Farmakokinetik Dan Farmakodinamik
-
Upload
devinayuliap -
Category
Documents
-
view
55 -
download
1
description
Transcript of Farmakokinetik Dan Farmakodinamik
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009). 1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili )(Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnyahingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapametode, terutama transport aktif dan transport pasif.
Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obata. Metode absorpsi- Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport AktifTransport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan1. Aliran darah ke tempat absorpsi2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi3. Waktu kontak permukaan absorpsid. Kecepatan Absorpsi1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obatAbsorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lainInteraksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.
1.2 DistribusiDistribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairantu
buh.Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darahSetelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah alirandarahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi keorgan lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan proteinObat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
1.3 MetabolismeMetabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi
lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi KhususBeberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.
2. Pengaruh GenPerbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh LingkunganLingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. UsiaPerubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
1.4 EkskresiEkskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari tubuh
oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum(Gunawan, 2009).Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu ParuhWaktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasiOnset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obatPuncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak responDurasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
2. FarmakodinamikFarmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan
fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
2.2 Mekanisme Kerja Obatkebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.
2.3 Reseptor Obatprotein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
2.4 Transmisi Sinyal Biologispenghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.
2.5 Interaksi Obat-Reseptorikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
2.6 Antagonisme Farmakodinamika. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.b. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik
2.7 Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptora. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membranb. Perubahan sifat osmoticc. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate glomerulus sehingga mengurangi
reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diureticd. Perubahan sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.e. Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.
f. Gangguan fungsi membraneAnestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga eksitabilitasnya menurun.
g. Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau IonKerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
h. Masuk ke dalam komponen sel Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut antimetabolit
misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.
Daftar PustakaGunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Konsep Farmakologi dan Farmakodinamik
PENGANTAR FARMAKOLOGI
Sejarah pengobatan
• Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hanya berdasarkan
pengalaman
• Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu
pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui
zat aktifnya.
• Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
• Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat
yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
• Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain
menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur
dengan aktivitas dan toksisitas selektif.
• Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-
1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
Apa yang dimaksud obat?
1. zat kimia yang mempunyai efek terhadap proses dalam tubuh atau pikiran.
2. senyawaan kimia yang digunakan atau dimasukkan pada manusia atau binatang untuk
membantu diagnosis, treatment atau pencegahan suatu penyakit, atau kondisi tidak normal
lainnya, untuk meringankan sakit atau penderitaan, atau untuk mengontrol keadaan pisiologis
atau patologis.
3. Setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup
Zat kimia obat
1. Mempunyai nama kimia
2. Memiliki karakteristik
Pembuatan obat tidak boleh mengurangi/menghilangkan karakteristiknya!!!
Sumber obat
• Obat merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau segar,
bahan hewan atau mineral.
• Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat
diawetkan dengan pengeringan. Contoh
– getah Papaver somniferum (opium mentah) yang sering dikaitkan dengan obat penyebab
ketergantungan dan ketagihan.
– Dosis tumbuhan kering dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat
asal tumbuhan, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan.
– Maka untuk menghindari variasi dosis, F.W.Sertuerner (1783-1841) pada th 1804 mempelopori
isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan sintesis secara kimia. Sejak
itu berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
Cara menguji keamanan obat
1. UJI PRAKLINIK
Uji praklinik, dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil
farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu
dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primate.
2. UJI KLINIK
Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati
pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis
dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia.
Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit yang diobati. Yang
diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang potensial
dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan
pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.
Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan
keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui.
Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing
surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini
dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka
panjang dalam menggunakan obat.
Farmakologi memiliki beberapa bagian antara lain:
FARMAKOKINETIK adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari nasib obat di dalam tubuh
FARMAKODINAMIK adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimia
obat terhadap berbagai organ tubuh dan mekanisme kerjanya.
Farmakokinetik , cara pemberian, dan faktor yg mempengaruhi efek obat
1. ABSORPSI
Proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut jumlah obat (prosentase dari
doses) yang ditransfer dari tempat pemberian ke sirkulasi sistemik, dalam betuk utuh maupun
metabolitnya, serta kecepatan proses tersebut.
Bioavailabilitas menunjukkan jumlah obat dalam prosentase dari bentuk sediaan yang
mencapai sirkulasi sitemik dalam bentuk utuh/aktif, serta kecepatannya.
Pemberian obat peroral
- Absorpsi di saluran cerna
- Pada umumnya terjadi secara difusi pasif
- Absorpsi mudah terjadi jika dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak
- Obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian obat melintasi
membran dengan cara melarut dalam lemak membran
• Faktor yang berpengaruh
• Faktor obat
- sifat fisiko kimia obat
- formulasi obat
• Faktor penderita
• Interaksi dalam saluran cerna
PEMBERIAN SECARA PARENTERAL (SUNTIKAN)
• INTRAVENA (IV)
- Tidak mengalami absorpsi
- Cepat, tepat dosis
- Cocok untuk larutan yang irtatif
- Efek toksik mudah terjadi
- Obat dalam larutan minyak tidak boleh IV
• SUBKUTAN (SK)
- Tidak diperkenankan untuk obat yang iritasi jaringan
- Absorpsi lambat dan konstan shg efeknya bertahan lama
- INTRAMUSKULAR (IM)
Obat yang sukar larut dalam air absorpsi lambat
• Intratekal
- Suntikan langsung ke dalam subaraknoid spinal
- Dilakukan bila dinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu
serebrospinal
• Pemberian inhalasi
- Hanya diberikan untuk obat yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap
- Absorpsi melalui epitel paru dan mukosa saluran nafas
- Absorpsi cepat
- Terhindar dari elimenasi lintas pertama di hati
- Sulit mengatur dosis secara tepat
- Pemberian topikal
Absorpsi tergantung pada luas permukaan kulit yang diolesi dan kelarutan dalam lemak.
• Topikal pada mata
Absorpsi biasanya melalui kornea mata
2. DISTRIBUSI
- Setelah diabsorpsi obat segera didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah
- Obat yang larut dalam lemah mudah terdistribusi ke dalam sel
- Obat yang terikat dengan protein sulit terdifusi
3. METABOLISME
- Metabolisme atau biotransformasi adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi
dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim
- Proses ini obat dirubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
- Pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga berfungsi untuk mengahiri kerja obat
Rekasi kimia yang terjadi
• Reaksi fase I, adalah oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Metabolit lebih polar
• Reaksi fase II, reaksi sintetik, yaitu konyogasi obat atau metabolit hasil reaksi fase I dengan
substrat endogen seperti as. Glukoronat, sulfat, as. Amino. Hasilnya lebih polar dan mudah
terionisasi sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
4. EKSKRESI
- Melalui ginjal (jalur utama)
- Diekskresi ke dalam usus melalui empedu, kemudian diekskresi dala feses
- Melalui keringat, air liur, air mata, air susu, dan rambut (sangat kecil sehingga diabaikan).
FARMAKODINAMIK
RESEPTOR OBAT
Reseptor obat adalah suatu makromolekul target khusus yang mengikat suatu obat dan
memidiasi kerja farmakologis obat tersebut
Berupa enzim, asam nukleat, atau protein yang terikat membran khusus
INTERAKSI OBAT RESEPTOR
Pembentukan komplek obat reseptor menghasilkan suatu respon biologis
Besar respon sebanding dengan jumlah kompleks obat reseptor
KONSENTRASI DAN RESPON OBAT
Dosis berbanding lurus dengan respon obat
Respon berhenti pada konsentrasi tertentu
Istilah-istilah pada interaksi obat-reseptor
• Agonis (suatau senyawa yang berikatan dengan suatu reseptor dan menghasilkan respons
biologis)
• Antagonis (penghambat/blocker respon agonis)
– Kompetitif (potensi agonis diperkecil) : dapat diatasi dengan peningkatan dosis
– Non kompetitif (mengurangi respon maksimal dari agonis): tidak dapat diatasi dengan
peningkatan dosis
• Agonis/antagonis parsial (tidak 100%)
KERJA OBAT TANPA PERANTARAAN RESEPTOR
1. Efek non spesifik dan gangguan pada membran
• Perubahan sifat osmotik (urea, manitol, MgSO4)
• Perubahan sifat asam-basa (antasida, NH4Cl, NaHCO3)
• Kerusakan non spesifik (antiseptik-desinfektan)
• Gangguan fungsi membran (anestesi volatile)
2. Interaksi dengan molekul kecil atau ion (CaNa2EDTA- Pb2+)
3. Masuk ke dalam komponen sel (obat kanker)
Prinsip terapi
• Proses Terapi (Farmakoterapi)=>Proses Ilmiah
• Setiap keputusan dibutuhkan: Pengetahuan, Keahlian, Keterampilan, Pertimbangan
Profesional Untuk hasil yang maksimum, resiko yang minimum
• Faktor Pendukung: Pengenalan penyakit, Gejala penyakit, Patofisiologi, Pengetahuan obat-
obatan, Keahlian komunikasi, Keahlian pemeriksaan, Kemampuan analisis, Pertimbangan-
pertimbangan profesional lainnya.
Farmakoterapi
• Terapi Kuratif; menyembuhkan
• Terapi Supresif: Menekan penyakit/gejala
• Terapi Preventif: Mencegah penyakit
Proses Keputusan Terapi
• Penegakan diagnosis
• Pemilihan intervensi pengobatan
• Pemilihan obat
• Penentuan dosis & cara pemberian
• Peresepan & penjelasan pada pasien
• Monitoring & evaluasi efek pengobatan
Farmakologi
• Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi,
fisika, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup
• Farmakognosi : pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman, mineral dan
hewan. Ekstrak Ginkoa biloba (penguat daya ingat), bawang putih (antikolesterol), tingtur
hyperici (antidepresi), ekstrak fever few (pencegah migrain)
• Biofarmasi : ilmu yang mempelajari pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek
terapeutik obat.
• Farmaceutical availability (ketersediaan farmasi) : ukuran waktu yang diperlukan oleh obat
untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses absorpsi.
• Larutan – suspensi – emulsi – serbuk – kapsul – tablet – enterik coated – long acting.
Istilah dalam farmakologi
• Biological availability (ketersediaan hayati) : prosentasi obat yang diresorpsi tubuh dari suatu
dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapetiknya.
Therapeutical equivalent (kesetaraan terapeutik) : syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat yang berkhasiat yang harus dicapai dalam darah
Bioassay : cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan hewan percobaan seperti kelinci, tikus, dll.
Farmakokinetik : segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Farmakodinamik : mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terafi yang ditimbulkan.
Toksikologi : pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh.
Farmakoterapi : mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Phytoterapi : menggunakan zat-zat dari tanaman untuk mengobati penyakit
Farmakologi klinik : cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia.
Penggolongan Obat
• Obat farmakodinamis
• Obat kemoterapeutis
• Obat diagnostik
Obat farmakodinamis, bekerja terhadap host dengan jalan mempercepat atau memperlambat
proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, obat
otonom
Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh host. Hendaknya
obat ini memiliki kegiatan farmakodinamis yang sekecil-kecilnya terhadap host, contoh :
antibiotik, antijamur, obat-obat neoplasma (onkolitik, sitostatik)
Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit),
misalnya BaSO4 digunakan untuk diagnosis penyakit saluran pencernaan, Na propanoat dan
asam iod organik untuk sal empedu
Menurut Permenkes RI
No. 949/Menkes/Per/VI/2000
Obat Bebas Obat yang dapat dijual
bebas kepada umum tanpa
resep dokter
Minyak kayu putih, OBH, OBP,
Paracetamol, Vit. C, B
Komplex, dll.
Obat Bebas Terbatas
(W : waarschuwing)
Obat bebas yang pada
penjualannya disertai
tanda peringatan.
Antihistamin, klorokuin, kalii
kloras, suppositoria, dll.
Obat Keras
(G : Gevaarlijk)
Obat berbahaya jika
pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter.
Adrenalin, antibiotika,
antihistamin, dll.
OWA Obat keras yang dapat
diserahkan oleh apoteker
tanpa resep dokter.
Linestrenol, antasid,
salbutamol, basitrasin krim,
ranitidin, dll.
Narkotika Zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan,
sintetis atau semisintetis
yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri.
Tanm. Papaver somniferum,
kokain, ganja, heroin, morfin,
opium, kodein, dll.
Psikotropika Zat atau obat baik alamiah
maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada SSP
yang menyebabkan
perubahan khas pada
aktifitas mental dan
perilaku.
Lisergida, psilosibina,
amfetamin, diazepam,
fenobarbital,
klordiazepoksida, dll.
Farmakodinamik
• Adalah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme
kerjanya.
• Tujuan mempelajari MK : meneliti efek utama obat, interaksi obat, spektrum efek dan respon yg
terjadi.
Mekanisme Kerja Obat
Timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme
Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yg mrp respons khas u obat tsb
Reseptor mrp makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting yaitu agonis dan
antagonis
Reseptor Obat
• Komponen penting : protein (asetilkolinesterase, Na+, K+ ATPase, tubulin, dll)
• Ikatan obat-reseptor : ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der waals, kovalen.
• Struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan afinitasnya thd reseptor
• Hubungan dosis dengan intensitas efek
D + R DR + Efek
Intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki
• Dalam menimbulkan efek, obat t3 tdk berikatan dg reseptor :
- Mengubah sifat cairan tubuh : antasid, Na bikarbonat dlm membasakan urin
- Berinteraksi dg ion : CaNa2 EDTA dlm mengikat Pb2+
- Masuk ke komponen sel : 5-FU, AB, anti kanker.
UJI KLINIK
• Fase I : pengujian obat untuk pertama kali pada manusia, yg diteliti : keamanan obat.
• Fase II : pengujian obat utk pertama kali pd sekelompok kecil penderita, tujuan : melihat efek
farmakologik. Bisa dilakukan secara komparatif dg obat sejenis ataupun plasebo.jml 100-200 og
• Fase III : Memastikan obat benar2 berkhasiat, dibandingkan dg plasebo, obat sama tp dosis
beda, obat lain indikasi sama. Min 500 org
• Fase IV : Post Marketing Drug Surveillance, tujuan menentukan pola penggunaan obat di masy,
efektivitas dan keamanannya.