filsafat sejarah

9
PEMIKIRAN ARNOLD J TOYNBEE Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Filsafat Sejarah Dosen Pengampu : Dr. Sri Margana Disusun Oleh : DIAN USWATINA NIM. 1320512108

description

filsafat sejarah

Transcript of filsafat sejarah

Page 1: filsafat sejarah

PEMIKIRAN ARNOLD J TOYNBEE

Disusun untuk memenuhi tugasMata kuliah Filsafat Sejarah

Dosen Pengampu : Dr. Sri Margana

Disusun Oleh :

DIAN USWATINANIM. 1320512108

KONSENTRASI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAMPROGRAM STUDI AGAMA DAN FILSAFAT

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

2013

PEMIKIRAN ARNOLD TOYNBEE

Page 2: filsafat sejarah

    Arnold J. Toynbee lahir pada 14 April 1889 di London.Arnold Joseph

Toynbee adalah anak dari Henry Valpy Toynbee, seorang pengimpor teh yang

beralih menjadi pekerja sosial, dan Sarah Edith Marshall, sarjana unofficial di

bidang sejarah dari Universitas Cambridge.Semasa kecil, Toynbee dididik oleh

ibunya dan seorang guru privat perempuan.Kemudian dia meneruskan ke

Wotton Court di Kent dan Winchester College.Dia cemerlang dalam studinya,

dan mendapatkan beasiswa untuk disiplin sastra Yunani dan Romawi Kuno ke

Balliol College, Oxford.Ketika menggeluti sastra Yunani dan Romawi kuno.

Arnold J. Toynbee adalah seorang sarjana inggris yang mampu

menggambarkan sejarah  dengan tulisannnya yang berjudul “ A Study Of History”

buku tersebut seluruhnya berisi 12 jilid dan merupakan hasil penyelidikan dari 21

kebudayaan yang sudah sempurna. Misalnya Yunani-Romawi, Maya (Amerika

Serikat) dan lainnya.

Berdasarkan penyelidikan tersebut sampailah pada kesimpulan bahwa

tidak ada hukum tertentu.Akibat tidak ada kekuatan yang mengatur dan

menguasai kebudayaan. Demikian pula di kemukakan oleh Arnold J. Toynbee

bahwa seluruh kebudayaan itu  sama dengan civilization yang artinya wujud dari

seluruh kehidupan. 1

Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran,

pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian.Beberapa peradaban besar

menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang

dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.2

Ilmuwan yang mempelajari tentang peradaban selain Toynbee antara lain

Ibnu Khaldun dan Oswald Spengler. Kedua tokoh tersebut sedikit banyak

memberikan andil yang besar dalam pemikiran Toynbee. Terutama Khaldun,

yang oleh Toynbee dijuluki sebagai “Jenius Arab”. Hal ini dikarenakan Khaldun

telah mampu untuk berpikir secara logis, objektif, dan analitik dalam karyanya

berjudul Mukadimah. Berikut adalah permikiran kedua tokoh tersebut.3

Pemikiran Toynbee tentang peradaban adalah bahwa peradaban selalu

mengikuti alur mulai dari kemunculan sampai kehancuran.Teori Toynbee ini

1http://deviciptyasari.blogspot.com/2013/11/filsafat-sejarah-arnold-j-toynbee-1889.html

2 http://alfinnitihardjo.ohlog.com/teori-teori-perubahanosial.oh112689.html.%2001Oktober%2020123http://mas-tsabit.blogspot.com/2009/05/membedah-pemikiran-arnold-j-toynbee.html

Page 3: filsafat sejarah

senada dengan hukum siklus.Artinya ada kelahiran, pertumbuhan, kematian,

kemudian disusul dengan kelahiran lagi, dan seterusnya.Pemikiran Toynbee ini

senada dengan teori yang berkembang di Yunani pada masa pra-

Socrates.4Menurut Toynbee kehancuran bisa ditahan.Dengan penggantian

segala norma-norma kebudayaan dengan norma-norma Ketuhanan, menurutnya

itu merupakan upaya untuk menahan kehancuran/keruntuhan

kebudayaan/peradaban.Ia juga menyatakan bahwa dengan penggantian itu,

tampaklah pula tujuan gerak sejarah, yakni kehidupan ketuhanan, atau dengan

bahasan yang lebih konkret adalah Kerajaan Allah (Civitas Dei).

Menurut Toynbee gerak sejarah melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:

1. Genesis of civilization (lahirnya peradaban)

2. Growth of civilization (perkembangan peradaban)

3. Decline of civilization (keruntuhan peradaban)

Keruntuhan kebudayaan berlangsung dalam tiga fase, yakni:

1. Breakdown of civilizations (kemerosotan peradaban)

2. Desintegration of civilizations (perkembangan peradaban)

3. Dissolution of civilizations (hilang dan lenyapnya peradaban).5

 

Toynbee menggambarkan sejarah peradaban manusia merupakan suatu

lingkaran perubahan yang berkepanjangan lahir, tumbuh, pecah dan

hancur.6Dalam proses perputaran itu sebuah peradaban tidak selalu berakhir

dengan kemusnahan total. Terdapat kemungkinan bahwa proses itu berulang,

meskipun dengan corak yang tidak sepenuhnya sama dengan peradaban yang

mendahuluinya. Toynbee menyatakan bahwa peradaban-peradaban baru yang

menggantikannya itu dapat mencapai prestasi melebihi peradaban yang

digantikannya. Lebih lanjut lagi bagi Toynbee peradaban adalah suatu rangkaian

siklus kehancuran dan pertumbuhan, tetapi setiap peradaban baru yang

kemudian muncul dapat belajar dari kesalahan-kesalahan dan meminjam

kebudayaan dari tempat lain. Dengan demikian, memungkinkan setiap siklus

baru memunculkan tahap pencapaian yang lebih tinggi.7

4http://en.wikipedia.org/wiki/A_Study_of_History5Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan Iptek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), 65-666Biyanto, Teori Siklus Peradaban Perspektif Ibnu Khaldun (Surabaya: LPAM, 2004), 130-1317http://en.wikipedia.org/wiki/A_Study_of_History

Page 4: filsafat sejarah

Peradaban bagi Toynbee bermula ketika manusia mampu menjawab

tantangan lingkungan fisik yang keras kemudian berhasil juga dalam menjawab

tantangan lingkungan sosial.Pertumbuhan terjadi tidak hanya ketika tantangan

tertentu berhasil diatasi, tetapi juga karena mampu menjawab lagi tantangan

berikutnya.Kriteria pertumbuhan itu tidak diukur dari kemampuan manusia

mengendalikan lingkungan fisik (misalnya melalui teknologi), atau pengendalian

lingkungan sosial (misalnya melalui penaklukan), melainkan diukur dari segi

peningkatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia, yakni semangat

yang kuat untuk mengatasi rintangan-rintangan eksternal. Dengan kata lain,

kekuatan yang mendorong pertumbuhan itu bersifat internal dan spiritual.

Peradaban muncul karena dua faktor yang berkaitan: adanya minoritas

kreatif dan kondisi lingkungan. Antara keduanya tak ada yang terlalu

menguntungkan atau terlalu merugikan bagi pertumbuhan kultur. Mekanisme

kelahiran dan dinamika kelangsungan hidup kultur dijelmakan dalam konsep

tantangan dan tanggapan (challange and response). Lingkungan (mula-mula

alamiah, kemudian juga sosial) terus menerus menantang masyarakat, dan

masyarakat melalui minoritas kreatif menentukan cara menanggapi tantangan itu.

Segera setelah itu tantangan ditanggapi, muncul tantangan baru dan diikuti oleh

tanggapan berikutnya.

Toynbee memperkenalkan sejarah dalam kaitan dengan challenge and

response. Peradaban muncul sebagai jawaban atas beberapa satuan tantangan

kesukaran ekstrim, ketika “minoritas kreatif” yang mengorientasikan kembali

keseluruhan masyarakat. Minoritas kreatif ini adalah sekelompok manusia atau

bahkan individu yang memiliki “self-determining” (kemampuan untuk menentukan

apa yang hendak dilakukan secara tepat dan semangat yang kuat). Dengan

adanya minoritas kreatif, sebuah kelompok manusia akan bisa keluar dari

masyarakat primitif.8

Peradaban hanya tercipta karena mengatasi tantangan dan rintangan,

bukan karena menempuh jalan yang terbuka lebar dan mulus. Toynbee

membahas lima perangsang yang berbeda bagi kemunculan peradaban, yakni

kawasan yang ganas, baru, diperebutkan, ditindas, dan tempat pembuangan.

Kawasan ganas mengacu pada lingkungan fisik yang sukar ditaklukkan, seperti

wilayah yang terbiasa untuk banjir bandang yang senantiasa mengancam seperti

8http://mas-tsabit.blogspot.com/2009/05/membedah-pemikiran-arnold-j-toynbee.html

Page 5: filsafat sejarah

di sepanjang sungan Hoang Ho, Cina. Kawasan baru mengacu kepada daerah

yng belum pernah diolah dan dihuni, sehingga masyarakat akan merasa asing

dan melakukan upaya untuk adaptasi. Kawasan yang dipersengketakan,

temasuk yang baru ditaklukkan dengan kekuatan militer.Kawasan tetindas

menunjukkan suatu situasi ancaman dari luar yang berkepanjangan.Kawasan

hukuman atau pembuangan mengacu pada kawasan tempat kelas dan ras yang

secara historis telah menjadi sasaran penindasan, diskriminasi, dan eksloitasi.

Namun demikian, tidak semua tantangan bisa dianggap sebagai sebuah

rangsangan positif.Ada pula tantangan yang tidak menimbulkan peradaban.Di

daerah yang terlalu dingin seolah-olah kegiatan manusia membeku (Eskimo), di

daerah yang terlalu panas tidak dapat timbul suatu kebudayaan (Sahara,

Kalahari, Gobi).Tantangan itu mungkin sedemikian hebatnya sehingga orang

tidak dapat menciptakan tanggapan memadai.Oleh karena itu, tidak ada

hubungan langsung antara tantangan dan tanggapan, tetapi hubungannya

berbentuk kurva linear.Artinya tingkat kesukaran yang sangat besar dapat

membangkitkan tanggapan yang memadai, tetapi tantangan ekstrim dalam arti

terlalu lemah dan terlalu keras, tidak mungkin membangkitkan tanggapan

memadai.

Dalam fase perpecahan dan kehancuran peradaban, minoritas kreatif

behenti menjadi manusia kreatif.Peradaban binasa dari dalam karena

kemampuan kreatif sangat menurun padahal tantangan baru semakin

meningkat.Kehancuran peradaban disebabkan oleh kegagalan kekuatan kreatif

kalangan minoritas dan karena lenyapnya kesatuan sosial dalam masyarakat

sebagai satu kesatuan.Apabila minoritas menjadi lemah dan kehilangan daya

menciptanya, maka tantangan-tantangan dari alam tidak dapat dijawab lagi.

Minoritas menyerah, mundur dan pertumbuhan tidak akan berkembang lagi.

Apabila keadaan sudah memuncak seperti itu, keruntuhan mulai nampak.

Keruntuhan terjadi dalam tiga tahap, yaitu:

1. Kemerosotan kebudayaan. Masa ini tejadi karena minoritas kehilangan daya

menciptanya dan kehilangan kewibawaannya, sehingga mayoritas tidak lagi

bersedia mengikuti minoritas. Peraturan alam dalam kebudayaan yang dibuat

antara mayoritas dan minoritas pecah dan tunas-tunas kebudayaan menuju

pada kematian.

Page 6: filsafat sejarah

2. Kehancuran kebudayaan. Masa ini mulai muncul setelah tunas-tunas

kehidupan kebudayaan mati, sehingga pertumbuhannya terhenti. Akibatnya

daya hidup kebudayaan membeku dan kebudayaan tersebut menjadi tidak

berjiwa lagi. Toynbee menyebut masa ini sebagai petrification atau

pembatuan (menjadi fosil) kebudayaan.

3. Lenyapnya kebudayaan, yaitu apabila tubuh kebudayaan yang sudah

membatu itu hancur lebur dan lenyap.9[21]

Pandangan Toynbee tentang gerak sejarah adalah bahwa dalam sejarah

tidak terdapat suatu hukum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul-

tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti.Toynbee menganjurkan

bahwa sejarah harus dipelajari secara holistik.Mempelajari sejarah tidak dapat

dipisah-pisahkan antara bagian-bagian yang ada di dalamnya. Mempelajari

sejarah harus mempelajari suatu masyarakat secara keseluruhan, masyarakat

secara utuh sebagai satu kesatuan unit dari proses sejarah.10

Pandangan tentang IndonesiaIndonesia adalah negara yang sangat luas dan kaya raya.Semua kebutuhan hidup bisa

didapatkan di Indonesia.Indonesia sebenarnya juga mempunyai SDM yang sangat bagus dan kompeten dalam segala bidang.Tetapi sungguh disayangkan mereka cenderung egois / lebih mendahulukan kepentingan pribadinya.segala sesuatu diukur dengan uang. sehingga apapun acaranya dilakukan untuk memenuhi keinginan masing-masing.

Saat ini Indonesia banyak dipimpin oleh orang-orang yang mata duitan.Sehingga dengan kekuasaannya dia melakukan banyak hal untuk memperkaya diri sendiri atau lebih sering disebut korupsi.Saat ini tokoh agama, pendidikan, hukum, pengusaha dsb yang duduk dalam pemerintahan belum bisa membendung laju korupsi.Bahkan mereka justru ikut terjerumus dalam kasus tersebut.Padahal dampak dari semua itu, banyak rakyat yang menjadi sengsara. Orang yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin susah.

Apabila hal tersebut tidak diatasi, maka negeri ini akan segera hancur. Dalam artian, sudah tidak ada lagi toleransi dengan orang lain, pendidikan semakin terpuruk, birokrasi semakin semprawut, dan rakyat hidup dalam ketidakjelasan. Dengan kondisi seperti itu, Negara lain akan sangat mudah “menjajah” Indonesia dalam segala bidang. Baik dalam bidang ekonomi maupun budaya.

Hal tersebut perlu diatasi sejak dini.Dimana peran orang tua sangat penting, mendidik dan mebina anak-anaknya agar tidak terjerumus kepada prilaku yang negatif.Artinya, komunikasi antara orang tua dan anak harus terjalin dengan baik.Orang tua harus mampu menjadi tempat berlindung serta menjadi tempat si anak mencurahkan isi hatinya.Selain itu, orang tua juga harus tahu dengan siapa, kemana anak bermain.

Masyarakat harus bisa memantau dan mengawasi aktivitas remaja.Jika terjadi aktivitas yang menyimpang sesegera mungkin harus dicegah, sehingga ruang gerak untuk melakukan aktivitas menyimpangpun semakin sempit.

9Rustam E. Tamburaka, op.cit. Hlm. 66-67

10 http://homaniora.wordpress.com/2012/12/17/tokoh-tokoh-filosof-sejarah/