FL phbs kel 13

23
LAPORAN KELOMPOK FIELD LAB ANALISIS DATA DAN PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PUSKESMAS KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO, JAWA TENGAH Disusun Oleh Kelompok 15 Putri Ayu W G0010156 Shinta Andi S G0010176 Ginanjar Tenri G0010086 Surya Adhi P G0010182 Himmatul Fuad G0010094 Zhafran Veliawan G0010206 Okti Rahmawati G0010146 Saleh Pousror G0010208 Noviana R G0010140

Transcript of FL phbs kel 13

LAPORAN KELOMPOK FIELD LAB

ANALISIS DATA DAN PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PUSKESMAS KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO, JAWA

TENGAH

Disusun Oleh

Kelompok 15

Putri Ayu W G0010156 Shinta Andi S G0010176Ginanjar Tenri G0010086 Surya Adhi P G0010182Himmatul Fuad G0010094 Zhafran Veliawan G0010206Okti Rahmawati G0010146 Saleh Pousror G0010208Noviana R G0010140

Instruktur Lapangan: dr. Tri Isponingsih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KEGIATAN

ANALISIS DATA DAN PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT PUSKESMAS KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO,

JAWA TENGAH

BIDANG KEGIATAN : FIELD LAB

PELAKSANA : KELOMPOK 15

Putri Ayu Winiasih G0010156

Ginanjar Tenri G0010086

Himmatul Fuad G0010094

Okti Rahmawati G0010146

Noviana Rahmawati G0010140

Shinta Andi Sarasati G0010176

Surya Adhi Prakoso G0010182

Zhafran Veliawan G0010206

Saleh Pousror G0010208

TEMPAT PELAKSANAAN :PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA

TENGGAH

WAKTU PELAKSANAAN:Rabu, 24 Oktober 2012Rabu. 31 Oktober 2012Sabtu, 3 November 2012Rabu, 6 November 2012

Sukoharjo, 6 November 2012 Mengetahui,

Instruktur Lapangan Kepala Puskesmas Kartosuro

dr. Tri Isponingsih dr. Sohari19751120 200801 2 007 19610101 198903 1 016

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................4

BAB II : KEGIATAN YANG DILAKUKAN...............................................7

BAB III : PEMBAHASAN............................................................................11

BAB IV : PENUTUP......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

LAMPIRAN..........................................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Undang- Undang

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai melalui

penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Banyak hal di bidang kesehatan telah dicapai melalui penyelenggaraan

pembangunan kesehatan. Namun demikian, bila digunakan sasaran strategis

Kementerian Kesehatan yang harus dicapai tahun 2014 dan target-target

Millennium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai tahun 2015 sebagai

acuan, berbagai hal yang telah dicapai tersebut kiranya masih memerlukan

peningkatan yang luar biasa. Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) telah

menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 228 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sementara itu, sasaran

strategis Kementerian Kesehatan adalah 118 per 100.000 kelahiran hidup dan

target MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi

(AKB) menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 34

per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Padahal sasaran

strategis Kementerian Kesehatan adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target

MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Secara umum telah terjadi penurunan

angka kesakitan, namun beberapa penyakit menular terutama HIV dan AIDS,

Tuberkulosis dan Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang

cukup besar. Cakupan Universal Child Immunization (UCI) yang belum tercapai

akan dapat berdampak pada rawannya bayi terhadap serangan berbagai penyakit

yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan beberapa penyakit

menular lain seperti Filariasis, Kusta, dan Frambusia menunjukkan

kecenderungan meningkat kembali dan penyakit Pes masih terdapat di sejumlah

daerah. Sementara itu, prevalensi penyakit tidak menular seperti Penyakit

Kardiovaskular, Hipertensi, Diabetes mellitus dan Obesitas cenderung meningkat

serta menunjukkan potensi yang semakin besar sebagai penyebab kematian

(Riskesdas, 2007). Keadaan ini mengakibatkan adanya beban ganda dalam

penangguulangan penyakit di Indonesia. Beberapa hal juga telah dicapai dalam

rangka perbaikan gizi masyarakat, namun pemberian ASI eksklusif kepada bayi

usia 0-6 bulan justru mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi dan anak

balita juga masih perlu ditingkatkan, karena masih tinnginya bayi yang lahir

dengan berat lahir rendah (11,1%) dan tingginya prevalensi anak balita kerdil

(35,7%) akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama (Riskesdas, 2010).

Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal tersebut di atas

pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat,

pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan ilmuwan umumnya berpendapat

bahwa determinan utama dari derajat kesehatan masyarakat tersebut, selain

kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2007

memang diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70%

rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS pada tahun 2014. Persentase Rumah

Tangga Ber-PHBS memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU)

dari Kementerian Kesehatan.

Meningkatkan cakupan rumah tangga yang mempraktikkan PHBS sebesar

lebih dari 30% dalam kurun waktu 2010-2014 merupakan upaya yang sangat

berat. Perilaku rumah tangga sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi di

tatanan-tatanan sosial lain, yaitu tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja,

tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina

kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat

kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana

lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan

selain rumah tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja,

tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan

sebagaimana mestinya. Agar target tahun 2014 PHBS di Rumah Tangga dapat

tercapai, tentu diperlukan upaya-upaya untuk juga membina PHBS di semua

tatanan lain. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang paripurna

(komprehensif), lintas program dan lintas sektor, serta mobilisasi sumberdaya

yang luar biasa di semua tingkat administrasi pemerintahan. (Kemenkes RI, 2011)

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan

KIE PHBS. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan

mahasiswa :

1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-

masing wilayah kerja Puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa.

2. Mampu menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah

tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.

3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga

yang memiliki bayi dan balita.

4. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga

yang tidak memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing

Puskesmas.

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Rabu, 2012

Pada hari pertama, semua anggota kelompok mengikuti pengarahan yang

diberikan oleh dokter Tri Isponingsih selaku instruktur dan Ibu ... selaku ... di

Puskesmas Kartasura, karena pada pagi hari itu dokter ... selaku Kepala

Puskesmas Kartasura sedang tidak berada di tempat jadi tidak ikut memberikan

pengarahan. Melalui berbagai penjelasan yang sudah dipaparkan dan standar

pelaksanaan PHBS yang ada kami seharusnya melakukan survei langsung terlebih

dahulu untuk mengetahui kebutuhan di tiap-tiap daerah yang ada. Tetapi karena

terbatasnya waktu disepakati untuk dilakukan pengolahan data sekunder tahun

2012 untuk kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan daerah mana yang

membutuhkan dan point PHBS mana yang sekiranya perlu untuk dilakukan KIE

(hasil analisis data sekunder dibahas dalam bab III). Pada siang hari, kami

bertemu dengan dokter ... selaku Kepala Puskesmas Kartasura, beliau memberikan

pengarahan mengenai kegiatan penyuluhan yang akan kami laksanakan pada hari

ketiga.

Rabu,

Pada hari kedua, Kelompok 13 melakukan survei data PHBS tatanan

rumah tangga langsung di Desa ... Kami dibantu oleh bidan desa Ibu ... Untuk

survei, karena terbatasnya waktu, kami hanya melakukan survei di RT... dan

RT ... RW ... Kelompok kami dibagi menjadi 2, 5 orang ke RT ... dan 6 orang ke

RT ... Di masing-masing RT kami dibantu oleh kader yaitu Ibu ... dan Ibu ...

Survei di RT ... didapatkan data PHBS ... rumah tangga. Survei di RT ...

didapatkan data PHBS ... rumah tangga. Kemudian kami menganalisis data yang

telah didapatkan (hasil analisis data dibahas dalam bab III).

Untuk permasalahan kegiatan adalah terbatasnya waktu yang ada, sehingga

survei hanya bisa dilakukan di 2 RT, hal ini menyebabkan data yang telah

didapatkan belum bisa menggambarkan PHBS dalam 1 desa. Namun dari kegiatan

survei tersebut kami belajar cara mengumpulkan data PHBS pada tatanan rumah

tangga, menganalisis dan menentukan masalah PHBS, kemudian merencanakan

KIE berdasar masalah yang ada. Tetapi karena hari terakhir posyandu di Desa ...

pada tanggal ... yang bertepatan dengan minggu tenang ujian, jadi kami tidak bisa

melakukan penyuluhan di daerah tersebut. Sebagai gantinya kami akan melakukan

penyuluhan di posyandu daerah lain pada tanggal ...., yang rencananya akan

dilakukan di 3 tempat.

Pemaparan hasil kegiatan dan laporan di Puskesmas dilakukan pada

tanggal ... bertepatan dengan hari penyuluhan di posyandu.

BAB III

PEMBAHASAN

Pada penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang

dilakukan terhadap tiga sasaran, yakni ibu hamil, balita, serta lansia di Kecamatan

Kartasura berjalan dengan lancar walaupun ada beberapa hambatan. Sasaran

penyuluhan sangat antusias terhadap materi yang diberikan, terbukti dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan oleh sasaran. Berikut hasil analisis

mengenai derajat PHBS di tatanan rumah tangga tingkat Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo tahun 2011.

no Desa /

Kalurahan

Rumah Tangga Sehat

Sehat

Pratama

Sehat

Madya

Sehat

Utama

Sehat

Paripurna

1 Ngemplak - 27 851 98

2 Pucangan 21 430 2598 540

3 Kartasura - 59 1076 47

4 Ngabeyan 7 100 698 37

5 Wirogunan - - 1254 83

6 Kertonatan - - 683 120

7 Makamhaji - 65 3191 73

8 Gumpang - 81 1562 385

9 Ngadirejo - 72 1521 217

10 Pabelan - 49 1127 507

11 Gonilan - 63 958 549

12 Singopuran - - 1216 182

jumlah 28 946 16735 2838

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa

rata-rata rumah di Kecamatan Kartasura masih termasuk dalam kriteria sehat

utama.

Masalah utama dari enam belas program PHBS di Puskesmas Kartasura

adalah pemberian ASI eksklusif dengan prosentase terkecil yakni 44,5%.

Dilanjutkan posisi kedua yang ditempati oleh masalah perokok di lingkungan

tatanan rumah tangga, dengan prosentase sebesar 51,8%.

Pemasalahan pemberian ASI eksklusif yang muncul disini kemungkinan

disebabkan oleh beberapa hal, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelusuran

lebih lanjut mengenai masalah ini, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

pemberian ASI eksklusif menjadi permasalahan yang utama di beberapa desa dan

mengapa faktor-faktor penyebab bisa muncul. Untuk mengetahui

permasalahannya mungkin langkah-langkah yang dapat kita ambil adalah melalui

cara tanya-jawab.

Jadi ketika ada seorang ibu menyusui datang ke puskesamas kita dapat

menanyakan masalah pemberian ASI-nya, bagaimana menyusuinya apakah

produksi ASI-nya lancar, apakah dicampur dengan pemberian susu formula,

apakah dapat menyusui bayinya setiap saat. Apabila tidak dipuskesmas, tanya-

jawab ini dapat dilakukan oleh kader ketika melakukan kegiatan kelas dengan ibu

hamil dan balita atau saat kegiatan posyandu seperti penimbangan balita. Setelah

tanya-jawab dilakukan kader, dokter,dan staff yang bersangkutan mencatat

permasalahan dari setiap ibu menyusui yang ditanya, kemudian setelah satu bulan

lamanya,dilihat permasalahan mana yang paling sering muncul.

Untuk solusinya yaitu dengan membangun kesadaran masyarakatnya

sendiri, antara lain dengan meningkatkan potensi para kader dari Puskesmas

Kartasura untuk memberikan penyuluhan mengenai materi pentingnya ASI

eksklusif lebih intesif. Beberapa hal yang perlu disampaikan kepada masyarakat

mengenai ASI diantaranya adalah inisiasi menyusui dini (IMD), kemudian

mengenai manfaat ASI baik untuk bayi maupun ibu, kelebihan ASI daripada susu

formula, cara menyimpan ASI yang benar, dan ajakan untuk ASI eksklusif.

Hal-hal ini perlu disampaikan oleh karena masih banyak masyarakat yang

berparadigma bahwa inisiasi menyusui dini atau pemberian kolustrum kolustrum

yang keluar pertama kali setelah ibu melahirkan dianggap sebagai air kotor

masyarakat membuang air tersebut, karena tidak tega memberikan air tersebut

kepada bayi, kemudian banyaknya aktivitas kerja orang tua mengakibatkan ASI

dicampur dengan susu formula sehingga ASI eksklusif tidak dapat berjalan lancar

oleh karena itu perlu siasat agar pemberian ASI tetap berjalan baik yaitu dengan

menyimpan ASI, agar dapat diminum bayi kapan pun. Solusi lain selain dengan

penyuluhan adalah pembagian pamflet atau leaflet yang berisi tentang ASI atau

seputar kesehatan yang lain.

Data Analisis PHBS di SD seluruh Kecamatan Kartasura :

No Nama SD Jumlah poin

PHBS

Status

1 SD I Ngemplak 10 Sehat Utama

2 SD II Ngemplak 12 Sehat Paripurna

3 SD IT ALANIS 9 Sehat Madya

4 SDN I PUCANGAN 12 Sehat Paripurna

5 SDN II PUCANGAN 9 Sehat Madya

6 SDN III PUCANGAN 9 Sehat madya

7 SDN IV PUCANGAN 8 Sehat Madya

8 SDN V PUCANGAN 12 Sehat Paripurna

9 SDN VI PUCANGAN 12 Sehat Paripurna

10 SD MI PUCANGAN 12 Sehat Paripurna

11 SD MI DARUSSALAM I 11 Sehat Utama

12 SD MI DARUSSSALAM II 11 Sehat Utama

13 SDN I NGABEYAN 11 Sehat Utama

14 SDN II NGABEYAN 11 Sehat Utama

15 SDN III NGABEYAN 8 Sehat Madya

16 SDN I WIROGUNAN 8 Sehat Madya

17 SDN II WIROGUNAN 11 Sehat Utama

18 SDN III WIROGUNAN 10 Sehat Utama

19 SDN I KERATONAN 10 Sehat Utama

20 SDN II KERATONAN 8 Sehat Madya

21 SD MI KERATONAN 10 Sehat Utama

22 SDN I KARTASURA 10 Sehat Utama

23 SDN II KARTASURA 12 Sehat Paripurna

24 SDN IV KARTASURA 12 Sehat Paripurna

25 SDN V KARTASURA 10 Sehat Utama

26 SDN VI KARTASURA 8 Sehat Madya

27 SDN VII KARTASURA 9 Sehat Madya

28 SD MI AL-ISLAM 11 Sehat Utama

29 SD AL-IHLAL KARTASURA 8 Sehat Madya

30 SD MI PK KARTASURA 11 Sehat Utama

31 SD KRISTEN KARTASURA 8 Sehat Madya

32 SD WIDYA WACANA KTS 11 Sehat Utama

Sehat pratama : 1-5

Sehat madya : 6-9

Sehat utama : 10-11

Sehat paripurna : 12

Data dengan presentasi paling sedikit adalah :

1. Rokok ,yaitu 15 dari 32 SD masih belum menerapkan hidup bersih dan

sehat dalam hal para petugas sekolah yang tidak merokok.

2. Sampah, yaitu 9 dari 32 SD masih belum membuang sampah pada

tempatnya.

3. Jamban, yaitu 7 dari 32 SD masih belum memiliki jamban di

sekolahnya.

4. Warung kantin, 6 dari 32 SD belum memiliki kantin yang layak di

sekolah.

5. UKS, 5 dari 32 SD belum memiliki UKS di sekolahnya

6. PSN, 4 dari 32 SD masih belum melakukan PSN.

7. Gotong royong dan air bersih, 3 dari 32 SD belum melaksanakannya.

Dari data yang telah ada, permasalahan utama adalah masalah rokok,

masih banyak petugas sekolah yang merokok. Asap rokok yang muncul

menyebabkan udara di sekolah tercemar dan membuat pencemaran udara yang

dapat menganggu kesehatan dalam jangka yang lama karena asap rokok akan

merusak sistem pernafasan perlahan,maupun jangka pendek yaitu bau tidak sedap

yang dihasilkan oleh asap rokok.

Langkah awal yang dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan

mengenai bahaya merokok baik untuk diri sendiri maupun orang lain. langkah lai

yang dapat diambil adalah memotivasi para petinggi sekolah untuk menciptakan

sekolah sehat dengan tujuan nantinya para petinggi sekolah membuat semacam

peraturan baru tentang larangan merokok di sekolah atau larangan merokok ketika

jam sekolah masih berlangsung.

BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Permasalahan PHBS yang terjadi di wilayah puskesmas kartasura pada

tahun 2011 yang lalu adalah pemberian ASI eksklusif dan perokok di lingkungan

tatanan rumah tangga, dan permasalahan PHBS yang terjadi di sekolah dasar

sekitar wilayah kerja puskesmas kartasura adalah merokok.

B. Saran

1. Melakukan penyuluhan yang lebih intensif mengenai permasalahan yang

terjadi terkait PHBS.

2. mengajak masyarakat berperan aktif untuk saling menerapkan PHBS,

serta melatih kader untuk memberikan edukasi kepada warga sekitarnya.

3. mengajak para petinggi sekolah menciptakan PHBS di sekolahnya.

4. Perlu adanya KIE lebih lanjut mengenai perokok di lingkungan rumah

tangga.

DAFTAR PUSTKA

Tim FIELD LAB FK UNS. 2012. Modul FIELD LAB Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat. Surakarta : Field Lab Fakultas Kedokteran UNS.

LAMPIRAN

Penyuluhan Oleh Grup 1

Penyuluhan oleh Grup 2 dan 3