FENOMENA
-
Upload
annisamutiasari -
Category
Documents
-
view
9 -
download
1
description
Transcript of FENOMENA
FENOMENA-FENOMENA YANG TERJADI
1. Peningkatan jumlah kunjunngan wisatawan ke DIY dan Gunung Kidul.
2. Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali memiliki
berbagai macam potensi wisata, seperti : wisata alam, wisata sejarah, wisata
budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, bahkan yang terbaru wisata malam.
Gambar . Jumlah Wisatawan Domestik dan Asing yang Dayang ke DIY, 2005-2012 (juta orang)Sumber : Badan Pusat Statistik DIY, 2013
Gambar . Peta Sebaran Wisata di YogyakartaSumber : https://hpijogja.wordpress.com/category/tour-guide-discussion/page/6/
3. Salah satu kabupaten di DIY, Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi
perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna,
industri, tambang serta potensi pariwisata. Untuk potensi pariwisata, Gunung Kidul
memiliki 67 destinasi wisata yang terdiri dari wisata pantai, wisata budaya, wisata alam,
wisata situs dan wisata candi
4. Wisata alam merupakan wisata yang paling populer di Gunung Kidul, khususnya
wisata pantai. Sebab Gunungkidul memiliki puluhan pantai indah nak eksotis di
pesisir selatan. Tak kurang dari limapuluhan pantai berjajar dari ujung barat hingga
ujung timur dengan panjang pantai ±65 Km. Beberapa pantai yang menjadi tujuan
wisata utama antara lain:
Kecamatan Tepus: Banyunibo, Busung, Jagang Kulon, Jogan, Klumpit, Lambor,
Sundak, Ngetun, Ngondo, Nguluran, Ngungap, Pakundon, Sawahan, Siung,
Ngandong, Seruni, Songlibeng, Watutogok, Weru, Timang, Muncar, Slili, Pulang
Sawal/Indrayanti, Kelosirat, PokTunggal
Kecamatan Tanjungsari: Baron, Kukup, Krakal, Drini, Parangracuk, Sepanjang,
Sarangan, Watukodok
Kecamatan Girisubo: Krokoh, Sadeng, Wediombo
Gambar . Peta Sebaran Wisata di Kabupaten Gunung KidulSumber : https://handayaniscooterclub.files.wordpress.com/2008/04/peta-wisata.jpg
Kecamatan Panggang: Gesing, Grigak, Karangtelu, Kesirat, Nampu, Ngunggah
Kecamatan Saptosari: Butuh, Langkap, Ngobaran, Ngrenehan, Nguyahan, Torohudan
Kecamatan Purwosari: Klampok, Parangendog, Watugupit - Purwosari
5. Untuk mendukung wisata pantai di gunung kidul, pemerintah daerah dan para
investor membangun beberapa fasilitas penunjang.
Namun sayangnya beberapa fasilitas penunjang ini tidak memiliki izin dan
melakukan beberapa pelanggaran yang berdampak pada kerusakan lingkungan,
seperti berita yang dilansir Harian Jogja, (Senin 2 April 2012, 10:16 WIB)
“Hampir 90% fasilitas umum berupa hotel di pesisir Gunung Kidul tidak
memiliki izin bahkan pengelola hotel tersebut melakukan beberapa pelanggaran
yang diantaranya melakukan pembangunan permanen dan semi permanen di
wilayah sepadan pantai yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.”
6. Pembangunan kawasan wisata di pesisir pantai ini kurang dibekali dengan
pembinaan dan penyuluhan mengenai perlindungan dan pelestarian ekosistem
pantai. Sehingga masih banyak warga yang memanfaatkan wisata tersebut
dengan segala cara untuk meningkatkan ekonomi mereka. Misalnya:
a. Para nelayan memancing ikan dengan menggunakan bahan beracun dan obat
pembius (aposta) sehingga mengancam ekosistem terumbu karang
b. Banyak masyarakat yang mengambil karang baik yang masih hidup atau
yang sudah mati untuk dijual dan dijadikan souvenir. Hal ini membuat
ekosistem terumbu karang di pantai Gunung Kidul semakin hilang dan
rusak. Salah satu contohnya adalah pantai Baron.
c. Masyarakat yang memetik ganggang tidak menggunakan tangan tetapi
dengan gathul (benda tajam)
7. Begitu banyak biota laut dan ekosistem laut serta pantai yang hidup di pantai
Gunung Kidul. Beberapa pantai dijadikan sebagai tempat peneluran penyu. Biota
laut yang ada di pantai Gunung Kidul meliputi : terumbu karang, ikan-ikanan,
udang, ganggang, bivalvia (kerang-kerangan), bintang laut, landak laut, rumput
laut, dan lain sebagainya.
8. Dinas Kelautan dan Perikanan Gunung Kidul berencana akan membuat
kebijakan mengenai area konservasi penyu dan biota laut (Harianjogja.com,
minggu 8/02/2015). Apabila akan dijadikan sebagai wisata, area ini akan menjadi
wisata minat khusus.
Dari berbagai fenomena di atas, pendekatan yang dipilih adalah Sustainable
architecture. Mengapa? Karena perencanaan dan perancangan ini berkaitan dengan
sumber daya alam di Gunung Kidul. Sebisa mungkin perancangan wisata ini tidak
berdampak buruk bagi ekosistem pantai dan sekitarnya. Dengan menerapkan
arsitektur berkelanjutan, ekosistem di pantai dapat dijaga dan dilestarikan hingga
berlanjut ke generasi yang akan datang. Keuntungan juga akan diperoleh oleh
masyarakat dan pemerintah kabupaten Gunung Kidul. Karena dengan pengelolaan
yang benar kawasan wisata pantai ini dapat memberikan profit yang tinggi untuk ke
depannya. Selain itu, masyarakat Gunung Kidul pun mendapatkan pengetahuan
mengenai pengelolaan kawasan wisata, konservasi, ekosistem laut, dan lain
sebagainya.
III.3.2 Pemanfaatan Pantai Sepanjang, Gunungkidul
Kondisi fisik pantai Sepanjang dengan lereng yang curam, jangkauan pasang
surut yang pendek, energi gelombang yang kuat membuat pantai initidak dapat
dimanfaatkan untuk bidang perikanan tangkap. Namun kondisi kimia air lautnya
cocok untuk budidaya rumput laut. Abrasi dari tebing yang berupa batuan kapur
menghasilkan pasir putih murni pada pantai tanpa adanya campuran dari sedimentasi,
hal ini dikarenakan tidak terdapatnya satupun muara sungai yang mengarah ke pantai
ini, sehingga tidak ada material apapun yang terbawa dan terendapkan di pantai.
Kondisi ini menyebabkan Pantai Sepanjang juga sangat potensial menjadi kawasan
pariwisata.