FILSAFAT SEJARAH KLASIK

35
FILSAFAT SEJARAH KLASIK/KUNO OLEH : 1. NOVI YANTI DIANA SARI (06091004006) 2. VISITTA OCTARIA (06091004007) 3. RATIH PURNAMA SARI (06091004039) 4. SILVIE DWIPUTRI A (06091004024) 5. ARI FRANDIKA (06091004011) 6. YULI ARYANI (06091004041) ABSTRAK Filsafat Sejarah Klasik ( Kuno). Tulisan (makalah) Makalah ini merupakan kajian yang dilakukan oleh tim penulis. Ada tiga masalah yang dibahas dalam makalah ini, pertama, bagaimana filsafat sejarah pada masa Pra Socrates? Kedua, bagaimana filsafat sejarah pada masa Socrates? Ketiga, bagaimana filsafat sejarah pada masa sesudah Socrates? Berdasarkan batasan- batasan masalah yang di bahas maka diharapakan dari tulisan (makalah) ini dapat memunculkan suatu pemikiran baru mengenai Filsafat Sejarah Klasik (Kuno), terutama pada masa Pra Socrates, masa Socrates, dan Masa Sesudah Socrates. Dari kajian pustaka didapat beberapa hal sebagai berikut, Filsafat Sejarah Klasik (Kuno) dibagi berdasarkan tiga masa yakni diantaranya: Pra Socrates yang mana filsafat pada masa ini arah dan perhatian pemikirannya mengenai alam semesta (arche), kemudian filsafat masa Socrates dan filsafat sesudah Socrates di arahkan (dipusatkan) kepada manusia, akan tetapi yang membedakan masa Socrates lebih ditekankan kepada kebenaran dan kebijaksanaan (sofoi) sedangkan sesudah Socrates menginduk dari masa Socrates. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah tulisan yang dikaji dari berbagai sumber dalam membahas Filsafat Sejarah Klasik (Kuno). Tulisan

Transcript of FILSAFAT SEJARAH KLASIK

Page 1: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

FILSAFAT SEJARAH KLASIK/KUNO

OLEH :

1. NOVI YANTI DIANA SARI (06091004006)

2. VISITTA OCTARIA (06091004007)

3. RATIH PURNAMA SARI (06091004039)

4. SILVIE DWIPUTRI A (06091004024)

5. ARI FRANDIKA (06091004011)

6. YULI ARYANI (06091004041)

ABSTRAK

Filsafat Sejarah Klasik ( Kuno). Tulisan (makalah) Makalah ini merupakan kajian yang dilakukan oleh tim penulis. Ada tiga masalah yang dibahas dalam makalah ini, pertama, bagaimana filsafat sejarah pada masa Pra Socrates? Kedua, bagaimana filsafat sejarah pada masa Socrates? Ketiga, bagaimana filsafat sejarah pada masa sesudah Socrates? Berdasarkan batasan- batasan masalah yang di bahas maka diharapakan dari tulisan (makalah) ini dapat memunculkan suatu pemikiran baru mengenai Filsafat Sejarah Klasik (Kuno), terutama pada masa Pra Socrates, masa Socrates, dan Masa Sesudah Socrates. Dari kajian pustaka didapat beberapa hal sebagai berikut, Filsafat Sejarah Klasik (Kuno) dibagi berdasarkan tiga masa yakni diantaranya: Pra Socrates yang mana filsafat pada masa ini arah dan perhatian pemikirannya mengenai alam semesta (arche), kemudian filsafat masa Socrates dan filsafat sesudah Socrates di arahkan (dipusatkan) kepada manusia, akan tetapi yang membedakan masa Socrates lebih ditekankan kepada kebenaran dan kebijaksanaan (sofoi) sedangkan sesudah Socrates menginduk dari masa Socrates. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah tulisan yang dikaji dari berbagai sumber dalam membahas Filsafat Sejarah Klasik (Kuno). Tulisan (makalah) ini pun dibuat berdasarkan kajian dari berbagai sumber (pustaka) yang memuat pemikiran- pemikiran dari tokoh filsafat (filsuf) mulai dari masa Pra Socrates, masa Socrates, dan masa sesudah Socrates itu sendiri perlu digunakan karena untuk mengetahui perkembangan filsafat sejarah dari masa ke masa.

Kata Kunci : Filsafat Kuno, Pra Socrates, Zaman Keemasan

I. Pendahuluan

Page 2: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

1.1 Latar belakang

Kata filsafat berasal darikata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.

Berbicara mengenai kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa Yunani). Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 mempunyai sistem pemikiran yang bersumber pada mythology (dongeng-dongeng), yang mana suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku. Namun setelah abad ke-6 muncullah sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos tersebut, mereka mempunyai sistem pemikiran yang bersifat rasional (masuk akal). Kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan pengarahan (ilmu pengarahan) atau sence of direction. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia.

Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.

I.2 Permasalahan

1) Bagaimana filsafat sejarah pada masa Pra Socrates ?

2) Bagaimana filsafat sejarah pada masa Socrates ?

3) Bagaimana filsafat sejarah pada masa sesudah Socrates ?

II. Pembahasan

Page 3: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

2.1 Kelahiran Filsafat

Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani). Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam, sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas.

Artinya kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia. Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oelh Homerus dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional. Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang berkepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan pergeseran.

Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius berubah menjadi sistem cultural religius. Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapai dan memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal pikiran. Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625 – 545 SM) kemudian baru berkembang para ahli pikir selanjutnya yang di bagi menjadi pra Socrates, Socrates, dan sesudah Socrates:

2. 2 FILOSOF MASA PRA SOCRATES

A. THALESThales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad

ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.

Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy).

Pemikiran-Pemikiran Thales:

Page 4: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

1. Air sebagai Prinsip Dasar Segala SesuatuThales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche)

segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.

Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

2. Pandangan tentang Jiwa

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.

3. Teorema Thales

Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales : 1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.2. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.3. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling berlawanan

akan sama.4. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan

dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.

B. ANAXIMANDROS

Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.

Pemikiran:

1. To Apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu

Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga air bukanlah

Page 5: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu, Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.

To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.

2. Pandangan tentang Alam Semesta

Gambaran Alam Semesta menurut Anaximandros

Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi

bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.

Mengenai bumi, Thales telah menjelaskan bahwa bumi melayang di atas lautan. Akan tetapi, perlu dijelaskan pula mengenai asal mula lautan. Anaximandros menyatakan bahwa bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Karena berputar terus-menerus, maka berangsur-angsur bumi menjadi kering. Akhirnya, tinggalah udara yang basah itu sebagai laut pada bumi.

3. Pandangan tentang Makhluk Hidup

Mengenai terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi adalah hewan yang hidup dalam air, misalnya makhluk seperti ikan. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan. Di ditulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang menjadi

Page 6: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan kemudian menjadi manusia.

C. ANAXIMENES

Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.

Pemikiran :

1. Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu

Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang metafisik dengan yang fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara.

Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction. Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.

2. Tentang Alam Semesta

Pembentukan alam semesta menurut Anaximenes adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.

Page 7: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

3. Tentang Jiwa

Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu bernafas untuk mempertahankan hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara. Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani. Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam pemikiran filsafatnya.

D. PYTHAGORAS

Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.

Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.

Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Terdapat legenda yang menyatakan bahwa ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa, hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional, murid-murid Pythagoras lainnya memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus.

Pemikiran :

1. Substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandinga-perbandingan matematis.

2. Setiap bilangan dasar dari 1-10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. 1 adalah asal mula segala sesuatu 10 dan 10 adalah bilangan sempurna. Bilangan ganjil lebih sempurna dari bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas).

3. Tuhan adalah bilangan 7, jiwa itu bilangan 6 dan badan itu bilangan 4.

E. XENOPHANES

Xenophanes dari Kolophon adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Elea. Menurut tradisi filsafat Yunani, ia adalah pendiri Mazhab Elea dan guru

Page 8: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

dari Parmenides. Selain sebagai filsuf, ia terkenal sebagai seorang penyair. Pemikiran-pemikiran filsafatnya disampaikan melalui puisi-puisi. Selain tema-tema filsafat, ia menulis puisi dengan tema-tema tradisional, seperti cinta, perang, permainan, dan sejarah. Ia juga berani mengkritik Homeros dan Hesiodos, penyair Yunani yang terkenal pada waktu itu.

Karya filsafatnya dalam bentuk puisi telah hilang. Di masa kemudian, karya itu diberi nama "Perihal Alam" (Concerning Nature).

Pemikiran :

1. Tentang Pengetahuan

Xenophanes menyatakan bahwa manusia tidak dapat mendapatkan pengetahuan yang mutlak. Akan tetapi, di saat yang sama, manusia harus mencari pengetahuan tersebut walaupun hanya berupa suatu kemungkinan. Hal itu ditunjukkannya melalui dua fragmen berikut:

"Dewa-dewi tidak menyatakan segala sesuatu kepada manusia sejak awalnya, tetapi setelah waktu berlalu, manusia menemukan banyak hal dengan cara mencarinya sendiri." (fragmen 18) "Tidak ada manusia yang pernah melihat ataupun mengetahui kebenaran tentang dewa-dewi serta semua hal yang kukatakan. Karena jika ada orang yang berkata mengetahui semuanya, maka sebenarnya ia tidaklah tahu, melainkan hanya mempercayai tentang segala sesuatu." (fragmen 34)

Fragmen 18 menunjukkan kemungkinan mencari pengetahuan melalui penelitian. Sedangkan fragmen 34 menolak kemungkinan manusia mendapatkan pengetahuan yang mutlak, setidaknya untuk hal-hal yang menurut Xenophanes sulit. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara kebenaran, pengetahuan, dan kepercayaan.

2. Tentang "Satu yang Meliputi Semua"

Xenophanes menentang cara pandang orang Yunani pada waktu itu terhadap dewa-dewi. Ia memberikan kritik terutama kepada Herodotos dan Hesiodos yang memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Yunani. Menurut kedua penyair itu, dewa-dewi melakukan pelbagai perbuatan yang memalukan, seperti pencurian, zinah, dan penipuan satu sama lain. Di sini, Xenophanes membantah antropomorfisme dewa-dewi, maksudnya penggambaran dewa-dewi dalam rupa manusia. Menurut Xenophanes, manusia selalu menaruh sifat-sifat manusia kepada dewa-dewi sesuai kehendak mereka. Misalnya saja, dewa-dewi dilahirkan sebab manusia juga dilahirkan, dan bahwa dewa-dewi memakai pakaian, suara, dan rupa seperti manusia. Xenophanes memberikan argumentasi sesuai bukti yang ia temukan:

"Seandainya sapi, kuda, dan singa mempunyai tangan dan pandai menggambar seperti manusia, tentunya kuda akan menggambarkan dewa-dewi menyerupai kuda, sapi akan menggambarkan dewa-dewi menyerupai sapi, dan dengan demikian mereka akan menggambarkan tubuh dewa-dewi serupa dengan tubuh mereka."

Page 9: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

"Orang Etiopia mempunyai dewa-dewi yang berkulit hitam dan berhidung pesek, sedangkan orang-orang Thrake mengatakan bahwa dewa-dewi mereka bermata biru dan berambut merah.""

Xenophanes dapat menyimpulkan bahwa antropomorfisme terhadap dewa-dewi tidaklah tepat sebab ia telah melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan melihat pelbagai kepercayaan mereka. Karena itu, ia menjadi yakin bahwa semua itu bukanlah konsep dewa-dewi yang tepat. Ia menyatakan bahwa sebenarnya hanya ada "Satu yang meliputi Semua". Maksudnya di sini serupa dengan konsep "Tuhan" namun tidak sama dengan monoteisme sebab ia juga menyebutnya dalam bentuk jamak.

Menurut Xenophanes, "yang Satu meliputi Semua" ini tidak dilahirkan dan tidak memiliki akhir, artinya bersifat kekal. Hal ini berbeda dengan konsep dewa-dewi yang dilahirkan dan dapat mati. Ia tidak menyerupai makhluk duniawi mana pun, baik manusia ataupun binatang. Ia juga tidak memiliki organ seperti manusia, namun mampu melihat, berpikir, dan mendengar. Ia juga senantiasa menetap di tempat yang sama namun menguasai segala sesuatu dengan pikirannya saja.

3. Tentang Alam Semesta

Xenophanes berpendapat bahwa matahari berjalan terus dengan gerak lurus, dan setiap pagi terbitlah matahari baru. Gerhana disebabkan matahari jatuh ke dalam lubang. Ia juga memandang bintang-bintang sebagai awan-awan yang berapi sehingga bersinar ketika malam. Sinar itu seperti batu bara yang memerah dan ketika pagi hari api dari awan itu padam kembali. Segala sesuatu dipandang berasal dari bumi, dan bumi pula yang menjadi tujuan akhir segala sesuatu. Manusia berasal dari bumi dan air. Sedangkan laut adalah sumber dari segala air dan juga angin. Samudra yang luas menghasilkan awan-awan, angin, dan juga sungai-sungai. Pelangi dipandang sebagai awan yang berwarna-warni.

Kemudian bumi berada dalam proses peredaran terus-menerus. Tanah menjadi lumpur, lalu menjadi air laut. Sebaliknya, laut menjadi lumpur, lalu menjadi tanah. Untuk membuktikan teori ini, Xenophanes menunjukkan bahan bukti empiris, yakni fosil-fosil kerang laut. Fosil-fosil tersebut berada dalam batu. Hal itu menunjukkan bahwa dulu batu tersebut merupakan lumpur.

F. PARMENIDES

Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea. Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan Herakleitos sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah.

Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi. Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini. Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian. Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat".Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat. Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat.

Page 10: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

Pemikiran tentang "Yang Ada" :

Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada".Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.

Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.

Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada".Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.

Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:

Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada".

Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada.

Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.

Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar

Page 11: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

"yang ada" masih ada sesuatu yang lain. Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.

G. ZENO DARI ELEA

Zeno dari Elea adalah filsuf Yunani pra-Socrates dan anggota Sekolah Eleatic yang didirikan oleh Parmenides. Aristotles menjulukinya penemu dialektik, dan Bertrand Russell menyatakan ia telah menyebabkan didirikannya logika modern. Ia paling terkenal untuk paradoksnya. Sedikit yang diketahui mengenai kehidupannya.

H. HERAKLEITOS

Herakleitos adalah seorang filsuf yang tidak tergolong mazhab apapun. Di dalam tulisan-tulisannya,ia justru mengkritik dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh terkenal, seperti Homerus, Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, dan Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran filsafat yang umum pada zamannya, namun bukan berarti ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu.

Herakleitos diketahui menulis satu buku, namun telah hilang. Yang tersimpan hingga kini hanya 130 fragmen yang terdiri dari pepatah-pepatah pendek yang seringkali tidak jelas artinya. Pemikiran filsafatnya memang tidak mudah dimengerti sehingga ia dijuluki "si gelap" (dalam bahasa Inggris the obscure).

Pemikiran

1. Segala Sesuatu Mengalir

Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."

Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara:

Pertama, seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir. "Engkau tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama," demikian kata Herakleitos. Maksudnya di sini, air sungai selalu bergerak sehingga tidak pernah seseorang turun di air sungai yang sama dengan yang sebelumnya.

Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api. Maksud api di sini lain dengan konsep mazhab Miletos yang menjadikan air atau udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Bagi Herakleitos, api bukanlah zat yang dapat menerangkan perubahan-perubahan segala sesuatu, melainkan melambangkan gerak perubahan itu sendiri. Api senantiasa mengubah apa saja yang dibakarnya menjadi abu dan asap, namun api tetaplah api yang sama. Karena itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam perubahan.

Page 12: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

2. Logos

Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur karena adanya logos. Pandangan tentang logos di sini tidak boleh disamakan begitu saja dengan konsep logos pada mazhab Stoa. Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia. Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang material, namun sekaligus melampaui materi yang biasa. Hal ini disebabkan pada masa itu, belum ada filsuf yang mampu memisahkan antara yang rohani dan yang materi.

3. Segala Sesuatu Berlawanan

Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa 'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Anaximenes juga memiliki pandangan seperti ini, namun perbedaan dengan Herakleitos adalah Anaximenes mengatakan pertentangan tersebut sebagai ketidakadilan, sedangkan Herakleitos menyatakan bahwa pertentangan yang ada adalah prinsip keadilan. Kita tidak akan bisa mengenal apa itu 'siang' tanpa kita mengetahui apa itu 'malam'. Kita tidak akan mengetahui apa itu 'kehidupan' tanpa adanya realitas 'kematian'. Kesehatan juga dihargai karena ada penyakit. Demikianlah dari hubungan pertentangan seperti ini, segala sesuatu terjadi dan tersusun. Herakleitos menegaskan prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu." Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan.

Melalui ajaran tentang hal-hal yang bertentangan tetapi disatukan oleh logos, Herakleitos disebut sebagai filsuf dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat.

I. EMPEDOKLES

Empedokles adalah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Tokoh lainnya dari mazhab ini adalah Anaxagoras. Jika filsuf-filsuf Miletos mengajarkan bahwa terdapat satu prinsip dasar yang mempersatukan alam semesta, Empedokles berpendapat lain. Menurut Empedokles, prinsip dasar itu tidaklah tunggal melainkan empat. Ia dikenal sebagai seorang dokter, penyair, ahli pidato, dan politikus.

Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi. Puisi pertama berjudul "Perihal Alam" (On Nature) dan yang kedua berjudul "Penyucian-Penyucian" (Purifications). Kedua karya tersebut memiliki 5000 ayat, namun yang masih ada hingga kini tinggal 350 ayat dari karya pertama, dan 100 ayat dari karya kedua. Para ahli tidak sepakat mengenai mana karangan yang lebih dahulu ditulis.

Pemikiran

1. Tentang Empat Anasir

Page 13: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat. Memang dia belum memakai istilah anasir (stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato, melainkan menggunakan istilah 'akar' (rizomata). Empat anasir tersebut adalah air, tanah, api, dan udara. Keempat anasir tersebut dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan. Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri. Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.

Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya. Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api. Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir tersebut diubah.

2. Tentang Cinta dan Benci

Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain. Kedua prinsip tersebut adalah cinta (philotes) dan benci (neikos). Cinta berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan benci berfungsi menceraikannya. Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang meresapi semua benda lain. Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman. Zaman-zaman ini terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman keempat lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan seterusnya. Zaman-zaman tersebut adalah:

1. Zaman pertama.

Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.

2. Zaman kedua.

Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir, sehingga alam semesta sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian lagi dikuasai oleh benci. Benda-benda memiliki kemantapan tetapi dapat lenyap, misalnya makhluk-makhluk hidup dapat mati. Menurut Empedokles, manusia hidup pada zaman ini.3. Zaman ketiga.

Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di mana benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya. Keempat anasir yang sama sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan kosentris: tanah di dalam pusat dan api pada permukaan. Cinta kini berada di ujung. 4. Zaman keempat.

Page 14: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

Pada zaman ini cinta masuk kembali hingga timbul situasi yang sejajar dengan zaman kedua. Apabila cinta menjadi dominan, artinya zaman pertama dimulai kembali.

3. Tentang pengenalan

Empedokles menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang sama akan mengenal yang sama".Hal tersebut berarti bahwa unsur tanah di dalam diri kita mengenal tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal air, dan seterusnya. Karena alasan ini, Empedokles berpendapat bahwa darah merupakan hal utama dari tubuh manusi, sebab darah dianggap sebagai campuran paling sempurna dari keempat anasir, terutama darah paling murni yang mengelilingi jantung. Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di dalam bidang biologi dan ilmu kedokteran selanjutnya.

4. Tentang Penyucian

Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang dapat luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya. Di dalam karangan tersebut, Empedokles memperkenalkan diri sebagai daimon (semacam dewa) yang jatuh karena berdosa dan dihukum untuk menjalani sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh ribu musim. Jiwa-jiwa itu berpindah dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada burung-burung, dan juga manusia. Jikalau jiwa sudah disucikan, antara lain dengan berpantang makan daging hewan, maka ia dapat memperoleh status daimon kembali. Pandangan tentang perpindahan jiwa ini nampaknya diadopsi dari mazhab Pythagorean.

J. DEMOKRITOS

Demokritos adalay seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme. Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab tersebut. Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru pemikiran Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat.

Selain sebagai filsuf, Demokritos juga dikenal menguasai banyak keahlian. Sayangnya, karya-karya Demokritos tidak ada yang tersimpan. Demokritos menulis tentang ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan etika. Ada sekitar 300 kutipan tentang pemikiran Demokritos di dalam sumber-sumber kuno. Sebagian besar kutipan-kutipan tersebut berisi tentang etika.

Pemikiran

1. Tentang Atom

Demokritos dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa atom adalah unsur-unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka setuju dengan ajaran pluralisme Empedokles dan Anaxagoras bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi, bertentangan dengan Empedokles dan Anaxagoras, Demokritos menganggap bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi. Karena itulah, unsur-unsur tersebut diberi nama atom (bahasa Yunani atomos: a berarti "tidak" dan tomos berarti "terbagi")

Page 15: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk realitas. Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya. Selain itu, atom juga tidak memiliki kualitas, seperti panas atau manis. Hal itu pula yang membedakan dengan konsep zat-zat Empedokles dan benih-benih dari Anaxagoras. Atom-atom tersebut berbeda satu dengan yang lainnya melalui tiga hal: bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan huruf N), urutannya (seperti AN berbeda dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda dengan Z dalam urutan abjad). Dengan demikian, atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa. Jumlah atom yang membentuk realitas ini tidak berhingga.

Selain itu, atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu, Demokritus menyatakan bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan". Jika ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak. Demokritus membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar matahari memasuki kamar yang gelap gulita melalui retak-retak jendela. Di situ akan terlihat bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan demikian, tidak diperlukan prinsip lain untuk membuat atom-atom itu bergerak, seperti prinsip "cinta" dan "benci" menurut Empedokles. Adanya ruang kosong sudah cukup membuat atom-atom itu bergerak.

2. Tentang Dunia

Dunia dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda bentuk saling mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan itu kemudian mulai bergerak berputar, dan makin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagian dari gerak tersebut. Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut sedangkan kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Demikianlah dunia terbentuk.

3. Tentang Manusia

Tentang manusia, Demokritos berpandangan bahwa manusia juga terdiri dari atom-atom. Jiwa manusia digambarkan sebagai atom-atom halus. Atom-atom ini digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil atas suatu benda yang disebut eidola. Dengan demikian muncul kesan-kesan indrawi atas benda-benda tersebut.

4. Tentang Pengenalan

Sebelumnya telah dikatakan bahwa setiap benda, yang tersusun atas atom-atom, mengeluarkan gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola. Gambaran-gambaran inilah yang masuk ke panca indra manusia dan disalurkan ke jiwa. Manusia dapat melihat karena gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan dengan atom-atom jiwa. Proses semacam ini berlaku bagi semua jenis pengenalan indrawi lainnya.

Lalu bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh indra manusia, seperti pahit, manis, warna, dan sebagainya? Menurut Demokritos atom-atom tersebut tidak memiliki kualitas, jadi darimana kualitas-kualitas seperti itu dirasakan oleh manusia? Menurut Demokritos, kualitas-kualitas seperti itu dihasilkan adanya kontak antara atom-atom tertentu dengan yang lain. Misalnya saja, manusia merasakan manis karena

Page 16: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

atom jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang licin. Kemudian manusia merasakan pahit bila jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang kasar. Rasa panas didapatkan karena jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang bergerak dengan kecepatan tinggi.

Dengan demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu hanya dirasakan oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya. Karena itulah, Demokritos menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu benda. Yang dapat diamati hanyalah gejala atau penampakan benda tersebut. Demokritos mengatakan:

"Tentunya akan menjadi jelas, ada satu masalah yang tidak dapat dipecahkan, yakni bagaimana keadaan setiap benda dalam kenyataan yang sesungguhnya...Sesungguhnya, kita sama sekali tidak tahu sebab kebenaran terletak di dasar jurang yang dalam."

5. Etika

Menurut Demokritos, nilai tertinggi di dalam hidup manusia adalah keadaan batin yang sempurna (euthymia). Hal itu dapat dicapai bila manusia menyeimbangkan semua faktor di dalam kehidupan: kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan pantangan. Yang bertugas mengusahakan keseimbangan ini adalah rasio.

K. ANAXAGORAS

Anaxagoras adalah salah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Filsuf lain yang tergolong di dalam mazhab ini adalah Empedokles. Anaxagoras, sebagaimana Empedokles, mengajarkan bahwa realitas alam semesta berasal dari banyak prinsip. Anaxagoras hidup sezaman dengan Empedokles dan juga para filsuf atomis awal, seperti Leukippos dan Demokritos. Anaxagoras diketahui mengarang satu buku dalam bentuk prosa. Akan tetapi, hanya beberapa fragmen dari bagian pertama yang masih tersimpan.

Pemikiran :

1. Tentang Benih-Benih sebagai Prinsip Alam Semesta

Anaxagoras sama seperti Empedokles yang menyatakan bahwa prinsip dasar yang menyusun alam semesta tidaklah tunggal, namun mereka berbeda di dalam jumlahnya. Empedokles menyatakan bahwa hanya ada 4 zat yang menjadi prinsip alam semesta, sedangkan Anaxagoras menyatakan bahwa jumlah prinsip tersebut tak terhingga. Zat-zat tersebut disebutnya "benih-benih" (spermata). Menurut Anaxagoras, setiap benda, bahkan seluruh realitas di alam semesta, tersusun dari suatu campuran yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu. Indera manusia tidak dapat mencerap semua benih yang ada di dalam satu benda, melainkan hanya benih yang dominan. Contohnya jikalau manusia melihat emas, maka ia dapat langsung mengenalinya sebagai emas, sebab benih yang dominan pada benda tersebut adalah benih emas. Akan tetapi, pada kenyataannya selain benih emas, benda itu juga mempunyai benih tembaga, perak, besi, dan sebagainya. Hanya saja semua benih tersebut tidak dominan sehingga tidak ditangkap oleh indera manusia.

Page 17: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

Argumentasi yang ditunjukkan oleh Anaxagoras adalah melalui tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai unsur, seperti daging, kuku, darah, rambut, dan sebagainya. Bagaimana mungkin rambut dan kuku tumbuh, padahal manusia tidak memakan rambut atau kuku? Pemecahan yang diberikan Anaxagoras adalah karena di dalam makanan telah terdapat benih rambut, kuku, daging, dan semua unsur lainnya.

2. Tentang Nous

Jikalau Empedokles menyatakan ada dua prinsip yang menyebabkan perubahan-perubahan dari zat-zat dasar, yakni "cinta" dan "benci", maka Anaxagoras menyatakan hanya ada satu prinsip yang mendorong perubahan-perubahan dari benih-benih tersebut, yakni nous. Nous berarti "roh" atau "rasio". Ia tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda, namun menjadi prinsip yang mengatur segala sesuatu.

Masih menjadi perdebatan apakah nous yang dimaksudkannya bersifat materi atau tidak, sebab Anaxagoras mengatakan bahwa nous merupakan unsur yang paling halus dan paling murni dari segala yang ada. Akan tetapi, jelas bahwa Anaxagoras adalah filsuf pertama yang menetapkan kemandirian roh atau rasio terhadap semua zat atau materi.

3. Tentang Alam Semesta

Ajaran Anaxagoras tentang alam semesta mirip dengan filsuf-filsuf pertama dari Ionia, khususnya Anaximenes. Anaxagoras berpendapat bahwa badan-badan jagat raya terdiri dari batu-batu yang berpijar akibat kecepatan tinggi dari pusaran angin yang menggerakkannya.

4. Tentang Makhluk Hidup

Anaxagoras adalah filsuf pertama yang membedakan secara jelas antara makhluk hidup dengan yang tidak hidup. Dikatakan bahwa nous memang menguasai segala-galanya, namun tidak ada di dalam makhluk yang tidak hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan.

5. Tentang Pengenalan

Berbeda dari Empedokles yang menyatakan bahwa yang sama mengenal yang sama, menurut Anaxagoras prinsip pengenalan justru yang berlawanan mengenal yang berlawanan. Argumentasi yang diberikan olehnya adalah pengenalan inderawi manusia yang disertai rasa nyeri, misalnya bila tangan meraba air panas, atau mata melihat benda yang terlalu terang.

Page 18: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

2.3 MASA SOCRATES

Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.

Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah Socrates dalam dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus

Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.

Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.

Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam

Page 19: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus. Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.

Page 20: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

2.4 MASA SESUDAH SOCRATES

A. Plato

Plato dilahirkan di Athena pada tahun 472 SM dan meninggal pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya menyerap ajaran-ajaran pendidikan Socrates, kemudian mengembangkannya sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. Plato mendirikan sebuah akademi untuk study tentang gagasan-gagasan yang akhirnya telah tumbuh menjadi suatu universitas pertama di dunia. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang memberinya kepuasan baginya. Pengaruh Socrates semakin hari semakin mendalam padanya. Ia menjadi murid Socrates ayang setia sampai pada akhir hidupnya Socrates tetap menjadi pujaannya. Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosuf. Ia pandai menyatukan puisi adan ilmu, seni, dan filosofi.

Menurut Plato ada dua macam budi:Pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.

Negara menurut Plato adalah manusia dalam ukuran besar. Jadi seorang tidak dapat mengharapkan negar menjadi baik apabila ada beberapa orang kelakuannya tidak bertambah baik. Plato membagi penduduk dalam tiga golongan; golongan bawah,golongan tengah, dan golongan atas.Buah tangan Plato atau tulisan Plato hampir rata-rata berbentuk dialog. Jumlahnya tidak kurang dari 34 buah. Belum dihitung lagi tulisan-tulisannya yang berupa surat dan puisi. Yang sulit ialah menentukan waktu dikarangnya. Semuanya ditulis dalam masa lebih dari setengah abad.

B. Aristoteles

Aristoteles (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.

Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak

Page 21: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.

Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.Misalkan ada dua pernyataan (premis)

Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor). Sokrates adalah manusa (premis minor)

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.

Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan..aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

Page 22: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

III. KESIMPULAN

Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Periode yunani kuno pra socrates ini lazim disebut priode filsafat alam. Dikatakan demikian karena pada priode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang di amati di sekitarnya. Thales mengusulkan air, Anaximandros: yang tak terbatas, Anaximenes: api-udara-tanah-air, Pythagoras dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Herakleitos mengajar bahwa segala Sesuatu mengalir, dll. Filosof filosof pada masa Pra Sokrates ini di antara nya: Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes - Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles - Democritus - Anaxagoras.

Masa Socrates, Socrates adalah seorang filosof yang meyakini agama, ia membawa orang-orang athena kembali meyakini agama Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari. Dalam periode ini keadaan hegemoni berubah lagi, akal dan hati, rasio dan iman, agama dan filsafat sama-sama menang, kaidah agama diterima kembali demikianpun kaidah filsafat.

Filosof Zaman sesudah Socrates diantara nya : Plato dan Aristoteles. Plato, Menurut Plato ada dua macam budi : Pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari. Aristotheles, Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.

Page 23: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat /

http://id.wikipedia.org/wiki/Thales /

http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximander /

http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximenes /

http://id.wikipedia.org/wiki/Pythagoras /

http://id.wikipedia.org/wiki/Xenophanes /

http://id.wikipedia.org/wiki/Parmenides /

http://id.wikipedia.org/wiki/Zeno_dari_Elea /

http://id.wikipedia.org/wiki/Herakleitos /

http://id.wikipedia.org/wiki/Empedocles /

http://id.wikipedia.org/wiki/Democritus /

http://id.wikipedia.org/wiki/Anaxagoras /

Acmadi, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Tekhnologi. Jakarta : P.T.

Rineka Cipta

Bactiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Pers

Juhaya, S. Praja. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung : Prenada Media

Mustansyair, Rizal dan Misnal Munir. 2008. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Page 24: FILSAFAT SEJARAH KLASIK

--------------------------------------------------2007. Filsafat Analitik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Salam, Burhanuddin. 2000. Pengantar Filsafat. Jakarta : P.T. Bumi Aksara

Poejowijatna, I.R. 2002. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta : Rineka Cipta