SEJARAH FILSAFAT TIMUR

35
MAKALAH FILSAFAT ILMU Sejarah Filsafat di Timur Oleh : Kelompok 2 1. Satria Bagus C.F (095514042) 2. Fitri Hardianti (095514051) 3. Nitro Anjana (095514054) 4. Kukuh Bayu P. (095514061)

Transcript of SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Page 1: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Sejarah Filsafat di Timur

Oleh :

Kelompok 2

1. Satria Bagus C.F (095514042)2. Fitri Hardianti (095514051)3. Nitro Anjana (095514054)4. Kukuh Bayu P. (095514061)5. Septian Jati T. (095514066)

JURUSAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2009

Page 2: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan

rahmatNya makalah dengan judul SEJARAH FILSAFAT DI TIMUR bisa kami

selesaikan.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat ksmi perlukan. Dan semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita terutama bagi mahasiswa Universitas Negeri

Surabaya.

Surabaya, Maret 2010

Penulis,

Page 3: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................... i

Kata Pengantar ..................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................. iii

Latar Belakang ..................................................................................... 1

A. Sejarah Filsafat Cina ....................................................................... 1

B. Sejarah Filsafat India ...................................................................... 5

C. Sejarah Filsafat Islam ..................................................................... 10

D. Sejarah Filsafat Indonesia ............................................................... 13

Daftar Pustaka ..................................................................................... 18

Page 4: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Latar Belakang

Filsafat adalah kegiatan perenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari

segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/teori yang ada

untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan rasional.

Dalam hal kerohaian filsafat sering digadang-gadangkan sebagai pandangan

hidup seseorang, filsafat berbeda dengan agama, agama lebih dari sekedar

pengetahuan, agama mencari keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian.

Di negara-negara belahan timur dari Cina, India, Indonesia, sampai negara-

negara islam terdapat beberapa kesamaan dalam disiplin sejarah filsafatnya

terutama tertanam pada kerohanian dalam hal ini kami akan jelaskan di bawah

ini:

A. Sejarah Filsafat Cina

Filsafat Cina dapat dikatakan hidup dalam kebudayaan Kebudayaan Cina. Hal

ini disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang

pendidikan dari sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

Menurut rakyat Cina, fungsi filsafat dalam kehidupan manusia adalah untuk

mempertinggi tingkat rohani. Artinya, rohani manusia diharapkan dapat

menjulang tinggi untuk meraih nilai-nilai yang lebih tinggi daripada nilai-nilai

moral.

1. Tema yang Menonjol Filsafat Cina

Filsafat Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat.

Filsafat Cina mempunyai ciri khusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat

dan kebudayaan adalah perikemanusiaan atau “jen”. Menurut Confusius

“jen” itu mempunyai dua segi, yaitu

a. Segi Positif: Chung

Dalam ajaran ini Confusius mengatakan: “apa yang kau suka dari orang

lain berbuat kepadamu berbuatlah hal itu kepadanya”.

Page 5: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

b. Segi Negatif: Shu

Dalam ajaran ini Confusius mengatakan: “apa yang tidak kau suka orang

lain berbuat kepadamu kau berbuat hal itu kepadanya”.

Jika dibandingkan dengan filsafat Barat dan India, filsafat Cina lebih

antroposentris dan pragmatis. Antroposentris karena memang dalam sejarah

Cina fokusnya masalah manusia, pragmatis dalam arti bagaimana manusia

itu ada keseimbangan antara dunia dan surga dapat tercapai.

2. Periodisasi Filsafat Cina

Filsafat Cina dibagi dalam empat periode, yakni zaman kuno (600-200 SM),

zaman pembauran (200 SM-1000 M), zaman neo-konfusianisme (1000-

1900 M), dan zaman modern (1900-sekarang).

a. Zaman Kuno

Zaman ini ditandai dengan munculnya aliran-aliran filsafat klasik antara

lain sebagai berikut:

Konfusianisme – Ju Chia

Yaitu suatu aliran yang terdiri atas orang – orang terpelajar yang

mempunyai keahlian di bidang kitab – kitab klasik. Titik berat aliran

ini di bidang etika. Etika Konfusianisme didasarkan pada kebutuhan

manusia, yaitu kebutuhan akan kebahagiaan hidup.

Taonisme – Tao te Chia

Yaitu suatu mazhab yang terdiri dari orang – orang terpelajar dan

mengalami kekecewaan karen keadaan negara pada waktu itu

mengalami kemunduran. Tokoh terbesar dari aliran ini adalah Lao Tzu

dan Chuang Tzu. Pokok – pokok ajaran dari Tao te Chia terutama

mengenai metafisika dan filasfat sosial. Mazhab Taonisme

mengajarkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan manusia harus

hidup dengan wu wei, artinya tidak berbuat apa – apa, noaction, yaitu

tidak berbuat apa – apa yang bertentangan dengan alam. Sesuai

dengan ajaran ini maka manusia yang berbahagia menurut aliran

Taonisme adalah mereka yang hidup dekat dengan alam. Mereka itu

adalah para petani, nelayan, dan para biarawan.

Page 6: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Mazhab Yin Yang

Yaitu suatu mazhab yang dipelajari oleh orang – orang yang pada

mulanya mempunyai kedudukan penting dalam istana. Mereka itu ahli

nujum dab ilmu perbintangan, kemudia mereka menawarkan

keahliannya kepada masyarakat. Menurut pandangan orang Cina, Yin

dan Yang merupakan dua prinsip pokok di alam semesta. Yin: prinsip

betina seperti bumi, bulan, air hitam, kepasifan, dan sebagainya.

Yang: prinsip jantan seperti surga, matahari, api, putih, keaktifan, dan

sebagainya. Antara Yin dan Yang jika digabungkan akan memberikan

pengaruh timbal balik dan akan terjadilah semua peristiwa yang

terdapat di alam semesta. Dala hubungan dengan makrokosmos maka

aliran ini mengajarkan bahwa di alam semesta ada lima unsur asali,

yaitu tanah, logam, air, kayu, dan api. Kelima unsur asali mempunyai

sifat produktif dan destruktif dalam keadaan yang tertutup. Jadi,

kelima unsur asali itu merupakan suatu kekuatan yang dinamis.

Mohisme atau Mo Chia

Yaitu suatu aliran yang terdiri atas kelompok kaum kesatria yang telah

kehilangan kududukannya, mereka menawarkan keahliannya di

bidang peperangan kepada penguasa baru. Tokohnya Mo Tzu (479-

381 SM).

Dialektisisme – Ming Chia

Aliran dialektisi dikenal juga dengan sebutan mazhab nama – nama.

Aliran ini dipelopori oleh orang – orang yang ahli dalam bidang debat

dan pidato. Mereka menyalurkan kepandaiannya kepada rakyat.

Ajaran dimaksudkan untuk mempengaruhi pandangan agar orang dapa

dengan mudah untuk memberikan nama pada suatu objek.

Legalisme – Fa Chia

Yaitu suatu aliran yang dipelopori oleh orang – orang yang ahli di

dalam bidang pemerintahan, mereka menawarkan kepandaiannya

kepada para penguasa di berbagai daerah. Fa Chia mengajarkan bahwa

Page 7: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

pemerintahan yang baik harus didasarka pada kitab undang – undang

yang tetap dan tidak didasarkan pada pendapat orang – orang berilmu,

baik dalam bidang pemerintahan maupun bidang moral. Menurut

pandanganya bahwa setiap manusia itu jahat, oleh karena itu harus

diperlakukan dengan kekerasan dan hukum yang ketat agar tidak

melakukan pelanggaran. Tokoh yang terkenal adalah Han Fei Tzu dan

Li Sse.

b. Zaman Pembauran

Zaman ini ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang

kemudian berkembang pesat di Cina dan memberikan warna baru bagi

pemikiran kefilsafatan di Cina. Budhisme sendiri banyak berbaur dengan

alam pemikiran filasfat Cina sehingga kemudian melahirkan aliran baru

dalam Budhisme Cina yang diberi nama Ch’an Budhisme atau

Ch’anisme.

Selain Budhisme muncul juga aliran Neo-Taoisme yang memberikan arti

baru ‘Tao’ sebagai ‘Nirwana’. Puncak dari zaman pembaruan yang

terjadi pada waktu pemerintahan Dinasti Han, dengan munculnya

seorang tokoh Tung Chung Shu.

c. Zaman Neo-Konfusianisme

Zaman ini ditandai dengan adanya gerakan untuk kembali kepada ajaran

– ajaran Konfusius yang asli.

d. Zaman Modern

Pada zaman modern pemikiran kefilsafatan sangat banyak dipengaruhi

oleh pemikiran – pemikiran yang berasal dari Barat, hal ini karena

banyaknya paderi – paderi yang masuk ke daratan Cina. Aliran yang

paling berpengaruh adalah pragmatisme yang berasal dari Amerika

Serika. Pada tahun 1950 daratan Cina dikuasai oleh pemikiran Marx,

Lenin dan tokoh yang terkenal Mao Ze Dong.

Page 8: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

B. Sejarah Filsafat India

India adalah suatu wilayah yang dibatasi pegunungan yang terjal. Tidak ada

jalan lain terkecuali melalui lintasan kaibar. Pada zaman kuno, daerah india

sulit dimasuki musuh sehingga penduduknya dapat menikmati kehidupan yang

tenang dan banyak peluang untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan

kerohanian.

1. Ciri Khas Filsafat India

Menurut Rabindranath Tagore (1861-1941) filsafat india berpangkal pada

keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam,

harmoni antara indivisu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya

dunia tidak dialami sebagai tempat keterasingan ataupun penjara. Orang

Insia bukan belajar untuk menguasai dunia, tetapi untuk berteman dengan

dunia.

Semua filsafat muncul dari pemikiran – pemikiran yang semula bersifat

keagamaan, baik dari Filsafat Yunani, maupun Filasfat Cina dan Filsafat

India. Karena kurang puas akan keterangan – keterangan yang diberikan

agama, atau karena sebab – sebab lainnya akal manusia mulai dipaki untuk

memberi jawaban atas segala persoalan yang dihadapi.

Di barat, sekalipun semula filsafat tumbuh dari perkembangan agama,

namun lama – kelamaan filsafat memisahkan diri dari agama dan berdiri

sendiri sebagai kekuatan rohani, yang saring bahkan bertentangan dengan

agama. Akan tetapi, tidak demikian keadaan filsafat India. Filsafat itu tidak

pernah berkembang sendiri lepas dari agama, serta menjadi kekuatan yang

berdiri sendiri. Di India, filsafat senantiasa bersifat religius. Tujuan terakhir

bagi filsafat adalah keselamatan manusia di akhirat.

Menurut Harun Hadiwijono (1985), pertumbuhan filsafat India keluar dari

agama itu meliputi suatu proses yang sangat pelan – pelan. Jikalau zaman

Upanisad pada umumnya dipandang sebagai saat kelahiran sang bayi filsafat

India maka bayi sudah ada di dalam kandungan sang ibu “ Agama Hindu”

selama lebih dari sepuluh abad. Di dalam waktu yang sekian lamanya itu

“embrio filsafat India” berkembang sehingga khirnya lahir sebagai Filsafat

Page 9: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

India, sekalipu setelah kelahirannya Filsafat India tidak pernah melepaskan

diri dari pelukan sang ibu “Agama Hindu”.

2. Periodisasi Filsafat India

Filsafat India bercorak religius dan etis. Sejarah filsafat India dibagi menjadi

empat periode, yaitu periode Weda (1500-600 SM), periode Wiracarita (600

SM – 200 M), periode Sutra – Sutra (200-sekarang), periode Skolastik (200

M – sekarang).

a. Periode Weda

Periode ini ditandai dengan kedatangan bangsa Arya dan penyebarannya

di India. Bangsa Arya mulai menanamkan kekuasaan di India, demikian

juga kebudayaan Arya mulai berkembang dan berpengaruh. Pada periode

Weda ini tercatat berdirinya perguruan – perguruan di hutan – hutan di

mana idealisme yang tiggi dari India mulai berkembang.

Di sini dihadapkan pada aliran – aliran yang susul – menyusul dan mulai

dikena karena adanya mantra – mantra, brahmana – brahmana, serta

upanisad – upanisad. Asas – asas filsafat sudah terdapat pada brahmana

dan upanisad walaupun belum sistematis. Zaman ini belum dapat disebut

zaman filsafat dalam arti yang sebenarnya atau dalam arti teknis. Periode

ini adalah suatu periode di mana orang masih meraba-raba dan mencari-

cari di mana pikiran dan tahayul susul – menyusul. Konsep – konsep

religi masih boleh dikatakan bersifat mitologis.

Literatus suci mereka disebut Weda. Jarak waktu antara pewahyuan yang

pertama dan pembukuan yang terakhir meliputi zaman hingga berabad-

abad, kira-kira dari tahun 2000 SM hingga tahun 500 SM, selama kira-

kira 1500 tahun. Pembukuan itu bukan terjadi sekaligus, melainkan

bertahap. Pertama-tama terkumpullah bagian Weda yang disebut Weda

smhita, kemudia bagian Weda yang disebut Brahmana dan akhirnya

bagian Weda yang disebut Upanisad.

Weda samhita adalah suatu pengumpulan mantra-mantra yang berbentuk

syair, yang dipergunakan untuk mengundang Dewa, yang untuknya akan

dipersembahkan korban, agar ia berkenan menghadiri upacara korban itu,

Page 10: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

juga untuk menyambut dewa yang diundang tadi, setelah dianggapnya

sebagai telah hadir, dan untuk mengubah korban yang dipersembahkan

hingga menjadi makan dewa yang sebenarnya. Selain dari bagi Weda

samhita yang berkaitan dengan persembahan korban kepada dewa-dewa

ini, ada bagian yang dihubungkan dengan tenung dan sihir serta segala

hal yang berhubungan dengan magis hitam.

Kitab Brahmana, yaitu bagian kedua Kitab Weda, berbentuk prosa yang

pewahyuannya terjadi setelah zaman mantra-mantra diwahyukan. Bagian

ini berisi peraturan dan kewajiabn keagamaan, terlebih-lebih keterangan

yang mengenai korban.

Kitab Upanisad berbentuk prosa dan diwahyukan setelah zaman

Brahmana. Bagian ini berisi keterangan – keterangan yang mendalam

mengenai asal mula alam semesta serta segala isinya, terlebih-lebih yang

mengenai manusia dan keselamatannya.

Jadi, yang menonjol untuk filsafat India adalah dalam Upanisad, yakni

ajaran tentang hubungan antara Atman dan Brahman. Atman adalah segi

subjektif dari kenyataan ‘diri’ manusia. Brahman adalah segi objektif

‘makrokosmos’, alam semesta. Upanisad mengajar bahwa Atman dan

Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan

(moksa,mukti) kalau ia menyadari identitas Atman dan Brahman.

b. Periode Wiracarita

Periode ini sering disebut periode epic atau periode hikayat cerita-cerita

kepahlawanan. Periode ini meliputi berkembangnya upanisad-upanisad

yang tertua dan sistem-sistem filsafat (Darsyana). Sistem-sistem dari

Budhisme, Jainisme, Syiwaisme, dan Wishnuisme termasuk periode ini.

c. Periode Suta-Sutra

Pada periode ini bahan yang berupa konsep-konsep pemikiran menjadi

banyak, sehingga sukar sekali untuk disederhanakan serta perlu untuk

membuat semacam rangkuman, skema kefilsafatan yang pendek dan

ringkas. Ikhtisa ini dibuat dalam bentuk sutra-sutra.

d. Periode Skolastik

Page 11: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Sukar sekali dipisahkan dengan periode sutra-sutra, tetapi di sini muncul

tokoh-tokoh besar seperti Kumarila, Sankara, Syridhara, Ramanuja,

Madhwa, Wacapati, Udayana, Bhaskara, dan Jayanta. Guru-guru filsafat

itu dijumpai berselisih paham karena masing-masing mempunyai teori-

teori sendiri yang cukup mantab, dengan mengajukan alasan-alasan yang

tersusun rapi. Mereka dengan penuh harapan saling mengajukan

argumentasi dengan menetapkan sifat-sifat umum atas dasar logika

3. Kesamaan dalam Ajaran di Filsafat India

Filsafat di India di dalam perjalanannya di sepanjang zaman, sekalipun

terdapatbanyak perbedaan di sana-sini, namun pada pokoknya

menampakkan suatu kesamaan. Kesamaan itu ternyata bahwa filsafat India

bukan hanya bermaksud untuk memuaskan orang-orang yang gemar akan

pikiran yang spekulatif saja, melainkan terlebih-lebih bermaksud untuk

membawa orang kepada pengrealisasi cita-cita yang tertinggi di dalam

agama dan hidup. Adanya kesamaan dalam empat ajaran, yaitu sebagai

berikut,

a. Ajaran tentang Kenyataan yang Tertinggi

Seberapa sistem yang mengajarkan hal ini, semua mengemukakan bahwa

kenyataan yang tertinggi adalah Zat yang Mutlak, dalam arti filsafati,

artinya bahwa kenyataan yang tertinggi itu bebas dari segala sebutan dan

bebas dari segala hubungan. Akal manusia tidak dapat menerobos

kenyataan itu untuk menyelaminya. Sejak Upanisad hingga Sri Ramana

ajaran yang demikian itu bertahan, mungkin juga akan bertahan terus di

dalam perkembangan filsafat India selanjutnya. Kecuali itu diajarkan,

bahwa Zat yang mutlak tadi karena emanasi, menjadi lapisan dasar alam

semesta. Demikian tidak ada perbedaan yang asasi di antara Zat yang

Mutlak dengan dunia, antara Tuhan dengan dunia.

b. Ajaran tentang Jiwa

Kecuali beberapa sistem yang tidak mengakui adanya Tuhan, dapat

dikatakan bahwa semua sistem mengajarkan bahwa karena emanasi, jiwa

manusia adalah sebagian dari Zat yang Mutlak, atau bahwa jiwa adalah

Page 12: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Zat yang Mutlak itu selengkapnya. Jiwa itu disebut dengan berbagai

sebutan, yaitu atman, purusa atau jiwa. Jiwa adalah bagian yang tetap

dari manusia, bagian yang murni dan yang tidak tercela, yang berada di

samping ego yang lebih rendah atau di samping alat-alat bainiah,

dengannya manusia berhubungan dengan dunia luar. Jiwa sebagai asas

yang lebih tinggi, tidak turut aktif di dalam segala pergumulan hidup ini.

Oleh karena itu, segala hal yang jahat tidak menjadi bagian yang nyata

dari jiwa.

c. Ajaran tentang Karma

Segala sistem filsafat India mengajarkan bahwa segala perbuatan

manusia, yang baik maupun yang jahat, meninggalkan bekas-bekasnya

pada manusia, yang tinggal sebagai daya terpendam, yang kemudianakan

menghasilkan kegirangan atau kesusahan. Sehubungan dengan itu,

diajarkan bahwa jiwa manusia berada di dalam samsara, yaitu perputaran

jantera hidup. Oleh karena itu, dunia tampak beraneka ragamnya, baik

dipandang sebagai khayalan maupun sebagai hal yang nyata,

mewujudkan suatu godaan yang besar bagi hidup manusia. Manusia

harus berusaha melepaskan diri dari belenggu dunia ini. Akibatnya,

bahwa filsafat-filsafat itu cenderung untuk menyangkal dunia atau

menolak dunia sebagai hal yang jahat.

d. Ajaran tentang Kelepasan

Jikalau ajaran karma dan samsara memberikan sikap hidup yang

pesimistis, maka ajarannya tentang kelepasan memberikan harapan yang

optimis kepada hari depan manusia. Sebab ajaran tentang kelepasan itu

memberi keyakinan, bahwa perputaran jantera hidup, yaitu perputaran

karma dengan buah-buahan, ada akhirnya. Padahal akhir itu tidak perlu

dicari jauh-jauh. Sebab akhir itu telah berada di dalam diri manusia

sendiri. Segala perbuatan yang didorong oleh emosi-emosi membawa

akibatnya, membawa karmanya. Maka jalan kelepasan yang

membebaskan manusia dari samsara, ialah berbuat tanpa emosi. Jiwa

manusia dapat melepaskan diri dari segala perbuatan, perasaan atau cita-

Page 13: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

citanya, jiwanya akan dapat tahu, bahwa hubungannya dengan dunia

sebenarnya adalah hubungan yang hanya lahiriah saja, hubungan yang

tidak mendalam dan yang semu. Itu jikalau jiwa dapat hiduo tanpa emosi.

Selanjutnya jiwa juga akan dapat tahu, bahwa hakikat yang sebenarnya

tidak dipengaruhi oleh kekotoran hidup ini. Dengan demikian, barang

siapa dapat hidup tanpa emosi, ia akan merealisasikan kedudukannya

yang tinggi itu dan lepaslah ia.

C. Filsafat Islam

Islam dan kebudayaannya telah berjalan selama 15 abad dan 5 abad untuk

perjalanan dalam kegiatan pemikiran filsafat. Dalam kurun waktu lima abad itu

para ahli pikir Islam merenungkan kedudukan manusia di dalam hubungannya

dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan, dengan menggunakan akal

pikirannya.

Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam (kekuatan)

pemikiran berikut:

Para ahli pikir Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan

dengan ajaran Islam,

Para Ulama menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal

ketauhidan.

Dari sekian banyak ulama Islam ada yang berkeberatan terhadap pemikiran

filsafat Islam, tetapi ada juga yang menyetujuinya.

Ulama yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat (golongan salaf)

berpendapan bahwa “adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid’ah

dan menyesatkan. Alquran tidak untuk diperdebatkan, dipikirkan, dan

ditakwilkan menurut akal pikir manusia, tetapi alquran untuk diamalkan

sehingga dapat dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat.

Ulama yang tidak berkeberatan terhadap pemikiran filasfat berpendapat bahwa

“pemikiran filsafat sangat membantu dalam menjelaskan isi dan kandungan

Alquran dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal pikir manusia. Di

dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya manusia untuk

Page 14: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

berpikir tentang dirinya sendiri, tentang alam semesta untuk mengimani Tuhan

Sang Pencipta”.

1. Perbedaan yang Mendorong Aliran Pemikiran Filsafat Timbul

Timbulnya aliran pemikiran filsafat didorong oleh beberapa perbedaan:

a. Persoalan tentang Zat Tuhan yang tidak dapat diraba, dirasa, dan

dipikirkan

b. Perbedaan cara berpikir

c. Perbedaan tujuan dan orientasi hidup

d. Perasaan “asabiyah”, keyakinan yang buta atas dasar suatu pendirian

walaupun diyakini tidak benar lagi.

2. Periodisasi Filsafat Islam

Pembagian ini berdasarkan pada hubungan dengan sistem pemikiran

Yunani, sebagai berikut.

a. Periode Mu’tazilah

Periode ini bermula pada abad ke-8 sampai abad ke-12, yang merupakan

sebuah teologi rasional yang berkembang di Bagdad dan Basrah.

Golongan ini memisahkan diri dari Jumhur ‘ulama’ yang dikatakan

menyeleweng dari ajaran Islam. Keberadaan Mu’tazilah sangat penting

dalam pemikiran filsafat Islam. Karena terlihat orientasi peikirannya

dalam menetapkan hukum, pemakaian akal pikir didahulukan, kemudian

baru diseralaskan dengan Alquran dan Alhadist.

b. Periode Filsafat Pertama

Periode ini berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11,

memakai sistem pemikiran yang dipakai ahli pikir Islam yang bersandar

pada pemikiran Hellenisme, seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, dan

Ibnu Sina.

Terdapat dua bagian dalam periode filsafat pertama, yaitu pertama,

Neoplatonic yang berkembang di Irak, Iran, dan Turkestan; kedua,

Peripatetis yang berkembang di Spanyol dan Maroko.

Page 15: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Sebagai upaya awal adalah diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat

Yunani, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab ole Ibnu Sina

dan Al-Kindi.

c. Periode Kalam Asy’ari

Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 samapi abad ke-11, pusatnya di

Bagdad. Aliran pemikiran ini mengacu pada sistem Elia (Atomistis).

Sistem ini mempunyai dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan Ahli

Sunnah wal-Jamaah.

Timbulnya aliran ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Perlunya mempertahankan kemurnian Tauhid, dari keragaman sistem

pemikiran dalam Islam

2) Untuk menangkis hal-hal yang melemahkan tauhid dari serangan luar

3) Terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan, misalnya Al-

Hallaj

Al-Asy’ari membuat sintesis teologis sebagai alternatifnya dan memilih

atomisme Democritos. Banyak yang tidak setuju dengan teori ini, namun

kemudian Al-Asy’ari memperkokoh dengan ayat-ayat Alquran.

d. Periode Filsafat Kedua.

Periode ini berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad ke-12, yang

berkembang di Spanyol dan Maroko. Aliran ini mengacu pada sistem

peripatetis. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Taufail, dan Ibnu Rusyd.

Kegiatan ilmu pengetahuan (terutama filasafat) tersebut merupakan

prestasi besar dan sebagai mata rantai hubungan Islam dari Timur ke

Eropa. Hal ini merupakan sumbangan Islam terhadap Eropa yang dapat

membawa kebebasan berpikir untuk mendorong perkembangan

intelektual.

Page 16: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

D. Filsafat Indonesia

Pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa Indonesia tidak sama dengan

pandangan hidup dan sistem pemikiran bangsa di negara lainnya. Seperti

bangsa-bangsa di negara-negara Barat, dimana pandangan hidup dan sistem

pemikirannya bersumber pada pemikiran filsafat Yunani, walaupun pemikiran

filsafat Yunani ini telah dapat dibuktikan dengan keberhasilannya membangun

peradaban manusia, tetapi pada akhirnya akan mengalami kepincangan hidup.

Kepincangan tersebut dapat kita lihat bahwa manusia produk dari pemikiran Yunani

hanya melahirkan manusia-manusia yang individualistis, yang di dalam dirinya

terdapat sifat saling curiga, saling bermusuhan. Juga, dari pandangan bahwa di dalam

pribadinya terdapat hal-hal yang selalu dipertentangkan dengan rasio (akal).

Mengapa demikian. Karena dari sifat individualistis dan materialistis yang akarnya

dari pemikiran Yunani tidak terdapat warna yang Transedental atau yang Immanent,

tetapi pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna mitologi dan rasio.

Dengan demikian, pandangan hidup atau pemikiran yang diperuntukkan membangun

peradapan manusia, akan melahirkan manusia-manusia yang egoistis, yaitu manusia

yang mementingkan dirinya sendiri dan menganggap orang lain sebagai objek

kepentingan diri sendiri.

Demikian juga halnya dengan pandangan hidup yang mengacu pada materialisme, di

mana di dalamnya mengandung bibit keserakahan, kemurkaan, dan menganggap

orang lain sebagai objek keuntungan material, yang pada akhirnya akan melahirkan

manusia-manusia yang tidak bermoral atau jauh dari nilai-nilai moral.

Jadi, sesuatu pandangan hidup atau pemikiran (paham kehidupan) yang berasaskan

individualisme akan melahirkan manusia-manusia yang berpola “dangkal” dalam

lingkup pergaulan social. Sementara itu, pandangan hidup yang berasaskan

materialisme akan melahirkan manusia-manusia yang berpola pada penyimpangan

nilai-nilai moral dalam lingkup sosial.

1. Pemikiran Filsafat Indonesia

Maksud pemikiran filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran filsafat yang

diperuntukkan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa Indonesia.

Setiap manusia tentu menginginkan hidupnya dalam keadaan baik, sejahtera, dan

bahagia. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa untuk mencapai tujuan

tersebut diperlukan suatu sistem pemikiran yang sesuai dengan hakikat manusia

Page 17: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

dan hakikat kehidupannya. Manusia akan kehilangan sebagian kehidupannya

apabila hidupnya tidak atau tanpa suatu sistem pemikiran yang digunakan dalam

tujuan kehidupan sehingga hidupnya akan mengalami kepincangan, selanjutnya

akan mengalami kekecewaan hidup.

Untuk itu, perlu sekali adanya suatu sistem pandangan hidup yang di dalamnya

terdapat keselarasan atau keharmonisan antara hakikat pribadi manusia Indonesia

dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan

ketenteraman.

Maksud hakikat pribadi dalam kedudukannya sebagai manusia Indonesia adlah

sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Untuk mencapai

kesejahteraan, kebahagiaan, dan ketenteraman seseorang harus mngupayakan

dengan tiga cara keselarasan atau keharmonisan, yaitu:

a. Selaras atau harmonis dengan dirinya sendiri;

b. Selaras atau harmonis dengan (terhadap) pergaulan sesame manusia, dan

lingkungan kehidupannya;

c. Selaras atau harmonis dengan (terhadap) Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ketiga keselarasan atau keharmonisan tersebut merupakan harmoni yang mutlak

adanya, di mana di dalamnya tidak terdapat lagi pertentangan satu sama lainnya

(harmoni sempurna).

Dengan demikian, sistem pemikiran seperti di atas diharapkan akan membawa

pada suatu bentuk manusia Indonesia yang diwarnai dan sekaligus mengarah

“pergaulan hidup” (bukannya “perjuangan hidup”). Sistem pemikiran tersebut juga

diharapkan dapat dijadikan sebagai mot or penggerak setiap tindakan dan

perbuatan manusia Indonesia.

Suatu pemikiran filsafat yang implementasinya sebagai suatu pandangan hidup

bagi setiap orang Indonesia mempunyai peranan yang penting, yaitu apabila

seseorang tidak mempunyai pandangan hidup niscaya hidupnya tidak mengarah.

Bagi bangsa dan rakyat Indonesia tidaklah demikian, karena manusia-manusia

Indonesia mempunyai kedudukan sebagai makhluk Tuhan. Karena hidup ini tidak

hanya diperuntukkan di dunia, akan tetapi juga untuk akhirat (kehidupan setelah

kehidupan dunia). Dimensi keakhiratan inilah yang mengharuskan manusia

Indonesia untuk mendasarkan pada suatu sistem pandangan hidup yang selaras atau

harmoni, tidak bertentangan, dan sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk

Tuhan.

Page 18: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Jadi, pandangan hidup model Indonesia mempunyai dimensi yang berakar

keselarasan atau keharmonisan dengan hakikat kedudukan kodrat manusia, yang

implementasinya berupa asas kekeluargaan dan asas kehidupan yang diridai Tuhan.

2. Materi Filsafat (Pandangan Hidup) Indonesia

Suatu pandangan hidup yang sesuai dengan manusia Indonesia adalah suatu

pandangan hidup yang berasal dari akar hikmat yang terkandung dalam khasanah

budaya Indonesia, yang dapat dijumpai dalam berbagai adat istiadat, peribahasa,

pepatah yang kesemuanya itu merupakan ungkapan-ungkapan perilaku kehidupan

manusia Indonesia.

Melihat uraian di atas, budaya yang terungkap tersebut merupakan esensi filsafat

bangsa Indonesia. Karena budaya tersebut sebagai hasil perkembangan rohaniah

dan intelektual bangsa.

Setelah rakyat Indonesia terbebas dari penjajahan tahun 1945, rakyat Indonesia

mulai timbul kesadarannya bahwa suatu Negara apabila tidak mempunyai

kebudayaan dikatakan sebagai bangsa yang miskin. Pengertian budaya di sini

dalam artian yang luas, yaitu budaya yang memperlihatkan kepribadian bangsa

Indonesia.

Negara Republik Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau lebih, beragam adat istiadat,

dan berates suku dan bangsa. Dari sekian banyak suku yang tersebar, yang paling

besar adalah suku Jawa, sedangkan yang kedua adalah suku Minangkabau. Dari

keragaman tersebut menunjukkan adanya kekayaan budaya yang semuanya itu

lebih ditentukan oleh aspek-aspek geografis, lingkungan, dan budaya, semuanya

mempunyai suatu kesamaan hakikat. Dari kesamaan hakikat inilah nantinya akan

muncul suatu rumusan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Filsafat Pancasila.

Untuk membentuk kesatuan budaya yang meliputi seluruh wilayah kesatuan

Indonesia dibutuhkan waktu yang lama, penuh tantangan, dan berliku-liku.

Menurut sejarahnya, 2000 tahun yang lalu telah ada sekelompok orang yang kelak

akan melahirkan bangsa Indonesia. Keberadaannya baru terwujud sebagai embrio.

Kemudian, tercetusnya Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia tahun 1945 merupakan wujud embrio kesatuan bangsa Indonesia, di

mana pada saat itu belum mencapai taraf yang memuaskan.

Pada tahun 1945, lahirnya Negara kesatuan Republik Indonesia, diikuti

“kepribadian bangsa Indonesia”. Bangsa Indonesia yang saat itu jumlahnya baru

puluhan juta telah mempunyai kedudukan sebagai negara kesatuan seperti negara

Page 19: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

lainnya. Di mata Negara lain, bangsa dan neraga Indonesia dengan segala corak

kebangsaannya sudah terlihat, tetapi apabila dilihat dari dalam masih banyak

kekurangannya.

Setelah terbebas dari penjajahan, setapak demi setapak bangsa Indonesia

mengupayakan untuk mengembangkan kepribadian, yaitu dengan jalan dirintis

oleh beberapa tokoh: Moh. Yamin, Ir. Soekarno, dan lain-lainnya. Upaya tersebut

didasarkan pada, “semakin tinggi tingkat kepribadian suatu bangsa, semakin tinggi

tingkat filsafat bangsanya”, karena pandangan hidup bangsalah yang menentukan

corak kepribadiannya, sekaligus menentukan corak moralnya.

Upaya yang lainnya adalah memantapkan kebudayaan nasional yang terbentuk dari

kebudayaan-kebudayaan daerah atau lokal, sehingga kepribadian dan kebudayaan

nasional terbentuk lewat kepribadian atau kebudayaan daerah atau lokal. Maka

kepribadian dan kebudayaan secara bersama-sama membentuk suatu titik

kulminasi, yaitu terbentuknya pandangan hidup dalam wadah Negara kesatuan

Republik Indonesia.

Bersyukurlah baha para pemimpin bangsa Indonesia dengan segala kemampuan

dan kebijaksanaannya telah berbuat untuk menggali khasanah kepribadian dan

kebudayaan untuk mencari titik kulminasi. Maka, lahirlah Pancasila yang di

dalamnya terkandung nilai-niali luhur yang mencerminkan kepribadian dan

kebudayaan bangsa Indonesia. Hanya Pancasilalah yang pantas dijadikan

pandangan hidup sekaligus landasan pemikiran bangsa dan negara Indonesia.

3. Bentuk Filsafat Indonesia

Bentuk filsafat Indonesia terdiri dari lima sila berikut.

Sila I : Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila II : Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sila III : Persatuan Indonesia.

Sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyaaratan /perwakilan.

Sila V : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sila di atas juga disebut lima dasar sebagai suatu totalitas, merupakan suatu

kebulatan tunggal, yang setiap sila-silannya selalu harus mengandung keempat sila

yang lainnya. Setiap sila tidak boleh dipertentangkan terhadap sila yang lain karena

di antara sila-sila itu memang tidak terdapat hal-hal yang bertentangan.

Page 20: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

Dengan demikian, Pancasila mempunyai sifat yang abstrak, umum, universal, tetap

tidak berubah, menyatu dalam suatu inti hakikat mutlak: tuhan, manusia, satu,

rakyat, dan adil, yang kedudukannya sebagai inti pedoman dasar yang tetap.

Kejadian tersebut, melalui suatu proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah

perjuangan bangsa, akan tetap berakar pada kepribadian kita berarti Pancasila

merupakan pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, yang telah disetujui oleh

para wakil rakyat menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan Negara

Republik Indonesia. Jadi, Pancasila adalah satu-satunya pandangan hidup (filsafat)

yang dapat mempersatukan rakyat dan bangsa Indonesia.

Page 21: SEJARAH FILSAFAT TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.