FALAK-ASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA_ Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu_ Sebuah Kerangka Untuk...

13
3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 1/13 “Keteraturan alam semesta yang begitu rumit dipelajari hingga berabad-abad tahun lamanya tidak pernah selesai sampai para ilmuwan mengetahui bagaimana alam ini berjalan pada suatu hukum yang teratur”. -Imas Musfiroh- FALAK-ASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA Wednesday, 25 February 2015 Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi Oleh: Ahmad Atabik A. Pendahuluan Dalam lintas sejarah, manusia dalam kehidupannya senantiasa sibukkan oleh berbagai pertanyaan mendasar tentang dirinya. Pelbagai jawaban yang bersifat spekulatif coba diajukan oleh para pemikir sepanjang sejarah dan terkadang jawabanjawaban yang diajukan saling kontradiksif satu dengan yang lainnya. Perdebatan mendasar yang sering menjadi bahan diskusi dalam sejarah kehidupan manusia adalah perdebatan seputar sumber dan asal usul pengetahuan dan kebenaran.[1] Filsafat dan agama sebagai dua kekuatan yang mewarnai dunia telah menawarkan konstruk epistemologi yang berbeda dalam menjawab permasalahanpermasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya. Manusia hidup di dunia ini pada hakekatnya mempunyai keinginan untuk mencari pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan menurut arti sempit sebuah keputusan yang benar dan pasti.[2] Penganut pragmatis, utamanya John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dan kebenaran (antara knowledge dan truth).[3] Hal inilah yang kemudian menjadi kajian menarik epistemologi. Epistemologi sebagai cabang dari ilmu filsafat mempelajari batasbatas pengetahuan dan asalusul pengetahuan serta di kriteria kebenaran. Kata 'epistemologi' sendiri berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu, pikiran, percakapan). Jadi epistemologi berarti ilmu, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan[4]. Pokok persoalan dari kajian epistemologi adalah sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan; bidang, batas jangkauan pengetahuan. Oleh sebab itu, rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan untuk mendalami permasalahan yang dipersoalkan di dalam epistemologi adalah; apakah pengetahuan itu, apakah yang menjadi sumber dan dasar pengetahuan? Apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti ataukah hanya merupakan dugaan?[5]. Dengan kata lain, epistemologi berarti "studi atau teori tentang pengetahuan" (the study or theory of knowledge). Namun, dalam diskursus imas musfiroh Follow 7 View my complete profile About Me 2015 (24) February (24) RASI BINTANG CARINA IC2581 KESALAHPAHAMAN TENTANG ISLAMISASI SAINS ANALISIS PEMIKIRAN MOHAMMAD ILYAS TENTANG KALENDER... STATE OF THE ART FENOMENOLOGI DAN ETNOMETODOLOGI kata-kata astronomi NETRALITAS SAINS (Perbedaan Cara Pandang Saintis d... FISIKA WAKTU INTEGRASI SAINS-QUR’AN DALAM MENINJAU PENCIPTAAN D... INTERKONEKSI STUDI HADIS DAN ASTRONOMI Judul: DISKUSI & KORESPONDENSI KALENDER HIJRIAH GL... EPISTEMOLOGI ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH ONTOLOGI: HAKIKAT YANG ADA Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah ... SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN KNOWLEDGE, SCIENCE, DAN FILSAFAT: SEBUAH KERANGKA ... TERJEMAHAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Blog Archive 1 More Next Blog» Create Blog Sign In

description

ilmu falak

Transcript of FALAK-ASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA_ Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu_ Sebuah Kerangka Untuk...

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 1/13

“Keteraturan alam semesta yang begitu rumit dipelajari hingga berabad-abad tahun lamanya tidakpernah selesai sampai para ilmuwan mengetahui bagaimana alam ini berjalan pada suatu hukum yangteratur”. -Imas Musfiroh-

FALAK-ASTRONOMI DAN ILMULAINNYA

Wednesday, 25 February 2015

Teori Kebenaran Perspektif FilsafatIlmu: Sebuah Kerangka UntukMemahami Konstruksi Epistemologi

Oleh: Ahmad Atabik

A. Pendahuluan

Dalam lintas sejarah, manusia dalam kehidupannya senantiasa sibukkan olehberbagai pertanyaan mendasar tentang dirinya. Pelbagai jawaban yang bersifat spekulatifcoba diajukan oleh para pemikir sepanjang sejarah dan terkadang jawabanjawaban yangdiajukan saling kontradiksif satu dengan yang lainnya. Perdebatan mendasar yang seringmenjadi bahan diskusi dalam sejarah kehidupan manusia adalah perdebatan seputarsumber dan asal usul pengetahuan dan kebenaran.[1] Filsafat dan agama sebagai duakekuatan yang mewarnai dunia telah menawarkan konstruk epistemologi yang berbedadalam menjawab permasalahanpermasalahan yang dihadapi manusia dalamkehidupannya.

Manusia hidup di dunia ini pada hakekatnya mempunyai keinginanuntuk mencari pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan merupakan hasilproses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan menurut arti sempit sebuahkeputusan yang benar dan pasti.[2] Penganut pragmatis, utamanya JohnDewey tidak membedakan antara pengetahuan dan kebenaran (antaraknowledge dan truth).[3] Hal inilah yang kemudian menjadi kajian menarikepistemologi.

Epistemologi sebagai cabang dari ilmu filsafat mempelajari batasbataspengetahuan dan asalusul pengetahuan serta di kriteria kebenaran. Kata'epistemologi' sendiri berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata, yaituepisteme (pengetahuan) dan logos (ilmu, pikiran, percakapan). Jadiepistemologi berarti ilmu, percakapan tentang pengetahuan atau ilmupengetahuan[4]. Pokok persoalan dari kajian epistemologi adalah sumber, asalmula, dan sifat dasar pengetahuan; bidang, batas jangkauan pengetahuan. Olehsebab itu, rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan untuk mendalamipermasalahan yang dipersoalkan di dalam epistemologi adalah; apakahpengetahuan itu, apakah yang menjadi sumber dan dasar pengetahuan? Apakahpengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti ataukah hanya merupakandugaan?[5]. Dengan kata lain, epistemologi berarti "studi atau teori tentangpengetahuan" (the study or theory of knowledge). Namun, dalam diskursus

imas musfiroh Follow 7

View my completeprofile

About Me

2015 (24)

February (24)

RASI BINTANG CARINA IC2581

KESALAHPAHAMAN TENTANGISLAMISASI SAINS

ANALISIS PEMIKIRANMOHAMMAD ILYAS TENTANGKALENDER...

STATE OF THE ART FENOMENOLOGIDAN ETNOMETODOLOGI

kata-kata astronomi

NETRALITAS SAINS (PerbedaanCara Pandang Saintis d...

FISIKA WAKTU

INTEGRASI SAINS-QUR’AN DALAMMENINJAU PENCIPTAAN D...

INTERKONEKSI STUDI HADIS DANASTRONOMI

Judul: DISKUSI & KORESPONDENSIKALENDER HIJRIAH GL...

EPISTEMOLOGI ILMUPENGETAHUAN DAN METODEILMIAH

ONTOLOGI: HAKIKAT YANG ADA

Teori Kebenaran PerspektifFilsafat Ilmu: Sebuah ...

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMUPENGETAHUAN

KNOWLEDGE, SCIENCE, DANFILSAFAT: SEBUAH KERANGKA ...

TERJEMAHAN ASTRONOMICALALGORITHMS JEAN MEEUS

Blog Archive

1 More Next Blog» Create Blog Sign In

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 2/13

filsafat, epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang membahas asal usul,struktur, metodemetode, dan kebenaran pengetahuan. Selain itu, dapat puladikatakan bahwa epistemologi adalah cabang dari filsafat yang secara khususmembahas "teori tentang pengetahuan".[6]

Pada awalnya, pembahasan dalam epistemologi lebih terfokus padasumber pengetahuan (the origin of knowledge) dan teori tentang kebenaran(the theory of truth) pengetahuan. Pembahasan yang pertama berkaitan dengansuatu pertanyaan apakah pengetahuan itu bersumber pada akal pikiran semata(‘aqliyyah), pengalaman indera (tajri>biyyah), kritik (naqdiyyah) atau intuisi(hadasiyyah). Sementara itu, pembahasan yang kedua terfokus padapertanyaan apakah "kebenaran" pengetahuan itu dapat digambarkan denganpola korespondensi, koherensi atau praktispragmatis. Selanjutnya,pembahasan dalam epistemologi mengalami perkembangan, yaknipembahasannya terfokus pada sumber pengetahuan, proses dan metode untukmemperoleh pengetauan, cara untuk membuktikan kebenaran pengetahuan,dan tingkattingkat kebenaran pengetahuan. Makalah ini mencoba mengeksplorasi kedudukan pengetahuan dankebenaran. Apa hakekat dan sumber pengetahuan? Bagaimana kebenarandalam pandangan filsafat ilmu? Apa sumbersumber pengetahuan dankebenaran dalam perspektif filsafat? Dalam memaparkan sumber pengetahuanakan diuraikan beserta contohcontoh yang simpel. Begitu juga yang terkaitdengan kriteriakriteria kebenaran.

B. Teori Pengetahuan dan Kebenaran

1. Jenis Pengetahuan

Hendrik Rapar, mengemukakan bahwa jenis pengetahuan itu dibagitiga.[7] Sedangkan Burhanuddin Salam, sebagaimana dikutip oleh AmsalBakhtiar jenis pengetahuan ada empat, yaitu:[8]

Pertama, pengetahuan biasa. Pengetahuan yang dalam filsafatdikatakan sebagai common sense, dan sering diartikan sebagai good sense,karena seseorang memiliki Sesutu di mana ia menerima secara baik. Semuaorang menyebut warna ini putih karena memang itu merah. Air itu panaskarena memang dipanasi dengan api. Makanan bisa mengganjal rasa lapar, dll.Common sense diperoleh dari pengalaman seharihari. Pengetahuan ini disebutdengan pengetahuan pra ilmiah dan nir ilmiah[9].

Kedua, pengetahuan ilmu (science). Adalah pengetahuan yangdiperoleh lewat penggunaan metodemetode ilmiah yang lebih menjaminkepastian kebenarannya. Ilmu pada hakikatnya merupakan usaha untukmengorganisasikan commons sense, suatu pengetahuan yang berasal daripengalaman dan pengamatan dalam kehidupan seharihari. Namun, dilanjutkandengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagaimetode.

Ketiga, pengetahuan filsafat. Diperoleh lewat pemikiran rasional yangdidasarkan pada pemahaman, spekulasi, penilaiaan kritis dan penafsiran[10].Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalamankajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yangsempit dan rigit, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafatbiasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmuyang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.[11]

Keempat, pengetahuan agama. Pengetahuan yang hanya diperoleh dariTuhan lewat para utusanNya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajibdiyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa halyang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang

CONTOH PERHITUNGAN AWALWAKTU SHALAT DATAEPHEMERI...

KODIFIKASI AL-QUR’AN DANSUNNAH (Perbandingan di T...

METODE KOMPROMI DALAMHADIST-HADIST MUKHTALIF

Sanggahan Terhadap Kritik al-Musawwi dalam Kitabny...

KAJIAN CORAK TAFSIR ‘ILMY(Analisis Pro dan Kontra...

KALENDER ASTRONOMI 2015

PENDEKATAN FILSAFAT DALAMSTUDI ISLAM

KONJUNGSI BULAN DANALDEBRAN PADA TANGGAL 25FEBRU...

astronomi (6)

falak syar'i (2)

filsafat ilmu (5)

kata mutiara (1)

Metode Penelitian Kualitatif (1)

Pendekatan Studi Islam (psi) (1)

resensi buku (2)

Sains dan Islam (2)

studi hadist (2)

studi qur'an (1)

tafsir (1)

Labels

Get the code by ABS

Realtime Earth andMoon phase

Wikipedia

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 3/13

disering disebut dengan hubungan secara vertikal (hablun min Alla>h), dancara berhubungan dengan sesama manusia (hablun min alna>s). Pengetahuanagama yang paling penting adalah pengetahuan tentang tuhan, selain itutentang keyakinan (keimanan) dan syariat (implementasi dari keyakinan).[12]Pengetahuan ini sifat kebenarannya adalah mutlak karena berasal dari firmanTuhan dan sabda Nabi.

2. Teoriteori kebenaranPurwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,[13]

menerangkan bahwa kebenaran itu adalah 1). Keadaan (hal dan sebagainya)yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya. Misalnyakebenaran berita ini masih saya ragukan, kita harus berani membela kebenarandan keadilan. 2). Sesuatu yang benar (sugguhsugguh ada, betulbetul haldemikian halnya, dan sebagainya). Misalnya kebenarankebenran yangdiajarkan agama. 3). Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpunsanksi akan kebaikan dan kebenaran hatimu.

Sedang menurut Abbas Hamami,[14] kata "kebenaran" bisa digunakansebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendakmenuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisimaksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan ataustatement. Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuanmanusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek.[15] Jadi, kebenaran adapada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek.Sedangkan pengetahuan bersal mula dari banyak sumber. Sumbersumber itukemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran. Berikut ini adalahteoriteori kebenaran.

a. Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth)

Teori kebenaran korespondensi, Correspondence Theory of Truth yangkadang disebut dengan accordance theory of truth, adalah teori yangberpandangan bahwa pernyataanpernyataan adalah benar jikaberkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objekyang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau keadaan benar itu apabila adakesuaian (correspondence) antara rti yang dimaksud oleh suatu pernyataanatau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyaan atau pendapat tersebut.[16] Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antaraarti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalahbenar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya.[17]

Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikutrealisme. Di antara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, danRamsey. Teori ini banyak dikembangkan oleh Bertrand Russell (19721970).[18] Teori ini sering diasosiasikan dengan teoriteori empiris pengetahuan.Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal,sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karenaAristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaranpengetahuan harus sesuai dengan kenyataan atau realitas yang diketahuinya.[19]

Problem yang kemudian muncul adalah apakah realitas itu obyektifatau subyektif? Terdapat dua pandangan dalam permasalahan ini, realismeepistemologis dan idealisme epistemologis.

Realisme epistemologis berpandangan, bahwa terdapat realitas yangindependen (tidak tergantung), yang terlepas dari pemikiran; dan kita tidak

Join this sitewith Google Friend Connect

There are no members yet.Be the first!

Already a member? Sign in

Followers

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 4/13

dapat mengubahnya bila kita mengalaminya atau memahaminya. Itulahsebabnya realism epistemologis kadangkala disebut objektivisme. Sedangkanidealisme epistemologis berpandangan bahwa setiap tindakan berakhir dalamsuatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subyektif.[20] Kedua bentukpandangan realistas di atas sangatlah beda. Idealisme epistemologi lebihmenekankan bahwa kebenaran itu adalah apa yang ada didunia ide. Karenanyamelihat merah, rasa manis, rasa sakit, gembira, berharap dan sebagainyasemuanya adalah ide. Oleh sebab itu, idealisme epistemologis sebagaimandidefinisikan di atas sama dengan subyektivitas.

Kesimpulan dari teori korespondensi adalah adanya dua realitas yangberada dihadapan manusia, pernyataan dan kenyataan. Menurut teori ini,kebenaran adalah kesesuaian antra pernyataan tentan sesuatu dengankenyataan sesuatu itu sendiri. Misal, Semarang ibu kota Jawa Tengah.Pernyataan ini disebut benar apabila pada kenyataannya Semarang memangibukota propinsi Jawa Tengah. Kebenarannya terletak pada pernyataan dankenyataan.

Signifikansi teori ini terutama apabila diaplikasikan pada dunia sainsdengan tujuan dapat mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima olehsemua orang. Seorang ilmuan akan selalu berusaha meneliti kebenaran yangmelekat pada sesuatu secara sungguhsungguh, sehingga apa yang dilihatnyaitu benarbenar nyata terjadi. Sebagai contoh, gunung dapat berjalan. Untukmembuktikan kebenaran pernyataan ini harus diteliti dengan keilmuan yanglain yaitu ilmu tentang gunung (geologi), ternyata gunung mempunyai kaki(lempeng bumi) yang bisa bergerak sehingga menimbulkan gempa bumi dantsunami. Dengan demikian sebuah pertanyaan tidak hanya diyakinikebenarannya, tetapi harus diragukan dahulu untuk diteliti, sehinggamendapatkan suatu kebenaran hakiki.

b. Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth)

Teori kebenaran koherensi atau konsistensi adalah teori kebenaran yangdidasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebutbenar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataanpernyataanyang berhubungan secara logis. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentukatas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta danrealitas, tetapi atas hubungan antara putusanputusan itu sendiri.[21]

Teori ini berpendapat bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatupernyataan dengan pernyataanpernyataan lainnya yang sudah lebih dahuludiketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jikaproposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisiproposisi lain yangbenar atau pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten denganpernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar.[22] Dengandemikian suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian(pembenaran) oleh putusanputusan lainnya yang terdahulu yang sudahdiketahui,diterima dan diakui benarnya. Karena sifatnya demikian, teori inimengenal tingkattingkat kebenaran. Disini derajar koherensi merupakanukuran bagi derajat kebenaran.[23] Misal, Semua manusia membutuhkan air, Ahmad adalah seorang manusia, Jadi, Ahmad membutuhkan air.

Suatu proposisi itu cenderung benar jika proposisi itu coherent (salingberhubungan) dengan proposisiproposisi lain yang benar, atau jika arti yangdikandung oleh proposisi coherent dengan pengalaman kita. Bakhtiar sebagaimana dikutip dari Aholiab Watholi, memberikan standarisasi kepastiankebenaran dengan sekurangkurangnya memiliki empat pengertian, dimanasatu keyakinan tidak dapat diragukan kebenarannya sehingga disebut

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 5/13

pengetahuan. Pertama, pengertian yang bersifat psikologis. Kedua, pengertianyang bersifat logis. Ketiga, menyamakan kepastian dengan keyakinan yangtidak dapat dikoreksi. Keempat, pengertian akan kepastian yang digunakandalam pembicaraan umum, di mana hal itu di artikan sebagai kepastian yangdidasarkan pada nalar yang tidak dapat diragukan lagi.[24]

Berbeda dengan teori korespondensi yang dianut oleh penganut realismdan matrealisme, teori koherensi atau konsistensi ini berkembang pada abadke19 dibawah pengaruh hegel dan diikuti oleh pengikut madzhab idealism.Dia antaranya seorang filsuf Britania F. M Bradley (18641924).[25] Idealismeepistemologi berpandangan bahwa obyek pengetahuan, atau kualitas yang kitaserap dengan indera kita itu tidaklah berwujud terlepas dari kesadaran tentangobjek tersebut. Karenanya, teori ini lebih sering disebut dengan istilahsubjektivisme. Pemegang teori ini, atau kaum idealism berpegang, kebenaranitu tergantung pada orang yang menentukan sendiri kebenaran pengetahuannyatanpa memandang keadaan real peristiwaperistiwa. Manusia adalah ukuransegalagalanya, dengan cara demikianlah interpretasi tentang kebenaran telahdirumuskan kaum idealisme.[26]

Kalau ditimbang dan dibandingkan dengan teori korespondensi, teorikoherensi, pada kenyataannya kurang diterima secara luas dibandingkan teoripertama tadi. Teori ini punya banyak kelemahan dan mulai ditinggalkan.Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren, tetapi kita tidakmenganggap astrologi benar. Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubunganantara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataanpernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabilakonsisten dengan pernyataanpernyataan yang terlebih dahulu kita terima dankita ketahui kebenarannya.[27]

c. Teori Pragmatisme (The pramagtic theory of truth.)

Pramagtisme berasal dari bahawa Yunan pragmai, artinya yangdikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yangdikembangkan oleh William James di Amerika Serikat.[28] Teori kebenaranpragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi olehreferensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatudalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebutbagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifatfungsional dalam kehidupan praktis.[29]

Pragmatism merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika serikatakhir abad ke19, yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagaisarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia baikmasalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Tokoh pragmatism awal adalahCharles Sander Pierce (18341914) yang dikenal juga sebagai tokoh semiotic,William James[30] (18421910) dan John Dewey (18591952).[31]

Amsal (2012) menyatakan, menurut teori pragmatis, kebenaran suatupernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifatfungsional dalam kehidupan praktis manusia. Dalam artian, suatu pernyataanadalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itumempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.[32] Teori, hepotesaatau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan,apabila ia berlaku dalam praktik, apabila ia mempunyai nilai praktis.[33] Misalteori pragmatisme dalam dunia pendidikan, di STAIN Kudus, prinsipkepraktisan (practicality) dalam memperoleh pekerjaan telah mempengaruhijumlah mahasiswa baru pada masingmasing Jurusan. Tarbiyah menjadifovorit, karena menurut masyarakat lulus dari Jurusan Tarbiyah bisa menjadi

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 6/13

guru dan mendapatkan sertifikasi guru. Misal lain, mengenai pertanyaan wujudTuhan yang Esa. Dalam alQur’an surat alBaqarah 163164,[34] Allahmenjelaskan tentang wujudNya yang Esa serta menjelaskan tentangpenjelasan praktis terhadap pertanyaan tersebut.

Menimbang teori pragmatisme dengan teoriteori kebenaransebelumya, pragmatisme memang benar untuk menegaskan karakter praktisdari kebenaran, pengetahuan, dan kapasitas kognitif manusia. Tapi bukanberarti teori ini merupakan teori yang terbaik dari keseluruhan teori. Kriteriapragmatisme juga diergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaranilmiah dalam prespektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yangsekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian.Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selamapernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itudianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian,disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataanbaru, maka pernyataan itu ditinggalkan, demikian seterusnya.[35]

d. Teori Performatif

Teori ini berasal dari John Langshaw Austin (19111960)[36] dandianut oleh filsuf lain seperti Frank Ramsey, dan Peter Strawson. Filsuffilsufini mau menentang teori klasik bahwa “benar” dan “salah” adalah ungkapanyang hanya menyatakan sesuatu (deskriptif). Proposisi yang benar berartiproposisi itu menyatakan sesuatu yang memang dianggap benar. Demikiansebaliknya. Namun justeru inilah yang ingin ditolak oleh para filsuf ini.[37]

Teori performatif menjelaskan, suatu pernyataan dianggap benar jika iamenciptakan realitas. Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yangmengungkapkan realitas, tetapi justeru dengan pernyataan itu tercipta realitassebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Teori ini disebut juga“tindak bahasa” mengaitkan kebenaran satu tindakan yang dihubungkandengan satu pernyataan.[38] Misalnya, “Dengan ini saya mengangkat andasebagai manager perusahaan “Species S3”. Dengan pernyataan itu terciptasebuah realitas baru yaitu anda sebagai manager perusahaan “Species S3”,tentunya setelah SKnya turun. Di sini ada perbuatan yang dilakukan bersamaandengan pengucapan katakata itu. Dengan pernyataan itu suatu penampilanatau perbuatan (performance) dilakukan.

Teori ini dapat diimplementasikan secara positif, tetapi di pihak laindapat pula negatif. Secara positif, dengan pernyataan tertentu, orang berusahamewujudkan apa yang dinyatakannya.[39] Misal, “Saya bersumpah akanmenjadi dosen yang baik”. Tetapi secara negatif, orang dapat pula terlenadengan pernyataan atau ungkapannya seakan pernyataan tersebut sama denganrealitas begitu saja. Misalnya, “Saya doakan setelah lulus S1 kamu menjadiorang yang sukses”, ungkapan ini bagi sebagian orang adalah doa padahal bisasaja sebagai basabasi ucapan belaka. Atau, “saya bersumpah, saya berjanjimenjadi karyawan yang setia pada pimpinan”, seakanakan dengan janji itu iasetia pada pimpinan. Bisa jadi kita semua terjebak dengan pernyataan sepertiitu seolaholah dengan dengan pernyataanpernyatan itu tercipta realitas sepertiyang dinyatakan. Padahal apa yang dinyatakan, belum dengan sendirinyamennjadi realitas.

e. Agama sebagai teori kebenaran

Pada hakekatnya, manusia hidup di dunia ini adalah sebagai makhlukyang suka mencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 7/13

kebenaran adalah agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikanjawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia; baik tentangalam, manusia, maupun tentang Tuhan. Dalam mendapatkan kebenaranmenurut teori agama adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan.[40]

Manusia dalam mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalamagama denngan cara mempertanyakan atau mencari jawaban berbagai masalahkepada kitab Suci. Dengan demikian, sesuatu hal dianggap benar apabilasesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentuk kebenaran mutlak.[41]

3. SumberSumber Pengetahuan

a. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahua.Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dari akal.[42] Rasionalisme dapatdidefinisikan sebagai paham yang sangat menekankan akal sebagai sumber utamapengetahuan manusia dan pemegang otoritas terakhir dalam penentuan kebenaranpengetahuan manusia.[43] Aliran ini dipelopori oleh Rene Descartes, kemudiandinisbatkan kepada beberapa tokoh pemikir barat, diantaranya Rene Descartes, Spionoza,Leibniz dan Christian Wolf. Meski sebenarnya akarakar pemikirannya sudah ditemukandalam pemikiran para filosof klasik, yaitu Plato dan Aristoteles.[44]

Menurut kaum rasionalisme, sumber pengetahuan manusia didasarkan padainnate idea (ide bawaan) yang dibawa oleh manusia sejak ia lahir. Ide bawaan tersebutmenurut Descartes terbagi atas tiga kategori, yaitu; Pertama, Cogitans atau pemikiran,bahwa secara fitroh manusia membawa ide bawaan yang sadar bahwa dirinya adalahmakhluk yang berpikir, dari sinilah keluar statement Descartes yang sangat terkenal,yaitu cogito ergo sum yaitu aku berpikir maka aku ada. Kedua, Allah Atau deus,manusia secara fitroh memiliki ide tentang suatu wujud yang sempurna, dan wujud yangsempurna itu tak lain adalah Tuhan. Ketiga, Extensia atau keluasan, yaitu ide bawaanmanusia, materi yang memiliki keluasan dalam ruang.[45]

Ketiga ide bawaan diatas dijadikan aksioma pengetahuan dalam filsafatrasionalisme yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Dalam metodepencapaian pengetahuan Descartes memperkenalkan metode yang dikenaldengan metode keraguan (dibium methodicum) yaitu meragukan segalasesuatu termasuk segala hal yang telah dianggap pasti dalam kerangkapengetahuan manusia.[46]

b. Empirisme

Empirisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu empeirikos artinyapengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melaluipengalamannya.[47] yang artinya pengalaman. Dalam filsafat biasanyabipertentangkan dengan rasionalisme.[48] Berbeda dengan rasionalisme yangmenjadikan akal manusia sebagai sumber dan penjamin kepastian suatukebenaran pengetahuan manusia. Empirisme memandang hanya pengalamaninderawilah (altajri>bah) sebagai satusatunya sumber kebenaran dankepastian pengetahuan manusia.[49]

Aliran Empirisme disandarkan kepada beberapa tokoh pemikir Baratdiantaranya Francis Bacon, Thomas Hobbes, David Hume, dan John locke.[50]John Locke memperkenalkan teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong),maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan,lantas pengalamanya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memilikipengetahuan. Mulamula tangkapan indera yang masuk itu sederhana lamalama menjadi komplek, lalu tersusunlah pengetahuan berarti.[51]

Jadi dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuanadalah dengan pengalaman inderawi. Maka, empirisme sangat menekankanmetode eksperimen dalam proses pencapaian pengetahuan manusia. Seseorang

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 8/13

yang tak memiliki satu jenis indera tertentu maka ia ia tidak dapat memilikikonsepsi tentang pengetahuan yang berhubungan indera tersebut.[52]

c. Kritisisme

Ketika terjadi pertarungan filsafat antara aliran rasionalisme danempirisme mengenai dasar pengetahuan manusia. Immanuel Kant seorangfilosof Jerman kemudian mencoba melakukan upaya menyelesaikan perbedaantajam antara kedua aliran tersebut.[53] Pada mulanya Kant mengikuti aliranrasionalisme, kemudian menurut pengakuannya sendiri ia kemudian terjagadari mimpi rasionalismenya setelah membaca buku David Hume. Tetapikemudian ia tetap berpendapat bahwa empirisme tidak bisa ia terima begitusaja karena akan membawa keraguan pada akal. Kant tetap mengakui bahwaakal dapat mencapai kebenaran, untuk itu ia kemudian menetapkan syaratsyarat dalam pencapaian kebenaran akal, itulah sebabnya aliran filsafatnyasering disebut dengan filsafat kritisisme.[54]

Dalam filsafat kritisisme, Kant menganggap bahwa pengalaman danakal manusia samasama dapat digunakan dalam mencapai pengetahuanmanusia. Selanjutnya Kant membagi tahapan pencapaian pengetahuan manusiamenjadi tingkatan, yaitu; Tahap pencapaian inderawi,[55] tahap akal budi,[56]Tahap rasio/intelek[57] Pada tahapan ini, proses pengetahuan manusiatelah sampai pada kaidahkaidah asasi yang tidak bisa lagi diruntut dan bersifatmutlak Kant menyebutnya dengan idea transendental. Tugas idea transendentalini ialah menarik kesimpulan dari pernyataanpernyataan pada tingkatandibawahnya.[58]

d. Intuisisme

Intiuisisme merupakan hasil pemikiran epistemologi filsafat Barat yangdipelopori oleh Henry Bergson. Menurut Bergson intuisi adalah hasil evolusipemahaman yang tertinggi. Lebih lanjut Bergson menyatakan bahwa indera dan akalmanusia samasama terbatas dalam memahami realitas secara keseluruhan.[59]Menurutnya, intuisi merupakan pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukanpengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang padadasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, tanpa dibantu oleh penggambaran secarasimbolis. Karena itu intuisi adalah saran untuk mengetahui secara langsung dan seketika.[60]

Suriasumantri menyatakan, intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapatdiandalkan.[61] Sedang secara epistemologi, pengetahuan intuitif berasal dari intuisiyang memperoleh melalui pengamatan langsung, tidak mengenai keberadaan lahiriahsuatu objek melainkan hakekat keberadaan dari suatu objek tersebut.[62]

Dalam filsafat Islam, isme yang hampir mirip dengan intusionisme adalahiluminasionisme (almasya>iyyah). Aliran ini berkembang dikalangan tokoh agama,yang di dalam agama Islam disebut dengan istilah ma’rifah, yaitu pengetahuan yangdatang dari tuhan melalui pencerahan dan penyinaran (almasya>iyyah).[63]

C. Penutup/Simpulan

Dari apa yang telah tersaji di atas, penulis coba menyimpulkan, bahwaepistemologi merupakan cabang dari ilmu filsafat mempelajari batasbataspengetahuan dan asalusul pengetahuan serta di kriteria kebenaran.Pembahasan dalam epistemologi lebih terfokus pada sumber pengetahuan (theorigin of knowledge) dan teori tentang kebenaran (the theory of truth)pengetahuan. Pembahasan yang pertama telah menjawab suatu pertanyaanapakah pengetahuan itu bersumber pada akal pikiran semata (a>qliyyah),indera (tajribiyyah), kritik (naqdiyyah) dan intuisi (hadasiyyah).

Fokus lain pada pembahasan epistemologi di atas adalah tentang teoriteori kebenaran pengetahuan, dapat digambarkan teoriteori itu adalah

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 9/13

korespondensi, koherensi, praktispragmatis dan performatif. Selanjutnya,pembahasan dalam epistemologi mengalami perkembangan, yaknipembahasannya terfokus pada sumber pengetahuan, proses dan metode untukmemperoleh pengetauan, cara untuk membuktikan kebenaran pengetahuan,dan tingkattingkat kebenaran pengetahuan.

Konstruksi pemikiran epistemologi khususnya teoriteori kebenaranyang terdapat dalam makalah ini tentu tidak dapat mengeksplor kerangkapemikiran epistemology secara keseluruhan. Teoriteori yang ditersaji punbelum juga mencakup semua teori yang ada. Penulis sadar, masih banyak yangbelum diungkap dalam makalah ini dan perlu eksplorasi terhadap persoalanyang lebih mendalam lagi. Walla>hu waliyy altawfi>q.

Daftar Pustaka

Adian, Donny Gahrial, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, Bandung:Teraju, 2002, Cet. I.

AlHifni, Abdul Mun'im, Mausu>ah alFalsafah wa alFala>sifah, Juz 1,Kairo; Maktabah Madbu>li, 1999.

Bagus, Loren, Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012.

Fautanu, Idzam, Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi, Jakarta: Referensi, 2012.

Lubis, Akhyar Yusuf, Filsafat Ilmu; Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta:Rajawali Pers, 2014.

Muhajir, Noeng, Filsafat Ilmu; Positivisme, Post Positivisme dan PostModernisme, Yogyakarta: Rakesarasin, 2001, Edisi2.

Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta; Kanisius, cet. 6, 2002.

Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Shadr, Muhammad Baqir, Falsafatuna>, Diterjemahkan oleh M. Nur MufidAli, Cet. IV; Bandung: Mizan, 1994.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2000, cet. ke 13.

Susanto, A., Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,Epistemologis dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Catra,

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 10/13

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar PengembanganIlmu Pengetahuan, Yogyakarta: Liberti, 2003, cet3.

[1] Muhammad Baqir Shadr, Falsafatuna>, Diterjemahkan oleh M. Nur Mufid Ali,(Cet. IV; Bandung: Mizan, 1994) hlm. 25

[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012, hlm. 85.

[3] Menurut Salam, pengetahuan itu harus benar kalau tidak benar disebutkontradiksi. Jadi Pengetahuan adalah kebenaran, maka dalam kehidupan manusiamemiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Lihat Burhanuddin Salam, PengantarFilsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hlm. 28.

[4] Abdul Mun'im alHifni, Mausu>ah alFalsafah wa alFala>sifah, juz 1,Kairo; Maktabah Madbuli> 1999, hlm. 19.

[5] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta; Kanisius, cet. 6, 2002,hlm. 38.

[6] Perbedaan pokok antara teoriteori pengetahuan adalah perbedaan antara metoderasionalisem dan teori empirisme. Contoh pengetahuan yang paling menjanjikan adalahpengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian dapat diuraikan bah metode yangpaling cocok dengan ilmu pengetahuan harus diterima. Akan tetapi tentu saja beberapabidang ilmu pengetahuan lebih empiris dibanding yang lain. Lihat Loren Bagus, KamusFilsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. Hlm. 212213.

[7] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta; Kanisius, cet. 6, 2002,hlm. 38. Ia membagi pengetahuan. Pertama, pengetahuan biasa, kedua pengetahuanilmiah, dan ketiga pengetahuan filsafat. Tanpa menyebut pengetahuan agama yangbersifat mutlak.

[8] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, hlm. 8788.[9] Pengetahuan nir ilmiyah adalah hasil pencerapan dengan indra terhadap objek

tertentu yang dijumpai dalam kehidupan seharihari. Sedang pengetahuan pra ilmiahadalah merupakan hasil pencerapan inderawi dan pengetahuan yang merupakan hasilpemikiran rasional yang tersedia untuk diuji lebih lanjut. Lihat Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat, hlm. 38.

[10] Ibid, 3839.[11] Amsal Bakhtiar, Op.Cit. 88.[12] Ibid, 89.[13] Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi, Jakarta: Referensi, 2012,

hlm. 96.[14]Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar Pengembangan

Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Liberti, 2003, cet3. Hlm. 135[15] A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,

Epistemologis dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 85.[16]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2000, cet. ke 13, hlm. 57.[17] Amsal Bakhtiar, Op.Cit., hlm.112.[18] Jujun S., Filsafat Ilmu..., hlm. 54.[19] Noeng Mudhafir, Filsafat Ilmu; Positivisme, Post Positivisme dan Post

Modernisme, Yogyakarta: Rakesarasin, 2001, Edisi2, hlm. 20.[20] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu., 114.[21] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu., hlm. 116.[22] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu… hlm. 55.[23] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu… hlm. 56.[24] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu..116.[25] Ibid, hlm. 117.[26] A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu kajian dalam dimensi Ontologis,............

hlm. 85[27] Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu; Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta:

Rajawali Pers, 2014, hlm. 51.

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 11/13

[28] A Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu kajian dalam dimensi Ontologis,............ hlm.86.

[29] Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa“kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifatfungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan adalah benarjika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”. Lihat JujunS. Suriasumantri, Filsfat Ilmu… hlm. 58.

[30]Sebagai seorang pragmatis, William James menolak “teori cermin” atausebagai gambaran realitas dan menggantinya dengan prinsip kegunaan dankemanfaatannya. Dengan kata lain, benar tidaknya satu teori justru ditentukan olehbermanfaat tidaknya suatu teori dalam praktis kehidupan. Lihat Akhyar Yusuf Lubis,Op.Cit., 52

[31] Ibid, 53.[32] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu.., 115.[33] Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu:…, hlm. 20.[34] QS. AlBaqarah: 163164. Artinya: (163) Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang

Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(164). Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dansiang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, danapa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumisesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, danpengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh(terdapat) tandatanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

[35] Ibid, 59.[36]Austin tidak begitu tertarik membicarakan bahasa sebagai pemaparan realitas

(fakta atomik). Ia mengarahkan analisisnya pada pemakaian bahasa seharihari. Iamembedakan dua macam penggunaan bahasa, yaitu proposisi atau tuturan konstatif danproposisi atau tuturan performatif dengan aturan atau kriterianya sendiri. Lihat AkhyarYusuf Lubis, Filsafat Ilmu…, hlm. 54.

[37] Jujun S. Suraisumantri, Filsafat Ilmu.., hlm. 59.[38] Ahyar Lubis, Filsafat Ilmu, hlm., 55.[39]A Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu kajian dalam dimensi Ontologis,............ hlm.

87.[40] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu… 121.[41] Ibid, 121.[42] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, 102.[43]Donny Gahrial Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, Bandung :

Teraju.2002, Cet. I. hlm. 43[44] Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu, hlm. 94.[45] Ibid, hlm. 95.[46] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, hlm. 103.[47] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, hlm. 98.[48] Akhyar Yusuf, Filsafat Ilmu, hlm. 112.[49] Donny Gahrial Adian., Filsafat Ilmu., hlm. 48[50] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001, hlm. 24[51]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, hlm. 100.[52] Ibid, 101.[53]Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu.., hlm. 109.[54] Tahapan pertama dalam proses pencapaian pengetahuan bagi Kant adalah

pencapaian inderawi terhadap realitas eksternal. Namun yang dapat dicapai oleh manusiahanyalah fenomenanya atau gejala yang tampak saja yang tak lain adalah sintesis dariunsurunsur yang datang dari luar sebagai materi dengan bentuk a priori ruang danwaktu dalam struktur pemikiran manusia. Lihat Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu…, hlm.110.

[55] Tahapan pertama dalam proses pencapaian pengetahuan bagi Kant adalahpencapaian inderawi terhadap realitas eksternal. Namun yang dapat dicapai oleh manusiahanyalah fenomenanya atau gejala yang tampak saja yang tak lain adalah sintesis dariunsurunsur yang datang dari luar sebagai materi dengan bentuk a priori ruang danwaktu dalam struktur pemikiran manusia. Lihat Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu, hlm. 111

[56] Bersamaan dengan pencapaian inderawi secara spontan bekerjalah akal budimanusia. Tugas akal budi manusia adalah menyusun dan menghubungkan datadata

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 12/13

Newer Post Older PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Posted by imas musfiroh at 06:47

Labels: filsafat ilmu

inderawi. Dalam hal ini akal budi manusia bekerja dengan bantuan daya fantasinya.Pengetahuan akal budi baru bisa diperoleh ketika terjadi sintesis antara pengalaman inderawidengan bentukbentuk a priori yang dinamai oleh Kant dengan “kategori” yakni ide bawaanyang mempunyai fungsi epistemologi dalam diri manusia untuk menyusun pengetahuan.Lihat Noeng Muhajir, Filsafat Ilmu, hlm. 112

[57] Menurut Kant, yang dimaksud dengan rasio/intelek adalah kemampuan asasiyang menciptakan pengertianpengertian umum dan mutlak.

[58] Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu…, hlm. 247.[59] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu.., hlm. 107[60] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, hlm. 56.[61] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu …, hlm. 53.[62]Ahmad Tafsir, Filsfat Umum, hlm. 57.[63] Ma’rifah, itu diperoleh dengan cara latihan, yang dalam diskursus Islam

disebut dengan riyadah. Metode ini secara umum dipakai dalam thariqah atau tasawuf.Dari kemampuan ma’rifah ini, dapat dipahami bahwa mereka tentu mempunyaipengetahuan tingkat tinggi yang banyak sekali dan meyakinkan pengetahuan itu diperolehbukan lewat indera dan bukan lewat akal, melainkan lewat hati. Lihat BurhanuddinSalam, Pengantar Filsafat…, hlm. 131.

+1 Recommend this on Google

Enter your comment...

Comment as: Google Account

Publish Preview

Create a Link

No comments:

Post a Comment

Links to this post

3/23/2016 FALAKASTRONOMI DAN ILMU LAINNYA: Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Epistemologi

http://falastro.blogspot.com/2015/02/teorikebenaranperspektiffilsafat.html 13/13

Watermark template. Powered by Blogger.