Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Dalam penerapannya dimasyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah, pengolaan sampah, control vector, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya. Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari Negara-negara tetangga. Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya. 1

Transcript of Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

Page 1: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu

perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah

manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya

lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Dalam penerapannya dimasyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air,

pengolaan limbah, pengolaan sampah, control vector, pencegahan dan

pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara.

Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum

optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka

kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Pada saat negara

lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif, Indonesia masih

direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta, serta Hepatitis A yang

seakan tidak ada habisnya.

Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari Negara-

negara tetangga. Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi

dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen tinggi

terhadap kesehatan lingkungan di negaranya. Jakarta hanya menduduki posisi

nomor 2 dari bawah setelah Laos dalam pencapaian cakupan sanitasinya.

Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan

kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek

pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik,

angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah.

Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau

daripada melakukan upaya pengobatan..

Pada masa kini pengolahan air limbah rumah tangga ( sanitasi ) menjadi

masalah serius di daerah kota – kota besar ataupun daerah pendesaan. Air limbah

sanitasi yang dibuang langsung ke badan air ( sungai, selokan, dan danau ) sekitar

akan menimbulkan berbagai dampak negatif seperti peningkatan jumlah agen

1

Page 2: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

patologis yang menyebabkan penurunan angka kesehatan masyarakat

disekitarnya. Di Indonesia, berdasarkan laporan Riskesdas pada tahun 2007

menunjukan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan

hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia satu sampai empat tahun.

Angka diare pada anak – anak dari rumah tangga yang menggunakan sumur

terbuka untuk air minum tercatat 34 perrsen lebih tinggi dibandingkan dengan

anak – anak dari rumah tangga yang menggunakan air ledeng. Selain itu, angka

diare lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak – anak dari keluarga yang

melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada

rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septic tank ( Unicef Indonesia,

2012 ).

Berdasarkan hal tersebut, maka sekiranya penting dilakukan penelitian

mengenai pengaruh pengolahan sanitasi terhadap kebersihan lingkungan dan

peningkatan kesehatan masyarakat untuk dijadikan sebagai data referensi

perlakuan sanitasi diwaktu yang akan datang.

Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti

dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Hampir 50 persen rumah tangga

di wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia kekurangan layanan-layanan

dasar seperti ini. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan

manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan

manusia.

Masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan. Praktik-praktik

kebersihan yang ada seringkali tidak kondusif bagi kesehatan yang baik, dan

kakus tidak dipelihara atau digunakan dengan baik. Tingginya angka kejadian

diare, penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit-penyakit lain yang berasal dari

air di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah tetap menjadi halangan yang

seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan kesehatan anak secara umum. Selain

akses yang buruk terhadap air bersih, kegagalan untuk mendorong perubahan

perilaku—khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk

di daerah kumuh—telah memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia.

Sanitasi yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan dari polusi air—

yang menambah biaya air yang aman bagi rumah tangga, dan menurunkan

2

Page 3: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

produksi perikanan di sungai dan danau Tahun 2006, Indonesia kehilangan 2,3

persen produk domestik bruto yang disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan yang

buruk.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan menjadi beberapa

permasalahan :

1. Bagaimana hubungan keadaan sosial ekonomi masyarakat terhadap

kualitas kesehatan ?

2. Apa dampak negatif yang ditimbulkan dari sanitasi buruk pada suatu

daerah ?

3. Bagaimana pengaruh peningkatan pelayanan sanitasi terhadap

kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat ?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem

sanitasi yang baik terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarkat.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan mengenai sistem

sanitasi yang baik untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan.

Kemudian hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data referensi untuk perlakuan

sanitasi di waktu yang akan datang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Masyarakat di suatu

daerah memiliki cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan air bersih diantaranya

membeli dari perusahaan penyedia air bersih ataupun pengambilan air bawah

3

Page 4: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

tanah (Sumur). Kedua cara tersebut mengharuskan masyarakat mengeluarkan

dana yang relatif tidak sedikit. Bagi masyarakat berekonomi rendah yang tinggal

di sekitar daerah aliran sungai pilihan sangat terbatas, sehingga mereka terpaksa

menggunakan air permukan seperti air sungai. Padahal kualitas sumber air dari

sungai-sungai penting di Indonesia umumnya telah tercemar sangat berat oleh

limbah yang berasal dari penduduk ataupun industri (Pusair; 2004).

Perkembangan penduduk dan kegiatan manusia telah meningkatkan

pencemaran badan perairan terutama yang berada di daerah perkotaan. Air limbah

yang dihasilkan dari kegiatan manusia dibuang ke sistem perairan tanpa adanya

pengolahan ( treatment ) terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan

kualitas badan perairan sehingga menimbulkan beberapa dampak merugikan

(Darsono, 1992).

Pada saat ini beberapa badan perairan di Indonesia telah menunjukan

penurunan kualitas, terutama sungai-sungai di beberapa kota besar. Menurut

harahap ( 2006 ) sungai cikapundung yang terletak di kota Bandung telah

mengalami penurunan kualitas yang sangat mengkhawatirkan. peningkatan

buangan limbah ke sungai ini menyebabkan juga meningkatnya kadar nitrogen

berlebih yang bersifat toksik. Kemudian Status Lingkungan Hidup Provinsi Bali

( 2009 ) menyebutkan bahwa sepuluh sungai di Provinsi Bali telah mengalami

penurunan kualitas, karena terkontaminasi limbah. Sungai – sungai tersebut

terindikasi mengandung Biological Oxygen Demand ( BOD ), Chemical Oxygen

Demand ( COD ), lapisan minyak, fosfat, dan lainnya.

Badan perairan yang tercemar tentunya akan menimbulkan beberapa

dampak merugikan, salah satunya menimbulkan beberapa jenis penyakit bawaan

air (water borne diseases). Jenis penyakit bawaan air diantaranya adalah disentri,

thypus, kolera, hepatitis A, dan poliomelistis anterior akut ( Widyastuti, 2003 ).

Kualitas air di badan perairan dapat diuji dengan tiga kelompok parameter,

yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika terdiri dari temperatur,

warna, bau, kekeruhan, dan padatan tersuspensi. Temperatur dari air buangan

biasanya sedikit lebih tinggi daripada air bersih untuk minum. Temperatur ini

dapat mempengaruhi aktifitas mikrobial, sulubilitas dari gas, dan viskositas.

Kemudian warna air buangan segar biasanya berwarna agak abu-abu, dalam

4

Page 5: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

kondisi septik air buangan akan berwarna hitam. Bau air buangan segar

mempunyai bau seperti sabun atau bau lemak, dalam kondisi septik akan berbau

sulfur dan kurang sedap. Kemudian kekeruhan pada air buangan sangat tergantung

sekali pada kandungan zat padat tersuspensi. Padatan tersuspensi atau SS

(suspended solids) merupakan kombinasi padatan yang dapat diendapkan dan

yang tidak dapat diendapkan. Dalam praktek yang melibatkan proses lumpur aktif,

pentingnya penghitungan akumulasi lumpur tidak hanya untuk mengetahui

produksi biomassa tetapi juga akumulasi padatan tersuspensi yang non-

biodegradable yang dikandung oleh limbah. Umumnya diasumsikan bahwa

padatan tersuspensi non-biodegradable mencakup baik VSS (volatile suspended

solids) maupun FSS (fixed suspended solids). Selanjutnya parameter kedua adalah

paramter kimia. Parameter kimia yang diuji terdiri dari pH dan alkalinitas,

kebutuhan oksigen biologis (BOD), dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD).

Pengujian pH sangat penting dalam pengolahan air limbah karena sebagian besar

mikroorganisme tumbuh dengan sangat baik pada pH mendekati netral.

Pendekatan fisiologis menunjukkan banyak aspek struktur dan fungsi sel bakteri

yang sangat dipengaruhi oleh pH, khususnya aktivitas katalis enzim. Kemudian

kebutuhan oksigen biologis ( BOD5 atau Biological Oxygen Demand ). BOD5

mencerminkan secara tidak langsung kandungan senyawa karbon melalui

pengukuran langsung jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme pada

temperatur 20ºC selama 5 hari. Dengan mengetahui perbedaan tingkat BOD5 dari

pemasukkan (inlet) dan pengeluaran (outlet) akan mempermudah perhitungan

efisiensi pembersihan. Umumnya nilai BOD5 adalah sekitar 400-1000 mg/l pada

inlet dan dibawah 50 mg/l pada outlet tangki aerasi. Selanjutnya kebutuhan

oksigen kimiawi (COD atau Chemical Oxygen Demand). Nilai COD

menunjukkan konsentrasi oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi semua

senyawa karbon dalam sampel. Pengukuran COD didasarkan pada reaksi panas

pada sampel dengan senyawa-senyawa kimiawi selama periode pemanasan 2 jam

pada suhu 148oC. Nilai COD yang sering dijumpai dari inlet adalah 500-1000

mg/l dan dibawah 75 mg/l pada outlet. Parameter terakhir adalah parameter

biologi. Parameter biologi meliputi jumlah coliforms, Fecal coliforms, pathogen

spesifik dan virus. Total coliforms dan Fecal coliforms digunakan sebagai

5

Page 6: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

indikator kehadiran bakteri pathogen. Pathogen yang spesifik, seperti organisme

Salmonella, mungkin akan lebih diperlukan untuk studi dampak tertentu.

(Djajadiningrat, 1992).

Beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan beberapa cara alternatif

untuk mengurangi pencemaran limbah rumah tangga ( misalnya tinja ) dari

persediaan air di perkotaan. Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan

peningkatan pelayanan pembuangan air kotor dan sanitasi. Pengolahan air kotor

dan sanitasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti sewerage system

( sistem pipa limbah cair dan instalasi pengolahan terpusat ) ataupun pengolahan

air limbah secara komunal ( perkelompok ) ( World Bank Country Study, 1994 ).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

B. Bahan

6

Page 7: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

C. Alat

D. Cara Kerja

1. Penentuan wilayah penelitian

Wilayah penelitian ditentukan berdasarkan adanya badan perairan dan

rencana pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah dan sanitasi.

2. Pengambilan data

Data kualitas kesehatan masyarakat dilakukan dengan melakukan

survey sosial – ekonomi terhadap 100 responden yang tergolong dalam

masyarakat berpenghasilan rendah yang tersebar di 4 kecamatan di Kota

Bandung, yaitu Kecamatan Sukapada, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan

Bandung Kulon, dan Kecamatan Cibeunying Kidul .

E. Analisa Data

Hasil pengambilan data kualitas kesehatan masyarakat dianalisis

secara dekskriptif komparatif. Hasil analisis data tersebut akan

menunjukan kondisi kualitas kesehatan masyarakat sekitar badan perairan

sebelum pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah dan sanit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil

sebagai berikut :

7

Page 8: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

1. Data Sosial – Ekonomi

Gambar 1. Jumlah pendapatan / bulan

Gambar 1 menjelaskan persentase jumlah pendapatan / bulan seluruh responden di

Kota Bandung. Persentase jumlah pendapatan / bulan terbesar adalah

Rp 1.000.000 s.d Rp 2.000.0000 dengan 43 %. Sedangkan persentase terkecil

terdapat pada nominal Rp 3.000.000 s.d Rp. 4.000.000, dan lebih dari

Rp 4.000.000 dengan 7 %.

Gambar 2. Kelompok Umur

8

Page 9: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

Gambar 2 menjelaskan persentase kelompok umur anggota keluarga responden di

Kota Bandung. Kelompok umur dengan persentase tertinggi terletak pada

kelompok > 45 Tahun dengan 31 %. Sedangkan kelompok umur dengan

persentase terkecil terletak pada kelompok umur 6 – 10 tahun dengan 6

( a ) ( b )

Gambar 3. ( a ) Sumber air minum ( b ) Permasalahan air minum

Gambar 3 menjelaskan mengenai persentase sumber air minum beserta

permasalahannya di rumah responden. Sumber air minum yang paling banyak

digunakan adalah berasal dari air kemasan dengan persentase 43 %. Sedangkan

penggunaan air minum dengan persentase terkecil berasal dari sumur pompa dan

pedagang air dengan 1 %. Berdasarkan sumber air minum yang digunakan oleh

responden, ditemukan permasalahan air seperti berbau dengan persentase 11 %,

berasa 5 %, dan berwarna 12 % .

9

Page 10: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

( a ) ( b )

Gambar 4. ( a ) Sumber air untuk mandi ( b ) permasalahan air untuk mandi

Gambar 4 menjelaskan mengenai persentase sumber air untuk mandi beserta

permasalahannya di rumah responden. Sumber air untuk mandi yang paling

banyak digunakan adalah berasal dari pompa / hidran umum dengan persentase

36 %. Sedangkan penggunaan air untuk mandi dengan persentase terkecil berasal

dari tangki air dengan 1 %. Berdasarkan sumber air untuk minum yang digunakan

oleh responden, ditemukan permasalahan air seperti berbau dengan persentase

13 %, berasa 5 %, dan berwarna 15 % .

10

Page 11: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

.

( a ) ( b )

Gambar 5. ( a ) Sumber air untuk masak ( b ) permasalahan air untuk masak

Gambar 5 menjelaskan mengenai persentase sumber air untuk masak beserta

permasalahannya di rumah responden. Sumber air untuk masak yang paling

banyak digunakan adalah berasal dari PDAM dengan persentase 36 %.

Sedangkan penggunaan air untuk masak dengan persentase terkecil berasal dari

tangki air dengan 2 %. Berdasarkan sumber air untuk minum yang digunakan oleh

responden, ditemukan permasalahan air seperti berbau dengan persentase 13 %,

berasa 5 %, dan berwarna 15 % .

( a )

11

Page 12: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

( b )

Gambar 6. ( a ) Pembuangan air limbah ( b ) permasalahan pembuangan air limbah

Gambar 6 menjelaskan mengenai persentase sistem pembuangan air limbah pada

rumah responden. Sebagian responden membuang langsung air limbahnya ke

selokan dengan persentase sebesar 84 %. Kemudian persentase pembuangan air

limbah ke sungai sebesar 11 % dan septic tank 5 % . Terdapat beberapa

permasalahan yang terjadi dalam pembuangan air limbah seperti adanya sarang

jentik nyamuk

2. Kualitas Kesehatan Masyarakat

Gambar 7. Gangguan Kesehatan

Gambar 7 menjelakan gangguan kesehatan yang terjadi pada anggota keluarga

responden di Kota Bandung. Gangguan Kesehatan yang paling sering terjadi

adalah diare berair / mencret dengan persentase sebesar 4,5 %. Kemudian selama

dilakukannya survei terhadap masyarakat tidak ditemukan adanya gangguan

kesehatan berupa hepatitis dan demam berdarah.

B. Pembahasan

12

Page 13: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pelayanan sanitasi di kota Bandung masih dibawah standar. Secara

tidak langsung dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat

dan rendahnya keadaan ekonomi masyarakat. Buruknya pelayanan sanitasi

mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan masyarakat serta

menurunnya kualitas badan sungai. Penentuan kualitas badan sungai dapat

diukur menggunakan parameter fisik, kimia, dan biologis. Berdasarkan hasil

penelitian didapat bahwa sungai cicadas telah tercemar dengan kategori berat

( berdasarkan PP RI No. 82/2001. Peningkatan pelayanan sanitasi berupa

pemasangan sewerage system dapat mengurangi tingkat pencemaran pada badan

sungai dan gangguan kesehatan pada masyarakat dalam jangka waktu panjang.

B. Saran

Peningkatan pelayanan sanitasi perlu untuk terus dilakukan mengingat

kondisi badan air di Kota Bandung telah tercemar dengan kategori berat

yang salah satunya disebabkan oleh pembuangan air limbah rumah tangga

langsung ke badan sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Karena apabila tidak

dibenahi, bukan tidak mungkin tingkat kesehatan masyarakat akan terus

menurun yang berdampak pada kondisi ekonomi akibat kurangnya

produktifitas masyarakat itu sendiri.

13

Page 14: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

DAFTAR PUSTAKA

Akoto, O., Bruce, T. N., Darkol, G. 2008. Heavy metals pollution profiles in

streams serving the Owabi reservoir. African Journal of Environmental

Science and Technology. Vol. 2. No. 11. pp. 354-359.

Alaerts, G and S.S. Santika. 1994. Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha

Nasional Surabaya.

Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atmajaya,

Yogyakarta, hal : 66, 68.

Djajadiningrat dan Azis. 1992. Pengendalian Pencemaran Limbah

Industri.Jurusan Teknik Lingkungan : Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan, ITB, Bandung.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal : 21-

23,185.

Harahap dan Y. Herlina. 2006. Model Transport Dan Pentebaran Ammonium,

Nitrit Dan Nitrat (Penelitian Kasus Sungai Cikapundung Bandung).

Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Penetapan Status Mutu Air. Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Undang-undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Liu, L., Fasheng, L., Xiong, D. 2006. Heavy metal contamination and their

distribution in different size fractions of the surficial sediment of Haihe

River. China Environ Geol. Vol 50. pp.431-438.

Muntalif, Barti Setiani. 2004. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan

Lingkungan TL-5110. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

14

Page 15: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

Pusair. 2004. Status Mutu Air Sungai. Pusat Litbang SDA. Jakarta

Servais, Pierre. Et al; 2007; Fecal bacteria in the rivers of the Seine

drainage network France): Sources, fate and modeling; Université Libre

de Bruxelles; Bruxelles.

Singh, K. P., Malik, A., Sinha, S., Singh, K., Murthy, R. C. 2005. Estimation of

Source of Heavy Metal Contamination in Sediments of Gomti River (India)

Using Principal Component Analysis, Water, Air, and Soil Polution.

Springer. Vol 166. pp. 321-341.

Sugiharto, E.1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah.UI Press: Jakarta

Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian : Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan.

Unicef. Hal : 1.

Widyastuti, P. 2007. Manajemen dan Logistik Bantuan Kemanusiaan dalam

Sektor Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta . hal : 6.

World Bank Country. 1994. Indonesia : Environment and Development. The

World Bank. Washington, D.C. p : 35.

15

Page 16: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Sosial Ekonomi

16

Page 17: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

17

Page 18: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

18

Page 19: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

19

Page 20: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

20

Page 21: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

21

Page 22: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

22

Page 23: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

23

Page 24: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

24

Page 25: Format Laporan Proyek Sanitasi.doc

1