Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

download Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

of 22

Transcript of Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    1/22

    1

    Referat

    KOREKSI ELEKTROLIT

    Oleh:

    Florantia Setya Nugroho, S.Ked G.99121018

    Pembimbing :

    dr. Bambang Novianto P, SpAn., M.Kes., Perf.

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTEIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI

    SURAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    2/22

    2

    KOREKSI ELEKTROLIT

    PENDAHULUAN

    Elektrolit merupakan molekul ionisasi yang ditemukan dalam darah, jaringan, dan sel-

    sel tubuh. Molekul ini, baik yang bermuatan positif (kation) dan negatif (anion),

    mengkonduksi aliran listrik serta membantu keseimbangan pH dan nilai asam basa dalam

    tubuh. Elektrolit juga memfasilitasi aliran cairan di antar dan di dalam sel melalui proses

    yang dikenal sebagai osmosis; serta berperan serta dalam fungsi regulasi sistem

    neuromuskular, endokrin, dan ekskresi.

    Gangguan elektrolit merupakan ketidakseimbangan antara garam ionisasi tertentu

    (seperti, natrium, kalium, kalsium, dan magnesium) dalam darah. Obat-obatan, penyakit

    kronik, dan trauma (seperti luka bakar, fraktur, dan lain-lain) dapat menyebabkan konsentrasi

    elektrolit tertentu dalam tubuh menjadi terlalu tinggi (hiper-) atau terlalu rendah (hipo-). Jika

    hal ini terjadi, dapat menghasilkan ketidakseimbangan atau gangguan elektrolit.

    Terdapat beberapa elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan

    klorida yang secara normal terdapat dalam tubuh. Elektrolit tersebut, yang juga dikenal

    sebagai garam tubuh, diperlukan dalam jumlah tertentu di dalam tubuh. Namun, terkadang

    kadar elektrolit dapat meningkat atau menurun dalam keadaan tertentu. Hal ini yang dikenal

    sebagai gangguan elektrolit. 2

    NATRIUM

    Natrium mengatur jumlah total air dalam tubuh. Selain itu, transmisi natrium keluar

    dan masuk sel juga berperan penting dalam fungsi tubuh. Banyak proses dalam tubuh,

    terutama di otak, sistem saraf, dan otot, yang memerlukan sinyal listrik untuk komunikasi.

    Perpindahan natrium sangat penting dalam menyalurkan sinyal-sinyal listrik. Terlalu banyak

    atau sedikit natrium dapat menyebabkan kerusakan sel. 3

    Kadar normal natrium dalam serum adalah 135 145 mEq/L. 4 Sedangkan kebutuhan

    asupan natrium per hari ialah 1 2 mEq/kgBB/hari. 5

    HIPERNATREMIA4

    Hipernatremia hampir selalu disebabkan oleh kehilangan air melebihi kehilangan

    natrium (kehilangan cairan hipotonik) atau retensi natrium dalam jumlah yang besar. Bahkanketika kemampuan ginjal untuk memekatkan urine rusak, rasa haus paling efektif mencegah

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    3/22

    3

    hiponatremia. Hipernatremia sering terjadi pada pasien yang sakit dan tidak bisa minum,

    sangat tua, sangat muda, dan pasien tidak sadar. Pasien dengan hipernatremia dapat memiliki

    jumlah total natrium tubuh yang rendah, normal, atau tinggi.

    Hipernatremia dan Jumlah Total Natrium Tubuh yang Rendah

    Pasien ini kehilangan baik natrium maupun air, tetapi kehilangan air melebihi

    kehilangan natrium. Kehilangan hipotonik dapat disebabkan oleh renal (diuresis osmotik)

    atau ektrarenal (diare atau berkeringat). Pada kasus lainnya, pasien biasanya memiliki

    manifestasi berupa tanda-tanda hipovolemia. Konsentrasi natrium dalam urine biasanya lebih

    dari 20 mEq/L pada sebab renal dan kurang dari 10 mEq/L pada sebab ekstrarenal.

    Hipernatremia dan Jumlah Total Natrium Tubuh yang Normal

    Pasien ini umumnya bermanifestasi dengan kehilangan air tanpa hipovolemia berlebih

    kecuali jika terjadi kehilangan air yang masif. Jumlah total natrium biasanya normal.

    Kehilangan air yang murni dapat terjadi melalui kulit, traktus respiratorius, atau ginjal.

    Penyebab utama hipernatremia dengan jumlah total natrium tubuh yang normal adalah

    diabetes insipidus (pada pasien sadar). Diabetes insipidus ditandai dengan rusaknya

    kemampuan ginjal untuk memekatkan urine baik karena menurunnya sekresi ADH (diabetes

    insipidus sentral) ataupun karena kegagalan ginjal untuk berespon normal terhadap ADH

    sirkulasi (diabetes insipidus nefrogenik). Selain itu, hipernatremia esensial dialami oleh

    pasien dengan gangguan sistem saraf. Pasien ini memiliki osmoreseptor dengan ambang batas

    osmolalitas yang tinggi.

    Hipernatremia dan Jumlah Total Natrium Tubuh yang Tinggi

    Kondisi ini kebanyakan merupakan hasil dari pemberian larutan saline hipertonik

    (NaCl 3% atau NaHCO 3 7.5%). Pasien dengan hiperaldosteronisme primer dan sindroma

    Cushing dapat mengalami sedikit peningkatan konsentrasi natrium serum sejalan dengan

    peningkatan retensi natrium.

    Manifestasi Klinis Hipernatremia

    Manifestasi neurologis mendominasi pasien dengan hipernatremia dan biasanya

    diakibatkan oleh dehidrasi selular. Kelemahan, letargi, dan hiperrefleksi dapat berlanjut

    menjadi kejang, koma, bahkan kematian. Gejala ini lebih berhubungan dengan perpindahanair keluar dari sel otak daripada kadar absolut hipernatremia. Penurunan cepat dari volume

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    4/22

    4

    otak dapat menyebabkan rupturnya vena cerebral dan mengakibatkan perdarahan fokal

    intraserebral atau subarakhnoid. Kejang dan kerusakan neurologis serius biasa terjadi,

    terutama pada anak dengan hipernatremia akut ketika kadar natrium plasma melebihi 158

    mEq/L. Hipernatremia kronik biasanya lebih dapat ditoleransi daripada bentuk akut. Setelah

    24 48 jam, osmolalitas intraseluler mulai meningkat akibat peningkatan konsentrasi inositol

    dan asam amino (glutamin dan taurin). Sejalan dengan peningkatan zat terlarut intraseluler,

    cairan dalam sel saraf pun mulai kembali normal.

    Pengobatan untuk Hipernatremia

    Pengobatan untuk hipernatremia bertujuan mengembalikan osmolalitas plasma ke

    nilai normal sejalan dengan koreksi masalah yang mendasarinya. Kekurangan air sebaiknya

    dapat dikoreksi dalam waktu 48 jam dengan larutan hipotonik seperti dekstrosa 5% dalam air.

    Abnormalitas volume ekstraseluler juga harus dikoreksi. Pasien hipernatremia dengan

    penurunan jumlah total natrium tubuh sebaiknya lebih dahulu diberi cairan isotonik untuk

    mengembalikan volume plasma ke normal daripada terapi dengan larutan hipotonik. Pasien

    hipernatremia dapat berujung pada kejang, edema otak, kerusakan neurologis permanen,

    bahkan kematian.

    Pertimbangan Anestesi

    Hipovolemia dapat mencetuskan vasodilatasi atau depresi kardiovaskular dari agen

    anestesi serta merupakan predisposisi untuk hipotensi dan hipoperfusi jaringan. Adanya

    penurunan volume distribusi dari obat mengakibatkan perlunya penurunan jumlah obat untuk

    kebanyakan agen intravena, di mana penurunan cardiac outpu t dapat mempertinggi uptake

    dari anestesi inhalasi.

    Operasi elektif sebaiknya ditunda pada pasien dengan hipernatremia signifikan (>150

    mEq/L) sampai sebabnya dapat diperbaiki dan kekurangan cairan dikoreksi. Kekurangan air

    maupun cairan isotonik sebaiknya dikoreksi lebih dahulu daripada pelaksanaan operasi.

    HIPONATREMIA 4

    Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik oleh peningkatan absolut dari

    TBW (Total Body Water) ataupun kehilangan natrium melebihi kehilangan air. Kapasitas

    normal ginjal untuk mengencerkan urine dengan osmolalitas serendah 40 mOsm/kg dapat

    mengekskresikan lebih dari 10L air per hari, jika diperlukan. Oleh karena kemampuan yanghebat ini, hiponetremia hampir selalu diakibatkan oleh defek pada kapasitas pengenceran

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    5/22

    5

    urine (osmolalitas urine 100mOsm/kg). Hiponatremia tanpa abnormalitas dari kapasitas

    pengenceran ginjal (osmolalitas urine

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    6/22

    6

    Manifestasi Klinis Hiponatremia

    Gejala hiponatremia terutama berupa gangguan neurologis dan diakibatkan oleh

    peningkatan air intraseluler. Tingkat keparahannya berhubungan dengan kecepatan terjadinya

    hipoosmolalitas ekstraseluler. Gejala awal biasanya nonspesifik dan meliputi anoreksia, mual,

    dan kelemasan. Edema otak yang progresif, bagaimanapun, mengakibatkan letargi, konfusi,

    kejang, koma, bahkan kematian. Manifestasi serius dari hiponatremia umumnya berhubungan

    dengan konsentrasi natrium plasma < 120 mEq/L.

    Pengobatan Hiponatremia

    Sama dengan hipernatremia, pengobatan hiponatremia ditujukan pada koreksi baik

    penyakit yang mendasarinya maupun kadar natrium plasma. Saline isotonik umumnya

    merupakan pengobatan terpilih untuk pasien hiponatremia dengan penurunan jumlah total

    natrium tubuh. Saat penurunan cairan ekstraseluler dikoreksi, diuresis air yang spontan akan

    mengembalikan kadar natrium plasma ke normal. Hal sebaliknya, pembatasan cairan

    merupakan pengobatan terpilih untuk pasien hiponatremia dengan jumlah total natrium

    tubuh yang normal atau meningkat. Terapi spesifik seperti penggantian hormon pada pasien

    dengan hipofungsi adrenal atau tiroid, dan tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

    cardiac output pada pasien dengan gagal jantung dapat diindikasikan. Demeclocycline, obat

    yang mengantagonis aktivitas ADH pada tubulus renalis, sudah terbukti dapat menjadi terapi

    tambahan yang berguna untuk pembatasan cairan pada pasien dengan SIADH.

    Kehilangan natrium dapat dihitung dengan:

    Kehilangan Na = 0,6XBBX (140- Na.Pl) + 140X nya BB

    Koreksi Natrium = 0,6X BBX (140-Na plasma)

    Maintenance dewasa: 1 meq/BB/hr anak : 2 meq/BB/hr

    Pertimbangan Anestesi

    Hiponatremia sering merupakan manifestasi yang serius dari penyakit yang

    mendasarinya dan memerlukan perhatian terhadap evaluasi preoperatif. Konsentrasi natrium

    plasma di atas 130 mEq/L umumnya dianggap aman untuk pasien yang akan dibius umum.

    Konsentrasi natrium plasma sebaiknya dikoreksi hingga di atas 130 mEq/L untuk semua

    operasi elektif, bahkan bila gejala tidak ada. Konsentrasi yang lebih rendah akan

    menyebabkan edema otak yang dapat bermanifestasi intraoperatif yaitu penurunan MAC

    (Minimum Alveolar Concentration) atau agitasi, konfusi, somnolen postoperatif.

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    7/22

    7

    KALIUM

    Kalium, ion intraseluler utama dalam tubuh, berperan penting dalam menentukan

    potensial membran sel. Walaupun konsentrasi kalium ekstraseluler rendah, kadar kalium pada

    cairan ekstraseluler diregulasi secara hati-hati, karena perubahan pada konsentrasi

    ekstraseluler dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan kardiovaskular yang mengancam

    jiwa. Perpindahan kalium antara kompartemen intraseluler dan ekstraseluluer dapat

    berhubungan dengan perubahan hormon serta pH pada cairan ekstraseluler. 4

    Kadar normal kalium dalam serum adalah 3.5 5.5 mEq/L. 4 Sedangkan kebutuhan

    asupan kalium ialah 1 2 mEq/hari. 5

    PERPI NDAHAN KALI UM I NTERKOMPARTEMEN 4

    Perpindahan kalium interkompartemen diketahui terjadi mengikuti perubahan pH

    ekstraseluler, kadar insulin dalam sirkulasi, aktivitas katekolamin dalam sirkulasi, osmolalitas

    plasma, dan kemungkinan hipotermia. Perubahan konsentrasi ion hidrogen ektraseluler (pH)

    berefek langsung terhadap kadar kalium plasma. Saat asidosis, ion hidrogen ekstraseluler

    memasuki sel, menggantikan ion kalium intraseluler; perpindahan ion kalium keluar dari sel

    akan menjaga keseimbangan muatan tetapi meningkatkan kadar kalium ekstraseluler dan

    plasma. Hal sebaliknya, saat alkalosis, ion kalium ekstraseluler akan masuk ke dalam sel

    untuk menyeimbangkan perpindahan ion hidrogen ke luar sel; sehingga kadar kalium plasma

    menurun.

    Perubahan kadar insulin dalam sirkulasi dapat berpengaruh langsung terhadap

    peningkatan kadar kalium plasma yang tidak bergantung pada transpor glukosa. Insulin

    meningkatkan aktivitas Na + K + ATPase pada membran, meningkatkan uptake kalium seluler

    pada hati dan otot skeletal. Faktanya, sekresi insulin berperan penting terhadap kontrol basal

    dari konsentrasi kalium plasma dan mengatur peningkatan kadar kalium.

    Stimulasi simpatis juga meningkatkan uptake kalium intraseluler dengan

    meningkatkan aktivasi Na + K + ATPase. Efek ini dimediasi melalui aktivasi reseptor 2-

    adrenergik. Sebaliknya, aktivitas reseptor -adrenergik dapat menghambat perpindahan

    kalium intraseluler. Kadar kalium plasma sering menurun seiring dengan pemberian 2-

    adrenergik agonis yang mengakibatkan meningkatnya uptake kalium oleh otot dan hati.

    Selanjutnya, blokade -adrenergik dapat mengganggu pengaturan beban kalium pada

    sebagian pasien.

    Peningkatan akut dari osmolalitas plasma (hipernatremia, hiperglikemia, dan pemberian manitol) dilaporkan meningkatkan kadar kalium plasma. Dalam hal ini,

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    8/22

    8

    perpindahan air keluar dari sel diikuti dengan perpindahan kalium keluar sel. Ini mungkin

    merupakan hasil dari solven drag atau peningkatan kadar kalium intraseluler yang

    mengikuti dehidrasi seluler.

    Hipotermia dilaporkan dapat menurunkan kadar kalium plasma sebagai akibat dari

    uptake seluler. Penghangatan akan membalik perpindahan dan mengakibatkan hiperkalemia

    transien jika kalium diberikan saat hipotermia.

    HIPERKALEMIA4

    Hiperkalemia terjadi saat kadar kalium plasma melebihi 5.5 mEq/L. Hiperkalemia

    jarang terjadi pada individu normal karena kapasitas ginjal yang luar biasa untuk

    mengekskresi kalium. Ketika intake kalium meningkat, ginjal dapat mengekskresikan

    sebanyak 500 mEq kalium per hari. Sistem simpatis dan sekresi insulin juga berperan penting

    dalam mencegah peningkatan akut kadar kalium plasma.

    Hiperkalemia dapat disebabkan oleh (1) perpindahan kalium interkompartemen, (2)

    penurunan ekskresi kalium di urine, dan (3) peningkatan intake kalium. Peningkatan palsu

    konsentrasi kalium plasma dapat terjadi jika terdapat hemolisis sel darah merah pada

    spesimen darah (kebanyakan disebabkan torniquet yang lama ketika mengambil darah).

    Hiperkalemia Akibat Perpindahan Kalium Interkompartemen

    Perpindahan kalium keluar dari sel dapat terlihat pada asidosis, lisis sel setelah

    kemoterapi, hemolisis, rhabdomiolisis, trauma masif jaringan, overdosis digitalis, pemberian

    arginin hidroklorida, dan blokade 2-adrenergik.

    Blokade 2-adrenergik mencetuskan peningkatan kadar kalium plasma yang terjadi

    setelah olahraga. Digitalis menghambat Na + K + ATPase pada membran sel; overdosis

    digitalis telah dilaporkan menyebabkan hiperkalemia pada beberapa pasien. Arginin

    hidroklorida, yang digunakan untuk mengobati alkalosis metabolik, dapat menyebabkan

    hiperkalemia saat kation arginin memasuki sel dan ion kalium keluar dari sel untuk menjaga

    netralitas muatan.

    Hiperkalemia Akibat Penurunan Ekskresi Kalium pada Ginjal

    Penurunan ekskresi kalium pada ginjal merupakan hasil dari (1) reduksi filtrasi

    glomerulus, (2) penurunan aktivitas aldosteron, atau (3) defek sekresi kalium di nefron distal.

    Filtrasi glomerulus rata-rata kurang dari 5 mL/menit hampir selalu berhubungandengan hiperkalemia. Pasien dengan penurunan tingkat kerusakan ginjal dapat juga

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    9/22

    9

    berkembang menjadi hiperkalemia jika terjadi peningkatan beban kalium (makanan,

    katabolik, atau iatrogenik). Uremia juga dapat mengganggu aktivitas Na + K + ATPase.

    Hiperkalemia karena menurunnya aktivitas aldosteron dapat merupakan hasil dari

    defek primer pada sintesis hormon adrenal atau defek pada sistem renin-angiotensian-

    aldosteron. Pasien dengan insufisiensi primer adrenal (penyakit Addison) dan yang

    berhubungan dengan defisiensi enzim 21-hidroksilase telah diketahui berhubungan dengan

    gangguan sintesis aldosteron.

    Obat yang menginterferensi sistem renin-angiotensin-aldosteron berpotensi untuk

    menimbulkan hiperkalemi, terutama yang memiliki kerusakan ginjal. NSAID menghambat

    pelepasan prostaglandin-mediated renin . Obat ACEI (Angiotensin Converting Enzym

    Inhibitor) menginterferensi angiotensin II mediated release of aldosterone . Dosis besar

    heparin dapat menginteferensi sekresi aldosteron. Diuretik hemat kalium Spironolakton

    secara langsung mengantagonis aktivitas aldosteron di ginjal.

    Penurunan ekskresi kalium dapat juga terjadi akibat defek intrinsik atau didapat pada

    kemampuan ginjal untuk mengsekresi kalium pada nefron distal. Defek seperti ini dapat

    terjadi pada fungsi ginjal yang normal dan tidak responsif terhadap terapi mineralokortikoid.

    Ginjal pasien dengan pseudohipoaldosteronisme menunjukkan resistensi intrinsik terhadap

    aldosteron.

    Hiperkalemia Akibat Peningkatan Intake Kalium

    Peningkatan beban kalium jarang terjadi pada individu normal kecuali kalium dalam

    jumlah yang besar diberikan secara cepat dan intrvena. Hiperkalemia, bagaimanapun, dapat

    terlihat meningkat pada pasien yang menerima -bloker atau dengan gangguan fungsi ginjal

    atau defisiensi insulin. Sumber kalium yang tidak disadari termasuk penisilin kalium,

    pengganti natrium (terutama garam kalium), dan transfusi whole blood yang disimpan. Kadar

    kalium plasma pada satu unit whole blood dapat meningkat menjadi 30 mEq/L setelah

    penyimpanan 21 hari. Resiko hiperkalemia dari transfusi berulang dapat direduksi (tetapi

    tidak dieliminasi) dengan meminimalkan volume plasma yang diberikan melalui transfusi

    Packed Red Cell (PRC).

    Manifestasi Klinis Hiperkalemia

    Efek paling penting dari hiperkalemia ialah pada jantung dan otot skeletal. Kelemahan

    otot skeletal umumnya tidak terlihat sampai kadar kalium plasma melebihi 8 mEq/L.Kelemahan ini disebabkan oleh depolarisasi spontan dan inaktivasi Na + channel dari

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    10/22

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    11/22

    11

    Berat (>7 mEq/L)

    Ca glukonas 10% 1 ampul iv selama 1 2 menit (onset segera, durasi 15 30

    menit). Dapat diulang setelah 5 menit jika tidak ada perubahan EKG

    Pertimbangan Anestesi

    Operasi elektif sebaiknya tidak dilaksanakan pada pasien dengan hiperkalemia.

    Manajemen anestesi dari pasien dengan hiperkalemia ditujukan pada penurunan kadar kalium

    plasma serta pencegahan peningkatan yang lebih lanjut. EKG harus dimonitor secara hati-

    hati. Suksinil kolin dikontraindikasikan, sebagaimana juga larutan intravena yang

    mengandung kalium seperti injeksi Ringer Laktat. Penghindaran asidosis metabolik atau

    respiratorik penting untuk mencegah peningkatan kadar kalium plasma lebih lanjut.

    H I P O K A L E M I A 4

    Hipokalemia ditentukan saat kadar kalium plasma kurang dari 3.5 mEq/L dan dapat

    terjadi oleh karena: (1) perpindahan kalium interkompartemen, (2) peningkatan kehilangan

    kalium, dan (3) intake kalium tidak adekuat.

    Hipokalemia Akibat Perpindahan Kalium Interkompartemen

    Hal ini terja di saat alkalosis, terapi insulin, pemberian 2-adrenergik agonis, dan

    hipotermia. Hipokalemia juga dapat terjadi pada transfusi sel darah merah beku; di mana sel-

    sel tersebut kehilangan kalium saat proses pengawetan.

    Hipokalemia Akibat Peningkatan Kehilangan Kalium

    Hal ini hampir selalu disebabkan oleh kelainan ginjal dan gastrointestinal.

    Pengeluaran kalium melalui ginjal kebanyakan merupakan hasil dari diuresis atau

    peningkatan aktivitas mineralokortikoid. Peningkatan kehilangan kalium dari gastrointestinal

    kebanyakan disebabkan oleh muntah atau diare. Peningkatan pembentukan keringat kronik

    biasanya menyebabkan hipokalemia, terutama saat intake kalium dibatasi. Dialisis dengan

    larutan rendah kalium dapat pula menyebabkan hipokalemia.

    Hipokalemia Akibat Penurunan Intake Kalium

    Oleh karena kemampuan ginjal untuk menurunkan eskresi kalium rendah, yaitu 5-20mEq/L, adanya penurunan intake kalium sangat berpengaruh terhadap terjadinya

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    12/22

    12

    hipokalemia. Intake kalium yang rendah, bagaimanapun, sering meningkatkan efek dari

    peningkatan kehilangan kalium.

    Manifestasi Klinik Hipokalemia

    Efek kardiovaskular paling menonjol meliputi abnormalitas EKG, aritmia, penurunan

    kontraktilitas jantung, dan tekanan darah arteri yang labil akibat disfungsi otonom.

    Hipokalemia kronik juga dilaporkan dapat menyebabkan fibrosis miokardia. Manifestasi

    EKG terutama ialah repolarisasi ventrikel yang tertunda (delayed ventricular repolarization).

    Peningkatan automatisitas sel miokardium dan repolarisasi yang tertunda akan berkembang

    menjadi aritmia atrium dan ventrikel.

    Pengobatan Hipokalemia

    Penggantian oral dengan larutan kalium klorida umumnya aman (60 80 mEq/hari).

    Penggantian kekurangan kalium biasanya memerlukan beberapa hari. Penggantian intravena

    dengan larutan kalium klorida sebaiknya diberikan pada pasien dengan atau yang beresiko

    terhadap manifestasi jantung atau kelemahan otot. Tujuan dari terapi intravena ini adalah

    untuk mengeluarkan pasien dari keadaan bahaya daripada mengoreksi seluruh kekurangan

    kalium. Penggantian kalium intravena perifer sebaiknya tidak melebihi 8 mEq/jam karena

    efek iritatif dari kalium pada vena perifer. Larutan yang mengandung dekstrosa sebaiknya

    dihindari karena dapat menyebabkan hiperglikemia dan sekresi insulin sekunder dapat

    menurunkan kadar kalium plasma lebih jauh lagi.

    Koreksi Hipokalemi

    Defisit K+ = K+ x BB x 0,8

    Maintenance : Dewasa : 1 meq / BB / hr Anak : 2 meq / BB / hr 6 Jam I : Defisit +

    maintenance 6 Jam II,III,IV : Maintenance

    Pertimbangan Anestesi

    Hipokalemia umum ditemukan saat preoperatif. Keputusan untuk melakukan operasi

    elektif sering didasarkan pada batas antara 3 dan 3.5 mEq/L. Keputusan ini, bagaimanapun,

    sebaiknya juga didasarkan pada tingkat mana hipokalemia berkembang serta ada tidaknya

    disfungsi organ sekunder. Umumnya, hipokalemia kronik ringan (3 3.5 mEq/L) tanpa

    perubahan EKG tidak terlihat meningkatkan resiko anestesi. Hal tersebut tidak berlaku jika

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    13/22

    13

    pasien memperoleh digoxin, yang dapat meningkatkan resiko berkembangnya toksisitas

    digoxin akibat hipokalemia.

    Kalium intravena sebaiknya diberikan bila terjadi aritmia atrium atau ventrikel.

    Larutan bebas glukosa sebaiknya digunakan dan hiperventilasi dihindari untuk mencegah

    penurunan kadar kalium plasma lebih lanjut. Peningkatan sensitivitas terhadap NMBAs

    (NeuroMuscular Blocking Agents) dapat terlihat pada beberapa pasien. Dosis NMBAs

    sebaiknya dikurangi 25-50% dan stimulator saraf sebaiknya digunakan untuk mengikuti

    tingkat paralisis dan reverse yang adekuat.

    KALSIUM

    Ion kalsium berperan pada hampir semua fungsi esensial biologik tubuh, meliputi

    kontraksi otot, pelepasan neurotransmiter dan hormon, koagulasi darah, serta metabolisme

    tulang. Kalsium secara normal memasuki cairan ekstraseluler melalui absorpsi dari traktus

    intestinal atau resorpsi tulang. Sebaliknya, kalsium meninggalkan kompartemen ekstraseluler

    melalui (1) deposisi di tulang, (2) ekskresi urine, (3) sekresi ke traktus gastrointestinal, dan

    (4) pembentukan keringat. Kadar kalsium ekstraseluler diregulasi oleh tiga hormon: hormon

    paratiroid (PTH), vitamin D, dan kalsitonin. Ketiga hormon ini terutama bekerja pada tulang,

    tubulus distal ginjal, dan usus halus. 4

    PTH merupakan regulator kalsium plasma yang paling penting. Penurunan kadar

    kalsium plasma akan menstimulasi PTH, sedangkan peningkatan kadar kalsium plasma dapat

    menghambat sekresi PTH. Efek kalsemik dari PTH berhubungan dengan (1) mobilisasi

    kalsium dari tulang, (2) peningkatan reabsorpsi kalsium di tubulus distal ginjal, dan (3)

    peningkatan tidak langsung absorpsi intestinal melalui 1.25-dihidroksikolekalsiferol yang

    disintesis di ginjal. 4

    Vitamin D berupa 1.25-dihidroksikolekalsiferol mencetuskan absorpsi kalsium di

    usus, memudahkan kerja PTH di tulang, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus

    distal. 4

    Kalsitonin merupakan hormon polipeptida yang disekresi oleh sel parafolikuler

    kelenjar tiroid. Sekresinya distimulasi oleh hiperkalsemia dan dihambat oleh hipokalsemia.

    Kalsitonin menghambat reabsorpsi tulang dan meningkatkan ekskresi kalsium urine. 4

    Kadar normal kalsium dalam serum adalah 2.38 2.66 mEq/L. 4 Sedangkan kebutuhan

    asupan kalsium ialah 0.2 0.3 mEq/kgBB/hari. 5

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    14/22

    14

    HIPERKALSEMIA 4

    Hiperkalsemia dapat terjadi sebagai hasil dari berbagai gangguan. Pada

    hiperparatiroidisme primer, sekresi PTH meningkat dan tidak terpengaruh oleh kadar

    kalsium. Sebaliknya, pada hiperparatiroidisme sekunder (gagal ginjal kronik atau

    malabsorpsi), peningkatan kadar PTH merupakan respon dari hipokalsemia kronik.

    Hiperparatiroidisme sekunder yang memanjang menyebabkan sekresi otomatis dari PTH,

    mengakibatkan peningkatan atau normalnya kadar kalsium (hiperparatiroidisme tersier).

    Pasien dengan kanker dapat mengalami hiperkalsemia dengan atau tanpa adanya

    metastase tulang. Dektruksi tulang secara langsung atau sekresi mediator humoral dari

    hiperkalsemia (substansi seperti-PTH, sitokin, atau prostaglandin) mungkin berperan pada

    kebanyakan pasien. Hiperkalsemia yang berhubungan dengan peningkatan turn-over kalsium

    dari tulang dapat dialami oleh pasien dengan kondisi yang lebih jinak seperti penyakit Paget

    dan imobilisasi kronik. Peningkatan absorpsi kalsium dari gastrointestinal dapat

    menyebabkan hiperkalsemia pada pasien dengan milk-alkali syndrome (ditandai dengan

    peningkatan intake kalsium), hipervitaminosis D, dan penyakit granulomatosa (peningkatan

    sensitivitas vitamin D).

    Manifestasi Klinik Hiperkalsemia

    Hiperkalsemia biasanya menyebabkan anoreksia, mual, muntah, kelemahan, dan

    poliuria. Ataksia, iritabilitas, letargi, atau konfusi dapat dengan cepat berkembang menjadi

    koma. Hiperkalsemia meningkatakan sensitivitas jantung terhadap digitalis. Pankreatitis,

    ulkus peptik, dan gagal ginjal dapat berkomplikasi menjadi hiperkalsemia.

    Pengobatan Hiperkalsemia

    Hiperkalsemia simptomatik memerlukan terapi yang cepat. Terapi awal yang paling

    efektif ialah rehidrasi diikuti dengan diuresis cepat (urine output 200 300 ml/jam) dengan

    pemberian infus saline intravena dan loop diuretic untuk meningkatkan ekskresi kalsium.

    Terapi diuretik prematur yang lebih dahulu dibandingkan dengan rehidrasi akan memperberat

    hiperkalsemia melalui penurunan volume.

    Walaupun hidrasi dan diuresis dapat menghilangkan resiko potensial dari komplikasi

    kardiovaskuler dan neurologis, serum kalsium umumnya tetap meningkat di atas normal.

    Terapi tambahan dengan bifosfat atau kalsitonin mungkin dibutuhkan untuk menurunkan

    serum kalsium lebih jauh. Hiperkalsemia berat biasanya memerlukan terapi tambahan setelahhidrasi saline dan lasix calsiuresis . Bifosfat (pamidronate 60 90 mg intravena) atau

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    15/22

    15

    kalsitonin (2 8 U/kg subkutan) merupakan agen yang lebih disukai. Pamidronate menjadi

    agen pilihan yang baik pada keadaan ini karena memiliki durasi aksi yang lebih lama tetapi

    harus dihindari pada keadaan insufisiensi ginjal (kreatinin serum > 2.5 mg/dL).

    Kebanyakan 90% dari semua hiperkalsemia disebabkan oleh keganasan atau

    hiperparatiroidisme. Test laboratorium yang paling baik untuk membedakan kedua kategori

    hiperkalsemia ini ialah dengan double-antibody PTH assay . Konsentrasi serum PTH biasanya

    akan menurun pada keganasan dan meningkat pada hipotiroidisme.

    Koreksi = Ca serum + (0,8 x Jumlah albumin)

    Pertimbangan Anestesi

    Hiperkalsemia merupakan kedaruratan medis yang harus diperbaiki, jika

    memungkinkan, diutamakan daripada pemberian anestesi tertentu. Kadar ion kalsium

    sebaiknya diawasi dengan ketat. Jika operasi harus tetap dilaksanakan, diuresis saline

    sebaiknya tetap dilanjutkan intraoperatif dengan perawatan yang baik untuk mencegah

    hipovolemia. Ventilasi sebaiknya dikontrol saat pembiusan umum. Asidosis sebaiknya

    dihindari sehingga tidak terjadi peningkatan kadar kalsium plasma lebih jauh.

    HIPOKALSEMIA 4

    Hipokalsemia akibat hipoparatiroidisme biasanya berhubungan dengan hipokalsemia

    simptomatik. Hiperparatiroidisme dapat disebabkan oleh pembedahan, idiopatik, atau bagian

    dari defek endokrin multipel (kebanyakan akibat insufisiensi adrenal), atau berhubungan

    dengan hipomagnesemia. Defisiensi magnesium berhubungan dengan kegagalan sekresi

    PTH dan efek antagonisnya pada tulang. Hipokalsemia selama sepsis juga dipikirkan akibat

    supresi pelepasan PTH. Hipokalsemia oleh karena defisiensi vitamin D dapat diakibatkan

    oleh berkurangnya intake (nutrisi), malabsorpsi vitamin D, atau abnormalitas metabolisme

    vitamin D.

    Pembentukan kelat antara ion kalsium dan ion sitrat pada pengawetan darah

    merupakan sebab yang penting dari hipokalsemia perioperatif; mirip dengan penurunan

    transien kadar kalsium plasma yang menyertai infus cepat dari albumin volume besar.

    Hipokalsemia yang menyertai pankreatitis akut disebabkan oleh presipitasi kalsium dengan

    lemak (penyabunan) yang diikuti oleh pelepasan enzim lipolitik dan nekrosis lemak;

    hipokalsemia yang menyertai emboli lemak juga memiliki dasar yang serupa.

    Penyebab lainnya dari hipokalsemia meliputi calcitonin-secreting medullarycarcinoma dari tiroid, penyakit metastase osteoblastik (kanker payudara dan prostat), dan

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    16/22

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    17/22

    17

    HIPERMAGNESEMIA 4

    Peningkatan kadar magnesium plasma hampir selalu berhubungan dengan kelebihan

    intake (antasida atau laksatif yang mengandung magnesium), kerusakan ginjal (GFR < 30

    mL/menit), atau keduanya. Hipermagnesemia iatrogenik juga terjadi selama terapi

    magnesium sulfat pada hipertensi gestational yang berpengaruh pada ibu dan janin. Penyebab

    lainnya berupa insufisiensi adrenal, hipotiroidisme, rhabdomiolisis, dan pemberian lithium.

    Manifestasi Klinis Hipermagnesemia

    Hipermagnesemia simptomatik biasanya meliputi manifestasi neurologis,

    neuromuskular, dan jantung. Hiporefleksia, sedasi dan kelemahan otot skeletal merupakan

    tanda hipermagnesemia. Hal ini terjadi akibat kegagalan pelepasan asetilkolin dan penurunan

    sensitivitas motor end-plate terhadap asetilkolin di otot. Vasodilatasi, bradikardi, dan depresi

    miokardium dapat berakhir dengan hipotensi pada level > 10 mmol/dL (>24 mg/dL). Tanda

    EKG tidak konsisten tetapi termasuk pemanjangan interval P R dan pelebaran kompleks

    QRS. Hipermagnesemia dapat menyebabkan henti napas.

    Pengobatan Hipermagnesemia

    Semua sumber intake magnesium (kebanyakan akibat antasida) sebaiknya dihentikan.

    Kalsium intravena (1 g kalsium glukonat) dapat secara sementara mengantagonis sebagian

    besar efek dari hipermagnesemia. Loop diuretic yang disertai dengan -normal saline dalam

    dekstrosa 5% dapat meningkatkan ekskresi magnesium.

    Pertimbangan Anestesi

    Hipermagnesemia memerlukan pengawasan yang ketat terhadap EKG, tekanan darah,

    dan fungsi neuromuskuler. Potensiasi dari vasodilatasi dan inotropik negatif agen anestesi

    sebaiknya diperhatikan. Dosis NMBAs sebaiknya dikurangi 25 50%. Kateter urine

    dibutuhkan ketika infus diuretik dan saline digunakan untuk meningkatkan ekskresi

    magnesium.

    HIPOMAGNESEMIA 4

    Hipomagnesemia penting diperhatikan pada pasien yang sakit. Hipomagnesemia

    umumnya berhubungan dengan defisiensi dari komponen intraseluler seperti kalium dan

    fosfor. Defisiensi magnesium disebabkan oleh intake yang tidak adekuat, penurunan absorpsigastrointestinal, dan peningkatan ekskresi ginjal. -adrenergik agonis dapat menyebabkan

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    18/22

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    19/22

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    20/22

    20

    hiperkloremia dapat menuju pada penurunan cardiac output, disaritmia, dan koma. Kadar

    klorida yang tinggi diikuti dengan kadar natrium yang tinggi serta retensi cairan.

    Pengobatan Hiperkloremia

    Koreksi penyakit yang menyebabkan hiperkloremia serta mengembalikan

    keseimbangan elektrolit, cairan, dan asam-basa sangatlah penting. Larutan hipotonik

    intravena dapat diberikan untuk mengembalikan keseimbangan. Larutan Ringer Laktat dapat

    diberikan supaya laktat diubah menjadi bikarbonat di hati, sehingga dapat meningkatkan

    kadar bikarbonat dan mengoreksi asidosis. Natrium bikarbonat intravena dapat diberikan

    untuk meningkatkan kadar bikarbonat yang menuju pada ekskresi ginjal terhadap ion klorida

    akibat kompetisi bikarbonat dan klorida untuk berikatan dengan natrium. Diuretik dapat

    diberikan untuk mengeliminasi klorida. Natrium, klorida, dan cairan dibatasi.

    HIPOKLOREMIA 6

    Hipokloremia dapat terjadi akibat drainase tube gastrointestinal, suction lambung,

    pembedahan lambung, muntah berat, dan diare. Pemberian larutan intravena dengan kadar

    klorida rendah, intake natrium yang rendah, penurunan kadar natrium, alkalosis metabolik,

    transfusi masif darah, terapi diuretik, luka bakar, dan demam dapat menyebabkan

    hipokloremia. Pemberian aldosteron, ACTH, kortikosteroid, bikarbonat, dan laksatif dapat

    menyebabkan penurunan kadar klorida serum. Saat klorida menurun (biasanya karena

    penurunan volume), ion natrium dan bikarbonat ditahan oleh ginjal untuk menyeimbangkan

    kehilangan klorida. Bikarbonat terakumulasi di cairan ekstraseluler, yang meningkatkan pH

    dan berujung pada hiperkloremia asidosis metabolik.

    Manifestasi Klinik Hipokloremia

    Tanda dan gejala dari hipokloremia berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-

    basa dan elektrolit. Tanda dan gejala dari hiponatremia, hipokalemia, dan alkalosis metabolik

    dapat terjadi. Alkalosis metabolik merupakan gangguan akibat kelebihan intake alkali atau

    kehilangan ion hidrogen. Hipereksibilitas otot, tetani, kelemasan, dan kram otot juga dapat

    terjadi. Hipokalemia dapat menyebabkan hipokloremia sehingga terjadi disritmia jantung.

    Selain itu, oleh karena rendahnya kadar klorida paralel dengan rendahnya kadar natrium,

    kadar air dapat menjadi berlebihan. Hiponatremia dapat menyebabkan kejang dan koma.

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    21/22

    21

    Pengobatan Hipokloremia

    Terapi meliputi koreksi penyebab hipokloremia serta ketidakseimbangan asam-basa

    dan elektrolit. Larutan normal saline (NaCl 0.9%) atau normal saline (NaCl 0.45%)

    diberikan intravena untuk menggantikan klorida. Jika pasien menerima diuretik (loop,

    osmotik, atau thiazid), dapat dihentikan atau diberikan diuretik tipe lain.

    Amonium klorida, sebuah agen yang bersifat asam, dapat diberikan untuk mengatasi

    alkalosis metabolik; dosisnya tergantung dari berat pasien dan kadar klorida serum. Agen ini

    dimetabolisasi oleh hati dan berefek sekitar 3 hari. Amonium klorida ini sebaiknya dihindari

    pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.

    KESIMPULAN

    Elektrolit merupakan substansi berupa ion dalam larutan yang dapat mengkonduksi

    muatan listrik di dalam tubuh. Keseimbangan elektrolit dalam tubuh sangat esensial untuk

    menjalankan fungsi normal dari sel dan organ tubuh. Elektrolit yang umumnya diperiksa oleh

    dokter dengan tes darah meliputi natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan klorida.

    Elektrolit serum meliputi: natrium, elektrolit bermuatan positif yang membantu

    keseimbangan cairan dalam tubuh dan berhubungan dengan fungsi neuromuskular; kalium,

    komponen utama cairan intraseluler yang membantu regulasi fungsi neuromuskular dan

    tekanan osmotik; kalsium, kation yang mempengaruhi kerja neuromuskular dan membantu

    pertumbuhan tulang serta koagulasi darah; magnesium, mempengaruhi kontraksi otot serta

    aktivitas intraseluler; klorida, elektrolit bermuatan negatif yang membantu regulasi tekanan

    darah.

    Terapi dari gangguan elektrolit tergantung dari penyakit yang mendasarinya serta

    jenis elektrolit yang terlibat. Jika gangguan ini disebabkan oleh kurangnya konsumsi atau

    intake cairan yang tidak tepat, perubahan nutrisional dapat dianjurkan. Jika pengobatan

    seperti diuretik mencetuskan gangguan elektrolit ini, maka penghentian atau pengaturan

    terapi obat dapat memperbaiki kondisi tersebut secara efektif. Terapi penggantian cairan atau

    elektrolit, baik melalui oral alatu intravena, dapat mengembalikan penurunan elektrolit

    menjadi normal.

    Dokter seharusnya berhati-hati dalam pemberian obat yang mempengaruhi kadar

    elektrolit serta keseimbangan asam-basa tubuh. Individu dengan penyakit ginjal, masalah

    tiroid, dan kondisi lainnya yang dapat mencetuskan gangguan elektrolit sebaiknya diedukasi

    tentang tanda dan gejala gangguan elektrolit ini.

  • 8/10/2019 Florantia SN G99121018 Koreksi Elektrolit

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Martin PF. Electrolyte Disorders. Available from:http://www.healthline.com/galecontent/electrolyte-disorders. Diunduhtanggal: 22 Februari 2014

    2. Pandit M. Electrolyte Imbalance Symptoms. Available from:http://www.buzzle.com/articles/electrolyte-imbalance-symptoms.html.Diunduh tanggal: 22 Februari 2014

    3. Stppler MC. Electrolytes. Available from:http://www.medicinenet.com/electrolytes/article.html. Diunduh tanggal: 21Februari 2014

    4. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Managemen of Patiens with Fluid andElectrolyte Disturbances. Clinical Anesthesiology. 4th ed. New York:Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2006;28:662-689

    5. Tashiro T. Buku Saku Nutrisi Klinik. 2nd ed. Jakarta: PT. Otsuka Indonesia; 2003;94.

    6. Smeltzer SC, Bare BG, Hinkle JL. Fluid and Electrolytes: Balance andDisturbance. Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-Surgical

    Nursing. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2003;14:292-293