presentasi epistemologi dakwah

13
Landasan Oleh : Mutia Afifati Epistemologis Ilmu Dakwah

description

materi kuliah ilmu dakwah

Transcript of presentasi epistemologi dakwah

Page 1: presentasi epistemologi dakwah

Landasan

Oleh : Mutia Afifati

Epistemologis

Ilmu Dakwah

Page 2: presentasi epistemologi dakwah

PendahuluanPada hakikatnya gerakan dakwah islam terporos pada amar ma’ruf nahi munkar , ma’ruf mempunyai arti segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan munkar yaitu perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah. Pada tataran amar ma’ruf siapapun bisa melakukannya karena kalau hanya sekedar menyuruh kepada kebaikan itu mudah dan tidak ada resiko bagi si penyuruh. Lain halnya dengan nahi munkar, jelas mengandung konsekuensi logis dan beresiko bagi yang melakukannya, karena mencegah kemunkaran harus sinergis dengan tindakan konkrit, nyata dan dilakukan atas dasar kesadaran yang tinggi dalam rangka menegakkan kebenaran. Dakwah Islam hendaknya disampaikan secara baik-baik dan dengan bahasa yang dapat dipahami, tanpa mencela dan menghina.

Berangkat dari penjelasan diatas, dalam mengembangkan dakwah islam selanjutnya, perlu kiranya dipertegas mengenai epistimologi dakwah secara keilmuan. Rumusan disini menyangkut yang berkenaan dengan hakikat, landasan, batas-batas kelimuannya termasuk didalamnya pengetahuan ilmiah dan persoalan ilmiah yang dapat diuji.

Page 3: presentasi epistemologi dakwah

Yang menjadi batasan tegas dasar dalam keilmuan dakwah disini adalah dakwah sebagai kebenaran ilmu, karena yang dibahas kajian wilayah epistimologinya. Oleh karena itu, maka teori pengetahuan kebenarannya adalah kebenaran ilmu dan bukan kebenaran agama, kebenaran ilmu diuji sejauh mana keabsahan suatu pengetahuan itu, dan ini memerlukan pembuktian. Hal ini diperlukan karena dataran epistimologi merupakan struktur fundamentral untuk membangun dan megembangkan dakwah islam yang pada akhirnya akan lebih sistematis-konstruktif dalam aplikasi terapanya. Tanpa struktural fundamental yang jelas, dakwah selalu diberi pegertian konotasi dan denotasi yang baik dan positif.

Padahal perlu secara rinci mengenai apa makna dari dakwah itu, kalau pengertian dakwah secara asal bahasanya itu “panggilan” lalu panggilan kemana ? atau untuk apa ?. Penjelasan rinci tersebut tetap diperlukan, karena kalau tidak dakwah hanya menjadi prevelles/kelaziman bagi orang-orang tertentu, dan dengan gaya serta jabaran tertentu pula, misalnya pelakunya dibungkus dengan sebutan da’i atau mubaligh yang sering kali masyarakat awam atau pada umumnya menempatkan pada macam tertinggi, yakni sebagai acuan dalam berfikir dan bertindak, atau bahkan sampai ditingkat ma’shum.

Page 4: presentasi epistemologi dakwah

Pendekatan filosofis epistemologis idlakukan secara radikal mendasar dan menyeluruh.Pemahaman dakwah tanpa pendekatan ini akan menyebabkan pemahaman dakwah islam menjadi dangkal dan membuat penganutnya ke dalam formalitas dan fanatisme sempit.

Page 5: presentasi epistemologi dakwah

Pengertian EpistemologiSecara umum, epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, ilmu sebagai proses adalah usaha pemikiran yang sistematis dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu objek kajian ilmu. Pertanyaan mengenai apakah objek kajian ilmu itu dan seberapa jauh tingkat kebenaran yang bisa dipakai dalam kajian ilmu, kebenaran objektif, subjektif, absolut dan relatif, merupakan lingkup serta medan kajian epistemologi secara umum.

Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, yakni episteme yang diartikan sebagai pengetahuan atau kebenaran, sedangkan logos diartikan sebagai pikiran, kata, teori. Dengan demikian secara etimologi dapat diartikan pula sebagai teori pengetahuan yang lazim dalam Bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan atau juga teori pengetahan.

Page 6: presentasi epistemologi dakwah

Hal pertama yang perlu dijawab dalam ilmu dakwah kaitannya dengan pendekatan epistemologis adalah apa yang harusnya dibangun dan semestinya ada dalam perangkat dakwah, mengapa kondisi tersebut mesti dibangun.Jawabannya adalah faktor moralitas sebagai dimensi moral keagamaan adalah salah satu syaratnya. Artinya, perilaku dakwah harus mencirikan akhlak dalam pengertian mempunyai kandungan syarat dan perbuatan baik.

Suatu perbuatan dikatakan baik apabila meliputi : niat yang baik, cara yang baik, ada hukum positif dan agama di dalamnya, tujuan baik. Semua ini tidak mesti tercermin dari atas (realitas keteladanan), tetapi lahir dari nuansa batin yang paling dalam. Konsep “ibda’ binafsik” di sini jauh lebih ampuh merubah masyarakat daripada sekedar menyuruh kepada kebaikan.

Page 7: presentasi epistemologi dakwah

Konstruksi Epistemologi Ilmu DakwahUntuk menemukan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan ilmu dakwah itu penulis mencoba menelusurinya rancang bangun filsafat, pengetahuan Islam sebagaimana pernah dipetakan tradisi keilmuan tersebut oleh Muhammad ‘Abid Al-Jabiri dalam kerjanya Bunya Al-Aql Al-Arabi (1993) dan sekaligus ini dijadikan sebagai titik tolak metodologis untuk membangun epitimologi keilmuan dakwah. Adapun penjelasan konkritnya sebagai berikut:1. Melalui cara pengetahuan bayani atau lazim disebut epistemologi bayani, bayani (expianatory) secara etimologis mempunyai pengertian penjelasan, penjelasan perenyataan ketetapan, sedangkan secara terminologis, bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma, dan ijtihad. Epistemologi bayani merupakan studi filosofis terhadap struktur pengetahuan yang menempatkan teks (wahyu) sebagai kebenaran mutlak, sedangkan akal hanya menempati posisi kedua. Dalam dakwah islam, teks atau nash al-Qur’an merupakan tolok ukur dari seluruh kegiatan dakwah.

Page 8: presentasi epistemologi dakwah

2. Melalui cara pengetahuan “irfani” atau lazim disebut epistemologi irfani, irfani secara epistimologi irfani (Gnosis) berarti Al-Ma’rifah, Al-Ilm, Al-hikmah. Epistimologi irfani eksistensial berpangkal pada Zauq, gaih, atau intuisi yang merupakan perluasan dari pandangan illuminasi, dan yang berakar pada tradisi Hemes. Epistemologi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap dakwah terkait dengan sumber pengetahuannya.3. Melalui pengetahuan burhani, atau lazim disebut epistemologi burhani. Burhani (demontraty) secara bahasa berarti argumentasi yang jelas, sedangkan menurut istilah (logika) berarti aktivitas intelektual untuk menetapkan kebenaran dengan metode deduktif. Metode ini biasa disebut dengan analisis.

Ilmu dakwah lebih dekat dengan nuansa pengetahuan bayani dan burhani.Ilmu dakwah tidak terlepas dari dua hal, secara empirik, dimana terkait erat dengan ilmu-ilmu bantu lainnya, dan secara pemikiran keislaman sebagaiman terlihat dalam kajian-kajian teks atau nash khususnya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai titik tolak ukuran normatifnya.

Page 9: presentasi epistemologi dakwah

Bentuk epistimologi diatas dalam hubungannya dengan dakwah (islam), pemikirannya dijelaskan secara konkrit dalam rangka menemukan dan merumuskan epistimologi dakwah secara keilmuan konseptual. Langkah awal penulis lakukan disini adalah mencoba merumuskan bagian-bagian runtutan secara teoritik dan kemudian dan dijabarkan dalam bentuk aplikasi dan keilmuan dakwah (islam). Adapun urutan teoritik sebagai berikut:1. Sumber-sumber ilmu dakwah, yakni meliputi nash/teks (otoritas suci), Al-Khobar dan Al-Ijma (otoritas salaf), kemudian teoritas termasuk didalamnya alam, social, han humanitas (dalam bentuk keislaman dikenal dengan tuhan (theosentris). Manusia (antroposentris) dan alam (kosmosentris).2. Metode dan proses-proses atau prosedur keilmuan dakwah, yakni ijtihadiyah, istinbathiyah, qiyas, dan abtraksi.3. pendekatan (approach) keilmuan dakwah, yakni bahasa (lughawiyah) Filosifis, psikologi, sosiologi, antropologi, etik, estetik, dan hal-hal yang terkait erat denganscientifik atau ilmu bantu sejauh dibenarkan secara etik akademik.

Page 10: presentasi epistemologi dakwah

4. Kerangka teoritik ilmu dakwah, yakni pola pikir deduktif yangberpangkal pada teks/nash, pola pikir induktif berdasarkan pengalaman dan kenyataan realitas, qiyas, dan premis logika dan silogisme.5. Fungsi dan peran akal dalam ilmu dakwah yakni akal difungsikan sebagai pengekang hawa nafsu atau pengatur hawa nafsu dan juga sebagai alat pengukuhkan kebenaran atas kebenaran mutlak.6. Tipe argumentasi ilmu dakwah, yakni apologetik, dialektika (jadaly), dogmatic, dan ekspiorasi-verifikatif.7. Tolak ukur validitas keilmuan dakwah, yakni adapendekatan dan relasi kuasa antara kontek sebagai relaitas, dan korespondensi yang berdasarkan data dan fakta dari kenyataan-kenyataannya.8. Prinsip-prinsip dasar ilmu dakwah,yakni ontology deduktif dan induktif, qiyas dan prinsip kausalitas.9. Kelompok ilmu-ilmu bantu dalam keilmuan dakwah, yakni filosofis, psikologi, antropologi, sosiolgi, sejarah peradaban kontemporer, ilmu komnukasi dan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip komunikasi pada umunya.10. Hubungan subjek dan objek ilmu dakwah yakni ada keterkaitan secara objektif dan subjektif.

Page 11: presentasi epistemologi dakwah

Hakikat Dakwah

Hakikat dakwah adalah transformasi nilai. Karena itu, pertama, ia terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan perunahan dalm diri manusia dan kebudayaan. Kedua, dakwah islam tidak harus dipahami sebagai bentuk “pemaksaan” para dai kepada “penerima tarnsformasi” (mad’u) untuk memahami apa yang dimaksud dari yang disampaikannya.

Page 12: presentasi epistemologi dakwah

Dalam perkembangannya, dakwah tidak hanya dipahami sebagai transformasi nilai yang kadang terkesan sebagai pengandaian struktural atas-bawah (da’i-mad’u) saja, dalam penyampaiannya, tetapi pengandaian itu secara fungsional, artinya lebih kepada model bottom up daripada top down. Karena itu, dalm hubungan fungsionalnya, ada strategi dan gaya penyampaian secara dialektik.

Page 13: presentasi epistemologi dakwah

Terima Kasih