Fermentasi NDC _Angela Irena Wibawa_ 12.70.0034_ F1
-
Upload
james-gomez -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Fermentasi NDC _Angela Irena Wibawa_ 12.70.0034_ F1
-
FERMENTASI SUBSTRAT CAIR
FERMENTASI NATA DE COCO
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh :
Angela Irena Wibawa 12.70.0034
Kelompok : F1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
-
VIPER
-
1
1. HASIL PENGAMATAN
1.1. Hasil Pengamatan Lapisan Nata De Coco
Hasil pengamatan lapisan Nata De Coco dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Lapisan Nata De Coco
Kel Tinggi Media
Awal (cm)
Tinggi Ketebalan Nata (cm) Persentasi Lapisan (%)
H0 H7 H14 H0 H7 H14
F1 0,5 0 0,4 0,4 0 80 80
F2 2,0 0 0,2 0,2 0 10 10
F3 1,5 0 0,5 0,2 0 75 13,33
F4 1,5 0 0,3 0,3 0 20 20
F5 1,5 0 0,3 0,1 0 20 6,67
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa parameter yang diamati dalam praktikum Nata
De Coco adalah tinggi media awal, tinggi ketebalan Nata de Coco dan persentasi lapisan
pada hari ke 0,7, dan 14. Hasil yang diperoleh kelompok berbeda-beda karena
menggunakan wadah plastik yang ukurannya berbeda. Berdasarkan tinggi media awal
nata, kelompok F3, F4, dan F5 mendapatkan hasil yang sama yaitu 1,5 cm sedangkan
kelompok F1 sebesar 0,5 cm dan kelompok F2 sebesar 2,0 cm. Hasil yang diperoleh
tinggi ketebalan nata dan persentasi lapisan pada hari ke- 0 adalah 0 cm. Kemudian
pada hari ke-7, hasil yang diperoleh masing-masing kelompok mengalami peningkatan.
Namun pada hari ke- 14, pada kelompok F3 dan F5 mengalami penurunan dari tinggi
ketebalan nata serta persentasi lapisan.
1.2. Hasil Pengamatan Uji Sensori Nata De Coco
Hasil pengamatan uji sensoris Nata De Coco dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Uji Sensori Nata De Coco
Kelompok Aroma Warna Tekstur Rasa
F1 +++ + - -
F2 +++ + - -
F3 +++ + - -
F4 +++ + - -
F5 +++ + - -
-
2
Keterangan:
Aroma
++++ : Tidak Asam
+++ : Agak Asam
++ : Asam
+ : Sangat Asam
Warna
++++ : Putih
+++ : Putih Bening
++ : Putih Agak
Bening
+ : Bening
Tekstur
++++ : Sangat Kenyal
+++ : Kenyal
++ : Agak Kenyal
+ : Tidak Kenyal
Rasa
++++ : Sangat manis
+++ : Manis
++ : Agak manis
+ : Tidak manis
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Nata De Coco yang dihasilkan oleh semua
kelompok memiliki aroma yang sama yaitu aroma agak asam dan juga memiliki warna
yang sama yaitu bening. Pada atribut tekstur dan rasa tidak dapat diamati karena Nata
De Coco tidak terbentuk.
-
3
2. PEMBAHASAN
Nata de coco merupakan produk pangan yang padat, kokoh, berwarna putih transparan
dan kenyal yang terbuat dari air kelapa tua sebagai bahan dasar dan bahan tambahan
yang mengandung gula, protein, dan mineral melalui proses fermentasi yang melibatkan
mikoorganisme (Pambayun, 2002). Rahman, (1992) mengatakan bahwa
mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi nata de coco adalah bakteri Acetobacter
xylinum yang dapat tumbuh pada media yang mengandung gula dan bakteri ini akan
mengubah gula menjadi selulosa. Bakteri Acetobacter xylinum membutuhkan
kandungan air sebanyak 91,23 %, protein 0,29 %, lemak 0,15 %, karbohidrat 7,27 %,
serta abu 1,06 % yang ada di dalam air kelapa untuk pertumbuhannya (Palungkun,
1996). Santosa et al (2012) menambahkan bahwa nata de coco merupakan produk
pangan yang memiliki kalori yang rendah dan tinggi serat sehingga baik untuk
melancarkan pencernaan dan mencegah kanker usus besar. Keberhasilan pembuatan
nata de coco dipengaruhi oleh suhu, pH, kandungan gula dalam substrat.
Lapisan nata terbentuk dari glukosa yang digunakan oleh Acetobacter xylinum berikatan
dengan asam lemak dan membentuk prekursor pada membrane sel. Prekursor tersebut
merupakan penciri nata (Rahman, 1992). Rahayu et al. (1993) juga menambahkan
bahwa bakteri Acetobacter xylinum akan mengubah gula pada media menjadi selulosa,
dan diakumulasi secara ekstraseluler dalam bentuk folikel liat selama fermentasi
berlangsung. Selulosa yang dihasilkan bakteri Acetobacter disebut dengan bacterial
cellulose (Kamarudin et al., 2013). Dalam proses fermentasi nata de coco, Acetobacter
xylinum dapat mengonsumsi mineral yang berasal dari air kelapa. Hal itu dibuktikan
dari penelitian Almeida et al., (2013) yang mengatakan bahwa Acetobacter xylinum
mengonsumsi mineral (K, Fe, P, S-SO4-2
, B, NO3--N and NH4
+-N) yang sangat tinggi
dengan media yang menggunakan air kelapa tua sedangkan dengan media air kelapa
muda (masih hijau), konsumsi mineral yang tinggi oleh bakteri Acetobacter xylinum
adalah Na, Mg and NTK. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
konsumsi mineral yang tinggi pada bakteri tersebut dengan menggunakan dua media
yang sudah disebutkan adalah dengan agitasi.
-
4
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang
berasal dari buah kelapa tua. Air kelapa adalah substrat cair yang memberikan kondisi
optimum yang berasal dari buah kelapa dan mudah didapat serta murah (Rahman,
1992). Langkah kerja yang dilakukan dalam pembuatan nata de coco adalah 1,2 liter air
kelapa yang akan digunakan untuk satu kloter disaring terlebih dahulu. Tujuan
penyaringan adalah untuk menghilangkan kotoran dan benda asing contohnya sisa sabut
sehingga nata yang dihasilkan akan memiliki penampakan yang baik (Biamenta, 2011).
Gambar 1. Penyaringan Air Kelapa
Setelah disaring, air kelapa direbus hingga agak panas dan ditambahkan gula pasir
sebanyak 120 g ke dalam air kelapa dan diaduk hingga larut. Menurut Awang (1991) ,
gula berfungsi sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Selain itu,
Sunarso (1982) juga menambahkan bahwa gula juga digunakan sebagai sumber karbon
pada proses fermentasi nata de coco. Lalu ditambahkan ammonium sulfat sebanyak 6 g
dan diaduk hingga tercampur rata. Pambayun (2002) mengatakan bahwa ammonium
sulfat berfungsi sebagai sumber nitrogen organik bagi pertumbuhan Acetobacter
xylinum. Hamad dan Kristiono (2013) juga menambahkan bahwa sumber nitrogen selain
ammonium sulfat dapat berupa ekstrak yeast atau protein yang merupakan nitrogen
organik sedangkan sumber nitrogen anorganik adalah ammonium fosfat (ZA) dan urea.
Dalam penelitiannya dapat dilihat bahwa urea dengan jumlah 5 gram memberikan hasil
yang optimal pada nata de coco. Wowor et al. (2007) menambahkan bahwa
penambahan urea atau ZA sebanyak 2,5 gram maupun 5 gram dalam pembuatan nata de
coco dapat memberikan keuntungan pada petani. Namun penambahan ZA sebanyak 2,5
gram merupakan perlakuan yang terbaik karena dapat menghasilkan nata de coco dengan
tebal, berat dan warna yang diinginkan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Tari et
al., (2010) yang mengatakan bahwa penambahan sumber nitrogen yang terbaik untuk
-
5
fermnetasi nata de coco adalah ZA dibandingkan dengan NPK dan urea karena hasil yang
didapatkan dari uji fisik dan kimia merupakan hasil tertinggi.
Gambar 2. Penambahan Gula Gambar 3. Penambahan Ammonium Sulfat
Kemudian setelah tercampur rata, ditambahkan asam cuka glasial hingga pH mencapai
4-5. Asam cuka berfungsi untuk membantu mencapai pH optimum bagi pertumbuhan
Acetobacter xylinum yaitu antara 4-4,5. Setelah penambahan asam cuka, larutan
kemudian di panaskan hingga mendidih dan disaring kembali untuk menghilangkan
sisa-sisa kotoran yang masih tertinggal. Hasil akhir dari proses pemasakan selanjutnya
dituang ke dalam wadah plastik dan masing-masing kelompok mendapat 200 ml.
Gambar 4. Penambahan Asam Cuka Glasial hingga pH 4-5
Tahap selanjutnya adalah 5 wadah plastik bersih yang berisi air kelapa diambil dan 100
ml media steril dimasukkan ke dalam masing-masing wadah dan ditutup rapat. Biang
nata (starter) ditambahkan sebanyak 10% dari media ke dalam masing-masing wadah
plastik secara aseptis dan digojog perlahan sampai seluruh starter bercampur homogen.
Proses penambahan media dan starter dilakukan secara aseptis. Pato & Dwiloka (1994)
mengatakan bahwa jumlah starter yang ditambahkan dalam pembuatan nata sekitar 4-
-
6
10% maka starter yang ditambahkan dalam praktikum sudah sesuai dengan teori
tersebut. Jumlah starter yang ditambahkan menjadi salah satu faktor penting karena jika
penambahan tidak sesuai dapat menghasilkan karakteristik nata yang tidak diinginkan.
Hamad et al. (2014) menambahkan bahwa umur starter mempengaruhi hasil akhir nata.
Semakin lama penyimpanan starter maka semakin meningkat jumlah koloni
Acetobacter xylinum. Namun starter tidak boleh disimpan lebih dari 30 hari karena
dapat menurunkan jumlah koloni bakteri tersebut. Umur starter yang optimal untuk
digunakan dalam pembuatan nata de coco adalah 7-13 hari. Hal tersebut dibuktikan dari
hasil yield nata terbaik. Dwidjoseputro (1994) mengatakan bahwa perlakuan aseptis
dilakukan agar pertumbuhan Acetobacter xylinum dapat berjalan dengan baik dan tidak
ada mikroba lain yang tumbuh dan menganggu pertumbuhan Acetobacter xylinum.
Kemudian wadah plastik ditutup dengan kertas coklat untuk memberikan oksigen yang
cukup untuk pertumbuhan Acetobacter dan mencegah kontaminasi (Pambayun, 2002).
Proses selanjutnya adalah dilakukan inkubasi pada suhu ruang selama 2 minggu. Suhu
ruang yang digunakan adalah 28oC. Hal tersebut sesuai dengan teori Pambayun (2002)
yang mengatakan bahwa Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada suhu ruang. Suhu
inkubasi untuk bakteri Acetobacter xylinum tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Jika
suhu mencapai 40oC maka bakteri tersebut akan mati. Selama inkubasi, wadah plastic
juga tidak boleh goyang agar lapisan nata terbentuk dan tidak terpisah-pisah. Kemudian
dilakukan pengamatan terhadap nata de coco yang dihasilkan, meliputi mulai
terbentuknya lapisan di permukaan cairan, ketebalan lapisan nata pada hari ke 0, 7,dan
14 (dihitung juga persentase kenaikan ketebalan). Persen lapisan nata dapat dihitung
dengan rumus berikut ini :
Setelah 14 hari, nata yang terbentuk dicuci dengan air mengalir dan dimasak dengan air
gula. Setelah nata dimasak, dilakukan uji sensori dengan atribut rasa, aroma, tekstur dan
warna dari nata tersebut. Palungkun (1992) mengatakan bahwa lapisan nata yang
terbentuk akan berada diatas medium karena dalam proses fermentasi, dihasilkan gas
CO2 yang mempunyai kecenderungan melekat pada selulosa dan menyebabkan jaringan
-
7
tersebut terangkat ke atas. Rahman (1992) mengatakan bahwa proses pencucian dan
perebusan nata berfungsi untuk menghilangkan asam.
Gambar 5. Fermentasi Nata De Coco F1-F5
Berdasarkan hasil pengamatan lapisan nata de coco dapat dilihat bahwa tinggi media
awal dari setiap kelompok berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh tinggi wadah
yang berbeda-beda. Namun pada kelompok F3, F4, dan F5 tinggi media awal yang
diperoleh adalah sama karena menggunakan wadah plastik yang ukurannya sama.
Kemudian ketebalan yang dihasilkan pada hari ke-7 dan hari ke-14 ada yang sama dan
yang berbeda. Pada kelompok F3, F4, dan F5, ketebalan yang dihasilkan pada hari ke-7
juga berbeda padahal tinggi media awalnya sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
aktivitas dari bakteri Acetobacter xylinum pada kelompok F3 lebih baik dibandingkan
kelompok F4 dan F5. Tranggono & Sutardi (1990) menambahkan bahwa aktivitas
baketri Acetobacter xylinum akan menjadi optimum jika tidak ada mikroba perusak
yang tumbuh dan dapat mengurangi konsentrasi glukosa yang mengakibatkan nata tidak
terbentuk dan nata yang terbentuk sedikit. Selain itu, ketebalan nata yang dihasilkan
kelompok F3 dan F5 mengalami pengurangan di hari ke-14 yang mempengaruhi hasil
persentase lapisan nata. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Lapuz et al (1967) yang
mengatakan bahwa waktu inkubasi yang lama akan mempengaruhi ketebalan nata.
Semakin lama waktu inkubasi maka lapisan yang terbentuk semakin tebal. Hal-hal yang
menyebabkan berkurangnya ketebalan dan % lapisan nata adalah kontaminasi saat
proses fermentasi, kurang aseptisnya saat perlakuan penambahan starter, dan gula yang
tidak tercampur dengan rata sehingga hasil nata tidak sesuai yang diinginkan
(Pambayun, 2002). Dina (2009) juga menambahkan bahwa waktu fermentasi juga
-
8
menjadi hal yang juga diperhitungkan karena semakin lama waktu fermentasi semakin
tebal lapisan nata dan sebaliknya.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada uji sensori adalah aroma yang agak asam pada
semua kelompok. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Rahman (1992) yang
mengatakan bahwa proses pencucian dan perendaman dapat menghilangkan aroma
asam nata. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh proses pencucian dan perendaman nata
yang dilakukan secara tidak tepat. Aroma asam yang dihasilkan berasala dari oksidasi
gula bakteri Acetobacter xylinum yang diubah menjadi asam asetat. Bakteri Acetobacter
xylinum juga dapat mengoksidasi berbagai jenis alkohol lain menjadi asam asetat (Halib
et al., 2012). Pada atribut warna, hasil yang diperoleh adalah bening. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori Rahman (1992) yang mengatakan bahwa warna nata de coco yang
dihasilkan adalah putih bening. Warna yang dihasilkan nata de coco dipengaruhi oleh
gula yang digunakan. Biasanya dalam pembuatan nata de coco digunakan sukrosa putih.
Pada praktikum kloter F, nata tidak terbentuk sehingga atribut tekstur dan rasa tidak
dapat diamati. Penyebab tidak terbentuknya nata yaitu karena terjadi gangguan selama
fermentasi seperti adanya goncangan (Rahayu et al., 1993). Selain itu, faktor-faktor
pembentukan nata seperti tingkat keasaman, temperatur, sumber karbon dan sumber
nitrogen juga tidak mendukung (Rahman, 1989). Pato & Dwiloted (1994) juga
menambahkan bahwa umur kelapa dan munculnya mikroba perusak juga menjadi faktor
penting. Kondisi yang tidak aseptis dalam penambahan media dan starter juga dapat
berpengaruh karena dapat menyebabkan cross contamination. Misalnya sukrosa
terkontaminasi yeast (Jagannath et al., 2008).
-
9
3. KESIMPULAN
Prinsip pembuatan nata de coco adalah penyaringan, perebusan, pencampuran
bahan (gula, ammonium sulfat, asam cuka glacial), pemanasan, penyaringan,
penempatan dalam wadah plastik, pemeraman (fermentasi), pemanenan.
Air kelapa yang baik untuk pembuatan nata de coco adalah air kelapa tua.
Gula yang baik untuk digunakan agar menghasilkan nata yang berwarna putih
bening adalah sukrosa putih.
Gula berfungsi sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum.
Ammonium sulfat berfungsi sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan
Acetobacter xylinum.
Proses fermentasi nata de coco berasal dari glukosa pada media yang digunakan
oleh Acetobacter xylinum diubah menjadi selulosa yang selanjutnya diakumulasi
secara secara ekstraseluler dalam bentuk folikel liat selama fermentasi berlangsung.
Nata yang tidak terbentuk disebabkan oleh gangguan selama fermentasi seperti
goncangan, umur kelapa, adanya mikroba perusak, dan faktor-faktor yang tidak
mendukung.
Semarang, Juni 2015
Praktikan Asisten Dosen,
- Wulan Apriliana
- Nies Mayangsari
Angela Irena Wibawa
12.70.0034
-
10
4. DAFTAR PUSTAKA
Almeida, Denise Milleo, Rosilene Aparecida Prestes, Adriel Ferreira da Fonseca,
Adenise L.Woiciechowski, Gilvan Wosiacki. (2013). Minerals consumption by
Acetobacter xylinum on cultivation medium on coconut water. Brazilian Journal of
Microbiology 44, 1, 197-206.
Awang, S.A. (1991). Kelapa : kajian sosial-ekonomi. Aditya media. Yogyakarta.
Biamenta, E. (2011). Karakterisasi dan Analisa Kadar Nutrisi Edible Film dari Nata De
Coco dengan Penambahan Pati, Gliserin dan Kitosan Sebagai Bahan Pengemas
Makanan. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Dina, R. (2009). Pemanfaatan Buah Tomat sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata de
Tomato. Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Semarang
Dwidjoseputro, D. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan.
Halib, N.; M. C. I. M. Amin & I. Ahmad. (2012). Physicochemical Properties and
Characterization of Nata de Coco from Local Food Industries as a Source of Cellulose.
Sains Malaysiana 41(2)(2012): 205211.
Hamad, Alwani dan Kristiono. (2013). Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen
Terhadap Hasil Fermentasi Nata De Coco. Vol. 9, No. 1, Hal. 62-65.
Hamad,Alwani, Nur Afifah Handayani, Endar Puspawiningtyas. (2014). Pengaruh
Umur Starter Acetobacter Xylinum terhadap Produksi Nata De Coco. Volume 15 No. 1,
Hal. 37 49.
Jagannath, A.; A. Kalaiselvan; S. S. Manjunatha; P. S. Raju & A. S. Bawa. (2008). The
Effect of pH, Sucrose and Ammonium Sulphate Concentrations on The Production of
Bacterial Cellulose (Nata-de-coco) by Acetobacter xylinum. World J Microbiol
Biotechnol (2008) 24:25932599.
Kamarudin, S.; M. Sahaid, K.; M. Sobri, T.; W. Mohtar, W. Y.; D. Radiah, A. B. &
Norhasliza, H. (2013). Different Media Formulation on Biocellulose Production by
Acetobacter xylinum (0416). Pertanika J. Sci. & Technol. 21 (1): 29 - 36 (2013).
Lapuz, M.M.; Gallardo, E.G. and Palo, M.A. (1967). The Nata Organism Cultural.
Requirements Characteristis and Indentity. The Philippine Journal of Science Vol 96.
-
11
Palungkun, R . ( 1992 ) . Aneka Produk Olahan Kelapa . Penebar Swadaya . Jakarta.
Palungkun, R. ( 1996 ). Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pambayun, R. ( 2002 ). Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Kanisius. Yogyakarta.
Pato, U. & Dwiloted, B. (1994). Proses & Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan
Nata de Coco. Sains Teks I (A) : 70 77.
Rahayu, E.S. ; R. Indriati ; T. Utami ; E. Harmayanti & M.N. Cahyanto. (1993). Bahan
Pangan Hasil Fermentasi. UGM. Yogyakarta.
Rahman, A. (1989). Pengantar Teknologi Fermentasi. PAU IPB. Bogor.
Rahman, A (1992). Teknologi Fermentasi I, Penerbit Arcan, Jakarta.
Santosa, B.; K. Ahmadi & D. Taeque. (2012). Dextrin Concentration and Carboxy
Methyl Cellulosa (CMC) in Making of Fiber-Rich Instant Baverage from Nata de Coco.
IEESE International Journal of Science and Technology (IJSTE), Vol. 1 No. 1, Mar
2012,6-11. ISSN : 2252-5297.
Sunarso. (1982). Pengaruh Keasaman Media Fermentasi Terhadap Ketebalan Pelikel
pada Pembuatan Nata de Coco. Skripsi. UGM. Yogyakarta.
Tari, A.Intan Niken, Catur Budi, Handayani dan Sri Hartati. Pembuatan Nata de Coco :
Tinjauan Sumber Nitrogen terhadap Sifat Fisiko-Kimianya.Jurnal Widyatama. No. 2,
Vol. 19.
Tranggono & Sutardi. (1990). Biokimia & Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan & Gizi
UGM. Yogyakarta.
Wowor, Liana Y., Mufidah Muis, dan Abd. Rahman Arinong . (2007). Analisis Usaha
Pembuatan Nata De Coco dengan Menggunakan Sumber dan Kandungan N yang
Berbeda. Jurnal Agrisistem. Vol. 3 No. 2.
-
12
5. LAMPIRAN
5.1. Perhitungan
Rumus:
Kelompok F1
Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
Kelompok F2
Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
Kelompok F3
Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
-
13
Kelompok F4
Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
Kelompok F5
Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
5.2. Laporan Sementara
5.3. Jurnal
5.4. Scan Viper