FIXXXXXX Pengaruh Enzim Dalam Managemen Dioksigen
-
Upload
efeisiagirl -
Category
Documents
-
view
128 -
download
5
Transcript of FIXXXXXX Pengaruh Enzim Dalam Managemen Dioksigen
Pengaruh Enzim dalam Managemen Dioksigen
Enzim adalah suatu protein besar yang mengkatalis reaksi-reaksi biokimia,
terkadang laju reaksi meningkat dengan faktor-faktor sebesar 1012 melebihi model
reaksi yang sesuai, seperti kebanyakan protein mereka sebenarnya adalah polipeptida.
Enzim memiliki berat molekul yang sangat besar dan substrat untuk reaksi enzimatik
umumnya kecil sehingga hanya dapat berinteraksi dengan sebagian kecil dari enzim.
Dalam struktur enzim, bagian ini disebut sisi aktif dan sering dalam bentuk celah, atau
kantung. Metalloenzim adalah enzim dengan ion logam yang berfungsi sebagai pusat
aktif. Enzim diberi nama setelah reaksi yang mereka lakukan, contohnya ATP-ase
menghidrolisis ATP, hidrolase melakukan hidrolisis katalis asam dan oksidase yang
terlibat dalam reaksi redoks.
Salah satu syarat untuk hidup enzim adalah pemeliharaan molekul dalam
keadaan tereduksi meskipun mereka terpapar suasana oksidasi. Persyaratan lebih lanjut
adalah produksi energi yang diperoleh dengan respirasi dimana dioksigen direduksi
menjadi air. Hal ini dapat dikatalisis oleh sitokrom c oksidase seperti dijelaskan pada
bab sebelumnya. Dioksigen dapat direduksi melalui serangkaian transfer suatu elektron
(Gambar 5.1). Anion superoksida dan peroksida merupakan oksidator kuat dan
memberikan ancaman untuk kehidupan, oleh karena itu perlu untuk dihilangkan. Dua
metode utama yang tersedia untuk menghilangkan hidrogen peroksida yaitu
disproporsionasi dan reduksi.
Gambar. 5.1 Reduksi oksigen (direproduksi dengan izin dari Gauthier-Vilas).
Pertama yaitu dikatalisis oleh katalase dan yang terakhir oleh peroksidase-kedua spesies
ini adalah enzim haemprotein. dismutase superoksida (SODs) mengkatalisis reaksi
berikut
2O2- + O2 H2O2 + O2
dengan hidrogen peroksida yang dihasilkan kemudian dihilangkan oleh katalase.
5.1 Dismutase Superoksida
Salah satu keberadaan dismutase superoksida yaitu sebagai metalloenzim inti
tunggal atau inti ganda. Struktur kristal sinar-X dari besi inti tunggal (contohnya,
Pseudomonas ovalis) dan mangan (contohya, Bacillus thearothermophilus) SOD dan
dari tembaga-seng BESOD inti heterogen telah dipecahkan.
Struktur sisi koordinasi dalam komponen inti tunggal sama dan menunjukkan
logam dari 4-koordinasi dengan tiga residu histidin dan satu residu tirosin (Gambar 5.2)
geometrinya dapat digambarkan sebagai bipiramida trigonal yang terdistorsi dengan
satu sisi kiri apikal yang kosong (bagian entatik). Tidak ada molekul air yang tersedia
dan jarak terdekat dengan atom besi berikutnya sejauh 18A. Sebaliknya pada Mn SOD
terisolasi.
Gambar. 5.2 Representasi skematis dari sisi SODs inti tunggal.
dari Thermus thermophilus, adanya kehadiran molekul air di sisi apikal.
Mekanisme kerja dari SODs inti tunggal tidak jelas, tetapi untuk sistem besi dapat
terjadi rangkaian seperti berikut:
LFe (II) + O2O2 + LFe (III)
LFe (III) + H2O2O2 + LFe (II) + 2H +
Struktur Cu-Zn BESOD (Gambar 5.3) menunjukkan bahwa koordinasi pada
tembaga(II) piramida square terdistorsi dengan tiga histidin, satu molekul air dan
jembatan residu imidazolate dari His-61 yang terbagi dengan seng. Zn bergeometri
tetrahedral, koordinasi akan menjadi sempurna dengan penambahan dua histidin dan
residu aspartat. Pemisahan tembaga(II)-Zn adalah 5,4A. Ion tembaga merupakan pusat
katalitik dan ion Zn memiliki peran penyokong struktural. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan menghilangkan logam untuk mendapatkan apoprotein dan membangunnya
kembali dengan logam yang berbeda. Setiap derivatif yang mempertahankan tembaga (II)
di sisi asal hampir tetap beraktivitas penuh dan tidak ada derivatif aktif dimana
tembaganya telah diganti.
Gambar. 5.3 situs heterobimetallik di Cu-Zn BESOD (direproduksi dengan izin dari
Elsevier).
Mekanisme yang diusulkan untuk aktivitas enzimatik dari BESOD (Gambar 5.4)
mengharuskan bahwa superoksida menggantikan molekul air dalam tembaga(II). Ikatan
superoksida mereduksi tembaga(II) menjadi tembaga(I) dengan pembelahan simultan dari ikatan
antara tembaga dengan His-61. Dioksigen dilepaskan dan superoksida kedua berikatan dengan
tembaga(I). Posisi satu atom O untuk membentuk ikatan hydrogen dengan diprotonasi oleh
imidazole dari His-61. Transfer elektron dari tembaga(I) dipasangkan dengan transfer proton dari
His-61 yang membentuk tembaga-hidroperoksida yang mengambil hidrogen kedua dari sisi aktif
air untuk melepaskan hidrogen peroksida.
Gambar. 5.4 Mekanisme yang diusulkan untuk pergerakan dari BESOD.
Pengamatan yang menarik adalah bahwa besi dan mangan SODs berada di prokariotik
(organisme dimana intinya tak diketahui) dan Cu-Zn BESOD pada eukariotik (organisme dimana
inti diketahui). Hal ini adalah gambaran penggantian dari enzim besi yang beresiko menjadi
enzim tembaga yang aman.
Sejumlah kompleks tembaga(II) yang dijembatani oleh imidazolat telah disintesis oleh
Stephen Lippard dan rekan kerjanya. Pusat dicopper yang dipilih sebagai contoh adalah
Cu2BESOD yang memiliki aktivitas yang sama dengan Cu-ZnBESOD. Nilai dari kompleks yang
disintetis ditunjukkan dalam sifat magnetiknya. Kedua atom tembaga (II) dalam enzim
homodinuklear merupakan anti ferromagnetik yang digabungkan (J = -26cm-1) dan dalam model
ini nilainya bervariasi dari 0 sampai -87cm-1 . Sebagai contoh ditunjukkan, [Cu (pip)] 2 (imid) 3+
dan [(TMPT)2Cu2 (imid) (ClO4) 2]+ nilainya masing-masing -26,9 dan -25,8 cm-1.
Gambar struktur
5.2 Peroksidase dan katalase
Peroksidase dan katalase digunakan dalam penghilangan peroksida, keduanya
mempunyai kesamaan yang kuat tidak hanya pada fungsi, tetapi juga dalam perlakuan
mekanismenya.
H2O2 + SubH2 2H2O + Sub peroksidase
H2O2 + H2O2 2H2O + O2 katalase
Haem peroksidase dan katalase
Peroksidase tanaman lobak, (HRP), yang terdapat dalam akar tanaman lobak memiliki
sisi aktif yaitu atom besi (III) dari protoporfirin IX. Sisi koordinasi kelimanya ditempati oleh
atom nitrogen dari histidin dan sisi keenamnya kosong atau mengandung molekul air. Besi (III)
merupakan jenis spin tinggi pada pH rendah dan spin rendah pada pH tinggi.
Setelah terjadi reaksi dengan hidrogen peroksida, besi mengalami oksidasi pada dua
elektron untuk HRP-I hijau yang kemudian akan berkurang satu elektron pada setiap langkah
menuju ke HRP-II merah. Sulit untuk mengungkap mekanisme dari HRP sebagai bukti
spektroskopi kolektif yang menunjukkan bahwa kedua HRP-I dan HRP-II mengandung spin
rendah jenis oxoiron (IV) yang jenisnya hampir tidak dikenal dalam kimia dari besi. Reaksi ini
juga menunjukan bahwa HRP-I memiliki kation radikal porfirin. Skema untuk reaksi peroksidase
digambarkan pada Gambar. 5.5. Selain komponen-komponen pada skema tersebut terdapat juga
jenis ketiga yaitu HRP-II [P-Fe(II)O2] yang merupakan analogi dari oxymioglobin yang
dihasilkan ketika peroksidase yang diperlakukan dengan kelebihan peroksida hidrogen.
Skema kerja
Struktur kristal dari ragi Sitokrom C Peroksidase (CCP) telah menunjukkan bahwa sisi
aksial ditempati oleh histidin dan air. CCP bereaksi dengan peroksida untuk memotong ikatan O-
O dan menghasilkan senyawa I yang analog untuk HRP-I. Senyawa I kemudian dikurangi dalam
dua langkah berturut-turut oleh sitokrom c. Seperti dalam intermediat HRP yang melibatkan besi
(IV) abstraksi elektron terjadi dari rantai samping asam amino daripada porfirin heme tersebut.
Dalam struktur senyawa I kepadatan elektron didekat pola besi menegaskan saran dari data
EXAFS bahwa ada interaksi yang kuat antara Fe (IV)=O (-1,67 Å).
Tipe lain dari peroksidase haem-besi adalah kloroperoxidase yang mengkatalisis oksidasi
ion klorida dalam halogenasi dari berbagai substrat yang memanfaatkan sebuah intermediate
oxoiron (IV).
Cl- + H2O2 ClO- + H2O
Struktur kristal katalase dari hati sapi menunjukkan bahwa atom besi (III) mempunyai
lima koordinasi dengan residu tirosin dan menempati satu posisi aksial dan posisi aksial yang
kedua kosong. Meskipun struktur lengkap dari perlakuan mekanisme katalasenya tidak jelas.
Max Perutz teringat dengan pertanyaan David Keilin ; "Hemoglobin, peroksidase dan
katalase semua berisi haem yang sama. Apa yang memberi mereka sifat-sifat yang sangat
berbeda? Akan tetapi saya tidak mengerti. Seandainya saya tahu saya akan menjawab, sifat yang
membedakan mungkin karena efek elektrostatik yang berbeda yang digunakan pada haem oleh
protein yang berbeda. Didalam semua haemprotein, haembesi melekat ke protein dengan asam
amino residu histidin dalam hemoglobin dan peroksidase, tirosin dalam katalase, sistein dalam
sitokrom P-450 dan sehingga hal itu menarik untuk dipikirkan bahwa sifat yang berbeda
berkaitan dengan perbedaan kerapatan elektron pada logam dan efek elektrostatik yang berbeda
yang disebabkan oleh lingkungan protein yang berbeda.
Vanadium bromoperoksidase
Vanadium bromoperoksidase (V-BrPA) telah diisolasi dari ganggang coklat dan merah.
Mereka mengkatalisis reaksi oksidasi dari bromida oleh peroksida hidrogen dan pembentukan
secara bersama ikatan karbon-halogen, atau jika tidak ada substrat organik, generasi dioksigen
tunggal terjadi dari disproporsionasi bromida yang dibantu oleh peroksida hidrogen. Berbeda
dengan haloperoksidase haembesi yang sesuai, produksi dioksigen hanya terjadi dalam anion
bromida atau iodida. Selektivitas oksidasi halida dari V-BrPO pertama kali dianggap terbatas
pada bromida atau iodida tetapi sekarang diketahui bahwa V-BrPO dapat mengkatalisis reaksi
oksidasi klor dengan hidrogen peroksida yang mengarah ke klorinasi dari substrat organik yang
dipilih.
Penelitian EPR telah menunjukkan bahwa logam memberikan sifat seperti vanadium(V),
ketika logam direduksi menjadi vanadium (IV) yang menyatakan bahwa enzim kehilangan
aktivitas brominatingnya. Studi EXAFS menunjukkan bahwa dalam daerah oktahedral terdistorsi
dengan dua atom nitrogen histidin dan satu kelompok okso yang terikat dengan logam, tiga sisi
yang tersisa yang kemungkinan dapat ditempati oleh tiga atom oksigen dari asam amino yang
belum ditentukan. Skema untuk reaksi yang terjadi dapat dilihat (Gambar 5.6). Namun sifat yang
tepat dari 'intermediate' tidak terbentuk dan peran yang tepat dari logam belum diketahui.
Skema kerja
Vanadium dapat bertindak sebagai katalis transfer elektron atau katalis asam Lewis,
selain itu mungkin juga vanadium merupakan peroksida dan bukan logam yang terlibat dalam
reaksi.
5.3 Oksidase dan oksigenase
Oksidase mengkatalisis transfer elektron untuk dioksigen yang direduksi menjadi
superoksida, peroksida, atau air. Oksigenase mengkatalisis reaksi di mana atom-atom dioksigen
dimasukkan ke dalam substrat organik. Dalam monooksigenase atom oksigen yang pertama
dimasukkan, yang kedua atom oksigen direduksi dalam air, dan dalam dioksigenase kedua atom
oksigen dimasukkan ke dalam substrat. Dioksigen, inert secara kinetik dan membutuhkan
aktivasi dengan cara mengikat pusat logam yang bervalensi rendah, contohnya besi(II) atau
tembaga(I). Kontrol transfer densitas elektron dari logam ke dioksigen ditentukan oleh peran
biologis metalloprotein atau metalloenzim, hal ini menentukan apakah akan berfungsi sebagai
pembawa oksigen, oksidase, atau dalam reaksi hidroksilasi oksigenase.
Oksidase
Haemoksidase, sitokrom c oksidase, oksidasi lakase tembaga biru dan oksidasi askorbat telah
dijelaskan pada Bab 4. Reaksi-reaksi diatas semuanya mengalami pengurangan empat-elektron
dioksigen dalam air dan bersamaan dengan reaksi oksidasi substrat oleh enzim tembagaenzim
tembaga. Askorbat oksidase mengoksidasi L-askorbat menjadi dehidroaskorbat, dan lakase tetapi
kurang spesifik dan juga mengoksidasi berbagai substrat khususnya p-fenol menjadi kuinon.
Terdapat tembaga non-blue oksidase yang lainnya. Amina oksidase mengkatalisis
deaminasi oksidatif dari amina biologi menghasilkan aldehida, hidrogen peroksida, dan amonia.
RCN2NH2 + O2 RCHO + H2O2 + NH3
Sisi tembaga telah ditunjukkan oleh EPR mengandung setidaknya dua atom nitrogen,
kemungkinan berasal dari histidin, tetapi tidak dipungkiri juga bahwa tembaga sebenarnya
mengaktifkan oksigen. Galaktosa oksidase mengkatalisis reaksi oksidasi dari alkohol primer ke
aldehid yang sesuai dengan mereduksi dioksigen menjadi hidrogen peroksida. Sisi tembaga
(Gambar 5.7), seperti diungkapkan menggunakan kristalografi Sinar-X oleh Simon Phillips dan
rekan kerjanya, hal ini tidak biasa dan cukup berbeda dari yang ditemukan untuk enzim oksidatif
tembaga oksidasi askorbat dan dismutase superoksida. Atom tembaga(II) (Tipe II)
dikoordinasikan oleh dua histidines pada posisi ekuatorial (pada 2.11 dan 2.15Å), dua tirosin
(satu aksial pada 2.69Å dan satu ekuatorial pada 1.94Å), dan anion asetat (pada 2.27Å) di
lingkungan piramida square terdistorsi. Anion asetat (yang timbul dari penggunaan buffer asetat
pada pH 7,0) dapat ditempati kembali oleh molekul air pada pH 7,0 yang merupakan wilayah pH
di mana oksidasi ini aktif. Molekul air ini merupakan c 2.8Å dari tembaga dan geometri yang
sangat menyimpang ini dapat menyebabkan situasi entatik menuju serah-terima elektron yang
lancar pada reaksi redoks antara tembaga(II) dan tembaga(I) setelah penambahan substrat.
Selanjutnya D-galaktosa, substrat, dapat menggantikan air dan mengikatnya pada posisi
ekuatorial.
Monooksigenase
Aktivitas monooksigenase dapat terjadi pada mono- atau sisi logam inti ganda; hal ini
diperlihatkan oleh sitokrom P-450, enzim haem mononuclear, tirosin, enzim tembaga inti ganda,
dan metana monooksigenase, sebuah enzim non-haem besi inti ganda.
Sitokrom P-450
Sitokrom P-450 ini merupakan enzim haem yang bertindak sebagai mono-oksigen dan
menggunakan dioksigen untuk mengkatalisis reaksi hidroksilasi aromatik dan alifatik serta
berbagai reaksi-reaksi oksidasi lainnya. Nama enzim berasal dari fakta bahwa penambahan
karbon monoksida memiliki pita serapan pada panjang gelombang 450nm. Reaksi ini
membutuhkan donor hidrogen seperti NADH atau flavin, dengan dilambangkan oleh AH2.
Sitokrom P-450 terdiri dari gugus haem dengan besi terkoordinasi terhadap protein oleh
sebuah sulfur pada gugus sistein. Hal ini telah ditunjukkan melalui struktur kristal atau bentuk
kapur barus yang terikat pada sitokrom P-450 dari Psedomonas putida. Dalam keadaan dasar,
besi dalam keadaan spin rendah dan harus mendapat suatu ligan tambahan, kemungkinan air, di
sisi koordinasi keenam yang kemudian hilang untuk membentuk lima koordinat aktif senyawa
besi(III) spin tinggi yang bereaksi dengan substrat. Besi(III) kemudian direduksi menjadi besi(II)
dan pada sisi ini dapat mengikat bioksigen sekali untuk memberikan oksikompleks diamagnetik
mirip dengan oksimioglobin. Penambahan satu elektron kedua super-oksokompleks ini diikuti
dengan pemutusan heterolitik dari ikatan O-O (perokso). Satu oksigen yang hilang sebagai air
dan bentuk lainnya seperti sebuah perferryl intermediet yang terlibat dalam oksidasi dua elektron
dari substrat untuk menghasilkan produk dan regenerasi besi(II) pada sisi enzim (Gambar 5.8)
Area yang sulit pada skema ini yaitu pada mekanisme pembelahan ikatan O-O. Produk
pertama dari pembelahan ini dapat menjadi kompleks perferryl ditampilkan dalam skema atau
bisa juga kation porfirin radikal seperti pada [Fe(IV)(O2-)P]+. Kesulitan dari mengelusidasi
mekanisme ini berkaitan dengan kurangnya aktivitas Fe(IV) dan Fe(V) dalam sistem kimia selain
haemprotein. Pembelajaran tentang model dihidroksilasi alkana oleh iodosilbenzen dan porfirin
besi telah dikonfirmasi kebenarannya dari perferryl intermediet; model strukturalnya juga telah
ditunjukkan pada sisi aktif besi (III) (Gambar 5.9).
Tirosinase
Tirosinase secara luas ditemukan di mikroorganisme, tumbuhan dan hewan dimana tirosinase
bertindak sebagai katalis monooksigen o-hidroksilasi dari Monofenol pada o-bifenol, dan
sebagai katalis oksidasi dua-elektron pada oksidasi o-bifenol menjadi o-kuinon. Peristiwa
pembentukan disebut aktivitas kresolase dan peristiwa terakhir adalah aktivitas katesolase. Bukti
ilmiah dan spektroskopi membuktikan bahwa tirosinase memiliki sisi aktif tipe III pasangan
binuclear yang sangat mirip dengan yang penah ditemukan di haemocyanins.
Suatu mekanisme untuk aktivitas katalitik tirosinase telah dikemukakan oleh Edward
Solomon dan rekan kerjanya (Gambar 5.10) Deoksitirosinase bereaksi dengan dioksigen untuk
memberikan oksitirosinase; substrat fenolik kemudian membentuk koordinat aksial ke salah satu
atom tembaga dioksitirosinase tersebut. Kemudian ada sebuah perubahan melalui lima-
koordinat disertai dengan orto-hidroksilasi dari fenol, kehilangan air dan koordinasi dari produk
bifenol. Transfer elektron intramolekul menghasilkan produk orto-benzokuinon dan
menghasilkan kembali deoksitirosinase.
Metana monooksigenase
Enzim metana monooksigenase (MMO) mengkatalisis perubahan metana menjadi metanol
pada bakteri metana metanotropik yang berfungsi sebagai sumber penghasil energi dan karbon.
CH4 + O2 + NADH + H+ CH3OH + H2O + NAD
Ada dua jenis MMO, sebuah ikatan membran yang mengandung tembaga dan enzim yang larut
dalam air yang mengandung besi non-haem. Pembelajaran EPR pada komponen hidroksilase dari
MMO pada Methylococcus capsulatus (bath) menunjukkan bahwa senyawa ini mengandung
pusat diiron yang pada awalnya dianggap sebagai salah satu dari jenis yang sama dengan
senyawa yang ditemukan di haemerythrins dan reduktase ribonukleotida B2. Namun
pembelajaran yang rinci tentang komponen hidroksilase yang melibatkan EXAFS, spektrometri
massa, dan kimia magnet yang menunjukkan bahwa ada perbedaan mencolok antara sisi diiron
pada sistem ini dan menunjukkan bahwa MMO tidak mengandung sebuah jembatan Fe-O-Fe.
Tipe baru jembatan Fe-Fe ditunjukkan adanya sebuah senyawa alkokso-, jembatan hidrokso
karboksilato-, atau monodentat, bersama-sama dengan satu, atau dua, jembatan karboksilat.
Struktur kristal sinar-X pada hidroksilase MMO dari M. capsulatus (Bath), diselesaikan
oleh Stephen Lippard dan rekan kerjanya, mengungkapkan bahwa geometri inti diiron memiliki
dua atom besi pseudo-oktahedral yang dipisahkan oleh panjang gelombang 3.4Å dan terkait oleh
dua protein non-jembatan ligan (Gambar 5.11).
Pertama adalah anion hidroksida dan yang kedua adalah anion asetat. Amonium asetat
terdapat dalam larutan buffer dari kristal yang tumbuh dan ligan ini mungkin tidak berkoordinasi
dengan sisi binuclear dalam sel. Diusulkan bahwa ruang yang ditempati oleh ligan asetat
mungkin menunjukkan oksidasi substrat, anion metoksida terlebih dahulu akan mengalami
protonasi dan melepaskan sisi aktifnya.
Mekanisme untuk aktivitas katalitik telah disajikan oleh Dalton Howard yang
menganggap adanya jembatan diiron hidrokso(III) unit (5.1) (Gambar 5.12). Elektron
dimasukkan ke dalam unit dan diiron(II) aktif unit (5.2) kemudian menambahkan dioksigen
untuk memberikan intermediet peroksida dengan stabilisasi ikatan hidrogen dari jembatan-
hidrokso(5.3). Donor proton terjadi pada oksigen luar ligan perokso yang mengarah pada
pembentukan air dan unit feril dapat ditulis dalam bentuk lain yaitu Fe(IV)-Fe(IV)O (5.4) atau
bentuk Fe(III)-Fe(V)O. Bentuk ini kemudian dapat menerima hidrogen dari metana yang
mengarah ke generasi metanol melalui donor -OH dari Fe(IV)-OH unit (5.6) dan regenerasi unit
diiron(III) yang asli.
Dioksigenase
Kandungan logam dioksigenase biasanya mengandung besi di lingkungan non-haem.
Contoh aktivitas enzim tersebut adalah pembelahan oksidatif 1,2-katekol oleh (a) jalur ekstra-
diol atau (b) jalur intradiol. Pola reaksi bisa dipantau oleh eksperimen label 18O. Katekol-1,2-
dioksigenase mengkatalisis perpecahan intradiol dari katekol oleh oksigen untuk memberikan
cis,cis- asam muconic, sehingga dapat menggabungkan kedua atom oksigen. Studi EXAFS telah
menyarankan bahwa besi(III) mempunyai enam koordinat yang memiliki dua histidin dan dua
ligan cis-tirosin bersama-sama dengan molekul air dan keenam ligan yang bisa dengan mudah
dipisahkan. Katekol mengikat enzim sebelum oksidasi dan berkoordinasi, kemungkinan
monodentat pada besi.
Katekol-2,3-dioksigenase adalah contoh dari suatu dioksigenase ekstradiol, senyawa
tersebut tidak berwarna dan EPR-sunyinya menyarankan keberadaan besi(II). Hal ini ditegaskan
oleh spektrum Mössbauer dan tidak dipengaruhi oleh pengikatan substrat, sehingga memberikan
pertanyaan apakah substrat benar-benar berikatan dengan logam.
Struktur kristal protocatechate-3,4-dioksigenase, yang mengkatalisis reaksi pembelahan
intradiol dari asam protocatechuic ke asam β-karboksi-cis,cis-muconic, telah dipecahkan dan
menunjukkan bahwa besi(III) berada dalam daerah bipiramidal trigonal terdistorsi. Besi terikat
oleh dua tirosin dan dua histidin dengan molekul pelarut di kelima sisinya. Satu tirosin dan satu
histidin menduduki posisi aksial. Model fungsional yang sangat reaktif untuk aktivitas
dioksigenase katekol telah dibangun oleh Lawrence Que dan rekan kerjanya, [Fe(III) (TPA)
DBC] BPh4, [TPA= tris-(2-piridimetil)amina dan DBC=3,5-t-butilkatekolat] (Gambar 5.13).
Struktur kompleks ini menyatakan pusat besi(III) oktahedral terdistorsi dengan ikatan oksigen
antara besi-katekol yang panjang. Reaksi kompleks dengan dioksigen ini memfasilitasi
pembelahan oksidatif katekol untuk menghasilkan senyawa (5.7) dan (5.8).
Peran enzim indole-2,3-dioksigenase berfungsi untuk menggambarkan penerapan yang
lebih luas dari dioksigenase sebagai enzim dari usus kecil kelinci menyebabkan pembelahan
cincin indol dalam asam amino triptofan dan indoleamines terkait lainnya.
5.4 Reduktase Ribonukleotida
Reduktase ribonukleotida (RR) mengkatalisis pengubahan ribonukleotida menjadi
deoksiribonukleotida di- atau trifosfat merupakan langkah pertama dalam sintesis DNA. E.coli
RR mengandung dua subunit a dan b, dan dua bentuk dimer a2 dan b2 masing-masing dikenal
sebagai B1 dan B2. Unit a berisi sisi pengikatan substrat tetapi kedua B1 dan B2 berkontribusi ke
situs aktif enzim. RRB2 berisi radikal bebas stabil, hal tersebut merupakan contoh pertama yang
ditemukan dalam protein dan EPR digunakan untuk mengkarakterisasi derivat-protein dari
radikal tirosil yang terletak di sekitar pusat besi dinuclear (galaktosa oksidase juga memiliki
radikal tirosin akhir untuk sisi aktif). Reaksi yang dikatalisis oleh RR telah diusulkan untuk
dilanjutkan melalui mekanisme radikal bebas yang melibatkan transfer siklik dari radikal yang
sudah ada ke substrat dan sebaliknya. Pusat diiron pada RRB2 memperlihatkan sifat spektral
yang erat dan mirip dengan yang ditemukan dalam Met-haemerythrin dan hal ini mudah untuk
mengusulkan dengan analogi, dimana sisi ini serupa dengan sisi bioktahedral yang dibangun.
Struktur kristal sinar-X mengoksidasi bentuk E.coli RRB2(Gambar 5.14) menegaskan bahwa
terdapat jembatan Fe-O-F, seperti pada Met-haemerythrin, dan menunjukkan bahwa ada dua
pusat besi(III) dinuclear, dipisahkan oleh-25Å, pada molekul dimer. Pusat dinuclear memiliki
lingkup ligan pertama yang didominasi pertama oksigen dan atom besi, dipisahkan oleh 3.3Å,
berbeda dengan Met-haemerythrin, dua kali lipat dijembatani oleh residu glutamat karboksilase
tunggal dan okso-ligan.
Koordinasi geometri dari atom besi sangat berbeda dari yang ada dalam Met-
haemerythrin dan yang lainnya. Satu atom besi akhirnya dikoordinasikan oleh dua monovalen
glutamat, histidin, dan sebuah molekul air dalam geometri oktahedral reguler, sedangkan atom
besi kedua dikoordinasikan lebih lanjut dengan aspartat bidentat, sebuah molekul air dan sebuah
histidin. Kedua geometri ini memiliki ciri bipiramidal oktahedral dan trigonal karena khelat
aspartat dapat dianggap menduduki sebagai dua sisi donor dan memberikan oktahedron
terdistorsi, atau dimanfaatkan oleh satu sisi ekuatorial dari bipiramid trigonal. Tiga daerah
redoks yang mungkin untuk pusat besi dinuclear. Diiron(II) dan diiron(III) telah dikarakterisasi
dengan baik tetapi hanya baru-baru ini bahwa campuran valensi Fe(II) Fe(III) dinyatakan telah
terdeteksi.
Meskipun struktur kristal dalam bentuk penurunan RRB2 belum diselesaikan dengan
pembentukan kembali struktur kristal Mn(II) RRB2 (Gambar. 5,15) menunjukkan bahwa logam
yang dijembatani oleh dua karboksilat bidentat, Glu-115 dan Glu-238, dan tidak terdapat
jembatan-okso. Sisi diiron(II) di RRB2red kemudian diusulkan untuk menjadi serupa dan
mekanisme reduksi pada pusat diiron di RRB2oks telah disajikan (Gambar. 5.16). Ini melibatkan
protonasi jembatan-okso dan pergeseran karboksilat.
Sisi dinuclear dalam mengoksidasi bentuk ribonukleotida reduktase jelas menghadirkan
tantangan untuk pembuat model, tidak hanya dalam rekonstruksi jembatan ganda tetapi juga
dalam sintesis kompleks yang menunjukan tiga cara pengikatan yang berbeda (monodentat,
bidentat, dan jembatannya) untuk mendampingi empat karboksilase. Lawrence Que telah
menyajikan sebuah kompleks bis (μ-carbo-xylato-O,O') diiron(II), [Fe2
(O2CCH3)2¬(TPA)2(BPh4)2 (1)] TPA = tris (2-piridil metil)amina) (Gambar 5.17), yang
berinteraksi dengan dioksigen dalam hadirnya proton untuk memberikan kompleks diiron (III)
(μ-oxo) (μ-karboksilato-O,O'), dan berpendapat bahwa struktur kimia ini mungkin analog dengan
perubahan struktural yang terkait dengan sisi diiron dalam reduktase ribonukleotida.
Gambar. 5.14
Fig.5.15
Fig.5.16
Gambar. 5.17.
Relevansi dari pusat diiron(II) bis (μ-carboxylato-O,O') sebagai motif struktural yang
disarankan oleh struktur kristal Mn(II)-RRB2 yang dibentuk kembali. Ada perbedaan antara
model struktur dari RRB2. Jembatan karboksilat yang digunakan sebagai penghubung adalah
model syn-anti dengan pemisahan intermetalik pada 4.3Å tetapi mereka menjadi seperti syn-syn
dalam protein, seperti penyusunan kembali mangan dalam protein dan di usulkan melalui
pemisahan intermetalik yang lebih pendek dari 3.3Å; kadar oksigen dan nitrogen dari pasangan
donor atom juga berbeda. Kurang lebih, model tersebut dapat dianggap sebagai reaktivitasnya
karena bereaksi dengan dioksigen untuk menghasilkan campuran-okso, jembatan-karboksilato
pada dimer teroksidasi (3) yang mirip dengan yang ditemukan di RRB2oks.
Hubungan struktural antara MMO dan RRB2 memberikan contoh yang menarik tentang
bagaimana alam dapat menggunakan fitur struktural terkait erat dengan perbedaan reaksi
katalisis kimia.