Freeport

5
Bagaimanaseharusnyahubunganpemerintahindinesiadenganperusahaanasing (Freeport) dab bagaimanarealistasnya. HubunganPemerintah Indonesia denganPengusahaAsingdalamrangkamelakukanpembangunanperusahaan di Indonesia telahdiaturdalam UU Nomor 1 Tahun 1967 tentangPenanaman Modal Asing.PTFI didirikanpadatahun 1967 di Indonesia (sejarah Freeport) modal Freeport brp? MenurutPeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 17 Tahun 1992 tentang PersyaratanPemilikanSahamDalam PerusahaanPenanaman Modal Asing, Perusahaan yang didirikandalamrangkapenanaman modal asing, selanjutnyadisebut Perusahaan PMA, padadasamyaberbentukusahapatungandenganpersyaratanbahwapemilikan modal sahampeserta Indonesia dalamperusahaanpatungantersebutsekurang-kurangnya 20% (duapuluhperseratus) dariseluruhnilai modal sahamperusahaanpadawaktupendirianperusahaanpatungan, danditingkatkanmenjadisekurang-kurangnya 51% (lima puluhsatuperseratus) dalamwaktu 20 (duapuluh) tahunterhitungsejakperusahaanberproduksisecarakomersialsebagaimanatercan tumdalamizinusahanya. Kasus yang terjadiantaraPemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia yaitu PT Freeport Indonesia tidakmembayarkandividenkepadaPemerintah Indonesia padatahun 2012 dan 2013.Pemerintah Indonesia memiliki 9,36% saham PT Freeport Indonesia. Menurutteoriakuntansikeuangan, kepemilikan di bawah 10% merupakan NCI.Dengandemikian, tidakadapengendalianatasoperasi PT Freeport Indonesia olehPemerintah Indonesia sebagaipemegangsaham.Berdasarkan PP No 17 1992 bahwapemilikansaham PMA di Indonesia seharusnyadimilikisekurang-kurangnya 20%dandalamwaktu 20 tahunkemudiankepemilikantersebutditingkatkanmenjadisekurang-kurangnya 51%. Realitas yang terjadibahwapemerintah

description

freeport

Transcript of Freeport

Bagaimanaseharusnyahubunganpemerintahindinesiadenganperusahaanasing (Freeport) dab bagaimanarealistasnya.HubunganPemerintah Indonesia denganPengusahaAsingdalamrangkamelakukanpembangunanperusahaan di Indonesia telahdiaturdalam UU Nomor 1 Tahun 1967 tentangPenanaman Modal Asing.PTFI didirikanpadatahun 1967 di Indonesia (sejarah Freeport) modal Freeport brp?MenurutPeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 17 Tahun 1992 tentang PersyaratanPemilikanSahamDalam PerusahaanPenanaman Modal Asing, Perusahaan yang didirikandalamrangkapenanaman modal asing, selanjutnyadisebut Perusahaan PMA, padadasamyaberbentukusahapatungandenganpersyaratanbahwapemilikan modal sahampeserta Indonesia dalamperusahaanpatungantersebutsekurang-kurangnya 20% (duapuluhperseratus) dariseluruhnilai modal sahamperusahaanpadawaktupendirianperusahaanpatungan, danditingkatkanmenjadisekurang-kurangnya 51% (lima puluhsatuperseratus) dalamwaktu 20 (duapuluh) tahunterhitungsejakperusahaanberproduksisecarakomersialsebagaimanatercantumdalamizinusahanya.Kasus yang terjadiantaraPemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia yaitu PT Freeport Indonesia tidakmembayarkandividenkepadaPemerintah Indonesia padatahun 2012 dan 2013.Pemerintah Indonesia memiliki 9,36% saham PT Freeport Indonesia. Menurutteoriakuntansikeuangan, kepemilikan di bawah 10% merupakan NCI.Dengandemikian, tidakadapengendalianatasoperasi PT Freeport Indonesia olehPemerintah Indonesia sebagaipemegangsaham.Berdasarkan PP No 17 1992 bahwapemilikansaham PMA di Indonesia seharusnyadimilikisekurang-kurangnya 20%dandalamwaktu 20 tahunkemudiankepemilikantersebutditingkatkanmenjadisekurang-kurangnya 51%. Realitas yang terjadibahwapemerintah

Hubungan Pemerintah dengan Perusahaan Asing, dalam hal ini adalah PT. Freeport Indonesia, yang merupakan afiliasi dari FCX di Amerika Serikat sebagai produsen emas terbesar di dunia, memiliki hubungan yang cukup lama dengan Indonesia, yakni sejak tahun 1967, yang pada saat itu juga Pemerintah Indonesia mengatur tentang penanaman modal asing dalam UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Menurut UU tersebut, pada pasal 8 menyebutkan bahwa, Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerja sama dengan Pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kontrak karya PTFR dengan Pemerintah Indonesia telah dimulai pada tahun 1967 (Kontrak Karya I) dan pada tahun 1991 telah disepakati Kontrak Karya II yang berlaku selama 30 tahun dengan periode produksi akan berakhir pada tahun 2021.Saat ini, sebanyak 90,64% kepemilikan saham Freeport Indonesia dikuasai perusahaan asal Amerika Serikat (AS), yaitu Freeport Mc MoRan, termasuk di dalamnya 9,36% dikuasai lewat anak usahanya PT Indocopper Investama. Sementara sisanya, sebanyak 9,36% dipegang oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, dalam hal penerimaan negara, PTFI telah membayar PPh Badan lebih tinggi dari tarif UU yang kini berlaku. Pembayaran ini merupakan porsi terbesar dalam pembayaran ke penerimaan Negara. Selain dari yang diwajibkan oleh kontrak karya, PTFI juga telah melakukan pembayaran royalti tambahan untuk tembaga, emas dan perak jika produksi melebihi tingkat tertentu.PPh Badan NasionalPPh Badan PTFI

25%35%

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport-McMoRanhttp://jdih.ristek.go.id/?q=berita/merasa-kebal-freeport-ogah-jual-saham-ke-indonesiahttp://ptfi.co.id/id/media/facts-about-feeport-indonesia/facts-about-kontrak-karya

Realitas yang terjadiWalaupun saham Pemerintah Indonesia hanya 9,36%, PTFI tidak mampu membayar dividen tahun buku 2012 dan 2013 dengan nilai 1,5 triliun rupiah kepada Pemerintah Indonesia karena beberapa faktor, antara lain volume penjualan tembaga dan emas yang lebih rendah karena kadar bijih yang rendah, gangguan operasi tambang, penurunan harga komoditas global, dan penggunaan arus kas untuk investasi sekitar US$ 1 miliar guna mendukung pengembangan tambang bawah tanah yang pada tahun 2017 dan selanjutnya akan menjadi tumpuan kegiatan penambangan Freeport. Meskipun tidak ada dividen yang dibayarkan selama 2013, Freeport telah melakukan pembayaran kepada pemerintah Indonesia dalam bentuk pajak dan royalti US$ 500 juta atau setara Rp 5,6 trilliun (dengan nilai tukar sekarang). Lalu dengan dimulainya kembali ekspor, Freeport berharap operasinya akan menghasilkan pendapatan yang signifikan kepada pemerintah dalam bentuk pajak, royalti, dan pembayaran dividen. Jumlah manfaat yang diterima oleh pemerintah Indonesia dari tahun 1992 sampai tahun 2013, sesuai dengan Kontrak Karya tahun 1991, telah mencapai US$ 15,2 miliar, yang terdiri dari Pajak Penghasilan Badan US$ 9,4 miliar (sekitar 60% dari total kontribusi Freeport kepada pemerintah), Pajak Penghasilan Karyawan, regional, dan pajak pajak lainnya US$ 3,0 miliar, royalti US$ 1,5 miliar, dan dividen US$ 1,3 miliar.Adapun realitas yang terjadi mengenai regualsi pemerintah, dalam hal ini adalahPeraturan Pemerintah No 1 Tahun 2014tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara ditentukan bahwa perusahaan wajib melakukan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Sementara, batasan minimum pengolahan dan pemurnian lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri ESDM. Sebelumnya berdasarkan Permen ESDM, tembaga baru boleh diekspor bila tingkat kemurniannya mencapai 99,9 persen, serta pemurnian tembaga hingga 99 persen. Namun setelah dilakukan revisi, maka perusahaan dapat mengekspor bijih mineral mentah dengan tingkat kemurnian 30 hingga 40 persen. Sehingga muncul tudingan bahwa revisi tersebut menguntungkan PT Freeport karena perusahaan tersebut hanya bisa memurnikan bijih mineral sebanyak 40 persen (hukumonline.com). Sisi lain dari aturan pemerintah Indonesia tersebut, saat ini sebagai pembuktian menjalankan isi kontrak karya freeport. Namun, sampai sekarang perusahaan kaliber asal Amerika tersebut belum siap soal smelter sejak Kontrak Karya ke-II tahun 1991. Di dalam PP itu dijelaskan, para pelaku usaha pemegang Kontrak Karya (KK) dan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) diwajibkan mengolah terlebih dahulu barang tambang mentah kemudian baru bisa diekspor.Pada Jumat, 25 Juli 2014. Terdapat kesepakatan antara PTFI dengan Pemerintah IndonesiaSubstansi poin pertama kesepakatan yaitu, Freeport bersedia untuk melanjutkan pembahasan amandemen kontrak karya yang sudah dibicarakan sejak 2012. Sedangkan substansi kesepakatan kedua ialah Freeport siap melaksanakan kebijakan pemerintah dengan aturan penerapan bea keluar. Selain itu, Freeport juga siap untuk membayar jaminan pembangunansmelterdi Gresik senilai US$ 115 juta. Adapun poin keempat ialah Freeport bersedia untuk membayar royalti hasil tambang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Sektor Energi. Freeport bersedia membayar royalti untuk hasil tambang emas sebesar 3,75 persen dari harga jual di mana semula royalti emas ialah 1 persen. Begitu juga royalti perak menjadi 3,25 persen dari semula 1 persen, serta untuk tembaga menjadi 4 persen dari royalti semula sebesar 3 persen (tempo.co).Hasil kesepakatan antara pemerintah dengan Freeport patut diapresiasi. Pasalnya, nota kesepahaman itu memungkinkan pemerintah untuk mendorong kemajuan industri hilir di sektor pertambangan mineral dan makin mendekatkan Indonesia pada konsep pengelolaan sektor energi yang berkeadilan. Sehingga, akan adamultiplier effectdengan kemajuan industri hilir pertambangan yakni memperbesar lapangan kerja, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan memperbaiki infrastruktur. Namun, nota kesepahaman bukanlah kontrak atau perjanjian yang sifatnya mengikat dan berkekuatan hukum. Oleh karena itu, komitmen Freeport untuk mengimplementasikan hasil kesepakatan itu di masa depan harus terus dikawal.Sumber:http://finance.detik.com/read/2014/03/28/182442/2540145/4/ini-alasan-freeport-tak-setor-dividen-ke-pemerintah-rihttp://economy.okezone.com/read/2014/08/21/19/1028099/freeport-janjikan-bayar-dividen-akhir-tahunhttp://hukum.kompasiana.com/2014/01/13/indonesia-kasih-pp-n01-tahun-2014-freeport-galau-626033.htmlhttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52d6da47164a0/esdm-bantah-pp-minerba-untungkan-freeport-dan-newmonthttp://www.tempo.co/read/news/2014/07/27/090595988/p-Pemerintah-dan-Freeport-Sepakati-Empat-Poin