Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

48
PT FREEPORT INDONESIA : BISNIS BERETIKA? Augustina Kurniasih I. Abstract Latar Belakang Persaingan bisnis pada beberapa waktu terakhir ini dapat dikategorikan sebagai pertarungan pembentukan dan penjagaan image di mata konsumen atau masyarakat umum. Perusahaan dapat menjadi unggul dengan pembentukan corporate image yang ramah lingkungan dan memiliki kepekaan sosial. Keuntungan lain, dengan situasi dan kondisi usaha yang aman dan harmonis dengan warga sekitar, membuat perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan aman dan nyaman. Indonesia adalah negeri yang kaya. Sumber daya alam Indonesia melimpah, dari minyak bumi hingga emas, batubara, perak, dan tembaga. Kekayaan alam tersebut tersebar di berbagai wilayah, dari Sabang hingga Merauke. Kekayaan ini menjadi salah satu hal yang bisa dibanggakan kepada dunia. Namun kebanggaan itu dapat berlangsung dalam waktu yang relatif singkat karena sumberdaya alam merupakan kekayaan yang tidak dapat diperbaharui, sehingga lambat laun akan habis. Kekayaan alam Indonesia yang begitu besar, telah mengundang banyak perusahaan asing ingin http://www.mercubuana.ac.id

description

 

Transcript of Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Page 1: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

PT FREEPORT INDONESIA : BISNIS BERETIKA?

Augustina Kurniasih

I. Abstract

Latar Belakang

Persaingan bisnis pada beberapa waktu terakhir ini dapat

dikategorikan sebagai pertarungan pembentukan dan penjagaan image di

mata konsumen atau masyarakat umum. Perusahaan dapat menjadi unggul

dengan pembentukan corporate image yang ramah lingkungan dan memiliki

kepekaan sosial. Keuntungan lain, dengan situasi dan kondisi usaha yang

aman dan harmonis dengan warga sekitar, membuat perusahaan dapat

menjalankan bisnisnya dengan aman dan nyaman.

Indonesia adalah negeri yang kaya. Sumber daya alam Indonesia

melimpah, dari minyak bumi hingga emas, batubara, perak, dan tembaga.

Kekayaan alam tersebut tersebar di berbagai wilayah, dari Sabang hingga

Merauke. Kekayaan ini menjadi salah satu hal yang bisa dibanggakan kepada

dunia. Namun kebanggaan itu dapat berlangsung dalam waktu yang relatif

singkat karena sumberdaya alam merupakan kekayaan yang tidak dapat

diperbaharui, sehingga lambat laun akan habis.

Kekayaan alam Indonesia yang begitu besar, telah mengundang

banyak perusahaan asing ingin melakukan kerjasama pertambangan dengan

pemerintah Indonesia. Salah satu perusahaan asing yang melakukan

kerjasama penambangan di Indonesia adalah PT Freeport Indonesia (PTFI).

Pelaksanaan suatu usaha, termasuk pertambangan, akan berdampak

terhadap masyarakat. Dampak yang diterima masyarakat akan ditentukan dari

kecakapan perusahaan dalam mengelola usahanya (corporate governance).

Sebelum masa krisis, istilah corporate governance hampir tidak

dikenal di Indonesia. Isu mengenai penerapan corporate governance mulai

diperhitungkan dan dianggap penting guna mendukung pemulihan ekonomi

akibat krisis.

http://www.mercubuana.ac.id

Page 2: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Banyak pihak menilai bahwa penerapan corporate governance masih

belum memadai terutama untuk memberikan informasi kepada dunia luar.

Padahal diyakini bahwa corporate governance berperan dalam menciptakan

pasar yang stabil.

Kormen (2007) menuliskan bahwa hasil penelitian IICD (The

Indonesian Institute for Corporate Directorship) menunjukkan bahwa

penerapan corporate governance yang baik di perusahaan akan memacu

pertumbuhan perusahaan. Penerapan good corporate governance (GCG)

secara internal akan membawa perusahaan menjadi perusahaan yang

berkinerja lebih baik di masa yang akan datang.

Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut

dengan corporate social responsibility (CSR) dan corporate citizenship (CC).

CSR adalah pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika,

memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum, serta menghargai manusia,

masyarakat, dan lingkungan. Sedangkan CC adalah cara perusahaan bersikap

atau memperlihatkan perilaku ketika berhadapan dengan pihak lain sebagai

salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan meningkatkan keunggulan

kompetitif (Djogo, 2005).

Pentingnya penerapan GCG lebih mudah ditunjukkan melalui

perusahaan publik. Bukti empiris menunjukkan para investor berani

membayar tinggi harga saham perusahaan-perusahaan yang well-governance

(Soebekti, 2007).

Beberapa waktu terakhir semakin banyak muncul ketidakpuasan

bahkan kemarahan rakyat sebuah negara karena kekayaan alamnya dikuasai

perusahaan asing atau perusahaan multinasional. Melihat tekanan yang

semakin besar dari perusahaan multinasional pada negara, muncul pertanyaan

apa yang bisa dan sudah diperbuat oleh perusahaan multinasional? Apa

tanggung jawab mereka atas lingkungan dan masyarakat sekitar?

http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Permasalahan

PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan salah perusahaan

pertambangan di Indonesia. Perusahaan yang mulai beroperasi di Indonesia

sejak tahun 1967 ini membuat suatu laporan pada tahun 2006. Laporan PTFI

dengan judul “Unsur-unsur Pembangunan Berkelanjutan” memuat uraian

mengenai manfaat ekonomi, perubahan dan pengembangan sosial, serta

pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan. Data yang

dikemukakan dalam laporan tersebut, adalah berbagai manfaat ekonomi serta

perubahan dan pengembangan sosial yang telah dilakukan perusahaan pada

tahun 2005 atau akumulasi selama periode 1992-2005.

Beberapa kontribusi PTFI sesuai hasil kajian LPEM-UI yang

diungkapkan dalam laporan tersebut, disajikan pada Tabel 1. Disebutkan pula

bahwa sejak 1996 PTFI telah mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk

dimanfaatkan masyarakat setempat melalui Dana Kemitraan Freeport bagi

Pengembangan Masyarakat.

Tabel 1. Kontribusi PTFI Tahun 2005Unsur konstribusi (terhadap) Nilai

PDB Indonesia 2005 2.4% (Rp 65 trilyun)PDB PDRB Papua 2005 58%PDRB Kabupaten Mimika 2005 99%Pembayaran pajak 1.6% APBNPendapatan seluruh rumah tangga 1,3%Pendapatan seluruh propinsi Papua 42%

Sumber : Laporan PTFI, 2006a.

Perubahan dan pengembangan sosial yang telah dilaksanakan PTFI

adalah 1) komitmen untuk menyediakan peluang di bidang pengembangan

sosial, pendidikan dan ekonomi, termasuk melatih dan mempekerjakan warga

setempat di wilayah perusahaan, 2) mendukung memelihara tradisi budaya

Asmat dan Kamoro, 3) Mensponsori berbagai kajian sosial, seni, budaya,

bahasa, dan ekonomi terhadap masyarakat Amungme dan Komoro.

Berdasarkan laporan tersebut, apa komplemen atau komentar yang

dapat diberikan dikaitkan dengan : 1) Falsafah Sains, 2) Etika Bisnis, dan 3)

Good Corporate Governance?

http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk memberi komplemen atau kritik atas

Laporan CSR dari PTFI. Komplemen dikaitkan dengan falsafah sains, etika

bisnis, dan good corporate governance.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sektor Pertambangan dan Pendapatan Nasional

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu sector riil

penyumbang pendapatan nasional Indonesia (GDP). Secara keseluruhan

terdapat 9 sektor penyumbang GDP Indonesia, yaitu 1) pertanian, 2)

pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan, 4) litsrik, gas, dan air

bersih, 5) bangunan, 6) perdagangan, hotel, dan restoran, 7) pengangkutan

dan komunikasi, 8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta 9) jasa-

jasa. Pendapatan nasional dari sector riil menunjukkan hasil yang dapat

diperoleh Negara dari suatu sector usaha atau dari sisi supply.

Perhitungan pendapatan nasional suatu Negara dapat dilakukan

dengan pendekatan gross domestic product (GDP) atau gross national

product (GNP). Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah pada GDP

pendapatan nasional dihitung atas dasar produksi yang dihasilkan di suatu

wilayah Negara, tanpa memperhatikan siapa yang menghasilkan nilai

tersebut. Sementara pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan GNP

perhitungan didasarkan produksi yang dihasilkan warga suatu Negara, baik

yang berada di dalam wilayah Negara tersebut maupun yang berada di luar

negeri.

Falsafah Sains

Menurut Suariasumantri (2005), falsafah sains atau filsafat ilmu

merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara

spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sehubungan dengan

permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu

sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.

http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia mengembangkan

pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.

Manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari

sekedar kelangsungan hidup. Manusia mampu mengembangkan pengetahuan

karena kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.

Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Penalaran

merupakan proses berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam

menemukan kebenaran.

Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri

tertentu. Ciri pertama kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir

logis. Ciri kedua, penalaran bersifat analitik. Untuk melakukan kegiataan

analisis dalam menarik suatu kesimpulan

Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya

bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio

adalah sumber kebenaran, mengembangkan paham yang disebut sebagai

rasionalisme, sedangkan yang menyatakan fakta yang tertangkap lewat

pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran, mengembangkan paham

empirisme.

Sukarman (2007) menjelaskan bahwa nama semula ilmu ekonomi

adalah filsafat moral. Dalam masa perubahan dari filsafat menjadi ilmu,

penyelidikan filsafat tidak lagi menyeluruh tetapi menjadi lebih sempit dan

bersifat sektoral saja.

Etika Bisnis

Menurut Simanjuntak (2005), etika bisnis menyangkut kepatutan

perilaku semua pihak yang terkait langsung dengan kegiatan suatu

perusahaan. Selanjutnya menurut Sukarman (2007), perilaku etis bukan hanya

tindakan sesaaat saja, tetapi harus menjadi kebiasaan (habit). Oleh karenanya

menumbuhkan budaya etika dalam perusahaan merupakan upaya yang

berkesinambungan. Semenetara Reksodiputro (2004) menyatakan bahwa

http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

etika bisnis didasarkan pada nilai-nilai yang melampaui ketentuan atau norma

aturan (peraturan).

Keraf (1998) menjelaskan ada lima prinsip etika bisnis. Pertama,

prinsip otonomi, yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil

keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang

dianggapnya baik untuk dilakukan. Kedua, prinsip kejujuran. Kejujuran

dalam berbisnis adalah kunci keberhasilan, termasuk untuk bertahan dalam

jangka panjang, dalam suasana bisnis pernuh persaingan ketat. Ketiga, prinsip

keadilan. Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis,

baik dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan

perlu diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut

agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Prinsip

keempat, saling menguntungkan. Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan

sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Prinsip kelima,

integritas moral. Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam

diri perlaku bisnis atau perusahaan agar menjalankan bisnis dengan tetap

menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan.

Good Corporate Governance

Corporate governance adalah tata kelola perusahaan. Sementara good

corporate governance (GCG) berarti pengelolaan perusahaan dengan baik.

Menurut Sukarman (2005), good governance dimaksudkan sebagai alat untuk

mengawasi performa pada pengelola sesuai dengan mandatnya. Ada beberapa

unsure good governance, dari berbagai unsur tersebut yang paling relevan

untuk dibicarakan adalah unsur keterbukaan dan tranparancy.

Selanjutnya Reksodiputro (2004), menjelaskan bahwa GCG mengacu

pada standar dasar yang bertujuan pada ketaatan (compliance) terhadap

peraturan negara maupun aturan internal perusahaan. Sesuai Cadburry report

dalam Sukarman (2005), GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan kekuatan (power)

http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

dari pengelola dan kewenangan (right) dari pemilik dalam memberikan

pertanggungjawaban kepada pemilik dan publik.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) adalah pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan

nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum, serta

menghargai manusia, masyarakat, dan lingkungan (Djogo, 2005). Dengan

meningkatnya peran swasta antara lain melalui pasar bebas, privatisasi, dan

globalisasi maka semakin luas interaksi dan tanggungjawab perusahaan,

termasuk dalam hal CSRnya.

Manurut Reksodiputro (2004), konsep CSR agak tumpang tindih

dengan konsep good corporate governance (GCG) dan konsep etika bisnis.

Menurut Wienerberg dalam Reksodiputro (2004), CSR lebih berdasarkan

nilai-nilai (value-based) dan fokusnya keluar (eksternal) perusahaan. CSR

ditujukan pada stakeholder yang lebih luas, termasuk, customer, LSM,

supplier, dan komuniti. Dengan demikian, perhatian manajemen tidak saja

harus ditujukan pada standar dasar ekonomi, tetapi juga pada dampak

kegiatan perusahaan terhadap lingkungan hidup, komuniti sekitarnya, dan

masyarakat pada umumnya.

Tanggung jawab sosial perusahaan menurut Utama (2007) didasarkan

pada semua hubungan, tidak hanya dengan masyarakat tetapi juga dengan

pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik, pemerintah, supplier, bahkan

competitor. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan adalah

community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep

community development lebih menekankan pembangunan sosial dan

pembangunan kapasitas masyarakat.

Pendapat serupa disampaikan Djogo (2005) yang menyatakan bahwa

CC menyangkut masalah pembangunan sosial (social development) dan

dilakukan pada konteks partnership dan tata kelola (governance). Prinsip ini

memperhatikan pembangunan masyarakat, perlindungan dan pelestarian

http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

lingkungan untuk keberlanjutan lingkungan, serta membantu memperbaiki

kualitas hidup manusia. CC dilakukan melalui manajemen internal yang lebih

baik, membantu memberikan bantuan sumber daya untuk pembangunan

sosial dan kemitraaan dengan masyarakat bukan bisnis dan masyarakat luas.

Menurut Bank Dunia dalam Djogo (2005), tanggung jawab sosial

perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama. Komponen tersebut

adalah: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi manusia, interaksi

dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar,

pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan,

kepemimpinan dan pendidikan, serta bantuan bencana kemanusiaan.

Harahap (2007), menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada

pengertian tunggal mengenai CSR. Jika ditarik benang merahnya, CSR

merupakan bagian strategi bisnis korporasi yang berkaitan dengan

kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Filosofi bisnis yang

dikembangkan sejak awal seharusnya adalah pihak korporasi merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari masayrakat sekitar. Sebaliknya,

masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pihak korporasi.

Untuk itu perlu keharmonisan dan keselarasan antara pihak korporasi dan

msayarakat sekitar, agar saling menguntungkan (simbiosis mutualistis).

Kearifan kuno, The Ancient Wisdom, yang berasal dari Timur diberi

label/stigma sebagai mistisisme, tidak rasional, menggunakan intuitif, tidak

dialogis, dan sebagainya. Namun Fritjof Capra menunjukkan adanya

paralelisme antara fisika sub-atomik dengan kearifan kuno. Menurut Capra

dalam Danardono (2004), Barat selama ini hanya mengukur kemajuan dengan

rasionalitas atau intelektualitas. Banyak kenikmatan hidup yang telah dicapai,

namun kemajuan yang melulu rasional dan intelektual ternyata menghasilkan

kerusakan lingkungan, penurunan kualitas kesehatan, dan sebagainya. Kini

disadari bahwa terjadi ketimpangan dalam hidup, sehingga memunculkan

gerakan ekologi, feminisme, dan small is beautiful dalam perekonomian.

Menurut Capra, dalam Taoisme diyakini ada aspek Yin dan Yang secara

bersamaan. Bila aspek Yang telah mencapai klimaksnya, maka Yang akan

http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

mundur untuk mmeberi kesempatan pada Yin. Siklus Yin-Yang inilah yang

senantiasa membuat kehidupan berjalan harmonis.

Menurut Keraf (1998) tanggung jawab sosial perusahaan

menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain

secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaaan saja.

Ada empat bidang yang termasuk dalam lingkup CSR. Pertama, keterlibatan

perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan

masyarakat luas. Kedua, keuntungan ekonomis. Setiap pelaku bisnis,

termasuk perusahaan secara moral dibenarkan untuk mengejar keuntungan

karena dengan demikian ia dapat mempertahankan kelangsungan bisnis dan

perusahaan tersebut. Keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab dan

kepedulian perusahaan atas kemajuan masyarakat, akan memunculkan citra

positif mengenai perusahaan dan membuat masyarakat lebih menerima

kehadiran dan produk perusahaan tersebut. Ketiga, memenuhi aturan hukum

yang berlaku di suatu masyarakat. Perusahaan wajib menjaga ketertiban dan

keteraturan sosial. Keempat, hormat pada hak dan kepentingan stakeholder

yang punya kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis

perusahaan.

Fauzia (2006) menjelaskan bahwa CSR adalah bentuk filantropi yang

menjadi komitmen kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Filantropi

yang bisa disepadankan dengan kedermawanan sosial merupakan istilah

Yunani yang bisa mencakup semua jenis dan bentuk kegiatan kedermawanan

sosial di berbagai peradaban, wilayah, kultur, dan zaman. Filantropi adalah

segala bentuk kegiatan non pemerintah yang bersifat sukarela dan dilakukan

untuk kepentingan publik.

Peran CSR

Survey “The Millenium Poll on CSR” (1999) dilakukan oleh

Environics International (Toronto), Conference Board (New York), dan

Prince of Wales Business Leader Forum (London) terhadap 25.000 responden

di 23 negara yang ada di 6 benua. Hasil survey menunjukkan bahwa 1)

http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

separuh responden peduli mengenai perilaku sosial perusahaan, 2) dua per

tiga responden menyatakan bahwa keberhasilan perusahaan 60% ditentukan

dari penerapan etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap

lingkungan, dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), hanya 40%

ditentukan oleh citra perusahaan dan brand image, dan 3) Hanya sepertiga

yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti

finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen (Hasibuan

dan Sedyono, 2002).

Survey lain yang dilakukan pada tahun 2000 oleh Burson Marsteller

menunjukkan bahwa 42% responden percaya bahwa track record dari CSR

akan meningkatkan harga saham dan 89% mengatakan bahwa keputusan

mereka sebagai legislator, regulator, wartawan, dan LSM pada masa yang

akan datang akan diperngaruhi oleh isu-isu CSR. Pelanggan, investor,

kelompok-kelompok komunitas, aktivis-aktivis lingkungan, maupun trading

partner akan menanyakan pada perusahaan detail-detail informasi tentang

kinerja sosial mereka.

Pada saat ini konsep corporate social responsibility (CSR) merupakan

bagian pedoman melaksanakan good corporate governance (GCG). Masalah

etika bisnis dan akuntabilitas bisnis semakin mendapat perhatian masyarakat,

terutama di negara maju, yang biasanya sangat liberal dalam mengatur

perusahaan-perusahaan (Reksodiputro, 2004).

III. PEMBAHASAN

Pembangunan sector riil, termasuk pertambangan dan penggalian

diharapkan berdampak positif yaitu dapat menyerap tenaga kerja,

meningkatkan produktifitas ekonomi, dan dapat menjadi asset pembangunan

nasional maupun daerah. Kenyataan yang dapat dilihat selama puluhan tahun

praktek bisnis dan industri korporasi di Indonesia menunjukkan dampak yang

muncul seringkali justru memarjinalkan masyarakat sekitar.

Pemikiran yang mendasari CSR adalah bahwa perusahaan tidak hanya

mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal, tapi juga terdapat

kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan

http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

(stakeholder) yang jangkauannya lebih luas dan melebihi kewajiban-

kewajiban yang sudah disebutkan sebelumnya. CSR merupakan konsep

dimana perusahaan secara sukarela menyumbangkan sesuatu ke arah

masyarakat yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih bersih.

Kehadiran perusahaan multinasioanal seperti PTFI diakui bermanfaat

karena Indonesia membutuhkan tenaga ahli di bidang teknologi

pertambangan dan penggalian agar kekayaan alam bisa dieksploitasi. Tujuan

eksploitasi ini tentunya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Namun

kehadiran perusahaan multinasional sering memunculkan kontroversi.

Kontroversi tersebut beragam, mulai dari persoalan lingkungan hidup, hingga

persoalan pembagian hasil yang dianggap merugikan negara.

3.1 Sektor Pertambangan di Indonesia

Oktaviani (2006) menyatakan bahwa sector pertambangan dan

penggalian mengalami pertumbuhan paling buruk selama lima tahun terakhir

(2000-2005). Nilai produk sector pertambangan dan penggalian pada tahun

2002 hingga 2004 menurun, sehingga di tahun 2003 dan 2004

pertumbuhannya negative. Rendahnya tingkat pertumbuhan sector ini lebih

disebabkan tidak stabilnya harga dunia untuk produk-produk pertambangan,

seperti pertambangan minyak dan gas bumi, dan terbatasnya sumber-sumber

tambang baru, dan produksi yang relative menurun.

Tabel 1. Perkembangan Sektor Pertambangan dan Penggalian Indonesia, Tahun 2000-2005

Tahun Nilai (milyar rupiah)

Pangsa(%)

Pertumbuhan(%)

2001 168.244,3 11,662002 169.932,0 11.28 1,002003 167.603,8 10,63 - 1,372004 160.100,4 9,66 - 4,482005 162.642,0 9,30 1,59

Sumber : Oktaviani, 2006

http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Meskipun sumbangan sector pertambangan bagi GDP Indonesia tidak

terlalu besar, namun Indonesia masih memiliki potensi untuk

mengembangkan sector pertambangan. Sebagaimana disebutkan Sacha

Winzenreid, penasehat ahli ari Price Waterhouse Coopers bahwa tingkat

pengeluaran eksplorasi Indonesia baru sekitar 2 persen dari pengeluaran

eksplorasi global pada tahun 2005. Sebagai perbandingan ditunjukkan

pengeluaran eksplorasi negara lain, yaitu Amerika Latin mencapai 23 persen,

Kanada 19 persen, Afrika 17 persen, Amerika Serikat 8 persen, Pasifik dan

Asia Tenggara 4 persen, sedangkan bagian dunia lainnya 16 persen.

Selanjutnya disebutkan bahwa dalam hal potensi sumberdaya mineral,

Indonesia mendapat nilai 97 (dari maksimum 100) dan menduduki perringkat

ke tujuh dari 64 wilayah. Enam Negara teratas dalam hal potensi sumberdaya

mineral adalah Rusia, Peru, Mali, Ghana, Republik Demokratik Kongo, dan

Papua Nugini.

Menurut Wahyuni (2007) meski sector pertambangan Indonesia

dinilai sangat prospektif secara geologis, namun kebijakan yang diambil

pemerintah belum mendukung industri pertambangan. Berdasarkan survey

dari Frase Institute selama tahun 2005-2006, kebijakan pertambangan

pemerintah Indonesia mendapat nilai 22 dari nilai maksimum 100. Nilai

tesebut sudah meningkat dibandingkan survey Frase sebelumnya dimana

Indonesia hanya mencapai nilai 12. Dalam hal kebijakan pemerintah di sector

industry pertambangan, Indonesia menduduki peringkat ke enam terakhir dari

64 wilayah. Kebijakan pertambangan Indonesia hanya lebih baik dibanding

Zimbabwe, Papua New Guinea, Republik Demokratik Kongo, Venezuela,

dan Philipina.

Sudah hampir 40 tahun industri pertambangan mineral di Indonesia

gagal membuktikan perannya sebagai penopang perekonomian Indonesia,

apalagi mensejahterakan penduduk lokal dimana bahan mineral tersebut

ditambang. Kontribusi sector ini sekitar 1.6 trilyun rupiah atau sekitar 9-10%

terhadap APBN dalam 5 tahun terakhir (lihat Tabel 1). Nilai tersebut lebih

kecil daripada sector kehutanan. Nilai tambahnya juga rendah, karena bahan

tambang umumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah, bukan dalam

http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

bentuk bahan jadi atau setengah jadi. Padahal apabila ekspor dilakukan dalam

bentuk barang jadi atau barang setengah jadi, berarti sudah dilakukan

pengubahan bentuk dan dilakukan di dalam negeri. Pengubahan bentuk

tersebut tentunya memberi nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja.

Dengan kata lain, ekspor dalam bentuk bahan mentah mengakibatkan

penyerapan tenaga kerja local menjadi rendah. Sektor pertambangan juga

gagal menunjukkan tanggung jawabnya terhadap kerusakan lingkungan,

pelanggaran HAM, dan penyelesaian konflik dengan penduduk lokal di

lokasi-lokasi penambangan.

3.2 PTFI

PTFI merupakan salah satu perusahaan pertambangan penghasil

terbesar tembaga dari biji mineral yang juga mengandung emas dalam jumlah

cukup besar. Kontrak Karya (KK) pertama dengan Pemerintah Indonesia

dilakukan pada April 1967 dan kegiatan eksplorasi di Etsberg dimulai pada

Desember 1967. Konstruksi dalam skala besar dimulai pada Mei 1970,

sedangkan ekspor perdana konsentrat tembaga dilakukan pada Desember

1972.

Akhir 1991, KK kedua ditandatangani dan PTFI diberi hak oleh

Pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya selama sedikitnya 30

tahun ke depan. Artinya hingga tahun 2021 PTFI masih memiliki hak konsesi

di Papua.

Produk tembaga yang berasal dari kompleks pertambangan di Papua

dan juga produk tembaga dari pabrik peleburan di Gresik yang 25%

sahamnya milik PTFI, merupakan bahan yang sangat penting bagi industri

komunikasi, transportasi, elektronika, dan industri lain yang menjadi andalan

dunia.

3.3 CSR PTFI

PTFI adalah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk

berdasarkan hukum tertentu dan disahkan dengan hukum atau aturan legal.

http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Oleh karena itu keberadaannya dijamin dan sah menurut hukum. Sebagai

badan hukum perusahaan mempunyai hak-hak legal tertentu. Sejalan dengan

itu, perusahaan juga mempunyai kewajiban legal.

Dalam pandangan legal-recognition, perusahaan merupakan usaha

bebas dan produktif yang dibentuk untuk mencapai kepentingan para

pendirinya. Dengan demikian aktivitas perusahaan memang melayani

masyarakat, namun bukan itu tujuan utamanya. Tujuan utama perusahaan

adalah kemakmuran bagi pemegang saham (shareholder).

Sesuai dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan, PTFI harus

bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai

pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan di mana

PTFI beroperasi. Artinya PTFI diharapkan ikut menciptakan suatu

masyarakat yang baik dan sejahtera, bahkan diharapkan ikut melaksanakan

kegiatan tertentu yang tidak semata-mata didasarkan pada perhitungan

keuntungan kontan langsung, melainkan demi kemajuan dan kesejahtreraan

masyarakat.

Tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap

kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar kepentingan

perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan, tidak

dibenarkan perusahaan mengejar keuntungan dengan mengorbankan

kepentingan pihak lain, termasuk masyarakat luas.

Laporan PTFI menunjukkan berbagai kebaikan perusahaan tersebut

bagi pemerintah dan masyarakat Papua. Tentunya perlu disampaikan terima

kasih bahwa berkat adanya PTFI, bumi Papua yang mengandung bahan

tambang yang begitu berlimpah dan bernilai tinggi dapat digali dan

ditambang. Disadari bahwa kemampuan teknologi bangsa Indonesia pada saat

PTFI memulai penambangan di Papua memang relatif belum maju. Adanya

Kontrak Karya (KK) menyebabkan kegiatan eksplorasi dapat segera

direalisasikan.

Kontrak Karya (KK) kedua yang ditandatangani tahun 1991 pada

beberapa waktu terakhir telah memunculkan berbagai kontroversi. Kalangan

DPR RI menilai KK dengan PTFI harus direvisi karena pemerintah belum

http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

mendapatkan manfaat yang maksimal dari proyek pertambangan tembaga dan

emas di Papua. Pembagian royalty antara PTFI dengan pemerintah Indonesia

harus dinegosiasi kembali. Usulan tersebut mengemuka menyusul temaun

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyebutkan bahwa penyusunan

KK PTFI berpotensi merugikan negara.

Rapat Majelis Pimpinan Paripurna Ikatan Cendekiawan Muslim se-

Indonesia (ICMI) pun merekomendasikan pemerintah agar mencari rumusan

kerjasama baru secara bijak dan memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak

(ICMI, 2006). Dasar pertimbangannya karena kondisi saat ini sudah berubah

jauh dibandingkan masa lalu. Masalah tanggung jawab sosial perusahaan dan

neraca sumber daya alam perlu dibahas oleh pemerintah agar lebih

mendorong sebanyak mungkin hasil sumberdaya alam tersebut dialokasikan

bagi kemakmuran bangsa dan Negara.

CSR PTFI Ditinjau dari Falsafah Sains

Pembenaran suatu kajian dalam pengertian falsafah sains bisa

didasarkan pada prinsip rasionalisme dan/atau empirisme. Pendekatan

rasionalisme atau deduksi menekankan bahwa jika suatu pernyataan benar

dan didukung oleh asumsi-asumsi yang benar, maka kesimpulan yang

diperoleh juga akan benar. Dengan pendekatan deduksi angka-angka yang

dituliskan dalam laporan PTFI dapat mengantarkan pada kesimpulan bahwa

banyak hal sudah diperbuat oleh PTFI, yang artinya keberadaan PTFI di

Papua telah memberikan keuntungan atau manfaat baik bagi penduduk local

(Papua) maupun bangsa Indonesia secara umum.

Pendekatan empirisme atau induksi menekankan pada bukti-bukti

empiris di lapangan terhadap suatu kejadian atau keadaan. Berbagai angka

yang disajikan dalam laporan PTFI yang menyatakan hal-hal yang sudah

diberikan PTFI kepada masyarakat Indonesia perlu dikaji kembali. Banyak

hal masih perlu dipertanyakan, karena secara empiris dapat ditarik

kesimpulan yang berbeda.

Eksploitasi bumi Papua khususnya untuk tembaga dan emas selama

40 tahun menunjukkan ketidak-seimbangan antara Yang dan Yin. Manusia

http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

dan alam seperti dua entitas yang terpisah. Ekploitasi besar-besaran yang

dilakukan telah mendatangkan keuntungan besar bagi perusahaan

penambang, namun di sisi lain telah menimbulkan kerusakan alam yang tidak

kecil dan merugikan masyarakat sekitar.

Dalam laporan yang disajikan PTFI tidak disebutkan berapa

keuntungan yang telah diperoleh perusahaaan baik pada tahun dilaporkannya

kegiatan perusahaan (tahun 2005), akumulasi kegiatan pada periode tertentu

(1992-2005 atau 1996-2005), apalagi sejak perusahaan beroperasi di

Indonesia pada tahun 1967.

Disebutkan dalam laporan PTFI bahwa pada tahun 2005 pajak, royalti,

biaya, dan pembayaran lain yang dibayarkan ke pemerintah Indonesia adalah

sebesar 1,2 miliar dolar AS, dan selama tahun 1992-2005 nilai tersebut telah

sebanyak 3,9 miliar dolar AS. Artinya selama 13 tahun (1992-2005) jumlah

yang diberikan kepada pemerintah Indonesia adalah sebesar 2,7 miliar dolar

AS. Mengapa jumlah kontribusi pada tahun 2005 (1 tahun) begitu jauh

berbeda dengan kontribusi pada periode 1992-2005 (13 tahun)? Apakah hal

tersebut didorong oleh adanya protes dari berbagai kalangan?

Selain itu disebutkan bahwa jumlah manfaat langsung dan tidak

langsung pada tahun 2005 mencapai 7 miliar dolar dan selama periode 1992-

2005 telah mencapai 40 miliar dolar AS. Tidak ada informasi, angka-angka

tersebut merupakan berapa bagian dari total penerimaan atau keuntungan

yang sudah berhasil diperoleh PTFI baik pada tahun 2005, pada periode

1992-2005, atau bahkan selama PTFI telah melakukan penambangan di

Indonesia. Angka absolute seperti itu kurang bermakna karena tidak dapat

menunjukkan berapa persen bagian yang telah diserahkan pada Negara

Republik Indonesia, bagi masyarakat Papua, dan apakah sudah cukup adil?

Menurut Adam Smith dalam Keraf (1998), di antara prinsip umum etika

bisnis, prinsip keadilan merupakan prinsip paling pokok.

Selain itu, penyajian data secara akumulasi untuk periode 1992-2005

yang dikemukakan dalam angka total menjadi kurang bermakna, karena tidak

dapat menunjukkan kecenderungan yang sebenarnya terjadi. Apakah terjadi

tren meningkat, konstan (tanpa pertumbuhan), atau malah terjadi penurunan?

http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Dalam laporan PTFI tidak ditemukan pernyataan atau informasi

mengenai besar penerimaan atau keuntungan usaha penambangan PTFI di

Indonesia. Pembaca laporan harus cukup puas dengan angka-angka yang

disajikan untuk satu tahun (2005) atau nilai akumulasi yang relatif besar

(selama periode 1992-2005), dalam bentuk nilai mutlak.

Bila disebutkan bahwa pada tahun 2005 PTFI telah menyumbang 2,4

persen PDB Indonesia, 58% PDRB Papua, dan 90% PDRB Kabupaten

Mimika, maka pertanyaannya, seberapa besar nilai hasil tambang PTFI

dibandingkan nilai tambang Indonesia, Papua, dan Kabupaten Mimika?

Selain itu, penghitungan pendapatan nasional didasarkan pada PDB (Produk

Domestik Bruto), artinya dihitung berdasarkan wilayah dimana hasil suatu

sektor perekonomian diperoleh. Jika perhitungan pendapatan nasional

tersebut didasarkan pada produk nasional bruto (PNB), maka sebenarnya

masyarakat mana (bangsa siapa) yang menikmati hasil tambang Papua?

Kemana perginya penerimaan yang diperoleh dari hasil tambang PTFI?

Apakah dinikmati di dalam wilayah Negara Republik Indonesia?

Disebutkan dalam laporan PTFI bahwa PTFI telah menyediakan

lapangan kerja sebanyak 8.000 orang pada tahun 2005 dan 25% nya adalah

putra Papua. Tidak dijelaskan jenis pekerjaan apa yang diberikan kepada

putra Papua dan seberapa besar penerimaan yang dapat diperoleh pekerja

putra Papua? Apakah kesempatan kerja yang diberikan bagi putra Papua

sudah cukup memadai dibandingkan dengan total kesempatan kerja yang

tersedia dari usaha penambangan tersebut?

Disebutkan beberapa kontribusi tidak langsung PTFI, yaitu :

1) investasi untuk membangun prasarana perusahaan di Papua yang

nantinya akan diserahkan kepemilikannya pada pemerintah Indonesia bila

kontrak karya telah berakhir. Selama ini prasarana tersebut dinikmati oleh

siapa? Sudahkah dinikmati oleh masyarakat sekitar perusahaan dan

bangsa Indonesia pada umumnya? Berapa besar manfaat itu? Konsep

yang menyatakan bahwa nilai pada hari ini lebih besar daripada nilai yang

akan diperoleh pada masa yang akan datang (time value of money) juga

menunjukkan bahwa apa yang dapat dinikmati PTFI pada hari ini

http://www.mercubuana.ac.id

Page 18: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

tentunya jauh lebih besar daripada apa yang bisa diperoleh bangsa

Indonesia di masa yang akan datang ketika KK telah berakhir.

2) Investasi dalam bentuk prasarana sosial yang memberi manfaat

langsung bagi masyarakat seperti gedung sekolah, klinik kesehatan,

perkantoran, sarana ibadah dan rekreasi, serta perngembangan usaha kecil

dan menengah. Investasi prasarana sosial inipun perlu dikaji, telah dapat

menjangkau berapa banyak anggota masyarakat?

3) Penyediaan lapangan kerja bagi 8.000 orang di tahun 2005. Belum

diketahui berapa persen penyerapan tenaga kerja tersebut bagi masyarakat

Papua atau bagi pengangguran di Papua. Jika pada tahun 2005 jumlah

pengangguran di Indonesia adalah 10,85 juta orang, maka PTFI menyerap

0,07% dari jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Apakah angka

penyerapan tenaga kerja tersebut sudah memadai dengan banyaknya hasil

tambang yang dapat diperoleh PTFI dari bumi Indonesia?

4) Pembayaran upah bagi karyawan PTFI mencapai lebih dari 1 miliar

dolar AS sejak tahun 1992. Sekali lagi, karyawan dari bangsa mana yang

terutama menerimanya? Dimana mereka menggunakan penerimaan upah

tersebut? Apakah digunakan di dalam wilayah Indonesia, atau justru

digunakan untuk konsumsi di luar Indonesia?

Selanjutnya, dalam rangka membangun dan memelihara hubungan

konstruktif dan positif dengan masyarakat Papua, PTFI memberikan dana

perwalian bagi masyarakat Amungme dan Komoro dengan memberi

kontribusi sebesar 7.5 juta dolar AS. Selain itu PTFI melibatkan masyarakat

Amungme dan Komoro sebagai perserta ekuitas. Per 31 Desember 2005 dana

tersebut sudah mencapai 43.000 lembar saham biasa pada Freeport-McMoran

Copper & Gold Inc. Sekali lagi, belum ada informasi yang menjelaskan

43.000 lembar saham tersebut merupakan berapa persen dari outstanding

shares yang dimiliki PTFI. Padahal dalam suatu Perseroan Terbatas, hak

suara pemegang saham sangat tergantung oleh besar saham yang dikuasai.

Artinya jika 43.000 lembar saham tersebut setara dengan X% maka hak suara

masyarakat Amungme dan Komoro pun sebesar X%. Apa yang dapat

diperoleh masyarakat Amungme dan Komoro dengan hak suara sebesar itu ?

http://www.mercubuana.ac.id

Page 19: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Program CSR PTFI dilaksanakan melalui kemitraan dengan

masyarakat adat Amungme (LEMASA) dan Kamoro (LEMASKO) dengan

memberikan kontribusi berupa dana kemitraan. Dana kemitrraan tersebut

dikelola dan disalurkan oleh lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme

dan Kamoro (LPMAK) berupa program pendidikan dana training, kesehatan,

pembangunan desa, dan pengembangan wirausaha. Namun hasil audit The

International Center for Corporate Accountability (ICCA) menunjukkan

masih banyak hal yang perlu diperbaiki, seperti pengelolaan dan distribusi

dana oleh LPMAK serta pemberian bantuan yang tidak pada tempatnya.

3.3.2 CSR PTF Ditinjau dari Etika Bisnis

Mengacu pada prinsip-prinsip etika bisnis menurut Keraf (1998),

maka prinsip kejujuran, prinsip keadilan, dan prinsip saling menguntungkan

(mutual benefit principle) dari bisnis PTFI masih dipertanyakan

penerapannya. Hal ini didasari kenyataan adanya komentar dari berbagai

pihak terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan PTFI.

Dalam tulisan yang dapat dibaca sebagai laporan PTFI, tidak

diikutkan laporan mengenai pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Dari sisi

lain, selama ini lebih banyak terdengar komentar mengenai dampak

kerusakan lingkungan yang terjadi di bumi Papua akibat kegiatan

penambangan yang dilaksanakan.

Widianto (2006) menyatakan bahwa bahwa PTFI gagal menunjukkan

tanggung jawabnya terhadap pengelolaan lingkungan dan resolusi konflik

dengan penduduk local. Sekitar 1.3 milyar ton limbah tailing dan 3,6 ton

limbah baru dibuang begitu saja ke lingkungan. Limbah tersebut telah

mencemari Sungai Ajkwa dan menyebabkan jebolnya Danau Wanagon

hingga terkontaminasinya ratusan ribu hektar daratan dan lautan Arafura.

Dampak yang diakibatkan PTFI terhadap wilayah sekitar

penambangan cukup memprihatinkan. Menurut Reza (2006), kerusakan

lingkungan secara fisik yang terjadi di Papua antara lain berupa sungai-sungai

yang menjadi aliran pembuangan limbah perusahaan telah tercemar zat-zat

http://www.mercubuana.ac.id

Page 20: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

beracun, tanah sekitar 230 kilometer persegi rusak, dan pengundulan hutan di

daerah sekitar penambangan semakin meluas. Hal-hal tersebut tentunya

menyalahi Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2002 tentang pencemaran

lingkungan hidup.

Jika memang PTFI berlaku secara lebih adil dan legawa, sebenarnya

perlu diperhitungkan imbangan antara total penerimaan (bagi perusahaan)

yang selama ini sudah diambil dari bumi Papua dengan “biaya-biaya” yang

harus ditanggung. Biaya-biaya di sini termasuk kerusakan lingkungan yang

telah terjadi, dan dampaknya terhadap masyarakat. Tentunya diperlukan audit

dari pihak lain yang independent, sehingga dapat diperoleh masukan yang

obyektif untuk menilai. Jika kerusakan yang terjadi merupakan biaya (cost),

maka secara jujur harus diakui lebih besar penerimaan daripada biaya, atau

lebih besar biaya daripada penerimaan yang diperoleh? Jika berbagai

kerusakan lingkungan dan derita masyarakat yang terjadi jauh lebih besar

daripada penerimaan, maka sebenarnya keberadaan PTFI tidak

menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.

Sebuah survey mengatakan bahwa 68% consumer tidak mempercayai

perusahaan-perusahaan dan ketidakpercayaan ini merupakan anggapan bahwa

perusahaan-perusahaan itu hanya mengeruk keuntungan tanpa memberikan

faedah pada lingkungan dan masyarakat sekitar.

Sementara Widianto (2006) menyatakan bahwa meskipun PDB Papua

berada di ranking ke-tiga, tetapi nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Papua berada di urutan ke 29 dari 30 propinsi di Indonesia. Bahkan akumulasi

penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di atas 35% berada di

kawasan konsesi PTFI. Dampak sosial lain, disebutkan bahwa bisnis

prostitusi di kota tambang Timika meningkat seiring kenaikan produksi PTFI.

Sebelumnya, Suryana (2003) menyampaikan bahwa kasus

penambangan PTFI merupakan salah satu kasus yang terkenal dan sering

disodorkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat untuk menyadarkan

masyarakat tentang bahaya operasi penambangan yang dilakukan oleh

perusahaan multinasional. Tidak hanya dari kalangan LSM, penelitian

empiris menunjukkan bahwa perhatian perusahaan multinasional terhadap

http://www.mercubuana.ac.id

Page 21: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

persoalan lingkungan cukup minim. Survei yang dilakukan Pusat Antar

Universitas – Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada terhadap 90 perusahaan

multinasional yang beroperasi di Indonesia dan bergerak di berbagai bidang

dari pertambangan hingga elektronik menemukan bahwa mayoritas

perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia hanya memikirkan

keuntungan binsis dan cenderung mengabaikan persoalan lingkungan hidup.

Menurut para LSM dalam Suryana (2005), operasi pertambangan

tidak hanya merusak lingkungan, tapi juga sering menjadi factor penyebab

pelanggaran hak azasi manusia, terutama terhadap suku-suku asli setempat.

Pada kasus penambangan PTFI, penduduk Amungme diungsikan keluar dari

tanah leluhur mereka begitu di tanah mereka ditemukan cadangan mineral .

Fauzia (2006) menjelaskan bahwa aksi demonstrasi terhadap PTFI

yang akhirnya ricuh dan menimbulkan korban tewas merupakan luapan emosi

masyarakat. Kerusuhan dan demonstrasi tidak muncul begitu saja tanpa ada

factor pemicu di belakangnya, yaitu kesenjangan sosial dan perasaan

ketidakadilan.

Usman (2006) mengemukakan bahwa Walhi melakukan siaran pers

untuk menyampaikan permintaan agar PTFI ditutup, selanjutnya dilakukan

audit dan penyelidikan menyeluruh atas seluruh rangkaian pelanggaran HAM

kerusakan ekologi, dan kerusakan sosial-budaya yang diderita masyarakat

Papua sehubungan adanya kegiatan pertambangan PTFI. Melalui audit yang

transparan dapat diketahui manfaat keberadaan PTFI bagi masyarakat Papua.

Jika dinilai masih terlalu kecil maka harus diminta revisi bagi hasil, selain

ganti rugi atas kerusakan lingkungan dan sosial budaya yang diakibatkan

PTFI (Kompas, 2006).

PTFI merasa bahwa pengelolaan limbahnya sudah baik. Perusahaan

berkeras bahwa pembuangan tailing sisa penambangan ke sungai Aghwagon-

Otonoma-Ajkwa merupakan pilihan terbaik, dengan mempertimbangkan

keadaan geoteknik, topografi, iklim, seismolog, dan mutu air yang ada.

Dikemukakan bahwa tailing yang dibuang tidak beracun karena dalam

memproses biji mineral tidak menggunakan sianida dan merkuri. Di sisi yang

berbeda, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) pada tahun

http://www.mercubuana.ac.id

Page 22: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

2001 menilai cara pembuangan tailing tersebut melanggar Peraturan

Pemerintah Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai yang melarang

pembuangan limbah padat atau cair ke dalam atau di sekitar sungai. Tailing

PTFI juga dinyatakan tidak memenuhi baku mutu limbah cair yang

mensyaratkan total suspended solution (TSS) atau limbah tidak terlarut

sebesar 400 ppm sementara TSS tailing PTFI mencapai 4.000 ppm (Wiguna,

2006).

3.3.3. CSR PTFI Ditinjau dari GCG

Laporan PTFI pada tahun 2006 menunjukkan bahwa perusahaan telah

menyebarkan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan sehubungan dengan

tanggung jawab sosial perusahaan. Namun kualitas informasi yang diberikan

belum dapat dikategorikan sebagai transparan. Padahal penyebaran informasi

secara transparan hanyalah suatu pra kondisi, belum merupakan kondisi yang

cukup (sufficient condition) untuk mencapai tujuan dilaksanakannya good

governance.

Tujuan good governance adalah agar perusahaan berperforma baik

sehingga dapat meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan memberi

manfaaat bagi pemangku kepentingan. Salah satu petunjuk meningkatnya

kemakmuran pemegang saham dapat dilihat dari tingkat penerimaan

perusahaan. Laporan The Element of Shareholder Value dari PTFI (2006)

menunjukkan bahwa kemakmuran pemegang saham memang terus

meningkat. Hal tersebut diketahui dari penerimaan PTFI yang terus

meningkat pada periode tahun 2001-2005, sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel 2.

Dari sisi pemangku kepentingan, bagaimana tata kelola perusahaan

sebagai cerminan tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat sekitar?

Laporan PTFI mengenai Unsur-Unsur Pembangunan Berkelanjutan

menunjukkan bahwa program CSR PTFI telah dilakukan. Memperhatikan

http://www.mercubuana.ac.id

Page 23: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Tabel 2. Penerimaan PTFI pada Tahun 2001-2005

Tahun Penerimaan (US$) Pertumbuhan (%)2001 1.838.8662002 1.910.462 3,892003 2.212.165 15,792004 2.371.866 7,222005 4.179.118 76,20

Rata-rata 2.502.495,4 20,62Sumber : Laporan PTFI, 2006b

komentar pihak eksternal perusahaan, diperoleh masukan bahwa sejauh ini

tanggungjawab sosial PTFI belum memadai, karena belum berhasil

mempersempit kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

Dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan selama kegiatan

penambangan yang sudah berlangsung selama 40 tahun begitu besar,

sehingga muncul permintaan dari beberapa pihak agar usaha penambangan ini

ditutup. Artinya pengelolaan PTFI belum baik (good), karena banyaknya

komentar yang menunjukkan ketidakpuasan masyarakat.

Akar permasalahan ketidakpuasan masyarakat tersebut nampaknya

disebabkan karena PTFI kurang melaksanakan keterbukaan informasi

terhadap masyarakat. Dikarenakan informasi yang tidak terbuka tersebut,

timbul ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan tersebut dapat mengakibatkan

gangguan bagi kegiatan bisnis perusahaan di masa yang akan datang. Padahal

PTFI telah diberi hak konsesi hingga tahun 2021. Suatu periode waktu yang

relatif masih panjang.

Sebagaimana telah disebutkan di bagian terdahulu, dalam laporan

PTFI mengenai Unsur-unsur Pembangunan Berkelanjutan (2006), data yang

disajikan tidak mengungkapkan secara jelas dan transparan mengenai

kegiatan bisnis yang sesungguhnya dari PTFI. Juga belum terungkap secara

jelas manfaat PTFI bagi bangsa Indonesia secara umum, dan bagi masyarakat

Papua pada khususnya.

CSR memang merupakan jawaban atas inisiatif bahwa bisnis tidak

hanya berjalan demi kepentingan pemegang saham (shareholders) saja,

namun juga untuk stakeholders yaitu pekerja, masyarakat, dan lingkungan.

http://www.mercubuana.ac.id

Page 24: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Meskipun tujuan bisnis adalah mencari laba, namun perusahaan juga harus

bisa menyejahterakan orang (people) dan menjamin kelestarian lingkungan.

Jika PTFI terus melaksanakan CSR secara konsisten dan berkesinambungan,

maka hal tersebut menunjukkan perusahaan telah mengaplikasikan good

corporate governance, mematuhi regulasi dan etika, menjunjung transparansi,

dan memenuhi harapan stakeholders.

Harapan stakeholder nampaknya belum terpenuhi, sebagaimana masih

terjadi berbagai ketidakpuasan masyarakat dan unjuk rasa karyawan terhadap

perusahaan. Ketidapuasan masyarakat masih terjadi hingga tahun 2006 lalu

dan unjuk rasa karyawan masih terjadi hingga April 2007.

Peran Pemerintah

Dilema keberadaan perusahaan PTFI di Indonesia perlu dicarikan

penyelesaian, yang sudah dibayangkan tidak mudah. Pemerintah mesti

mengefektifkan kebijakan lingkungan. Masyarakat sekitar dan LSM diajak

mengawasi dampak beroperasinya PTFI terhadap lingkungan. Pemerintah

juga perlu meminta PTFI agar lebih transparan dalam mengelola lingkungan.

Memberikan informasi secara terbuka atau transparan belum

merupakan kondisi yang cukup untuk mencapai tujuan dilaksanakannya good

corporate governance. Pemberian informasi secara terbuka baru merupakan

pra kondisi. Tujuan good corporate governance adalah agar perusahaan

berfungsi dan berperforma baik, sehingga dapat meningkatkan kemakmuran

masyarakat.

Pemerintah perlu melakukan titik temu dalam pengaturan lingkungan.

Regulasi yang terlalu ketat akan membuat perusahaan multi nasional tidak

nyaman, sehingga mereka meninggalkan atau tidak mau berinvestasi di

Indonesia. Di sisi lain, peraturan yang terlalu longgar akan menyediakan

kesempatan bagi perusahaan multinasional untuk melakukan kerusakan

lingkungan lebih parah.

Salah satu cara yang dapat ditempuh, Pemerintah perlu

mengefektifkan instrumen “pajak baru” untuk meminimalisasi kerusakan

http://www.mercubuana.ac.id

Page 25: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

lingkungan. Instrumen ini dimaksudkan untuk mendorong agar volume

sampah yang dihasilkan dan dibuang ke lingkungan sekitar dapat ditekan,

karena semakin besar volume sampah yang dihasilkan maka akan semakin

tinggi pajak yang harus dibayarkan.

Pada waktu yang akan datang, bukan tidak mungkin CSR menjadi

kewajiban baru standar bisnis yang harus dipenuhi, seperti halnya standar

ISO. Paradigma CSR perlu diubah, bukan sebagai konsekuensi (unintended

consequence) tapi menjadi tujuan. Jika hanya sebagai konsekuensi, CSR akan

dikalahkan tujuan utama perusahaan untuk memaksimalkan laba. Sedangkan

jika menjadi tujuan, CSR akan menjadi prioritas perusahaan dalam

menjalankan kegiatannya, tanpa melalaikan laba. CSR akan membuat

perusahaan ‘dicintai’ masyarakat karena perusahaan berbuat banyak bagi

mereka. Perusahaan yang dicintai masyarakat mempunyai prospek masa

depan yang baik, karena akan mendapat dukungan keberlanjutannya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penerapan CSR di perusahaan sudah menjadi kebutuhan. Apalagi bagi

perusahaan dengan skala besar, karena umumnya perhatian masyarakat

terhadap pelaksanaan usahanya akan semakin besar pula.

Perusahaan akan kesulitan jika masih menggunakan paradigma lama,

yaitu mengejar keuntungan setinggi-tingginya tanpa mempedulikan kondisi

masyarakat sekitar. Jika paradigma tersebut dipertahankan, maka akan

memicu ketidakpuasan (kecemburuan sosial) dari masyarakat sekitar.

Jika hubungan dengan masyarakat sekitar tidak baik, perusahaan tidak

dapat menggali potensi masyarakat local yang seyogyanya dijadikan modal

sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Akibatnya hal itu akan

merugikan perusahaan.

Perlu peraturan perundang-undangan yang mengatur konsep dan jenis

tanggung jawab sosial perusahaan dalam rangka law enforcement dan

peningkatan ekonomi lokal dan nasional. Di sisi lain, direksi dan dewan

http://www.mercubuana.ac.id

Page 26: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

komisaris sebagai manajemen puncak harus memiliki komitmen penuh dalam

menerapkan CSR, sehingga menjadi budaya perusahaan.

Berbagai penelitian menunjukkan korelasi positif antara CSR dan

kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan yang menerapkan CSR justru

memiliki kondisi keuangan yang baik. Dengan kata lain sudah waktunya

perusahaan tidak lagi menggolongkan penerapan CSR sebagai biaya,

melainkan sebagai investasi perusahaan, untuk mendapatkan return lebih baik

di masa yang akan datang.

Jika perusahaan telah melakukan CSR dengan baik, maka perusahaan

tersebut tergolong telah melakukan GCG. Jika perusahaan-perusahaan di

Indonesia telah melaksanakan GCG maka masyarakat akan menerima

keberadaan perusahaan terebut. Pada tahap selanjutnya, hal tersebut akan

dapat memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

Saran

Pemikiran yang mendasari CSR yang sering dianggap sebagai inti dari

etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya memiliki kewajiban

ekonomis dan legal, tapi juga kewajiban terhadap pihak lain. CSR merupakan

jawaban atas inisiatif bahwa bisnis tidak hanya berjalan demi kepentingan

pemegang saham (shareholders) saja, tapi juga untuk stakeholders, yaitu

pekerja, konsumen, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan.

Penerapan CSR memang bersifat sukarela. Menjadi wajar, jika

penerapannya bebas tafsir berdasarkan kepentingan masing-masing. Oleh

karena itu diperlukan pengaturan penerapan CSR di Indonesia, agar memiliki

daya atur, daya ikat, dan daya paksa. Tanggung jawab perusahaan yang

semula adalah responsibility (tanggung jawab non hukum) akan berubah

menjadi liability (tanggung jawab hukum). Perusahaan yang tidak memenuhi

peraturan perunang-undangan dapat diberi sanksi. Kebijakan yang pro

masyarakat dan lingkungan seperti ini sangat dibutuhkan di tengah arus

zaman neo-liberalisme.

CSR perlu disikapi secara strategis, dan merupakan langkah

manajemen yang terencana. Dari sisi perencanaan (planning), agar

http://www.mercubuana.ac.id

Page 27: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

pelaksanaan CSR dapat berkesinambungan dan mudah dievaluasi, perlu

dibentuk satu bagian khusus di perusahaan yang mengelola kegiatan ini.

Dengan demikian program CSR dapat direncanakan, disempurnakan, dan

dikaitkan dengan laba perusahaan. Artinya, program CSR bisa memberi

benefit tertentu bagi perusahaan, bisa berupa laba atau sesuatu yang lain yang

dapat diukur, sehingga bukan sekedar charity.

Jika PTFI mengedepankan pembangunan masyarakat sebagai wujud

pelaksanaan CSR, maka berarti perusahaan sebenarnya menggali potensi

masyarakat local yang dapat dijadikan modal sosial perusahaan untuk maju

dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi

masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara

ini juga dapat membangun citra PTFI sebagai perusahaan yang ramah dan

peduli lingkungan. Selanjutnya akan tumbuh rasa percaya masyarakat

sehingga kehadiran PTFI di bumi Papua diterima masyarakat karena berguna

dan bermanfaat. Citra positif ini akan memudahkan perusahaan mendapatkan

kepercayaan dan dukungan dari masyarakat yang lebih luas, sehingga

kesinambungan usaha (sustainability) usaha dapat dipertahankan.

Upaya memperbaiki hubungan baik dengan masyarakat sekitar dapat

ditempuh, tidak saja dengan mempekerjakan mereka di area penambangan.

PTFI dapat memberdayakan masyarakat setempat pada kegiatan bisnis seperti

usahatani (agribisnis), agroindustri, maupun agrowisata. Diperoleh informasi

(dari kegiatan perkuliahan) bahwa tanah Papua dapat ditanami berbagai

tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, seperti tanaman hortikultura sayuran

dan buah-buahan, tanaman tahunan seperti kelapa hibrida, matoa, dan buah

merah. Masyarakat dapat dijadikan plasma untuk menghasilkan berbagai

tanaman tersebut, PTFI menjadi inti yang memberikan pengetahuan untuk

berusaha, menyediakan sarana produksi, dan menerima produksi yang

dihasilkan. Masyarakat juga dapat diajak untuk mengolah hasil pertanian

yang dihasilkan sehingga mempunyai nilai tambah. Keindahan alam Papua

dan kegiatan penambangan dapat dijadikan produk wisata yang dapat dijual.

Strategi lainnya, perusahaan secara terbuka membangun kemitraan

dengan berbagai kalangan dan organisasi, termasuk LSM. Perlu dibentuk

http://www.mercubuana.ac.id

Page 28: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

departemen tersendiri yang mengelola pelaksanaan CSR di PTFI, sehingga

kegiatan tersebut dapat lebih terarah, terkendali dan mudah dievaluasi.

PTFI perlu meningkatkan keterbukaannya (openness), terutama dalam

hal penerapan CSR-nya. Sebagaimana yang telah dilakukan perusahaan

public, diperlukan penerapan CSR secara transparan oleh para profesional,

dewan direksi, dan komisaris. Transparansi pada intinya adalah keterbukaan,

terutama menyangkut fairness dan accountability. Para pelaku organisasi

yang menjalankan kegiatannya dengan adil (fair) terhadap stakeholdernya,

tentu tidak berkeberatan memberitahukan kegiatannya kepada pihak luar.

Selain itu, apabila seluruh kegiatan dapat dipertanggungjawabkan dengan

baik, tentu perusahaan juga tidak akan keberatan untuk mengumumkan

kegiatan perusahaannya secara terbuka kepada masyarakat luas.

Laporan kepada stakeholder disampaikan secara rutin dan tanpa harus

diminta. Penyampaian dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti

laporan tahunan, notulen rapat, website perusahaan yang berkualitas, dan

menggunakan analisa dari analis independen. Dengan demikian semua

pemegang saham dan semua pihak yang berkepentingan mendapatkan

informasi yang benar dan sesuai dengan langkah-langkah strategis

perusahaan.

Salah satu kerugian yang dapat terjadi akibat adanya penilaian buruk

masyarakat terhadap pelaksanaan CSR adalah konsumen bisa-bisa tidak mau

membeli produk yang dihasilkannya, artinya perusahaan akan menghadapi

penurunan penjualan, yang selanjutnya dapat berdampak menurunnya

keuntungan. Jika hal ini terjadi, maka tujuan perusahaan untuk mendapatkan

keuntungan optimal tidak akan tercapai. Sebaliknya, CSR yang dilaksanakan

dengan baik menunjukkan perusahaan melakukan good corporate

governance, dan hal ini akan memacu pertumbuhan, artinya akan memacu

perkembangan perusahaaan di masa yang akan datang.

Pelaksanaan CSR (khususnya yang dikaitkan dengan community

development) telah dianggap sebagai salah satu faktor pendukung daya saing

perusahaan. Perusahaan yang melaksanakan CSR dengan baik, tidak saja

http://www.mercubuana.ac.id

Page 29: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

membuat perusahaan menjadi popular, tapi juga dicintai masyarakat karena

perusahaan berbuat banyak bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Danardono, Donny. 2004. “Rasio yang Argumentatif-Komunikatif dan Intuisi yang Instruktif “ dalam Menelusuri Jejak CAPRA : Menemukan Integrasi Sains, Filsafat, Agama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Djogo, Tony. 2005. www.beritabumi.or.id

Fauzia, Amelia. 2006. “Satu Pelajaran dari Papua : Filantropi dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”.

Harahap, Oky Syeiful R. 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. www.pikiran-rakyat .com

Hasibuan, Chrysanti dan Sedyono. 2002. Etika Bisnis, Corporate Social Responsibility (CSR), dan PPM. www.lppm.ac.id

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. 2006. ICMI Merekomendasikan Peninjauan Ulang Kontrak Karya dengan Freeport. www.republika.com

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis : Tuntutan dan Relevansinya. Kanisius. Yogyakarta.

Kormen. 2007.”Riset 61 Listed Company LQ-45 di Indonesia” dalam BusinessReview, Februari 2007.

Oktaviani, Rina. 2006. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Riil Indonesia 2007 dengan Beberapa Pilihan Kebijakan. Makalah Seminar Economic Outlook. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Manajemen dan EKonomi (FEM), IPB. Bogor.

PT Freeport Indonesia. 2006a. Unsur-Unsur Pembangunan Berkelanjutan. PTFI. Jakarta.

--------------------------. 2006b. The Elements of Shareholder Value. Freeport-McMoran copper & Gold Inc. Jakarta.

Reksodiputro, Mardjono. 2004. Sektor Bisnis (Corporate) sebagai Subyek Hukum dalam Kaitan dengn HAM. www.duniaesai.com

http://www.mercubuana.ac.id

Page 30: Pt freeport indonesia-bisnis-beretika(1)

Reza, Abdul. 2006. “FREEPORT, Satu dari Sekian Banyak Eksploitasi Sumber Daya Alam di Indonesia. www.reza.fapet-online.com

Simanjuntak, Payaman. 2005. “Peranan Etika dalam Bisnis” dalam Informasi Hukum Volume 3 Tahun VII. Jakarta.

Soebekti, Sukono. 2007. “GCG sebagai Acuan Pemegang Obligasi” dalam BusinessReview, Februari 2007

Sukarman, Widagdo. 2005. “Peran Masyarakat dan Partai Politik agar Good Corporate Governance Dilaksanakan Efektif pada BUMN”. Bahan Kuliah Filsafat Sains, Etika Bisnis, dan Good Corporate Governance Program Doktor Manajemen Bisnis IPB. Bogor.

Suryana, A’an. 2003. “Dari Sabang sampai Freeport : Neoliberalisme dan Kehancuran Lingkungan Hidup” dalam Neoliberalisme. Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Yogyakarta.

Usman, Erwin. 2006. “Tekad Kami : Tutup Freeport!”. www.walhi.or.id

Utama, Harry Wahyudhy. 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Investasi bukan Biaya. www.klikharry.wordpress.com

Wahyuni, Ali Istik, 2007. Laba Industri Tambang RI Pecahkan Rekor. www.detikcom.com

Widianto, Adi. 2006. Kegagalan Industri Pertambangan Indonesia. www.jatam.org

Wiguna, Oktamandjaya. 2006. Freeport Klaim Pengelolaan Limbah Sudah Baik. www.tempo.co.id

http://www.mercubuana.ac.id