Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011
-
Upload
nawakamal-foundation -
Category
Documents
-
view
460 -
download
6
Transcript of Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 1/44
Laporan Akhir
PROGRAM MERP-PERTANIANMerapi Early Recovery ProgrammeFebruari - Juni 2011
Yogyakarta, Juli 2011
Yayasan NawakamalJl. STM Pembangunan No. 6-A
Mrican, Yogyakarta 55281Telp/Fax: 0275 552890
Email: [email protected]
nawakamalfoundation.wordpress.com
Yayasan Nawakamal
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 2/44
Kata Pengantar
Laporan ini merupakan Laporan Akhir sebagai pertanggungjawaban implementasi kegiatan
program MERP (Merapi Early Recovery Programme)‐Pertanian selama periode Februari 2011
sampai Juni 2011, yang diimplementasikan di 7 desa di Kecamatan Dukun dan 1 desa di
Kecamatan Salam Kabupaten Magelang‐Jawa Tengah, kerja sama antara Save the Children dan
Yayasan Nawakamal‐Yogyakarta. Nawakamal mengucapkan banyak terima kasih atas
kepercayaan untuk mengimplementasi MERP‐Pertanian ini. Akhir kata semoga semua ini
bermanfaat bagi kita bersama.
Yogyakarta, Juni 2011
Yayasan Nawakamal
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. i
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 3/44
Daftar Isi
Kata Pengantar | Hal. i
Daftar Isi | Hal. ii
Daftar Tabel dan Bagan | Hal. iii
Executive Summary | Hal. iv
Bagian 1 : Pendahuluan
1. Latar Belakang Program MERP | Hal. 1
2. Gambaran Umum Program | Hal. 1
2.1. Tujuan Program | Hal. 1
2.2. Tujuan Khusus | Hal. 1
2.3. Hasil Yang Diharapkan | Hal. 2
2.4. Sasaran Program dan Kewilayahan | Hal. 2
2.5. Strategi Program | Hal. 2 2.6. Pengorganisasian Kegiatan (Tim Proyek) | Hal. 3 2.7. Kegiatan‐Kegiatan Yang Dilakukan | Hal. 4 2.8. Kegiatan Masa Perpanjangan | Hal. 6
Bagian 2 : Diskripsi Implementasi
1. Dari Recovery ke Pemberdayaan | Hal. 8 2. Profil Wilayah Program dan Sasaran | Hal. 9
3. Pengorganisasian Kelompok | Hal. 10
3.1. Menyiapkan Kelompok dan Sosialisasi Program | Hal. 10 3.2. Variasi Besarnya Kelompok | Hal. 10 3.3. Strategi Pendampingan Kelompok | Hal. 10 3.4. Perkembangan “Performa” Kelompok | Hal. 11
4. Media Tanam Polybag | Hal. 12 4.1. Pelaksanaan Distribusi Polybag | Hal. 12 4.2. Isu‐Isu Seputar Media Tanam Polybag | Hal. 13
5. Pengembangan Kapasitas | Hal. 13
5.1. Pelatihan Pembekalan Petugas Lapangan | Hal. 13 5.2. Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan | Hal. 14 5.3. Pelatihan Komposting | Hal. 15 5.4. Transfer Pengetahuan Di Tingkat Kelompok | Hal. 16 5.5. Workshop Pengorganisasian Kelompok | Hal. 17
6. Media Penyadaran: Film dan Buku Panduan | Hal. 20 7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman | Hal. 20
7.1. Capaian Target Penanaman di Masyarakat | Hal. 20 7.2. Beragamnya proses Penanaman | Hal. 22 7.3. Pemeliharaan Tanaman: Kompos dan Pestisida Organik | Hal. 24
8. Panenan dan Konsumsi Makanan Sehat Organik (Hasil Studi) | Hal. 25 8.1. Gambaran Akurasi Studi Baseline‐Endline | Hal. 25
8.2. Perkembangan Jumlah Pemanen | Hal. 25 8.3. Aktivitas Konsumsi Atas Hasil Panen | Hal. 26 8.4. Kata Mereka: “Enak, Renyah dan Lebih Irit” | Hal. 26
9. Inisiatif Jaringan Antar Kelompok | Hal. 27 10. Hasil Studi Evaluasi Partisipatif | Hal. 29
Bagian 3. Capaian, Kendala, dan Lesson Learned 1. Capaian Kegiatan | Hal. 34
2. Kendala‐Kendala Kegiatan | Hal. 35 3. Lesson Learned | Hal. 35
Bagian 4. Penutup: Agenda‐Agenda ke Depan | Hal. 38
Lampiran‐Lampiran
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. ii
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 4/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. iii
Daftar Tabel dan Bagan
Daftar Tabel :
Tabel 1. Gambaran Target Sasaran Program (Implementasi) | Hal. 9
Tabel 2. Variasi Jumlah Anggota Kelompok | Hal. 10 Tabel 3. Target Besaran Distribusi Polybag | Hal. 12 Tabel 4. Profil Peserta Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan Tahap 1 | Hal. 14 Tabel 5. Profil Peserta Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan Tahap 2 | Hal. 14 Tabel 6. Peserta Keseluruhan Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan | Hal. 15 Tabel 7. Profil Peserta Pelatihan Kompos Tahap 1 | Hal. 15 Tabel 8. Profil Peserta Pelatihan Kompos Tahap 2 | Hal. 16 Tabel 9. Peserta Keseluruhan Pelatihan Komposting | Hal. 16 Tabel 10. Rekap Jumlah Pertemuan dan Pelatihan Dilaksanakan Kelompok | Hal. 16 Tabel 11. Capaian Partisipasi Penanaman | Hal. 20
Tabel 12. Kategorisasi Jenis Tanaman Yang Ditanam | Hal. 21
Tabel 13. Jumlah Penanam Dari 10 Jenis Tanaman Terbanyak Di Tanam Di Wil.
OFDA
| Hal. 21
Tabel 14. Jumlah Penanam Dari 10 Jenis Tanaman Terbanyak Di Tanam Di Wil.
AUSAID | Hal. 22
Tabel 15. Perkembangan Jumlah Pemanen | Hal. 25
Tabel 16. Prosentase Konsumsi Keluarga dan Sumber Konsumsi | Hal. 26
Daftar Bagan :
Bagan 1. Gambaran Performa Kelompok | Hal. 11 Bagan 2. Prosentase Jumlah Penanam Menurut Kategori Tanaman di Desa‐Desa
OFDA
| Hal. 22
Bagan 3. Prosentase Jumlah Penanam Menurut Kategori Tanaman di Desa‐Desa
AUSAID
| Hal. 22
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 5/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. iv
Executive Summary
Program MERP (Merapi Early Recovery Programme)‐Pertanian telah diimplementasikan oleh
Save the Children bekerja sama dengan Yayasan Nawakamal‐Yogyakarta pada Februari 2011
sampai Mei 2011, yang kemudian dilanjutkan dalam masa perpanjangan bulan Juni 2011.
Program ini dilaksanakan di 7 desa di wilayah Kec. Dukun dan 1 desa di wilayah Kec. Salam,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Besaran sasaran program sebanyak 5.723 KK yang
tergabung ke dalam 92 kelompok, tersebar di 60 dusun di 8 desa sasaran.
Tujuan umum MERP‐Pertanian adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga‐
keluarga korban erupsi Merapi melalui upaya budidaya pertanian pekarangan dan training
pengembangan kapasitas yang dibutuhkan agar mereka mampu memulai penghidupan mereka.
Sementara hasil yang diharapkan adalah: (1) Terdistribusi Cash‐Grant kepada setiap KK, dimana
masing‐masing KK akan menerima Rp. 200.000,‐ untuk kegiatan budidaya pertanian yang sudah
mereka rencanakan; (2) Terdistribusi sebanyak 200 polybags kepada seluruh KK sasaran
program; (3) Sebanyak 80 perempuan perwakilan kelompok‐kelompok perempuan mengikuti
training budidaya pertanian pekaragangan; (4) Sebanyak 80 perempuan perwakilan kelompok‐
kelompok perempuan mengikuti training tehnik‐tehnik membuat kompos; (5) KK sasaran
program budidaya pertanian pekarangan memperoleh hasil produksi (panen) dari budidaya
pertanian pekarangan mereka; dan (6) Diperkirakan sebesar 70% KK sasaran program
mengkonsumsi hasil budidaya pertanian pekarangan mereka.
Nawakamal mempersiapkan sebuah tim proyek sebanyak 13 orang untuk mengimplementasi
program tersebut. Mereka terdiri atas 1 orang koordinator proyek, 3 orang konsultan di bidang
pertanian, 8 orang petugas lapangan, dan 1 orang administrasi. Para petugas lapangan tersebut
bertanggung jawab antara 10 – 12 kelompok. Seluruh rangkaian kegiatan yang telah
dilaksanakan antara lain: (1) Training pembekalan untuk tim proyek; (2) Diskusi penyamaan
persepsi program dengan Save the Children; (3) Pelatihan budidaya tanaman pekarangan, yang
telah dilakukan dalam 2 tahap; (4) Pelatihan pengelolaan limbah sampah rumah tangga
(pelatihan komposting), yang juga dilakukan dalam 2 tahap; (5) Pelatihan pengorganisasian
kelompok, yang dilakukan dalam 2 tahap; (6) Pembuatan buku panduan budidaya pertanian
pekarangan; (7) Pembuatan film tentang budidaya pertanian pekarangan; dan (8) Studi evaluasi
partisipatif.
Dari proses implementasi program telah diperoleh hasil capaian sebagai berikut: (1) Sebanyak
5.719 KK telah menerima Casg‐Grant Pertanian per KK Rp. 2.000,‐; (2) Dari jumlah KK tersebut
sudah terbentuk kelompok sebanyak 92 kelompok; (3) Sebanyak 5.723 KK dari 92 kelompok yang
terbentuk telah menerima polybag. Bertambah 23 KK (dari 5.700 KK) sebaba di Desa Gulon
tumbuh inisiatif masyarakat membagi polybag kepada KK lain; (4) Sebanyak 114 perempuan dari
92 kelompok telah mendapatkan pelatihan budidaya pertanian pekarangan; (5) Sebanyak 134
perempuan dari 92 kelompok telah mendapatkan pelatihan komposting (pengelolaan limbah
sampah rumah tangga); (6) Di tingkat kelompok telah terjadi pertemuan maupun pelatihan yang
dilakukan secara ”mandiri” sebanyak 130 kali pertemuan/pelatihan yang diikuti total 3.561
perempuan; (7) Sebanyak 248 kader di 92 kelompok telah mendapatkan pelatihan. Jadi rata‐rata
di setiap kelompok tersedia antara 2 sampai 3 kader terlatih; (8) Telah terdistribusi sebanyak 240
Buku panduan budidaya pekarangan untuk kelompok, PKK, pemerintah Desa dan Kecamatan; (9)
Telah terdistribusi sebanyak 95 keeping film tentang budidaya pertanian pekarangan untuk
seluruh kelompok dan desa; (10) Sebanyak 5.670 KK (99%) dari 5.723 KK penerima polybag telah
melakukan penanaman dengan berbagai jenis tanaman antara 7 sampai 15 jenis tanaman; (11)
Sebesar 90% dari 5.723 KK penerima polybag, atau sekitar 5.150 KK telah meningkat produksinya
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 6/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. v
dengan kata lain telah memperoleh panen; (12) Sebanyak minimal 80% dari sasaran program
5.723 KK, atau sekitar 4.578 KK telah mengkonsumsi hasil panen budidaya pertanian pekarangan
mereka; (13) KK yang telah memanen dan mengkonsumsi tersebut mengatakan bahwa mereka
dapat menghemat pengeluaran belanja keluarga untuk membeli sayuran antara Rp. 2.000
sampai Rp. 3.000 per hari; (14) Telah terbentuk simpul‐simpul jaringan petani perempuan antar
desa.
Disamping uraian‐uraian hasil capaian program yang bersifat kuantitatif seperti terpapar di atas,
di dalam lapaoran ini juga disampaikan uraian‐uraian yang bersifat kualitatif. Uraian kualitatif ini
sangat “kaya” variasinya baik dalam tema pengorganisasian kelompok, proses‐proses
penanaman, variasi dalam pemeliharaan tanaman, panen dan konsumsi, juga uraian‐uraian
variasi dalam tema‐tema “gender”.
Studi evaluasi partisipatif yang dilakukan di 2 sample wilayah secara garis besar menunjukkan
para perempuan mengungkapkan bahwa dirinya dan keluarganya memperoleh manfaat yang
sangat berarti dari MERP‐Pertanian ini. Manfaat yang boleh dikata cukup signifikan itu bukan
secara
dalam
arti
perempuan
sebagai
“individu”,
tetapi
juga
perempuan
sebagai
subyek
penting
di dalam keluarga, dalam dialog dengan laki‐laki, juga dalam ranah relasi sosial mereka. Yang
paling nampak nyata adalah bahwa mereka mempunyai tanaman sayur yang bisa dipanen
sewaktu‐waktu dan mampu menghemat biaya antara Rp. 2.000 – Rp. 3.000 per hari. Kata para
anggota keluarga mereka rasa sayur mayur mereka lebih enak dan renyah. Dalam ranah relasi
sosial perempuan menjadi semakin “percaya diri” berdiskusi di kelompok mereka men‐sharing‐
kan penemuan, pengalaman, bahkan kegagalan mereka dalam proses penanaman dan
pemeliharan tanaman pekarangan mereka.
MERP‐Pertanian bisa dipandang sebagai “gerakan” perempuan yang luas dengan cakupan yang
relatif besar di Kab. Magelang. Gerakan perempuan tersebut bahkan “bermain” dalam ranah
sosial
ekonomi
yang
paling
pokok
bagi
masyarakat
lereng
Merapi,
yaitu
ranah
pertanian.
Gerakan tersebut telah menarik minat beberapa ibu kepala desa, bahkan ibu camat, dan juga
Wakil Bupati Kab. Magelang. Gerakan yang begitu potensial ini perlu diberi “wadah” agar tidak
segera melempem, dan oleh karena itu bentuk‐bentuk simpul jaringan awal telah diinisiasi oleh
Nawakamal. Tentu saja inisiasi mengenai simpul jaringan akan terus didampingi sampai
memperoleh bentuknya yang paling baik bagi kelompok‐kelompok perempuan tersebut.
Semoga program ini bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Juni 2011
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 7/44
Bagian 1:
Pendahuluan
1. Latar Belakang Program MERP
Pada Oktober 2006 terjadi bencana erupsi Merapi yang telah melanda ke beberapa
kabupaten seperti Kab. Sleman (DIY), Kab. Klaten, Kab. Boyolali, dan Kab. Magelang. Bencana
tersebut telah memporakporandakan pemukiman penduduk, lingkungan dan kegiatan
ekonomi masyarakat. BNPB menginformasikan bahwa bencana tersebut menewaskan 324
orang dan sebanyak 362.642 orang mengungsi.
Ketika pemerintah telah menurunkan radius bahaya erupsi Merapi dari 20 Km menjadi 15 Km
dan 10 Km pada 14 dan 19 November 2010 lalu, sebanyak 160.000 penduduk telah kembali
ke desa masing‐masing. Di desa mereka menghadapi berbagai permasalahan. Pertama,
banyak rumah mengalami kerusakan tingkat sedang yang masih bisa dihuni sampai kerusakan parah yang sama sekali tidak bisa dihuni. Kedua, masyarakat tidak memiliki akses
air bersih. Dilaporkan bahwa minimnya ketersediaan air bersih ini terjadi hampir di semua
area bahaya erupsi merapi. Ketiga, rendahnya ketersediaan pangan bagi keluarga sebab hasil
pertanian rusak parah sementara mereka tidak mempunyai uang cash untuk membeli bahan
makanan. Di Kab. Magelang 43% penduduk hidup dari lahan pertanian di kawasan Merapi,
sementara itu sebesar 80% kawasan pertanian tersebut rusak karena bencana Merapi.
Keempat, oleh karena kerusakan ekonomi masyarakat tersebut maka hampir sebagian besar
keluarga mengalami kesulitan untuk menyekolahkan anak‐anak mereka, para ibu hamil dan
menyusui menjadi sangat rentan untuk menjaga kesehatan mereka dan anak‐anak balita
menghadapi tingkat asupan gizi yang menurun.
Program yang diimplementasikan ini didesain untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang
mendesak dalam fase “early recovery response” bencana erupsi Merapi di sebagian wilayah
Kab. Magelang. Sasaran program MERP (Merapi Early Recovery Programme)‐Bidang
Pertanian ini sebesar 5.700 KK (diperkirakan sebanyak 22.800 orang) dengan tujuan besar: (1)
membantu ketersediaan pangan dan kebutuhan mendasar lainnya, dan (2) membantu
keluarga‐keluarga memulai mengembangkan ekonomi pertanian mereka.
2. Gambaran Umum Program
2.1. Tujuan Program:
Memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga‐keluarga korban erupsi Merapi melalui
upaya budidaya pertanian pekarangan dan pengembangan kapasitas yang dibutuhkan agar
mereka mampu memulai penghidupan mereka.
2.2. Tujuan Khusus:
(1) Sebanyak 5.700 KK yang tergabung di dalam 80 kelompok petani perempuan, melakukan
budidaya pertanian di pekarangan mereka.
(2) Sekitar 70% dari rencana sasaran program di atas (5.700KK) menanam budidaya tanaman
di pekarangan mereka.
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 1
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 8/44
2.3. Hasil Yang Diharapkan:
Berdasarkan dokumen proposal kerja sama, maka dapat digambarkan bahwa hasil yang
diharapkan dari MERP‐pertanian ini sebagai berikut:
(1) Terdistribusi Cash‐Grant kepada setiap KK, dimana masing‐masing KK akan menerima Rp.
200.000,‐ untuk kegiatan budidaya pertanian yang sudah mereka rencanakan. (2) Terdistribusi sebanyak 200 polybag kepada seluruh KK sasaran program.
(3) Sebanyak 80 perempuan perwakilan kelompok‐kelompok perempuan mengikuti training
budidaya pertanian pekaragangan.
(4) Sebanyak 80 perempuan perwakilan kelompok‐kelompok perempuan mengikuti training
tehnik‐tehnik membuat kompos.
(5) KK sasaran program budidaya pertanian pekarangan memperoleh hasil produksi (panen)
dari budidaya pertanian pekarangan mereka.
(6) Diperkirakan sebesar 70% KK sasaran program mengkonsumsi hasil budidaya pertanian
pekarangan mereka.
2.4.
Sasaran
Program
dan
Kewilayahan:
Berdasarkan dokumen proposal kerja sama, maka dapat digambarkan bahwa sasaran
program (beneficiaries) dan sasaran wilayah kegiatan adalah sebagai berikut:
(1) Di wilayah program A, sasaran program sebanyak 2.000 KK yakni di :
Kecamatan Dukun, yakni:
1. Desa Ngargomulyo
2. Desa Sumber.
(2) Di wilayah program B, sasaran program sebanyak 3.700 KK, yakni di: Kecamatan Dukun:
3. Desa Keningar
4. Desa Kalibening 5. Desa Mangunsuko
6. Desa Sewukan
7. Desa Paten
Kecamatan Salam:
8. Desa Gulon
2.5. Strategi Program:
(1) Dukungan “Cash Grant”: Cash Grant akan diberikan kepada 5.700 kelurga masing‐masing
sebesar Rp. 890.000, dengan perincian : (a) Rp. 500.000 akan diberikan untuk
mendukung kebutuhan pangan dan kebutuhan lain seperti pendidikan anak dan lain‐lain
selama 4 bulan; (b) Sebesar Rp. 390.000 akan diberikan atau diwujudkan sebagai
kegiatan masyarakat seperti pembelian bibit, pupuk, media tanam, dan usaha simpan
pinjam. Diantaranya sebesar Rp. 200.000 diperuntukkan bagi kegiatan‐kegiatan bidang
budidaya pertanian pekarangan
(2) Perempuan sebagai inisiator program: Sasaran utama kegiatan ini adalah kaum
perempuan, di mana program ini akan mengutamakan keterlibatan perempuan mulai
dari perencanaan, implementasi, dan monitoring perkembangan kegiatan.
(3) Penguatan kapasitas perempuan: Kelompok‐kelompok perempuan di masyarakat seperti posyandu dan kelompok PKK akan dilibatkan menjadi mitra utama dalam proses
kegiatan program ini di masyarakat, baik yang langsung terkait dalam kegiatan program
ini maupun perannya dalam menghubungkan dengan issu kesehatan ibu dan anak.
(4) Assessment partisipatif: Dilakukan rapid assessment secara partisipatif bersama
masyarakat. Assessment ini ditujukan untuk mencari masalah‐masalah utama, modal
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 2
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 9/44
sosial yang ada, organisasi dan kelompok lokal yang terkait dengan perlindungan anak,
kesehatan ibu dan anak, serta upaya pengembangan ekonomi pertanian. Hasil
assessment akan didiskusikan bersama dengan berbagai stakeholder di tingkat
masyarakat.
(5) Perencanaan Komunitas: Berbasis pada need assessment yang sudah dilakukan,
masyarakat dengan difasilitasi oleh tim lapangan melakukan perencanaan partisipatif
yang berfokus pada kegiatan recovery ekonomi dan upaya‐upaya pengembangan
kegiatan dalam hal perlindungan anak.
(6) Pengorganisasian Komunitas (masyarakat): Di desa‐desa sasaran kegiatan dilakukan
pengorganisasian kelompok dengan memanfaatkan kelompok‐kelompok yang sudah
ada, khususnya kelompok perempuan yang terkait untuk mendukung kegiatan utama
program ini.
2.6. Pengorganisasian Kegiatan (Tim Proyek):
Berdasarkan kesepakatan dalam MoU kegiatan dengan Save the Children, maka Nawakamal
membentuk tim untuk pengorganisasian kegiatan (tim proyek) ini. Tim terdiri atas:
Posisi Nama Keterangan
Project Leader
merangkap
konsultan
TA. Kuncoro • Bertanggungjawab seluruh koordinasi progress kegiatan
• Bertanggungjawab atas content kegiatan proyek
• Bertanggung jawab membuat laporan bulanan kegiatan
• Bertanggungjawab pengawasan kinerja para koordinator
lapangan
• Menjadi fasilitator pelatihan‐pelatihan yang dibutuhkan
Konsultan Kristin Wahyu S.
Henu Pramujaka
Budi Setiawan
• Bertanggungjawab atas content kegiatan proyek
• Bertanggungjawab pengawasan kinerja para koordinator
lapangan
• Menjadi fasilitator pelatihan‐pelatihan yang dibutuhkan
Koordinator lapangan
8 orang, yaitu: Sanna Sanata
Maulana Paramitha
A. Gandung
Bowo Nugroho
Hermanus Wahyoko
Ahmad Iskandar
Guntur Prabawanto
Johan Dwi Wibowo
• Setiap hari bertugas mengelola dan mengkoordinasi kegiatan di lapangan/desa tanggungjawabnya
• Membuat laporan mingguan kegiatan
• Melakukan monitoring kegiatan kelompok‐kelompok
• Melakukan pengorganisasian kelompok
• Memfasilitasi pertemuan‐pertemuan kelompok
• Memfasilitasi training di tingkat kelompok
Tim administrasi
proyek:
Priyani • Bertanggunjawab atas progress mekanisme keuangan dan
administrasi proyek
• Memanage kebutuhan‐kebutuhan administasi kegiatan
proyek
• Bertanggungjawab atas penyusunan laporan rutin keuangan
proyek
• Membuat laporan akhir keuangan proyek
Pembagian kerja wilayah:
Konsultan Koordinator Lapangan Jumlah Kelompok
A. Gandung 10 kelompok (Desa Mangunsuko dan Sewukan) TA. Kuncoro
Johan Dwi Bowo 11 kelompok (Desa Sewukan dan Paten)
Sanna Sanata 10 kelompok (Desa Sumber dan Kalibening) Kristin Wahyu S.
Maulana Paramitha 10 kelompok (Desa Sumber)
Bowo Nugroho 14 kelompok (Desa Gulon dan Kalibening) Henu Pramujaka
Ahmad Iskandar 12 kelompok(Desa Keningar dan Ngargomulyo)
Hermanus Wahyoko 12 kelompok (Desa Paten) Budi Setiawan Guntur Prabawanto 13 (Desa Kalibening dan Mangunsuko)
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 3
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 10/44
2.7. Kegiatan‐Kegitan Yang Dilakukan:
Berikut ini disampaikan secara garis besar kegiatan‐kegiatan yang dilakukan selama program
MERP‐pertanian dari Februari – Mei 2011 dan di masa perpanjangan Bulan Juni 2011. Hasil
dan proses secara terperinci dari masing‐masing kegiatan akan dipaparkan dalam Bagian 2.
2.7.1. Pelatihan Pembekalan Untuk Petugas Lapangan (Koordinator Lapangan): Tujuan pelatihan ini yaitu: (a) Pendalaman design kegiatan dan metodelogi kegiatan; (b)
Pendalaman teknis budidaya tanaman dalam polybag; (c) Teknis composting; (d) Metode
pendampingan; dll. Pelatihan terlaksana selama 2 hari yaitu Rabu – Kamis, 9 – 10 Februari
2011 di Pusat Pelatihan Warak, Dusun Warak, Kab. Sleman.
2.7.2. Diskusi Orientasi Program ‐ Penyamaan Persepsi:
Bersamaan dengan acara pelatihan pembekalan untuk petugas lapangan tersebut, pada
hari pertama Rabu 9 Februari 2011 dilakukan diskusi bersama antara tim proyek MERP
dari Lembaga Nawakamal dengan tim dari Save the Chidren. Tujuan diskusi orientasi
program ini adalah untuk menyamakan persepsi mengenai beberapa hal seperti: (a)
Cakupan program, (b) Strategi dan pendekatan, kegiatan‐kegiatan yang akan dilakukan, (c)
Jumlah sasaran dan wilayah kegiatan, (d) Sistem administrasi dan monitoring kegiatan; (e)
Pembagian peran antara Save the Children dan Nawakamal, (f) Kesepakatan pertemuan
koordinasi, dll.
2.7.3. Pelatihan “Budidaya Pertanian Pekarangan” untuk Masyarakat:
Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan ini bertujuan: (1) Meningkatkan wawasan
peserta, yang seluruhnya adalah kaum perempuan, mengenai pentingnya ketersediaan
pangan yang sehat bagi keluarga melalui pemanfaatan pekarangan; (2) Meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan teknis peserta dalam hal budidaya tanaman dalam polybag
atau media tanam lainnya di pekarangan mereka; (3) Meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan teknis peserta dalam hal jenis‐ jenis komposting yang dapat dilakukan di
masyarakat; dan (4) Menyepakati gambaran umum pengelolaan program kegiatan di
tingkat kelompok. Pelatihan dilaksanakan dalam 2 tahap, masing‐masing selama 2 hari
(tidak menginap). Tahap ke‐1 dilaksanakan tgl 11 – 12 Maret 2011 di Balai Dusun
Ngentak, Desa Sumber, Kec. Dukun, Kab. Magelang. Tahap ke‐2 tanggal 23‐24 Maret
2011, bertempat di Balai Dusun Sewukan Tegal.
2.7.4. Distribusi Polybag (Tahap ke‐1 dan Tahap ke‐2):
Setelah pelaksanaan pelatihan budidaya pertanian tahap ke‐1 kemudian diditribusikan
polybag tahap ke‐1 untuk semua kelompok. Distribusi polybag ini terlaksana antara
Minggu I sampai Minggu II Maret 2011. Distribusi polybag tahap ke‐2 terlaksanan antara
Minggu ke II sampai Minggu ke III Mei 2011, dimana masyarakat sudah mulai melakukan
penanaman melalui distrubusi polybag tahap ke‐1.
2.7.5. Pelatihan “Komposting” (Pengelolaan Limbah Sampah Rumah Tangga):
Setelah kegiatan penanaman sayur‐mayur terlaksana, kemudian diberikan training
“komposting”. Tujuan pelatihan ini adalah: (1) Meningkatkan wawasan peserta mengenai
pentingnya pengelolaan limbah sampah rumah tangga agar bisa dimanfaatkan untuk
membuat kompos; dan (2) Praktik pemanfaatan limbah sampah rumah tangga.
Mempertimbangkan banyaknya kelompok peserta, maka pelatihan ini juga dilakukan
dalam 2 tahap. Tahap ke‐1 dilaksanakan Kamis 19 Mei 2011 di Balai Dusun Dhiwak, Desa
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 4
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 11/44
Sumber, Kec. Dukun, Kab. Magelang. Pelatihan tahap ke‐2 dilaksanakan di Balai Desa
Mangunsuko, Kec. Dukun, Kab. Magelang, pada Sabtu 21 Mei 2011.
2.7.6. Pertemuan‐Pertemuan Koordinasi:
(1) Pertemuan Koordinasi Rutin Tim Proyek: Internal tim Nawakamal setiap minggu
melaksanakan koordinasi sekaligus untuk memonitoring perkembangan kinerja
kegiatan dari mingu ke minggu. Topik‐topik yang dibahas dalam pertemuan mingguan
antara lain: (1) Sharing perkembangan kegiatan di lapangan; (2) Mengenali hambatan,
kasus‐kasus spesifik di lapangan; (3) Perencanaan agenda untuk 1 minggu ke depan;
dll. Dari bulan Februari sampai Juni 2011 Tim Nawakamal telah melakukan 18 kali
pertemuan mingguan.
Disamping pertemuan koordinasi mingguan, Nawakamal juga melakukan bentuk‐
bentuk koordinasi lain langsung kepada staff di Save the Children seperti dalam hal:
sistem akuntasi dan pelaporan pembukuan keuangan kegiatan, koordinasi dengan PO‐
Pertanian dalam hal arah kegiatan program, dan juga dengan PO‐Mobilisasi.
(2) Pertemuan Koordinasi Mitra MERP: Dibawah koordinasi Save the Children,
Nawakamal juga terlibat di dalam pertemuan‐pertemuan koordinasi antar mitra
program MERP.
2.7.7. Pendampingan dan Monitoring:
(1) Kunjungan dan pertemuan kelompok: Koordinator lapangan (petugas lapangan)
dan konsultan telah melakukan kunjungan‐kunjungan lapangan secara rutin baik ke
pengurus kelompok maupun ke anggota kelompok. Disamping itu sesuai dengan jadual
rutin pertemuan kelompok, baik untuk pertemuan biasa maupun pelatihan‐pelatihan
di tingkat kelompok, koordinator lapangan dan konsultan juga mendampingi
pertemuan‐pertemuan tersebut.
(2) Monitoring perkembangan kegiatan: Nawakamal juga telah mengembangkan
sistem monitoring dalam bentuk format‐format (blangko/angket) untuk mengetahui
secara kuantitatif perkembangan kegiatan budidaya pertanian pekarangan. Format
yang dikembangkan antara lain:
a. Form pemantauan jenis tanaman yang ditanam
Format ini dimaksudkan untuk memantau jenis tanaman apa saja yang ditanam
oleh seluruh perempuan/KK sasaran program baik di wilayah OFDA maupun
AUSAID. Form ini disebarkan ke 92 kelompok, dimana pengurus kelompok harus
mendata kepada seluruh anggota kelompok. Form ini diimplementasikan pada
April Minggu I sampai Minggu ke‐II.
b. Baseline dan Endline survey
Baseline dan Endline survey merupakan form yang sama, yang disebarkan
kepada masyarakat dalam dua periode yang berbeda. Dari form ini ingin dibaca
kondisi “perkembangan” pada periode awal proyek dibanding periode akhir
proyek dalam beberapa tema seperti: (1) Perkembangan jumlah polybag yang
ditanam dan jenis tanamannya; (2) Perkembangan jenis tanaman yang dipanen
dan
besarannya/jumlahnya;
(3)
Perkembangan
pola
pemanfaatan
tanaman
untuk konsumsi rumah tangga, dari pola konsumsi ini ingin pula direkam
sumbernya apakah dari budidaya pertanian pekarangan, sawah, atau sumber
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 5
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 12/44
lain. Form Baseline disebarkan atau diimplementasikan pada April Minggu ke‐IV
sampai Mei Minggu ke‐I dan kemudian form yang sama disebarkan lagi pada
Minggu ke‐I sampai Minggu ke‐II Juni 2011.
c. Format profil kelompok
Kepada 92 kelompok Nawakamal sudah membagikan format profil kelompok.
Dari format ini ingin diketahui: (1) Besarnya organisasi pengurus (2) Kegiatan dan
perencanaan kelompok (3) Performa pembukuan keuangan kelompok (4)
Kebijakan‐kebijakan kelompok di bidang pertanian (5) Kebijakan kelompok pada
kegiatan non‐pertanian; dll. Profil kelompok ini akan digunakan untuk menilai
“performa” kelompok, yang sangat berguna untuk metode strategi
pendampingan pasca‐proyek. Profil kelompok mulai di data pada Minggu ke‐IV
Mei sampai Minggu ke‐II Juni 2011.
2.8. Kegiatan Masa Perpanjangan (Juni 2011):
2.8.1. Pembuatan Buku Panduan Budidaya Pertanian Pekarangan:
Kegiatan ini sesunguhnya merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya berupa
pembuatan modul training budidaya pertanian pekarangan. Namun oleh karena budget
modul training ini belum termanfaatkan secara maksimal, maka diajukan dalam bentuk
pembuatan Buku Panduan Budidaya Pertanian Pekarangan.
Buku panduan ini menjawab dan memperdalam hasil yang diharapkan yakni
meningkatkan kapasitas para kader dan anggota kelompok dalam hal budidaya pertanian
pekarangan dan pembuatan kompos. Buku panduan praktis ini yang dilengkapi dengan
ilustrasi gambar akan mudah dipakai oleh “agent ‐agent ” (kader‐kader yang pernah
detraining) untuk menularkan pengetahuannya di tingkat kelompok (capacity building
anggota kelompok). Buku ini sudah didistribusikan baik di tingkat kelompok, desa, dan
kecamatan di wilayah sasaran program.
2.8.2. Pembuatan Film Penyadaran Budidaya Pertanian Pekarangan:
Pembuatan film ini dilakukan karena berawal dari gagasan bahwa agar penyampaian
training mengenai budidaya pertanian pekarangan dan pembuatan kompos tersampaikan
dengan mudah, maka Nawakamal (atas inisiatif sendiri) mencoba membuat film yang
telah diputar pada saat training sebagai media training. Ternyata setelah pelatihan para
kader meminta film tersebut untuk di putar pada saat mereka mentransfer
pengathuannya di kelompok, dan menurut para kader film ini mempermudah mereka
dalam melakukan training di kelompok. Film yang berisi tentang “budidaya pekarangan
dan tehnik‐tehnik membuat kompos”, yang sangat mendukung pencapaian hasil berkaitan dengan pengembangan kapasitas para anggota kelompok. Film berdurasi sekitar 35 menit
ini telah disebarkan kepada seluruh kelompok sasaran.
2.8.3. Workshop Pengorganisasian kelompok:
Ide perlunya kegiatan ini adalah berdasarkan: Pertama, sejauh proses kegiatan berjalan di
bidang pertanian maupun non pertanian belum pernah diberikan “penyadaran” awal yang
mendasar tentang “pengorganisasian” kelompok. Kedua, sejauh ini pendekatan kegiatan
bersifat sektoral (pertanian sendiri, non‐pertanian sendiri, dll) sementara kelompoknya
tetap satu. Ketiga, pada masa‐masa akhir program muncul keinginan beberapa lokasi desa
untuk melakukan semacam “jejaring” antar kelompok petani perempuan tersebut.
Kegiatan ini sangat mendukung untuk pencapaian hasil kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan kapasitas kelompok, terutama dalam hal mengorganisasi kelompok demi
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 6
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 13/44
keberlanjutan kelompok di masa datang. Materi‐materi yang dibahas antara lain: (1)
Identifikasi hambatan‐hambatan organisasi kelompok dan solusi mengatasinya, (2) Dasar‐
dasar pembukuan keuangan kelompok dan transparansi, (3) Inisiatif jejaring antar
kelompok.
Workshop dilakukan sebanyak 2 tahap. Tahap ke‐1 terlaksana pada Selasa 19 Juli 2011
bertempat di Balai Desa Kalibebing. Workshop tahap ke‐2 terlaksana pada Rabu 20 Juli
2011 di Balai Desa Sewukan.
2.8.4. Studi Evaluasi Partisipatif:
Evaluasi merupakan persyaratan dasar untuk mengukur keberhasilan sebuah
kegiatan/proyek. Pada periode pertama Februari – Mei 2011 evaluasi ini belum diajukan
oleh karena begitu pendeknya durasi proyek. Ide “evaluasi partisipatif” ini muncul
berdasarkan sebuah pertanyaan besar apakah beneficiaries sejumlah 5.700 KK
berpartisipasi di dalam proyek ini karena tertarik dengan cash grant RP. 500.000 (untuk
dukungan kehidupan keseharian) dan Rp. 390.000 (untuk dukungan kegiatan
nonpertanian
dan
pertanian).
Ataukah
partisipasi
tersebut
tumbuh
oleh
karena
kesadaran
mereka untuk menjawab kebutuhan. Apakah program budidaya pekarangan ini
bermanfaat bagi mereka, khususnya untuk menjamin ketersediaan pangan sehat keluarga
dan pangan sehat bagi anak.
Studi evaluasi partisipatif dilakukan melalui pendekatan kualitatif (emic approach). Karena
begitu luasnya kewilayahan sasaran dan kelompok sasaran, maka dipilih strategi FGD
( focuss group discussion) dan wawancara di 2 wilayah program OFDA dan AUSAID.
Dimasing‐masing wilayah dilaksanakan FGD dengan 10 peserta perwakilan dari 3
kelompok, dan wawancara dengan 5 orang. Studi evaluasi partisipatif ini telah
dilaksanakan di wilayah OFDA pada tanggal 24 Juni 2011 dan di wilayah AUSAID tanggal 25
Juni
2011.
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 7
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 14/44
Bagian 2:
Diskripsi Implementasi:
”Dari Pekarangan ke Meja Makan”
1. Dari Recovery ke Pemberdayaan:”Gagasan Dari Pekarangan ke Meja Makan”
Program MERP secara umum dan MERP‐Pertanian yang dikerjasamakan dengan Nawakamal
ini sesunguhnya adalah program emergensi dengan fokus tahapan yakni Merapi Early
Recovery Programme. Dalam konteks emergency‐recovery program ini (MERP‐Pertanian)
hanya ditujukan untuk menjawab ”kebutuhan jangka pendek” selama 4‐5 bulan (Februari –
Mei 2011 dan Juni 2011). Secara sederhana tujuan tersebut adalah: (1) Sesegera mungkin
menyediakan alternatif makanan sehat berupa sayuran atau jenis tanaman lain dari lahan
yang bisa digarap yaitu lahan pekarangan, bagi para korban erupsi Merapi; (2) Untuk
mendukung upaya tersebut secara cepat, maka dikembangkan model budidaya pertanian
pekarangan dengan mendistribusikan polybag dan dana cash‐grant untuk dukungan
pertanian sebesar Rp. 200.000 per KK; (3) Beneficiaries (sasaran program) diorganisir melalui
kelompok‐kelompok perempuan, dan kemudian diberikan kegiatan capacity building berupa
pelatihan budidaya pertanian pekarangan dan pembuatan kompos.
Dengan mempertimbangkan cakupan sasaran program yang begitu luas (5.700 beneficiaries
di 92 kelompok), dan latar belakang sejarah pertanian di lereng Merapi khususnya desa‐desa
di Kec. Dukun (7 desa) dan Kec. Salam (1 desa), maka jika dipandang dari luar konteks
recovery sesungguhnya program ini bisa dianggap sebagai awal dari gerakan pertanian
organik di pekarangan yang diinisiasi oleh kaum perempuan lereng Merapi. Gerakan ini bisa
diletakkan dalam ranah sustainability ketersediaan pangan yang sehat (organik) bagi keluarga
khususnya anak‐anak (hak‐hak pangan sehat untuk anak).
Sudah lebih dari 15 sampai 20 tahun terakhir pertanian lereng Merapi (juga di wilayah Kec.
Dukun dan sekitarnya) terperangkap pada pertanian non‐organik komersial berorientasi
pasar. Oleh karenanya fokus pertanian adalah sawah atau ladang (tegalan), dan pekarangan
menjadi area yang tidak terperhatikan. Sawah dan ladang identik dengan domain laki‐laki,
curahan waktu luang perempuan harus dialokasikan membantu laki‐laki di sawah/ladang.
Nampaknya pola pertanian demi pasar dan uang ini membawa dampak pada pola konsumsi
keluarga yang kurang memperhatikan sayur‐mayur sehat bagi keluarga khususnya anak‐anak.
Mempertimbangkan model ekonomi pertanian sebelumnya yang market‐oriented serta
kurang berpihak pada ketersediaan pangan sehat bagi anak. Juga dilandasi oleh begitu
besarnya potensi program MERP‐Pertanian ini sebagai gagasan baru pertanian organik
pekarangan oleh kaum perempuan yang memiliki inisiatif keberpihakan pangan sehat untuk
keluarga dan anak, maka Nawakamal mengimplementasi program ini tidak hanya dalam
sentuhan recovery. Sejak awal memulai MERP‐Pertanian ini ”orientasi pikir” dan
”pendekatan” yang menjadi wacana adalah pendekatan ”pemberdayaan” jangka panjang
yang lebih sustainable di bidang budidaya pertanian pekarangan bagi kaum perempuan.
Gagasan pendekatan pemberdayaan Nawakamal itu ingin diberi nama ”Dari Pekarangan ke
Meja Makan”. Dalam jangka pendek gagasan ini memang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan‐kebutuhan recovery program MERP‐Pertanian. Namun dalam kerja‐kerja
pendampingannya selalu diwacanakan beberapa ”kata kunci” demi keberlanjutan jangka
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 8
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 15/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 9
panjang, yaitu: (1) Alternatif pertanian organik yang diinisiasi dari budidaya pertanian
pekarangan oleh perempuan; (2) Perempuan atau kelompok perempuan menjadi domain
utama dan memiliki ”kuasa” pertanian alternatif tersebut; (3) Ketersediaan pangan sehat ”di
meja makan” keluarga dan khususnya untuk anak secara berkelanjutan; (4) Menjadi media
pemberdayaan dan capacity building perempuan, baik dalam hal berorganisasi
(berkelompok) dan berjejaring, budidaya pertanian khususnya pekarangan secara organik, sumbangannya dalam pengelolaan lingkungan, ataupun sumbangannya kepada kegiatan
alternatif lain terkait seperti posyandu, usaha simpan‐pinjam, peternakan, dll.
2. Profil Wilayah Program dan Sasaran
2.1. Gambaran Wilayah Kec. Dukun dan Salam
Program MERP‐Pertanian dilaksanakan di 7 desa di Kec. Dukun dan 1 desa di Kec. Salam,
Kabupaten Magelang, tepatnya disekitar sebelah Utara wilayah Kota Muntilan. Di wilayah
Kec. Dukun desa yang
paling dekat dengan
Kota Muntilan sekitar
5 Km, sementara desa
tertinggi dan terjauh
sekitar 12 KM dari
Kota Muntilan.
Sementara Desa Gu‐
lon di Kec. Salam
berada di ketinggian
yang relatif sama
dengan Kota Mun‐
tilan dan jaraknya
hanya sekitar 2 Km
sebelah Timur
Muntilan.
Secara keseluruhan ke delapan desa sasaran program boleh dikatakan terletak di kawasan
lereng Merapi dengan tingkat kesuburan tanah baik, yang sangat cocok untuk pertanian dan
peternakan. Hampir seluruh wilayah berkarakteristik ekonomi‐pertanian dengan 2 pasar yang
cukup besar yaitu Pasar Talun (di Kec. Dukun) dan Pasar Muntilan. Hanya di Gulon, oleh
karena cukup dekat dengan kota, sebagian masyarakat adalah ”pegawai” meskipun mereka
tetap sebagian besar memiliki tanah pertanian. Pada saat bencana erupsi Merapi 2011 tujuh
desa sasaran program di Kec. Dukun terkena abu Merapi, dan hampir seluruh penduduknya
mengungsi ke daerah‐daerah lebih bawah. Bencana itu telah merusak ekonomi pertanian
masyarakat.
2.2. Perubahan Target Sasaran
Program:
Tabel ini menggambarkan perubahan
jumlah target sasaran program
setelah dilakukan tahap implemen‐
tasi, yang diperkirakan 5.700 KK
berubah menjadi 5.723 KK1
. Hal ini
1 Sasaran program yang dimaksud adalah jumlah KK penerima polybag (dari data distribusi polybag)
tahap-ke1.
Tabel 1.
Gambaran Target Sasaran Program (Implementasi)
Wilayah
Jumlah
Sasaran
Program
Jumlah
Desa
Sasaran
Jumlah
Dusun
Sasaran
Jumlah
Kelompok
Sasaran
OFDA 2.000 2 23 35
AUSAID 3.723 6 37 57
TOTAL 5.723 8 60 92
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 16/44
disebabkan karena ketika dilaksa‐nakan distribusi polybag tahap ke‐1 di Desa Gulon ada
inisiatif masyarakat untuk memperbanyak jumlah sasaran KK penerima polybag dengan
membagikan polybag kepada KK yang tidak memperoleh polybag. Sedangkan Jumlah desa
sasaran kegiatan tetap, yaitu 7 desa (di Kec. Dukun) dan 1 desa (di Kec. Salam). Total
kelompok sasaran adalah 92 kelompok perempuan dari 60 dusun.
3. Pengorganisasian Kelompok
3.1. Menyiapkan Kelompok dan Sosialisasi Program:
Sebuah pekerjaan yang tidak mudah untuk menyiapkan sekitar 5.700 KK sasaran yang
terseleksi secara administrasi, dan kemudian mengorganisirnya ke dalam sekitar 92
kelompok. Bantuan cash‐grant sebesar Rp. 890.000 membuat calon sasaran mencoba
”memecah” Kartu Keluarga mereka dengan tujuan bisa masuk dalam daftar sasaran program.
Penyiapan sasaran program, pembentukan kelompok, sosialisasi program dan diikuti dengan
penyusunan Rencana Kegiatan Aksi (RKA) kelompok ini dilakukan oleh Save the Children
bersama Rumah Pelangi.
Selama bulan Januari sampai sekitar minggu ke‐I Maret 2011 kegiatan‐kegiatan tersebut baru
bisa dikatakan selesai, dan kemudian diikuti dengan pembagian cash grant dan polybag
sekitar minggu ke‐II dan III Maret 2011. Nawakamal menerjunkan timnya pada Minggu ke‐II
Februari 2011, sehingga berkesempatan mengikuti kegiatan community mobilization
tersebut.
3.2. Variasi Besarnya Kelompok:
Sebanyak 92 kelompok tersebut mempunyai variasi jumlah anggota yang beragam. Tabel
berikut menggambarkan variasi yang ada, dimana sebanyak 53% beranggotakan dibawah 50
anggota. Sementara sisanya sebesar 47%
kelompok beranggotakan lebih dari 50
orang. Bahkan ada sebanyak 13 kelompok
(14%) jumlah anggotanya di atas 100 orang
dan yang terbesar 1 kelompok
beranggotakan 227 orang (KRA Dsn.
Babadan 1/Tani Merapi, Desa Paten‐wilayah
AUSAID).
Tabel 2.
Variasi Jumlah Anggota Kelompok
Variasi anggota OFDA AUSAID Jumlah
< 50 orang 19 30 49 (53%)
51 – 100 orang 13 17 30 (33%)
100 – 150 orang 3 6 9 (10%)
150 < 0 4 4 (4%)
TOTAL 35 57 92 (100%)
Gap perbedaan variasi jumlah anggota ini menumbuhkan kendala tersendiri baik dalam
strategi pendampingan maupun di internal kelompok. Kendala‐kendala tersebut antara lain:
(1) Sulitnya mengalokasikan beban tugas koordinator lapangan agar mereka mempunyai
beban pendampingan kelompok yang merata
(2) Bagi koorinator lapangan yang mempunyai dampingan kelompok dengan jumlah
anggota diatas 100 orang amat sulit mengatur intensitas pendampingan agar semua
anggota mendapatkan informasi yang sama
(3) Bagi pengurus kelompok, terutama untuk kelompok‐kelompok yang anggotanya
diatas 100 orang, tentu tidak mudah untuk mengelola kelompoknya apalagi para
pengurus ini dibentuk ”secara tergesa‐gesa”.
3.3. Strategi Pendampingan kelompok:
Pendampingan terhadap 92 kelompok di 8 desa dengan total anggota sasaran 5.723
perempuan dalam waktu 4 sampai 5 bulan merupakan beban pendampingan yang cukup
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 10
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 17/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 11
berat. Pada awal‐awal penyiapan kelompok, belum diberikan semacam organization capacity
building atau team building kepada kelompok‐kelompok sasaran tersebut. Sementara sejak
awal Nawakamal mencoba ”mengusung” program ini tidak hanya dalam ranah emergency ‐
recovery atau “cepat‐tanggap”, namun lebih dari itu ingin “membungkus” program ini pada
dasar‐dasar pemberdayaan berkelanjutan. Oleh karena itu diterapkan beberapa strategi dan
prinsip dalam pendampingan keorganisasian kelompok sebagai berikut:
(1) Membagi beban kerja pendampingan di antara tim Nawakamal secara relatif merata
dengan mempertimbangkan besarnya anggota kelompok dan jarak‐lokasi kelompok.
Dengan 12 tim lapangan (8 tenaga lapangan dan 4 konsultan kegiatan), maka rata‐rata
mempunyai target pendampingan antara 7 sampai 8 kelompok.
(2) Setiap personal tim lapangan minimal harus melakukan 3 strategi pendampingan.
Pertama, melakukan kunjungan lapangan ke personal pengurus dan rumah anggota
kelompok. Kedua, mengikuti pertemuan atau rapat pengurus kelompok. Ketiga,
mengikuti jadual rutin pertemuan kelompok yang sudah disepakati oleh kelompok.
Dan Empat, mendampingi kegiatan pelatihan‐pelatihan yang dijadualkan oleh
kelompok.
(3) Melakukan koordinasi dan pendekatan kepada tokoh masyarakat baik perempuan
maupun laki‐laki, pendekatan ke pemerintah desa dan kecamatan.
(4) Dalam kaitannya dengan ”keorganisasian kelompok” prinsip yang harus dipegang
yaitu memperhatikan isu‐isu seperti: team bulding dan kerja sama antar pengurus,
koordinasi pengurus dengan anggota, pola pengambilan keputusan, distrust dari
anggota kepada pengurus, isu‐isu transparansi, dll.
(5) Prinsip ”inisiatif dan kuasa” perempuan harus menjadi fokus perhatian. Oleh karena
itu perlu mengakomodir gejala dominasi laki‐laki.
3.4. Perkembangan ”Performa” Kelompok:
Sebanyak
92
kelompok
(kelompok
Rencana
Aksi)
dari
seluruh
wilayah
program
MERP
ini
tentu saja menyajikan variasi kapasitas kelompok atau kepengurusan kelompok yang sangat
bervariasi dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain. Beberapa variasi kekuatan
keorganisasian kelompok tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
(1) Dari pantauan melalui diskusi‐diskusi
mingguan (pertemuan mingguan tim)
dapat ditengarai ada 27 kelompok yang
secara organisasi kepengurusan boleh
dikata “kurang baik”2
. Ke‐27 kelompok
tersebut jika dikelompok ke wilayah OFDA
dan
AUSAID,
maka
di
wilayah
OFDA
ada 9
kelompok yang performanya kurang,
sedangkan di wilayah AUSAID ada 18
kelompok. Kelompok yang performanya
kurang tersebut antara lain:
Di wilayah OFDA Di wilayah AUSAID
1. KRA Ngentak Deso
2. KRA Dusun Suruh
3. KRA Dusun Dukuhan
4. KRA Dusun Candi
1. KRA Dusun Argosono
2. KRA Dusun Gintung/TaniJaya
3. KRA Dusun Gendungan
4. KRA Dusun Kalibening wetan/Majubersama
2 Metode yang dipakai untuk melakukan tracking performa kelompok ini yaitu melalui: (a) Membaca
laporan-laporan petugas lapangan, dan (b) Diskusi-diskusi dalam pertemuan mingguan tim proyek.
Gambaran Performa Kelompok
Sedang,
47, 51%
Kurang,
27, 29%
Baik, 18,
20%
Ba an 1.
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 18/44
5. KRA Dusun Gawok RT 01
6. KRA Karanganyar/Tani Makmur
7. KRA Dusun Braman
8. KRA Dusun Kembang/RT 02
9. KRA Dusun Tanen Deso
5. KRA Dusun Demo/RT 01
6. KRA Dusun Demo/RT 02
7. KRA Dusun Bandung
8. KRA Dusun Paten RT 01
9. KRA Dusun Paten RT 02
10. KRA Dusun Paten RT 03
11. KRA Dusun Paten RT 04
12. KRA Dusun Paten RT 05
13. KRA Dusun Gondang 2
14. KRA Dusun Jombong
15. KRA Dusun Dukuh
16. KRA Dusun Wuni
17. KRA Dusun Gunungsari/Karyomakmur
18. KRA Dusun Bongsari
Ukuran‐ukuran yang dipakai untuk menilai keorganisasian kelompok ini antara lain adalah: (a)
Koordinasi antar pengurus yang kurang baik bahkan sampai ada “keretakan” diantara
pengurus;
(b)
Kepercayaan
anggota
terhadap
pengurus
yang
lemah,
yang
rata‐
rata
diakibatkan karena transparansi keuangan yang kurang memuaskan bagi anggota; (c) Secara
fungsi keorganisasian sebetulnya tidak ada masalah “trust” namun memang karena kapasitas
pengurus kurang baik sehingga kegiatan berjalan begitu saja tanpa energi daya perekat
antara pengurus dan anggota. Kelemahan‐kelemahan ini tetap ”menghinggapi” kelompok
sampai masa akhir program. Kelemahan‐kelemahan yang cukup signifikan ini bisa dipahami
jika kita melihat ”penyiapan” kelompok pada awal‐awal program yang dilaksanakan secara
”maraton dan terkesan tergesa‐gesa”
(2) Sementara itu 65 kelompok lainnya bisa dikelompokkan dengan performa kelompok
”sedang” sampai ”baik”. Beberapa ukuran tentang hal ini antara lain: (a) Kapasitas anggota
pengurus yang cukup baik sehingga koordinasi antar mereka sendiri baik. Atau ada satu atau
dua orang pengurus yang mampu berperan baik dalam hal memberikan motivasi kepada
sesama anggota pengurus sehingga secara keseluruhan pengurus dapat berjalan seperti
fungsinya; (b) Ada kepercayaan dari anggota terhadap pengurus, yang minimal ditandai
dengan kurangya isu‐isu yang mengkritik transparansi keuangan (c) Komunikasi yang
terkoordinir dengan baik antara anggota dengan pengurus.
4. Media Tanam Polybag
4.1. Pelaksanaan Distribusi Polybag:
Distribusi polybag tahap ke‐1 dilaksanakan antara Minggu ke‐I dan ke‐II Maret 2011 dengan
sasaran seluruh beneficiaries 5.700 KK. Jumlah didistribusikan tahap ke‐1 sebesar 5.700 Kg,
sehingga setiap KK baru mendapatkan sekitar 1 Kg polybag (sekitar 50 lembar). Strategi
membagi rata kepada seluruh sasaran
program dilakukan karena mengejar agar
semua sudah bisa memulai tanam di
polybag. Tim Nawakamal terlibat penuh
dalam distribusi polybag tahap ke‐1 ini.
Perkembangan di lapangan yang terjadi di
tahap ke‐1 ini yaitu, di Desa Gulon
(wilayah
AUSAID)
ada
inisiatif
masyarakat
di
sana
untuk
membagi
polybag
kepada
23
KK
lain
yang sekiranya layak untuk mendapatkan bantuan polybag. Oleh karena itu jumlah sasaran di
Tabel 3.
Target Besaran Distribusi Polybag
Wilayah Keterangan Jumlah (Kg)
OFDA 2.000 KK x 5 Kg 10.000
AUSAID 3.700 KK x 4,5 Kg 16.650
Distribusi tahap‐1 5.700 Kg
Distribusi tahap‐2 20.950 Kg
TOTAL 26.650 Kg 26.650
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 12
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 19/44
wilayah AUSAID menjadi 3.723 KK. Total penerima polybag menjadi 5.723 KK. Setelah
pembagian polybag tahap ke‐1 selesai kegiatan penanaman dimulai.
Distribusi polybag tahap ke‐2 terlaksanan antara Minggu ke II sampai Minggu ke III Mei 2011,
dimana masyarakat sudah melakukan penanaman melalui distrubusi polybag tahap ke‐1.
Distribusi tahap ke‐2 dilaksanakan oleh Save the Children dan Rumah Pelangi. Jumlah polybag
yang diditribusikan 20.950 Kg dengan sasaran 5.723 KK, sehingga per KK memperoleh 3,7 Kg.
Dengan demikian dari distribusi tahap ke‐1 dan tahap ke‐2 per KK sudah memperoleh seperti
target yang ditetapkan yaitu 5 Kg polybag per KK di wilayah OFDA dan 4,5 Kg polybag per KK
di wilayah AUSAID.
4.2. Isu‐Isu Seputar Media Tanam Polybag:
Media tanam polybag sebetulnya sebuah media tanam yang kurang familiar bagi petani
lereng Merapi khususnya di Kecamatan Dukun, apalagi bagi kaum perempuan. Oleh karena
penggunaan polybag merupakan introdusir program yang boleh dikatakan semacam gerakan
baru bagi masyarakat sasaran. Namun begitu sejauh pemantauan tim proyek Nawakamal,
dari
taget
sasaran
5.700
KK
hanya
ada
1
orang
yang
menolak
bantuan
polybag
dan
juga
bantuan cash‐grant, yaitu dari Dusun Kalibening Kulon Desa Kalibening, Kecamatan Dukun.
Keluarga tersebut menolak karena alasan pribadi yang tidak mau menerima bantuan
pemerintah dalam bencana erupsi Merapi ini.
Isu adanya hambatan penyediaan tanah ke dalam polybag juga banyak ditemui khususnya
bagi KK yang hampir tidak mempunyai lahan pekarangan. Mereka terpaksa harus mencari
atau mengambil tanah dari tetangganya yang mempunyai tanah. Sementara itu bagi keluarga
yang mempunyai cukup lahan
pekarangan hal ini tentu tidak menjadi
persoalan.
Nampaknya media tanam polybag sangat
pas bagi alokasi waktu para perempuan
mengurus tanaman budidaya
pekarangan mereka diantara alokasi
waktu utama mereka yang dipakai untuk
membantu para laki‐laki di sawah. Di dalam konteks ekonomi pertanian di sasaran program
pertanian pekarangan tetap dipandang sebagai kegiatan sekunder atau kegiatan sampingan,
karena orientasi utama tetap pada “pasar” yang dipenuhi dari tanaman‐tanaman di ladang
atau sawah mereka.
Ada perkembangan yang cukup menarik, bahwa
masyarakat di Dusun Gunungsari (Desa Gulon, Kec.
Salam) menganggap tanaman budidaya pekarangan
dalam polybag mereka sebagai tanaman kalangenan.
Kalangenan adalah semacam hobi, minat, mendapatkan
perhatian khusus. Mereka menjadi sangat care dengan
tanaman‐tanaman di dalam polybag ini. Nampaknya
minat serupa juga terjadi di dusun‐dusun lain.
5. Pengembangan Kapasitas
5.1. Pelatihan Pembekalan Petugas Lapangan (Koordinator Lapangan):
Pelatihan terlaksana selama 2 hari yaitu Rabu – Kamis, 9 – 10 Februari 2011 di Pusat
Pelatihan Warak, Dusun Warak, Kab. Sleman. Total peserta pelatihan sebanyak 16 orang
terdiri atas: sebanyak 8 orang petugas lapangan (koordinator lapangan), 4 konsultan
kegiatan, 1 administrasi proyek, 2 orang staff Lembaga Nawakamal, dan 1 orang PO‐
Agriculture Save the Children. Tujuan pelatihan ini yaitu: (a) Pendalaman design kegiatan dan
metodelogi kegiatan; (b) Pendalaman teknis budidaya tanaman dalam polybag; (c) Teknis
composting; (d) Metode pendampingan; dll.
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 13
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 20/44
5.2. Pelatihan “Budidaya Pertanian Pekarangan” untuk Masyarakat:
Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan ini bertujuan: (1) Meningkatkan wawasan peserta,
yang seluruhnya adalah kaum perempuan, mengenai pentingnya ketersediaan pangan yang
sehat bagi keluarga melalui pemanfaatan pekarangan; (2) Meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan teknis peserta dalam hal budidaya tanaman dalam polybag atau media tanam
lainnya di pekarangan mereka; (3) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis
peserta dalam hal jenis‐ jenis komposting yang dapat dilakukan di masyarakat; dan (4)
Menyepakati gambaran umum pengelolaan program kegiatan di tingkat kelompok.
Materi‐materi yang diberikan antara lain: (1) Gambaran umum konsep pertanian organik; (2)
Teknik budidaya pertanian (polybag): pembibitan, pemeliharaan, dan panen; (3) Tehnik
membuat kompos dengan memanfaatkan sumberdaya ligkungan yang ada; dan (4) Pertanian
dan upaya pemenuhan gizi keluarga. Pelatihan dirancang selama 2 hari. Hari pertama
terutama berisi materu‐materi mengenai budidaya pertanian pekarangan. Sementara hari ke‐
dua berisi praktik tentang budidaya pertanian dan pembuatan kompos. Metode pelatihan
yang dipakai antara lain: penjelasan, tanya jawab, diskusi kelompok, praktik lapang, dan
pemutaran film dasar‐dasar budidaya pertanian pekarangan dan komposting berjudul “Dari
Pekarangan Sampai Ke Meja Makan”. Melihat dari banyak jumlah kelompok (92 kelompok)
maka pelatihan ini dilaksanakan dalam 2 tahap agar lebih efektif.
5.2.1. Pelatihan “Budidaya Pertanian Pekarangan” Tahap ke‐1
Pelatihan tahap ke‐1 dilaksanakan pada hari Jum’at s/d. Sabtu (tidak menginap) tanggal 11
– 12 Maret 2011, bertempat di Balai Dusun Ngentak, Desa Sumber, Kec. Dukun, Kab.
Magelang. Peserta yang semula diperkirakan hanya 46 orang, akhirnya bertambah
menjadi 57 orang perempuan perwakilan dari kelompok perempuan di 47 dusun yang
tersebar di 4 desa (Desa Sumber, Ngargomulyo, Kalibening, dan Keningar) di wilayah
Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Turut hadir dan sekaligus memberikan
sambutan adalah Kepala Desa Sumber dan Kepala Desa Kalibening.
Di wilayah OFDA jumlah pesertanya 38
perempuan berasal dari 31 kelompok
yang mengirimkan peserta, berasal dari
23 dusun. di Desa Sumber dan
Ngargomulyo. Sementara di wilayah
AUSAID terkirim 19 peserta dari 16
kelompok, berasal dari 12 dusun di
Desa Keningar dan Kalibening.
5.2.2. Pelatihan “Budidaya Pertanian Pekarangan” Tahap ke‐2
Pelatihan budidaya pertanian pekarangan tahap ke‐2 terlaksana pada Rabu s/d. Kamis 23‐
24 Maret 2011, bertempat di Balai Dusun Sewukan Tegal. Ibu Kepala Desa Sewukan turut
hadir dalam acara pembukaan sekaligus membuka pelatihan. Seperti pada pelatihan tahap
ke‐1, peserta pada tahap ke‐2 ini juga
melebihi kuota dari yang diperkirakan
49 orang menjadi 57 perempuan
perwakilan dari 38 kelompok di 24
dusun yang tersebar di 4 desa yaitu
Desa Mangunsuko, Sewukan, Paten (di
wilayah
Kec.
Dukun)
dan
Desa
Gulon
(wilayah Kecamatan Salam).
Tabel 4.
Profil Peserta Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan
Balai Dusun Ngentak, 11 – 12 Maret 2011
Wilayah
Jumlah
Peserta
Jumlah
Kelompok
Peserta
Jumlah
Dusun
Peserta
OFDA 38 31 23
AUSAID 19 16 12
TOTAL 57 47 35
Tabel 5.
Profil Peserta Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan
Balai Dusun Sewukan Tegal, 23 – 24 Maret 2011
Wilayah
Jumlah
Peserta
Jumlah
Kelompok
Peserta
Jumlah
Dusun
Peserta
OFDA 0 0 0
AUSAID
57
38
24
TOTAL 57 38 24
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 14
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 21/44
Dari pelatihan tahap ke‐1 dan tahap ke‐2 dapat diketahui bahwa pelatihan budidaya
pekarangan ini diikuti total 114 orang perempuan. Seluruh kelompok di wilayah OFDA
yakni (35 kelompok),
sebanyak 31 kelompok
(88%) telah mengirim‐
kan kader‐nya, dimana
seluruh dusun telah
terwa‐kili yaitu 23
dusun (100%). Semen‐
tara itu di wilayah
AUSAID dari total 57
kelompok terwakili
sebanyak 54 kelompok (95%), sedangkan keterwakilan dusunya sebesar 36 dusun (97%)
dari selurunya 37 dusun di wilayah ini. Dengan demikian secara keseluruhan ada 7
kelompok yang tidak mengirimkan kadernya dalam 2 tahap pelatihan tersebut. Sebanyak 4
kelompok dari wilayah OFDA yang belum mengirimkan kadernya yaitu: (1) KRA RT 02
Dusun
Tutup
Ngisor,
(2)
KRA
Mawar
dan
(3)
KRA
Melati,
Dusun
Argotontro,
(4)
KRA
RT
02
Dusun Gawok, yang semuanya di Desa Sumber. Sementara itu 3 kelompok dari wilayah
AUSAID yang tidak mengirimkan kadernya yaitu (1) KRA RT 03/Mawar dan (2) KRA RT
04/Kamboja keduanya dari Dusun Grogol (Desa mangunsuko), serta (3) KRA Melati/Dusun
Wuni (Desa Sewukan).
5.3. Pelatihan “Komposting” (Pengelolaan Limbah Sampah Rumah Tangga) untuk
Masyarakat:
Setelah kegiatan penanaman sayur‐mayur terlaksana, kemudian diberikan training
“komposting”. Pengembangan capasitas para kelompok perempuan tentang tehnik membuat
kompos sebenarnya sudah diberikan pada pelatihan budidaya pertanian pekarangan.
Pelatihan komposting kali ini lebih condong bertemakan “pengelolaan limbah sampah rumah
tangga untuk pembuatan kompos”. Tujuan pelatihan ini adalah: (1) Meningkatkan wawasan
peserta mengenai pentingnya pengelolaan limbah sampah rumah tangga agar bisa
dimanfaatkan untuk membuat kompos; dan (2) Praktik pemanfaatan limbah sampah rumah
tangga.
Oleh karena pelatihan ini diperkirakan merupakan pelatihan untuk kader yang terakhir maka
ada materi tambahan yang diberikan. Materi secara keseluruhan yaitu: (1) pengelolaan
limbah sampah rumah tangga; (2) Gambaran umum dasar‐dasar pembukuan kelompok; dan
(3) Menggagas bentuk‐bentuk “jejaring” antar kelompok petani perempuan. Metode
pelatihan yang dipakai antara lain: penjelasan, tanya jawab, diskusi kelompok, praktik, dan
pemutaran film penyadaran berjudul “Dari Pekarangan Menuju Meja Makan” dan
“Perubahan Perilaku (Kita)”.
Seperti juga pada pelatihan budidaya
pertanian pekarangan, oleh karena jumlah
kelompok yang begitu banyak maka
pelatihan kompos limbah rumah tangga ini
dibagi ke dalam 2 angkatan.
5.3.1. Pelatihan Komposting Tahap ke‐1:
Pelatihan tahap ke‐1 diikuti oleh Desa
Sumber, Keningar, Argomulyo, dan
Tabel 6.
Peserta Keseluruhan Pelatihan Budidaya Pertanian Pekarangan
Tanggal 11‐12 dan 23 – 24 Maret 2011
Wilayah
Jumlah
Peserta
Jumlah
Kelompok
Peserta
Jumlah
Kelompok
Sasaran
Jumlah
Dusun
Peserta
Jumlah
Dusun
Sasaran
OFDA 38 31 (88 %) 35 23 (100%) 23
AUSAID 76 54 (95%) 57 36 (97%) 37
TOTAL 114 85 (92%) 92 59 (98%) 60
Tabel 7.
Profil Peserta Pelatihan Kompos Ke‐1
Diwak, 19 Mei 2011
Wilayah
Jumlah
Peserta
Jumlah
Kelompok
Peserta
Jumlah
Dusun
Peserta
OFDA 53 33 23
AUSAID 25 15 12
TOTAL 78 48 35
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 15
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 22/44
Kalibening. Selain perwakilan kelompok juga diundang perwakilan PKK desa dari ke 4 desa
tersebut. Pelatihan dilaksanakan Kamis 19 Mei 2011 (1 hari) di Balai Dusun Dhiwak, Desa
Sumber, Kec. Dukun, Kab. Magelang. Peserta dari wilayah OFDA 53 perempuan, dari 33
kelompok utusan, dari 23 dusun. Sedangkan dari wilayah AUSAID sejumlah 25 perempuan
dari 15 kelompok yang mengutus anggotanya, dan dari 12 dusun.
5.3.2. Pelatihan Komposting Tahap ke‐2:
Pelatihan pengelolaan limbah sampah rumah tangga (komposting) tahap ke‐2
dilaksanakan di Balai Desa Mangunsuko, Kec. Dukun, Kab. Magelang, pada Sabtu 21 Mei
2011. Para peserta yang hadir mewakili
dari Desa Mangunsuko, Paten,
Sewukan, dan Gulon. Dari rencana
undangan 75 orang termasuk utusan
PKK desa, peserta yang hadir hanya 56
orang utusan dari 39 kelompok dan 24
dusun di wilayah AUSAID.
Berkurangnya peserta ini dikarenakan
adanya kegiatan yang berbarengan
yang juga dilaksanakan oleh Save the
Children di beberapa dusun. Tidak ada peserta dari wilayah OFDA karena semua kelompok
di wilayah ini sudah mengikuti di pelatihan tahap ke‐1.
Jika dilihat secara
keseluruhan dari pela‐
tihan tahap ke‐1 dan
tahap ke‐2, maka
jumlah total peserta
pelatihan 134 perem‐
puan. Sebanyak 95%
(87 kelompok) kelom‐
pok sasaran telah
mengi‐rimkan utusannya. Hanya 1 dusun yang tidak terwakili dalam pelatihan tersebut,
yaitu Dusun Tegal Desa Sewukan. Dari tabel ini diketahui ada 5 kelompok tidak
mengirimkan utusannya. Mereka adalah: 2 di wilayah OFDA (KRA Kembang RT 01/Subur
makmur dan KRA Tanen Deso RT 02, keduanya di Desa Ngargomulyo) dan 3 kelompok di
wilayah AUSAID (KRA Ngentak RT 01 Desa Kalibening, KRA Dusun Paten RT 05 Desa Paten,
dan KRA Dusun Tegal Desa Sewukan).
5.4. Transfer Pengatahuan di Tingkat Kelompok:
Ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dijawab dalam hal capacity building melalui
metode training/pelatihan ini, yaitu: (1) Apakah di kelompok‐kelompok sudah tersedia
”kader” (orang yang sudah mendapatkan pelatihan) dan apakah mereka mampu menyerap
serta menyebarkan ketrampilan yang diperoleh
kepada anggota kelompok; (2) Apakah di tingkat
kelompok, semua sudah dilakukan pelatihan di
tingkat kelompok yang diikuti oleh anggota‐
anggota kelompok.
Secara keseluruhan baik dari Pelatihan
Budidaya Pertanian Pekarangan dan Pelatihan
Tabel 8.
Profil Peserta Pelatihan Kompos Ke‐2
Desa Mangunsuko, 21 Mei 2011
Wilayah
Jumlah
Peserta
Jumlah
Kelompok
Peserta
Jumlah
Dusun
Peserta
OFDA 0 0 0
AUSAID 56 39 24
TOTAL 56 39 24
Tabel 9.
Peserta Keseluruhan Pelatihan Komposting
Tanggal 19 Mei dan 21 Mei 2011
Wilayah
Jumlah
Peserta
Jumlah
Kelompok
Peserta
Jumlah
Kelompok
Sasaran
Jumlah
Dusun
Peserta
Jumlah
Dusun
Sasaran
OFDA 53 33 (94 %) 35 23 (100%) 23
AUSAID 81 54 (95%) 57 36 (97%) 37
TOTAL 134 87 (95%) 92 59 (98%) 60
Tabel 10.
Rekap Jumlah Pertemuan dan Pelatihan
Di laksanakan Oleh Kelompok
Wilayah
Jumlah
Pertemuan/
Pelatihan
Jumlah
Peserta
OFDA 39 759
AUSAID 91 2.802
TOTAL 130 3.561
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 16
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 23/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 17
Komposting Pengelolaan Limbah Sampah Rumah Tangga, sebanyak 248 perempuan (kader)
sudah memperoleh pelatihan. Di wilayah OFDA 91 kader telah dilatih dan di wilayah AUSAID
157 kader telah dilatih. Jadi rata‐rata di setiap kelompok ada 2‐3 kader perempuan yang
pernah dilatih. Total jumlah pertemuan di tingkat kelompok3 (baik pertemuan rutin maupun
pelatihan) sebanyak 130 pertemuan dengan jumlah peserta keseluruhan 3.561 orang.
Pelatihan di tingkat kelompok: Sampai akhir Mei 2011 semua kelompok telah melaksanakan
pelatihan di tingkat kelompok. Berikut ini beberapa catatan pelatihan di tingkat kelompok:
(1) Ada banyak dusun yang melakukan pelatihan budidaya pertanian secara mandiri4
,
dilaksanakan sendiri oleh kelompok dan difasilitasi oleh peserta yang menjadi utusan
di pelatihan budidaya pertanian. Dusun‐dusun yang telah melakukan pelatihan
secara mandiri ini contohnya adalah: Sewukan tegal, Sewukan 1, Suko, Gumuk,
Candi, Ngentak, Bongsari, Gemer, Bojong, Tangkil, Batur Dhuwur, Kembang, Paten
RT04, dll.
(2) Ada kelompok‐kelompok yang pelatihan di tingkat kelompoknya sempat dihadiri
oleh para petugas lapangan (koordinator lapangan). Meskipun didampingi
koordinator lapangan, namun fasilitator pelatihan tingkat kelompok ini adalah tetap
para utusan yang pernah mengikuti pelatihan budidaya pertanian pekarangan tahap
I maupun tahap II. Memang nampak bahwa para ”kader” ini kurang percaya diri,
namun secara umum bisa dikatakan mereka mampu memberikan transfer
pengetahuan di tingkat kelompok.
(3) Dari gambaran dalam dua point di atas, maka bisa dikatakan bahwa pelatihan
budidaya pertanian pekarangan tahap I dan tahap II yang sudah dilakukan boleh
dikatakan cukup efektif dan dapat diserap oleh peserta. Hanya saja banyak para
peserta pelatihan ini setelah memfasilitasi di tingkat kelompok merasa perlu adanya
media audio‐visual mengenai pertanian pekarangan dan komposting, dan perlunya
panduan sederhana yang berisi gambar‐gambar serta penjelasan ringkas mengenai
cara‐cara komposting, pestisida organik, dan menu‐menu pengendalian hama
terutama untuk sayur‐sayuran.
5.5. Workshop Pengorganisasian Kelompok:
Workshp pengorganisasian kelompok telah terlaksana dua kali. Workshop pertama diikuti
oleh 86 perempuan perwakilan kelompok dan PKK Desa, bertempat di Balai Desa Kalibening.
Workshop kedua diikuti oleh 46 perempuan perwakilan kelompok dan PKK Desa bertempat di
Balai Desa Sewukan. Dengan demikian total peserta workshop pengorganisasian adalah
sebanyak 136 perempuan.
Pada sesi‐sesi terakhir workshop pengorganisasian tersebut telah mengidentifikasi masalah‐
masalah kelompok sekaligus mencari solusi tindakan kelompok yang akan dilakukan pada
tahap selanjutnya. Hasil diskusi tersebut adalah sebagai berikut:
3 Dari 130 pertemuan tersebut sayangnya hanya 95 pertemuan yang mempunyai daftar hadir. Hal ini
disebabkan bahwa semula pertemuan di tingkat kelompok ini, karena seluruhnya bersifat swadaya, maka
tidak diperlukan catatan daftar hadir untuk administrasi proyek. Dengan demikian sesungguhnya jumlah
pertemuan maupun jumlah peserta pertemuan di tingkat kelompok angkanya bisa lebih besar dari yang
dilaporkan ini. Selain itu ”daftar hadir” di beberapa kelompok menjadi kendala karena image tentang
adanya ”uang saku”, oleh karena itu ada beberapa pertemuan kelompok yang tidak memakai daftar hadir.4 Tidak semua jadual pelatihan di tingkat kelompok mampu dihadiri oleh petugas lapangan. Bahkan
banyak jadual bertabrakan antara kelompok satu dengan kelompok lain. Itu sebabnya banyak pelatihan di
tingkat kelompok tersebut bersifat mandiri, yang pada awal-awalnya tidak disertai dengan ”daftar hadir”
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 24/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 18
Desa Sumber :
• Usaha desa dibidang pertanian : kompos, pupuk organik, pestisida, administrasi. Namun
permasalahan dibidang administrasi yaitu keuangan dalam hal pengelolaan simpan
pinjam.
• Kegiatan yang masih dilakukan saat ini: Menertibkan simpan pinjam; Melakukan
penanaman kembali polybag; Mengontrol para penggaduh ternak; Mempraktekkan cara
cuci tangan yang benar; Memanen dan mengkonsumsi sayuran setiap hari
• Kegiatan yang ingin dikembangkan ke depan: Pertanian di sawah ditingkatkan
perawatnya; Menjual produk pertanian jika kebutuhan sehari‐hari telah terpenuhi;
Menertibkan simpan pinjam; Membentuk pengurus desa; Mengkoordinir peternak /
pegaduh tiap dusun; Di bidang kesehatan dengan meningkatkan cuci tangan oleh kades;
Dapat mewujudkan anak sehat dan cerdas
Desa Keningar:
• Rencana pengorganisasian akan mengadakan pertemuan di minggu ke II
• Masalah‐masalah dalam organisasi : Pengurus belum semua mengikuti pelatihan;
Kurangnya keterbukaan pengurus; Banyak kegiatan sehingga anak dan rumah tidak
terurus; Pengurus yang sudah dipilih belum tahu tugasnya; Tidak percaya kepada
pengurus;Masyarakat meminta dalam kepengurusan transparan; Kurangnya berkumpul
sesama pengurus
• Tindakan yang akan dilakukan kelompok dengan berbagai permasalahan : Diadakan
pertemuan rutin beserta laporan kegiatan yang jelas terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan; Harus dibuat keadministrasian yang benar dan transparan; Pembagiantugas
dan fungsi pengurus; Diadakan study banding antar pengurus desa; Mempublikasikan
kegiatan‐kegiatan pengurus kelompok dalam media seperti mading (berisi laporan
kegiatan,keuangan, dll) sehingga bisa dikontrol semua anggota; Penjadwalan pembagian
tugas; Melibatkan pemerintah desa
Desa Gulon :
• Kelemahan‐kelemahan yang dihadapi pengurus: Ketua tidak aktif; Tidak semua dusun
dapat bantuan; Kurang komunikasi antar pengurus / warga; Kurang mematuhi aturan
main/kedisiplinan; Belum ada forum ditingkat desa; Hanya 7 dusun yang mendapatkan
bantuan; Pengurus dusun lain yang tidak mendapatkan bantuan sangat tertarik untuk
melakukan pertanian pekarangan; Warga gampang menyerah
• Permasalahan organisasi yang ada akan direncanakan peningkatkan kapasitas pengurus
kelompok. Ditingkat pengurus direncanakan aka meningkatkan kekuatan solid,
pertemuan rutin dan transparansi.
Desa Kalibening:
• Persoalan yang dihadapi organisasi: Cara menyemangati/memotifasi; Menetapkan
tujuan pasti/jelas yang bisa di ‘amini’ bersama; Kepercayaan pada pengurus;
Kekompakan pengurus; Kebingungan ambil keputusan itu dari siapa; Pengetahuan
kurang; Pengurusan belum bisa jadi acuan
• Rencana aksi para pengurus : Memotifasi, menyusup/masuk lewat program PKK yang
mempunyai kuasa/kekuatan untuk mensuport; Kelompok berdampingan dengan PKKdi
dalam program posyandu dan gizi/pangan
Desa Ngargomulyo
• Perencanaan desa Ngargomulyo : Memenuhi kebutuhan gizi anak (PMT Posyandu);
Melanjutkan menanam sayuran dalam polybag; Pengembangan ternak; Pengembangan
simpan pinjam; Pertemuan rutin antar dusun
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 25/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 19
• Masalah dalam pengorganisasian : Tidak semua pengurus aktif dalam kegiatan;
Kurangnya tanggung jawab; Tidak ada pembimbing; Kurangnya kesadaran masyarakat;
Belum adanya pertemuan rutin
Desa Mangunsuko
• Impian : Melanjutkan aktifitas yang sudah ada (ditingkatkan); Meningkatkan kapasitas organisasi; Mewujudkan jejaring antar kelompok; Melibatkan anak‐anak dalam kegiatan
pertanian pekarangan
• Kelebihan / kekuatan : Pengurus semangatn dan kompak; Antusiasme warga positif;
Pertemuan rutin; Komunikasi antar kelompok
• Kelemahan : Kurangnya kesadaran warga; Pekarangan sempit; Kurang pengetahuan
/kapasitas; Konflik yang tidak terkelola di dalam kelompok; Adanya provokator
• Peluang : Adanya dukungan birokrasi yang lebih tinggi; Apresiasi positif dari desa lain;
Peluang mendapat pemasukan tambahan; Ada dukungan dari dinas pendidikan;
Dukungan Perangkat desa
• Hambatan : Adanya kecemburuan dari wilayah lainnya
Desa Paten
• Permasalahan : Kurang adanya komunikasi; Tidak ada penggerak di tingkat desa; PKK
tidak berfungsi (tidak ada kegiatan); Kurang koordinasi; Kelalaian pimpinan; Polibag
kelompok macet; Tidak pernah mngadakan pertemuan di tingkat desa; Tidak ada
panggilan dari pengurus untuk kumpul; Program ada tetapi tidak berjalan; Semua harus
lewat Kadus dan Kades; Karena para perempuan jadi agak sungkan
• Solusi : Ingin membuat pengurus; Meminta bantuan Save The Children atau Nawakamal
untuk membantu mendorong pengurus desa agar jaringan di tingkat desa tapi tidak atas
nama PKK; Dusun membutuhkan kumpulan di tingkat Selapanan. Yang bisa dijadikan alat
untuk menghidupi kelompok polybag ibu‐ibu; Dengan kuatnya kelompok di tingkat
dusun maka apabila akan ditingkatkan di desa akan lebih mudah.
Desa Sewukan
• Keprihatinan : Tingkat kesadaran warga kurang; Kurang pemanfaatan fasilitas yang ada;
Sebagian kecil warga kurang bertanggung jawab; Lingkungan yang belum tertata;
Kebutuhan gizi anak belum terpenuhi / kebutuhan akan pangan sehat kurang.
• Harapan : Munculnya kesadaran warga atas pentingnya program ini yaitu terpenuhinya
kebutuhan pangan yang sehat untuk warga; Kesejahteraan ,asyarakat dan keluarga
terpenuhi ; Kesehatan fisik (gizi , terhindar dari penyakit) , psikis dan pendidikan
tercukupi; Taraf hidup lebih baik; Kesamaan derajat (tidak ada perbedaan, hak yang
sama); Lingkungan hidup yang rapi, tertata, bersih (sampah dimanfaatkan)
• Kekuatan : Semangat pengurus yang besar; Moodal yang cukup (uang, pupuk dan
media); Hasil panen sendiri lebih sehat; Koordinasi antar panitia bagus; Menanam
tanaman ang banyak
• Kelemahan : Sebagian kecil warga malas; Orientasi pada uang; Sebagian warga
keterbatasan tempat
• Peluang : Sebagian media belajar langsung (kelompok ); Karena dekat pasar kalau ada
kelebihan bisa langsung djual ; Mengurangi oengeluaran dan mnambah pemasukan
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 26/44
6. Media Penyadaran: Film dan Buku Panduan
Seperti dijelaskan dalam Bagian sebelumnya bahwa pembuatan buku panduan dan film
dokumentasi ini berdasarkan atas kebutuhan yang berkembang dari para kader yang pernah
mengikuti pelatihan dan pengalaman mereka setelah memberikan pelatihan budidaya
pertanian pekarangan di tingkat kelompok masing‐masing. Buku Panduan Budidaya Pertanian
Pekarangan berjudul ”Dari Pekarangan Sampai Ke Meja Makan” telah disusun berdasarkan
konsep ”buku panduan praktis”, dengan bahasa yang ringan dan disertai gambar‐gambar
yang relevan.
Disamping buku panduan, program ini juga memproduksi 2 buah film yaitu film berjudul
”Merapi Mu, Merapi Ku, Merapi Kita”. Film ini berisi mengenai upaya penyadaran sekaligus
memberikan panduan‐panduan teknisl berupa visual tentang budidaya pertanian pekarangan
serta tehnik‐tehnik dasar membuat komposting. Beberapa kader telah mencoba
menayangkan film ini ketika masih berupa ”draf film” dan mereka merasa sangat terbantu
dalam memberikan transfer pengetahuan kepada anggota kelompok. Film ini juga berisi
tentang penyadaran pentingya kita mengelola lingkungan sekitar kita dalam kaitannya
dengan pemanfaatannya untuk membuat kompos limbah rumah tangga. Kedua film ini sudah
didistribusikan ke masyarakat.
7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Ketersediaan dan sustainabilitas pola konsumsi makanan sehat (dalam hal ini sayuran) di
”meja makan keluarga”, dipengaruhi oleh variasi jenis tanaman dan pola mengatur rotasi
tanaman yang ditanam berdasarkan umurnya. Melalui prinsip dan strategi pendampingan
kelompok yang sudah diwacanakan di internal Tim MERP‐Pertanian Nawakamal, maka
didorong munculnya variasi jenis tanaman dan mengatur rotasi tanaman dalam
pendampingan‐pendampingan proses penanaman.
7.1. Capaian Target Penanaman di Masyarakat
Target sasaran program mulai menanam pertama kali pada akhir Minggu ke‐II Maret 2011
dan terus berlanjut secara bertahap sampai Minggu ke‐III Mei 2011. Proses penanaman di
polybag tidak serempak tergantung pada distribusi polybag dan kesiapan pengelolaan
kelompok masing‐masing. Melalui Format Pemantauan Jenis Tanaman yang dibagikan ke 92
kelompok pada Minggu III dan Minggu IV April 2011, maka diketahui capaian hasil
penanaman sebagai berikut:
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 20
Tabel 11.
Capaian Partisipasi Penanaman
Wilayah
Jumlah
Sasaran
Jumlah
Penanam
OFDA 2.000 1.959 (97,95%
AUSAID 3.723 3.719 (99,89%)
TOTAL 5.723 5.670 (99%)
7.1.1. Jumlah penanam dan jenis tanaman: Dari Data Form Pemantauan Jenis Tanaman
yang masuk dari 92 kelompok, diketahui bahwa di wilayah OFDA sebanyak 1.959 orang
(97,95%) dari sasaran program telah melakukan penanaman. Sementara di wilayah
AUSAID sebanyak 3.719 orang (99,89%)
telah menanam. Capaian secara kese‐
luruhan adalah 5.670 orang (99%) dari
sasaran program berparisipasi dalam pena‐
naman budidaya pertanian pekarangan.
Dari data ini ada sebanyak 53 KK tidak berpartisipasi dalam penanaman dengan latar belakang kondisi sebagai berikut: (1) Ada KK yang merasa tidak mempunyai tenaga yang
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 27/44
cukup dikeluarganya sehingga polybag diserahkan ke KK lain; (2) Ada KK yang tidak
mempunyai lahan sehingga menyerahkan polybag ke KK lain; dan (3) Ada KK yang memang
tidak mau menerima bantuan polybag.
7.1.2. Variasi jenis tanaman yang ditanam: Dari keseluruhan data mentah berdasarkan
format yang masuk terdapat sekitar 22 jenis tanaman yang ditanam oleh masyarakat di
dalam polybag. Baik di wilayah OFDA maupun AUSAID rata‐rata minimal jumlah jenis
tanaman adalah 5 jenis, sementara rata‐rata maksimal 17 jenis tanaman. Ke‐22 jenis
tanaman tersebut dimasukkan kedalam 6 kategori sebagai berikut:
Tabel 12. Kategorisasi jenis tanaman yang ditanam
Kategori Jenis Tanaman
1. Kacang panjang, kacang
2. Buncis, buncis perancis, kara perancis, kacang b., kara
3. Kacang merah, snerek, kacang drat KACANG‐KACANGAN
4. Lain‐lain (kacang ijo, kapri, kecipir)
5. Bayam
6. Kangkung
7. Sawi, lebor
8. Caisin, jetsin, sawi sendok, bakcai
9. Kubis, kol batu, kol d.
10. Kol bunga, blunkul, bloomkool, col b., brokoli
11. Mbayung, kacang bayung, bayungan
SAYURAN DAUN
12. Lain‐lain
13. Terong
14. Tomat, tomat buah
15. Cabe kriting
16. Cabe rawit, cabe gorga, cabe bangkok, cabe hijau, cabai
SAYURAN BUAH
17. Lain‐lain (pare, gambas, ketimun, kentang, wortel, lobak)
18. Loncang, onclang, daun bawang
19. Sledri, daun sop BUMBU DAPUR
20. Lain‐lain (bawang merah, bawang putih, kemangi, sere)
TANAMAN OBAT 21. Tanaman obat (jahe, kunir, kencur, empon‐empon, toga,
rempah‐rempah, dsb.)
LAIN‐LAIN 22. Lain‐lain (melodi, melon, strawberi, jagung, rambal, leser)
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 21
Tabel 13.
Jumlah penanam dari 10 jenis tanaman terbanyak di tanam
di wilayah OFDA
Jenis Tanaman Jumlah Penanam (KK) Prosentase (%)
Terong 1.710 87%
Loncang
1.477
75%
Tomat 1.343 69%
Caisin 1.345 69%
Kangkung 1.180 60%
Bayam 1.151 59%
Sawi 1.116 57%
Lombok rawit 1.087 55%
Kacang panjang 975 50%
Sledri 965 49%
Catatan: prosesntase diambil dari jumlah KK penanam (1.959 KK)
Variasi jenis tanaman di
wilayah OFDA: dari 22 jenis
tanaman yang ditanam oleh
sasaran program ingin diambil
10 jenis tanaman terbanyak
ditanam. Di desa‐desa wilayah
OFDA ke‐10 jenis tanaman
yang paling banyak ditanam
adalah sebagai berikut: Dari 10
jenis tanaman terbanyak di
tanam ini ada 5 jenis tanaman
yang jumlahnya cukup
signifikan yaitu Terong,
Loncang, Tomat, Caisin, dan
kangkung.
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 28/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 22
Tabel 14.
Jumlah penanam dari 10 jenis tanaman terbanyak di tanam
di wilayah AUSAID
Jenis tanaman Jumlah Penanam (KK) Prosentase (%)
Caisin 3.321 89%
Kangkung 3.021 81%
Bayam 2.971 80%
Lombok rawit 2.623 78%
Loncang 2.776 74%
Terong 2.765 74%
Cabe kriting 2.623 71%
Tomat 2.582 70%
Sawi 2.391 65%
Sledri 2.320 62%
Catatan: prosesntase diambil dari jumlah KK penanam (3.719 KK)
Jika jumlah penanam ke‐22 jenis tanaman tersebut
dimasukkan ke dalam 6 kategorisasi, maka gambaran
jumlah penanam menurut kategori jenis tanaman
adalah sebagai berikut: Kategori jenis tanaman
sayur daun‐daunan dan sayur buah merupakan
kategori yang paling banyak ditanam, yaikni
sebesar 39% dan 37 %. Sisanya adalah kacang‐
kacangan, tanaman bumbu dapur, dan tanaman
obat.
Variasi jenis tanaman di
wilayah AUSAID: Di desa‐desa
wilayah AUSAID terdapat
sebanyak 57 kelompok dengan
total jumlah penanam
mencapai 3.719 KK penanam.
Tabel berikut menggambar 10
jenis tanaman terbanyak di
tanam di wilayah AUSAID.
Berbeda dengan desa‐desa di
wilayah OFDA, lima jenis
tanaman terbanyak ditanam di
desa‐desa AUSAID adalah
caisin (89%), kangkung (81%),
bayam (80%), lombok rawit (78%), dan loncang (74%).
Sementara itu jika seluruh jumlah penanam di wilayah
AUSAID untuk semua jenis tanaman dikelompokkan
menurut kategorisasi jenis tanaman, maka di peroleh
gambaran bahwa sebagian besar penanam adalah
menanam kategori jeni sayur daun (44%) dan sayur
buah (36%), sisanya adalah jenis bumbu dapur,
kacang‐kacangan, dan tanaman obat.
7.2. Beragamnya Proses Penanaman:
Pendampingan proses penanaman kepada 92 kelompok
budidaya pertanian pekarangan menunjukkan variasi
yang sangat beragam dalam proses dan tahapan
penanaman tanaman oleh masyarakat1. Berbagai
keberagaman itu dapat digambarkan sebagai berikut:
1 Begitu banyaknya variasi dalam tahap, proses, pola dan pengorganisasian penanaman tanaman ini,
juga karena durasi proyek yang pendek, tidak memungkinkan Nawakamal membuat format monitoring
khusus untuk merecord keberagaman tersebut. Keberagaman yang dipaparkan ini disimpulkan berdasarkanpengamatan lapangan, sharing dengan petugas lapangan saat meeting rutin Tim Nawakamal, dan catan-
catan mingguan petugas lapangan.
Kacang2-
an, 9%
Bumbu
Dapur,
9%
Tnm
Obat, 1%
Syr
Daun,
44%
Syr
Buah,
36%
Kacang2-
an, 13%
Bumbu
Dapur,
10%
Tnm
Obat, 2%
Syr Daun,
39%
Syr Buah,
37%
Bagan 2.
Prosentase jumlah penanam menurut
kategori tanaman di desa‐desa OFDA
Bagan 3.
Prosentase jumlah penanam menurut
kategori tanaman di desa‐desa AUSAID
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 29/44
• Kecepatan penanaman di polybag: Kecepatan jumlah polybag yang ditanami oleh
masing‐masing KK menunjukkan pula beberapa variasi yang disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain. Pertama, rata‐rata KK atau kelompok tidak langsung menanami
sebagian besar polybag yang telah diperoleh. Hal ini dikarena oleh waktu yang
terbatas para ibu karena adanya kegiatan lain seperti mengurus rumah tangga,
membantu laki‐laki di sawah atau ladang mereka, kesibukan‐kesibukan sosial, maupun
kesibukan oleh karena adanya proyek atau program lain yang masuk ke dusun mereka
dari lembaga pemerintah atau LSM lain. Kedua, ada beberapa kelompok yang
memberlakukan model “top‐down” dalam jenis yang harus ditanam dan jumlah
polybag yang ditanami yang dilakukan secara bertahap. Ketiga, beberapa kelompok di
beberapa dusun seperti disebutkan sebelumnya yang rata‐rata kepemilikan lahan
pekarangan sangat sempit atau tidak mempunyai sama sekali, mereka menghadapi
kendala untuk menyediakan tanah yang harus diisikan ke polybag. Jika setiap polybag
membutuhkan rata‐rata 4 Kg tanah dicampur dengan kompos yang harus dimasukkan
ke polybag, maka untuk 4 – 5 Kg polybag ( + 200 polybag) membutuhkan tanah
sebanyak 800 Kg/8 Kw.
• Variasi tempat/lokasi polybag: Setidaknya ada beberapa pola cara penanaman seperti
berikut: (a) Penanaman polybag yang diletakkan di para‐para, yang umumnya
dilakukan oleh KK dengan lahan sempit atau tidak punya lahan sama sekali; (b)
Penanaman yang dilakukan di para‐para dikombinasikan dengan polybag yang
diletakkan di tanah pekarangan. Biasanya dilakukan oleh KK yang mempunyai cukup
lahan pekarangan; dan (c) Penanaman yang hampir seluruhnya diletakkan di tanah
pekarangan. Ada pula cara menanam di polybag dengan cara penanaman
“tumpangsari” dimana satu polybag ditanami beberapa jenis tanaman seperti bayam
dan caisin. Pada bentuk pola tanam a, b, maupun c, rata‐rata diberi pagar bambu dan
atap platik atau paranet.
Di KK yang tidak mempunyai pekarangan atau pekarangannya sangat sempit rata‐rata
menanam atau meletakkan polybag di teras rumah, di pinggir‐pinggir rumah, atau
membuat para‐para untuk tempat polybag. Para‐para tersebut dibuat dari bambu.
Dusun‐dusun yang rata‐rata kepemilikan lahannya sempit antara lain seperti: Dusun
Bandung, Suko, Suruh, Candi, Babadan II, Babadan I, Dusun Ngargomulyo, dll.
Sementara itu bagi KK yang mempunyai cukup tempat di pekarangan mereka, maka
polybag diletakkan di pekarangan depan, samping, atau belakang rumah. Biasanya
mereka kemudian membuat pagar bambu setinggi mencapai 2 M agar tidak dimakan
ayam. Dalam hal membuat pagar bambu ini, sebagian besar dilakukan dengan cara
swadaya masing‐masing keluarga. Para‐para dan pagar ini dikerjakan oleh para laki‐laki
(suami). Sementara itu untuk biaya pengadaan tutup (atap) plastik atau paranet biasanya diajukan kepada budget kelompok yang dialokasikan dari dana Rp. 200.000.
• Pengelolaan tanaman secara individual
dan kelompok: Dalam hal pengelolaan
tanaman‐tanaman dalam polybag ini
ditemukan dua pola utama. Pertama, pola
pengelolaan individual (KK) dimana
seluruh polybag yang terbagi kepada KK
dikelola sepenuhnya oleh KK masing‐
masing. Pola kedua, dibeberapa
kelompok ada yang memberlakukan
“pengelolaan tanaman di kelompok” dan “pengelolaan tanaman individual”. Beberapa
kelompok yang ditemukan model pola Kedua ini antara lain di Dusun Bandung, Suko
Jika organisasi kelompok kuat dan punishment
berjalan dengan tegas, maka pengelolaan
tanaman bersama melalui kelompok akan
berjalan dengan baik. Sementara itu
pengelolaan model ini di kelompok yang secara
organisasi dan penerapan sanksinya lemah,
pengelolaan bersama dalam kelompok hanya
menimbulkan masalah iren (iri) tentang
penjadualan kerja.
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 23
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 30/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 24
(dikedua dusun ini per KK menyisihkan 10 polybag untuk dikelola oleh kelompok),
Sewukan Tegal RT III (dimana salah seorang yaitu bapak Suhud meminjamkan sebidang
tanahnya untuk lokasi tanaman polybag yang dikelola kelompok), dan Desa Paten2. Di
Sewukan Tegal tersebut bahkan sudah ada judual pembagian kerja seminggu dua kali
perawatan rumah polibag, yaitu Kelompok Rabu dan Kelompok Minggu. Rabu: Ibu
Lasih, Ami, Epi, Surip, Yani. Minggu: Ibu Choir, Ning, narti, Sukani, Uni, Kartini. Waktu: Bar Azar.
Model pengelolaan tanaman kelompok ini terjadi karena begitu kuatnya pengaruh
kepemimpinan di dalam pengurus untuk menintrodusir model pengelolaan tersebut.
Alasan lainnya adalah bahwa model pengelolaan kelompok tersebut merupakan salah
satu strategi demi penguatan kuangan kelompok (dari kegiatan pertanian) dimana ke
depan hasil‐hasil tanaman yang dikelola oleh kelompok tersebut akan dijual
(dipasarkan).
7.3. Pemeliharaan Tanaman: Kompos dan Pestisida Organik
Konsep
budidaya
pertanian
pekarangan
yang
dikembangkan
ini
adalah
budidaya
pertanian
organik. Salah satu kapasitas yang diberikan kepada masyarakat melalui kader‐kader atau
utusan kelompok dalam pelatihan‐pelatihan adalah kapasitas untuk membuat kompos dan
pestisida organik. Kader‐kader tersebut akan men‐”transfer” pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh kepada seluruh anggota kelompok. Berkaitan dengan kapasitas pemeliharaan
tanaman melalui pembuatan kompos dan pestisida organik ini dapat digambarkan capaian‐
capaian sebagai berikut:
7.3.1. Pembuatan dan Pemanfaatan Kompos:
Di masyarakat sasaran program ada sebanyak 134 orang yang sudah dilatih mengenai
tehnik membuat kompos, dan 90% kelompok telah melakukan pelatihan di kelompok
masing‐
masing
tentang
pembuatan
kompos
ini.
Sampai
akhir
Mei
2011
seluruh
kelompok
telah melakukan kegiatan penanaman dan menggunakan kompos untuk tanaman mereka.
Ada 3 pola pengadaan kompos yang berjalan di kelompok‐kelompok sasaran program,
yaitu: (1) Kompos yang dibuat sendiri oleh KK (anggota kelompok), terutama mereka yang
mempunyai ternak entah kambing atau sapi; dan (2) Kompos yang pengadaannya dikelola
oleh kelompok, dimana kelompok mengkonsentrasikan pembuatan kompos di beberapa
anggota dan anggota lain kemudian
mengambil di tempat tersebut3; dan (3)
Kompos yang pengadaannya dengan cara
membeli, baik yang dilakukan sendiri oleh KK
maupun diorganisir oleh kelompok.
7.3.2. Pestisida Organik Pemeliharaan
Tanaman: Tampilan dari tanaman organik
memang tampak luarnya tidak sesubur atau
”sehijau” tanaman yang dipupuk dengan
pupuk non‐organik yang tampilannya besar‐
2 Hampir seluruh kelompok di desa ini memberlakukan pengelolaan model kelompok selain juga
penanaman pribadi. Rata-rata sebanyak 25 Kg polybag disetorkan ke kelompok untuk dikelola di tingkat
kelompok. Sebagai contoh saja di RT 4 dengan 53KK sudah tertanam 800 polybag dikelola oleh kelompok.3 Salah satu contohnya di Dusun Kalibening pembuatan kompos terkonsentrasi di satu tempat, yakni di
salah satu rumah kader yang sukarela mau merintis pembuatan kompos ini dan mempunyai ketrampilan
yang cukup tentang komposting. Anggota kelompok mengambil ke sana kebutuhan komposnya sekalianmelakukan pembelajaran cara membuat kompos.
Secara umum yang dipahami masyarakat
bahwa ”kompos” adalah kotoran ternak.
Bahkan banyak petani yang masih memiliki
pikiran semacam ini. Padahal bahan dasar
kompos tidak harus dari ”kotoran ternak”.
Semua bahan yang bersifat organik
sesungguhnya dapat dibuat kompos dengan
tehnik pembuatan yang sederhana. Salah satu
tantanga kegiatan ”komposting” dalam
program ini adalah merubah cara pandang
petani kalau tidak punya ternak maka tidak
bisa membuat atau memperoleh kompos.
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 31/44
besar dan hijau. Anggapan semacam ini muncul di kalangan awam non petani bahkan juga
para petani sendiri, termasuk para petani perempuan di wilayah program. Beberapa
gambaran pemeliharaan tanaman dari para sasaran program antara lain sebagai berikut:
• Di Dusun Gunungsari dan Ngentak kelompok berinisiatif untuk membelikan ember
kepada para anggotanya untuk media pembuatan pupuk cair, yang pada akhir Mei 2011 ini kegiatan composting ini sudah berjalan.
• Di Dusun Sewulan Tegal beberapa anggota kelompok mengungkapkan bahwa
kocor urin kambing dari kelompok Sewukan Tegal baik untuk loncang dan caisin.
Beberapa warga ngocor polibagnya sendiri tiga hari sekali. Tanaman‐tanaman
pekarangan di sewukan tegal tumbuh dengan.
7.3.3. Hama Tanaman Yang Muncul: Hama yang banyak menyerang adalah penyakit
kuning (indikasinya adalah layu), yang kemungkinan disebabkan kurangnya terkena sinar
mata hari. Sementara khusus tanaman tomat dan lombok rata‐rata diserang “lier” dengan
indikasi batang busuk.
8. Panenan dan Konsumsi Makanan Sehat Organik(Hasil Baseline Studi)
8.1. Gambaran Akurasi Baseline‐Endline
Seperti sudah dipaparkan dalam Bagian sebelumnya, bahwa program MERP‐Pertanian ini
menerapkan studi Baseline dan Endline dalam periode waktu yang berbeda untuk melihat
kaitan antara panen dan konsumsi. Sementara di sisi lain, untuk mengukur partisipasi di
dalam penanaman sudah dilakukan melalui format tersendiri dan telah dipaparkan di salah
satu sub‐bab sebelumnya. Metodelogi dan hambatan hambatan dari pelaksanaan baseline ini
adalah: (1) Responden baseline sebanyak 10 KK dari 92 KK yang dipilih secara purposive
random sampling, sehingga totalnya 920 KK responden terutama adalah keluarga yang
mempunyai anggota usia anak‐anak. (2) Baseline tidak dilakukan sendiri oleh koordinator
lapangan/petugas lapangan karena begitu banyak sasaran kelompok (92 kelompok) sehingga
tujuan baseline dan strategi pelaksanaannya dijelaskan kepada pengurus kelompok,
kemudian pengurus kelompok yang akan melakukannya ke responden (anggota); dan (3)
Karena pendataan dilaksanakan oleh pengurus maka memungkinkan terjadi eror pendataan
yang cukup tinggi sebab tidak semua pengurus dari 92 kelompok mempunyai kapasitas yang
sama dan memadai.
Baseline dan Endline ini dilengkapi dengan upaya ”merekam” aktivitas penen dan
”mengkonsumsi” selama 7 hari. Dalam memaparkan perbandingan aktivitas panen dan
konsumsi antara periode Baseline dan Endline, dalam sub bagian berikut ini akan disajikan
perbandingan antara data Baseline dan data Endline hanya untuk proses panen dan konsumsi
di Hari ke‐1 saja. (Versi lengkap hasil Baseline dan Endline akan dilaporkan secara terpisah).
8.2. Perkembangan Jumlah Pemanen
Hasil survei menggambarkan bahwa dari total responden
464 KK (N=464), sebanyak 231 KK atau sebear 50% telah
memperoleh panen dari beberapa jenis tanaman seperti
kacang panjang, buncis, caisin, dll. Pada periode ini
memang belum semua responden mendapatkan panen,
belum semua jenis tanaman mengalami panen, dan hasil
Tabel 15.
Perkembangan Jumlah Pemanen
Jumlah N
Baseline 231 (50%) 464
Endline 1.029 (62%) 1.650
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 25
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 32/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 26
Tabel 16.
Prosentase Konsumsi Keluarga dan Sumber Konsumsi
Beli Pekarangan Sawah Lain‐Lain Total (N)
Baseline
769
(66%)
110
(9%)
261
(22%)
36
(3%)
1.170
(100%)
Endline 927 (41%) 853 (37%) 447 (20%) 44 (2%) 2.271 (100%)
panenan ini baru dari penanaman distribusi polybag tahap I. Sementara itu dari hasil Endline
jumlah prosentase responden yang berhasil melakukan pemanenan telah meningkat menjadi
62% dimana dari total N=1.650 sebanyak 1.029 KK telah melakukan panen untuk berbagai
jenis tanaman. Dengan demikian ada peningkatan prosentase warga sasaran program yang
memanen yaitu 50% pada baseline menjadi 62% pada endline.
8.3. Aktivitas Konsumsi Atas Hasil Panen
Pertanyaan yang hendak dijawab dalam sub bagian ini adalah apakah hasil panen budidaya
pertanian pekarangan yang sudah dilakukan oleh warga sasaran program telah sampai ke
”meja makan” mereka. Dengan kata lain apakah mereka ”mengkonsumsi” hasil budidaya
pertanian mereka. Hal ini tentu saja berkaitan dengan asumsi dasar program MERP‐Pertanian
ini antara lain menyediakan pangan yang sehat bagi keluarga.
Ada perkembangan peningkatan prosentase responden yang mengkonsumsi budidaya
sayuran yang sumbernya dari pekarangan mereka, yaitu dari 9% pada periode Baseline
menjadi 37% pada periode Endline4. Memang pada kenyataannya bahwa sumber pangan
”meja makan” sasaran program tidak hanya dari pekarangan, tetapi masih ada juga yang
membeli, disupport dari sawah mereka, atau ada juga dari sumber lain misalnya diberi oleh
saudara atau tetangga.
Namun mungkin bisa dikatakan bahwa sejalan dengan perkembangan kegiatan budidaya
jumlah
hasil
panen
dan
beragamnya
jenis
panenan
bisa
mereka
peroleh.
Oleh
karena
itu
terlihat ada ”penurunan” konsumsi yang bersumber dari non‐pekarangan mereka. Beberapa
penurunan itu terlihat pada sumber dari ”beli” (semula 66% menjadi 41%), penurunan
konsumsi bersumber dari sawah (semula 22% menurun menjadi 20%), dan konsumsi dari
sumber lain‐lain (semula 3% kini 2%).
8.4. Kata Mereka: ”Enak, Renyah dan Lebih Irit”
Sebagian besar keluarga‐keluarga sasaran
program telah merasakan panen dari budidaya
pertanian pekarangan ini. Berikut ini adalah
catatan‐catatan yang diungkapkan oleh
masyarakat
mengenai
”kesan”
dan
”manfaat”
dari panen budidaya pertanian pekarangan
mereka.
• Semua RT di kelompok Dusun Suko
konsumsi sayur dari budidaya pertanian
pekarangan sudah terjadi berulang‐ulang untuk jenis sayuran caisin, lebor, bayam,
kangkung, daun buncis, sledri. Menurut anggota, rasa sayuran organik (hasil budidaya
pertanian di polybag) lebih kriuk, awet tidak gampang layu dan tidak mudah hancur
pada saat dimasak, juga rasanya lebih manis. Hal yang sama juga dirasakan oleh
4 Sekali lagi bahwa gambaran konsumsi ini diambil dari ”potret” rekam berbagai jenis tanaman yangdikonsumsi pada hari ke-1. Potret pola konsumsi dan sumber pada hari ke-2 sampai hari ke-7 bisa berbeda-
beda namun pola prosentasenya relatif hampir sama.
Mungkin merupakan ungkapan ”syukur”
melihat tanaman pekarangannya yang tumbuh
subur dan terasa indah dipekarangan,
kelompok‐kelompok di Dusun Windusari
melakukan ”panen raya” dan demo masak
bersama.
Sementara itu keluarga‐keluarga di kelompok
Dusun Bandung merayakan hal yang sama
dengan mengadakan ”lomba” tanaman
pekarangan pada tanggal 25 Mei 2011.
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 33/44
masyarakat dibeberapa dusun berikut seperti: di Dusun Bandung yang sudah
memanen sejak Minggu ke III mei 2011 untuk jenis tanaman loncang, sledri, caisin, dan
lebor. Di Dusun Tegal sudah memanen loncang dan sledri. Di Sewukan RT II sudah
panen loncang, sledri, mbayungan, daun buncis, bayam, kangkung, dan caisin. Dusun
Sewukan RT 01 sudah memanen loncang, sledri, mbayungan, daun buncis, dan caisin.
Dusun Suko RT 01, 02, 03, dan RT 04 sudah panen jenis tanaman berikut loncang, sledri, mbayungan, daun buncis, caisin.
• Di Dusun Ngentak warga menganggap bahwa pertumbuhan tanaman dengan model
organik tidak sebagus tanaman dengan penggunaan bahan kimia. Namun menurut
mereka rasanya lebih enak dan tidak menimbulkan nyeri di badan. Hal yang sama
diungkapkan oleh Ibu Sumawi, di Sewulan Tegal, mengatakan bahwa hasil sayuran di
polybag ini lebih enak (ora langu, tidak
getir) dibanding hasil sayuran yang sama
dari sawah. Di kelompok‐kelompok di
Dusun Keningar, Dusun Karanganyar dan
Ngandong, tanaman pekaangan
khususnya dari polybag tumbuh dengan
baik. Banyak warga di dusun‐dusun
tersebut mengatakan bahwa sayuran dari
buidaya pekarangan mereka memiliki aroma dan rasa yang berbeda dan lebih enak
dibandingkan dengan yang dari sawah atau yang di beli dari eyek (pedagang sayur
keliling).
• Ibu‐Ibu anggota kelompok di beberapa kelompok di Dusun Windusari bahwa panen
secara rutin yang bisa mereka dapatkan dari hasil budidaya pertanian pekarangan
mereka bisa menekan biaya (mengirit) pembelian sayuran antara Rp. 2.000 – Rp. 3.000
per hari. Jika angka ini bisa kita pakai maka dapat diperkirakan pula hal yang sama
terjadi juga di kelompok‐kelompok di dusun‐dusun yang sudah memperoleh hasil
panen.
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 27
9. Inisiatif Jaringan Antar Kelompok
Isu mengenai keinginan kelompok‐kelompok sasaran program untuk saling “tukar
pengalaman” telah muncul sejak awal Mei 2011. Hal ini sejalan dengan pemikiran Tim‐
Nawakamal yang sejak awal memang hendak menerapkan strategi “berjejaring” terhadap
kelompok‐kelompok tersebut. Sejak itu maka isu simpul jaringan ini menjadi diskusi inten di
tim bagaimana merancang jaringan tersebut.
Untuk mengukur sejauh mana keinginan dan kebutuhan kelompok memiliki simpul jaringan,
maka pada pelatihan pengelolaan limbah sampah rumah tangga pada 19 Mei 2011 (di Balai
Dusun Diwak, Desa Sumber, Kec. Dukun) dan 21 Mei 2011 (di Balai Desa Mangunsuko),
diselipkan satu sesi mengenai inisiatif simbul jaringan. Berikut ini adalah hasil dari keinginan
dan kebutuhan awal ide tentang simpul jaringan tersebut.
Simpul jaringan Desa Kalibening Simpul jaringan Desa Keningar
RTL Tingkat Dusun :
1. Menyampaikan hasil pelatihan
2. Sharing / keluh kesah hasil
pengelolaan pekarangan (
program kerja yang ada )
RTL Tingkat Desa :
1. Pembentukan kepengurusan paska
Rencana di tingkat desa dan dusun :
• Kelompok PKK memungut hasil panen 5% dari per KK
yang sudah mendapat persetujuan
• Setiap pergantian tanaman PKK menyediakan bibit dari
hasil panen polibag yang sudah dikumpulkan oleh PKK
desa
• Setiap pertemuan PKK RT melaporkan hasil panen
Ekonomi pertanian pasar selalu membayangi
para petani perempuan budidaya pertanian
pekarangan ini. Selain dikonsumsi sendiri oleh
keluarga yang dalam hal ini terjadi ”irit” antara
Rp.2000 s/d Rp.3000, mereka juga nampaknya
sempat menjual beberapa jenis sayuran
pertanian polybag tersebut karena memang
terjadi sisa setelah dikonsumsi
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 34/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 28
aksi dengan StC
2. Pertemuan pengurus setiap selapan
3. Laporan per dusun tentang hasil
sharing pengelolaan program kerja
4. Pelatihan pengelolaan sampah an –
organic
5. Pencerahan tanaman organic
narasumber dari Nawakamal
6. Pelatihan cara mengelola ternak
yang baik
7. Pembentukan kelompok pertanian
desa ( percontohan )
RTL antar desa :
• Silahturahim pengurus antar desa
( sharing antar desa )
tanaman dari polybag
• Dalam setiap RT akan membentuk tanaman polibag
kelompok
• Membuat kompos rumah tangga yang dikelompokan
dalam wilayah RT
• Untuk sampah non organik tetap dibakar sedikit demi
sedikit supaya sampah tidak menumpuk
• Untuk peternakan digaduh ternakan secara bergulir
dengna pembagian hasil penggaduh & PKK
• Mengadakan pelatihan pembuatan jamu ternak dari
dinas peternakan
• Setiap pertemuan PKK RT melaporkan hasil
perkembangan ternak
Rencana tindak lanjut program antar desa :
• Semua program sudah masuk organisasi PKK
• Setiap bulan ada pertemuan PKK desa wajib
melaporkan hasil tanaman & ternak
Simpul Jaringan Desa Sumber Simpul Jaringan Desa Ngargomulyo
Rencana tindak lanjut desa :
1. Membentuk kepengurusan
2. Mengadakan pertemuan di balai
desa setiap tgl 15
3. Menginformasikan melalui PKK
dusun masing – masing
Rencana tindak lanjut tingkat desa & dusun
• Menghidupkan kembali PKK dengan pembentukan
pengurus
• RTL jaringan antar desa dengan tukar pengalaman
dengan desa lain atau kerjasama misalkan
pendampingan anak.
• Membantu dana pendidikan bagi yang tidak mampu
• Dari pokja II ada simpan pinjam yang meliputi gaduh
ternak yang hasilnya bisa disalurkan ke berbagai pokja
• Posyandu meliputi memanfaatkan hasil polybag untuk
memenuhi gizi anak dan juga membantu dana
kesehatan bagi yang tidak mampu.
Simpul jaringan Desa Mangunsuko Simpul jaringan Desa Gulon
Pertanian :
• Melanjutkan tanaman polybag
dengan pupuk organic di masing2
dusun
• Transparansi keuangan kelompok
• Membuat jaringan antar dusun atau
kelompok dalam wadah PKK desa
sebagai sarana tukar informasi
• Memberikan cara tanam di polybag
kepada anak
Rencana kerjasama antar desa
mengadakan kunjungan antar desa
Pengurus akan berdiri sendiri karena hanya 7 dusun
yang mendapatkan program ini.
Pertanian :
• Melanjutkan program yang sudah ada (
penanaman polybag, pembuatan kompos yang
sudah berjalan dengan menggunakan ember,
pembuatan pupuk cair )
• Pertemuan rutin akan dilakukan 2 bulan sekali
tempat bergilir
Non pertanian :
• Gaduh ternak,
• Mesin perontok padi, peralatan prasmanan,
penetas telur yang disewakan dengan uang masuk
kas dusun
• Pelaporan rutin kegiatan
• Simpan pinjam biasanya dilakukan selapanan
Jaringan antar desa akan sharing dengan desa lain
untuk tukar informasi
Simpul jaringan Desa Paten Simpul jaringan Desa Sewukan
• Membentuk pengurus desa untuk kelompok
perempuan dari masing‐masing desa
• Penanaman polybag akan dilanjutkan
• Pembuatan kompos per KK dalam
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 35/44
• Mengadakan pertemuan rutin ditingkat desa
• Menghidupkan kembali PKK
• Melanjutkan pertanian polybag secara organic
• Pengurus tetap aktof dan tanggung jawab dalam
kelompok
• Program unggulan tetap berjalan atau tetap
dilanjutkan ( simpan pinjam, gaduh ternak,
tratag, traktor)
• Mempunyai visi dan misi kelompok desa
Pertanian :
1. Menambah jumlah tanaman di polybag
2. Membuat pupuk cair
3. Membuat kompos secara kelompok
4. Menambah variasi tanaman sayuran dan buah
5. Ada pertemuan rutin
Non pertanian :
1. Simpan pinjam terus berlanjut
2. Gaduhan ternak tetap berjalan
3. Ada pembukuan yang dikelola secara rutin
4. Pertemuan rutin untuk melaporkan hasil
pembukuan
pekarangan
• Pembuatan pupuk cair dan peptisida
organic tetap dilanjutkan
• Menekankan cara penanaman di
polybag dengan pengalaman yang sudah
didapat
Non pertanian :
• Simpan pinjam dilanjutkan dengan
kendala masalah modal dan akan
diadakan menambah tabungan sukarela
• Gaduh ternak akan dilanjutkan dengan
system penggemukan dengan harapan
menambah modal dan keuntungan akan
dibelikan lagi
• Pertemuan rutin akan dilakukan satu
bulan sekali untuk sharing pengalaman
• Diadakan sekretariat bersama
Dari proses inisiasi proses simpul jaringan ini maka dapat digambarkan beberapa isu yang
berkembang sebagai berikut:
• Pada prinsipnya sebagian besar kelompok di desa‐desa menginginkan adanya simpul
jaringan paling tidak di tingkat desa sebagai media tukar pengalaman, tukar
informasi, maupun sebagai upaya pendorong semangat berkelompok.
• Di Desa Mangunsuko kelompok PKK Desa sangat antusias menjadi payung jaringan
kelompok‐kelompok petani perempuan tersebut dan hendak diintegrasikan ke dalam
Pokja Pangan dan Gizi keluarga. Sementara di desa‐desa lain menginginkan sebuah
simpul jaringan di luar struktur PKK secara otonom meskipun bisa saja dalam praktik
kegiatannya berdampingan dengan kegiatan PKK.
• Kelompok‐kelompok di Desa Sewukan dan Gulon nampaknya belum begitu siap
untuk menginisiasi simpul jaringan di tingkat desa. Mereka masih konsentrasi untuk
melakukan jaringan antar kelompok di tingkat dusun bagi dusun‐dusun yang
mempunyai lebih dari satu kelompok.
• Kegiatan‐kegiatan PKK Desa setelah pasca erupsi Merapi sebagian besar mengalami
kemandegan kegiatan dan kepengurusannya juga berhenti.
Ibu Sri Kartinah (Kelompok Tunas Merapi, Dusun
Berut, Desa Sumber): ... Saya merasa bersyukur
dengan adanya program ini ... Meskipun
pengetahuan saya tentang pertanian kurang namun
senang juga karena dapat menanam di rumah
sendiri. ... Anak‐anak saya yang pulang mudik dari
Klaten merasa tertarik dengan program ini. Di Klaten
mereka sudah membeli 100 polybag dan sudah
ditanami. Menurut ceritanya sudah tumbuh subur,
gemuk. Untuk yang ditanam sendiri merasa puas
karena bebas racun. Saya sudah panen juga untuk
dimasak, seperti terong, bayam, tomat. Saya tidak
menjual sayur ini, karena untuk kebutuhan sendiri,
ada manfaatnya. Dan senang karena setiap pagi dan
sore dapat melihat‐lihat tanaman sayuran.
10. Hasil Studi Evaluasi Partisipatif
Pemaparan dalam sub‐bagian ini diambil
berdasarkan hasil FGD dan wawancara
dalam rangka studi evaluasi partisipatif
MERP‐Pertanian. Oleh karena keterbatasan
waktu dan dana yang ada, maka studi ini
dilakukan hanya di 2 desa (satu desa di
wilayah OFDA dan satu desa di wilayah
AUSAID) seperti sudah dipaparkan dalam
bab sebelumnya.
Dari “Pekewuh” ke Kebutuhan
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 29
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 36/44
Seperti sudah di singgung sebelumnya bahwa media tanam di polybag merupakan media
yang kurang fasmiliar bagi para perempuan petani sasaran program ini. Cukup wajar apabila
pada mulanya para perempuan ini mau menanam karena merasa “pakewuh” (tidak enak
hati) karena sudah mendapat cash‐grant sebesar Rp. 890.000,‐ per KK. Namun melihat
perkembangan budidaya tanaman pekarangan yang ternyata “bisa” dilakukan oleh para
perempuan ini, dan melihat tanaman yang tumbuh serta hasilnya yang bisa dimanfaatkan, sudah ada pergeseran dari “rasa pakewuh” menjadi perasaan senang dan butuh. Ungkapan
Ibu Sri Kartinah dari Kelompok Tunas Merapi (Dusun Berut) tersebut hanyalah sebual wakil
dari sebagian besar perempuan (yang mengikuti Focuss Group Discussion) dalam rangka
evaluasi partisipatif program ini.
Para perempuan saat ini merasa tidak ada
“keterpaksaan”. Tentu saja tidak bisa dikatakan
bahwa seluruh perempuan sasaran program
telah mencapai sebuah kesadaran baru, yakni
kebutuhan dan keinginan untuk terus
“menghidupi”
tanaman
pekarangannya.
Namun
sebagian besar perempuan sasaran program ini
telah sedikit banyak melakukan sendiri, melihat
sendiri, merasakan manfaat konsumsi, bahkan
ada pula yang telah mampu “menjual” dari hasil
yang surplusnya setelah dikonsumsi. Ibu Supiyah
dari Kelompok Kembang Gunung, Dusun Diwak)
telah membandingkan antara tanaman di sawah
dan pekarangannya. Bahwa masih ada kaum
perempuan sasaran program yang sungguh‐sungguh belum serius melaksanakan budidaya
pertanian pekarangan adalah merupakan hal yang wajar seperti kata Ibu Wartiyah
(Bendahara
II
salah
satu
kelompok
di
Desa
Kalibening),
katanya
“memberi
contoh
itu
penting,
mereka kecewa itu wajar, karena sudah tergantung dengan pupuk kimia”.
Ibu Supiyah (Kelompok Kembang Gunung,
Dusun Diwak): Menanam sayur di polibag
sudah tidak kaget karena sudah lama
menanam sayur organik baik di pekarangan
maupun di sawah. Tetapi menanam sayur di
polibag lebih bagus karena lebih mudah
mengkondisikan media menjadi lebih ideal
dengan komposisi pemberian kompos yang
memadai dengan pencampuran tanah yang
pas, sehingga pertumbuhan tanaman lebih
bagus. Juga menanam sayur organik di
pekarangan mempunyai manfaat lebih banyak.
Ketika ada tamu, melihat, tertarik, lalu
kepingin mencicipi. Sebelum ada program ini,
suami sudah pernah mendapat banyak bibit
sayuran. Dengan adanya program ini jadi
tambah senang.
Menumbuhkan Inspirasi Baru:
Jika kita berjalan‐ jalan di 7 desa sasaran
program di Kec. Dukun atau ke Desa Gulon
di Kec. Salam, kini terasa suatu perbedaan
besar bahwa di pekarangan‐pekarangan
warga tumbuh tanaman‐tanaman
berbagai jenis sayuran yang sekilas “enak
di pandang mata”. Program budidaya
pertanian
pekarangan
ini
tidak
hanya
menumbuhkan kesibukan baru bagi para
perempuan di pekarangan mereka. Di
dalam kehidupan ber‐“warga”,
berkelompok, maupuan relasi‐relasi sosial,
program ini telah memberikan “warna”
baru, salah satunya seperti diungkapkan Ibu Sukistinah (Kelompok Tunas Merapi,
DusunBerut), katanya “Ada juga yang kalau ada kelebihan sayur malah saya berikan kepada
tetangga, dibagi dengan tetangga“. Lebih lanjut dalam kaitannya relasi dengan tetangga ibu
Ibu Sumartini (Ketua I Kelompok Tutup Dhuwur) mengatakan “banyak tetangga‐tetangga
yang (ikut) panen untuk konsumsi“.
Ibu Rukini (Kelompok Tunas Merapi, Dusun Berut):
Sebenarnya kalau digagas‐gagas (dipikir‐pikir) ini
semua bisa untuk belajar supaya kita punya banyak
pengalaman, maka ini semua dicoba‐coba terus, tentu
misalnya ada yang maju (berhasil) dan tidak (gagal)...
Purwanti (Kelompok Keningar): Jelas ada manfaatnya,
tanaman saya bagus semua, selada, caisim, bayam,
seledri, kangkung sudah panen, pakai daun pinus
untuk mulsa, pertumbuhan tanaman jadi makin bagus,
tidak cepat kering, ada pengiritan pengeluaran. Dan
anak‐anak sudah mengkonsumsinya, dan mereka
senang dengan sayuran tersebut
Dalam kaitannya dengan pemeliharaan tanaman khususnya pembuatan kompos, pembuatan
pestisida organik atau bentuk‐bentuk permiharaan lain, inspirasi baru yang tumbuh adalah
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 30
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 37/44
para perempuan mulai melakukan “percobaan‐percobaan“. Jika berhasil, percobaan ini tentu
membawa kebanggaan atas pengalaman baru. Pengalaman baru ini ternyata menjadi bahan
sharing (tukar pengalaman) saat para perempuan ini mengadakan pertemuan kelompok,
seperti yang diungkapkan Ibu Rukini dan Purwanti.
Kedua ibu tersebut hanyalah salah satu contoh dari banyak perempuan sasaran program yang
sedang terus melakukan percobaan membuat kompos, membuat pestisida cair organik, dll.
Pengalaman dan pengamatan Ibu Wartiyah (bendahara II Kelompok Kalibening) justru
sebaliknya. Menurut dia pengalaman organik dari tanaman di polybag ini sebetulnya baik jika
bisa diterapkan di tanah sawah yang dimiliki. Katanya:
“kalau musim hujan tantangannya jadi lebih besar misalnya, busuk batang, tetapi nanti
bisa semi (tumbuh)lagi. Dilahan (maksudnya lahan sawah) pengocoran dengan organik
efeknya baik, waktu kita amati, kalau tanah kita tanami terus bisa berpengaruh pada
kesuburan tanah. Yang benar tanah itu dianggurke, atau diistirahatkan.”
Kelompok dan Proses Pembelajaran Perempuan:
Melalui FGD dan wawancara yang dilakukan dalam rangka evaluasi partisipatif dapat
digambarkan bahwa secara individual para perempuan mengalami proses pembelajaran yang
sangat bermanfaat, baik bagi
dirinya sendiri maupun dalam
relasi sosialnya melalui
keterlibatannya di dalam
program MERP‐Pertanian ini.
Lantas bagaimana dengan para
perempuan yang terlibat
sebagai “pengurus kelompok“?
Apakah ada sesuatu yang baru
di dalam kelompok?
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 31
Tidak mudah bagi para
perempuan yang terpilih
menjadi anggota pengurus
kelompok. Apalagi seperti
diketahui bahwa penyiapan
kelompok ini pada awal program dilaksanakan secara “maraton“ dan tergesa‐gesa. Para
pengurus terpaksa dipilih secara tunjukan. Sementara itu pada awal‐awal program belum
pernah diberikan pelatihan pengorganisasian kelompok. Oleh karena itu bisa dipahami bahwa
ada sebagian perempuan pengurus kelompok peserta studi evaluasi ini merasa sangat
terbebani dengan adanya kelompok budidaya pertanian pekarangan ini. Rasa terbebani itu
lebih pada begitu padatnya kegiatan dusun, kegiatan sosial, kegiatan di sawah/ladang
mereka, serta bayangan ketakutan jika
tidak dipercaya oleh anggota. Rasa
terbebani itu seperti diungkapkan Ibu
Sukistinah, mewakili beberapa perempuan
pengurus yang lain.
Wartiyah (Bendahara II, Kelompok Kalibening) : Kalau anggotan
malas kita tidak menyerah untuk mengingatkan, karena kita
momong kelompok yang kita kelola, kita juga bisa mnegetahuai
karakter orang‐orang di kelompok yang kita kelola, mengelola
keuangan banyak orang itu tidak mudah, ada yang percaya dan ada
pula yang tidak parcaya. Yang susah itu kalau yang tidak percaya
tanpa punya dasar, kalau ada dasarnya sih tidah apa‐apa, karena
bagi saya yang penting ada pelaporan yang jelas di kelompok
Supriyati (Anggota kelompok dari Dusun Ngasem, Gulon) : Dari
waktu ke waktu jumlah yang datang tambah semangat, karena ada
simpan pinjam, kalau tidak datang hasus bayar lima ribu rupiah.
Haryanti(Penugurus kelompok dari Dusun Ngasem, Gulon) :
Sebelum ada program pertemuan hanya ada pertemuan PKK di
tingkat dusun, sesudah ada program pertemuan dibuat per RT, ada
yang dua kali ada yang tiga kali perbulan, masing‐masing kelompok
dibuat dalam hari yang berbeda
Ibu Sukistinah (Kelompok Tunas Merapi, Dusun Berut):
Ada prasangka‐prasangka atau ketidakpercayaan dari
anggota kelompok terhadap pengurus terkait dengan
pegelolaan dana kelompok. Hal‐hal yang kayak gini lah
yang sebenarnya membuat rasanya berat.
Namun optimisme juga terlihat dari ibu‐ibu yang mewakili pengurus kelompok‐kelompok
yang lain. Seperti diketahui bahwa dari 92 kelompok sasaran program ada cukup banyak
kelompok‐kelompok ini yang tetap eksis, memiliki performa yang cukup baik, bahkan
kegiatan budidaya pekarangan ini menumbuhkan “energi baru“ yang menyemangati
kehidupan kelompok‐kelompok di dusun‐dusun. Para perempuan yang optimis organisasi
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 38/44
kelompoknya berjalan seperti diharapkan mengungkapkan bahwa anggota kelompok dan
pertemuan kelompok semakin bersemangat karena kegiatan budidaya pertanian pekarangan
ini. Belum lagi di kelompok permodalan dan kegiatan semakian banyak karena ada simpan
pinjam dan atau kegiatan ternak kelompok. Ada beberapa pengurus yang mengatakan bahwa
jumlah ternak kelompoknya telah bertambah. Dinamika kelompok yang semakin meningkat
nampaknya membawa perubahan baru yang positif seperti kata Ibu Samiyem (Kelompok
Kayosari, Gulon):
Ditempat kami ada pertemuan rutin khusus untuk membahas pertanian organik,
semua anggota aktif, saya sendiri cenderung ingin tahu lebih banyak tentang
pengelolaan pertanian organik, dan cara‐cara penanganan masalah dalam bertani
organik. Dengan program pertanian organik ini kelompok semakin guyub, karena ada
proses belajar dan bertukar pikiran.
Di kelompok‐kelompok yang mampu mempertahankan “semangat“ kehidupan berkelompok
dan kebersamaannya, justru mengatakan kalau pertemuan kelompok sekarang tidak
menjemukan karena yang hadir relatif banyak, yang dibahas bukan hanya soal posyandu dan
PKK, tetapi juga bisa bertukar pikiran mengenai pengelolaan dan pemeliharaan tanaman
pekarangan mereka. Di kelompok‐kelompok semacam ini ketidakaktifan beberapa anggota
bukan dipandang sebagai “kegagalan“ namun justru memicu beberapa anggota pengurus
akan tugas dan tanggungjawabnya. Mengurus orang banyak memang tidak mudah. Ada yang
pro ada yang kontra itu wajar, apalagi mereka telah terbiasa dengan pola pertanian non‐
organik yang amat panjang.
Karakter dan performa kualitas pengurus kelompok‐
kelompok sasaran mempunyai variasi yang berbeda‐
beda. Yang menarik adalah ada beberapa kelompok
yang menerapkan “kebijakan“ kelompok secara tegas
dan disiplin, bahkan diikuti dengan sanksi yang bisa
dikatakan cukup berat. Beberapa contohnya seperti:
sanksi dengan bagi yang tidak hadir pertemuan
kelompok, dikeluarkan atau tidak dilibatkan lagi dalam program‐program berikutnya jika
tidak aktif, dll. Rasanya memang seperti “top‐down“ dan “tidak demokratis“. Namun para
pengurus ini cukup yakim dan percaya diri bahwa disiplin merupakan salah jalan untuk
mengorganisir kelompok, apalagi jumlah anggotanya relatif banyak5, dengan berbagai macam
keinginan, harapan, serta kepentingan. Strategi kedisiplinan kelompok seperti yang
diterapkan Ibu Sulas, ternyata juga diamini oleh ibu‐ibu pengurus kelompok yang lain
meskipun dalam nuansa yang berbeda.
Ibu Sulas (ketua II Kelompok Kembang
Gunung, Dusun Diwak): ...Ada ancaman‐
ancaman bagi yang semaunya sendiri..!
...Pengurus selalu menegaskan tentang
manfaat ke anggota kelompok tentang
manfaat sayuran.
Sejauh Laki‐laki Berperan?
Seperti diketahui bahwa sebagian besar pola budaya
petani adalah budaya laki‐laki. Demikian juga yang
terjadi di masyarakat‐masyarakat lereng Merapi.
Sumber pokok kehidupan mereka adalah dari tegalan
(ladang), sawah, dan ternak yang semuanya identik
dengan domain kuasa laki‐laki. Perempuan adalah
“membantu“ laki‐laki di sektor‐sektor tersebut.
Wartiyah (Bendahara II, Kalibening) :
bapak‐bapak mayoritas mendukung
program ini, dalam program ini bapak‐
bapak ikut menggaduh ternak, tapi
memang ada juga bapak‐bapak yang tidak
mendukung program ini, sering ada
suara‐suara tidak enak di luar pertemuan
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 32
5 Seperti dilaporkan dalam seb-bagian sebelumnya bahwa jumlah anggota kelompok bervariasi antara 0
– 50 orang; 50 – 100 orang; 100 – 150 orang; bahkan ada yang diatas 150 orang anggota.
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 39/44
Kebijakan atau keputusan berada di tanhan laki‐laki. Oleh sebab itu menjadi wajar jika dalam
beberapa hal di dalaam program MERP‐Pertanian ini, terutama yang berkaitan dengan
independensi kelompok cukup terasa pengaruh “kuasa laki‐laki“.
Di beberapa kelompok disampaikan oleh pengurusnya bahwa “pemerintah dusun“ sedikit
banyak memberikan usulan terhadap kegiatan ekonomi non‐pertanian seperti untuk membeli traktor, tratag, dll. Ada pula yang “dusun“ berupaya memberikan pengaruh bahwa keuangan
kelompok perempuan ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap keuangan dusun. Yang
bisa diintepretasi dengan “pemerintahan dusun“ ini adalah representasi dari “kuasa laki‐laki“.
Dalam kaitannya dengan kegiatan budidaya pertanian pekarangan memang para perempuan
ini sebagian merasakan ketidakpercayaan laki‐laki. Tidak sedikit laki‐laki yang “sinis“ kepada
kemampuan perempuan. Bukan dalam kemampuan sebagai petani, namun kemampuan
dalam hal mengelola pertanian secara organik, yang harus membuat kompos sendiri dan
membuat pestisida organik sendiri untuk pengendalian hama. Selain itu yang diketahui laki‐
laki mengenai kegiatan kelompok perempuan adalah PKK, posyandu, arisan, dan kelompok
muslimatan.
Namun
kini
kaum
laki‐
laki
ini
menghadapi
perempuan‐
perempuan
yang
sedang
bergerak bersama mengelola kelompok tani pertanian organik.
Namun tidak sedikit pula para perempuan yang
mengatakan hal sebaliknya dimana peran suami atau
laki‐laki sangat signifikan dalam “bekerja sama“
dengan para perempuan petani ini. Budidaya
pertanian di pekarangan nampaknya juga
menumbuhkan “dialog“ antara suami (laki‐laki) dan
istri (perempuan). Jadi tidak sedikit pula para laki‐laki
ini mendukung kegiatam para perempuan, tidak saja mendukung dalam hal “membolehkan“
para
perempuan
mencurahkan
waktu
untuk
pertanian
pekarangan
tetapi
mendukung
dalam
konteks terlibat dalam kegiatan di pekarangan.
Nuryati (Ketua Kelompok Keningar): tidak
ada masalah dengan bapak‐bapak dalam
soal apapun, bapak‐bapak membantu
dalam pengadaan media, pagar untuk
pengamanan ayam, bapak‐bapak yang
buat, bapak‐bapak tidak mengeluh
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 33
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 40/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 34
Bagian 3:
Capaian, Kendala, dan Lesson Learned
1. Capaian Kegiatan
Sub‐bagian berikut ini akan memaparkan hasil capaian program MERP‐Pertanian. Penyajian
capaian kegiatan ini akan dibandingkan antara ”hasil yang diharapkan” berdasarkan dokumen
proyek dengan capaian yang diperoleh dari implementasi kegiatan.
Capaian per dokumen kegiatan1
Capaian hasil implementasi
Tujuan Program: Memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga‐keluarga korban erupsi
Merapi melalui upaya budidaya pertanian pekarangan dan training pengembangan kapasitas yang
dibutuhkan agar mereka mampu memulai penghidupan mereka.
Tujuan Spesifik (Khusus):
1. Sebanyak 5.700 KK yang tergabung di dalam 80 kelompok petani perempuan, melakukan
budidaya pertanian di pekarangan mereka.
2. Sekitar 70% dari rencana sasaran program di atas (5.700KK) menanam budidaya tanaman di
pekarangan mereka.
Cash Grant Distribustion:
Terdistribusi Cash‐Grant kepada setiap
KK (5.700 KK), dimana masing‐masing KK
akan menerima Rp. 200.000,‐ untuk
kegiatan budidaya pertanian yang sudah
mereka rencanakan.
1. Sebanyak 5.700 KK telah menerima Casg‐Grant
Pertanian per KK Rp. 200.000,‐
2. Dari jumlah KK tersebut sudah terbentuk kelompok
sebanyak 92 kelompok.
Polybag Distribution:
Terdistribusi sebanyak 200 polybags
kepada seluruh KK sasaran program
(5.700 KK)
Sebanyak 5.723 KK dari 92 kelompok yang terbentuk
telah menerima polybag. Bertambah 23 KK (dari 5.700
KK) sebab di Desa Gulon tumbuh inisiatif masyarakat
membagi polybag kepada KK lain.
Capacity Building Development:
1. Sebanyak 80 perempuan perwakilan
kelompok‐kelompok perempuan
mengikuti training budidaya pertanian
pekarangan.
Pelatihan Kader:
1. Sebanyak 114 perempuan dari 92 kelompok telah
mendapatkan pelatihan budidaya pertanian
pekarangan.
2. Sebanyak 80 perempuan perwakilan
kelompok‐kelompok perempuan
mengikuti training tehnik‐tehnik
membuat kompos.
3. Sebanyak 134 perempuan dari 92 kelompok telah
mendapatkan pelatihan komposting (pengelolaan
limbah sampah rumah tangga)
Pelatihan Tingkat Kelompok:
4. Di tingkat kelompok telah terjadi pertemuan
maupun pelatihan yang dilakukan secara
”mandiri”2 sebanyak 130 kali pertemuan/pelatihan
yang diikuti total 3.561 perempuan.
5. Sebanyak 248 kader di 92 kelompok telah
mendapatkan pelatihan. Jadi rata‐rata di setiap
kelompok tersedia antara 2 sampai 3 kader terlatih.
Media Pendukung:
6. Telah terdistribusi sebanyak 250 Buku panduan
budidaya pekarangan untuk kelompok, PKK,
pemerintah Desa dan Kecamatan
1 Tujuan berdasarkan dokumen proposal ini diambil dari Nawakamal Sub-Grant Program Discription.2 Dilakukan secara “mandiri” artinya dikelola secara mandiri oleh kelompok, baik pembiayaannya
maupun kader pelatihnya.
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 41/44
7. Telah terdistribusi sebanyak 95 keping film tentang
budidaya pertanian pekarangan untuk seluruh
kelompok dan desa
Simpul Jaringan:
8. Telah terbentuk awal simpul jaringan perempuan
petani tingkat desa
Production Improvement (Panen):
KK sasaran program budidaya pertanian
pekarangan memperoleh hasil produksi
(panen) dari budidaya pertanian
pekarangan mereka.
1. Sebanyak 5.670 KK (99%) dari 5.723 KK penerima
polybag telah melakukan penanaman dengan
berbagai jenis tanaman antara 7 sampai 15 jenis
tanaman.
2. Sebesar 90% dari 5.723 KK penerima polybag, atau
sekitar 5.150 KK telah meningkat produksinya
dengan kata lain telah memperoleh panen
Dietary Consumtion (Komsumsi
Keluarga)
Diperkirakan sebesar 70% KK sasaran
program mengkonsumsi hasil budidaya
pertanian pekarangan mereka.
1. Sebanyak minimal 80% dari sasaran program 5.723
KK, atau sekitar 4.578 KK telah mengkonsumsi hasil
panen budidaya pertanian pekarangan mereka.
2. KK yang telah memanen dan mengkonsumsi
tersebut mengatakan bahwa mereka dapat
menghemat pengeluaran belanja keluarga untuk
membeli sayuran antara Rp. 2000 sampai Rp. 3000
per hari
2. Kendala-Kendala Kegiatan
Selama pelaksanaan kegiatan dari Bulan Februari 2011 sampai Juni 2011 ditemukan kendala‐
kendala implementasi sebagai berikut:
• Ada beberapa KK yang tidak mau menerima polybag dan mengikuti program pertanian
pekarangan, dengan alasan mereka (secara pribadi) memang menolak bantuan dari luar
• Ada kelompok‐kelompok yang berfikir bahwa ini hanya sekedar proyek
• Pengurus kelompok sangat sibuk dengan program‐program lain yang masuk ke dusun
• Penyiapan terbentuknya kelompok dan pemelihan pengurus yang ”sangat tergesa‐gesa”
sehingga menyisakan banyak persoalan di tingkat kelompok seperti: pengurus yang
kurang solid, dominasi kebijakan di tingkat pengurus, juga adanya ketidak percayaan
anggota terhadap pengurus khususnya dalam hal pengelolaan keuangan kelompok.
• Jumlah tenaga lapangan (koordinator lapangan) yang masih kurang dibanding besarnya
jumlah kelompok sehingga intensitas pendampingan terhadap kelompok dirasakan oleh
ibu‐ibu kurang intensif
• Koordinasi antar mitra kerja yaitu Save the Children, Nawakamal, dan Rumah Pelangi
dirasa kurang maksimal.
3. Lesson Learned
Berikut ini dipaparkan beberapa “pembelajaran” (lesson learned ) yang bisa dipetik dari implementasi program MERP‐Pertanian, yaitu antara lain:
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 35
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 42/44
No Keterangan Hasil Lesson Learned 01. Pengorganisasia
Kelompok
• Lemahnya pemetaan sosial terhadap komunitas setempat,
menyebabkan pengorganisasian menjadi lama dan
munculnya masalah kelompok pada periode implementasi
• Penyiapan pengurus kelompok secara tergesa‐gesa dan
tidak
matang
kurang
menjamin
munculnya
anggota
pengurus yang berkualitas. Kualitas pengurus menjadi
penting sebab pengurus adalah “ motor “ sebuah program
• Budaya petani adalah ”budaya laki‐laki” sehingga kelompok‐
kelompok perempuan terbayangi dominasi laki – laki secara
cukup kuat. Salah satu akibatnya asset kelompok dibayangi
kekuasaan dusun.
• Capacity bulding pengorganisasian kelompok dan
perencanaan kelompok perlu diberikan sejak awal
• Penyiapan kelompok yang kurang ”matang” menumbuhkan
ketergantungan kelompok terhadap pendamping lapangan
dalam hal kegiatan kelompok
02.
Proses
penanaman
(Polybag, kompos , alat
– alat pendukung
pertanian)
• Pengelolaan
model
“Kebun
Kelompok”
memiliki
kelemahan
– kelemahan antara lain: iren – irenan, jadual tidak pasti, dll,
jika mekanisme punishment tidak terbentuk dan leadership
lemah
• Jika mekanisme punishment jelas, misalnya dengan denda,
maka pengelolaan tanaman melalui kelompok bisa berjalan
dengan baik seperti di Sewukan dan Paten.
• Komposting dengan kowenan (lubang tanah) lebih murah
dan mudah bagi yang punya lahan
• Komposting model lain seperti mencampur limbah kotoran
ternak (di depermukaan), atau memakai media ember, dll
penerapannya sangat tergantung kondidi alam, kepemilikan
ternak
di
lokasi
masing
–
masing,
maupun
potensi
bahan
baku yang tersedia
• Rotasi tanam agak sulit dilakukan karena pasca panen
polybag harus terus diganti/diisi, hal ini yang menjadi sulit,
juga tergantung dengan kepemilikan lahan
• Plastik dan paranet pelindung tanaman sangat membantu
pertumbuhan tanaman
• Penanaman dalam polybag relevan untuk pemanfaatan
kebutuhan rumah tangga
• Tanaman polybag dianggap sebagai klangenan, sesuatu
yang menumbuhkan rasa sayang, sehingga menumbuhkan
rasa untuk merawat
03. Pemeliharaan tanaman • Sayuran daun lebih mudah dikelola secara organik • Intensitas perawatan mulai dari penanaman, peralatan,
pupuk, pengairan, penyiangan dan pengendalian hama
menentukan kegagalan atau keberhasilan panen
• Intensitas pemeliharaan sawah adalah menjadi perhatian
utama, sedangkan pengolahan pekarangan hanya menjadi
kegiatan yang sampingan karena tidak profitable
04. Panen & Konsumsi • Pada awalnya driven orientasi sasaran program adalah
karena cash grant tetapi kemudian ada banyak yang
mencapai gagasan untuk pemenuhan pangan sehatkeluarga.
Tetapi tidak dapat dihindari bahwa “pasar” membayangi
ekonomi‐pertanian para sasaran program. Dalam hal hasil
panen dan konsumsi hasil akhir bisa mencapai pada dua kecenderungan yaitu (1) untuk pemenuhan keluarga, dan (2)
jika terjadi surplus bisa dimungkinkan untuk menjual ke
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 36
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 43/44
pasar.
• Orientasi petani dengan pendekatan agrobisnis pada
sebagian besar masyarakat menjadi kendala penerapan cara
budidaya dengan pendekatan subsisten yang menjadi target
capaian program. Terlihat jelas pada motif – motif budidaya
mereka yang ingin segera menjual hasil panennya.
• Pertanian polybag menjadi subtitusi alternative panen bagi
petani – petani yang gagal panen di sawah
• Sayur organik lebih segar dan renyah
05. Pengembangan
kapasitas budidaya
pertanian, pekarangan (
pelatihan kader & di
kelompok )
• Pengembangan kapasitas budidaya pertanian dan
komposting ditingkat kelompok oleh kader sangat efektif
untuk transfer pengetahuan dan mendorong keingintahuan
anggota untuk mempraktekan.
• Pelatihan yang disertai dengan praktek langsung (praktek
lapang) telah membuat kader dan anggota kelompok
berperan aktif beberapa anggota untuk mencoba dan
menemukan hal baru terkait dengan kompos dan pestisida
organik (praktek dan pembuktian).
• Program budidaya pertanian ini, telah memberikan banyak
kesempatan kaum perempuan untuk ”tukar pendapat”
karena pengalaman praktik yang sama , sehingga
menumbuhkan rasa percaya diri dan berani bicara
06. Strategi Pendekatan
Program
• Sosialisasi dan Penyusunan Rencana Aksi kelompok yang
dikerjakan secara “maraton” membuat banyak rencana
kegiatan kelompok meleset atau menyimpang dari yang
dimaksudakan
• Perlunya untuk mengintegrasikan “tema besar“ program ini
dalam wilayah pendidikan formal seperti sekolah. Sudah
terjadi di SD Prontokan bahwa siswa – siswa diminta untuk
membawa polybag.
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 37
5/9/2018 Final Report Merapi Recovery Programme_Organic Agriculture_June 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/final-report-merapi-recovery-programmeorganic-agriculturejune-2011 44/44
Laporan Akhir MERP, Februari – Juni 2011 | Hal. 38
Bagian 4:
Penutup: Agenda-Agenda ke Depan
Program
budidaya
pertanian
pekarangan
yang
berorientasi
untuk
pemenuhan
makanan
sehat
bagi keluarga khususnya anak ini sedikit banyak telah memberikan semacam ”gerakan” baru
bagi perempuan dan masyarakat di 7 desa lereng Merapi di wilayah Magelang. Bisa dikatakan
semacam gerakan baru karena, Pertama, pertanian pekarangan (khususnya yang organik)
merupakan pola pertanian yang mulai banyak ditinggalkan karena konsentrasi lebih tertuju ke
pertanian sawah dan tegalan. Kedua, program ini menitikberatkan pada ”kuasa” perempuan
untuk mengelola mulai dari kegiatan pertaniannya sendiri sampai pada kelembagaan
(organisasi/kelompok) para perempuan tersebut. Sementara kegiatan ekonomi‐pertanian identik
dengan dominasi laki‐laki. Ketiga, program ini dilakukan tidak hanya di satu atau dua kelompok
saja, atau di satu atau dua dusun saja, namun diimplementasi dengan cakupan sasaran dan
kewilayahan yang luas.
Dengan mempertimbangkan ”kekuatan” program yang semacam itu, juga melihat pada
partisipasi sasaran program selama implementasi yang bisa dikatakan cukup baik, maka sangat
signifikan jika program ini tetap bisa dipertahankan kelanjutannya dengan strategi yang lebih
”bottom up”. Pengaruh program ini juga sangat memungkinkan untuk bisa ”ditiru” oleh
masyarakat lain disekitar lereng Merapi. Dengan mempertimbangkan hal‐hal tersebut maka
beberapa agenda kerja jangka pendek yang bisa dikembangkan ke depan adalah:
1. Mendorong simpul jaringan kelompok‐kelompok petani perempuan budidaya pertanian
pekarangan agar lebih memberikan penguatan bagi pemberdayaan organisasi, kaum
perempuan petani sendiri, maupun penguatan isu.
2. Megembangkan kapasitas budidaya pertanian melalui pertemuan‐pertemuan di
simpul‐simpul jaringan
3. Mainstreaming isu‐isu budidaya pertanian pekarangan secara organik untuk kesehatan
anak melalui PKK, Posyandu, LSM lain, maupun instansi pemerintah, pertemuan‐
pertemuan keagamaan seperti kelompok muslimatan, dll.
@ @ @