

sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai

konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi,

disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional

sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, dan sebagainya atas

kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi- sendi lainnya.

Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung

tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas

glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan

kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat

sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya (Soeharyono,

2004; Priguna, 2003).

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:

a. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala

sendinya tidak sebanding.

b. Kapsul sendinya relatif lemah.

c. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot

supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.

d. Gerakannya paling luas.

e. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah

mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya

(Soeharyono, 2004).

3

Page 4: Frozen Shoulder

2. Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars):

a. Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik

mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf

reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan

sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan

sendi.Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang

pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial,

tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita

tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis

sendi.

b. Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf

reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan

stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi. Kita dapat

merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan

tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa

(Soeharyono, 2004).

4

Page 5: Frozen Shoulder

3. Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,

sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada

gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan

degenerasi kartilago (Soeharyono, 2004).

2.2 Frozen Shoulder (Adhesive Capsulitis)

2.2.1 Definisi

Adhesive capsulitis, sering disebut sebagai frozen shoulder adalah

Suatu penyakit yang idiopatik, progresif, yang menyebabkan keterbatasan

luas gerak sendi baik aktif maupun pasif.

2.2.2 Etiologi

Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih

belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain

periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau

operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular, clinical

depression dan Parkinson.

Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007

mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :

a.Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita

bersamaan dengan datangnya menopause.

b.Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen

shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti

menderita pada saat yang sama.

c.Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap

hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.

d.Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan

berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen

bahu.

5

Page 6: Frozen Shoulder

2.2.3 Patofisiologi

Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa

penulis menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang

lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekauan

sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada

pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di

mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada

posisi tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan

kongesti sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan

menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi

fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid,

adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan

bisep, perlekatan kapsul sendi.

Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan

thrombine dan fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein

tersebut menyebabkan penjedalan dalam darah dan membentuk suatu

substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang

menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.

Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder. (Cininta,

2011)

In frozen shoulder, the smooth tissues of the shoulder capsule become thick, stiff, and inflamed

(American Association Orthopaedic Surgeon, 2011)

2.2.4 Manifestasi klinis

Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta

gerakan sendi bahu yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan abduksi,

6

Page 7: Frozen Shoulder

sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat

intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal itu terjadi gangguan

lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6-12

bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke

18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.

Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :

a. Pain ( freezing )

Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat,

gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut

ini berakhir sampai 10 -36 minggu.

b. Stiffness ( frozen )

Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau

perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral

yang diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12

bulan.

c. Recovery (thawing)

Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada

sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang

nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.

2.2.5 Diagnosis

1. Anamnesis

a) Anamnesis Umum : Identitas penderita

b) Anamnesis khusus: Nyeri di bagian depan dan samping bahu dan

keterbatasan gerak bahu

Keluhan utama penderita

Lokasi keluhan utama

Sifat keluhan utama

Lamanya keluhan

Faktor-faktor yang memperberat keluhan

2. Pemeriksaan Fisik

7

Page 8: Frozen Shoulder

a.    Inspeksi

Statis : dari depan dan belakang akan terlihat bahu yang

terkesan reliefnya mendatar, bahkan kempis karena atrofi otot

deltoid, supraspinatus, dan otot-otot rotator cuff lainnya, oedem

(+ / – )

Dinamis : biasanya lengan pasien frozen shoulder akan kurang

terayun saat berjalan

b.   Pemeriksaan Gerak Dasar

keterbatasan luas gerak sendi aktif dan pasif

1)   Gerak Aktif

Fleksi shoulder : sangat nyeri, ROM terbatas

Ekstensi shoulder : sedikit nyeri, ROM terbatas

Abduksi               : nyeri, ROM terbatas

Adduksi               : sedikit nyeri, ROM terbatas

Endorotasi            : sangat nyeri, ROM terbatas

Eksorotasi            : nyeri, ROM terbatas

2)   Gerak Pasif

Fleksi shoulder     : sangat nyeri, ROM terbatas

Ekstensi shoulder : sedikit nyeri, ROM terbatas

Abduksi               : nyeri, ROM terbatas

Adduksi               : sedikit nyeri, ROM terbatas

Endorotasi             : sangat nyeri, ROM terbatas

Eksorotasi             : nyeri, ROM terbatas

c.    Palpasi

Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang

membentuk “musculotendineus rotator cuff” dan sendi

acromioclavicular.

3. Tes spesifik

a. Appley stretch test

8

Page 9: Frozen Shoulder

Merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lengkap gerak sendi

aktif pasien

1)  Eksternal rotasi dan abduksi

Pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus

medialis scapula sisi kontra lateral dengan tangan melewati

belakang kepala. Pada penderita frozen shoulder akibat

capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa melakukan gerakan

ini. Bila pasien tidak dapat melakukan karena adanya nyeri

maka ada kemungkinan terjadi tendinitis rotator cuff.

2)        Internal rotasi dan adduksi

Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior

scapula sisi kontra lateral, bergerak menyilang punggung.

Pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva

biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini.

b. Tes Mosley / Drop arm test

Tes ini bertujuan untuk

memeriksa adanya

kerobekan dari otot rotator

cuff terutama otot

supraspinatus. Dimana

pasien disuruh

mengabduksikan lengannya

9

Page 10: Frozen Shoulder

dalam posisi lurus secara penuh, kemudian pasien disuruh

menurunkannya secara perlahan-lahan apabila pasien tidak bisa

menurunkan dengan perlahan tapi lengan langsung jatuh berarti

tes positif.

c. Joint play movement test

Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan gerakan

transalasi (traksi, kompresi, dan gliding) secara pasif untuk

menggambarkan apa yang terjadi di dalam sendi ketika

dilakukan gerakan translasi. Pada frozen shoulder terjadi akibat

capsulitis adhesiva, pola keterbatasan gerak sendi bahu dapat

menunjukkan pola yang spesifik, yaitu pola kapsuler saat

dilakukan pemeriksaan ini. Pola kapsuler sendi bahu yaitu gerak

eksorotasi paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak

abduksi dan endorotasi, atau dengan kata lain gerak eksorotasi

lebih nyeri dan terbatas dibandingkan dengan gerak endorotasi.

Bila pada pemeriksaan gerak eksorotasi ditemukan paling nyeri

dan terbatas kemudian diikuti gerak abduksi dan abduksi lebih

terbatas daripada gerak endorotasi maka tes positif adanya

frozen shoulder dan terdapat pola kapsuler. Pada frozen

shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva kualitasa gerakan

yang terjadi pada saat menggerakkan bonggol sendi humerus

terasa adanya suatu tahanan dari dalam, yang dapat

menyebabkan munculnya rasa nyeri dan keterbatasan LGS pada

saat menggerakkan sendi bahu kearah eksorotasi, endorotasi,

abduksi, dan fleksi yang berarti sesuai dengan pola kapsuler

yaitu, eksorotasi>abduksi>endorotasi.

4. Pemeriksaan penunjang

X-Ray posisi AP netral, rotasi internal, rotasi eksternal, dan

supraspinalis outlet

X-Ray axillary views untuk mendiagnosa banding dengan

dislokasi, fraktur dan locking osteofit.

10

Page 11: Frozen Shoulder

2.2.6 Diagnosa Banding

a) Rotator cuff disease : Rotator cuff tendinopathy mirip dengan adhesive

capsulitis fase awal karena terdapat keterbatasan gerakan rotasi

eksternal, namun hasil tes kekuatan masih dalam batas normal.

b) Dislokasi posterior : gejalanya adalah nyeri bahu dan keterbatasan

ROM, tetapi tidak seperti adhesive capsulitis. Dislokasi posterior

diakibatkan oleh trauma yang spesifik.

c) Osteoarthritis : terdapat keterbatasan gerakan abduksi dan rotasi

eksternal secara aktif, tetapi tidak ada keterbatasan gerakan secara pasif.

d) Bursitis : gejala klinis sangat mirip dengan adhesive capsulitis fase awal.

Menunjukkan nyeri yang berat pada semua gerakan namun ROM lebih

lebar dibandingkan dengan adhesive capsulitis pada gerakan pasif.

e) Fraktur : Fraktur lengan, tulang rusuk, atau bahu akan membatasi gerak

bahu. Fraktur adalah biasanya berhubungan dengan trauma.

2.2.7 Penatalaksanaan

A. Program Rehabilitasi Medik

Tujuan :

1. Tujuan Jangka Panjang : mengembalikan kapasitas fisik dan

kemampuan fungsional bahu

2. Tujuan Jangka Pendek : mengurangi rasa cemas dan

meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi nyeri, mengurangi

stiffness sendi, meningkatkan ROM shoulder joint, memperbaiki

ADL seperti berpakaian dan toileting

Fase akut

1. Imobilisasi

2. Terapi dingin

Modalitas terapi ini biasanya digunakan untuk nyeri yang

disebabkan oleh cidera muskuloskletal akut

3. LGS pasif pada seluruh gerakan yang bebas nyeri

4. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

11

Page 12: Frozen Shoulder

Biasanya diberikan pada nyeri akut maupun kronis. Untuk

perlekatan elektroda bisa diletakkan di daerah yang nyeri,

dermatom syaraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur

5. Lower power laser

6. Latihan LGS pasif atau aktif sendi siku, pergelangan tangan,

atau jari-jari tangan

Fase sub akut / kronis

1. Terapi panas superfisial (infrared, hidrocollator pack (HCP)

2. Terapi panas dalam (USD, SWD, MWD)

Bertujuan untuk meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen

dan mengurangi kekakuan sendi dan rasa nyeri dengan

meningkatkan aliran darah, meningkatkan metabolisme

jaringan, mengurangi spasme otot, mengurangi perlekatan

jaringan, dan meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

3. Terapi latihan aktif dan pasif

Active therapy

Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta

menambah lingkup gerak sendi (LGS). Latihan dengan

menggunakan metode free active exercise. Gerakan

dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan

tidak menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang

berasal dari luar. Latihan ini bisa dilakukan kapan pun dan

dimana pun penderita berada. Prinsip dasar dalam

melakukan terapi latihan adalah dengan dilakukan dengan

tehnik yang benar, teratur, berulang-ulang dan

berkesinambungan. Latihan ini dilakukan sebatas toleransi

nyeri dengan penambahan intensitas latihan secara

bertahap. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk

mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami

pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi dan

kekuatan otot serta mengurangi nyeri.

12

Page 13: Frozen Shoulder

Codman Pendular exercise

1) Tujuan

Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan

melakukan gerakan pasif sedini

mungkin yang dilakukan pasien

secara aktif.

Gerakan pasif dilakukan untuk

mempertahankan pergerakan

pada sendi & mencegah

pelengketan permukaan sendi.

Sedangkan pencegahan

gerakan aktif adalah untuk

mencegah terjadinya kontraksi

otot- otot rotator cuff & abductor bahu.

2) Cara melakukan

Pasien membungkukkan badan dan lengan yang sakit

tergantung vertical. Posisi ini menyebabkan lengan fleksi

90 ۫ pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot deltoid

maupun rotator cuff.

13

Page 14: Frozen Shoulder

Gravitasi /

gaya tarik

bumi

menyebabkan pemisahan permukaan sendi

glenohumeral sehingga kapsul sendi tersebut akan

memanjang. Lutut pasien dalam keadaan fleksi untuk

mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.

Wall climbing exercise

Shoulder wheel exercise

Over head pulley

14

Page 15: Frozen Shoulder

Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk

menambah lingkup gerak sendi dan meningkatkan nilai

kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya

gerakan yang berulang-ulang maka akan terjadi

penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan

menambah kekuatan otot jika diberi beban (Kisner, 1996).

Gentle streching exercise

15

Page 16: Frozen Shoulder

4. Terapi manipulasi bahu

Manipulasi manual pada bahu yang terkena harus dilakukan

oleh seorang praktisi yang terampil. Tujuan dari manipulasi ini

adalah untuk membebaskan adhesi (perlekatan) secara manual

dan untuk mengembalikan gerak . Manipulasi ini mempunyai

risiko merobek kapsul sendi bahu atau menyebabkan gangguan

struktur internal.

5. Modifikasi ADL (activity of the daily living)

6. Terapi akupuntur

16

Page 17: Frozen Shoulder

Efek pemberian akupuntur untuk frozen shoulder salah

satunya adalah dihasilkannya endorfin di mana merupakan

opiad dari dalam tubuh sendiri. Seperti diketahui bahwa

endorfin merupakan suatu analgetik kuat, sehingga pemberian

akupuntur akan memberikan efek penghambat atau

menghilangkan rasa sakit yang baik.

17

Page 18: Frozen Shoulder

18

Page 19: Frozen Shoulder

B. Medikamentosa

- NSAID

Na Diclofenac (dosis : 100-150 mg/hr)

- Muscle relaxant

Diazepam (dosis : 2-15 mg / dosis diberikan setiap 6-8 jam selama 24

jam)

C. Terapi Operative

Dilakukan jika terapi konservatif gagal, yang sering digunakan :

- Injeksi glenohumeral dengan saline atau lidocaine (untuk

melisiskan adhesi dan untuk meregangkan kapsul)

- Manipulasi di bawah anastesi:

Dalam hal tindakan yang lebih konservatif tidak bekerja,

pengobatan yang lebih mengganggu dapat dilakukan. Intervensi

tersebut termasuk suntikan steroid , manipulasi - bawah anestesi

(manipulation under anesthesia), dan pembedahan. Suntikan

steroid tampaknya seefektif manipulation under anesthesia dan

memiliki lebih sedikit bahaya yang terkait dengan anestesi dan

sedasi . Pembedahan biasanya dicadangkan untuk kasus adhesive

capsulitis yang lebih resisten.

Pada manipulation under anesthesia, pasien dibius untuk

mengurangi tingkat rasa sakit dan ketahanan otot. Dokter bedah

ortopedi memanipulasi bahu untuk membebaskan perlekatan.

Terapi fisik intensif diperlukan untuk beberapa minggu setelah

manipulation under anesthesia, untuk mencegah perlengketan

baru.

Kontraindikasi untuk MUA meliputi:

1) Diabetes dependen insulin

2) Mereka yang berisiko lebih besar untuk fraktur seperti

orang tua atau orang-orang dengan osteoporosis.

3) Mereka dengan gangguan perdarahan

4) Pasien dengan risiko anestesi

D. Edukasi

19

Page 20: Frozen Shoulder

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen

shoulder akibat capsulitis adhesiva antara lain :

1) Pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) ±

15 menit pada bahu yang sakit untuk mengurangi rasa nyeri

yang timbul

2) Pasien dianjurkan agar tetap meggunakan lengannya dalam

batas toleransi pasien untuk menghindari posisi immobilisasi

yang lama yang dapat memperburuk kondisi frozen shoulder

3) Latihan sesuai metode Codman pendular exercise di rumah

dengan beban minimal dan dapat ditambah secara bertahap

4) Latihan merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding

(walking finger), (5) menghindari posisi menetap yang lama

yang dapat memicu rasa nyeri,

5) Latihan dengan handuk, posisi lengan seperti huruf “S” terbalik

kedua lengan memegang handuk kemudian bahu yang sehat

menarik ke atas sampai lengan yang sakit tertarik,

6) Latihan penguatan dengan prinsip Codman pendular exercise

yang dilakukan di dalam kolam atau bak mandi dengan

melawan tahanan air.

2.2.8 Prognosa

Bergantung dari respon terhadap terapi fisik, latihan, dan perawatan

yang dilakukan dan sebisa mungkin menghindari reinjuring jaringan pada

bahu selama program rehabilitasi.

20

Page 21: Frozen Shoulder

BAB III

KESIMPULAN

1. Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan

periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif

maupun aktif pada semua pola gerak.

2. Faktor predisposisi pada frozen shoulder antara lain periode

immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi

pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical

depression dan Parkinson.

3. Frozen sholder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu: Pain, stiffness, recovery.

4. Penatalaksanaan pada frozen shoulder adalah medikamentosa, terapi,

dan pelatihan fisik.

21

Page 22: Frozen Shoulder

DAFTAR PUSTAKA

Thomson, Ann M. 2001. Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-

Heinemann,

2001. hal: 71.

David. Ring. 2009. Aprroach to The Patient with Shoulder Pain. In Primary

Care

Medicine. Lippincott Williams and Wilkins. p:150.

Djohan Aras. 2004. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis:

Ujungpandang.

Donatelli, Robert, Wooden, Micheal J. 1999. Orthopaedic Physical therapy.

Churchil Livingstone Inc. hal: 160.

Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise.

American

Academy of Orthopaedic Surgeons.

Priguna, Sidharta. 2003. Sakit neuromuskuloskeletal dal praktek umum.

Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Soeharyono. 2004. Sinkronisasi gerak persendian daerah gelang bahu pada

gerak

abduksi lengan. Maj Fisioterapi 2004: 2(23).

22

Page 23: Frozen Shoulder

Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et al. 2006. The demographic and

morphological features of rotator cuff disease. A comparison of

asymptomaticand symptomatic shoulders. J Bone Joint Surg Am.

88:1699.

23