fisafat hukum part 4-6.docx

5
Ada orang yang berpendapat bahwa hukum mewajibkan oleh karena menemukan dasarnya dalam ajaran agama. Norma-norma yang pertama-tama diakui sebagai pedoman bagi hidup adalah perintah-perintah agama. Perintah-perintah agama adalah perintah Allah sendiri. Perintah Allah harus ditaati manusia. Inilah pandangan para sarjana yang bersikap fundamentalis dalam hal-hal keagamaan, entah mereka bersandar pada ajaran Kristiani entah pada ajarang Islam. Inilah pandangan filsuf-filsufneokantianisme diantara HANS KELSEN. Diakui bahwa memang peraturan-peraturan hukum mewajibkan. Tetapi kewajiban itu tidak pernah berasal dari peraturan-peraturan sebagai kenyatan. Suatu kenyataan tidak pernha dapat melahirkan suatu kewajiban. Kelsen menegaskan hal ini oleh karena ia tetap berpengang pada perbedaan yang tajam antara ada dan harus (Sein dan Sollen) yang berasal dariKant. Apa yang tidak ada hubungan dengan apa yang harus, yakni kewajiban. Berdasarkan pertimbangan ini Kelsen menarik kesimpula bahwa norma hukum yang menjadi dasar kewajiban bukanlah suatu norma eksistensial yang ada hubungan dengan isi hukum. Norma dasar hukum bersifat formal, yankni hanya ada hubungan dengan bentuk hukum. Norma logis ini ditanggapi sebagai syarat untuk dapat berpikir tentang hukum. Untuk menerangkan apa yang dimaksud dengan etika, kiranya kami dapat bertolak ari suatu definisi yang umumnya diterima: etika adalah ajaran mengenai tingkah laku manusia menurut norma baik dan jahat. Pertanyaan utama disini ialah: dari mana

description

fisafat hukum part 4-6.docx

Transcript of fisafat hukum part 4-6.docx

Page 1: fisafat hukum part 4-6.docx

Ada orang yang berpendapat bahwa hukum mewajibkan oleh karena menemukan dasarnya

dalam ajaran agama. Norma-norma yang pertama-tama diakui sebagai pedoman bagi hidup

adalah perintah-perintah agama. Perintah-perintah agama adalah perintah Allah sendiri.

Perintah Allah harus ditaati manusia. Inilah pandangan para sarjana yang bersikap

fundamentalis dalam hal-hal keagamaan, entah mereka bersandar pada ajaran Kristiani entah

pada ajarang Islam.

Inilah pandangan filsuf-filsufneokantianisme diantara HANS KELSEN. Diakui bahwa

memang peraturan-peraturan hukum mewajibkan. Tetapi kewajiban itu tidak pernah berasal

dari peraturan-peraturan sebagai kenyatan. Suatu kenyataan tidak pernha dapat melahirkan

suatu kewajiban. Kelsen menegaskan hal ini oleh karena ia tetap berpengang pada perbedaan

yang tajam antara ada dan harus (Sein dan Sollen) yang berasal dariKant. Apa yang tidak ada

hubungan dengan apa yang harus, yakni kewajiban.

Berdasarkan pertimbangan ini Kelsen menarik kesimpula bahwa norma hukum yang

menjadi dasar kewajiban bukanlah suatu norma eksistensial yang ada hubungan dengan isi

hukum. Norma dasar hukum bersifat formal, yankni hanya ada hubungan dengan bentuk

hukum. Norma logis ini ditanggapi sebagai syarat untuk dapat berpikir tentang hukum.

Untuk menerangkan apa yang dimaksud dengan etika, kiranya kami dapat bertolak ari

suatu definisi yang umumnya diterima: etika adalah ajaran mengenai tingkah laku manusia

menurut norma baik dan jahat. Pertanyaan utama disini ialah: dari mana datangnya bahwa

gagasan-gagasan tertentu diakui sebagai norma bagi tingkah laku tiap-tipa manusia. Gagasan-

gagasan lain tidak? Pendek kata: dicari dasar etika.

Evidensi ini dapat diringkas dalam rumusan umum: lakukanlah yang baik, hindarkan

lah yang jahat. Evidensi etis ini dapat ditemukan dalam prinsip-prinsip abstrak lain, seperti:

hormati orang lain. Tetapi bagaimana orang lain harus dihormati tidak selalu kentara.

Sebaliknya tentang penerapan prinsip-prinsip mum kepada situasi tertentu perbedaan

pendapat sulit dihindarkan. Namun adanya pelbagai pandangan dapat penilaian etis bukan

berarti bahwa kesadarn atis hilang. Kesadaran etis berarti bahwa diakui adanya perbedaan

baik dan jahat, yang tidak berdasarkan kepentingan individual.

Kewajiban untuk mentaati norma–norma etis disadari manusia dalam segala hubungannya,

yakni terhadapa diri sendiri, terhadapa sesama Allah. Akibatnya dalam hubungan-hubungan

Page 2: fisafat hukum part 4-6.docx

ini manusia tidak bebas mengikuti nafsu individualnya. Ia harus mentaati apa yang baik dan

pantas, dilihat dari fihak nilai-nilai hidup yang umumnya diakui manusia.

Diantara bidang hidup dimanakah kewajiban etis main peranannya pertama-tama

bidang hidup bersama harus disebut. Pertanyaan yang timbul dalam bidang ini ialah:

kewajian etis untuk hidup bersama titik tolaknya darimana?

Dapat disimpulkan bahwa prinsip hukum sam dengan prinsip etika. Seperti etika

hukum pun berdasar pada martabat manusia sebagai pribadi. Kewajiban yang ada dalam

hukumberasal dari kenyataan yang sama. Semua pripsip lain seperti prinsip-prinsip keadilan,

prinsip-prinsip ketuhanan manusia atau hak manusia merupakan kesimpulan dari prinsip

utama tadi, yakni martabat manusia sebagai pribadi.

Hubungan antara etika atau moral dengan hukum merupakan salah satu pokok

pemikiran para ahli filsafat hukum sampai abad ini (a.I.PUFENDORF, THOMASIUS,

KANT, STAMMLER, RADBRUCH, HART, REINACH, MESSNER). Jelaslah urainnya

meraka tentang hukum tidak sama dengan etika.

Dalam lintasan sejarah kepekaan terhadap martabat manusia makin meningkat. Oleh

karena itu dalam memikirkan masalah-masalah hukum, hukum makin digabungkan dengan

hak-hak manusia.

Pendek kata, menurut tanggapan umum peranan hukum adalah menciptakan suatu

aturan masayarakat yang baik sehingga hak-hak manusia terjamin.

Tanpa hukum hidup manusia menjadi kacau. Tanpa hukum manusia kehilangan

kemungkinan untuk berkembang secara manusiawi.

Orang yang menurut jalan pemikiran ini sebenernya meletakkan suatu dasar lain bagi

dibentuknya hukum. Hukum dibentuk untuk menjaga keamanan. Tanpa hukum hidup

manusia tidak aman, selalu diancam oleh orang lain yang ingin mewujudkan cita-cita yang

melawan cita-cita sendiri.

Teori empirisme ini diambil alih oleh beberapa tokoh neopositivisme. Menurut

filsafat mereka hukum berfungsi sebagai penjaga keamanan dalam hidup bersama. Orang

harus bersedia untuk membatasi kebebasannya untuk dapat menikmati keamanan dalam

hidup pribadi.

Page 3: fisafat hukum part 4-6.docx

Pemikiran negatif terhadap hukum merupakan juga latar belakang filsafat hukum

dalam alirang-aliran eksistensialisme, filsuf-filsuf eksistensialisme menekan kebebasan

manusia sebagai kebebasan individual. Titik tolak ini tidak memungkinkan mereka lagi untuk

memandang hukum sebagai gejalaa yang wajar, oleh sebab hukum yang bersifat umum itu

sulit diperdamaikan dengan manusia dalam perkembangan pribadinya. Manusia harus

berkembang sekalipun kelakuannya diatur oleh hukum. Hukum membatasi kebebasannya,

lain tidak.

Justru karena perbedaan ini hukum dibutuhkan. Hukum mengatur hidup bersama

dengan menentukan manakah hak dan kewajiban tiap-tiap manusia pribadi dalam hidup

bersama. Namun pada dasarnya pribadi dan hidup bersama tidak saling bersaingan, asal saja

aturan hukum yang ditentukan tepat.

Tujuan hukum ialah mewujudkan suatu masyarakat yang memelihara kepentingan

umum, yang menjaga hak-hak manusia, yang menciptakan suatu hidup bersama yang adil.

Namun suatu masyarakat ideal tidak pernah akan dicapai. Hal ini dijelaskan oelh orang yang

mendapatkan inspirasi dari fihak agama. Menurut agama manusia berdosa, artinya

kepentingan individual didahulukan diatas kepentingan umum, hak-hak manusia dilanggar,

keadilan dalam hidup bersama tidak dihiraukan lagi (Messner, dll)

Pengadilan itu tidak hanya dibentuk untuk bertindak terhadap pelanggar-pelanggar

hukum (hukum pidana), tetapi juga untuk menjadi wasit dalam persaingan antara kepentingan

-kepentingan individual. Itu tidak berarti kepentingan individual menjadi prinsip hukum.

Seandainya kepentingan individual menjadi prinsip hukum ketidakadilan dapat dibenarkan

juga demi kepentingan individual.