Farmakognosi Spons Laut

17
  TULISAN ILMIAH Potensi Antibakteri dari Bakteri Chr omohalobacte r s p.  Simbion Spons Cal l ys pongi a s p.  Oleh : Akhmad Ardiansyah 1243057022 Hanna Margaretha 1243050079 Cintia O. I. S. Alui 1343057030 Luluil Maknunah 1343057017 Zia Ulul Aisyah 1343057013 Steviana JM 1343057046 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2014

Transcript of Farmakognosi Spons Laut

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 1/16

 

TULISAN ILMIAHPotensi Antibakteri dari Bakteri Chromohalobacter sp. 

Simbion Spons Callyspongia sp. 

Oleh :

Akhmad Ardiansyah 1243057022

Hanna Margaretha 1243050079

Cintia O. I. S. Alui 1343057030

Luluil Maknunah 1343057017

Zia Ulul Aisyah 1343057013

Steviana JM 1343057046

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2014

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 2/16

 

1 | P a g e  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.atas segala

rahmat-Nya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan tulisan ilmiah ini

yang berjudul Potensi Antibakteri dari Bakteri Chromohalobacter sp. Simbion Spons

Callyspongia sp. 

Tulisan ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam mata kuliah

 Farmakognosi II . Dengan adanya tulisan ilmiah ini, diharapkan mahasiswa akan

mengerti lebih dalam tentang  Antibiotik, spons laut  dan semua aspeknya. Penyusun

mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Farmakognosi yang telah

membimbing dan teman-teman kelompok sehingga tulisan ilmiah ini dapat

diselesaikan dengan baik. 

Kami menyadari tulisan ilmiah ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu

sebagai penyusun, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk meningkatkan kualitas tulisan ilmiah ini dan kami berharap tulisan ini dapat

 bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 20 Juni 2014

Penulis

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 3/16

 

2 | P a g e  

PENDAHULUAN 

Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah laut sangat

luas, dua pertiganya merupakan wilayah laut, Indonesia memiliki sumberdaya alam

hayati laut yang besar. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah ekosistem terumbu

karang. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi

sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang

 bisa hidup lebih dari 300 jenis karang, lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis

moluska, krustasea, sponge, algae, lamun dan biota lainnya.

Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang

mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini

mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar dibandingkan

dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat (Muniarsih dan

Rachmaniar, 1999). Jumlah struktur senyawa yang telah didapatkan dari spons laut

sampai Mei 1998 menurut Soest dan Braekman (1999) adalah 3500 jenis senyawa, yang

diambil dari 475 jenis dari dua kelas, yaitu Calcarea dan Demospongiae. Senyawa

tersebut kebanyakan diambil dari Kelas Demospongiae terutama dari ordo

Dictyoceratida dan Dendroceratida (1250 senyawa dari 145 jenis), Haplosclerida (665

senyawa dari 85 jenis), Halichondrida (650 senyawa dari 100 jenis), sedangkan ordo

Astroporida, Lithistida, Hadromerida dan Poecilosclerida, senyawa yang didapatkan

adalah sedang dan kelas Calcarea ditemukan sangat sedikit.

Beberapa tahun terakhir ini peneliti kimia memperlihatkan perhatian pada spons,

karena keberadaan senyawa bahan alam yang dikandungnya. Senyawa bahan alam ini

 banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan harganya sangat mahal dalam katalog

hasil laboratorium (Pronzato et, al.,  1999). Ekstrak metabolit dari spons mengandung

senyawa bioaktif yang diketahui mempunyai sifat aktifitas seperti: sitotoksik dan

antitumor (Kobayashi dan Rachmaniar, 1999 ) ,antivirus (Munro et, al., 1989), anti HIV

dan antiinflamasi, antifungi (Muliani et, al.,  1998), antileukimia (Soediro, 1999),

 penghambat aktivitas enzim (Soest dan Braekman, 1999). Selain sebagai sumber

senyawa bahan alam, spons juga memiliki manfaat yang lain, seperti: 1) digunakan

sebagai indikator biologi untuk pemantauan pencemaran laut (Amir, 1991), 2) indikator

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 4/16

 

3 | P a g e  

dalam interaksi komunitas (Bergquist, 1978) dan 3) sebagai hewan penting untuk

akuarium laut (Riseley, 1971; Warren, 1982).

Pemanfaatan spons laut sekarang ini cenderung semakin meningkat, terutama

untuk mencari senyawa bioaktif baru dan memproduksi senyawa bioaktif tertentu.

Pengumpulan spesimen untuk pemanfaatan tersebut, pada umumnya diambil secara

langsung dari alam dan belum ada dari hasil budidaya. Cara seperti ini, jika dilakukan

secara terus menerus diperkirakan dapat mengakibatkan penurunan populasi secara

signifikan karena terjadi tangkap lebih (overfishing ), terutama pada jenis-jenis tertentu

yang senyawa bioaktifnya sudah diketahui aktifitas farmakologiknya dan sulit dibuat

sintesisnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemanfaatan yang berkesinambungan,

kelestarian sumber daya ini perlu dijaga dan dipertahankan. Hal-hal yang dapat merusakdan mengancam kelestariannya harus dicegah dan dikendalikan.

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 5/16

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 6/16

 

5 | P a g e  

antimikroba >10 mm dan salah satu dari isolat tersebut adalah Chromohalobacter  yang

 bersimbiosis dengan spons Callyspongia sp. 

Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui potensi

antibakteri dari bakteri Chromohalobacter sp yang diisolasi dari spons Callyspongia sp 

dan membandingkannya dengan spons Callyspongia sp dengan menggunakan metode

difusi serta mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang dihasilkan oleh keduanya.

Spons adalah hewan yang termasuk Filum Porifera. Filum Porifera terdiri dari

tiga kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae, dan Hexactinellida (Amir dan

Budiyanto,1996; Rachmaniar, 1996; Romimohtarto dan Juwana,1999), sedangkan

menurut Warren (1982),Ruppert dan Barnes (1991), filum Porifera terdiri dari empat

kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae, Hexactinellida, dan Sclerospongia.

Kelas Calcarea adalah kelas spons yang semuanya hidup di laut. Spons ini

mempunyai struktur sederhana dibandingkan yang lainnya. Spikulanya terdiri dari

kalsium karbonat dalam bentuk calcite. Kelas Demospongiae adalah kelompok spons

yang terdominan di antara Porifera masa kini. Mereka tersebar luas di alam, serta jumlah

 jenis maupun organismenya sangat banyak. Mereka sering berbentuk masif dan berwarna

cerah dengan sistem saluran yang rumit, dihubungkan dengan kamar-kamar bercambuk

kecil yang bundar. Spikulanya ada yang terdiri dari silikat dan ada beberapa

(Dictyoceratida, Dendroceratida dan Verongida) spikulanya hanya terdiri serat spongin,

serat kollagen atau spikulanya tidak ada. Kelas Hexactinellida merupakan spons gelas.

Mereka kebanyakan hidup di laut dalam dan tersebar luas. Spikulanya terdiri dari silikat

dan tidak mengandung spongin (Warren, 1982, Ruppert dan Barnes, 1991; Brusca dan

Brusca, 1990; Amir dan Budiyanto, 1996; Romihmohtarto dan Juwana, 1999).

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 7/16

 

6 | P a g e  

Kelas Sclerospongia merupakan spons yang kebanyakan hidup pada perairan

dalam di terumbu karang atau pada gua-gua, celah-celah batuan bawah laut atau

terowongan diterumbu karang. Semua jenis ini adalah bertipe leuconoid yang kompleks

yang mempunyai spikula silikat dan serat spongin. Elemenelemen ini dikelilingi oleh

 jaringan hidup yang terdapat pada rangka basal kalsium karbonat yang kokoh atau pada

rongga yang ditutupi oleh kalsium karbonat (Warren,1982; Harrison dan De Vos,1991;

Ruppert dan Barnes,1991). Morfologi luar spons laut sangat dipengaruhi oleh faktor

fisik, kimiawi, dan biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang

terbuka dan berombak besar cenderung pendek pertumbuhannya atau juga merambat.

Sebaliknya spesimen dari jenis yang sama pada lingkungan yang terlindung atau pada

 perairan yang lebih dalam dan berarus tenang, pertumbuhannya cenderung tegak dan

tinggi. Pada perairan yang lebih dalam spons cenderung memiliki tubuh yang lebih

simetris dan lebih besar sebagai akibat lingkungan dari lingkungan yang lebih stabil

apabila dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan yang dangkal .

Spons dapat berbentuk sederhana seperti tabung dengan dinding tipis, atau masih

 bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak spons juga terdiri dari segumpal jaringan yang

tak tentu bentuknya, menempel dan membuat kerak pada batu, cangkang, tonggak, atau

tumbuh-tumbuhan. Kelompok spons lain mempunyai bentuk lebih teratur dan melekat pada dasar perairan melalui sekumpulan spikula. Bentuk-bentuk yang dimiliki spons

dapat beragam. Beberapa jenis bercabang seperti pohon, lainnya berbentuk seperti sarung

tinju, seperti cawan atau seperti kubah. Ukuran spons juga beragam, mulai dari jenis

 berukuran sebesar kepala jarum pentul, sampai ke jenis yang ukuran garis tengahnya 0.9

m dan tebalnya 30.5 cm. Jenis-jenis spons tertentu nampak berbulu getar karena

spikulanya menyembul keluar dari badannya. 

HUBUNGAN SPONS DAN BAKTERI YANG BERSIOBIOSIS. Interaksi

antara organisme yang hidup dilingkungan akuatik sangat beragam dan peran penting

 pada interaksi tersebut dimainkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme banyak yang

ditemukan tumbuh secara komensal di permukaan juga di dalam berbagai binatang

akuatik, beberapa diantaranya terdapat di organ pencernaannya dimana sejumlah bakteri

sering terdapat. Mikroorganisme dimakan dan digunakan sebagai makanan oleh sejumlah

hewan yang hidup baik itu di sedimen maupun di perairan sehingga faktor nutrisi.

Beberapa hewan dapat hidup dengan sejumlah tetentu bakteri maupun fungi.

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 8/16

 

7 | P a g e  

Lubang yang porus pada spons mengandung sejumlah koloni bakteri (Bertrand

dan Vacelet, 1971 dalam  Rheinhemer, 1991). Hasil penelitian terhadap spons

 Microcionia prolifera, ditemukan bakteri dari genus  Psedomonas, Aeromonas, Vibrio,

 Achromobacter, Flavobacterium dan Corynebacterium  serta  Micrococcus  yang biasa

terdapat di perairan sekitarnya (Madri et al., dalam Rheinhemer, 1991).

Pola makanan spons yang khas yaitu filter feeder (menghisap dan menyaring)

dapat memanfaatkan jasad renik disekitarnya sebagai sumber nutrien diantaranya bakteri,

kapang dan xooxanthela yang hidup pada perairan tersebut. Sedangkan kapang, bakteri

dan xoxanthelae hidup dan berkembang biak dengan memanfaatkan nutrien yang

terdapat pada spons tersebut.

Myers et al (2001) melaporkan bahwa terdapat hubungan simbiotik antara spons

dan sejumlah bakteri dan alga, dimana spons menyediakan dukungan dan perlindungan

 bagi simbionnya dan simbion menyediakan makanan bagi spons. Alga yang

 bersiombiosis dengan spons menyediakan nutrien yang berasal dari produk fotosintesis

sebagai tambahan bagi aktifitas normal filter feeder yang dilakukan sponge.

Pembentukan senyawa bioaktif pada spons sangat ditentukan oleh prekursor

 berupa enzim, nutrien serta hasil simbiosis dengan biota lain yang mengandung senyawa

 bioaktif seperti bakteri, kapang dan beberapa jenis dinoflagellata yang dapat memacu

 pembentukan senyawa bioaktif pada hewan tersebut (Scheuer, 1978 dalam Suryati et al ,

2000). Senyawa terpenoid dan turunannya pada berbagai jenis invertebrata termasuk

spons atau beberapa spesies dinoflagellata dan zooxanthelae yang memiliki senyawa  – 

senyawa yang belum diketahui, yang kemudian diubah melalui biosintesis serta

fotosintesis menghasilkan senyawa bioaktif yang spesifik pada hewan tersebut (Faulkner

dan Fenical, 1977 dalam Suryati et al, 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryati et al   (2000), terhadap

sejumlah spesies spons yang hidup di perairan Spermonde, Sulawesi Selatan, kelimpahan

kapang dan bakteri yang bersimbiosis cukup bervariasi pada sponge sperti diperlihatkan

 pada Tabel 2. Kelimpahan jenis bakteri yang diisolasi dari spons pada umumnya

didominasi oleh bakteri  Aeromonas, Flavobacterium, Vibrio sp, Pseudomonas sp.

 Acinebacter dan Bacillus sp.

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 9/16

 

8 | P a g e  

Tabel 1 : Identifikasi Bakteri Yang Berasal dari Spons

No Nama Spons Spesies Bakteri

1  Acanthela clethera Flavobacterium, Aeromonas sp

2  Aplisina sp Aeromonas sp

3 Callyspongia sp Pseudomonas sp

4 Clathria bacilana Aeromonas sp

5 Clathria reinwardhi Aeromonas sp

6 Jaspis Flavobacterum

7 Phakelia aruensis Bacillus sp, Aeromonas sp

8 Phyllospongia sp Vibrio sp, Pseudomonas sp,

 Aeromonas sp

9 Reniochalina sp Acinetobacter sp

10 Thionella cilindrica Aeromonas sp

11 Stylotella aurantiorum Aeromonas sp, Vibrio sp

12  Xestospongia sp Enterobacteriabceae, Aeromonas sp

Sumber: Suryati et al , 2000

PRODUK ALAM LAUT DARI SPONS. Produk alam laut dikelompokkan atas:

(1) sumber biokimia yang mudah untuk mendapatkan dalam jumlah yang besar dan

 barangkali dapat dirubah ke bahan-bahan yang lebih berharga; (2) senyawa bioaktif

yang termasuk (a) senyawa antimikroba, (b) senyawa aktif secara fisiologi (sinyal

kimia) (c) senyawa aktif secara farmakologi dan (d) senyawa sitotoksik dan antitumor;

(3) Racun laut.

Spons adalah salah satu biota laut yang menghasilkan senyawa bioaktif.

Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh spons laut telah banyak diketahui manfaatnya.

Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai antibakteri, antijamur, antitumor, antivirus,

antifouling dan menghambat aktivitas enzim.

Senyawa antibakteri telah diisolasi dari spons laut jenis:  Discodermia kiiensis,

Cliona celata, lanthella basta, lanlhellcr ardis, Psammaplysila purpurea, .4gelas

 sceptrum, Phakelia . flabellata. Senyawa antijamur telah diisolasi dari spons laut jenis:

 Jaspis sp, Jaspis johnstoni, Geodia sp. Senyawa anti tumor/anti kanker telah diisolasi

dari spons laut jenis:  Aplysina fistularis, A. Aerophoba. Senyawa antivirus telah

diisolasi dari spons laut jenis: Cryptotethya crypta, Ircinia variabilis. Senyawa

sitotoksik diisolasi dari spons laut jenis:  Axinella cannabina, Epipolasis

kuslumotoensis, Spongia officinalis, Igernella notabilis, Tedania ignis, Axinella

verrucosa, Ircinia sp. Senyawa antienzim tertentu telah diisolasi dari spons laut jenis:

 Psammaplysilla purea (Ireland et.al.,1989; Munro et.al . (1989).

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 10/16

 

9 | P a g e  

Protesase adalah enzim yang menghindrolisis ikatan peptida pada protein.

Sering kali protease dibedakan menjadi proteinase dan peptidase. Proteinase

mengkatalisis hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen besar, sedangkan

 peptidase mengkatalisis hidrolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino. Protease

memegang peranan utama di dalam banyak fungsi hayati, mulai dari tingkat sel, organ,

sampai organisme, yaitu dalam melangsung reaksi metabolisme, fungsi regulasi dan

reaksi-reaksi yang menghasilkan sistem berantai untuk menjaga keadaan normal

homeostatis, maupun kondisi patofisiologis abnormal, serta proses kematian secara

terencana.

Kunitz dan Northrop (1936) pertama kali mengisolasi dan mengkristalisasi

inhibitor kallikrein- tripsin. Sejak saat itu, berbagai penelitian menunjukkan bahwainhibitor protease tersebar luas di alam, dan terdapat dalam berbagai bentuk pada

sejumlah binatang dan sel tumbuhan, fungi, actiniomycetes, dan hanya diketahui

 beberapa bakteri saja yang memproduksi inhibitor. Aktivitas biologis dari komponen

 bioaktif sponde sangat beragam-, seperti cytotoxic, antibiotik, anti tumor, antifungal,

antiviral dan inhibitor enzim merupakan komponen yang paling umum ditemukan.

Kimura et al . (1998) mengisolasi garam 1 –  Methyherbipoline dari Halisulfate-

1 dan Suvanin sebagai inhibitor protease serin dari sponge jenis Coscinodermamathewsi. Komponen bioaktif alami yang merupakan peptida makrosiklik berhasil

diisolasi dari spons jenis Theonella swinhoei  yang berasal dari perairan Jepang.

Komponen ini dikenal denagn nama Cyclotheonamida A dabn B yang menunjukkan

aktivitas penghambatan terhadap serin protease seperti thrombin dan mempunyai dua

 bentuk utama yaitu cyclothonamida A (C36H45 N9O81) serta cyclotheonamida B

(C34H47 N9O8) yang mengandung vinylogous tyrosine (V-Tyr) dan alpa  – ketoarginin

residu yang merupakan jenis asam amino yang belum diketahui secara pasti di alam.

Tabel 1. Data  pengukuran diameter hambatan ekstrak etil asetat Chromohalobacter sp dan

ekstrak kloroform Callyspongia sp  terhadap pertumbuhan bakteri uji Salmonella

typhi dan setelah 24 jam dan 48 jam.

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 11/16

 

10 | P a g e  

O’Keefe et al. (1998) berhasil mengisolasi Adociavirin dari sponge adocia sp,

ekstrak yang dilarutkan dalam air destilasi potensial sebagai antisitopatik dalam sel

CEM-SS yang terinfeksi oleh HIV-1. Pemurnian protein aktif yang diberi nama

adociavirin menggunkan isoelectric focusing, asam amino analisis, Maldi-Tof mass

spectrometry dan N- terminal sequencing. Sponge Adocia sp yang disolasi komponen

adociavirin berasal dari perairan Bay, New Zealand. Matsunaga (1998) yang berasal

dari jepang berhasil mengisolasi senyawa 1- asam carboxymethylnicotinic dari sponge

 Antosigmella raromicroscera  yang dipergunakan sebagai sistein inhibitor protease.

Spons laut menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi yang bersifat antibakteri, antijamur,

antibiofouling dan ichtyotoksik. Bioaktifitas antibakteri ekstrak kasar spons laut

terdapat pada beberapa jenis, seperti: Halichondria sp, Callyspongia pseudoreticulata,

Callyspongia sp dan  Auletta sp (Suryati et, al., 1996). Beberapa spons yang belum

diketahui jenisnya, yang aktif terhadap bakteri Staphylococcus aures, Bacillussubtilis

dan Vibrio cholerae Eltor (Rachmaniar, 1996).

Bioaktifitas antijamur ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis,

seperti:  Auletta spp., yang aktif terhadap jamur  Aspergillus fumigatus, Clathria spp., 

yang aktif terhadap  Aspergillus spp., Aspergillus fumigatus dan  Fusarium spp.,

Theonella cylindrica, yang aktif terhadap  Aspergillus spp., Aspergillus fumigatus dan

 Fusarium spp dan Fusarium solani (Muliani et, all., 1998)

Bioaktifitas antibiofouling ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis,

seperti:  Asterospus sarasinorum, Callyspongia sp., Clathria sp., Clathria jaspis,  yang

keaktifannya tinggi terhadap teritip ( Balanus amphirit ) ;  Echynodicum sp., Gelliodes

 sp., Pericarax sp., Xestopongia sp., yang keaktifannya rendah terhadap teritip ( Balanus

amphirit )  (Suryati et, all.,  1999). Bioaktivitas ichtyotoksik ekstrak kasar spons laut

terdapat pada beberapa jenis, seperti:  Auletta spp, Callyspongia sp, Callyspongia

 pseudoreticulata, yang toksik terhadap nener bandeng (Chanos chanos) (Parenrengi et,

al., 1999).

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 12/16

 

11 | P a g e  

Hasil pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak etil asetat bakteri

Chromohalobacter sp dan ekstrak kloroform Callyspongia sp terhadap kedua bakteri uji

tersebut setelah 24 jam dan 48 jam diperlihatkan pada tabel 1.Pada sebuah penelitian

menunjukkan hasil identifikasi menggunakan pereaksi kimia, dan dihasilkan noda-noda.

 Noda-noda yang aktif tersebut selanjutnya disemprot dengan menggunakan beberapa

 pereaksi kimia untuk menentukan golongan senyawa. Hasil identifikasi golongan

senyawa untuk Chromohalobacter sp  dan Callyspongia sp  dapat dilihat pada tabel 3

 berikut :

Tabel 3. Hasil identifikasi golongan senyawa dengan pereaksi kimia pada lempeng

KLT Chromohalobacter sp (Ch) dan Callyspongia sp (C).

Keterangan :

Ch : Ekstrak Etil Asetat Chromohalobacter sp. 

C : Ekstrak Kloroform Spons Callyspongia sp. 

+ : Positif (termasuk golongan senyawa Steroid/Terpenoid/Alkaloid)

-  :Negatif (tidak termasuk golongan senyawa Steroid/Terpenoid/Alkaloid)

Pada identifikasi awal penampakan noda dengan menggunakan pereaksi H2SO4 

dapat dilihat bahwa ekstrak kloroform Callyspongia sp mempunyai senyawa golongan

steroid dan terpenoid, dimana positif steroid ditandai dengan bercak unggu pada nilai Rf

0,87 sedangan terpenoid ditandai dengan bercak biru pada nilai Rf 0,51. Hal ini di

 perkuat dengan pereaksi Libermen bouchard dan asam perklorat dimana pada noda

dengan nilai Rf yang sama memperlihatkan bercak ungu dan biru, dan ini membuktikan

 bahwa ekstrak kloroform Callyspongia sp  mempunyai senyawa golongan steroid dan

Terpenoid. Dengan menggunakan pereaksi Dragendorf, ekstrak kloroform Callyspongia

 sp  dan ekstrak etil asetat Chromohalobacter sp menunjukkan positif untuk golongan

KodeSampel

 Nodake:

 NilaiRf

UV H2SO4  LibermenBouchard

AsamPerklorat

Dragendorf   Warna Noda

Gol.Senyawa 

Ch 1 0,86 

366

&

254- - - + Jingga Alkaloid

C

2 0,51 366 + + + - Biru Terpenoid

1 0,87366

&

254+ + + - Ungu Steroid

2 0,81 254 + - - + Jingga Alkaloid

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 13/16

 

12 | P a g e  

senyawa alkaloid yang ditandai dengan bercak noda berwarna jingga. Bercak jingga pada

ekstrak Callyspongia sp terletak pada nilai Rf 0,81 sedangkan bercak jingga pada ekstrak

Chromohalobacter sp terletak pada nilai Rf 0,86.

Hasil yang diperoleh pada identifikasi golongan senyawa dengan menggunakan

 beberapa pereaksi kimia pada ekstrak etil asetat bakteri Chromohalobacter sp  dan

ekstrak kloroform Callyspongia sp diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 1. Identifikasi golongan senyawa dengan menggunakan beberapa pereaksi kimia

 pada ekstrak etil asetat Chromohalobacter sp dan ekstrak kloroform

Callyspongia sp 

Keterangan:C = Ekstrak Kloroform Callyspongia sp

Ch = Ekstrak Etil Asetat Chromohalobacter sp

Terbentuknya warna pada noda disebabkan oleh adanya reaksi antara Dari hasil

identifikasi pada tabel 3 dan gambar 1 di atas, diketahui bahwa pada ekstrak etil asetat

Chromohalobacter sp  mengandung golongan senyawa alkaloid sedangkan untuk

ekstrak kloroform Callyspongia sp mengandung senyawa golongan steroid, terpenoid,

dan alkaloid.

Dragendorf  

Rf 0,86

H2SO4 Asam Peklorat  Libermen Bouchard 

Rf 0,87

Rf 0,81

Rf 0,51Rf 0,51

Rf 0 87

Rf 0,51

Rf 0,87

C  Ch 

C  C C 

Rf 0,81

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 14/16

 

13 | P a g e  

Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Chromohalobacter sp  dan spons

Callyspongia sp  yang memiliki interaksi simbiosis, ternyata keduanya mampu

memproduksi senyawa antibakteri, khususnya untuk golongan senyawa alkaloid. Ini

diduga karena adanya hubungan simbiosis yang terjadi antara bakteri

Chromohalobacter sp dengan spons Callyspongia sp.

Pemanfaatan spons laut sekarang ini cenderung semakin meningkat, terutama

untuk mencari senyawa bioaktif baru dan memproduksi senyawa bioaktif tertentu.

 Namun, dengan pengambilan spons secara terus-menerus tanpa adanya budidaya dapat

dipastikan mengakibatkan penurunan jumlah populasi yang signifikan karena adanya

tangkap lebih (overfishing ), terutama pada jenis-jenis tertentu yang senyawa

 bioaktifnya sudah diketahui aktifitas farmakologisnya dan sulit dibuat sintesisnya.

Karena itu, salah satu cara menjaga kelestarian spons Callyspongia sp  adalah

dengan memanfaatkan ekstrak bakteri simbionnya dalam hal ini Chromohalobacter sp. 

Pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa ekstrak   Chromohalobacter sp  mampu

menghasilkan senyawa yang sama dengan ekstrak spons Callyspongia sp  yaitu

keduanya mampu menghasilkan senyawa golongan alkaloid dan keduanya

menunjukkan aktivitas sebagai antibakteri.

Pada tabel 1 terlihat bahwa hasil pengukuran diameter daerah hambatan dari

ekstrak etil asetat bakteri Chromohalobacter sp dan ekstrak kloroform Callyspongia sp 

yang terbentuk terhadap bakteri uji Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus

menunjukkan hasil yang berbeda. Pada masa inkubasi 24 jam, ekstrak etil asetat bakteri

Chromohalobacter sp  tidak menunjukkan zona hambatan terhadap bakteri patogen

Salmonella typhi  dan 12,10 mm terhadap Staphylococcus aureus. Setelah masa

inkubasi dilanjutkan sampai 48 jam, ekstrak etil asetat bakteri Chromohalobacter sp 

memperlihatkan terjadinya penurunan diameter daerah hambatan yaitu dari 12,10 mm

menjadi 11,80 mm terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus  sedangkan terhadap

 bakteri uji Salmonella typhi  ekstrak etil asetat Chromohalobacter sp  tetap tidak

menunjukkan zona hambatan.

Hasil pengukuran diameter daerah hambatan untuk ekstrak kloroform

Callyspongia sp pada masa inkubasi 24 jam menunjukkan zona hambatan 10,25 mm

terhadap bakteri uji Salmonella typhi  dan 12,32 mm terhadap bakteri uji

Staphylococcus aureus. Setelah inkubasi dilanjutkan sampai 48 jam, ekstrak kloroform

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 15/16

 

14 | P a g e  

Callyspongia sp juga menunjukkan penurunan diameter daerah hambatan seperti yang

terjadi pada ekstrak etil asetat bakteri Chromohalobacter sp yaitu dari 10,25 mm

menjadi 10,13 mm terhadap bakteri uji Salmonella typhi dan 12,32 mm menjadi 12,25

mm terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus.

Penelitian ini melaporkan bahwa senyawa bioaktif yang dimiliki oleh spons

Callyspongia sp. mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri patogen dan salah

satu diantaranya adalah bakteri Staphylococcus aureus.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Ekstrak etil asetat bakteri Chromohalobacter sp bersifat antimikroba spektrum sempitkarena dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Staphylococcus aureus)

dan bersifat bakteriostatik sedangkan ekstrak kloroform Callyspongia sp bersifat anti

mikroba spektrum luas karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif

(Staphylococcus aureus) dan gram negatif (Salmonella typhi) dan bersifat

 bakteriostatik.

Hasil analisis KLT-Bioautografi dari ekstrak etil asetat bakteri Chromohalobacter sp

terdapat satu senyawa aktif yaitu senyawa dengan nilai Rf 0,86 yang dapat

menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus sedangkan hasil analisis KLT-

Bioautografi dari Ekstrak kloroform Callyspongia sp terdapat tiga senyawa aktif yaitu

senyawa dengan nilai Rf 0,51 yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella thypi 

dan dua senyawa dengan nilai Rf 0,87; Rf 0,81 yang dapat menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus. 

Ekstrak kloroform Callyspongia sp  pada nilai Rf 0,87 teridentifikasi golongan

senyawa steroid dan nilai Rf 0,51 terpenoid sedangkan nilai Rf 0,81 dari ekstrak

klorororm Callyspongia sp dan nilai Rf 0,86 dari ekstrak etil asetat Chromohalobacter

 sp keduanya teridentifikasi golongan alkaloid.

7/21/2019 Farmakognosi Spons Laut

http://slidepdf.com/reader/full/farmakognosi-spons-laut 16/16

 

15 | P a g e  

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah.2007.Antimikroba.(http:/www.beritaiptek.com/zberita-berita

antimikroba(bagian-kedua).shmtl).diakses pada 10 Agustus 2009. 

Braekman, J.C., Daloze. Stoller, dan Van Soest, 1992, Chemotaxonomy of

Callyspongia   [(Porifera: Demospongiae), Biochem, Syst, Ecol,  417  –   431.

http://www.mkoeck@awi-brenerhaven,de. Diakses 1 Maret 2009. 

Borja,A.,Webster,N., Murphy,P., and Hill,R.T. 2002. Microbial Symbionts of Great

Barrier Reef Sponge  (On line). File://A:\Microbial%20  Symbionts% 20 of

%20 Great %20 Barrier. 

Djide, M.N. 2003. Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar. 84,87,88. 

Garrity, G. 2000. Bergey’s Manual Systematic Bacteriology 2nd

 Edition, http : //www.cme.msu.edu/Bergey’s/outline.prn.pdf.25 July 2005. 

 Nurhaedar. 2008. Potensi Bakteri Simbion Spons Class Demospongiae Sebagai

Sumber Senyawa Antimikroba. Makalah Poster Seminar Nasional Persatuan

Biologi Indonesia Ke – XIX. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Prakash, Veeranagouda, Kyoung and Sreeramulu. 2009.  Xylanase production

using inexpensive agricultural wastes and its partial characterization from a

halophilic Chromohalobacter sp sp. TPSV 101 alobacter  sp. TPSV 101. World

Jounal of Microbiology and Biotechnology Vol. 25 No. 2. 197-204.

Shnchez-Porro Cristina, Tokunaga Hiroko, Tokunaga Masao, Ventosa, A. 2007.

Chromohalobacter japonicus  sp  a moderately halophilic bacterium isolated

from a Japanese salty food. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology. Vol. 57 No. 10. Page 2262-2266.

Suparno .2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Porifera: Demospongiae) Suatu Peluang

Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia dalam

BidangFarmasi,(Online), 

(http://72.14.203.104/search?q=cache:uflSEp5vNhoJ:tumoutou.net/pps702_

10245/suparno 

Suryati E., Parenrengi, dan Rosmiati. 2000. Penapisan serta analisis kandungan

bioaktif spons Clathria sp  yang efektif sebagai anti biofouling pada teritif

(Balanus amphitrit ). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.5 No. 3.

Halaman 47-54. 

Wibowo, E.A, Supriyono, A., Subintoro, Rusman, Y. 2007. Studi Eksplorasi

Senyawa Metabolit Sekunder Dari Biota Laut. Jurnal sains dan teknologi

BPPT. Pustaka Iptek. Sentra Informasi Ilmu pengetahuan dan Teknologi.