Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

61
Arsitektur Klasik 1 1 PROLOG Sejarah merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan. Ilmu sejarah merupakan media komunikasi dengan masa lalu, dimana kebudayaan mulai berkembang. Melalui proses pembelajaran sejarah, kehidupan dan budaya masa lampau dapat diketahui, baik proses maupun dampaknya. Didalam arsitektur, sejarah juga memegang peranan penting dalam menentukan bentukan atau langgam, disamping budaya masyarakatnya. Karena arsitektur adalah suatu hal yang berkembang dan kadangkala mengalami suatu siklus, maka sejarah arsitektur perlu dipelajari. Dalam hal ini, peradaban manusia yang tercatat dalam sejarah, terutama didaratan Eropa dan sekitarnya mengalami kemajuan luar biasa, dimana seni bangunan dan ilmu struktur berkembang secara menakjubkan. Seni bangunan ini kemudian disebut sebagai arsitektur klasik, karena prinsip-prinsip, konsep dan romantika bangunan pada jaman itu akan tetap abadi. Di dalam membahas arsitektur di masa era klasik, tentu tidak terlepas dan menjadi suatu keharusan untuk mempelajari pula kebudayaan dunia klasik tersebut pada masanya. Kebudayaan Yunani dan Romawi adalah dua kebudayaan klasik dunia yang amat menonjol dan menarik untuk di telusuri. Seberapa jauh pengaruh dari kebudayaan mereka tersebut mempengaruhi ciri dan ungkapannya dalam arsitektur mereka. maupun terhadap kebudayaan dan peradaban lain di dunia adalah inti dan maksud dari penelusuran ini. (Febrianita, dkk, 2014).

description

sejarah arsitektur

Transcript of Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

Page 1: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 1

1

PROLOG

Sejarah merupakan hal yang tak terpisahkan dari

kehidupan. Ilmu sejarah merupakan media komunikasi dengan

masa lalu, dimana kebudayaan mulai berkembang. Melalui

proses pembelajaran sejarah, kehidupan dan budaya masa

lampau dapat diketahui, baik proses maupun dampaknya.

Didalam arsitektur, sejarah juga memegang peranan penting

dalam menentukan bentukan atau langgam, disamping budaya

masyarakatnya. Karena arsitektur adalah suatu hal yang

berkembang dan kadangkala mengalami suatu siklus, maka

sejarah arsitektur perlu dipelajari. Dalam hal ini, peradaban

manusia yang tercatat dalam sejarah, terutama didaratan Eropa

dan sekitarnya mengalami kemajuan luar biasa, dimana seni

bangunan dan ilmu struktur berkembang secara menakjubkan.

Seni bangunan ini kemudian disebut sebagai arsitektur klasik,

karena prinsip-prinsip, konsep dan romantika bangunan pada

jaman itu akan tetap abadi. Di dalam membahas arsitektur di

masa era klasik, tentu tidak terlepas dan menjadi suatu

keharusan untuk mempelajari pula kebudayaan dunia klasik

tersebut pada masanya. Kebudayaan Yunani dan Romawi

adalah dua kebudayaan klasik dunia yang amat menonjol dan

menarik untuk di telusuri. Seberapa jauh pengaruh dari

kebudayaan mereka tersebut mempengaruhi ciri dan

ungkapannya dalam arsitektur mereka. maupun terhadap

kebudayaan dan peradaban lain di dunia adalah inti dan maksud

dari penelusuran ini. (Febrianita, dkk, 2014).

Page 2: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

2 A r s i t e k t u r K l a s i k

2

ARSITEKTUR KLASIK

Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran

perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus

menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi

dan “first class”. Disebutkan demikian karena karya-karya

ini memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan

pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir

dalam menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013).

Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya

arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda

tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat

dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping

ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik

dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya

arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan

idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun

waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia.

Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma

merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori

arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan

seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order,

geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan

seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini

mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal

konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali

hingga sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai lebih

dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh

Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur

Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku

Page 3: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 3

Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro,

dimana Isodore dari Seville menguraikan dan

mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen

bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan

VENUSTAS. Dispositio adalah kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan survei lapangan ataupun pekerjaan

pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah

berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan

pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa

keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian

seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran

pandangan dari Teori Vitruvius. (Maulana, 2013).

Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai

berikut:

“Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat,

menopang seluruh berat beban bangunan yang ada. Ratio

atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya

adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom

yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-

beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan

diameternya. Jenis ke-5, dinamakan Attic yang

berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat

dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro,

19xx).

Pendapat Isodore ini merupakan sejumlah aturan dan

norma bagi karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai

arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-

bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan

perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar

hampir keseluruh benua Eropa saat itu. Salah satu

bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambarkan

dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut:

“Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha

memberikan sajian bentuk yang menakjubkan… sebab

Page 4: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

4 A r s i t e k t u r K l a s i k

gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan

begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain,

dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh

pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk

yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi

dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah,

khususnya dalam wawasan perspektivis Bird Eye View.

Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan

dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara

keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx).

Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga

jaman Gothic. Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini

dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik,

seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas

(kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria

(bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga

dinyatakan sebagai konsep kecemerlangan atau kebeningan

yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela

khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta)

ataupun karya seni kaca timah lainnya.

Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip

transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap

“cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-

karya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya cahaya

yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan

sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa

contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja

Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis

Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur

atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat

yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine,

Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque

(dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman

yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya

Page 5: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 5

arsitektur sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi

mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda,

seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi

Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan

terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori

arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut:

“Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan

ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-

tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa

secara eksterior orang-orang dapat berkeliling melihatnya.

Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam

mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak

dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan

pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang

menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas

konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis

pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief”

dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti

garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana

semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada

bagian bawahnya maupun pada bagian

atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum

pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur

ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang

arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya

gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat

disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat

menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan

tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa

kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan ditancapkan

dari atas langit.” (Isodore dalam Varro,19xx).

Page 6: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

6 A r s i t e k t u r K l a s i k

1. Ciri-ciri Arsitektur Klasik

Secara umum, ciri dari arsitektur klasik

adalah sebagai berikut:

Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan

hampir di setiap sudut bangunan.

Penggunaan kolom dan balok (entablature)

sebagai elemen utama.

Biasanya berupa bangunan yang besar dan

megah dengan waktu pengerjaan yang cukup

lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja.

Memanfaatkan efek distorsi mata untuk

menciptakan kemegahan dan keindahan

bangunan-bangunan utamanya.

Bahan utama menggunakan bahan yang

langsung diambil dari alam.

Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno

adalah bagian integral dari seluruh struktur

keseluruhan, karenanya peninggalannya

(walau tidak sempurna) dapat direkonstruksi

menjadi suatu bangunan yang sebenarnya

(Hemingway, 2003).

2. Fungsi Arsitektur Klasik

Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di

mana aliran kajian sejarah dan budaya dimulai dari

masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa

pengaruh ke zaman-zaman berikutnya. Dalam

arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya seni

pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai

visualisasi dari agama, kitab suci, dan kepercayaan

lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan.

Namun, secara umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan

waktu pembangunan bukanlah faktor yang penting.

Page 7: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 7

Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil

langsung dari alam (atau melalui proses sederhana),

dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja.

Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi

dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di

berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan

pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang

sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Arsitektur pra-

Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa

Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini

nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama

sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi

kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut

menjadi dasar terbentuknya konsep nilai keestetikaan

pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-

bangunan megah dan besar sebagai upaya

mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam

semesta. (Maulana, 2013).

***

Page 8: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

8 A r s i t e k t u r K l a s i k

3

SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KLASIK

A. Yunani

Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari

berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan

dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar

dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat.

Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai

bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.

Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri

hingga era modern dimana pulau utama yang bergunung-

gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang

menjadi city states yang merupakan kebiasaan yang terjadi

dalam persaingan.

Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari

Crete (3000-1400 SM) dan berkembang hingga ke puncaknya

yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan dengan

budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran

terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan

dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan.

Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323

SM) dimana memperlihatkan perkembangan dari kota besar

sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana

munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah

penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan

dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles

(444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni,

literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang

dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk

di dalamnya Parthenon.

Page 9: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 9

Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat

dipengaruhi oleh iklim dimana kecerahan serta sinar matahari

yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan

pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang

begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah

memberikan nilai yang berkualitas.

Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan

kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan

memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-

bentuk bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun

dengan kekuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan

kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu

perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan

penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-

bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu

terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya

yang merupakan superhuman scale.

Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya

merupakan bangunan–bangunan publik terutama kuil dan teater.

Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan. (Istiqomah,

dkk, 2014).

a. Kuil-Kuil

Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas

yang melekatnya menambah berbagai macam kebiasaan yang

melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani.

Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentuk-

bentuk bangunan yang dominan pada masa Hellenic adalah kuil

yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak

dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak

langsung altar yang terdapat pada bagian luar bangunan

menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan

dari pengalaman yang datang dari luar.

Page 10: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

10 A r s i t e k t u r K l a s i k

Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan

serambi) mengembangkan bentuk kuil menjadi persegi panjang

yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang

mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan

suatu pendalaman pemikiran baik yang datangnya dari luar

maupun dalam sehingga membentuk suatu desain.

Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat

meletakkan patung dewa dengan pintu utamanya menghadap

Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang

rendah (crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos

adalah portico atau pronaos (serambi yang bertiang-tiang). Hal

ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang

berjajar terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga

merupakan antis dengan kolom-kolom (biasanya dua) antara

antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian

dinding naos) sehingga portico agak mundur ke dalam

bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang naos

kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan

akan simetri sering ditemukan pada bagian opisthodomus yang

merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa

akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang

didukung oleh kolom-kolom yang ada di dalamnya.

Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan

menggunakan kayu dan batu merah dengan dasar dinding batu.

Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya

dibangun dengan batu gamping (diselesaikan dengan plesteran

marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali muncul

pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama

menggunakan atap terakota. (Istiqomah, dkk, 2014).

b. Orde Klasik

Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan

kolom dan balok. Kolom adalah sebuah modul untuk

Page 11: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 11

Gambar 1.1: Orde Doric, Ionic, Chorintian

Sumber: en.wikipedia.com

keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat

diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar

yang dikenal sebagai orde klasik.

Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan

sebagai kolom-kolom yang terlihat kuat (powerful-looking),

biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam tanpa base.

Tinggi kolom (termasuk capital) adalah 4-6 x diameter yang

mengalami peningkatan hingga 71 kali pada masa Hellenic.

Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada

dinding) berkembang dari kayu.

Orde Ionic merupakan orde yang scroll capitalnya

berasal dari Asia Minor pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom

yang telah mature memiliki 24 galur yang dipisahkan menjadi

lembaran-lembaran kecil. Galur persegi yang dibuat dari tanah

liat (plinth) muncul pada akhir masa Hellenic. Tinggi kolom

(termasuk capital dan base) adalah sekitar 9 x diameter

terendah.

Peninggalan achantus pada capital Corinthian hampir

tidak dapat dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana

hampir selalu dapat dibedakan hanya dari frieze-nya yang

populer pada masa Hellenistic. Tinggi kolom biasanya sekitar

10 x diameter base. (Istiqomah, dkk, 2014).

Page 12: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

12 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 1.2: Kuil Parthenon

Sumber: en.wikipedia.com

c. Evolusi Temple Plan

Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi,

pembangunan kuil mendapatkan bentuk yang ideal dimana

sebagian besar rencana pembangunan kuil Doric yang

mengalami perpanjangan/penguluran secara berangsur-angsur

berkembang pada rencana kolom klasik yakni 6 x 13 pada outer

colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5

SM. Kuil-kuil di Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk

yang tidak beraturan dalam artian tidak memiliki suatu aturan

yang pasti.(Istiqomah, dkk, 2014).

d. Dekorasi Kuil

Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan

mitologi pada relief. Genteng atap pada bagian pinggirnya

diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana

hal ini meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde

menggunakan moulding (papan hias tembok) dengan berbagai

macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan egg-

and-dart (Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan

Ionic dan Corinthian menggunakan permainan ritme pada motif

tumbuh-tumbuhan. (Istiqomah, dkk, 2014).

1. Kuil Parthenon (447-432 SM )

Kuil Parthenon

merupakan permata

Acropolis yang dibangun

dengan marmer pentelic.

Parthenon merupakan

bangunan yang sangat

menonjol dan merupakan

pusat dari Acropolis.

Parthenon dibangun antara

Page 13: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 13

Gambar 1.3: Denah Parthenon

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 1.4: Denah Acropolis

Sumber: en.wikipedia.com

447-432 SM sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan

Callicrates (Kallikrates) dan ahli pematung Phidias (Pheidias).

Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan terbesar

dari karya kuil Doric yang pernah di bangun‟, sebuah

penampilan dengan proporsi sempurna yang dihasilkan oleh

ahli maya-loka Athena.

Parthenon menjadi contoh bangunan tertinggi. Desain

dasar dapat terlihat pada bangunan itu sendiri yakni kuil Doric

dengan deretan kolom-kolom penunjang atap (pteron) 8 x 17

kolom dengan tinggi 10,4 m serta terdapat serambi prostyle

yang diduplikasikan dari

Ophistodomos. Di dalam

naos terdapat monument

emas Phidias yakni patung

Athena serta memiliki kolom-

kolom internal pada tiga sisi.

Di belakangnya, namun

masih dapat diakses hingga

opisthodomus, merupakan

tempat suci yakni sebuah

Hall of the Virgins yang

dianggap sebagai tempat

sakral. Entablature-nya

terdapat pada ketinggian 3,4

m. Pediment dan metope

merupakan hiasan yang diukir.

Ionic menginspirasikan frieze

pada sekeliling dinding luar

naos, serambi dan

opisthodomos yang

menggambarkan prosesi

Panathenaic.

Page 14: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

14 A r s i t e k t u r K l a s i k

2. Propylaea ( 437-432 SM )

Propylaea adalah bangunan berbentuk pintu gerbang

karya arsitek mnesicless, tapi pembangunannya tak sempat

diselesaikan karena terjadi peperangan dengan bangsa

Peloponnesia. Puing-puing dari bangunan tersebut masih bisa

dilihat sampai sekarang, tetapi ada beberapa bangunan yang

benar-benar sudah hilang antara lain; Pinacotheca (sebuah

galeri seni), Theater Dionysus, Odeon (sebuah ruang musik dari

Herodes Atticus) dan Stoa (sebuah tempat berteduh dan tempat

berpameran dengan colonnade dari Eumenes). Patung

Promachos karya Pheidias yang sangat besar dan terbuat dari

perunggu dan mendominasi wajah kota. Kehalusan dari denah

Acropolis terlukis melalui tangga-tangga lapangan yang

melandai dan ruang kolom dari propylae (437-432 SM) dengan

istana depan dari gedung-gedung yang ada disampingnya.

Arsitek Minesicles menciptakan perpaduan yang unik antara

keagungan dan kesederhanaan yang tepat pada entrance serambi

depan Acropolis. Kolom-kolom luarnya adalah Doric dimana

salah satu kolom yang ada di dalamnya yakni pada jalur

lintasan utama merupakan kolom Ionic yang lebih kecil, sebuah

penjajaran yang briliant.

Suatu penempatan yang luar biasa. Selanjutnya

memiliki sayap dengan pintu-pintu yang dilengkapi dengan

serambi bergambar. Propylaea menjadi pintu gerbang dari

Acropolis dirancang dan yang dibangun pada 437-432 SM

meliputi suatu bangunan pusat dan dua sayap cabang samping.

Colonnades sepanjang sisi timur dan barat mempunyai suatu

baris kolom Doric dua baris kolom Bersifat Ionic membagi

koridor tengah ke dalam tiga komponen.

Dinding dari sayap utara dihias dengan lukisan,

dinding atau panel dicat dan di sebut" Pinakotheke". Langit-

Langit Dari Propylaea mempunyai dekorasi dicat dan suatu

sima dilubangi di sekitar atap. (Istiqomah, dkk, 2014).

Page 15: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 15

Gambar 1.5: Athena Nike

Sumber: en.wikipedia.com

3. Kuil Athena Nike ( 427-424 SM )

Kuil Nike merupakan

kuil terkecil yang bagi penduduk

Athena dianggap sebagai kuil

pembawa keberuntungan bagi

kota Athena. Kuil ini merupakan

salah satu tempat suci yang

mempesona, dipersembahkan

kepada kemenangan Athena yang

dibangun oleh Callicrates. Kuil

ini merupakan salah satu dari

bangunan Ionic pertama di

Athena. Gaya bangunannya

terdiri dari empat ionic dengan empat kolom pada masing-

masing akhir. Bentuknya amphiprostyle dimana terdapat

portico (serambi yang bertiang-tiang) pada setiap akhirnya

namun tidak terdapat pteron (outer colonnade). Kuil ini berdiri

dengan Hak cipta dari Propylae yang telah lama direncanakan.

Perbandingan proporsi kolom dengan diameter yang kecil

mungkin untuk menghindari perbedaan yang begitu besar

dengan Propylaea.

Untuk pertama kalinya dalam dunia Arsitek Yunani

menggunakan tiga fasade. Pada kuil nike Athena terdapat suatu

sandaran disebelah kanan dan di depan yang kuat, kecuali

beberapa batu Elusinian yang dekorasi strukturnya dalam wujud

suatu pintu gerbang luas dengan sayap yang panjang dan lebar

sekitar 156 kaki. Suatu serambi disisi kiri adalah museum

lukisan dan suatu ruang terbuka pada sisi kanan yang berisi

patung yang didalamnya terdapat tiang-tiang.

Dekorasinya menggambarkan kemenangan Athena

atas Persia. Relief pembebasan terlihat pada bagian atas dari

dinding dimana pada bagian atas sisi timur melukiskan

Page 16: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

16 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 1.6: Kuil Erechtheum

Sumber: en.wikipedia.com

konferensi para dewa, sedangkan pada atas sisi yang lain

menggambarkan pemandangan dari peristiwa pertempuran .

Suatu sandaran pualam dihias dengan penyajian

relief;pembebasan Nikae (Kemenangan), yang dilindungi tepi

dari benteng yang di atasnya kuil menegangkan. (Istiqomah,

dkk, 2014).

4. Erechtheum ( 421-405 SM )

Erechteum merupakan

sebuah kuil pengganti bangunan

sebelumnya yang mengalami

kehancuran pada 480 SM akibat

peperangan dengan bangsa

Persia yang dipimpin

Salamis. Kuil ini dibangun

oleh arsitek Mnesicles antara

tahun 421-405 SM dan terletak pada situs yang dikelilingi oleh

hutan keramat dan tanah perkuburan. Dibangun dengan gaya

bersifat ionic dan banyak patung pemujaan Athena. Terdapat

kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa

diapresiasikan hanya dalam satu view point. Kuil ini dibangun

untuk memperingati pertarungan antara Athena dan Poseidon

untuk Athens.

Ini merupakan irreguler planning dimana memiliki 2

level yang didirikan pada site yang tidak tepat serta

membutuhkan penambahan tempat suci bagi 3 dewa. Dari tiga

serambi yang ada, satu serambi pada bagian utara dihias indah

oleh tiang-tiang ionic serta pintu keluar masuk yang diperkaya

dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan serambi terindah.

Sedangkan serambi selatan ditopang dengan pahatan patung

Caryatid. Dekorasi dinding friezen berwarna dark grey,

sedangkan marmer eleusian dihias dengan pahatan marmer

putih.

Page 17: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 17

Gambar 1.7: Kuil Artemis

Sumber: en.wikipedia.com

Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic

mempunyai suatu prostasis pada sisi atas bagian timur, suatu

propylon sangat besar pada atas bagian utara, dan serambi

terkenal dari Caryatids pada bagian selatan.

Kuil yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian,

dipersembahkan kepada pemujaan dari dua dewa utama Attica,

Athena dan Poseidon-Erechtheus. Patung kayu Athena

disimpan disini dimana Erechteum lebih sakral daripada

Parthenon

Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu

penyajian yang mungkin menyangkut kelahiran Erechtheus,

menghias bagian luar dari bangunan. Di atas menjadi

pandangan dari selatan dan timur. (Istiqomah, dkk, 2014).

5. Kuil Artemis

Bagian timur Aegean

adalah tempat lahirnya

bangunan Yunani kuno. Kuil

Artemis adalah bangunan

dengan bentuk dasar dari

Capital Voluted pertama yang

terlihat tahun 570 SM. tipe

dasar bangunan ini memiliki

potongan horizontal yang bergulur yang berada diatas dengan

cetakan cembung dasar (Thorus).

Kuil Artemis di Afesus adalah bengunan terkemuka

dangan pahatan gendang pada kolom bangunannya. Dinding

luarnya berbentuk sudut, dan memiliki sebuah halaman

berbentuk cekung yang luas yang mengelilingi bangunan

dengan ciri khas Asia Kecil. Bangunan kuil terbesar 10 x 21

kolom,dengan jumlah kolom 122, tangga 7 trap gank ionic.

(Istiqomah, dkk, 2014).

Page 18: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

18 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 1.8: Doric Apollo

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 1.10: Patung Hera

Sumber: sacred-

destination.com

6. Kuil Apollo (336-332 SM)

Kuil Apollo Doric

dipersembahkan kepada dewa

Apollo dan memiliki luas 6 x 16

yang diwarisi dari para

pendahulunya yaitu yang keenam

berada didekat perbendaharan

Athena (510 SM). Bertempat di

kawasan Delphi yang

merupakan tempat yang paling

menarik dari semua tempat suci

yang ada. Terkenal sebagai tempat duduk kuil dan sebagai

tempat peramal dari Dewa Apollo. Di sini semua bangunan lain

saling berhubungan dimana tahap terpenting dari sejarahnya

dimulai pada abad ke-6 SM. Susunan di altar sekitar jalan suci

berliku-liku ke arah selatan dan terlihat tidak baik namun pada

kenyataannya dengan teliti menyusun serta menciptakan

rangkaian pemandangan. Bangunan Doric pertama terdiri dari

100% marmer dengan dinding yang dihiasi pahatan tentang

pujian dan musik untuk Apollo. (Istiqomah, dkk, 2014).

7. Kuil Hera

Kuil ini dibangun pada

tahun 550 SM. Mengalami

perpanjangan rencana pada

masa awal Doric (6 x 16).

Sebagian besar Ethinus

block yang masih bertahan

berasal dari abad ke-5 SM

(characterized by angled

straight sides), tetapi

beberapa dari abad ke-6 SM (sisi tikungan yang hati-hati).

Page 19: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 19

Gambar 1.9: Kuil Hera

Sumber: sacred-destination.com

Gambar 1.11: Kuil

Olimpiade Zeus

Sumber:

en.wikipedia.com

Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua. Kadang-

kadang disebut Basilica karena kesalahan arkeolog-arkeolog

terdahulu yang berpikir

bahwa kuil ini merupakan

bangunan publik bangsa

Romawi. Tidak seperti kuil-

kuil lainnya, maksud

pembangunan kuil ini

ditujukan sebagai ucapan

syukur kepada Hera dalam

bentuk kuil. Oleh karena

itu, di bagian dalam kuil

terdapat patung Hera dalam

bentuk kecil yang sekarang disimpan dalam museum Paesteum.

(Istiqomah, dkk, 2014).

8. Kuil Olimpiade Zeus

Di Sisilia bangunan

terbesar adalah Kuil Olimpiade

Zeus, dimana bangunan dinding

bersatu dengan Doric bagian luar

kolom. Corak eksterior mengangkat

model pahatan dibawah

entablature yang berat.

Menggunakan mature Doric 6 x

13 plan. Secara keseluruhan

dibangun dengan plesteran batu

kapur / gamping dengan hiasan marmer dan genteng atap.

Italia dan sisilia memiliki pemeliharaan yang baik pada

kuil Doric diawal tahun ke 5 dan 6 SM. Doric basilica yang

dibangun 530 SM terinspirasi oleh bangunan Yunani Kuno,

dimana bentuknya seperti cerutu yang memiliki capitle besar

dengan dekorasi leher. selain itu terdapat bangunan kuil

Page 20: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

20 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 1.12: Kuil Theseion

Sumber: en.wikipedia.com

Poseidon, dimana anak tangga utama menuju langit-langit atap

memiliki bagian-bagian yang kuat. (Istiqomah, dkk, 2014).

9. Kuil Theseion ( 449-444 SM)

Kuil ini dibangun pada

tahun 449-444 SM. Namun

dialihfungsikan menjadi sebuah

gereja pada zaman Byzantine

Greeks dimana dikonstruksikan

sebagai apse pada akhir bagian

timur dan memberikan sebuah

concrete vault pada bangunan

kuil tersebut. Seperti pada

Parthenon, Doric frieze pada

bagian serambi digantikan

dengan kelanjutan Ionic frieze.

Cukup terdapat banyak

moulding pada bagian atas.

Bangunan ini sebagian besar

dibangun dengan

menggunakan marmer

Pentelic kecuali pada bagian tiga anak tangga paling bawah

yang menggunakan batu gamping. Kuil ini menyimpan patung

Athena dan Theseus/Hephaestos. Baik pronaos maupun

opisthodomos didekorasi dengan Ionic frieze termasuk di

dalamnya beberapa tipe triglyphs Doric yang ditambahkan

dengan hiasan pada pediment dan metope. Frieze pada pronaos

menggambarkan pertarungan Theseus dengan Pallantides pada

persembahan para dewa dimana frieze pada opisthodomos

menggambarkan pertarungan antar Centaur dan Lapith. Pada

awalnya, pediment di bagian timur diindikasi sebagai kelahiran

Erichthonios sedangkan bagian barat adalah Heracle sebelum

Thetis. Namun, pada teori terakhir menganggap bahwa

Page 21: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 21

Gambar 1.13: Kuil

Poseidon

Sumber: en.wikipedia.com

pediment di bagian barat memperlihatkan lagi pertarungan

antara Centaur dan Lapith sedangkan pediment di bagian timur

menggambarkan Heracles ketika akan menjadi pahlawan

menuju Gunung Olympus. Hanya 18 dari 68 metope kuil

Theseion yang dihias, sedangkan yang lainnya dicat. Sepuluh

metope pada sisi timur menggambarkan pekerjaan Heracles

sedangkan empatnya masing-masing sebelah utara dan selatan

yang menggambarkan Exploits of Theseus. (Istiqomah, dkk,

2014).

10. Kuil Poseidon

Kuil poseidon

dibangun pada tahun 440 SM

di atas reruntuhan kuil

sebelumnya pada masa

Archaic. Berada di ketinggian

60 m di atas laut. Tipe desain

kuil ini adalah hexastyle yakni

memiliki portico depan dengan

6 kolom. Hanya beberapa

kolom dari kuil tersebut yang

masih berdiri.

Seperti dengan kuil-kuil Yunani lainnya, kuil poseidon

dibangun berbentuk persegi panjang dengan tiang-tiang

penunjang atap (collonnade) di keempat sisinya. Jumlah

perbandingan kolom awal berdiri dengan saat ini adalah 42:18.

kolomnya merupakan kolom Doric yang dibuat dengan material

lokal yakni marmer putih.

Pada bagian tengah kuil terdapat naos dimana terletak

patung poseidon yang menghadap ke pintu utama. (Istiqomah,

dkk, 2014).

Page 22: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

22 A r s i t e k t u r K l a s i k

B. Romawi

Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-

militer yaitu bangsa/kaum petani yang suka berperang dan

berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat

serta sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai

macam suku bangsa yang mendiami suatu wilayah.

Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang

diambil secara komprehensif. Mula-mula dianggap tahap

dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni, namun

secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari

kebudayaan tersebut dan nilai-nilai yang terkandung ternyata

sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi

bisa dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan

kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan sebagai Asimilator

(menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.

Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan

yang menyebar dan berkembang (ekspansif) di sekitar daratan

Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian

masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu koordinator

wilayah kekuasaannya (Teritorial). Akibat luasnya daerah

kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya

menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism).

Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan

dalam satu gaya kepemimpinan yang dinamakan Gaya Imperial.

Kerajaan Romawi merupakan suatu negara yang digolongkan

sebagai “statesmanship” yaitu bangsa yang memiliki

kemampuan sebagai negarawan (dengan kekuasaan yang

bertumpu pada kekaisaran), atau Imperium Romanium.

Sedangkan Yunani dapat digolongkan sebagai negara “negara

kota atau negara federasi”. Romawi dikenal sebagai bangsa

yang ”love of power” sedang Yunani dikenal sebagai bangsa

”love of beauty”.

Page 23: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 23

a. Karakteristik Arsitektur Romawi

1. Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih

maju dari pada bangsa Yunani, seperti dalam

pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi

busur/lengkung.

2. Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi

fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks.

Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap

perilaku, tata cara hidup dan termasuk dalam tata

bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam

struktur social kemasyarakatan seringkali

diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-

pesta besar.

3. Konsep penataan bangunan dan landscape

perkotaan dirancang secara integratif.

Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan

skala yang lebih luas atau dalam skala kota

demikian juga sebaliknya.

4. Konsep perancangan menekankan pada pengertian

bahwa ruang merupakan media ekspresi

arsitektural. pada skala kota dan interior.

5. Skala bangunan bersifat monumental atau

mengutamakan kesan agung. Ekspresi

arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan

artikulasi detail.

6. Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan

formal yang berorientasi birokratik, tersusun

secara sistematik, praktis dan variatif dalam

langgam.

Page 24: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

24 A r s i t e k t u r K l a s i k

b. Langgam Arsitektur

1. Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif

dekorasi, bukan elemen dasar yang mengungkap

karakter ideal secara utuh.

2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang

diatur dalam posisi saling tumpang tindih untuk

satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam,

untuk mencapai suatu totalitas sistem yang

dinamis dan bentuk simbolik yang baru.

3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan

pembagian bidang, tekstur, elemen vertikal dan

horizontal.

4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang

yang kompleks.

c. Konsep Ruang

1. Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan

tindakan, bukan keabadian atau keteraturan statis.

2. Ruang bersifat self-contained bukan merupakan

batasan fisik belaka, karena itu harus dibentuk,

diartikulasikan dan diaktifkan.

3. Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak

ditentukan oleh ikatan situasi geografis tertentu.

4. Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama,

variasi, keteraturan, dinamis, sekuens dan

aksialitas.

Page 25: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 25

Gambar 2.1: Capitol Triad ( Jupiter, Juno, dan Minerva )

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 2.2: Pantheon

Sumber: airbnb.com

d. Tipologi Bangunan

1. Kuil

Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-

elemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak

berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding

pembatas ruang yang vertikal dengan yang melengkung

dan diatur secara aksial. Bangunan ini dipersernbahkan

untuk tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu :

Jupiter, Juno dan Minerva.

Salah satu kuil yang terkenal

adalah Pantheon, dibangun oleh

Handrian sejak awal abad 2 SM

yang diperuntukan bagi semua

dewa. Konsep ruang dalamnya

menggambarkan karakteristik

Kosmik dengan model surgawi.

Bangunan ini telah menjadi

puncak keberhasilan arsitektur

Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam

perkembangan teknoiogi membangun terutama nilai-nilai atau

makna yang terkandung didalamnya.

Page 26: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

26 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 2.3: Basilika

Sumber: airbnb.com

Gambar 2.4: Teater

Sumber: airbnb.com

Secara keseluruhan bangunan ini memiliki dua elemen

utama yaitu:

a. Rotunda.

Merupakan suatu kubah besar yang mewadahi Cellar.

Diameter atau garis tengah kubah irii sebesar 43.6 meter.

b. Portico.

Merupakan suatu serambi berkolom (Colonnade)

dengan langgam elemen Carinthian Order.

2. Basilika

Bangunan publik dengan

sifat multi fungsi diantaranya

dapat digunakan untuk bangunan

administrasi, pengadilan,

bermusyawarah atau berkumpul

dan tempat interaksi sosial

masyarakat kota Roma (Public

Promenade). Bangunan ini ada

kemiripan dengan Stoa di Yunani.

3. Teater

Masih bersumber pada

teater Yunani dengan beberapa

perubahan bentuk dan metoda

strukturnya. Konsep ruangnya

mengalami pergeseran orientasi

yang bukan lagi dengan setting

panorama alamiah, tetapi lebih

memfokuskan pada pertunjukan

tersebut, akibatnya kesan ruang

dalam terasa lebih kuat terutama dengan membuat tempat

duduk yang curam. Teater ini biasanya digunakan untuk

Page 27: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 27

Gambar 2.5: Roman Bath

Sumber: en.wikipedia.com

pertunjukan sandiwara realistik yang menampilkan unsur-unsur

dekor, penghapusan orkes dan ukuran panggung yang terbatas.

4. Amphiteather ‘Hippodrome’ Circus

Berkembang akibat popularitas olah raga atletik,

lomba kereta, pertarungan Gladiator melawan hewan buas.

Bangunan ini berdiri di atas tanah yang datar dan berbentuk

ellips dengan daya tampung untuk kurang lebih 700 orang.

Bentuk dinding dengan langgam superimposisi dan bentuk

arkade yang mengelilingi sisi luar bawah bangunan. Juga

terdapat struktur basement untuk kandang, jebakan dan tempat

keluarnya para gladiator.

5. Roman Bath

Tempat pemandian atau

kolam yang minp dengan

pemandian Turki (mandi panas-

bilas-mandi spaberenang di air

dingin) dan digunakan juga

sebagai tempat perkumpulan

anggota klub (Social Centre).

Salah satu pemandian yang

tekenal pada waktu itu adalah

Bath of Caracalla rnenggunakan kontruksi lengkung atau kubah

dan beton untuk mencapai gugusan ruang yang kompleks,

program fungsional rumit karena banyaknya ruang yang

diperlukan.

Page 28: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

28 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 2.6: Spalato

Sumber:

en.wikipedia.com

6. Spalato ( Palace of Diocletian )

Rumah tmggal para

pemimpin yang me.nampilkan

karakter simetris dan bernuansa

muter kekaisaran, makna yang

ditampilkan menunjukkan peran

kaisar sebagai Cosmocreator

(kekuatan yang menguasai dunia).

Bangunan ini dapat

dikelompokkan dalam jenis villa

dan istana.

7. Forum

Merupakan unit spatial yang terbuka, umumnya

berbentuk empat persegi panjang yang direncanakan untuk

kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista.

Elemen-elemen bangunan terdiri dan portico yang berfungsi

sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur koinposisi aksial,

penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space).

Salah satu contoh tipikal forum masa awal pemerintahan

republik adalah Forum Romanium.

8. Villa ( Roman Country House)

Rumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan

pada bagian atasnya terbuka). Merupakan sintesa dari fungsi

privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus

oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun.

Contoh villa yang terkenal pada waktu itu adalah Villa Hadrian.

Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang

bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau

KM di tempat pemandian umum.

Page 29: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 29

Gambar 3.1: Peta daerah Byzantine

Sumber: en.wikipedia.com

C. Byzantine

Kekuasaan Byzantine berpusat di Constantinople

(Istanbul-Turki) merupakan Kekuasaan dibawah Roma di

Eropa hingga ke Timur atau sering disebut Roma kedua, yang

menguasai jalur perdagangan laut yang menghubungkan

benua Eropa dan Afrika hingga ke Asia, merupakan wilayah

otonom dengan perdaban menuju millenium dibandingkan

kekaisaran Roma sendiri. Daerah ini merupakan

perpanjangan Roma di bagian timur, atau sering disebut

kerajaan Roma timur.

Wilayah yang sekarang masuk dalam negara Itali

sekarang di mana kekuasaan Romawi berasal dan

berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-timur

di Laut Mediterania. Keadaan geografis tersebut bertolak

belakang dengan Yunani, yang berupa kepulauan dan

sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut

Aegean. Roma sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan

Romawi, berada di bagian selatan-tengah semenanjung, tidak

jauh dari pantai laut Mediterania. Budaya Romawi

berkembang melalui kekuasaan didapat dari penaklukan,

Page 30: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

30 A r s i t e k t u r K l a s i k

berbeda dengan penyebaran budaya Yunani yang melalui

kolonisasi. Budaya Romawi termasuk arsitektur berkembang

dari kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan tidak

hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian

besar Eropa, Afrika Utara dan Asia Barat.

Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak

tahun 600 SM dan dijadikan pusat pemerintahan Kekaisaran

Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle

ages), kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang

Kristen dari serangan bangsa Barbar dari Barat. Honorius,

imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan

pemerintahan Kekaisaran Roma dibagi menjadi dua,

memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran

Barat di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian

timur-utara dari Italia. Sedangkan Konstantinopel tetap

menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh

Byzantine menjadi dominan dalam arsitektur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan

Byzantine antara lain:

Pengaruh kebudayaan Romawi.

Pengaruh agama Kristen.

Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari

Timur.

Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros

pemerintahan Byzantine dan pusat perkembangan budaya serta

arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000

tahun, mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama

berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di bidang

ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014).

Page 31: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 31

Gambar 3.2: Penggunaan atap kubah sebagai simbol

kekuasan Yang Maha Esa

Sumber: en.wikipedia.com

a. Karakteristik Arsitektur Byzantine

Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap

bertolak belakang dengan gaya Kristiani kuno berupa

penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu

Romawi. Cita-cita arsitektur Byzantine adalah mengkonstruksi

atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol

dari kekuasaan yang Maha Esa.

Sistem konstruksi beton dari Romawi dikembangkan

dengan pesat. Kubah yang merupakan ciri dari daerah timur,

menjadi model atap Byzantine yang merupakan penggabungan

dari Konstruksi kubah dan sudut model Yunani dan Romawi.

Karena dominan bentuk dari seluruh bangunan menggunakan

bentuk lingkaran dan lengkung dengan bentang lebih lebar.

Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4

dilengkapi dengan jendela kecil-kecil diatas, disebut Pendetive,

dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk

denah melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive

tersebut dipakai bahan bata atau batu apung yang disebut

Purnise. Kubah dibuat tanpa menggunakan penunjang

sementara (bekisting). Kubah bola utama tersebut

Page 32: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

32 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 3.3: Struktur Pendetive

Sumber: en.wikipedia.com

melambangkan Surga menurut ajarannya, sedangkan kubah-

kubah sudut atau disebut Squinch untuk menggambarkan

ajarannya dalam bentuk mosaik antara Bema atau bilik suci

dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh

Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture “tirai”.

Bentuk Eksterior, kadang tidak berhubungan/ tidak ada

kesatuan dengan bentuk interiornya. (Febrianita, dkk, 2014).

b. Pengaruh Arsitektur Byzantine Dengan Romawi

Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali

mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik dengan karakter

ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah

besar (dengan material batu dan beton), material batu/batu bata.

Namun kemudian Arsitektur Byzantine membawa pengaruh

terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan

Dinasti Ottoman setelahnya.

Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki

bentuk geometri yang komplek, dengan material batu sebagai

material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan,

unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam

bangunan publik, seperti Gereja. Byzantine adalah perwujudan

dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan

rangka atap kayu. Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang

diperkenalkan oleh bangsa Romawi berkembang menjadi

Page 33: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 33

semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini

diadopsi untuk membentuk arsitektur Byzantine.

Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan

dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior dan

lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang

berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi

Byzantine. Penggunaan batu bata yang sama dengan bata

Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan

tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa

campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat,

keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan

bangunan terbaik di Roma.

Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung

pada penyusunan batu bata, yang tidak selalu dipasang secara

horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga

dalam bentuk berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron

atau pola tulang ikan Herring dan banyak macam desain

sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade.

(Febrianita, dkk, 2014).

c. Hagia Sophia

Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar

pertama Constantin dan diperbaiki kembali setelah terbakar dan

hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD. Bangunan

ini merupakan masterpiece dari masa Byzantium, terbesar dan

tertinggi diantara gereja lain di Konstantinopel. Gereja ini

menjadi pusat pemerintahan dunia Kristen Orthodoks.

Page 34: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

34 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 3.5: Ruang dalam

Hagia Shopia

Sumber: en.wikipedia.com

Berkali-kali bangunan Hagia Sophia mengalami

perbaikan dan renovasi, kebanyakan disebabkan oleh gempa

bumi, ketidakstabilan struktur, dan kerusakan akibat perang.

Sampai pada masa Pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565),

Hagia Sophia menjadi lebih besar dan megah, namun tidak

mengubah konsep awal dari arsitektur Byzantine pada denah

dan tampilan bangunannya. (Febrianita, dkk, 2014).

1) Fungsi

Hagia Sophia yang

mengalami perubahan dari

gereja ke masjid selama hampir

lima abad, sekarang akhirnya

berfungsi sebagai museum.

Pencetus fungsi museum ini

oleh penguasa Turki yang

Muslim nasionalis, Mustafa

Kemal Atatürk. Pada 1923,

Gambar 3.4: Hagia Sophia

Sumber: en.wikipedia.com

Page 35: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 35

Gambar 3.6, Kolom struktural

utama.

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 3. 7, Hagia Sophia

Sumber: en.wikipedia.com

museum Hagia Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar

budaya peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat

di dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama

Kristen dan Islam berdampingan pada satu tempat. (Febrianita,

dkk, 2014).

2) Bentuk

Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah

berbentuk bujur sangkar yang berukuran 32,6 x 32,6 m2. Di

sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat masif dan

besar. Kolom ini menyangga pelengkung setengah lingkaran

yang menyangga kubah utama.

Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi ± 548

meter, bentuk dasar bangunan segi empat dengan luas 18.000

M2, dengan sekeliling dinding yang dihias mosaic warna warni

serta cemerlang keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus)

adalah Isodorus dari Miletus dan Anthemius dari Tralles.

Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh bangsa Turki

dan diubah menjadi Masjid, dengan mnghilangkan bagian-

bagian yang berhias gambar makhluk hidup.

Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia dipengaruhi oleh

kebudayaan Byzantine (abad ke-6) yang ada sebelum

Konstantinopel berdiri. Gaya Byzantine didasari oleh karya

Page 36: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

36 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 3.10, Perbedaan kubah

Pendetive dengan kubah pada

umumnya.

Sumber: en.wikipedia.com

bangunan Kristen awal yang menempatkan area pembaptisan

dan kapel makam sebagai area yang terpusat. Sehingga ruang-

ruang atau relung yang mendampingi ruang utama berformasi

radial dengan pusatnya yaitu makam atau meja altar di tengah.

Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak lepas dari

bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi

delapan/segi banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang sama,

bahkan berbentuk lingkaran.

Kubah merupakan ciri

khas arsitektur Byzantine, yang

kemudian ditopang dengan

struktur pendentive. Pendentive

adalah struktur yang menopang

kubah, berbentuk A terbalik

dengan kolom dibawahnya.

(Febrianita, dkk, 2014).

Gambar 3.9, Fasade Hagia Sophia

Sumber: en.wikipedia.com

Page 37: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 37

Gambar 3.11, Skema

Pembebanan Bearing Wall.

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 3.12, Material Lantai.

Sumber: commons.wikipedia.com

3) Sistem Strukur Dan Kontruksi

Pada bangunan Hagia Sophia sistem struktur yang

digunakan adalah Dinding Pemikul (Bearing Wall). Pada

dinding, penggunanaan batu bata terlebih dahulu

diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan

permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian

komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi

karakterisik dari konstruksi Byzantium.

Penggunaan batu bata

yang sama dengan bata

Romawi, sekitar 15 inchi

tebalnya, dan diletakkan pada

lapisan tebal mortar. Mortar

sebagai perekat antara batu bata

berupa campuran antara kapur

dan pasir, dengan pecahan

tanah liat, keramik atau bata,

yang hasilnya sama kerasnya

dengan bangunan terbaik di

Roma. (Febrianita, dkk,

2014).

4) Estetika & Material

Pondasi & Lantai :

Page 38: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

38 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 3.13: Ornamen Dinding Hagia Sophia

Sumber: @izzatunnisa

Gambar 3.14: Kolom

Struktur dengan Ornamen.

Sumber: en.wikipedia.com

Secara keseluruhan lantai bangunan Hagia

Sophia, material yang digunakan rata-rata adalah

marmer, yang didatangkan dari pulau-pulau di Laut

Mediterania bagian timur.

Elemen Dinding

Memakai bahan

bata, dan dibagian dalam

(interiornya) dilapisi dengan

mosaik yang terbuat dari

pualam warna-warni yang

menggambarkan ajarannya.

Busur setengah lingkaran

dipakai untuk menunjang

galery dan bukaan pada

pintu dan jendela. Jendela-

jendela kecil setengah

lingkaran mengelilingi dasar

kubah (pendetive). Kolomnya konstruktif, dengan kepala

tiang (capital) bergaya Korintia dan Komposit. Secara

keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan

kelompok banyak kubah yang mengelilingi kubah utama

secara simetris, sehingga berkesan vertikal. (Febrianita,

dkk, 2014).

Page 39: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 39

Gambar 3.16, Urutan Konstruksi Atap

Sumber: en.wikipedia.com

Atap/Kepala Kubah tersebut, menjadi ciri khas tradisional

bangsa Timur, menjadi motif umum asitektur

Byzantine, yang merupakan gabungan dari konstruksi

kubah dengan gaya kolumnar klasik. Kubah dengan

bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi

denah persegi dengan teknik „Pendetives’. Kubah dan

lengkung Byzantine diperkirakan dibuat tanpa

menggunakan penyokong sementara atau perancahan

atau „centering’ dengan penggunaan batu bata datar

yang besar, hal ini merupakan sistem yang cukup nyata

yang kemungkinan didapat dari metode Timur.

Jendela-jendela disusun pada bagian bawah kubah,

yang pada periode berikutnya dinaikkan letaknya pada

„drum‟ yang tinggi. (Febrianita, dkk, 2014).

Page 40: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

40 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 4.2: Contoh Denah – S.

Maria Della Consolazione

Sumber: en.wikipedia.com

C. Renaissance

Arsitektur Renaissance

adalah arsitektur pada periode

antara awal abad ke-15 sampai

awal abad ke-17 di wilayah

Eropa, ketika terjadi ketertarikan

terhadap budaya klasik terutama

budaya Yunani kuno dan budaya

Romawi kuno yang disebut

Renaissance. Gaya ini pertama

kali berkembang di kota Florence,

Italia.

Pada masa Renaissance,

terdapat tiga penemuan penting.

Yang pertama adalah bubuk

mesiu, penemuan ini

menyebabkan perkembangan dalam hal militer. Kedua,

penemuan kompas. Dengan ditemukannya kompas,

memungkinkan untuk melakukan pelayaran ke daratan baru

seperti Amerika, dan kepulauan Hindia Barat. Akibatnya adalah

berkembangnya koloni-koloni bangsa Eropa pada tempat

tersebut. Penemuan ketiga adalah percetakan. Dengan adanya

percetakan, minat terhadap literatur berkembang pesat. Buku-

buku tentang Latin dan Romawi ditulis, dan akhirnya

mempengaruhi cara pandang orang pada masa itu. (Faith,

2011).

a. Karakteristik Arsitektur Renaissance

1. Denah

Denah bangunan

berbentuk simetris dan juga

proporsional. Ukurannya

mengikuti ketetapan yang

sudah ditentukan.

Untuk bangunan

gereja, denahnya

tidak berbeda jauh

Gambar 4.1: Peta Florence,

Italia

Sumber: en.wikipedia.com

Page 41: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 41

dengan denah yang sudah ada di Italia sebelum

terjadinya revolusi minat terhadap gaya arsitektur

klasik. (Faith, 2011).

2. Dinding dan Kolom

Pada abad pertengahan,

dinding eksterior menggunakan

material-material kecil yang

disusun. Sementara itu, untuk

masa Renaissance, dinding

eksterior menggunakan batu

atau plesteran sehingga terlihat

halus. Pada masa ini, kolom-

kolom Yunani dan Romawi

digunakan kembali, namun

hanya digunakan sebagai hiasan

dan bukan sebagai penopang

struktur. Selain digunakan

sebagai kolom, digunakan

juga pilaster dan pedimen.

(Faith, 2011).

3. Bukaan

Bukaan pada masa

ini datar, atau menggunakan

arch semi-sirkuler,

terkadang dapat juga

berbentuk elips, tapi hampir

tidak pernah ada yang

menggunakan arch

berbentuk lancip. Arsitektur

bangunan pada masa ini

dapat dibagi menjadi dua

bagian, antara lain

bangunan yang

mengandalkan efek dari

jendela dan juga bangunan

yang mengandalkan efek

Gambar 4.3: Jenis-Jenis

Kolom

Sumber:

en.wikipedia.com

Gambar 4.4: Arch Semi

Sirkuler

Sumber:

en.wikipedia.com

Page 42: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

42 A r s i t e k t u r K l a s i k

dari ornamen seperti cornice, pilaster, dan kolom-

kolom. (Francis, 2013).

4. Desain dan Konstruksi

Pada masa ini, barrel vault kembali

digunakan. Tidak seperti arsitektur gothic yang

memiliki denah persegi panjang, pada masa

renaissance denah yang digunakan berbentuk persegi

atau semi sirkuler.

Pada masa ini juga,

kubah sering digunakan

sebagai fitur struktural pada

bagian eksterior, dan juga

sebagai atap bagi ruangan lebih

kecil yang hanya dapat dilihat

di dalam bangunan. Pada abad

pertengahan kubah jarang

digunakan, namun setelah

digunakan dalam desain milik

Brunelleschi dalam desain

Basilica di Santa Maria del

Fiore dan juga pada desain

Brahmante untuk St. Peter’s

Basilica, kubah menjadi bagian

yang penting dalam arsitektur

gereja dan bahkan kemudian

menjadi penting bagi bangunan sekuler, seperti Villa

Rotonda milik Palladio. (Fletcher, 1905).

b. Periodisasi Arsitektur Renaissance

Menurut pembagian waktunya, arsitektur Reinaissance

dibagi menjadi :

1) Quattrocento (1400-1500)

Pada masa ini, konsep dan aturan arsitektur

diciptakan. Akibat pembelajaran tentang arsitektur

Gambar 4.6: Kubah

St. Peter‟s Basilica

Sumber:

en.wikipedia.com

Page 43: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 43

klasik (arsitektur Yunani

dan Romawi)

menyebabkan

diadopsinya lagi

penggunaan detail dan

ornamen arsitektur

klasik. Ruang, sebagai

elemen arsitektur,

digunakan secara berbeda

dibandingkan pada masa

abad pertengahan. Ruang

diatur dengan proporsi

yang logis, rupa dan ritmenya mengikuti geometri,

tidak menggunakan intuisi seperti pada masa abad

pertengahan. Contoh bangunan pada masa ini adalah

Basilica di San Lorenzo di Florence, yang diciptakan

oleh Fillipo Brunellschi. (Faith, 2011).

2) High Renaissance (1500-1525)

Pada masa ini, konsep

yang diambil dari arsitektur

klasik dikembangkan dan

digunakan dengan ke pastian

yang lebih besar. Arsitek yang

paling terkenal pada masa ini

adalah Bramante (1444-1514)

yang memperluas kemungkinan

penerapan arsitektur klasik pada

bangunan kontemporer.

Bangunan ciptaannya, San

Pietro in Montorio, dibangun

dengan bentuk sirkuler

mengikuti gaya kuil romawi.

(Faith, 2011).

3) Mannerism (1520-1600)

Pada masa ini, para arsitek melakukan

eksperimen menggunakan bentuk-bentuk arsitektural

Gambar 4.7: Basilica di

San Lorenzo

Sumber:

en.wikipedia.com

Gambar 4.8: San

Pietro in Montorio

Sumber:

en.wikipedia.com

Page 44: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

44 A r s i t e k t u r K l a s i k

untuk memberikan

penekanan hubungan

antara ruang dan masif.

Contoh bangunan pada

masa ini adalah Villa

Farnese atau disebut

juga Villa Caprarola.

(Faith, 2011).

c. Akulturasi Budaya

Walaupun berasal dari Italia, namun arsitektur

renaissance menyebar ke seluruh Eropa. Tentunya terdapat

penyesuaian yang dilakukan di tiap-tiap negara untuk

mengadaptasi bentuk arsitektur tersebut.

1) Italia

Dapat dikatakan

bahwa arsitektur

Renaissance berkembang

di Italia tanpa transisi dari

gaya sebelumnya sama

sekali. Hal ini bisa terjadi

karena gaya arsitektur

Gothic di Italia belum

memiliki pengaruh yang

besar.

Gaya arsitektur

Renaissance dipelopori

oleh Brunellschi. Awalnya gaya arsitektur ini

berkembang di kota Florence, kemudian ke kota-kota

sekitarnya, hingga akhirnya menyebar ke seluruh

daratan Italia. Contoh bangunan Renaissance terkenal

di Italia : St. Peter’s Basilica, Basilica of Santa Maria

Novella, Villa Capra la Rotonda. (Faith, 2011).

Gambar 4.9: Villa Farnese

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 4.10: Villa

Capra la Rotonda

Sumber:

en.wikipedia.com

Page 45: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 45

2) Perancis

Renaissance di

Perancis tidak diterima

secara langsung seperti

Renaissance di Italia.

Penyebab hal ini adalah

karena arsitektur Gothic

sangat berpengaruh pada

Negara Perancis.

Diperlukan sebuah periode

transisi hingga akhirnya

arsitektur Renaissance

diterima di Perancis. Pada

masa transisi ini, bangunan-bangunan memiliki gaya

campuran antara gaya Gothic dan Renaissance. Contoh

bangunan dengan gaya seperti ini adalah Chateau de

Chambord. Bangunan ini memiliki jendela dengan

gaya gothic, tapi memiliki ornamen seperti pilaster dan

ornamen renaissance lainnya. (Faith, 2011).

3) Belanda

Sama seperti

dalam bidang lukisan,

arsitektur Renaissance

memerlukan waktu yang

lumayan lama untuk dapat

diterima di Belanda, selain

itu gaya arsitektur ini juga

belum bisa menghapuskan

gaya arsitektur Gothic

secara keseluruhan.

Contoh bangunan pada

masa ini adalah Antwerp

City Hall. Akulturasi budaya Belanda pada arsitektur

Renaissance antara lain: penggunaan rumah tinggal

berbentuk sempit dan tinggi, penggunaan “trapgevel”

atau gable Belanda, penggunaan dekorasi berupa

pediment diatas pintu dan jendela dengan bentuk lebih

Gambar 4.11: Chateau de

Chambord

Sumber:

en.wikipedia.com

Gambar 4.12: Antwerp

City Hall

Sumber:

en.wikipedia.com

Page 46: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

46 A r s i t e k t u r K l a s i k

tajam dari yang digunakan pada arsitektur renaissance.

(Faith, 2011).

4) Inggris

Arsitektur

Renaissance di Inggris

mulai dikenal dalam masa

pemerintahan Ratu

Elizabeth I. Arsitektur gaya

ini dikenali melalui Negara

Belanda, sehingga arsitektur

Renaissance di inggris

mengadopsi juga gaya

arsitektur renaissance

Belanda. Arsitektur

Renaissance di Inggris

dikenal dengan gaya arsitektur Elizabethan. Gaya

bangunan pada masa ini adalah bangunan tinggi

berbentuk persegi, contohnya adalah Longleat House.

(Faith, 2011).

5) Skandinavia

Arsitektur

Renaissance di Negara-

negara Skandinavia

dipengaruhi oleh arsitektur

Flemish, contohnya adalah

gable yang tinggi seperti

pada arsitektur Istana

Frederiksborg. Di

Denmark, arsitektur

Renaissance berkembang

pada masa pemerintahan

Fredrick II dan Christian

IV. Gaya arsitekturnya

diinspirasikan oleh kastil di Perancis pada masa itu. Di

Swedia, akibat reformasi protestan dan penghentian

kekuasaan Gustav Wasa, pembangunan gereja dan

bangunan para bangsawan sempat terhenti. Walaupun

Gambar 4.13: Longleat

House

Sumber:

en.wikipedia.com

Gambar 4.14:

Frederiksborg Castle,

Norwegia

Sumber:

en.wikipedia.com

Page 47: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 47

begitu terdapat beberapa contoh bangunan seperti

Gripsholm Castle, Kalmar Castle dan Vadstena Castle

yang terkenal karena pencampuran gaya abad

pertengahan dan arsitektur Renaissance. (Smith,

1884).

D. Gothic

Kekuasaan Romawi berpusat di Roma mencapai

puncak hingga abad II, wilayahnya mencakup seluruh kawasan

Laut Mediterania, termasuk Mesir di timur-selatan,

Mesopotamia di barat, di utara-barat hingga Britania.

Setelah Theodosius I salah seorang penguasa

Imperium Byzantine meninggal pada 395, wilayah kekuasaan

dibagi menjadi dua, wilayah timur berpusat di Konstantinopel

(sekarang Istanbul) dan wilayah barat berpusat di Ravenna

(sekarang di Italia bagian utara). Bagian utara-barat Afrika,

daratan Eropa bagian barat yang dahulu masuk ke dalam

wilayah Romawi, tidak lagi berada di bawah kekuasaan

Byzantine.

Perpecahan antara kaum ortodoks dari Konstantinopel

dengan Paus terjadi pada 1054, berpengaruh besar pada

perkembangan politik dan ekonomi Eropa. Dari segi luas

wilayah, Imperium Byzantine mencapai puncak pada 1014,

ketika berhasil mengalahkan kekaisaran Bulgaria.

Hampir selama abad XIII, gereja sangat kuat

mempengaruhi pemerintahan di seluruh Negara di mana Kristen

menjadi agama penguasa dan sebagian besar rakyatnya.

Keadaan ini membuat semakin banyaknya peninggalan

arsitektural atau monumen berbentuk gereja. Di zaman itu

dibangun gereja juga katedral besar dan megah di mana-mana.

Pada masa inilah arsitektur Gothic berkembang. Abad XIV dan

XV, kota-kota di Italia seperti antara lain Florence, Roma,

Venesia, mendorong berkembangnya jaman baru disebut jaman

Reinassance, merupakan akhir dari Gothic, meskipun nantinya

kembali muncul dan disukai kembali pada masa Neo-Gothic

sekitar abad XVIII. (Ramadhan, 2012).

Page 48: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

48 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 5.1: Menara

Pada Arsitektur Gothic.

Sumber:

en.wikipedia.com

a. Arsitektur Gothic

Arsitektur Gothic menjadi satu hasil seni yang paling

spektakuler dalam perkembangan arsitektur Eropa occidental,

hal ini tidak diragukan oleh para ahli sejarah seni dan arsitektur.

Gothic berkembang dalam jaman akhir kehidupan dalam

benteng telah disebut di depan sehingga jaman Romanesque.

Salah satu cirri utamanya berbentuk benteng, atau menara

pengawas, karena kesenjangan ekonomi dan social antara para

tuan tanah (yang kemudian menjadi raja atau penguasa), dengan

petani miskin.

Kekuasaan dan kekayaan raja didukung oleh gereja,

semakin melimpah, membuat kecenderungan membangun

gereja yang besar, megah dan mewah. Bentuk tinggi dari

arsitektur Romanesque, kemudian menjadi ekstrim pada

arsitektur Gothic dengan runcing-runcing, penuh dengan hiasan,

mengacu semata-mata pada keindahan dan kemegahan.

(Ramadhan, 2012).

b. Karakteristik Bangunan Gothic

Terdapat menara pada

bangunan gereja. Biasanya

terletak pada bagian depan

ataupun belakang bangunan.

Dan pada masa Arsitektur

Gothic menara difungsikan

sebagai isyarat adanya

peribadatan di dalam gereja.

Hal tersebut berkembang

sampai saat ini, dan isyarat

tersebut merupakan bunyi

lonceng yang ditempatkan

dibagian atas menara.

Page 49: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 49

Gambar 5.3: Clear

Storey

Sumber:

en.wikipedia.com

Gambar 5.4:

Struktur flaying

buttres

Sumber:

en.wikipedia.com

Terdapat rose window. Secara

arsitektural hal itu digunakan

untuk memasukan cahaya dan

estetika. Sedangkan dari segi

religi, rose window dipakai

sebagai simbol firman Tuhan

yang disimbolkan sebagai

cahaya yang masuk dan

menerangi isi hati para jemaat

gereja.

Terdapat seni kaca patri

(clear storey) di dinding

bangunan gothic. Hal ini

merupakan perkembangan

teknologi kaca pada masa itu

yang diterapkan pada bangunan.

Adanya rib vaulting. Yaitu atap

bangunan yang menyerupai

membran dan memiliki unsur

arsitektural sebagai salah satu

peninggalan bentuk arsitektur

gothic. Penebalan kolom/tiang

sebagai perkuatan struktur

bangunan yang juga merupakan

ciri khas dari bangunan gothic.

Jajaran kolom yang terpadu

dengan rib voulting menjadi

unsur utama konstruksi

bangunan. (Decy, 2014).

Arsitektur gotik juga menerapkan

solusi struktur bagi bangunan-

bangunannya yang menjulang tinggi,

seperti halnya arsitektur romanesk

yang mengandalkan sistem triforium

untuk menyangga bangunan, arsitektur gotik mengandalkan

sistem flying buttress. Sistem flying buttress pada dasarnya

Page 50: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

50 A r s i t e k t u r K l a s i k

Gambar 5.5: Penampang vault pada arsitektur Romanesk

dan arsitektur Gothic yang juga mencoak vault.

Sumber: en.wikipedia.com

adalah sistem triforium, namun arsitektur gotik lebih

bereksperimen dalam hal struktur. Bidang penyangga triforium

dicoak hingga menjadi struktur yang organik, lebih meruang.

Luar biasanya, selain flying buttress seluruh dinding dan elemen

vertikal merupakan penyangga beban bangunan, bahkan hingga

tralisnya sekalipun.

Pada saat itu, profesi arsitek meredup, seperti halnya

yang terjadi di arsitektur romanesk. Arsitektur gotik

memperlihatkan betapa merdeka, harmoni, dan sosialisnya

sebuah nilai budaya, berkebalikan dengan arsitektur romanesk

(klasik). Kedua arsitektur ini kedepannya akan memberikan

bias pada perkembangan dan pertarungan gaya dalam arsitektur

modern. Battle of style.

Filsafat arsitektur Gotik adalah vertikalisme,

transparan dan diafan. Garis vertikal mengungkapkan ciri

zaman yang mengarah total pada Yang Maha Tinggi. Dinding-

dinding kaca berwarna memperlihatkan cita-cita lepas dari

kewadaqan materi kehidupan yang fana. Diafan artinya cahaya

yang menembus, selaku lambang rahmat Tuhan yang

Page 51: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 51

menembus kefanaan hidup manusia untuk meneranginya

dengan Nur-Illahi. Interior gereja besar di Koeln ini lebih

memperjelas keyakinan masyarakat abad-abad pertengahan dari

eksteriornya. Kontruksi-kontruksi ringan dan transparan ini

sangat dekat dengan selera modern yang kita suka keterbukaan

luas. Tetapi hasil gemilang para konstruktornya seperti ini

adalah warisan pengalamn praktek berabad-abad. Pada abad-

abad awal gaya Gotik sering seluruh gedung ambruk karena

kurang perhitungan statikanya. (Decy, 2014).

E. Baroque

Baroque merupakan istilah untuk mengkategorikan

perkembangan peradaban manusia (termasuk seni) dalam

sebuah era yang terjadi di Eropa. Sekitar tahun 1600-1750,

gerakan ini terjadi. Oleh karena itu, merupakan bagian akhir

dari zaman renaisance dan merupakan awal gerakan

protestantism yang terjadi di Jerman bagian utara dan Belanda.

Baroque mempunyai arti mutiara pelengkap yang bentuknya

tidak teratur atau tidak simetris. Dalam hal ini, karya-karya seni

yang tercipta pada zaman baroque juga merupakan cerminan

keadaan zaman tersebut sehingga memiliki ciri-ciri khusus yang

tentunya berbeda dengan corak seni pada zaman-zaman

sebelumnya. Corak seni baroque mengandung unsur tekanan

yang kuat, kekuatan emosi, dan sesuatu yang elegan.

Arsitektur baroque mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Menurut Sullivan, bahwa karakteristik seni Baroque terbentuk

dari beberapa unsur, seperti sense of movement, energy dan

tension. Salah satu teknik visualisasi yang terkenal pada zaman

baroque adalah teknik chiaroscuro yang digunakan oleh

seorang pelukis Belanda yang bernama Rembrandt

Harmenszoon van Rijn. Ciri visual yang melekat pada corak

seni Baroque adalah kontras cahaya (gelap-terang) yang

dominan dan menghasilkan kesan dramatis pada lukisan.

Page 52: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

52 A r s i t e k t u r K l a s i k

Baroque juga memiliki beberapa karakteristik diantaranya

naves yang zaman sebelumnya panjang dan sempit digantikan

oleh bentuk yang lebih lebar dan sirkular, penggunaan cahaya

secara dramatis, kaya akan ornamen, langit-langit yang

dipenuhi fresco (wall painting) dalam skala besar, facade

eksternal yang memiliki karakter proyeksi terpusat yang

dramatis, interior seringkali tidak lebih dari tempat bagi lukisan

dan patung ukiran. (Sitorus, 2014).

Beberapa kota yang menganut aristektur Baroque

memiliki fungsi sebagai tempat ibadah (San Benedetto,

Catania), sebagai pusat pemerintahan, tempat ziarah dan tempat

pusat interaksi kegiatan masyarakat baik formal maupun

informal. Ada beberapa tokoh dalam seni baroque yaitu :

Michelangelo Merisi Dacaravagio. Beliau menggunakan

karateristik seni design dengan menganalogikan ukiran

dengan simetris tubuh manusia.

Francesso Borromini. Beliau mempunyai karakteristik

seperti florid, bergaya ekspansive, design-nya cenderung

lebih memperhatikan bentuk geometric daripada proporsi

skala manusia dan pencahayaan. Contoh hasil karyanya

adalah katerdal San Carlo Alle Quatro Fontane, Roma

dan San Ivo della Sapienza, Roma.

Giovanni Lorenzo bernini. Beliau menggunakan gabungan

antara arsitektur, lukisan dan ukiran dengan bentuk yang

dinamis. Salah satu rancangannya adalah Piazza Navona

di Roma, Italia dan Santo Andre al Quirinale.

Rembrandt Harmenszoon van Rijn. Beliau menggunakan

teknik yang dikenal dengan sebutan chiaroscuro yang

berasal dari dua kata dalam bahasa Italia yaitu kata chiaro

yang berarti terang, dan oscuro yang berarti gelap.

(Sitorus, 2014).

Page 53: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 53

F. Rococo

Rococo pertama kali muncul di Perancis pada awal

abad 18 sebagai lanjutan gaya barok, tetapi berlawanan

dengan tema lebih berat dan warna lebih gelap dari Gaya

barok, Rococo ditandai oleh suatu kekayaan, rahmat, suka

melucu, dan keringanan. Rococo. Motifnya memusat pada

gaya hidup yang aristokratis yang tanpa perlawanan dan

roman picisan bukannya pertempuran gagah berani atau

figur religius, mereka juga berputar luar dan alam. Dalam

pertengahan akhir abad ke 18, rococo di kalahkan oleh gaya

Neoclassic. (Rafinda, 2011).

Arsitektur Rococo merupakan perkembangan lanjut

dari arsitektur Barok, di mana bentuk-bentuk yang

digunakan masih belum berubah. Contohnya adalah pada

kolom-kolom interior Le Camus, Colisee, Champs-Elysees

di Paris. Contoh lain adalah gereja Karlskirche (arsitek:

Johann Fischer von Erlach; tahun penggarapan 1715-1737).

Disini, bangunan ditonjolkan dengan adanya dua menara

kembar di sebelah kanan-kiri portico berkolom gaya hexa-

style Korintian. Sehingga kita dapati suatu bentukan

entrance yang benar-benar mencolok mata di sini. Bentukan

yang terjadi masih dapat dikategorikan sederhana,

sedangkan bentukan-bentukan lengkung yang terjadi

hanyalah sebagai identitas gaya ber-cirikan Barok-Rococo

yang dipakainya. Bangunan Christ Church (arsitek Nicholas

Hawksmoor; tahun pengerjaan 1715-1729) berbentuk pukal

(massa) geometrik dan balok yang bersahaja, dengan portico

beratap lengkung yang bercirikan Georgian yang tercampur

dengan gaya khas Barok. (Rafinda, 2011).

Kata Rococo merupakan suatu kombinasi dari

bahasa perancis yaitu Rocaille, atau kerang, dan barocco

Italia, atau gaya barok. Dalam kaitan dengan rococo, rococo

Page 54: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

54 A r s i t e k t u r K l a s i k

melambangkan cinta, kurva cinta seperti kerang dan fokus

pada hiasan bangunan. Beberapa kritikus menggunakan

istilah yang menyiratkan bahwa gaya rococo adalah

sembrono. Sejak pertengahan abad ke 19, istilah rococo

telah diterima oleh sejarawan seni. Selagi ada keheningan

tentang beberapa perdebatan tentang seni arti historis dari

gaya rococo kini secara luas gaya ini dikenali sebagai

periode utama di dalam pengembangan seni Eropa.

(Rafinda, 2011).

Istana Solitude di Stuttgart dan Istana Cina di

Oranienbaum, gereja Bavarian Wies dan Sanssouci di

Potsdam adalah contoh gaya bagunan rococo. Dalam

Konteks kontinental itu gaya Rococo secara penuh

terkendali, sportif, ajaib, dan dipahat dalam bentuk dekorasi

interior ruangan yang abstrak menggunakan cahaya, motif

seperti kerang atau dan hiasan yang berbentuk

kurva,kesemuanya itu mengisyaratkan bagaimana gaya

rococo dalam arsitektur. Pada bagian dalam ruangan tembok

diberi hiasan dan dekorasi yang indah, penuh motif yang

aneh dinyatakan dalam material plastik seperti kayu yang

diukir dan di atasnya diplester mengunakan semen. Dinding,

langit-langit, mebel, dibuat dari bahan metal dan porselin.

(Rafinda, 2011).

Beberapa kritikus arsitektur mengisyaratkan bahwa

gaya rococo berkembang dengan cepat pada ujung tahun

1720 dan mulai mempengaruhi bagian dalam dan seni

arsitektur seluruh Eropa. dengan berbagai bentuk yang unik

dan kaya yang dimilikinya membuat gaya Rococo

berkembang tidak hanya di eropa tapi juga di Jerman. Di

Inggris, salah satu lukisan Hoghart membentuk suatu cerita

kesusilaan sensasional tentang perkawinan bergelorà, yang

diukir degan gaya rococo pada tahun 1745, menunjukkan

Page 55: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 55

ruang pawai dari suatu Rumah bergaya London, di mana

satu-satunya gaya bangunan yang mempunyai langit-langit

dengan gaya rococo. Tidak hanya pada langit-langit rumah

tetapi juga pada furniture seperti meja dan jam dinding.

Dengan ciri khas gaya rococo yang unik, sedikit tidak

terkendali dan berantakan. (Rafinda, 2011).

Tokoh arsitektur Rococo adalah seniman Italian-

Swiss seperti Bagutti dan Artari sedangkan arsitek James

Gibbs, dan saudara kali-lakinya Franchini bekerja di Irlandia

sebagai arsitek dekorasi rumah gaya rococo. Gaya rococo

ini biasa ditemukan juga di Versailles, dan gaya ini

membentang di sepanjang paris terutama Hôtel Soubise. Di

Negara Jerman, Perancis dan seniman Jerman ( Cuvilliés,

Neumann, Knobelsdorff, dll.) juga mendembangkan gaya

rococo. Beberapa tempat berkembangnya gaya rococo

adalah Amalienburg dekat Munich, dan perbentengan

Würzburg, Potsdam, Charlottenburg, Brühl, Bruchsal,

Kesunyian ( Stuttgart), dan Schönbrunn. (Rafinda, 2011).

Gambar 7.1: Istana Solitude di Stuttgart

Sumber: en.wikipedia.com

***

Page 56: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

56 A r s i t e k t u r K l a s i k

4

PENERAPAN ARSITEKTUR KLASIK PADA MASA KINI

Seperti yang kita ketahui, arsitektur klasik merupakan

arsitektur dengan nilai estetikanya yang tinggi. Hal itulah

yang membuat arsitektur klasik hingga kini masih

digunakan di berbagai belahan dunia sebagai landasan

pokok dalam mendesain suatu bangunan. Umumnya gaya

arsitektur klasik digunakan dalam mendesain tempat-tempat

ibadah seperti masjid dan gereja. Tidak hanya itu, di Eropa

tidak jarang ditemukan pula gedung, rumah tinggal, maupun

villa yang masih menggunakan gaya ini.

Ornamen-ornamen yang umum digunakan dalam

mendesain suatu bangunan dengan gaya ini yaitu pilar, kaca

patri, patung-patung, dan hiasan-hiasan dinding.

Salah satu hal yang membedakan arsitektur klasik

yang dahulu dengan yang sekarang terletak pada bahan atau

material yang digunakan. Dahulu yang digunakan masih

berupa bahan yang memang menjadi kekayaan alam dari

daerah tersebut seperti batu marmer. Sekarang, dengan

semakin pesatnya perkembangan zaman bahan yang

digunakan semakin beraneka ragam tergantung dengan

keinginan pengguna. Namun, hal tersebut tetap disesuaikan

dengan fungsi dan tujuan dari bangunan tersebut, tanpa

mengesampingkan aspek estetikanya.

***

Page 57: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 57

5

EPILOG

1. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai arsitektur klasik di atas,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Arsitektur Klasik yaitu arsitektur yang berkembang

berdasarkan sistem kebudayaan Yunani dan Romawi.

Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan

dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum

ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai

maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak

dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis

arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai

tempat berlindung (fungsi rumah tinggal), sebagai

wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah

peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb).

Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini

dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan

memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.

2. Selain arsitektur Yunani dan Romawi, adapula gaya-

gaya arsitektur lain yang berkembang di era arsitektur

klasik yakni:

Byzantine

Bangunan Bergaya Arsitektur

Byzantine memiliki bentuk geometri yang

komplek, dengan material batu sebagai

material utama dan bata dan plester sebagai

material tambahan, unsur dekorasi menjadi

penting dan elemen utama dalam bangunan

Page 58: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

58 A r s i t e k t u r K l a s i k

publik, seperti Gereja. Byzantine adalah

perwujudan dari konsep atap lengkung dan

kubah yang menggantikan rangka atap kayu.

Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang

diperkenalkan oleh bangsa Romawi

berkembang menjadi semacam pembuatan

dinding bata secara umum, dan hal ini

diadopsi untuk membentuk arsitektur

Byzantine.

Renaissance

Arsitektur Renaisans (yang berjaya

dalam abad 15–17 M) memperlihatkan

sejumlah ciri khas arsitektur. Munculnya

kembali langgam-langgam Yunani dan

Romawi seperti bentuk tiang langgam Dorik,

Ionik, Korintia dan sebagainya (meskipun

pada perkembangan selanjutnya penggunaan

langgam tersebut mulai berkurang) dapat

disampaikan sebagai ciri yang pertama.

Bentuk-bentuk denahnya sangat terikat oleh

dalil-dalil yang sistematik, yaitu bentuk

simetris, jelas dan teratur dengan teknik

konstruksi yang bersahaja (kalau

dibandingkan dengan masa sekarang, masa

abad 20 khususnya).

Gothic Arsitektur gotik adalah

perkembangan dari arsitektur klasik yang

lahir di Eropa Timur mirip dengan saudaranya

arsitektur romanesk yang lahir di Eropa Barat.

Secara umum arsitektur gotik masih

mempermainkan gubahan arsitektur klasik

seperti arsitektur romanesk, namun Kerajaan

Byzantium sebagai tempat berkembangnya

arsitektur ini bertetangga dengan Kehalifahan

Islam dan Kekaisaran Persia sehingga banyak

elemen arsitektur islam dan arsitektur

Page 59: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 59

mesopotamia yang mempengaruhi dan

diadaptasi pada arsitektur gotik seperti

elemen kubah dan ornamen fasad.

Baroque

Baroque mempunyai arti mutiara

pelengkap yang bentuknya tidak teratur atau

tidak simetris. Dalam hal ini, karya-karya seni

yang tercipta pada zaman baroque juga

merupakan cerminan keadaan zaman tersebut

sehingga memiliki ciri-ciri khusus yang

tentunya berbeda dengan corak seni pada

zaman-zaman sebelumnya.

Rococo

Rococo pertama kali muncul di

Perancis pada awal abad 18 sebagai lanjutan

gaya barok, tetapi berlawanan dengan tema

lebih berat dan warna lebih gelap dari Gaya

barok, Rococo ditandai oleh suatu kekayaan,

rahmat, suka melucu, dan keringanan.

Rococo. Motifnya memusat pada gaya hidup

yang aristokratis yang tanpa perlawanan dan

roman picisan bukannya pertempuran gagah

berani atau figur religius, mereka juga

berputar luar dan alam. Dalam pertengahan

akhir abad ke 18, rococo di kalahkan oleh

gaya Neoclassic.

2. Saran

Menurut kami, arsitektur klasik merupakan salah satu

arsitektur yang bagus untuk diterapkan pada bangunan bahkan

sampai saat ini. Untuk itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk

menuangkan konsep arsitektur klasik ini pada rumah huni,

tempat ibadah, maupun kantor demi menambah kesan elegan

Page 60: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

60 A r s i t e k t u r K l a s i k

pada bangunan tersebut. Meski dikatakan bahwa arsitektur

klasik lebih mementingkan ornamen dari pada fungsi,

setidaknya hal tersebut bisa dipadu-padankan dengan arsitektur

yang tengah berkembang pada masa kini seperti arsitektur post-

modern guna mendapatkan bangunan dengan fungsi optimal

namun tetap indah dipandang.

Demikian buku yang kami buat, semoga dapat

bermanfaat bagi pembaca sekalian. Kami sadari masih banyak

kekurangan pada buku kami ini, untuk itu kami meminta kritik

dan saran yang membangun dari segenap pembaca guna

perbaikan kualitas buku kami di masa depan. Kurang dan

lebihnya kami mohon maaf, sekian dan terimakasih.

Wassalmu‟alaikum Wr. Wb.

***

Page 61: Sejarah Perkembangan Arsitektur Klasik

A r s i t e k t u r K l a s i k 61

DAFTAR PUSTAKA

Decy, Veronica. 2014. Sejarah Perkembangan Arsitektur Gotik.

Faith, Michele. 2011. Sejarah Arsitektur Renaissance.

Febrianita, Desak Komang. DKK. 2014. Jelajah Arsitektur

Klasik: Byzantine.

Fletcher, Banister.1905. A History of Architecture on the

Comparative Methode.New York : Charles Scribner‟s Son

Hemingway, Colette. 2003. Architecture in Ancient Greece.

Istiqomah, Gita Nur. DKK. 2014. Architecture Yunani Kuno.

Maulana, Annas. 2013. Sejarah Arsitektur: Arsitektur Klasik.

Rafinda. 2011. Arsitektur Rococo.

Ramadhan, Anugrah. 2012. Arsitektur Gothic.

Sitorus, Master. 2014. Arsitektur Renaissance Baroque dan

Rococo.

Smith, T. Roger. 1884. Architecture Gothic and Renaissance.

London:

Varro, Marcus T. 19xx. Ensiklopedia Romawi.