Farmakologi Smoking Cessation

31
REFERAT FARMAKOLOGI OBAT OBATAN PADA SMOKING CESSATION OLEH NOFRIYANDA PEMBIMBING Dr. SABRINA ERMAYANTI, SpP Dr.H. ZAILIRIN YZ, SpP(K) BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND / RS.DR.M.DJAMIL PADANG 2013

Transcript of Farmakologi Smoking Cessation

Page 1: Farmakologi Smoking Cessation

REFERAT

FARMAKOLOGI OBAT – OBATAN PADA SMOKING CESSATION

OLEH

NOFRIYANDA

PEMBIMBING

Dr. SABRINA ERMAYANTI, SpP

Dr.H. ZAILIRIN YZ, SpP(K)

BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND / RS.DR.M.DJAMIL

PADANG 2013

Page 2: Farmakologi Smoking Cessation

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan merokok memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan terutama pada

saluran nafas. Terdapat berbagai penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok

seperti kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Hal ini karena rokok

banyak mengandung bermacam – macam zat yang bersifat toksik terhadap tubuh seperti

nikotin.1

Terjadi peningkatan prevalensi merokok di Indonesia baik pada laki – laki

maupun perempuan. Selain itu merokok juga sudah dimulai dari umur yang lebih kecil.

World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada tahun 2020 penyakit yang

berhubungan dengan rokok akan mengakibatkan kematian sekitar 8,4 juta jiwa di dunia

dimana setengah dari kematian tersebut berasal dari daerah Asia.1 WHO juga

memperkirakan bahwa jumlah perokok di dunia sekitar 2,5 milyar orang dimana dua

pertiganya terdapat di negara berkembang. Terdapat sekitar satu dari empat orang

dewasa di negara berkembang adalah perokok. Selain itu prevalensi perokok lebih tinggi

di negara dengan pendapatan perkapita yang rendah dan terbanyak pada kelompok

dewasa muda dengan perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan.2 Sementara itu

data dari SUSENAS (Survai Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 di Indonesia terdapat

54,5% laki – laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok. Dari keseluruhan perokok,

sekitar 92,0% menyatakan bahwa mereka merokok didalam rumah bersama dengan

anggota keluarga lainnya. Hal ini menyebabkan sebagian besar anggota keluarga

merupakan perokok pasif.3 Data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun

2007 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun yang

merokok setiap hari sebanyak 27,2%, merokok kadang – kadang sebanyak 6,1%, mantan

perokok sebesar 3,7% dan tidak merokok 63%. Namun pada RISKESDAS 2010 terdapat

peningkatan perokok yang setiap hari merokok menjadi 28,2%.1

Page 3: Farmakologi Smoking Cessation

Berhenti untuk merokok akan mengurangi resiko timbulnya penyakit – penyakit

yang berhubungan dengan rokok. Berhenti merokok akan mengurangi progresifisitas

dari penyakit saluran nafas akibat rokok dan meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena

itu upaya untuk berhenti merokok harus diupayakan seoptimal mungkin. Namun upaya

untuk menghentikan kebiasaan merokok tidaklah mudah karena selain dibutuhkan

komitmen yang kuat dari si perokok juga dukungan dari lingkungan sekitar sangat

dibutuhkan.1,4

Terdapat dua jenis terapi yang diberikan dalam usaha untuk berhenti merokok

yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi merupakan

terapi yang tidak menggunakan obat. Berbagai cara yang dilakukan pada terapi non

farmakologi meliputi konseling, terapi prilaku, self help, brief advice dan terapi

pelengkap seperti hipnoterapi, akupuntur dan akupresur. Sementara itu terapi

farmakologi adalah terapi untuk berhenti merokok dengan menggunakan obat – obatan.

Beberapa obat yang banyak direkomendasikan untuk program berhenti merokok seperti

terapi pengganti nikotin, bupropion SR dan varenicline tartrate.1,4,5,6

1.2 Tujuan Penulisan

Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang farmakologi obat – obatan yang

lazim digunakan pada program berhenti merokok. Untuk lebih memahami mekanisme

kerja obat – obatan untuk berhenti merokok maka sebelumnya perlu dibahas tentang

mekanisme kerja nikotin.

Page 4: Farmakologi Smoking Cessation

BAB II

MEKANISME KERJA NIKOTIN

2.1 Struktur Nikotin

Nikotin merupakan suatu komponen terpenting didalam rokok dimana nikotin

merupakan suatu alkaloid alam (1 metil-2{3-piridil}pirolidin) yang berbentuk cairan,

tidak berwarna dan merupakan suatu basa lemah. Pertama kali nikotin diisolasi dari

tembakau oleh Posselt dan Reiman pada tahun 1828. Kandungan nikotin pada tembakau

cukup kecil sekitar 1 – 2 % namun memiliki sifat toksik dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Nikotin ini mudah menguap dan dapat melewati sawar darah otak.2,7

Gambar 1. Struktur Nikotin(dikutip dari 2)

2.2 Farmakokinetik Nikotin

Nikotin dengan cepat dapat menembus membran pada pH darah fisiologis karena

pada pH tersebut sekitar 31% nikotin tidak terionisasi. Dalam lingkungan yang basa

nikotin mudah diserap terutama melalui membran mukosa oral dan nasal karena epitel

daerah tersebut tipis dan kaya suplai darah. Selain itu nikotin juga mudah diserap

melalui kulit. Pada saat asap rokok mencapai saluran nafas kecil dan alveoli maka

nikotin secara cepat diserap. Penyerapan nikotin dalam asap rokok pada alveoli

berlangsung cepat karena luasnya area permukaan dan mudah larutnya nikotin pada

cairan di alveoli. Nikotin didistribusikan secara cepat ke seluruh jaringan tubuh.

Konsentrasi nikotin darah arteri dan otak akan meningkat tajam setelah pajanan rokok

dimana akan mencapai otak dalam 10 – 20 detik, kemudian turun setelah 20 - 30 menit

karena nikotin terdistribusi ke jaringan lain. Kadar nikotin tertinggi dalam organ hati,

ginjal, limpa dan paru, sedangkan kadar paling rendah dalam jaringan lemak. Nikotin

Page 5: Farmakologi Smoking Cessation

yang berikatan dengan jaringan otak memiliki afinitas yang tinggi dan kapasitas ikatan

reseptor yang meningkat pada perokok dibandingkan yang bukan perokok.

Meningkatnya ikatan ini karena jumlah reseptor kolinergik nikotinik (nAChRs) yang

lebih banyak pada perokok akibat dari desensitisasi reseptor.7,8

Sebagian besar nikotin akan dimetabolisme di hati dan sebagian kecil

dimetabolisme di paru dan ginjal. Nikotin dimetabolisme oleh enzim hati CYP2A6, UDP

glucuronosyltransfease (UGT) dan flavin-containing monooxygenase (FMO). Metabolit

utamanya adalah kotinin (70%) dan nikotin-N-oksida (4%). Waktu paruh kotinin yang

panjang (16 jam) menyebabkan metabolit ini dapat dijadikan penanda biokimia pada

penggunaan nikotin. Sebagian kecil nikotin diekskresikan melalui urin yaitu sekitar 5 -

10% dari eliminasi total nikotin. Waktu paruh eliminasi nikotin rata-rata 2 jam. Pada

seseorang yang merokok secara teratur maka kadar nikotin dalam darah akan meningkat

dalam 6 - 8 jam. Kadar nikotin dalam sebatang rokok sekitar 10 – 14 mg dan selama

merokok sekitar 1 - 1,5 mg nikotin akan diserap secara sistemik. Tiap batang rokok akan

menghasilkan konsentrasi nikotin dalam darah sekitar 5-30 ng/mL, tergantung cara

rokok dihisap.7,8

2.3 Farmakodinamik Nikotin

Reseptor kolinergik nikotinik dibentuk dari 5 subunit transmembran yang

disusun mengelilingi suatu inti. Sub unit neuron yang membentuk reseptor kolinergik

nikotinik terdiri dari kombinasi sub unit α (α2 – α10) dan β (β2 – β4). Sub unit yang

berperan penting dalam ikatan dengan nikotin adalah α4β2. Reseptor kolinergik nikotinik

ini berada pada sistem syaraf pusat di daerah Ventral Tegmental Area (VTA). Setelah

nikotin berikatan dengan reseptor α4β2 maka akan menyebabkan terbukanya saluran ion

sehingga ion sodium dan kalsium menembus membran sel yang akan merangsang

pelepasan beberapa neurotransmiter seperti dopamine, serotonin, noradrenaline,

acetylcholine, γ-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. Rangsangan oleh nikotin

menyebabkan pelepasan dopamin pada nucleus accumbens yang diperantarai oleh

reseptor α4β2. Pelepasan beberapa neurotransmiter dapat terjadi melalui mekanisme pre

sinap dan post sinap. Pada pelepasan pre sinap melalui pengaturan oleh reseptor

Page 6: Farmakologi Smoking Cessation

kolinergik nikotinik tanpa membutuhkan potensial aksi, sedangkan pada post sinap

membutuhkan potensial aksi untuk mencetuskannya.7,9,10

Gambar 2. Reseptor kolinergik nikotinik α4β2(dikutip dari 11)

Respons terhadap stimulasi reseptor kolinergik nikotinik melibatkan sistem saraf

simpatis dan parasimpatis. Efek simpatis terutama dimediasi oleh stimulasi reseptor

nikotinik di medula adrenal yang menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin.

Efek simpatis dominan pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi, takikardi dan

vasokontriksi perifer. Efek parasimpatis terutama pada sistem saluran cerna dan saluran

kemih yaitu menimbulkan gejala mual, muntah, diare dan peningkatan pembentukan

urin.7,8

Efek nikotin yang dapat menimbulkan kecanduan adalah efek pada reseptor

kolinergik nikotinik di otak seperti terlihat pada gambar 3.

Page 7: Farmakologi Smoking Cessation

Gambar 3. Siklus adiktif nikotin(dikutip dari 1)

Ikatan antara nikotin dengan reseptor kolinergik nikotiniknya di area VTA

menyebabkan pelepasan dopamin di nucleus accumbens, yang akan menimbulkan

perasaan nyaman. Timbulnya rasa nyaman akibat nikotin dalam hitungan detik inilah

yang menyebabkan ketergantungan pada rokok. Selain itu, nikotin juga menyebabkan

pelepasan neurotransmiter lain seperti norepinefrin, β-endorfin, asetilkolin dan serotonin

yang akan meningkatkan kemampuan kognitif, kewaspadaan dan memori serta

menurunkan ketegangan dan kecemasan.1,7,8

Perangsangan terhadap reseptor kolinergik

nikotinik oleh nikotin akan menyebabkan pelepasan berbagai neurotransmiter1

Tabel 1. Efek dari neurotransmiter1

Neurotransmiter Efek

Dopamin perasaan nyaman dan penekanan nafsu makan

Norepinefrin eksitatori dan penekanan nafsu makan

Asetilkolin eksitatori dan peningkatan kognitif

Glutamat peningkatan konsentrasi belajar dan memori

Serotonin peningkatan suasana hati dan penekanan nafsu makan

Beta endorfin pengurangan ansietas dan ketegangan

GABA pengurangan ansietas dan ketegangan

Page 8: Farmakologi Smoking Cessation

Penggunaan nikotin jangka panjang akan meningkatkan jumlah reseptor

kolinergik nikotinik hingga 50%. Pada keadaan tersebut jika nikotin tidak tersedia,

maka pelepasan dopamin dan neurotransmiter lainnya akan menurun di bawah kadar

normal sehingga akan menimbulkan efek putus nikotin (withdrawal effect). Sebagai

contoh penurunan dopamin karena penurunan kadar nikotin akan menyebabkan

munculnya rasa tidak nyaman. Penurunan kadar GABA akan memicu timbulnya

kecemasan. Gejala putus nikotin ini biasanya mencapai puncaknya dalam beberapa hari

pertama dan berlangsung sampai 2-4 minggu selama berhenti merokok.1,12,13

Tabel 2. Gejala putus nikotin dan lamanya gejala setelah berhenti merokok (dikutip

dari 1)

Withdrawal effect

(efek putus nikotin)

Lama gejala

(setelah berhenti merokok)

Rasa cemas / ansietas

Mudah tersinggung, frustasi, marah

Insomnia

Tidak sabar

Sulit konsentrasi

Depresi

Nafsu makan meningkat (BB meningkat)

1-2 minggu

< 4 minggu

< 4 minggu

< 4 minggu

< 4 minggu

< 4 minggu

>10 minggu

Page 9: Farmakologi Smoking Cessation

BAB III

TERAPI FARMAKOLOGI PADA BERHENTI MEROKOK

3.1 Program Berhenti Merokok

Berhenti merokok merupakan hal yang paling penting dalam mencegah

timbulnya penyakit – penyakit yang berhubungan dengan rokok. Beberapa langkah

penting yang dilakukan untuk mencegah atau berhenti merokok seperti pencegahan

merokok pada usia remaja, meningkatkan motivasi untuk berhenti merokok dan

mencegah kekambuhan untuk merokok kembali.14

Pada program berhenti merokok terdapat beberapa langkah intervensi yang

dilakukan berdasarkan pada tipe perokok. Dalam hal ini perokok dibagi menjadi 3

kelompok yaitu bekas perokok yang baru berhenti, perokok yang tidak ingin berhenti

merokok pada saat itu dan perokok yang ingin berhenti merokok pada saat tersebut.15

Pada kasus perokok yang baru berhenti merokok maka diberikan ucapan selamat

dan diminta mempertahankan gaya hidup yang bebas asap rokok. Pada perokok yang

telah berhenti merokok ini memiliki resiko untuk kambuh yang dapat terjadi dalam

hitungan bulan atau tahun. Pada kasus ini kekambuhan dapat kita cegah dengan

memberikan konseling yang intens.15

Pada perokok yang tidak ingin berhenti merokok pada saat tersebut maka dapat

dilakukan dengan pendekatan motivasi dan pendekatan 5R. Pendekatan motivasi

dilakukan dengan wawancara secara personal dengan perokok. Strategi dalam

melakukan wawancara ini meliputi :

- Berikan empati

- Tumbuhkan suatu ketidaksesuaian antara kebiasaan merokok pasien dengan

prioritas, nilai dan tujuan

- Menghadapi penolakan dari perokok

- Support self efficacy berupa mengidentifikasi manfaat yang didapat dari

berhenti merokok.

Page 10: Farmakologi Smoking Cessation

Sementara itu pada pendekatan dengan 5R meliputi Relevance, Risk, Reward,

Roadblocks dan Repetition. Pada Relevance dengan memberikan penjelasan mengenai

dampak negatif merokok terhadap kesehatan sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar.

Perokok diminta untuk mengidentifikasi efek negatif dari merokok pada Risk.

Selanjutnya pada Reward pasien diajak untuk mengidentifikasi apa manfaat yang

didapat jika berhenti merokok. Pada Roadblocks menanyakan kepada perokok apa saja

hambatan yang timbul jika berhenti merokok. Terakhir Repetition dimana perokok

diberikan motivasi yang berulang – ulang saat perokok datang kontrol.1,15

Pada perokok yang ingin berhenti merokok pada saat tersebut terdapat

pendekatan yang lazim digunakan berupa 5 A yang meliputi Ask, Advise, Assess, Assist

dan Arrange. Pada Ask berarti menanyakan tentang status merokok pasien dan keinginan

pasien untuk berhenti merokok. Advise berarti memberikan anjuran kepada pasien untuk

berhenti merokok. Selanjutnya Assess yang merupakan evaluasi untuk menilai apakah

pasien memang betul – betul ingin berhenti merokok atau tidak. Pada Assist merupakan

tindakan bantuan yang diberikan untuk membantu pasien untuk berhenti merokok.

Dalam tindakan ini termasuk memberikan terapi non farmakologi seperti konseling dan

terapi farmakologi yang digunakan untuk berhenti merokok. Tindakan follow up untuk

menilai kemajuan terapi pada program berhenti merokok dilakukan pada fase Arrange.

Pada fase ini dilakukan evaluasi pemakaian terapi farmakologi dan antisipasi pasien

kambuh untuk merokok kembali.1,4,14,15

Terdapat beberapa terapi farmakologi yang sudah terstandar dan terbukti

bermanfaat dalam program berhenti merokok seperti terapi pengganti nikotin, bupropion

SR dan vareniklin. Terapi pengganti nikotin bertujuan untuk mengganti nikotin yang

sebelumnya didapat dari rokok sehingga tidak terdapat withdrawal effect setelah

berhenti merokok. Sementara itu bupropion SR dan vareniklin merupakan obat non

nikotin yang digunakan untuk berhenti merokok.1,5,14,15,16

3.2 Terapi Pengganti Nikotin

Pada program berhenti merokok yang menggunakan Nicotine Replacement

Therapy (NRT) atau terapi pengganti nikotin bertujuan untuk mengganti nikotin yang

Page 11: Farmakologi Smoking Cessation

sebelumnya didapat dari rokok. Hal ini supaya tidak terdapat penurunan kadar nikotin

yang mendadak. Pendistribusian nikotin yang berasal dari NRT dalam plasma tidak

secepat distribusi nikotin yang berasal dari rokok. Selain itu peningkatan kadar nikotin

dari NRT terjadi secara gradual. Dalam plasma kadar nikotin dari NRT cenderung untuk

berada dalam rentang kadar yang rendah namun tidak menimbulkan gejala putus nikotin.

Kadar kotinin yang dihasilkan oleh NRT berkisar 30 – 70 % dibandingkan kadar kotinin

yang dihasilkan dari rokok.8,12,13

Mekanisme kerja utama dari NRT adalah 13

a. Mengurangi gejala putus nikotin

b. Mengurangi efek penguatan oleh nikotin

c. Memberikan efek yang sebelumnya didapatkan dari rokok

Dosis NRT untuk berhenti merokok bersifat individual masing – masing perokok

tergantung pada kebiasaan pemakaian nikotin (jumlah batang rokok). Dosis awal

direkomendasikan dengan dosis yang tinggi untuk mencegah gejala putus nikotin dan

selanjutnya secara bertahap dosis dapat diturunkan.8,12,13,16

Terdapat beberapa jenis NRT yang sudah dikenal dan beredar secara komersil

seperti gum (permen karet), inhaler, lozenges (tablet hisap), nasal spray (semprot

hidung), tablet sublingual dan skin patch (nikotin tempel).1,12,13,16

Suatu penelitian meta

analisis dilakukan oleh Moore dkk terhadap penggunaan terapi pengganti nikotin untuk

berhenti merokok. Pada meta analisis ini melibatkan 7 penelitian yang berbeda dimana 4

penelitian menggunakan permen karet, 2 penelitian dengan inhaler dan satu penelitian

dengan pilihan bebas tergantung keinginan responden. Pada berbagai penelitian ini

terapi pengganti nikotin diberikan selama 6 – 18 bulan. Hasil dari meta analisis ini

menyimpulkan bahwa pemakaian terapi pengganti nikotin efektif untuk berhenti

merokok.17

3.2.1 Nikotin Gum (permen karet)

Nikotin dalam bentuk permen karet ini memiliki rasa seperti tembakau. Saat

permen karet ini dikunyah maka secara perlahan nikotin dilepaskan didalam rongga

Page 12: Farmakologi Smoking Cessation

mulut. Selanjutnya nikotin akan terserap ke dalam aliran darah menuju otak dan nikotin

ini akan merangsang reseptor.

Cara Pemakaian Nikotin Gum1,12,13

Permen karet ini harus dikunyah secara perlahan sampai melunak dan kemudian

permen karet ditempatkan antara pipi dan gusi.

Setelah sekitar satu menit maka permen karet harus kembali dikunyah sampai

melunak dan ditempatkan kembali di antara pipi dan gusi.

Pengunyahan hanya dilakukan untuk satu permen karet dalam mulut dan

dikunyah sekitar 30 menit.

Pemakaian permen karet ini dapat diulangi sekitar 1 sampai 2 jam berikutnya

untuk mencegah gejala putus nikotin.

Permen karet nikotin ini tersedia dalam 2 dosis yaitu permen karet dengan dosis

2 mg dan 4 mg. Permen karet dengan dosis 4 mg diberikan pada perokok yang

lebih 20 batang perhari, sedangkan pada perokok yang kurang 20 batang perhari

dapat menggunakan sediaan 2 mg. Dosis maksimal permen karet ini adalah 60

mg sehari.

Selanjutnya penggunaan permen karet ini akan dititrasi dimana awalnya 1-2 jam

pada minggu pertama, kemudian dikurangi menjadi 2-4 jam selama 3 minggu

dan selanjutnya tiap 4-8 jam selama 3 minggu.

Sekitar 90 % nikotin yang ada dalam permen karet akan dilepaskan setelah

dikunyah selama 20 menit. Penyerapan nikotin ini tergantung pada rata – rata dan

intensitas pengunyahan, jumlah produksi saliva selama pengunyahan dan apakah ada

saliva yang dibuang. Peningkatan kadar nikotin dalam plasma berlangsung lebih lambat

dibandingkan merokok dimana konsentrasi puncak dicapai sekitar 30 menit setelah

mulai mengunyah. Penyerapan nikotin dari permen karet ini pada mukosa pipi mencapai

hampir 50% dari kandungan nikotin.1,12,13

Pemakaian nikotin permen karet dapat dilakukan pada saat bersamaan dengan

saat berhenti merokok. Penelitian oleh Etter dkk mendapatkan bahwa memulai

Page 13: Farmakologi Smoking Cessation

pemberian nikotin permen karet 4 minggu sebelum berhenti merokok tidak memperbaiki

angka keberhasilan berhenti merokok.18

Perhatian khusus pada saat pemakaian permen karet ini adalah supaya tidak

mengunyah secara cepat. Hal ini karena dengan pengunyahan yang cepat akan

menyebabkan pelepasan nikotin yang cepat sehingga dapat menimbulkan efek samping

berupa sakit kepala, mual, muntah, cegukan, iritasi pada tenggorokan dan kembung.

Selain itu permen karet atau saliva yang kaya dengan nikotin tidak boleh ditelan karena

dapat menyebabkan tidak nyaman diperut, mual dan heartburn.1,12

Suatu penelitian multisenter dilakukan oleh Kralikova dkk dengan

membandingkan efikasi nikotin permen karet dengan plasebo. Penelitian ini dilakukan

secara tersamar ganda. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa angka berhenti merokok

setelah pemakaian nikotin permen karet selama 4 bulan lebih tinggi dibandingkan

pemakaian plasebo (20,1 % vs 8,6 %).19

3.2.2 Nikotin hisap (Lozenge)

Pada pemakaian nikotin secara hisap dalam mulut akan menyebabkan pelepasan

nikotin secara bertahap. Nikotin hisap ini tidak boleh dikunyah. Penyerapan nikotin

hisap terjadi secara perlahan (dalam waktu 30 menit) melalui mukosa bukal. Kadar

nikotin yang diserap dari sediaan tablet hisap ini lebih besar daripada permen karet.

Pemakaian nikotin hisap didasarkan pada seberapa cepat seseorang merokok setelah

bangun tidur di pagi hari. Saat merokok pertama kali di pagi hari merupakan indeks

yang kuat untuk menentukan ketergantungan seseorang terhadap nikotin. Hal ini juga

merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan nikotin tiap

perokok.1,13

Cara Pemakaian Nikotin hisap1,13

Pada perokok yang memulai merokok dalam waktu 30 menit setelah bangun

tidur maka pemakaian nikotin hisap 4 mg.

Sementara itu pada perokok yang mulai merokok dalam waktu lebih dari 30

menit setelah bangun tidur maka menggunakan tablet hisap 2 mg.

Page 14: Farmakologi Smoking Cessation

Selain berdasarkan saat merokok pertama kali di pagi hari, pemakaian tablet

hisap juga dapat berdasarkan pada jumlah konsumsi rokok setiap hari. Pada

perokok yang merokok lebih dari 20 batang sehari dapat menggunakan tablet

hisap 4 mg dan yang merokok kurang dari 20 batang per hari dapat

menggunakan tablet hisap 2 mg.

Sementara itu pada perokok yang merokok kurang dari 10 batang perhari dapat

diberikan tablet hisap 1 mg. Sediaan nikotin tablet hisap ini yaitu 1 mg, 2 mg dan

4 mg.

Tablet hisap ini diberikan selama 8 – 10 minggu dengan penurunan dosis yang

dilakukan secara bertahap. Dosis awal terapi yang diberikan 1-2 tablet hisap

setiap 1-2 jam selama 9 hari.

Penelitian oleh Ebbert dkk yang bersifat multisenter dan melibatkan sebanyak

270 partisipan. Pada penelitian ini sebanyak 136 orang memakai tablet hisap 4 mg dan

134 orang memakai plasebo dengan lama penelitian selama 12 minggu. Hasil penelitian

ini mendapatkan bahwa kelompok yang mendapat tablet hisap 4 mg secara signifikan

memiliki angka berhenti merokok yang lebih tinggi (44,1% vs 29,1%). Angka putus

nikotin pada penelitian ini lebih rendah pada kelompok yang mendapat tablet hisap.20

3.2.3 Nikotin Tempel

Pelepasan nikotin pada pemakaian nikotin tempel bersifat konstan dan

penyerapan nikotin berlangsung lambat. Diperkirakan sekitar 68% nikotin yang

dilepaskan oleh nikotin tempel akan masuk ke dalam sirkulasi. Kadar puncak nikotin

dalam pembuluh darah dicapai dalam 6 sampai 10 jam setelah pemakaian nikotin

tempel. Waktu paruh nikotin pada sediaan ini panjang dan kadarnya dalam darah

menetap lebih lama dibandingkan bentuk sediaan lain karena penyerapan nikotin yang

terus menerus dari nikotin tempel. Pemakaian nikotin tempel digunakan pada kulit yang

bersih, kering, dan tidak berambut. Nikotin tempel tersedia dalam berbagai kekuatan,

tergantung dari lama pemakaian dan kekuatan dosis. Kadar nikotin yang dicapai dengan

menggunakan nikotin tempel mencapai separuh dari kadar nikotin yang dicapai dengan

Page 15: Farmakologi Smoking Cessation

merokok. Konsentrasi maksimal nikotin dalam plasma setelah pemakaian nikotin tempel

15 mg adalah antara 9 dan 15 ng/ml.10,12,13

Berdasarkan pada lamanya waktu pemakaian maka nikotin tempel dibedakan

menjadi dua yaitu sediaan yang digunakan selama 16 jam dan 24 jam. Sediaan yang

digunakan selama 16 jam, terdiri dari beberapa sediaan dosis yaitu 5 mg, 10 mg dan 15

mg. Sementara itu untuk sediaan yang digunakan selama 24 jam terdiri dari 3 sediaan

dosis yaitu 7 mg, 14 mg dan 21 mg1,10,12,13

Cara Pemakaian Nikotin Tempel1,10,12,13

Direkomendasikan pemakaian nikotin tempel selama 8 - 12 minggu tergantung

pada jenis nikotin tempel yang digunakan.

Pada nikotin tempel 16 jam maka dosis yang direkomendasikan adalah 15 mg per

hari selama 4 - 6 minggu pertama

Dosis dilanjutkan dengan 10 mg per hari pada 4 minggu berikutnya.

Selanjutnya dosis diturunkan menjadi 5 mg per hari pada 2 minggu berikutnya.

Apabila menggunakan nikotin tempel 24 jam maka dosis yang direkomendasikan

adalah 21 mg per hari pada 4 - 6 minggu pertama, dilanjutkan dengan dosis 14

mg per hari pada 4 minggu berikutnya. Kemudian untuk pemakaian 2 minggu

berikutnya dengan dosis 7 mg per hari

Suatu penelitian meta analisis oleh Kimura dkk terhadap 18 penelitian tentang

pemakaian nikotin tempel selama 1 tahun. Pada penelitian ini didapatkan bahwa angka

keberhasilan berhenti merokok secara signifikan lebih tinggi pada pemakaian nikotin

tempel dibandingkan yang tidak memakai nikotin tempel.21

Hasil penelitian yang serupa

juga didapatkan oleh Schnoll yang membandingkan antara efektifitas pemakaian nikotin

tempel dibandingkan tablet hisap. Pemakaian nikotin tempel memiliki kecenderungan

angka berhenti merokok yang lebih tinggi dibandingkan tablet hisap namun secara

statistik tidak bermakna.22

Pada pemakaian nikotin tempel efek samping yang dapat timbul relatif ringan,

sehingga sediaan ini dapat ditoleransi dengan baik. Efek yang umum timbul dari nikotin

tempel berupa reaksi kulit, sakit kepala, insomnia, mimpi buruk dan mual.1,10,12,13

Page 16: Farmakologi Smoking Cessation

Penelitian oleh Mills dkk berupa meta analisis yang melibatkan 177.390 orang yang

menggunakan terapi pengganti nikotin mendapatkan bahwa efek samping yang timbul

pada pemakaian secara tempel adalah iritasi kulit.23

3.2.4 Nikotin inhaler

Nikotin inhaler terdiri dari mouthpiece dan cartridge plastik yang berisi nikotin.

Catridges yang berisi nikotin dimasukkan ke dalam inhaler dan disemprotkan melalui

mouthpiece masuk kedalam mulut. Nikotin inhaler yang disemprotkan melalui

mouthpiece tidak masuk ke dalam bronkus atau paru, tapi terdeposit dan diabsorpsi

melalui mukosa mulut. Sebagian besar nikotin akan masuk ke dalam mulut 36 %,

esofagus dan lambung 36 %, serta sebagian kecil (4%) mencapai paru dimana kadar

nikotin dalam darah akan meningkat dalam 20 menit. Nikotin inhaler akan menyebabkan

peningkatan kadar nikotin plasma yang lebih cepat dibandingkan nikotin permen karet

tapi lebih lambat dibandingkan nikotin semprot hidung. Dengan menggunakan nikotin

inhaler diperkirakan kadar nikotin dalam plasma sekitar sepertiga dari kadar nikotin

plasma oleh rokok.12,13

Cara Pemakaian Nikotin Inhaler1,2,12,13

Dosis nikotin inhaler yang direkomendasikan adalah 6 sampai 16 cartridge

sehari.

Setiap cartridge mengandung nikotin sebesar 10 mg dimana dari 10 mg tersebut

sekitar 4 mg akan masuk ke dalam mulut dan 2 mg akan diabsorpsi.

Direkomendasikan untuk menggunakan nikotin inhaler selama 3 bulan dan

setelah itu dosis dapat diturunkan secara bertahap selama 6-12 minggu.

Jumlah nikotin yang diperoleh melalui sediaan ini paling kecil dibandingkan

sediaan lainnya. Nikotin inhaler terutama berguna bagi perokok dengan tingkat

ketergantungan yang rendah, sebagai terapi tambahan pada nikotin tempel untuk

menangani keinginan merokok tiba-tiba atau dalam kombinasi dengan bupropion

SR.1,2,12,13

Page 17: Farmakologi Smoking Cessation

Suatu penelitian yang bersifat tersamar ganda dilakukan oleh Tennesen dkk

dengan membandingkan pemakaian nikotin inhaler mulut dengan plasebo. Penelitian ini

melibatkan 479 perokok dimana sebanyak 318 orang mendapat inhaler mulut dan 161

orang mendapat plasebo. Terdapat peningkatan angka berhenti merokok pada kelompok

yang mendapat inhaler mulut mulai dari setelah pemakaian selama 2 minggu sampai 52

minggu dibandingkan plasebo.24

Hansen dkk juga mendapatkan bahwa pemakaian

nikotin inhaler lebih cepat dapat mengurangi keinginan untuk merokok.25

3.2.5 Nikotin semprot hidung

Pemakaian nikotin semprot hidung dapat memberikan kadar nikotin yang lebih

cepat dibandingkan dari NRT lainnya. Hal ini disebabkan oleh penyerapan nikotin yang

lebih cepat pada mukosa hidung karena tipisnya mukosa hidung dan banyaknya

pembuluh darah. Oleh karena itu nikotin semprot hidung dapat digunakan untuk

memenuhi keinginan merokok yang tiba – tiba dimana secara cepat menghilangkan

gejala putus nikotin. Kadar puncak nikotin tercapai dalam waktu 10 menit dan kadar

nikotin dalam plasma dapat dicapai sekitar dua per tiga dari kadar nikotin saat merokok.

Dalam 10 ml semprot hidung berisi 100 mg nikotin dimana satu kali semprot

mengeluarkan dosis nikotin 0,5 mg. Dosis yang digunakan tiap pasien berbeda-beda

tergantung derajat ketergantungan nikotin.10,12,13

Cara Pemakaian Nikotin Semprot hidung10,12,13

Pemakaian nikotin semprot hidung ini berupa satu semprot masing – masing

lobang hidung.

Dosis yang direkomendasikan adalah 1 hingga 2 dosis perhari dimana digunakan

selama 6 minggu. Setelah pemakaian 1 mg nikotin semprot hidung dapat

memberikan kadar nikotin dalam plasma sekitar 5 hingga 12 ng/ml.

Efek samping yang sering timbul adalah iritasi hidung, bersin-bersin, batuk dan

mata berair.10,12,13

3.2.6 Tablet sublingual

Satu tablet nikotin sublingual 2 mg setara dengan permen karet nikotin 2 mg

dimana tablet ini digunakan dengan menempatkan tablet dibawah lidah dan

Page 18: Farmakologi Smoking Cessation

membiarkannya hingga tablet menjadi larut. Kecepatan penyerapan dari nikotin jenis ini

meningkat pada pH mulut alkali dibandingkan dengan pH asam.10,13

Cara Pemakaian Nikotin sublingual10,13

Pada perokok yang merokok kurang dari 20 batang rokok per hari dapat

menggunakan 1 tablet sublingual (2 mg) tiap jam.

Sementara itu pada perokok yang merokok lebih dari 20 batang rokok per hari

dapat menggunakan tablet nikotin sublingual 2 tablet tiap jam. Penggunaan

dalam satu hari tidak boleh dari 40 tablet.

Pemakaian tablet nikotin sublingual diberikan hingga 12 minggu.

Setelah pemakaian selama 12 minggu maka dosis harus diturunkan secara

bertahap

3.3 Bupropion SR

Bupropion SR sebagai terapi untuk berhenti merokok mulai digunakan tahun

1997 di Amerika Serikat dan telah digunakan secara luas dibanyak negara. Bupropion

SR merupakan obat non nikotin pertama yang digunakan untuk program berhenti

merokok.4,16

Bupropion SR di serap dengan baik di usus dan akan mengalami metabolisme di

hepar. Di hepar akan terbentuk 3 metabolit aktif yaitu hydroxybupropion,

threohydrobupropion dan erythrohydrobupropion. Kadar puncak konsentrasi bupropion

SR dalam plasma dicapai dalam waktu 3 jam setelah pemakaian obat dengan waktu

paruh sekitar 20 – 21 jam. Ekskresi obat ini melalui urin dan feses dimana sekitar 10 %

dari dosis obat dapat ditemukan di urin atau feses.5,26

Page 19: Farmakologi Smoking Cessation

Gambar 4. Struktur bupropion dan metabolitnya(dikutip dari 26)

Bupropion SR merupakan suatu antidepresan yang bersifat katekolamin selektif

pada dopamin dan norepinefrin. Bupropion bekerja dengan menghambat pengambilan

kembali dopamin dan norepinefrin. Dengan menghambat pengambilan kembali dopamin

dan norepinefrin maka bupropion SR dapat mengurangi gejala withdrawal effect. Selain

itu obat ini juga bekerja sebagai antagonis nikotin non kompetitif sehingga bermanfaat

mengatasi ketergantungan terhadap nikotin.4,26

Penelitian oleh Mansvelder dkk pada

tikus membuktikan bahwa bupropion bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik

nikotinik pada VTA.27

Merokok akan menyebabkan pelepasan dopamin kedalam celah sinap. Pada saat

rendahnya intake nikotin maka terjadi pengambilan kembali dopamin kedalam vesicle

terminal akson. Bupropion SR bekerja dengan menghambat pengambilan kembali

dopamin ini yang kemungkinan dengan mempengaruhi sistem pengangkut dopamin.

Namun tampaknya bupropion memiliki efek yang berbeda pada dopamin didalam area

yang berbeda pada otak. Pada nucleus accumbens, bupropion bersifat antagonis terhadap

pengambilan kembali dopamin tapi bupropion juga meningkatkan transpor pada striatal

vesicular yang akan meningkatkan pengambilan kembali dopamin dari celah sinap

disini. Penghambatan pengambilan kembali dopamin pada nucleus accumbens untuk

mengurangi defisiensi dopamin. Bupropion juga merupakan suatu penghambat

Page 20: Farmakologi Smoking Cessation

pengambilan kembali norepinefrin yang lemah. Mekanisme ini lebih berhubungan

dengan efek antidepresan pada dosis yang lebih tinggi dibandingkan digunakan untuk

berhenti merokok, namun mekanisme pastinya belum diketahui.26,28

Gambar 5. Efek bupropion pada sinaptik(dikutip dari 28)

Cara Pemakaian Bupropion SR1,5

Pemakaian bupropion SR harus dimulai sekitar 1 – 2 minggu sebelum berhenti

merokok.

Dosis yang digunakan pada hari pertama sampai hari ketiga adalah 1 x 150 mg

setiap pagi hari.

Pada hari berikutnya dosis dinaikkan menjadi 2 x 150 mg yang dimulai pada hari

ke empat sampai 12 minggu. Dosis yang diberikan tidak boleh melebihi 300 mg

dalam sehari.

Pemakaian bupropion SR biasanya selama 12 minggu namun dapat juga

digunakan sampai 24 minggu.

Penelitian oleh Issa dkk membuktikan bahwa penggunaan bupropion SR efektif

untuk program berhenti merokok. Pada penelitian ini diberikan bupropion SR selama 12

minggu dan didapatkan bahwa 50 % dari sampel penelitian berhasil berhenti merokok.

Page 21: Farmakologi Smoking Cessation

Selain itu juga didapatkan bahwa bupropion SR aman diberikan pada perokok dengan

gangguan kardiovaskuler.29

Penggunaan bupropion SR juga aman untuk berhenti

merokok pada pasien skizofrenia. Suatu review yang dilakukan oleh Tsoi terhadap 21

laporan penelitian tentang penggunaan bupropion SR sebagai terapi ketergantungan

nikotin pada pasien dengan skizofrenia. Pada review ini didapatkan bahwa setelah

pemakaian bupropion SR, rata – rata berhenti merokok lebih tinggi dibandingkan dari

plasebo dengan nilai yang sangat bermakna (p=0,004). Selain itu kadar karbon

monoksida pada pengguna bupropion SR terbukti lebih rendah dibanding pengguna

plasebo (p=0,002). Kesimpulan dari review ini mendapatkan bahwa penggunaan

bupropion meningkatkan rata – rata berhenti merokok pada perokok dengan skizofrenia

tanpa adanya gangguan pada status mental.30

Efek samping yang sering ditemukan pada pemakaian bupropion SR adalah

mulut kering, insomnia dan mual.1,5,6

Penelitian oleh Issa dkk juga mendapatkan bahwa

efek samping yang sering ditemukan pada penggunaan bupropion SR adalah mulut

kering dan insomnia.29

Pemakaian bupropion SR dikontraindikasikan pada pasien yang menderita atau

mempunyai riwayat epilepsi, cedera kepala, hipertensi, pengguna alkohol, nekrosis hati

dan gangguan afektif bipolar. Selain itu obat ini juga tidak boleh diberikan pada wanita

hamil atau menyusui.5,28

Interaksi obat dengan obat antidepresan lainnya (desiperamin,

fluoxitine) dan anti psikosis (risperidon, tioridozin) yang akan memanjangkan kerja

obat. Hal ini karena bupropion menghambat kerja sitokrom p450 dan mengurangi

eksresi obat – obat yang dimetabolisme di hati. Oleh karena itu obat – obat tersebut

diberikan dalam dosis rendah saat pemberian bersamaan dengan bupropion SR.28

3.4 Vareniklin

Vareniklin merupakan obat yang relatif baru digunakan untuk program berhenti

merokok dimana vareniklin tersedia dalam bentuk garam tartrat dengan rumus kimia

(7,8,9,10-tetrahydro-6,10-methano-6H-pyrazino[2,3-h][3]benzazepine). Struktur kimia

vareniklin mirip dengan senyawa cystine dimana di Eropa sudah lama digunakan untuk

pengobatan berhenti merokok.31

Page 22: Farmakologi Smoking Cessation

Gambar 6. Varenicline tartrat(dikutip dari 31)

Vareniklin diserap secara sempurna setelah pemakaian oral dengan kadar yang

tinggi (90%) di dalam darah. Penyerapan vareniklin tidak terganggu oleh adanya

makanan. Konsentrasi maksimal dalam darah ditemukan dalam 3 - 6 jam setelah

pemakaian secara oral dengan waktu paruh sekitar 24 jam. Vareniklin kebanyakan

dieksresikan melalui urin sekitar 92 %.32

Vareniklin merupakan suatu agonis parsial pada reseptor α4β2 asetilkolin

nikotinik. Maksud dari agonis adalah pada saat vareniklin berikatan dengan reseptor α4β2

maka akan memberikan efek yang sama seperti nikotin yang berikatan dengan reseptor

α4β2 yaitu merangsang pelepasan dopamin. Pelepasan dopamin ini akan mengurangi

withdrawal effect akibat dari berhenti merokok. Namun efek yang ditimbulkan oleh

vareniklin ini lebih lambat dan peningkatan dopamin yang lebih rendah dibanding

nikotin. Oleh karena reseptor α4β2 telah berikatan dengan vareniklin maka vareniklin

akan mencegah nikotin untuk berikatan dengan reseptor α4β2. Vareniklin memiliki

afinitas ikatan dengan reseptor α4β2 yang lebih kuat dibandingkan nikotin sehingga

vareniklin dapat menggeser nikotin dari ikatan dengan reseptor sehingganya akan

mengurangi efek nikotin. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya rasa nikmat dalam

merokok.1,6,11,31,33

Page 23: Farmakologi Smoking Cessation

Gambar 7. Skema mekanisme kerja vareniklin(dikutip dari 11)

(A) Efek nikotin rokok pada reseptor nikotin yang menyebabkan pelepasan dopamin

dalam jumlah besar

(B) Pada saat tidak ada nikotin yang berikatan dengan reseptor maka jumlah dopamin

turun secara mendadak menyebabkan gejala putus nikotin

(C) Vareniklin menduduki dan menyekat reseptor nikotin. Dengan mengaktivasi

reseptor secara parsial, vareniklin mempertahankan kadar dopamin pada tingkat

hampir normal sehingga gejala putus nikotin tidak terlalu berat

Cara Pemakaian Vareniklin1,11,13

Pengobatan berhenti merokok dengan menggunakan vareniklin dimulai dari satu

minggu sebelum mulai berhenti merokok.

Dosis vareniklin dimulai dengan 0,5 mg setiap hari untuk 3 hari pertama dan

dilanjutkan dengan dosis 0,5 mg dua kali sehari pada hari ke empat hingga hari

ke tujuh. Sediaan vareniklin berupa tablet dengan dosis 0,5 mg dan 1 mg.

Page 24: Farmakologi Smoking Cessation

Selanjutnya dosis vareniklin dinaikkan menjadi 1 mg sebanyak dua kali sehari

sampai dengan 12 minggu dari awal pengobatan dimana diberikan pada pagi hari

dan malam hari.

Apabila pasien sudah berhenti merokok pada akhir minggu ke 12 maka

pemberian vareniklin dapat ditambah 12 minggu lagi untuk mengurangi resiko

kambuh.

Pada pasien dengan gangguan ginjal berat maka dosis vareniklin dapat dikurangi

menjadi 1 mg sehari. Sementara itu pasien dengan gangguan fungsi hati tidak

perlu penyesuaian dosis karena metabolisme vareniklin tidak dipengaruhi oleh

penurunan fungsi hati.

Penelitian oleh Ramon dkk di Spanyol terhadap 264 perokok aktif dimana

diberikan vareniklin selama 12 minggu. Hasil penelitian ini mendapatkan angka

keberhasilan berhenti merokok dengan pemakaian vareniklin sekitar 58,3 %.34

Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ebbert dkk

dengan pemberian vareniklin selama 12 minggu dengan dosis 1 mg dua kali sehari. Pada

penelitian ini didapatkan bahwa sekitar 60 % dari keseluruhan subjek penelitian terdapat

pengurangan merokok.35

Hasil penelitian yang lebih besar didapatkan pada penelitian

oleh Gratziou dkk di Yunani terhadap 196 perokok aktif dimana rata – rata subjek

penelitian telah merokok selama 23,5 tahun. Pada penelitian ini diberikan terapi dengan

vareniklin selama 12 minggu dengan dosis 1 mg dua kali sehari. Setelah pemakaian

vareniklin 12 minggu didapatkan sekitar 70,4 % dari semua subjek penelitian berhenti

merokok.36

Suatu penelitian yang bersifat tersamar ganda dilakukan oleh Fagerstorm dkk

dengan pemakaian vareniklin dan plasebo. Pada penelitian ini diberikan vareniklin

selama 12 minggu dengan dosis 1 mg dua kali sehari dan dilanjutkan dengan masa

follow up selama 14 minggu setelah pengobatan. Pada penelitian ini didapatkan angka

berhenti merokok pada pemakaian vareniklin lebih tinggi dibandingkan plasebo (59% vs

39%).37

Hal ini juga ditemukan pada penelitian oleh Rennard dkk pada 659 perokok

aktif dimana pemakaian vareniklin dibandingkan dengan plasebo secara tersamar ganda.

Page 25: Farmakologi Smoking Cessation

Setelah pemakaian selama 12 minggu didapatkan bahwa pada kelompok yang

mendapatkan vareniklin lebih tinggi angka berhenti merokok dibandingkan plasebo

(53,1% vs 19,3%). Selain itu pada kelompok yang mendapatkan vareniklin secara

signifikan berhenti merokok lebih cepat dibandingkan plasebo (rata – rata 17 hari vs 24

hari).38

Vareniklin memiliki kemampuan yang lebih baik mengurangi kecanduan

merokok dibandingkan bupropion. Penelitian yang dilakukan oleh West dkk dengan

membandingkan efek terhadap kecanduan dan gejala withdrawal dari vareniklin

dibandingkan bupropion. Terdapat perbedaan bermakna antara hasil pemakaian

vareniklin dibandingkan dengan bupropion. Pada penelitian ini didapatkan bahwa

pemakaian vareniklin dapat mengurangi kecanduan lebih besar dibandingkan pemakaian

bupropion (p<0,01). Selain itu pemakaian vareniklin juga mengurangi keinginan untuk

merokok lagi lebih besar dibandingkan bupropion setelah pengobatan dihentikan.39

Pemakaian vareniklin juga lebih baik dibandingkan dari nikotin tempel.

Penelitian oleh Aubin dkk membandingkan antara pemakaian vareniklin dengan nikotin

tempel untuk program berhenti merokok. Pada penelitian ini vareniklin dipakai selama

12 minggu sedangkan nikotin tempel dipakai selama 10 minggu. Sebanyak 376 pasien

memakai vareniklin dan 370 pasien menggunakan nikotin tempel. Hasil penelitian ini

mendapatkan bahwa vareniklin secara signifikan mengurangi craving, gejala withdrawal

dan kepuasan merokok dibandingkan menggunakan nikotin tempel.40

Namun hasil

berbeda didapatkan pada penelitian oleh Tsukahara dkk pada 32 orang perokok aktif

dengan membandingkan efek vareniklin dengan nikotin tempel. Penelitian ini dilakukan

selama 24 minggu dimana didapatkan hasil bahwa antara vareniklin dengan nikotin

tempel memiliki efikasi yang hampir sama. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna

antara pemakaian vareniklin dengan nikotin tempel.41

Pemakaian vareniklin untuk program berhenti merokok efektif dan aman tidak

saja pada orang normal namun juga untuk perokok yang memiliki penyakit

kardiovaskular. Hal ini didukung oleh penelitian multicentre yang dilakukan Rigotti dkk

Page 26: Farmakologi Smoking Cessation

yang melibatkan 714 perokok dengan penyakit kardiovaskular stabil. Hasil penelitian ini

mendapatkan bahwa vareniklin tidak meningkatkan resiko gangguan kardiovaskular.42

Efek samping yang sering didapatkan pada pemakaian vareniklin adalah

gangguan gastrointestinal berupa mual. Efek samping mual umumnya terjadi pada awal

terapi dan berkurang dengan berjalannya waktu.35

Efek samping yang timbul dengan

pemakaian vareniklin pada penelitian oleh Fagerstorm dkk berupa gangguan

gastrointestinal seperti nyeri perut, diare, kembung, mual serta gangguan lain seperti

gangguan tidur, insomnia, mimpi buruk, kelelahan dan lain – lain.37

Sementara itu

penelitian oleh Ebbert dkk mendapatkan bahwa efek samping yang umum terjadi pada

pemakaian vareniklin meliputi gangguan tidur (25 %) dan mual (15 %).35

Penelitian oleh

Rennard mendapatkan efek samping yang terjadi pada 5 % kasus meliputi mual, sakit

kepala, insomnia dan mimpi buruk.38

Suatu meta analisis dilakukan oleh Leung dkk mengenai efek samping vareniklin

pada gastrointestinal dengan dosis standar dimana meta analisis dilakukan terhadap 12

penelitian. Pada meta analisis ini didapatkan bahwa penggunaan vareniklin dengan dosis

1 mg dua kali sehari selama lebih 6 minggu berhubungan dengan efek samping pada

gastrointestinal. Efek samping pada gastrointestinal berupa mual, konstipasi dan

kembung.43

Tsukahara juga menemukan bahwa efek samping yang dikeluhkan berupa

gangguan gastrointestinal lebih banyak terjadi pada kelompok yang memakai

vareniklin.41

Page 27: Farmakologi Smoking Cessation

BAB IV

KESIMPULAN

1. Beberapa jenis obat yang direkomendasikan dalam program berhenti merokok

adalah terapi pengganti nikotin, bupropion SR dan vareniklin tartrat

2. Ikatan nikotin dengan reseptor kolinergik nikotinik akan menyebabkan pelepasan

beberapa neurotransmiter seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin, glutamat,

serotonin, beta endorfin dan GABA

3. Terapi pengganti nikotin bekerja dengan mengurangi gejala putus nikotin,

mengurangi efek penguatan oleh nikotin dan memberikan efek yang sebelumnya

didapatkan dari rokok

4. Berbagai jenis terapi pengganti nikotin yang sudah dikenal dan beredar secara

komersil seperti permen karet, inhaler, lozenges ( tablet hisap ), nasal spray (

semprot hidung ), tablet sublingual dan skin patch ( nikotin tempel )

5. Bupropion SR bekerja dengan menghambat pengambilan kembali dopamin dan

norepinefrin sehingga dapat mengurangi gejala withdrawal effect

6. Ikatan antara vareniklin dengan reseptor α4β2 akan merangsang pelepasan

dopamin namun efek yang ditimbulkan lebih lambat dan peningkatan dopamin

yang lebih rendah dibanding nikotin

Page 28: Farmakologi Smoking Cessation

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Berhenti merokok : Pedoman

penatalaksanaan untuk dokter di Indonesia.PDPI 2011

2. Tanuwihardja RK, Susanto AD. Rokok elektronik. J Respir Indon 2012:32(1):53-

61

3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK : Diagnosis dan penatalaksanaan.

PDPI 2011

4. Schmelzle J, Rosser WW, Birtwhistle R. Update on pharmacologic and non

pharmacologic therapies for smoking cessation. Canadian family physician

2008;54:994-99

5. Fagerstrom KO, Ruiz CAJ. Pharmacological treatments for tobacco dependence.

Eur Respir Rev 2008;17:192-98

6. Sadikin ZD, Lovisa M. Program berhenti merokok. MKI 2008:58(4):130-37

7. Markou A. Neurobiology of nicotine dependence. Phil Trans R Soc B

2008;363:3159-68

8. Benowitz NL, Hukkanen J, Jacob P. Nicotine chemistry, metabolism, kinetics

and biomarkers. In: Henningfield JE ed. Nicotine psychopharmacology

handbook of experimental pharmacology 192. Berlin:Springer-verlaq;2009.p.29-

60

9. Lotfipour S, Mandelkern M, Brody AL. Quantitative molecular imaging of

neuronal nicotinic acetylcholine receptors in the human brain with A-85380

radiotracers. Curr med imaging Rev 2011;7(2):107-12

10. Herman AI, Sofuoglu M. Comparison of available treatments for tobacco

addiction. Curr psychiatry Rep 2010;12(5):433-40

11. ASH. Varenicline ; Guidance for health profesionals on a new prescription-only

stop smoking medication. ASH London 2007;1-11

12. Robson N. Nicotine-replacement therapy : a proven treatment for smoking

cessation. SAFarm pract 2010;52(4):296-03

13. Gayatri A, Susanto AD, Setiawati A. Nicotine replacement therapy. CDK-189

2012:39:25-30

14. JCS Joint Working Group. Guidelines for smoking cessation (JCS 2010).

Circ.J.2012;76:1024-43

15. Fiore MC, Jaen CR, Baker TB, Bailey WC, Benowitz NL, Curry SJ et al.

Clinical Practice Guideline. Treating Tobacco Use and Dependence:2008

Update. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services. Public

Health Service;2008

Page 29: Farmakologi Smoking Cessation

16. Nides M. Update on pharmacologic options for smoking cessation treatment. The

American Journal of Medicine 2008;121:20-31

17. Moore D, Wang D, Aveyard P, Smith AF. Effectiveness and safety of nicotine

replacement therapy assisted reduction to stop smoking : systematic review and

meta-analysis. BMJ 2009;1-9

18. Etter JF, Huguelet P, Perneger TV, Cornoz J. Nicotine gum treatment before

smoking cessation. Arch intern med 2009;169(11):1028-34

19. Kralikova E, Kozak JT, Rasmussen T, Gustausson G, Houezec JL. Smoking

cessation or reduction with nicotine replacement therapy : a plasebo-controlled

double blind trial with nicotine gum and inhaler. BMC public health

2009;9(433):1-8

20. Ebbert JO, Severscer HH, Croghon IT, Donaher BG, Schroeder DR. A

randomized clinical trial of nicotine lozenge for smokeless tobacco use. Nicotine

& tobacco research 2009;11(2):1415-23

21. Kimura K, Sairenchi T, Muto T. Meta analysis study for one year effects of a

nicotine patch. Journal of health science 2009;55(2):233-41

22. Schnoll RA, Martinez E, Tatum KL, Glass M, Bernath A, Ferrish D et al.

Nicotine patch vs nicotine lozenge for smoking cessation : an effectiveness trial

coordinated by the community clinical oncology program. Drug alcohol depend

2010;107:237-43

23. Mills EJ, Wu P, Lockhart I, Wilson K, Ebbert JO. Adverse events associated

with nicotine replacement therapy ( NRT ) for smoking cessation, A systematic

review and meta analysis of one hundred and twenty studies involving 177.390

individuals. Tobacco induced diseases 2010;8:1-15

24. Tennesen, Lauri H, perfekt R, Mann K, Batra A. Efficacy of a nicotine mouth

spray in smoking cessation ; a randomized double blind trial. Eur respir J

2012;40:548-54

25. Hansson A, Hajek P, Perfekt R, Kraiczi H. Effect of nicotine mouth spray on

urges to smoke, a randomised clinica trial. BMJ 2012;2:1-7

26. McCarthy JE, Jorenby DE, Minami H, Yeh V. Treatment options in smoking

cessation : what place for bupropion sustained-release ? clinical medicine

therapeutics 2009;1:683-96

27. Mansvelden HD, Fagen ZM, Chang B, Mitchum R, McGehie DS. Bupropion

inhibits the cellular effects of nicotine in the ventral tegmental area. Biochem

pharmacol 2007;74(8):1283-91

28. Wilkes S. The use of bupropion SR in cigarette smoking cessation. International

journal of COPD 2008;3(1):45-53

Page 30: Farmakologi Smoking Cessation

29. Issa JS, Perez GH, Diament J, Zavattieri AG, Oliveira KU. Effectiveness of

sustained-release bupropion in the treatment of smoker patients with

cardiovascular disease. Arg Bras Cardiol 2007;88:382-87

30. Tsoi DT, Parwal M, Webster AC. Efficacy and safety of bupropion for smoking

cessation and reduction in schizoprenia : systematic review and meta-analysis.

BJP 2010;196:346-53

31. Mohanasundaram UM, Chitkara R, Krishna G. Smoking cessation therapy with

varenicline. International journal of COPD 2008;3(2):239-51

32. Rao J, Shankar PK. Varenicline : For smoking cessation. Kathmandu university

medical journal 2009;7(2):162-64

33. Robson NZ, Rashid RA, Zahari MM, Habil MH. Varenicline- A new

pharmacotherapy for smoking cessation implication for smokers with mental

health problems. ASEAN journal of psychiatry 2009;10(2):1-8

34. Ramon JM, Bruguera. Real world study to evaluate the effectiveness of

varenicline and cognitive-behavioural intervention for smoking cessation.

Int.J.enuran.res.public health 2009;1530-38

35. Ebbert JO, Wyatt KD, Hays JT, Klee EW, Hurst RD. Varenicline for smoking

cessation : efficacy, safety and treatment recommendations. Patient preference

and adherence 2010;4:355-62

36. Gratziou C, Gourgoulianis K, Pataka PA, Sykara GD, Mersiq M, Raju S.

Varenicline as a smoking cessation aid in a Greek population : a subanalysis of

an observational study. Tobacco induced diseases 2012;10(1):1-8

37. Fagerstrom K, Giljam H, Metcalfe M, Tonstad S, Messiq M. Stopping smokeless

tobacco with varenicline : randomised double blind placebo controlled trial. BMJ

2010;341:1-8

38. Rennard S, Hughes H, Cincipini PM, Kralikova E, Raupach T, Arteaga C et al. A

randomised placebo-controlled trial of varenicline for smokin cessation allowing

flexible quite dates. Nicotine & tobacco research 2012;14(3):343-50

39. West R, Baker CL, Cappelleri JC, Bushmakin AG. Efect of varenicline and

bupropion SR on craving, nicotine withdrawal symptoms and rewarding effects

of smoking during a quit attempt. Psychopharmacology 2008;197:371-77

40. Aubin HJ, Boban A, Britton JR, Oncken C, Billing CB, Gong J et al. Varenicline

versus transdermal nicotine patch for smoking cessation : result from a

randomised open labelled trial. Thorax 2008;63:717-24

41. Tsukahara H, Nacla K, Saku K. A randomised controlled open comparative trial

of varenicline vs nicotine patch in adult smokers. Circ J 2010;74:771-78

42. Rigotti NA, Pipe AL, Benowitz NL, Arteaga C, Garza D, Tonstad S. Efficacy

and safety of varenicline for smoking cessation in patients with cardiovascular

disease: circulation 2010;121:221-29

Page 31: Farmakologi Smoking Cessation

43. Leung K, Patatio FM, Rossen WW. Gastrointestinal adverse effects of

varenicline at maintenance dose : a metaanalysis. Clinical pharmacology

2011;11(15):1-8