Family Folder epylepsi case

download Family Folder epylepsi case

of 39

Transcript of Family Folder epylepsi case

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    1/39

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik kejang berulang muncul

    tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan saraf yang

    tidak terkontrol baik sebagian maupun seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa di

    indikasikan sebagai disfungsi otak.1 Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar

    50/100,000 sementara di Negara berkembang mencapai 100/100,000. Pendataan secara

    global ditemukan 3.5 juta kasus baru per tahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan

    dewasa sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut. Gejala dan tanda

    klinik bangkitan epilepsi sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi neuron kortikal

    yang mengalami gangguan. Loncatan elektrik abnormal sebagai pencetus serangan sangat

    sering berasal dari neuron-neuron kortikal. Faktor lain yang ikut berperan dalam

    terjadinya bangkitan adalah ketidakseimbangan neurotransmiter eksitasi dan inhibisi, dan

    gangguan saluran ion di reseptor yang berperan terhadap kegiatan eksitatorik

    neurotransmiter. Ikatan eksitatorik dengan reseptor terkait akan membuka pintu untuk

    masuknya ion kalsium yang berlebihan kedalam sel sebagai penyebab dari kematian sel

    yang berdampak pada kualitas otak dalam hal ini fungsi hipokampus dan korteks serta

    mengarah pada gangguan perilaku termasuk bunuh diri.1

    Epilepsi secara garis besar dapat digolongkan menjadi epilepsi idiopatik dan

    epilepsi simtomatik. Epilepsi simtomatik adalah epilepsi yang disertai gejala neurologik

    lainnya dan terdapat kelainan struktur atau metabolik pada otak yang dapat dideteksi.Ada

    beberapa penyebab yang mungkin mendahului terjadinya epilepsi simtomatik ini,

    diantaranya gangguan perkembangan otak sebelum lahir, kekurangan oksigen ketika atau

    setelah lahir, trauma kepala, tumor, kejang demam prolong, dan infeksi otak yang berat

    seperti meningitis atau ensefalitis.(4) Sebaliknya epilepsi idiopatik adalah epilepsi yang

    tidak disertai tambahan gejala neurologik lainnya dan diketahui bahwa penyakit ini

    diwariskan (berlatar belakang genetik) tetapi belum diketemukan penyebabnya. Epilepsi

    dengan latar belakang genetik ini menempati 40% dari pasien-pasien epilepsi2.

    Walaupun terjadi kekurangan data tentang epidemiologi epilepsi di Indonesia, tapi

    rata-rata prevalensinya akan tidak berbeda jauh dari rata-rata prevalensi di negara-negara

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    2/39

    2

    tetangga Indonesia, yaitu sekitar 3,9/1000 sampai 5,6/1000 (meta analisis dari 20 studi).

    Dengan rata-rata prevalensi 0,5% dari populasi penduduk yang berjumlah 220 juta lebih,

    maka kira-kira 1,1 juta orang di Indonesia menderita epilepsi.(5) Di Indonesia, epilepsi

    sudah lama dikenal oleh masyarakat denganberbagai nama, diantaranya ayan, sawan

    celeng dan lain-lain. Namun masih sering masyarakat menganggap epilepsi atau ayan,

    bukan sebagai penyakit, akan tetapi sebagai akibat kekuatan gaib, kutukan atau

    kesurupan, sehingga banyak di antara para penderita epilepsi tidak mendapat perhatian

    selayaknya.1,2

    Epilepsi juga sering dikaitkan dengan penyakit jiwa atau intelegensi rendah.

    Kurangnya pengertian tentang epilepsi di kalangan masyarakat merupakan sebab utama

    mengapa masalah epilepsi belum dapat ditanggulangi dengan baik. Kebanyakan penderita

    tidak atau tidak teratur berobat pada dokter, anak-anak yang menderita epilepsi sering

    tidak disekolahkan atau dikeluarkan dari sekolah karena mendapat serangan-serangan

    kejang. Di kalangan dokter pun masih banyak yang belum memahami benar masalah

    epilepsi. Hal ini sangat disanyangkan, karena sebagian besar penderita epilepsi akan

    dapat sekolah, bahkan hingga tingkat universitas dan dapat bekerja serta hidup bahagia

    apabila serangan-serangan epilepsi dapat dicegah2

    1.2. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

    Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti Kepanitraan

    Klinik bagian Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas

    Muhammadiyah Palembang.

    2. Tujuan KhususMahasiswa belajar menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga

    dalam mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien, tetapi juga faktor

    psikososial dari keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit serta peran

    serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    3/39

    3

    1.3. Manfaat PenulisanA. Manfaat untuk Puskesmas

    Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat

    meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan

    umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalisasi peran

    puskesmas.

    B. Manfaat untuk MahasiswaSebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan

    kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    4/39

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Epilepsy ialah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang

    datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik

    abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi. Serangan

    itu ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula2

    Epilepsy adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi,

    yang dicirikan oleh timbulnya serangan paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan

    listrik neuron serebral secara eksesif. Tergantung pada jenis gangguan dan daerah

    serebral yang secara berkala melepaskan muatan listriknya maka terdapatlah berbagai

    jenis epilepsi jika daerah korteks, visual yang melepaskan gaya epileptiknya, maka

    serangan epileptik yang bangkit terdiri dari terlihatnya skotoma-skotoma. Bila neuron

    korteks motorik yang melepaskan muatan listrik mereka secara eksesif, maka timbulah

    kejang tonik-klonik.3

    2.2 ETIOLOGI Idiopatik ; sebagian besar epilepsy pada anak adalah epilepsy idiopatik Faktor herediter ; ada beberapa yang bersifat herediter yang disertai bangkitan

    kejang seperti Sklerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis,

    ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia

    Faktor genetik ; pada kejang demam dan breath holding spells Kelainan kongenital otak ; atrofi, poensefali, angenesis korpus kalosum Gangguan metabolic ; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia Infeksi ;radang yang disebabkan bakteri atauvirus pada otak dan selaputnya,

    toksoplasmosistrauma ; kontusio serebri, hematoma subarachnoid, hematoma

    subdural.

    Neoplasma otak dan selaputnya Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    5/39

    5

    Keracunan ; timbale (pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air Lain-lain ; penyakit darah, gangguan keseimbangan hormone, degenerasi serebral

    dan lain lain.3

    2.3. EPIDEMIOLOGI

    Epilepsi dapat terjadi pada pria maupun wanita dan pada semua umur. Insiden

    epilepsi di dunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000 penduduk tiap tahunnya. (WHO,

    2006) Insiden ini tinggi pada negara-negara berkembang karena faktor resiko untuk

    terkena kondisi maupun penyakit yang akan mengarahkan pada cedera otak adalah lebih

    tinggi dibanding negara industry. Ditinjau dari jenis kelamin, pria sedikit lebih beresiko

    terkena epilepsi dibandingkan wanita4

    2.4 GEJALA KLINIS

    Menurut Commision of Classification and Terminology of The International

    Languange against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsy sebagai berikut :

    A. Sawan parsial sederhana; sawan parsial dengan keadaan tetap normal

    1. Dengan gejala motorik :

    Fokal motorik tidak menjalar : sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari suatu bagian tubuh dan menjalar

    meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsy Jackson.

    Versif : sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh Postural : sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien

    mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu

    2. Dengan gejala somatosensoris atau sensoris special; sawan disertai halusinansi

    sederhana yang mengenai lima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo.

    Somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    6/39

    6

    Visual : terlihat cahaya Auditoris : terlihat sesuatu Olfaktoris : tercium sesuatu Gustatorius : terkecap sesuatu Disertai vertigo

    3. Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat,

    berkeringat, membera, polioreksi, dilatasi pupil)

    4. Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)

    Disfasia : gangguan bicara misalnya mengulang suatu suku kata, kata, atau bagiankalimat

    Dismnesia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami,mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak pernah mengalami, mendengar,

    melihat, mengetahui sesuatu. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di

    masa lalu, merasa seperti melihatnya lagi

    Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihatnya merasa lebih kecil atau lebih

    besar

    Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara, music, melihatsuatu fenomena tertentu dan lain-lain

    B. Sawan parsial kompleks (disertai gangguan kesadaran)

    1. Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : kesadaran mula-mulabaik lalu menurun

    Dengan gejala parsial sederhana A1-A4 ; gejala-gejala pada golongan A1-A4

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    7/39

    7

    diikuti dengan menurunnya kesadaran

    Dengan automatisme : automatisme yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbuldengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah-ngnyah, menelan-nelan, wajah

    muka berubah seringkali seperti ketakutan, menata-nata sesuatu, memegang-megang kancing baju, berjalan, mengembara tak tentu, berbicara dan lain-lain

    2. Dengan penurunan kesadaran sejak serangan : kesadaran menurun sejakpermulaan serangan ,hanya dengan penurunan kesadaran.

    C. Sawan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik,

    klonik)

    1. Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum2. Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum3. Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitran parsial kompleks lalu

    berkembang menjadi bangkitan umum

    3. Sawan Umum (Konvulsif atau Non-konvulsif)

    1. Sawan Lena (Absance)

    Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong,

    bola mata dapat berputar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya sawan ini

    berlangsung selama . - . menit dan biasanya dijumpai pada anak.

    Hanya penurunan kesadaran Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonik ringan biasanya dijumpai pada

    kelopak mata atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya bilateral.

    Dengan komponen atonik. Pada sawan ini, dijumpai otot-otot leher, lengan,tangan, tubuh mendadak melemas sehingga tampak mengulai.

    Dengan komponen tonik. Pada sawan ini dijumpai otot-otot ekstremitas, leher taupunggung mendadak mengejag, kepala, badan menjadi emlengkung ke belakang,

    lengan dapat mengetul atau mengedang.

    Dengan automatisme

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    8/39

    8

    Dengan komponen autonom

    2. Lena Tak Khas (Atypical Ansance)

    Dapat disertai :

    Gangguan tonus yang lebih jelas Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak .5

    2.5 KLASIFIKASI

    Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Againts Epilepsy (ILAE)

    terdiri dari dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan

    klasifikasi untuk sindrom epilepsi.

    Klasifikasi epilepsi berdasarkan jenis bangkitan (tipe serangan epilepsi):

    1. Serangan parsiala. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)

    Dengan gejala motorik. Dengan gejala sensorik. Dengan gejala otonom. Dengan gejala psikis.

    b. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)

    Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguankesadaran.

    Gangguan kesadaran saat awal serangan.

    c. Serangan umum sederhana Parsial sederhana menjadi tonik-klonik. Parsial kompleks menjadi tonik-klonik. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-

    klonik.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    9/39

    9

    2. Serangan umum

    Absans (Lena). Mioklonik. Klonik. Tonik. Atonik (Astatik). Tonik-klonik.

    3. Serangan yang tidak terklasifikasi6

    2.6. PATOFISIOLOGI

    Secara umum, epilepsy terjadi karena menurunnya potensial membrane sel saraf

    akibat patologik dalam otak, gaya mekanik atau toksik, yang selanjutnya menyebabkan

    terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut. Beberapa penyelidikan menunjukkan

    peranan asetilkolin sebagai zat yang merendahkan potensial membrane posinaptik dalam

    hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja sehingga manifestasi klinis

    pun muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolin sudah cukup tertimbun dipermukaan otak,

    maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kortikal dipermudah. Asetilkolin diproduksioleh sel-sel saraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran

    awas waspada lebih banyak asetilkolin yang merembes keluar dari permukaan otak

    daripada selama tidur.3

    Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak sehat. Pada tumor

    cerebri atau adanya sikatris setempat pada permukaan otak sebagai gejala sisa dari

    meningitis, ensepalitis, ontosio cerebri atau trauma lahir, dapat terjadi penimbunan

    setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan terjadi lepas muatan listrik

    sel-sel saraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi tertentu untuk

    dapat merendahkan potensial membrane sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi.3

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    10/39

    10

    Pada epilepsy idopatik, tipe Grand Mal, secara primer muatan listrik dilepaskan

    oleh nukleli intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai centrecephalic. Inti ini

    merupakan terminal dari lintasan asendens aspesifik atau lintasan asendens

    ekstralemsnikal. Input dari korteks serebri melalui lintasan aferen aspesifik itu

    menentukan derajat kesadaran. Bila mana sama sekali tidak ada input maka timbulah

    koma. Pada Grand Mal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas

    muatan listrik dari inti-inti intralamina talamik secara berlebih. Perangsangan

    talamokotikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus

    menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima impuls aferen dari dunia

    luar sehingga kesadaran hilang3

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian dari substansia retikularis di bagian

    rostral dari mesensefalon yang dapat melakukan blockade sejenak terhadap inti-inti intra

    laminar talamik sehingga kesadaran menghilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang

    pada otot skeletal yang dikenal sebagai petit mal.4

    2.7. DIAGNOSA

    Pada dasarnya, diagnosis semua jenis epilepsi ditegakkan melalui:

    1. Anamnesis, ditujukan terutama untuk mencari penyebab yang mendasari.Beberapa hal pada anamnesis yang perlu digali adalah: pola/bentuk bangkitan,

    durasi bangkitan, gejala sebelum, selama, dan sesudah bangkitan, frekuensi

    bangkitan, faktor pencetus, penyakit saat ini, usia saat bangkitan pertama,

    riwayat selama dalam kandungan sampai perkembangan anak, riwayat terapi

    epilepsi, dan riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga.

    2. Pemeriksaan fisik, sesuai dengan gejala klinis dan penyebabnya, seperti yangsudah dijelaskan sebelumnya.

    3. Pemeriksaan tambahan yaitu EEG, brain imaging, laboratorium, dan EKG.

    Ada 3 langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu

    b. Langkah pertama, memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksismal

    menunjukkan bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    11/39

    11

    c. Langkah kedua, apabila benar terdapat bangkitan epilepsi, maka tentukan bangkitan

    yang ada termasuk jenis bangkitan yang mana.

    d. Langkah ketiga, tentukan etiologi, sindrom epilepsi apa yang ditunjukkan oleh

    bangkitan, atau epilepsi apa yang di derita oleh pasien.

    Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik dalam

    bentuk bangkitan epilepsi berulang (minimal 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran

    epileptiformpada EEG.

    Diagnosis epilepsy pada pasien ini dibuat berdasarkan hasil anamnesis yang

    didapatkan adanya riwayat kejang yang berulang yakni ketika SMP dan awal SMA.

    Selain itu pasien ini sebenarnya sudah mendapatkan riwayat OAE, namun kejang saat ini

    muncul dikarenakan pasien akhir-akhir ini tidak meminum obat secara teratur atau juga

    mungkin dosis obat yang diberikan perlu untuk ditingkatkan. Untuk menunjang

    terapi,dan prognosis pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang yakni EEG.4

    Pertanyaan mengenai gambaran sawan kepada keluarga

    1. Apakah sawan dimulai atau mengenai satu bagian badan atau langsung mengenai

    kedua sisi?

    2. Apakah kesadaran berubah, menurun, menjadi pingsan atau tetap baik?

    3. Bila bangkitan dimulai dari satu tempat, apakah menjalar, meluas kedaerah lain?

    4. Apakah penderita tampak menjadi pucat, muka menjadi merah, berkeringat, mulut

    berbusa, kencing dan lain-lain?

    5. Apakah penderita selama bangkitan melakukan gerakan-gerakan atau menunjukkan

    tingkah laku tertentu?

    6. Bagaimana gambaran bangkitan, otot-otot lemas atau kaku, melojot, atau kaku dulu

    diikuti kelojot?

    7. Berapa lama kira-kira berlangsungnya serangan?

    8. Bagaimana tingkah laku penderita sesudah serangan selesai?

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    12/39

    12

    Pertanyaan yang diajukan padapenderita

    1. Apakah ada tanda-tanda akan datangnya serangan?2. Apa merasakan sesuatu pada kulit, melihat, mendengar, terkecap, terhirup

    sesuatu, atau merasa pusing ketika mendapat serangan?

    3. Apakah merasa takut, marah, perasaan berubah?4. Apakah benda yang dilihat, bunyi yang didengar berubah?5. Apakah ingat apa yang terjadi atau dialami ketika mendapat serangan?Kepada keluarga penting pula ditanyakan mengenai frekuensi, saat-saat terjadinya

    sawan, pengobatan yang telah didapat dan bagaimana hasilnya.

    Frekuensi, saat sawan, terapi

    1. Berapa kali timbulnya serangan sehari, seminggu, sebulannya?

    2. Bila saat-saat timbulnya bangkitan, misalnya bila terlalu lelah, terlambat makan,

    waktu tidur, pada wanita apa ada hubungannya pada haid?

    3. Pengobatan apa yang telah didapat, apakah obat dimakan teratur dan bagaimana

    hasilnya?5

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pada bayi

    Pada pemeriksaan diselidiki apakah ada kelainan bawaan, asimetri pada badan,

    ekstremitas, dicatat besarnya dan bentuk kepala, diukur kelilingnya, keadaan fontanel

    harus diperiksa pula. Kelainan yang mungkin ditemukan ialah makrosefali,

    mikrosefali, hidrosefalus. Fontanel akan menonjol bila tekanan dalam rongga kepala

    meningkat. Pada pemeriksaan neurologis harus diperiksa reflex Moro, reflex hisap,

    reflex pegang dan reflex tonik leher di samping pemeriksa lainnya.

    Pada anak dan orang dewasa

    Pemeriksaan umum dan neurologis dilakukan seperti biasanya. Pada kulit dicari

    adanya tanda-tanda neurofibromatosis. Berupa bercak-bercak cokelat, bercak-bercak

    putih dan adenoma sebaseum pada muka pada sklerosis tuberose.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    13/39

    13

    Hemangioma pada muka dapat menjadi tanda adanya penyakit Sturge-Weber. Pada

    toksoplasmosis, fundul okuli mungkin menunjukkan tanda-tanda korio retinitis.

    Jangan dilupakan mencatat adanya kelainan bawaan, asimetri pada kepala, muka,

    tubuh, ekstremitas, pemeriksaan E.E.G. lihat pembahasan E.E.G. pada epilepsy.

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Perlu diperiksa kadar glukosa, kalsium, magnesium, natrium, bilirubin, ureum dalam

    darah. Yang memudahkan timbulnya kejang ialah keadaan hipoglikemia,

    hipokalemia, hipomagnesemia, hipo atau hipernatremia, hiperbilirubinemia, uremia.

    Penting pula diperiksa pH darah karena alkalosis mungkin pula disertai kejang.

    Pemeriksaan cairan otak dapat mengungkapkan adanya radang pada otak atau

    selaputnya, toksoplasmosis susunan saraf sentral, leukemia tumor ganas, adanya

    perdarahan otak atau perdarahan subaraknoid.

    PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

    Pada foto rontgen kepala dapat dilihat adanya kelainan-kelainan pada tengkorak.

    Klasifikasi abnormal dapat dijumpai pada toksoplasmosis, penyakit inklusi

    sitomegalik, sklerosis tuberose, kraniofaringeoma, meningeoma, oligodendroglioma.

    Sken tomografik olahan computer dapat lebih jelas menunjukkan kelainan-kelainan

    pada tengkorak dan dalam rongga intrakranium. Arterografi dan pneumoensefalografi

    dilakukan bila dianggap perlu.

    PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS ATAU PSIKIATRIS

    Untuk diagnostik bila diperlukan dilakukan uji coba yang dapat menunjukkan naik-

    turunnya kesadaran, misalnya test Bourdon-Wiersma.6

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    14/39

    14

    2.8. DIAGNOSIS BANDING

    Setiap penyakit yang mengakibatkan kesadaran menurun mendadak atau disertai

    gejala-gejala yang datang dengan tiba-tiba perlu di bedakan dari epilepsy. Sinkop,

    gangguan jantung, gangguan sepintas peredaran darah otak,hipoglikemia, keracunan,

    breath holding spells, hysteria,narkolepsi, pavor nokturnus, paralisis tidur, migren.5

    2.9. PENATALAKSANAAN

    Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa menggangu

    kapasitas fisik dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan

    medikamentosa dan pengobatan psikososial5

    Pengobatan Medikamentosa

    Pada epilepsy yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi

    penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, maka di samping

    pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar

    yang perlu dipertimbangkan:

    1. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan faktor pencetusnya,

    pemberian obat harus dipertimbangkan.

    2. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakan; ini berarti pasien mengalami

    lebih dari dua kali sawan yang sama

    3. Obat yang diberikan disesuaikan dengan jenis sawan.

    4. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas akan

    berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi obat.

    5. Dosis obat disesuaikan secara individual.

    6. Evaluasi hasilnya

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    15/39

    15

    Bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:

    Salah etilogi: kelainan metabolism,neoplasma yang tidak terdeteksi, adanyapenyakit degeneratis susunan saraf pusat.

    Pemberian obat antiepilepsi yang kurang tepat Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur Faktor emosional sebagai pencetus Termasuk intractable epilepsy.

    7. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2-3 tahun.Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan dosisinya.

    Tabel Obat pilihan

    berdasarkan jenis

    sawan Bangkitan

    Jenis obat

    Fokal/parsial

    Sederhana

    Kompleks

    Tonik-klonik umum

    sekarang

    Umum

    Tonik-klonik

    Mioklonik

    Absens/petit mal

    CBZ, PB, PHT

    CBZ, PB, PHT, VAL

    CBZ, PB, PHT, VAL

    CBZ, PB, PHT, VAL

    CLON, VAL

    CLON, VAL

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    16/39

    16

    Tabel D

    osis obatanti-

    epilepsi dan

    konsentrasi

    dalamplasma

    Jenis obat

    Dosis

    (mg/kgBB/hari

    )

    Cara

    Pemberian

    Konsentraasi

    Dalam plasma

    Fenobarbital

    Fenitioin

    Karbamazepi

    n

    Asam

    Valproat

    Klonazepam

    Diazepam

    15

    420

    420

    1060

    0,050,2

    0,050,015

    0,40,5

    1x/hari

    1-2x/hari

    3x/har

    3x/hari

    3x/hari

    IV

    Per rektal

    20-40

    10-20

    4-1 0

    50-100

    10-80

    0,3-0,7

    Pengobatan Psikososial

    Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar

    akan terbatas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga

    dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja, dan bermasyarakat secara normal6

    2.10. KOMPLIKASI

    Komplikasi yang dapat timbul saat terjadinya bangkitan tonik-klonik adalah7

    i. Trauma oral, dapat terjadi maserasi lidah, bibir, atau pipiii. Trauma kepala, fraktur tengkorak, kontusio, hematoma sibdural

    atau epidural dapat disebabkan oleh jatuh atau aktivitas klonik

    iii. Fraktur, fraktur kompresi vertebra torakal atau lumbal dapat terjadiasimptomatik, dan lebih sering pada orang tua

    iv. Pneumonia aspirasi, aspirasi bahan atau sekresi muntahan dapat

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    17/39

    17

    terjadi pada saat reflex protektif normal jalan napas mengalami

    post-iktal .Bisa juga terjadi luka dan memar pada saat pasien

    terjatuh saat mengalami bangkitan atau luka akibat gigitan sendiri8

    2.11 PROGNOSIS

    Epilepsi simtomatik tergantung pada penyebabnya. Kejang dapat atau tidak dapat

    diatasi dengan obat. Obat-obatan tidak mengubah perjalanan penyakit yang

    mendasarinya. Yang lainnya mempunyai perjalanan penyakit yang tergantung pada tipe

    kejang, tetapi umumnya 50-70% penderita menjadi bebas dari serangan kejang dengan

    pengobatan medik8

    2.12 Dokter Keluarga

    Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan

    komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur

    pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang

    menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya

    pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluargaadalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup

    komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial.

    Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat

    mempertimbangkan dan memerhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan

    psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang

    komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya7.

    Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang

    memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, di mana tanggung jawab

    dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis

    kelamin pasien, juga tidak boleh oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja9.

    Adapun ciriciri profesi dokter keluarga sebagai berikut.10

    a. Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional;

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    18/39

    18

    b.pekerjaannya berlandaskan etik profesi;c. mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan;d.pekerjaannya legal melalui perizinan;e. anggotaanggotanya belajar sepanjang hayat;f. anggotaanggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi;g. melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai anggota

    satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya;

    h. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatiankepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan

    keluhan yang di sampaikan;

    i. mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat seoptimal mungkin,mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati sedini mungkin;

    j. mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusahamemenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya; dan

    k. menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama danbertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

    Kompetensi sebagai dokter layanan primer sebatas yang diperoleh selama

    pendidikan, terbatas pada kedokteran dasar (basic medical knowledge and skills) artinya

    belum seluruh cakupan ilmu dan keterampilan dokter layanan primer dikuasai dan

    dimahir. Gelar profesional yang dapat digunakan adalah dokter sesuai dengan

    peringkat kompetensi, kewenangan, dan cakupan layanannya.

    Dokter keluarga juga merupakan dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak

    pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan

    kesehatan total os dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu

    atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk os ke tempat pelayanan lain yang

    tersedia sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung

    jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan serta bertindak

    sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk perawatan

    total os termasuk konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan os yakni keluarga serta

    masyarakat.9

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    19/39

    19

    Dalam penyelenggaraan praktik dokter keluarga, biasanya dokter keluarga memiliki

    Klinik Dokter Keluarga (KDK) yang merupaka klinik yang menyelenggarkan Sistem

    Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK). Sebuah klinik dokter keluarga layaknya memenuhi

    beberapa kriteria sebagai berikut.

    a. Mudah untuk dicapai dengan kendaraan umum atau berada di tempat yang strategis;b. memiliki bangunan yang memadai, dilengkapi dengan sarana komunikasi;c. memiliki sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK;d. mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis yang lulus dengan

    pelatihan khusus pembantu KDK;

    e.bentuk praktik mandiri atau berkelompok;f. memiliki izin berorientasi wilayah;g.penyelenggaraan berupa pelayanan bersifat paripurna, holistik, terpadu, dan

    berkesinambungan;

    h. melayanai semua jenis penyakit dan golongan umur; dani. mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik yang

    bersangkutan.

    A.Hak dan Kewajiban Dokter Keluarga1.

    Hak Dokter KeluargaDokter keluarga memiliki hak atau wewenang dalam menjalankan praktik

    kedokterannya. Adapun hak atau wewenang dokter keluarga sebagai berikut.9

    a. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard;b. melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat;c. melaksanakan tindakan pencegahan penyakit;d. mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer;e. mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal;f. melakukan tindakan prabedah, bedah minor, rawat pascabedah di unit

    pelayanan primer;

    g. melakukan perawatan sementara;h. menerbitkan surat keterangan medis;i. memberikan masukan untuk keperluan os rawat inap; dan

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    20/39

    20

    j. memberikan perawatan di rumah untuk keadaan khusus.2. Kewajiban Dokter Keluarga

    Di samping hak atau wewenang yang dimiliki oleh dokter keluarga, seorang

    dokter keluarga juga memiliki kewajiban yang harus diselenggarakan dengan baik.

    Adapun kewajiban dokter keluarga sebagai berikut.9

    a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, menyeluruh, danbermutu guna penampisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan;

    b. mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat;c. memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada os pada saat sehat dan

    sakit;

    d.memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya;

    e. membina keluarga os untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan tarafkesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi;

    f. menangangi penyakit akut dan kronikg. melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit;h. tetap bertanggungjawab atas os yang dirujuk ke dokter spesialis atau di rawat di

    rumah sakit;

    i. memantau os yang telah dirujuk atau dikonsultasikan;j. bertindak sebagai mitra, penasikat, dan konsultan bagi osnya;k. mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan osnya;l. menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard; danm.melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan

    ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

    B.Jenis Pelayanan Dokter KeluargaPelayan kedokteran keluarga adalah pelayanan dengan pendekatan menyeluruh

    (holistik), terpadu dan berkesinambungan. Batasan pelayanan dokter keluarga (lebih

    menunjukkan kepada ciri pelayanan) adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh

    yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, tanggung jawab

    dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis

    kelamin os, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.8

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    21/39

    21

    Adapun 9 prinsip pelayanan kesehatan oleh dokter keluarga, yaitu :

    1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif;2.pelayanan yang kontinyu;3.pelayanan yang mengutamakan pencegahan;4.pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif;5.penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya;6.pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan

    tempat tinggalnya;

    7.pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum;8.pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu; dan9.pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan.C.Kompetensi Dokter Keluarga

    Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari lulusan

    fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi inilah yang perlu dilatihkan melalui

    program pelatihan. Secara garis besar, kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter

    keluarga adalah sebagai berikut.9

    1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik dalam

    pelayanan kedokteran keluarga.

    3. Menguasai keterampilan berkomunikasi.4. Menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien yang berguna untuk

    sebagai berikut.

    a. Secara efektif berkomunikasi dengan os dan semua anggota keluarga denganperhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga;

    b. secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerja samamenyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

    penyembuhan penyakit serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan

    keluarga; dan

    c. dapat bekerja sama secara profesional secara harmonis dalam satu tim padapenyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

    5. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan klinis.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    22/39

    22

    6. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spiritual.a. Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan

    potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan

    masalahnya; dan

    b. Menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai denganstandard yang ditetapkan.

    7. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan pelayanankesehatan termasuk sistem pembiayaan (asuransi kesehatan atau Jaminan

    Pelayanan Kesehatan Masyarakat/JPKM).

    Untuk semua memiliki kompetensi tersebut, dokter keluarga setidaknya telah

    menjalani standard pendidikan dokter keluarga sebagai berikut.

    a. Paket A : konsep kedokteran keluarga;b. Paket B : manajemen klinik DK;c. Paket C : keterampilan klinis; dand. Paket D : keluasan wawasan ilmu dan penerapannya.

    D.Pola Pikir dan Pola Tindak Dokter Keluarga / Dokter Layanan PrimerDokter keluarga bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan mitranya, dan

    ia berhubungan dengan mitranya di kala sehat maupun di kala sakit. Tanggung jawab

    ini mengharuskan dokter keluarga menyediakan program pemeliharaan kesehatan bagi

    mitranya yang sehat, dan program pengobatan atau pemulihan bagi mitranya yang

    sedang jatuh sakit. Program ini harus spesifik dan sesuai dengan kondisi dan

    kebutuhan setiap mitranya. Hal ini dapat dipenuhi bila pola pikir dan pola tindaknya

    mengacu pada pendekatan Medifa yang menata alur pelayanan dokter keluarga dalam

    4 kegiatan (assessment targeting intervention monitoring) yang membentuk satu

    siklus pelayanan terpadu7.

    1)Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)Dokter keluarga mengawali upaya pemeliharaan mitranya dengan melakukan

    penilaian komprehensif terhadap faktor risiko dan kodisi kesehatan dengan tujuan

    memperoleh profil kesehatan pribadi dari mitranya.7

    2)Penyusunan program kesehatan spesifik (Targeting)

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    23/39

    23

    Tersedianya profil kesehatan ini memberi kesempatan kepada dokter keluarga

    untuk mempelajari masalah kesehatan yang dimiliki mitranya, sehingga dokter

    keluarga dapat menyusun program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

    spesifik setiap mitra.7

    3)Intervensi proaktif (Intervention)Dengan demikian setiap mitra, apakah ia dalam kondisi sehat, menyandang

    faktor risiko atau sakit, secara proaktif akan diajak mengikuti program

    pemeliharaan kesehatan yang sepesifik dengan kebutuhannya. Melalui program

    proaktif ini diharapkan mitra yang sehat dapat tetap sehat, yang saat ini

    menyandang faktor risiko dapat dikurangi kemungkinan jatuh sakit berat di

    kemudian hari, dan yang saat ini menderita suatu penyakit dapat segera pulih,

    dicegah terjadinya komplikasi, atau diupayakan agar kecacatan seminimal

    mungkin. Bila diperlukan si mitra akan dirujuk ke spesialis7

    4)Pemantauan kondisi kesehatan (Monitoring)Selanjutnya pelaksanaan program dan hasilnya akan dipantau dan dievaluasi

    terus menerus dan menjadi masukan bagi dokter keluarga untuk meningkatkan

    kualitas program dan memotivasi mitranya (monitoring).7

    Tabel 2.4. Monitoring

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    24/39

    24

    Upaya pemeliharaan yang sinambung ini dapat dilakukan berkat penerapan

    teknologi informasi yang tepat sebagai alat kerja dokter keluarga.7

    2.13 Bentuk dan Fungsi Keluarga

    Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-sitri, atau

    suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak7. Bentuk keluarga

    dibagi menjadi 9 macam menurut Goldenberg (1980) sebagai berikut8.

    a)Keluarga inti (nuclear family)Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.

    b)Keluarga besar (extended family)Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga

    terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek,

    nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar)

    yang dapat berasal dari pihak suami atau istri.

    c)Keluarga campuran (blended family)Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak tiri.

    d)Keluarga menurut hukum umum (common law family)Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah

    serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

    e)Keluarga orang tua tunggal (single parent family)Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai,

    berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak

    mereka tinggal bersama.

    f) Keluarga hidup bersama (commune family)Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal bersama,

    berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

    g)Keluarga serial (serial family)Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah

    mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    25/39

    25

    memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, semuanya mengganggap

    sebagai satu keluarga.

    h)Keluarga gabungan (composite family)Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya atau istri

    dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.

    i) Keluarga tinggal bersama (whabilation family)Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.

    Sedangkan Sussman (1970) membagi bentuk keluarga menjadi 2, yaitu keluarga

    tradisional dan keluarga non tradisional. Bentuk keluarga yang dimiliki seseorang dapat

    mempengaruhi keadaan kesehatannya, sebaliknya bentuk keluarga juga dapat

    dipengaruhi oleh keadaan kesehatan anggota keluarganya

    8

    . Fungsi keluarga harusdipahami oleh dokter keluarga untuk membantu menegakkan diagnosis masalah

    kesehatan yang dihadapi oleh para anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah

    kesehatan setiap anggota keluarga tersebut. Fungsi keluarga di Indonesia menurut PP No.

    21 tahun 1994 sebagai berikut9ungsi keagamaan :

    a. Fungsi budayab. Fungsi cinta kasihc. Fungsi melindungid. Fungsi reproduksie. Fungsi sosialisasi dan pendidikanf. Fungsi ekonomig. Fungsi pembinaan lingkunganKlasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga

    Tahapan keluarga sejahtera dibedakan atas 5 tingkatan menurut BKKBN (2011)

    sebagai berikut.

    A.Keluarga pra sejahteraKeluarga-keluarga yang belum dapat memenui kebutuhan dasarnya secara minimal,

    seperti kebutuhan agama, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keluarga

    berencana.

    B.Keluarga sejahtera tahap I

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    26/39

    26

    Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal

    tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum

    dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan

    akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat

    tinggal, dan transportasi.

    C.Keluarga sejahtera tahap IIKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial-

    psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan

    pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.

    D.Keluarga sejahtera tahap IIIKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebuthan fisik, sosial-

    psikologis, dan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan secara

    teratur kepada masyarakat sekitarnya, misalnya dalam bentuk sumbangan materil

    dan keuangan, serta secara aktif menjadi pengurus lembaga di masyarakat yang

    ada.

    E.Keluarga sejahtera tahap III plusKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya serta

    memiliki kepedulian dan kesertaan yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan

    keluarga disekitarnya.

    Penentuan Sehat/Tidaknya Keluarga (APGAR)

    Tingkat kepuasan anggota keluar dapat dinilai dengan APGAR keluarga. APGAR

    keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat tidaknya

    suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosen, Geyman, dan Leyton. Lima fungsi pokok

    yang dinilai dalam tingkat kesehatan keluarga sebagai berikut8.

    a. Adaptasi (Adaptation)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang

    diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.

    b. Kemitraan (Partnership)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, turun rembuk

    dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang

    dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.

    c. Pertumbuhan (Growth)

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    27/39

    27

    Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan

    keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota

    keluarga.

    d. Kasih sayang (Affection)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi

    emosional yang berlangsung dalam keluarga.

    e. Kebersamaan (Resolve)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi

    waktu, kekayaan, dan ruang antar keluarga.

    Keluarga dan Kesehatan

    Kesehatan dan penyakit selalu berhubungan dengan keempat hal berikut8

    .a. Kepribadianb. Gaya hidupc. Lingkungan fisikd. Hubungan antar manusia

    Dalam hal ini, keluarga adalah tempat pembentukan individu, sehingga

    keempat hal tersebut dimulai dalam keluarga. Menurut Freeman (1970), arti dan

    kedudukan keluarga sebagai berikut8.

    a. Merupakan unit terkecil dalam masyarakat.b. Sebagai suatu kelompok yang berperan penting dalam masalah kesehatan.c. Masalah kesehatan keluarga paling terkait dengan berbagai masalah keluarga

    lainnya.

    d. Sebagai pusat pengambilan keputusan kesehatan yang terpenting.e. Sebagai wadah paling efektif untuk berbagai upaya atau penyampaian pesan-

    pesan kesehatan.

    Arti dan kedudukan keluarga adalah sebagai tempat bertanya pertama

    (reference group) dan mempunyai pengaruh yang amat besar dalam berbagai

    tindakan kedokteran seperti diagnosis, pencegahan, pengobatan, dan perawatan8.

    Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    28/39

    28

    A. Penyakit keturunan1. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor lingkungan (fungsi-

    fungsi keluarga lainnya).

    2. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan keluarga).3. Perlu marriage counseling danscreening

    B. Perkembangan bayi dan anakJika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi yang sakit akan

    mengganggu perkembangan fisik dan perilaku.

    C. Penyebaran penyakit1. Penyakit infeksi2. Penyakit neurosis

    D. Pola penyakit dan kematianHidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan kematian.

    E. Proses penyembuhan penyakitPenyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan fungsi keluarga

    yang sehat lebih baik dibandingkan pada keluarga dengan fungsi keluarga sakit.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    29/39

    29

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    1.1. IdentitasNo. Medrek : 20.095

    Nama : Titin Suarni

    Umur : 48 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Pendidikan : Tamat SMA

    Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

    Status Perkawinan : Menikah

    Nama KK : MGS Anwar

    Nomor KK : 1671080206080045Alamat : Komp. Griya Cipta Pratama Blok E-16 Kec.Sematang Borang

    Palembang

    Tanggal berobat : 20 September 2013

    Tanggal kunjungan : 23 September 2013 dan 26 September 2013

    Keluhan Utama : Kejang

    Pasien kejang seluruh tubuh terakhir 1 kali 2 bulan yang lalu (15 Juli 2013).

    Kejang selama 3menit. Pasien terlihat kaku lalu menghentak-hentakan keempat anggota

    gerak tubuh. Saat kejang pasien tidak sadar. Keluhan Os kambuh jika os tidak

    mengkonsumsi obat dan sering didahului oleh pikiran yang stress. Lidah tergigit (-), mata

    melirik ke atas (+), mulut berbuih (-) setelah kejang pasien tidak sadar. Pasien sering

    kejang sejak SMP (SMP kejang 1 kali, SMA kejang 2 kali). Riwayat kejang demam tidak

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    30/39

    30

    diketahui Riwayat trauma sebelumnya (-). Riwayat panas tinggi diikuti penurunan

    kesadaran(-) .Riwayat nyeri kepala sebelum kejang (-). Faktor pencetus (-)

    Riw kelahiran: lahir spontan, cukup bulan

    Riw Trauma: (-)

    Riw kejang demam (-)

    Riw keluarga : tidak ditemukan

    Riw Pengobatan:

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status Interna

    KU : CM

    TD : 130/90 mmHg N:90x/m RR: 20x/m Temp 36,7 C

    K/L : an-/- ict-/- pembesaran KGB (-)

    Thoraks :

    C/ ictus invisible palpable at ICS V 1cm MCL S

    S1 S2 single, murmur (-)

    P/ simetris, vesikuler, rh-/- wh-/-

    Abdomen : flat, soefl, BU (+) N, nyeri tekan (-)

    Extremitas : akral hangat, ed-/-

    Status NeurologisGCS 456, Fungsi luhur: dbN

    Meningeal sign :

    Nervus Cranialis

    N. I : tidak dapat dievaluasi karena keterbatasan alat

    N.II : visus ODS >1/60 , funduskopi tidak dilakukan

    N. III PBI 3mm/3mm, RC +/+, otot-otot mata normal

    N. IV/VI : otot-otot pergerakan bola mata normal

    N. V : RK +/+

    N. VII : normal

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    31/39

    31

    N. VIII, XI : normal

    N. IX, X : normal

    Reflek Fisiologis :

    B iseps +2/+2

    T riseps +2/+2

    K nee +2/+2

    A chilles+2/+2

    Reflek Patologis kaki :

    Babinski -/-

    Chaddock -/-

    Openheim -/-

    Gordon -/-

    Schaeffer -/-

    Gonda -/-

    Reflek Patologis tangan:

    Tromner -/-

    Hoffman -/-

    DIAGNOSIS

    Diagnosis Topis : Center cephalic

    Diagnosis Etiologis : Epilepsi umum tonik klonik

    Diagnosis Sekunder : -

    Planning Diagnosis : EEG

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    32/39

    32

    Penatalaksanaan

    A. MedikaMentosa

    Phenobarbital 3x30 mg

    Vit b comp 2x1

    B. Nonmedikamentosa

    Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya Memberikan penjelasan bahwa penyakit yang diderita bisa disembuhkan

    dengan pengpbatan yang teratur

    Menjelaskan efek dari pasien yang lupa minum obat ataupun lupa mengambilobat ke puskesmas terdekat.

    C. Promotif dan Preventif

    a. Menghindarkan faktor pencetus kejang seperti stres

    b. Pasien dilarang mengendarai kendaraan bermotor.

    c. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan- makanan yang

    bergizi (4 sehat 5 sempurna)

    d. Tidur dan istirahat yang cukup

    1.2. ImplementasiA.Prognosis

    Ad vitam : bonam

    Ad fungsionam : dubia

    B.Faktor yang Mendukung Prognosis1. Penderita berkeinginan untuk minum obat2. Dukungan keluarga untuk kesembuhan penderita

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    33/39

    33

    1.3. Pemantauan dan EvaluasiPada tanggal 23 September 2013, dilakukan home visitepertama ke rumah pasien

    di Komplek Griya Cipta prtama blokE16 Kecamatan Sako pada pukul 10.00 WIB. Pada

    saat home visitepertama, dilakukan pendataan identitas dari pasien beserta pengisian well

    check upanggota keluarganya (well check updapat dilihat pada lampiran).

    A.Karakteristik Demografi KeluargaNama Kepala Keluarga : MGS Anwar

    Alamat Lengkap : Komp. Griya Cipta Pratama Blok E-16 Kec.Sematang

    Borang Palembang

    Bentuk Keluarga :Nuclear Family(Keluarga Inti)

    Tabel 3.3. Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu ruma

    No. Nama Kedudukan L/P

    Umur

    (tahun) Pendidikan Pekerjaan Ket.

    1. MGSAnwar

    Kepalakeluarga

    L 48 th TamatSMP

    PegawaiSwasta

    -

    2. Titin Suarni Istri P 48 thTamat

    SMAIRT

    Epilepsi

    3.Desi

    Kristina

    Anak L 14 th Belumtamat

    Pelajar

    -

    4. MGS Anjas

    Putra

    Anak L 12 th Belum

    tamat

    Pelajar -

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    34/39

    34

    Genogram

    : laki-laki : laki-laki meninggal : tinggal

    serumah

    : perempuan : Pasien

    : perempuan meninggal

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    35/39

    35

    B.Identifikasi Fungsi Keluarga1. Fungsi fisiologis (APGAR) dalam keluarga

    Tabel 3.4. APGAR ScoreNY. Titin Suarni terhadap keluarga

    APGAR ScoreTn. Arief Rachman terhadap keluarga

    Serin

    g/sela

    lu

    Kadan

    g-

    kadang

    Jaran

    g/

    tidak

    ASaya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota

    keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya.

    PSaya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu

    memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi.

    G Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untukmengembangkan kemampuan yang saya miliki.

    ASaya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan

    keluarga saya.

    RSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalinkebersamaan

    Total 8

    APGARSCORE Keluarga Ny.Titin Suarni dinilai dari anggota keluarga, Anggota

    keluarga yang lain tidak dapat dilakukan penilaian APGAR score karena 2 anggota

    keluarga tidak berada ditempat.

    APGARscore keseluruhan =

    Kesimpulan : Keluarga dapat dinilai baik.

    Fungsi fisiologis keluarga dapat dikatakan sehat. Walaupun waktu untuk

    berkumpul dengan anggota keluarga lainnya masih kurang, akan tetapi komunikasi tetap

    terjaga. Anggota keluarga lain juga siap untuk membantu apabila salah satu dari anggota

    keluarga mengalami masalah.

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    36/39

    36

    2. Fungsi patologis (SCREEM) dalam keluargaTabel 3.6. SCREEM keluarga NY. TITIN SUARNI

    Sumber Patologis

    Social

    Membina hubungan yang baik dengan

    tetangga sekitarnya. Keluarga Ny Titin

    Suarni aktif dalam kegiatan kemasyarakatan

    seperti kerja bakti, dll.

    -

    Culture

    Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya

    baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan

    sehari-hari baik dalam keluarga maupun di

    lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih

    diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang

    bersifat kondangan, sunatan, dan lain-lain.

    -

    Religious

    Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.

    Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan

    sering mengikuti pengajian.

    -

    Economic

    Status ekonomi keluarga ini tergolong

    menengah. Kebutuhan primer dan sekunder

    dapat tercukupi.

    -

    Educational

    Latar belakang pendidikan tergolong rerata.

    Namun, keluarga tidak berlangganan koran,

    biasanya melihat berita dari acara TV

    ataupun radio.

    -

    Medical

    Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera

    dibawa ke puskesmas. Keluarga

    menggunakan Jamkesmas untuk pembiayaan

    kesehatan.

    -

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    37/39

    37

    Kesimpulan :

    Keluarga Ny Titin Suarni tidak memiliki fungsi patologis.

    C.Identifikasi Lingkungan Rumah1. Gambaran lingkungan rumah

    Ukuran rumah keluarga Ny Titin Suarni adalah 6 x 15 m2. Lingkungan

    tempat tinggal merupakan suatu pemukiman padat dengan jalan setapak di depan

    rumah dari aspal. Atap rumah terbuat dari genting, dinding terbuat dari batu

    bata, dan lantai terbuat dari keramik. Ventilasi rumah berukuran kurang dari

    25% dari luas ruangan, pencahayaan yang masuk ke dalam rumah dan tingkat

    kelembapannya cukup.

    Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang

    makan sekaligus dapur dan 1 kamar mandi yang berada di dalam rumah.

    Pencahayaan matahari dan ventilasi udara cukup, sehingga udara dapat mengalir

    cukup dan cahaya matahari masuk cukup banyak. Sumber air bersih adalah

    PDAM dan sumur.

    2. Denah Rumaah

    K. Tidur

    K. Tidur

    R.Keluarga

    R.Tamu

    Dapur

    WCK. Tidur

    6 m

    4 m

    6 m

    5 m

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    38/39

    38

    Gambar 3.1. Skema gambar denah rumah keluarga Ny Titin Suarni

    D.Rencana pembinaan keluarga1. Edukasi terhadap pasien

    a. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi danedukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, dampak,

    faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis, dan risiko kekambuhan agar

    pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul

    gejala serupa dikemudian hari. Selain itu, harus dijelaskan pula bahwa

    pengobatan akan berlangsung lama, adanya efek samping obat dan

    pengaturan dosis obat hanya boleh diatur oleh dokter.

    b. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi penderita untuk terusminum obat secara teratur, serta memiliki semangat untuk sembuh,

    sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas seperti biasa.

    2. Terhadap keluargaa. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, gejala,

    kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemicu kekambuhan, dan

    prognosis sehingga keluarga dapat memberikan dukungan kepada

    penderita.

    b. Meminta keluarga untuk mendukung penderita, mengajak penderitaberinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial penderita.

    c. Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan penderita untuk kontrolrutin dan minum obat secara teratur.

    d. Menginformasikan bahwa penyakit ini bersifat jangka panjang sehinggadibutuhkan kesabaran dan perhatian keluarga.

    e. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana hubungansosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis dan mengurangi

  • 7/22/2019 Family Folder epylepsi case

    39/39

    39

    timbulnya konflik dengan penderita yang memacu terjadinya stres pada

    penderita.

    f. Ajarkan pada keluarga agar tetap memperhatikan penderita dan membuatpenderita tetap merasa dihargai dengan cara tetap melibatkan penderita

    dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan.

    g. Membina hubungan kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga,sering mengajak penderita berbincang dan bersenda gurau.

    E.Daftar Masalah dan Pembinaan Keluarga1. Masalah organobiologik

    Ditemukan faktor keturunan sama seperti penderita

    2. Masalah psikologikTidak ditemukan masalah psikologik pada penderita

    3. Masalah dalam keluargaTidak ditemukan masalah keluarga pada penderita

    F.Saran dan masukan yang diberikan untuk pasien dan keluarga1. Usahakan adanya pertukaran sirkulasi udara yang baik di dalam rumah

    dengan cara membuka jedela dan juga dengan membuka pintu rumah.

    2. Makan yang teratur dan makan makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna.3. Periksakan anak dan keluarga segera jika merasa kurang sehat

    G.EvaluasiEvaluasi dilakukan pada home visiteke 2 pada tanggal 26 September 2013. Pada

    saat kunjungan, kondisi rumah terlihat lebih rapi dan pasien lebih bersemangat.

    Menurut penderita, penderita mulai merasa lebih baik dan berkeinginan minum

    obat dengan teratur. Penderita mengaku ingin cepat sembuh dan sehingga bisa

    belajar secara optimal.