Format Makalah Seminar 411 Terbaru
-
Upload
ayuwulandari-tan -
Category
Documents
-
view
75 -
download
6
description
Transcript of Format Makalah Seminar 411 Terbaru
MAKALAH SEMINAR
MODUL 411 - FARMAKOLOGI
Disusun oleh:
040001300024 Balqis Ghassani
040001300025 Blanca Sarizta
040001300026 Chalika Bella P.
040001300027 Cinthya Dhea A.
040001300028 Cirska Nadia
040001300029 Clarisa
040001300030 Claudia Ang
040001300031 Claudia Katerine
040001300032 Cut Intan Firlyana
040001300033 Dara Maharani
040001300034 Davin Adijaya H.
040001300036 Dea Nursita
040001300037 Della Wijaya
040001300038 Della Aurelia
040001300039 Delly Wijaya
040001300040 Denithra Ayu
040001300041 Dessy Natalia
040001300042 Dewi Mutiara
040001300043 Dhara Nandary
040001300044 Dharma Nur S.
040001300045 Dhilla Pionny
040001300046 Diajeng Celia R.
040001300035 Dea Efriliandita
Fakultas Kedokteran Gigi Usakti
Semester Genap 2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil pembelajaran dari penyampaian materi oleh para ahli kepada mahasiswa
pastinya berbeda untuk setiap individu. Untuk menyempurnakan pembelajaran,
mahasiswa memerlukan forum diskusi dengan kelompok kecil guna membahas materi
terkait. Hal ini dilakukan untuk menyatukan pikiran mahasiswa dengan cara berlatih
untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah yang diberikan. Setiap diskusi
kelompok mahasiswa dibimbing oleh salah satu dosen bersangkutan sebagai
fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi.
Diskusi pertama dan kedua modul farmakoterapi bertemakan interaksi obat
dilaksanakan pada hari yang berbeda. Diskusi pertama dilaksanakan pada Kamis, 26
Maret 2015 pukul 10:16 WIB sampai pukul 11:30 WIB di ruang 107, Gedung
Extension FKG Usakti. Dalam 74 menit, terdapat 22 peserta yang mendiskusikan
masalah terkait interaksi obat. Diskusi dibimbing oleh dr. Rachman Wahab sebagai
fasilitator, Denithra Ayu Rahma Natasha sebagai ketua diskusi, dan Della Aurelia
sebagai sekretaris diskusi.
Diskusi kedua bertema sama yaitu interaksi obat, dilaksanakan pada hari Selasa,
31 Maret 2015 pukul 08.00 WIB sampai pukul 09.30 WIB di ruang 107, Gedung
Extension FKG Usakti. Diskusi berjalan selama 90 menit, jumlah peserta adalah 22
orang. Diskusi kali ini dibimbing oleh dr.Meiyanti, Sp.FK sebagai fasilitator, Chalika
Bella sebagai ketua diskusi, dan Dea Nursita sebagai sekretaris diskusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Informasi lengkap dari kasus yang didiskusikan (identitas pasien, anamnesis,
pemeriksaan ekstra dan intra oral)
1. Identitas pasien
Laki-laki berumur 63 tahun yang merupakan pensiunan guru SMU.
2. Tindakan yang dilakukan untuk mengetahui masalah
a) Anamnesis
Pada kasus ini diketahui pasien jatuh tersungkur ketika berolahraga pagi.
Maka kita perlu menganamnesis penyebab mengapa pasien tersebut
terjatuh, seperti menanyakan kepada pasien atau walinya : obat apa saja
yang dikonsumsi, adakah penyakit sistemik dan riwayat alergi pada
pasien, frekuensi jatuh (apakah jatuh yang dialami saat ini adalah pertama
kalinya atau sudah berulang kali), apakah sebelum berolah raga sudah
sarapan pagi atau belum, dan apa yang dirasakan pasien sebelum jatuh
tersungkur (apakah pusing,sesak napas, pandangan kabur dan lain lain).
b) Pemeriksaan klinis
Intra oral & Ekstra oral
Dari pemeriksaan intraoral dan ekstraoral, ternyata kedua gigi insisif
sentral atas mengalami avulsi (terlepas dari socketnya) dan kedua gigi
insisif lateral atas mengalami fraktur hingga daerah servikal, sehingga
pasien memerlukan tindakan pencabutan dari dokter gigi. Sebelum
melakukan pencabutan, dokter gigi harus membersihkan muka pasien
yang berlumuran darah dengan menggunakan antispetik agar terbebas dari
kuman. Salah satu jenis antiseptik yang dapat digunakan adalah Povidon
iodin, yaitu sebuah polimer larut air yang berasal dari golongan halogen.
Povidon iodin mengandung sekitar 10% iodin aktif yang mampu
membunuh semua patogen utama berikut spora-sporanya yang sulit diatasi
oleh jenis antiseptik lain. Kemudian dilakukan pemeriksaan vital terhadap
pasien (mengingat usia pasien sudah tua sehingga dikhawatirkan memiliki
penyakit sistemik) antara lain : pengukuran tekanan darah, frekuensi
napas, denyut nadi, diameter pupil, pemeriksaan gula darah dan suhu
tubuh.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan, diketahui pasien meminum
kaptopril 5mg 1x/hari dan aspirin 80mg 1x/hari selama 5 tahun terakhir
yang diberikan oleh dokter internis. Hal ini menandakan pasien tersebut
menderita hipertensi dikarenakan obat yang dikonsumsi merupakan obat
antihipertensi yaitu kaptopril dan aspirin sebagai obat pengencer darah.
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya TD (Tekanan
Darah), seseorang dikatakan hipertensi apabila memiliki TD lebih dari
140/90 mmHg. Berdasarkan The Joint National Committee on prevention,
detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC VII
2013) hipertensi untuk usia 18 tahun atau lebih dibagi menjadi 2 tingkat.
Hipertensi tingkat 1
Sistol : 140-159 mmHg
Diastol : 90-99 mmHg
Hipertensi tingkat 2
Sistol : >160 mmhg
Diastol : >100mmHg
Baik pasien dengan hipertensi tingkat 1 maupun hipertensi tingkat 2,
pencabutan gigi tidak dapat langsung dilakukan pada hari itu juga karena
dapat menyebabkan perdarahan pasca ekstraksi.Pencabutan gigi dapat
dilakukan pada tekanan darah normal yakni < 130/85 mmHg.
Oleh karena itu sebelum melakukan pencabutan, dokter gigi harus
melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter internis untuk
memperoleh izin untuk melakukan pencabutan gigi atau dokter internis
akan melakukan terapi terlebih dahulu sesuai dengan kondisi pasien
sebelum melakukan pencabutan.
B. Daftar dari semua masalah, termasuk penyakit yang telah diketahui
Pasien mengalami jatuh tersungkur ketika berolahraga pagi hingga muka
berlumuran darah. Kemungkinan penyebab jatuhnya pasien tersebut
dikarenakan vertigo akut yang dirasakan seperti kepala berputar,
ketidakseimbangan badan, dan nistagmus (penglihatan kabur) sehingga
pasien terjatuh. Kemungkinan kedua dapat juga disebabkan hipertensi
atau hipotensi yang dikarenakan gangguan pada jantung yang berfungsi
sebagai pemompa darah atau pada pembuluh darah yang dapat
menyebabkan aliran darah ke otak menjadi kurang, sehingga
menyebabkan pasien jatuh tersungkur. Kemungkinan yang terakhir adalah
Hipoglikemia, gula darah merupakan bagian utama tubuh sebagai
pemasok energi, pasien tersebut jatuh tersungkur dapat dikarenakan
pasien tidak sarapan terlebih dahulu sebelum berolah raga, sehingga kadar
gula dalam darah sangat rendah dan menyebabkan pasien menjadi pusing,
kehilangan konsentrasi, mengantuk , penglihatan kabur dan akhirnya jatuh
tersungkur.
Mengingat pasien tersebut jatuh tersungkur hingga mukanya berlumuran
darah, maka dapat terjadi beberapa kemungkinan terhadap kondisi gigi
dan mulut pasien tersebut, diantaranya :
Fraktur pada gigi anterior akibat benturan secara langsung yang
dialami pasien ketika terjatuh
Rusaknya gigi tiruan (apabila pasien menggunakan gigi
tiruan,trauma yang terjadi kemungkinan merusak gigi tiruan)
Trauma pada jaringan lunak
Trauma pada bibir
Reposisi pada gigi
Goyangnya gigi anterior
Tanggalnya gigi anterior
C. Penatalaksanaan kasus dari tiap masalah yang dihadapi berupa tindakan
terapeutik, alasan (dasar) rasional pemilihan terapi tersebut, serta mekanisme
kerjanya.
Sebelum dilakukan pencabutan gigi, dokter gigi memberikan antibiotik. Macam-
macam pemberian antibiotik yaitu sebagai berikut
A) Profilaksis
Pemberian antiobiotik pada pasien ini adalah dengan tujuan profilaksis.Yang
dimaksud dengan profilaksis adalah pencegahan dari infeksi kuman tertentu.Bila
suatu anti mikroba digunakan untuk mencegah infeksi kuman tertentu (yang peka
terhadap anti mikroba tersebut) sebelum terjadinya kolonisasi dan multiplikasi,
maka profilaksis ini seringkali berhasil.Secara garis besar profilaksis antimikroba
diberikan dengan tujuan :
1. Perlindungan infeksi tertentu
Contohnya penisilin G mampu mencegah infeksi streptokokus dan kotrimoksazol
mencegah kambuhnya infeksi saluran kemih.
2. Pencegahan infeksi bacterial sekunder pada seseorang yang sedang menderita
penyakit lain.
Misalnya pada pasien koma yang memakai alat bantu pernafasan dan kateter.
Pencegahan total biasanya tidak berhasil. Mikroba yang resisten dan jamur
seringkali bersifat pathogen bila profilaksis diteruskan.
3. Pencegahan endokarditis pada pasien kelainan katup atau struktur jantung lain
yang akan sering menimbulkan bakterimia.
Misalnya pada ekstraksi gigi, pembedahan, dan lain-lain. Setiap tindakan yang
melukai mukosa yang kaya bakteri misalnya mulut, akan menyebabkan bakterimia
selintas. Profilaksis ini diberikan segera sebelum tindakan. Profilaksis yang
diberikan terlalu lama sebelum dan sesudah operasi dapat menyebabkan terjadinya
kolonisasi kuman yang resisten.
B) Pre- Emptif
Cara pemberian antibiotik secara pre-emptif dilakukan bila kita menemukan
adanya gejala infeksi bakteri pada pasien yang bertujuan mencegah pasien
tersebut terpapar infeksi secara berlebihan. Penggunaan antibiotik spektrum luas
secara pre-emptif pada pasien dengan ventilasi mekanik mungkin dapat
bermanfaat untuk mengurangi morbiditas akibat Ventilator Associated Pneumonia
(VAP) dan Ventilator Associated Traceheobronchitis (VAT), tetapi tidak
bermanfaat pada mortalitas serta durasi perawatan ICU.
C) Empiris
Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada
kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Tujuan pemberian
antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan
bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil
pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi: ditemukan sindrom klinis yang mengarah
pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi.
1) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data epidemiologi dan pola
resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit setempat.
2) Kondisi klinis pasien
3) Ketersediaan antibiotik.
4) Kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan/organ yang
terinfeksi.
5) Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan
antibiotik kombinasi.
D) Definitif
Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan antibiotik pada
kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola
resistensinya.Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi
atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi,
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi: sesuai dengan hasil
mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi.
E) Supresif
Pemberian antibiotik secara supresif dilakukan apabila terdapat pasien yang
memiliki suatu penyakit dan terlihat pasien tersebut sudah sembuh dari
penyakitnya namun ternyata dalam tubuhnya masih terdapat infeksi bakteri.
Setelah dilakukan pencabutan gigi, dokter gigi memberikan Hemostatik Lokal yg
bersifat absorbable hemostatics pada tempat perdarahan agar terbentuk jala serat-
serat sehingga mempermudah pembekuan darah. Salah satunya yaitu Spons
Gelatin hemostatic memilik struktur bepori yang mengaktifkan trombosit pada
saat diletakkan di bagian yang berdarah. Darah datang melalui kontak dengan
matriks spons dengan cara menyerap darah tersebut. Hal ini menyebabkan
trombosit melepaskan serangkaian zat yang digunakan dalam pembentukan
agregasi pada saat yang sama, bagian permukaan mengalami perubahan sehingga
memungkinkan untuk bekerja sebagai katalis untuk pembentukan fibrin.
Pada kasus ini setelah pencabutan gigi, dokter gigi memberikan Ibuprofen 400mg
sebanyak 15 tablet kepada pasien tersebut, kemudian pasien kembali setelah 3 hari
sesudah pencabutan karena menderita gatal di sekujur tubuhnya dan
pembengkakan di kedua kelopak matanya. Hal ini menandakan adanya reaksi
alergi pasien terhadap ibuprofen yang diberikan, oleh karena itu dokter gigi harus
memberikan obat anti histamin, contohnya adalah klorfeniramin yang merupakan
obat anti histamin I generasi I dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup
besar dengan efek samping dan toksisitas yang relative rendah. Klorfeniramin
derivate dari alkilamin yang memiliki efek sedatif ringan, mempunyai masa kerja
4-6 jam.
Selain itu, doker gigi juga harus memberhentikan pemakaian ibuprofen dan
menggantinya dengan obat anti inflamasi lain golongan opioid yaitu tramadol .
Tramadol adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor μ yang
lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan
norepinefrin dan serotonin. Tramadol sama efektif dengan morfin atau meperidin
untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih
lemah. Dalam kasus ini tramadol diberikan karena pasien alergi terhadap obat
golongan AINS. Pasien yang memiliki alergi terhadap salah satu jenis AINS tidak
dapat diberikan obat dari golongan AINS lainnya. Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan diabetes serta mengkonsumsi obat dari dokter internis.
Tramadol tidak memiliki interaksi yang merugikan terhadap obat pemberian dari
dokter internis yang memiliki farmakodinamika sebagai berikut:
Obat yang dikonsumsi oleh pasien adalah kaptopril dan aspirin, masing-masing
obat tersebut memiliki farmakodinamik sebagai berikut
Kaptopril
Merupakan ACE-inhibitor yang bekerja langsung. ACE-
inihibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan
sekresi aldosteron di korteks adrenal. Selain itu, degradasi
bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam
darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-
inhibitor. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan
tekanan darah sedangkan berkurangnya aldosteron
menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi kalium
sehingga ada tendensi terjadinya hiperkalemia terutama pada
gangguan fungsi ginjal. Selain itu ACE-inhibitor menurunkan
resistensi perifer tanpa diikuti refleksi takikardia.
ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang maupun
berat. Obat ini efektif pada sekitar 70% pasien. Obat ini juga
menunjukan efek positif pada lipid darah dan mengurangi
resistensi insulin sehingga sangat baik untuk hipertensi
diabetes, dislipidemia dan obesitas.
Akan tetapi Kaptopril sebagai ACE-inhibitor dapat
menyebabkan hipotensi pada awal pemberian, terutama pada
hipertensi dengan aktivitas renin tinggi, batuk kering,
hiperkalemia, edema angioneurotik, gagal ginjal
akut,proteinuria dan efek teratogenik.
Aspirin
Merupakan obat golongan analgesik anti inflamasi non
steroid (AINS) yang bekerja sebagai penghambat COX 1
yang menghambat prostaglandin di sendi, lambung, ginjal,
dan agregasi trombosit.
Aspirin memiliki efek analgesik, antipiretik dan anti
inflamasi, obat ini tidak menyebabkan Met-Hb. Dalam kasus
pasien ini, obat aspirin digunakan karena kemampuannya
untuk mencegah agregasi trombosit, dan vasodilatasi
pembuluh darah perifer. Akan tetapi aspirin memiliki efek
samping yang juga perlu diperhatikan yaitu : bersifat
hepatotoksik, sindrom REYE yang timbul pada anak-anak
yang mendapat infeksi varicella dan virus lainnya,
menurunkan fungsi ginjal pada penderita payah jantung,
gastritis, dan dalam dosis tunggal 650 mg dapat
memperpanjang masa pendarahan kira-kira 2x lipat.
Sehingga aspirin memiliki kontra indikasi dengan pasien
penderita hemofilia, defisiensi vitamin K, kerusakan hati,
gastritis , anak-anak yang mendapat infeksi virus varicella
dan virus lainnya dan hipoprotombinemia.
D. Penulisan resep dari obat-obat yang diberikan pada pasien serta surat rujukan
A) Resep A
drg. Della Aurelia
SIP 777/2015
Praktek/Rumah
Jln. Perum Merta Indah
Jakarta, 1 Maret 2015
R/ Tab Captopril 5 mg No XX
S.s.d.d. tab I
R/ Tab Aspirin 80 mg No XX
S.s.d.d. tab I
Pro :Bp. Anto
Umur : 63 Tahun
B) Resep B
drg. Della Aurelia
SIP 777/2015
Praktek/Rumah
Jln. Perum Merta Indah
Jakarta, 1 April 2015
R/ Tab Ibuprofen 100 mg No XV
S.t.d.d. tab I p.c.
R/ Tab Glibenklamid 5 mg No X
S.s.d.d. tab I 30’a.c.
R/ Caps Tramadol 100 mg No XV
S.t.d.d caps I
Pro : Bp.Anto
Umur : 63 Tahun
C) Surat Rujukan
Yth. dr. Ani, Sp. PD
Di RSGMP Trisakti
Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap
Nama Pasien : Anto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 Tahun
No Telepon : 0211234567
Alamat : Jln. Setia Budhi No 12 A
Anamnese Keluhan : Pasien jatuh tersungkur ketika sedang berolahraga pagi
dan mengalami perdarahan
Riwayat Penyakit : Pasien mendapatkan pengobatan dari dokter Internis
Captopril 5 mg dan Aspirin 80 mg yang diminum sehari
sekali sejak 5 tahun terakhir
Diagnosis Sementara : Pasien mengalami Hipertensi
Hasil Pemeriksaan : Pemeriksaan Intraoral kedua gigi insisif sentral atas
sudah mengalami avulse dan kedua gigi insisif lateral
atas mengalami fraktur hingga daerah servikal
Tindakan/obat yang telah diberikan : Tindakan yang telah diberikan yaitu
antiseptic Povidon Iodin 10%
Demikian surat rujukan ini kami kirim, kami mohon balasa atas surat rujukan
ini. Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami
drg. Della AureliaNo. SIP 777/2015
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made dan Suastika, I Ketut. Gawat Darurat di Bidang penyakit
Dalam. Jakarta: EGC. 1998.
Davey, Patrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga. 2005.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009.
Marliani, Lili dan Tantan. 100 Questions & Answers Hipertensi. Jakarta:
Elex media komputindo. 2007.
BAB IV
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Bersama dengan dibuatnya makalah seminar modul 411 Farmakoterapi ini,
penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaan para fasilitator yang telah
membimbing kami. Kiranya pembuatan makalah ini membantu penulis dalam
memahami materi interaksi obat. Tidak hanya itu, penulis juga mengetahui apa yang
telah penulis diskusikan dapat menambah wawasan lebih mengenai masalah yang
belum penulis ketahui sebelumnya dan menjadi bekal untuk kedepannya.
Tidak ada gading yang tidak retak. Penulis meminta maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan kata yang terdapat selama berjalannya diskusi ataupun pada
makalah yang penulis buat. Terima kasih.