Pedosfer Part 1

40
Proses Terbentuknya Tanah Klasifikasi Tanah Degradasi lahan Jenis Tanah di Indonesia Persebaran Tanah 2 Pedosfer

Transcript of Pedosfer Part 1

Page 1: Pedosfer Part 1

Proses Terbentuknya Tanah

Klasifikasi Tanah

Degradasi lahan

Jenis Tanah di Indonesia

Persebaran Tanah

2Pedosfer

Page 2: Pedosfer Part 1

Disusun :Resti Widya Astuti

Sudbudia Sudarmawati Mursalim

Menganalisis proses pembentukan tanah di Indobesia

Menganalisis proses pembentukan tanah di Indobesia

Page 3: Pedosfer Part 1

Pengertian Tanah dan LahanPengertian Tanah dan Lahan

Tanah dalam bahasa Inggris disebut soil. Menurut Dokuchaev tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.

Lahan dalam bahasa Inggris disebut land. Lahan merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.

>>Lahan lebih luas daripada tanah.

Page 4: Pedosfer Part 1

Komposisi Tanah

Tanah tersusun atas lima komponen, yaitu:1. Partikel mineral berupa bahan anorganik2. Bahan organik3. Air4. Udara5. Jasad Renik.

Page 5: Pedosfer Part 1

1. Warna tanahFaktor yang mempengaruhi antara lain: kadar kelembaban tanah dan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.

2. Ukuran partikel tanaha. Kerikilb. Pasirc. Debud. Lemping (Clay)

3. Tekstur tanahMenunjukkan sifat halus/kasarnya butiran tanah.

Page 6: Pedosfer Part 1

4. Struktur tanaha. Remahb. Kepingc. Gumpald. Hubus gumpale. Prismatikf. Bertiang

Perubahan struktur tanah dipengaruhi perubahan tekstur akibat:

Kelembaban dan pertukaran udara Pengambilan/penambahan unsur hara Mekanisme pertumbuhan akar tanaman Pengaruh kegiatan organisme dalam tanah

Page 7: Pedosfer Part 1

Keterangan :T = Tanahf = faktori = iklimo = organismeb = bahan indukt = topografiw = waktu

Keterangan :s = soilf = factorcl = climateo = organismr = reliefp = parent materialt = time

T = f (i, o, b, t, w) s = f (cl, o, r, p, t)

Ada beberapa faktor penting yang memengaruhi proses pembentukan tanah. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Page 8: Pedosfer Part 1

IklimClimate

Dua unsur utama iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah:

1.Suhu atau temperaturSuhu akan berpengaruh terhadap proses

pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.

2.Curah hujanCurah hujan akan berpengaruh terhadap

kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

Page 9: Pedosfer Part 1

OrganismeOrganismMeliputi vegetasi, jasad renik, atau mikroorganisme.Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal :1.Membuat proses pelapukan, baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.2.Membantu proses pembentukan humus.3.Vegetasi hutan dapat membentuk tanah.4.Kandungan unsur-unsur kimia pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.

Page 10: Pedosfer Part 1

Bahan IndukParent MaterialTerdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf.Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya.

Page 11: Pedosfer Part 1

TopografiReliefKeadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:1.Tebal atau tipisnya lapisan tanahDaerah yang memiliki topografi miring dan berbukit

lapisan memiliki tanah yang lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar, lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.

2.Sistem drainase atau pengaliran3.Daerah yang drainasenya buruk, seperti tergenang

menyebabkan tanahnya menjadi asam.

Page 12: Pedosfer Part 1

WaktuTimeKarena proses pembentukan tanah yang terus

berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi :

1.Tanah muda, ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antar abahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya.

2.Tanah dewasa, ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B.

3.Tanah tua, proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3.

Page 13: Pedosfer Part 1

Profil Tanah

Profil tanah adalah susunan tanah berdasarkan lapisan-lapisan tertentu yang menunjukkan tingkat kepadatan, ketebalan, warna, dan tekstur yang berbeda-beda. Lapisan-lapisan tanah tersebut dinamakan horizon. Sebuah horizon tanah merupakan penampang melintang dari permukaan tanah hingga ke bahan induk tanah.

1.Horizon O : lapisan permukaan, terdapat banyak akar tanaman dan jasad renik tanah. Lapisan ini berwarna gelap dan kaya akan humus.

2.Horizon A : zona eluviasi yang masih mempunyai banyak humus. Lapisan ini warnanya keabu-abuan dan lebih pucat.

3.Horizon B : zona akumulasi yang sedikit sekali lapisan humusnya, tempat diendapkannya sebagian mineral yang hanyut dari horizon A.

4.Horizon C : zona terjadinya pelapukan bahan induk tanah.

5.Horizon R : zona bahan induk tanah (padas asli).

Page 14: Pedosfer Part 1

Proses Pembentukan Tanah

1. Additions : penambahan air (hujan, irigasi), nitrogen dari bakteri pengikat N, energi dari sinar matahari, dsb.

2. Losses : dihasilkan dari kemikalia yang larut dalam air, adanya erosi, pemanenan atau penggembalaan, denitrifikasi, dll.

3. Transformation : terjadi karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses dekomposisi bahan organik, pembentukan material tidak larut dari material yang larut.

4. Translocation : terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme di dalam tanah misalnya clay beregrak ke lapisan yang lebih dalam atau gerakan garam terlarut ke permukaan karena evaporasi.

Page 15: Pedosfer Part 1

Proses Perkembangan TanahProses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik.1.Fase pembentukan horizon-horizon utama tanah

Pada fase ini peranan semua faktor pembentuk tanah menjadi sangat penting.a.Tahap Pembentukan Horizon C

Tahap pembentukan Horizon C yaitu tahap pelapukan batuan menjadi tanah mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. b.Tahap pembentukan Horizon O dan atau Pertumbuhan Vegetasi

Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di ats horozon C kemudian mati atau melepas sisa-sisa bagian tanaman yang mati, tertimbun di permukaan atau kemudian terdekomposisi menjadi humus atau tetap berupa seresah. Timbunan ini membentuk horizon O (organik) atau H (histik).

Page 16: Pedosfer Part 1

c. Tahap Pembentukan Horizon AHorizon A terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan organik yang dapat dilakukan oleh organisme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme), manusia (pengolahan tanah dan pemupukan), dan proses alam lainya.

d.Tahap Pembentukan Horizon B Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya

pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A hingga terbentuk horizon Albik (E) kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi).

2.Fase pembentukan horizon-horizon penciri tanahPada fase ini terjadi perkembangan horizon utama tanah yang

berkorelasi atau sejalan dengan proses pedogenesis tanah sebagai akibat terus bekerjanya faktor pembentuk tanah yang bersifat sebagai faktor pengubah sifat jenis tanah.

a.Pembentukan horizon penciri pada permukaan tanah.b.Pembentukan horizon penciri pada subhorizon ( horizon

bawah permukaan).

Page 17: Pedosfer Part 1

Penghambat Perkembangan Profil TanahBerbagai kondisi yang menghambat perkembangan profil tanah :

1. curah hujan rendah (pelapukan rendah, material terlarut yang tercuci sedikit)

2. kelembaban relatif rendah (pertumbuhan mikroorganisme seperti alga, fungi, lichenes rendah)

3. bahan induk mengandung sodium karbonat atau lime yang tinggi (material tanah rendah mobilitasnya)

4. bahan induk mengandung kuarsa yang tinggi dengan kandungan debu dan clay rendah (pelapukan lambat, gerakan koloid rendah)

5. kandungan clay tinggi (aerasi jelek, pergerakan air lambat)

6. bahan induk resisten misal quartzite (pelapukan lambat)

7. kelerengan tinggi (erosi menyebabkan hilangnya lapisan top soil; pengambilan air tanah rendah)

Page 18: Pedosfer Part 1

8. tingginya air tanah (pencucian rendah, laju pelapukan rendah)

9. suhu dingin (semua proses pelapukan dan aktivitas mikrobia lambat)

10. akumulasi material secara konstan (material baru menyebabkan perkembangan tanah menjadi baru)

11. erosi air dan angin yang berat (tereksposnya material baru )

12. Pencampuran oleh binatang dan manusia (pengolahan tanah, penggalian) akan meminimalisir pergerakan koloid ke bagian tanah lebih dalam

13. Adanya subtansi racun bagi tanaman, misal garam yang berlebihan,heavy metal, herbisida yang berlebihan

Page 19: Pedosfer Part 1

SESI PERTANYAANSESI PERTANYAAN

Page 20: Pedosfer Part 1

Disusun :Deynanti PrimalailaDini Aprilia Norvyani

Mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan kesuburannya

Page 21: Pedosfer Part 1

Klasifikasi tanah adalah suatu cara pengelompokan tanah berdasarkan sifat dan ciri tanah yang sama atau hampir sama, kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami dan dibedakan dengan tanah-tanah lainnya. Setiap jenis tanah memiliki sifat dan ciri tertentu dan berbeda dengan jenis tanah lainnya. Setiap jenis tanah memiliki sifat, ciri, potensi kesesuaian tanaman dan kendala tertentu untuk pertanian sehingga memerlukan teknologi pengelolaan tanah yang spesifik untuk dapat berproduksi optimal. Berdasarkan bahan pembentukannya, tanah dibedakan atas tanah organik dan tanah mineral. Sistem ini dibangun berdasarkan morfo-genesis tanah (sifat morfologi dan proses pembentukan tanah dari asal bahan induk tanah).

Page 22: Pedosfer Part 1

Spodosols adalah tanah bertipe debu keabu-abuan horizon permukaan atas. Spodosols terjadi pada daerah humid di boreal (dingin) dan berlokasi di tropic. Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri dari horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung dan tuff vulkan masam.Zona spodosols terjadi dalam wilayah dengan kondisi iklim yang tidak berubah-ubah dari sebagian besar lahan yang diolah.

Page 23: Pedosfer Part 1
Page 24: Pedosfer Part 1

Andisols berasal dari kata ando yang berarti tanah hitam, adalah tanah yang berwarna gelap khususnya pada lapisan atas. Umumnya dibentuk dari endapan vulkanik dan oleh karena itu mereka pada umumnya ditemukan di dataran tinggi di sekitar gunung api. Total luas sekitar 5.39 juta ha atau 2.9% dari lahan yang ada di Indonesia.

Page 25: Pedosfer Part 1
Page 26: Pedosfer Part 1

Ultisols

Ultisols berasal dari kata ultimus yang artinya selesai, merupakan tanah-tanah yang berwarna kuning merah dan telah mengalami pencucian yang sudah lanjut. Dikenal luas sebagai podsolik merah kuning. Tanah-tanah ini mendominasi lahan kering yang ada di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ultisols merupakan tanah penting yang ada di Indonesia, dengan luas 48,3 juta ha atau sekitar 29,7% dari total tanah di Indonesia dan sekitar 56% dari total tanah kering yang ada di Indonesia. Penyebaran Ultisols di Indonesia meliputi daerah sepanjang sungai-sungai besar yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya serta di daerah lembah dan dataran tinggi.

Page 27: Pedosfer Part 1
Page 28: Pedosfer Part 1

Mollisols (mollis-halus) adalah tanah-tanah mineral yang mempunyai morfologi serupa dengan tanah-tanah praire. Lapisan atasnya tebal (10-40 cm), dan berwarna gelap atau abu gelap, kaya bahan organik dan basa-basa dan pH nya netral. Umumnya dibentuk dari bahan batuan kapur dan proses pembentukannya sangat dipengaruhi oleh iklim. Luas tanah ini sekitar 9.91 juta ha atau 5.3% dari total daratan Indonesia.

Page 29: Pedosfer Part 1
Page 30: Pedosfer Part 1

Oxisols (oxide, oksida) adalah tanah-tanah yang telah mengalami pencucian yang intensif dan miskin hara, tinggi kandungan AL dan Fe. Seperti halnya Ultisols, mereka mendominasi lahan kering dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Jenis tanah ini biasanya berusia tua dan kebanyakan dapat ditemukan di Sumatera Selatan, Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, dan Lampung.

Page 31: Pedosfer Part 1
Page 32: Pedosfer Part 1

Entisols (recent- holosin, berarti tanah mineral yang masih muda). Dibentuk dari sedimen vulkanik, batuan kapur dan metamorfik. Aluvial, Regosol dan Litosol termasuk dalam jenis ini. Di Indonesia, tanah Entisols kebanyakan dapat ditemukan di Papua, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Page 33: Pedosfer Part 1
Page 34: Pedosfer Part 1

HistosolsHistosolsHistosols (histos, jaringan tanaman, solum, tanah). Terbentuk dari pembusukan jaringan tanaman sehingga mengandung banyak bahan organik. Histosols dikenal juga dengan tanah gambut. Contoh jenis tanah ini adalah tanah organosols. Di Indonesia, tanah Histosols kebanyakan ditemukan di Riau, Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Sumatra Selatan.

Page 35: Pedosfer Part 1
Page 36: Pedosfer Part 1

Inceptisols (inceptum- mulai mengembang) adalah tanah-tanah mineral yang secara berangsur memperlihatkan horizon pedogenik. Tanah mineral yang usianya masih muda. Contoh jenis tanah ini adalah tanah latosol, alluvial, brown forest, solonsak, dan humic gley. Di Indonesia, tanah Inceptisols kebanyakan dapat ditemukan di Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Maluku.

Page 37: Pedosfer Part 1
Page 38: Pedosfer Part 1

Vertisols

Vertisols (verto, reversed) adalah tanah mineral dengan warna abu kehitaman, mengandung lempung 30%, terdapat di daerah beriklim kering dan memiliki batuan induk kaya akan kation. Di Indonesia, tanah vertisols kebanyakan dapat ditemukan di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Page 39: Pedosfer Part 1
Page 40: Pedosfer Part 1

SESI PERTANYAANSESI PERTANYAAN