FIXNGEDH bab 1

6
BAB I A. Latar Belakang Kitin tersebar sangat luas di alam dan merupakan turunan selulosa kedua yang sangat melimpah di bumi. Kitin terdapat pada beragam spesies, mulai dari jamur hingga hewan tingkat rendah. Senyawa ini banyak terdapat pada kulit luar hewan golongan invertebrata, beberapa jenis serangga dan jamur, seperti artropoda dan moluska. Cumi–cumi merupakan hewan moluska yang dengan mudah didapatkan dimana pada tulang rawan cumi mengandung senyawa kimia berupa kitin sebesar 97,20%. Kitin merupakan polisakarida yang memiliki gugus N-asetil dan jika diasetilasi akan menghasilkan turunan utama yaitu kitosan. Kitosan adalah polimer alam amino-polisakarida yang menarik perhatian karena memiliki sifat biodegradabilitas, bakteriostatik, bakterisidal, biokompatibilitas, dan regeneratif yang dapat digunakan dalam aplikasi biomedikal. (Agusnar, 2006). Beberapa fungsi kitin dalam bidang biomedikal yaitu penggunaan kitosan sebagai pembungkus obat, kultur sel, remineralisasi tulang, dan berperan dalam penyembuhan luka. Penggunaan kitosan sebagai carier implant terapeutik telah menjadi perhatian dalam penggunaannya untuk perbaikan defek tulang. Apabila dilihat dari sudut pandang praktis, tulang rawan cumi merupakan limbah dari industri makanan laut yang

description

Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.Desain cavosurface margin berbentuk shoulder dan chamfer merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to metal.

Transcript of FIXNGEDH bab 1

BAB I

A. Latar Belakang

Kitin tersebar sangat luas di alam dan merupakan turunan selulosa kedua yang sangat melimpah di bumi. Kitin terdapat pada beragam spesies, mulai dari jamur hingga hewan tingkat rendah. Senyawa ini banyak terdapat pada kulit luar hewan golongan invertebrata, beberapa jenis serangga dan jamur, seperti artropoda dan moluska. Cumicumi merupakan hewan moluska yang dengan mudah didapatkan dimana pada tulang rawan cumi mengandung senyawa kimia berupa kitin sebesar 97,20%. Kitin merupakan polisakarida yang memiliki gugus N-asetil dan jika diasetilasi akan menghasilkan turunan utama yaitu kitosan. Kitosan adalah polimer alam amino-polisakarida yang menarik perhatian karena memiliki sifat biodegradabilitas, bakteriostatik, bakterisidal, biokompatibilitas, dan regeneratif yang dapat digunakan dalam aplikasi biomedikal.

(Agusnar, 2006).Beberapa fungsi kitin dalam bidang biomedikal yaitu penggunaan kitosan sebagai pembungkus obat, kultur sel, remineralisasi tulang, dan berperan dalam penyembuhan luka. Penggunaan kitosan sebagai carier implant terapeutik telah menjadi perhatian dalam penggunaannya untuk perbaikan defek tulang. Apabila dilihat dari sudut pandang praktis, tulang rawan cumi merupakan limbah dari industri makanan laut yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk memproduksi kitin yang akhirnya dapat diolah menjadi kitosan. Kitosan dapat diolah menjadi berbagai bentuk sediaan seperti serbuk dan gel. Kitosan ini merupakan bahan yang sumbernya melimpah dan dapat diperbaharui, maka dalam situasi pengurangan sumber-sumber alam yang berkelanjutan serta perkembangan bioteknologi yang demikian pesat menjadikan pemanfaatan sumber daya alam alternatif(Danilchenko SN, 2009).Berdasarkan fungsi kitosan sebagai bahan remineralisasi tulang, ketersediaan tulang rawan cumi yang cukup mudah didapatkan, disertai dengan harganya yang murah, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak tulang rawan cumi dalam sediaan serbuk dengan percobaan secara in vivo pada tikus.B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh ekstrak kitosan yang terdapat dalam tulang cumi terhadap proses remineralisasi tulang alveolar pada kondisi periodontitis kronis yang mengalami resopsi tulang?

C. Tujuan

1. Mengetahui manfaat ekstrak kitosan dalam dunia kedokteran gigi

2. Mengetahui proses resorpsi tulang alveolar pada kondisi periodontitis kronis

3. Mengetahui pengaruh ekstrak kitosan terhadap proses remineralisasi tulang alveolar pada kondisi periodontitis kronis yang mengalami resopsi tulang.D. Manfaat Penelitian

Penggunaan ekstrak kitosan yang terdapat pada tulang cumi sebagai salah satu alternatif dalam perawatan resopsi tulang pada kondisi periodontitis kronis.E. Keaslian Penelitian

NOJURNALPERSAMAANPERBEDAAN

1JUDUL : SINTESIS KITOSAN DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI

ANTI MIKROBIA IKAN SEGAR

PENULIS : F. Widhi Mahatmanti, Warlan Sugiyo, Wisnu Sunarto

TAHUN : 20101. Bahan utama yang digunakan adalah turunan dari senyawa kitin yaitu kitosan.

1. Sumber kitosan yang digunakan berasal dari sisa kulit udang.

2. Penggunaan kitosan sebagai antimikrobia

3. Tujuan penggunaan kitosan untuk pengawetan ikan laut.

2JUDUL : Sumbangan All-Trans Asam Retinoat (ATRA)

Bagi Penyembuhan Periodontitis

PENULIS : Praptiwi , Siti Fatimah-Muis, Soeharyo Hadisaputro , Suryono

TAHUN : 20111. Tujuan penelitian untuk penanganan kasus jaringan periodontal yaitu periodontitis.

2. Penggunaan teknik penelitian in vivo dengan menggunakan hewan coba yaitu ttikus

1. Bahan utama yang digunakan adalah turunan dari senyawa kitin yaitu kitosan.

Tulang rawan cumicumi yang berupa bagian dalam kulit mengandung senyawa kimia berupa kitin dan kitosan, senyawa ini dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai antibakteri, reminalisasi tulang periodontal, penyembuhan luka, fungistatik, antitumor, antikolesterol,dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena senyawa kitin dan kitosan mempunyai sifat biodegradibilitas (dapat diuraikan oleh mikroorganisme), biokompabilitas, dan mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, dan-lain-lain.

sebagai bahan pengemulsi koagulasi, reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berfungsi sebagai absorben terhadap logam berat.

Kitin merupakan konstituen organik yang sangat penting pada hewan golongan orthopoda, annelida, molusca, corlengterfa, dan nematode. Kitin biasanya berkonyugasi dengan protein dan tidak hanya terdapat pada kulit dan kerangkanya saja, tetapi juga terdapat pada trachea, insang, dinding usus, dan pada bagian dalam kulit pada cumicumi (Clarkson, 2006).

Diketahui bahwa cumi-cumi (Loligo pealli) merupakan hewan invetebrata yang

pada bagian tulang rawan cumi-cumi terkandung kitin yang terikat bersama-sama dengan senyawa anorganik lainnya (Muzzarelli, R.A.A, 1973).

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, Newman., Takei., 2002, Clinical Periodontology 9th ed, WB Saunders, Philadelphia.

Dalimunthe, S.H., 2006, Terapi Periodontal, Universitas Sumatera Utara Press, Medan.Danilchenko SN, 2009, Chitosanhydroxyapatite composite biomaterials made by a one step coprecipitation method: preparation, characterization and in vivo test, Journal of Biological Physics and Chemistry, 9: 119.Prakash S, Sunitha J, Abid S, 2010, Evaluation of HTR polymer (BioplantHTR) as a bone graft material in the treatment of interproximal vertical bony defects: A clinical and radiological study, Indian J Dent Res, 21(2): 179.