FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS ...repository.utu.ac.id/751/1/I-V.pdfPuskesmas Susoh pada...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS ...repository.utu.ac.id/751/1/I-V.pdfPuskesmas Susoh pada...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS
PASIEN TERHADAP PERILAKU BEROBAT
DI PUSKESMAS SUSOH KABUPATEN
ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
OLEH
SHELLI MAULINDA
10C10104029
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS
PASIEN TERHADAP PERILAKU BEROBAT
DI PUSKESMAS SUSOH KABUPATEN
ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
OLEH
SHELLI MAULINDA
10C10104029
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Pasien
terhadap perilaku berobatdi Puskesmas Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya.
Nama Mahasiswa : SHELLI MAULINDA
NIM : 10C10104029
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Peminatan : PKIP
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Drs. ADONIS, M.Si) (MAIZA DUANA, SKM)
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
(Sufyan Anwar, SKM., MARS) (Marniati, SKM., M.Kes)
NIDN. 0121067602 NIDN. 0104097801
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Pasien
terhadap perilaku berobatdi Puskesmas Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya.
Nama Mahasiswa : SHELLI MAULINDA
NIM : 10C10104029
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Peminatan : PKIP
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Drs. ADONIS, M.Si) (MAIZA DUANA, SKM)
Ketua Program Studi
(Marniati, SKM., M.Kes)
NIDN. 0104097801
Tanggal Seminar: 04 September 2014
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Pasien
terhadap perilaku berobatdi Puskesmas Susoh Kabupaten
Aceh Barat.
Nama Mahasiswa : SHELLI MAULINDA
NIM : 10C10104029
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Peminatan : PKIP
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 04 September 2014 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua Drs. Adonis, M.Si …….....………………...……
Anggota 1. Maiza Duana, SKM ………………………………
2. Kartini, SE., M,Kes ………………………………
3. Azwar, SKM ………………………………
Alue Peunyareng, Agustus 2014
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Marniati, SKM., M.Kes
NIDN. 0104097801
ABSTRAK
Shelli Maulinda. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pasien terhadap
Perilaku Berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Dibawah
bimbingan Drs. Adonis, M.Si dan Maiza Duana, SKM.
Jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Susoh pada tahun 2012 sebesar 23.000
pasien, pada tahun 2013 jumlah pasien lama mengalami penurunan yang cukup
signifikan menjadi 19.021 pasien dari kunjungan pasien Askes, JKA dan
Jamkesmas. Jumlah kunjungan pasien terbanyak adalah pada bulan April yaitu
sebanyak 3.870 dan jumlah kunjungan pasien terendah adalah pada bulan Agustus
yaitu sebanyak 2.655 pasien. (Puskesmas Susoh, 2013).
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang
Mempengaruhi Loyalitas pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2014.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat analitik dengan
pendekatan crossectional survey. Populasi dalam penelitian ini adalah 19.021 ,
tekhnik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental
sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan tidak secara sengaja, atau
secara kebetulan yang berjumlah 43 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (Faktor
Perhatian dan faktor kepuasan akumulatif) mempengaruhi loyalitas pasien
terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya tahun 2014 dimana p value > α (0,05).
Kepada pasien diharapkan agar menyampaikan keluhan yang ada baik rasa puas
maupun rasa tidak puas kepada pihak puskesmas agar pihak puskesmas dapat
melakukan pembenahan sehingga pelayanan kesehatan dapat berjalan sesuai
dengan harapan pasien dan diharapkan bagi pihak Puskesmas agar lebih
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pasien dalam berobat
baik dari segi perhatian kepada pasien maupun menciptakan kepuasan kepada
pasien dari segi kesehatan, pelayanan dan lain sebagainya.
Kata Kunci : Bivariat dan Univariat.
RIWAYAT HIDUP
Nama : SHELLI MAULIDA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kuta Iboeh, 9 Juni 1991
Agama : Islam
Status : Kawin
Alamat : Desa Gadang, Dusun Sepakat, Kecamatan Susoh,
Kabupaten Aceh Barat Daya
Nama Orang Tua/Wali
Nama Ayah : Hasan
Nama Ibu : Rosna
Alamat : Desa Gadang, Dusun Sepakat, Kecamatan Susoh,
Kabupaten Aceh Barat Daya
Pendidikan Formal
Sekolah Dasar (1996 - 2004) : SD Negeri 1 Rawa
SLTP (2004 - 2007) : SMP Negeri 1 Susoh
SLTA (2007 - 2010) : SMA Negeri 1 Blang Pidie
Perguruan Tinggi : Fakultas Ekonomi
: Prodi (Fakultas Kesehatan Masyarakat)
: Universitas Teuku Umar, Meulaboh
: Tahun Masuk (2010)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan jasa, jasa berbeda dengan barang.
Jika barang merupakan suatu obyek, benda atau alat, maka jasa adalah suatu
perbuatan, kinerja (perfomance). Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa
sebelum ia menikmatinya sendiri. Mereka akan meyimpulkan kualitas jasa dari
tempat (place), Orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan komunikasi
(communication materials), simbol, harga yang mereka amati (Wijono, 2003)
Salah satu cara utama mendeferensikan pelayanan jasa kesehatan
termasuk pelayanan rawat jalan adalah memberikan jasa pelayanan kesehatan
yang berkualitas, lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah
memenuhi atau melebihi harapan pasien tentang mutu pelayanan yang
diterimanya. Setelah menerima jasa pelayanan kesehatan, pasien akan
membandingkan jasa yang dialami dengan dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa
yang dirasakan tidak sesuai dengan jasa yang diharapkan, maka pasien tidak puas
dan akhirnya tidak akan loyal kepada rumah sakit. Namun jika jasa yang
dirasakan memenuhi atau bahkan melebihi harapan pasien maka pasien akan puas
dan tetap bersedia menjalin hubungan jangka panjang dengan pihak puskesmas
serta menjadi pasien yang loyal kepada puskesmas.
Pemasaran merupakan salah satu masalah bagi setiap puskesmas atau
organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Kurang berhasilnya pemasaran
1
2
diantaranya akibat kurangnya puskesmas/lembaga kesehatan berpihak pada
kepentingan pasien. Karena apa yang telah disampaikan saat dipasarkan seringkali
tidak sesuai dengan apa yang didapatkan psien, dan ini tentunya akan
menimbulkan imageyang tidak baik untuk lembaga kesehatan termasuk
puskesmas tersebut (Suprananto, 2001).
Weirich H dan Koontz H (1994 dalam Sulistiadi, 2002) menyatakan
bahwa strategi pemasaran dibuat untuk memberi petunjuk pada para manager
bagaimana agar produk/jasa yang dihasilkan dapat sampai pada konsumen dan
bagaimana memotivasi konsumen untuk membelinya. Lembaga kesehatan
termasuk puskesmas perlu mendesain program pemasaran agar produk mendapat
respon dari pasar sasaran. Karena itu perlu alat supaya program tersebut mencapai
sasaran. Alat disini adalah program yang bisa dikontrol oleh organisasi, alat
tersebut lazim disebut bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran atau
Marketing mixadalah kombinasi dari 4 atau lebih variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan. Bauran pemasaran yang lazim
digunakan perumahsakitan di Indonesia adalah 5P yaitu: product, price, place,
promotion dan people.
Selain 5 P di atas juga bisa ditambahkan physical evidencedan process.
Kegiatan-kegiatan ini perlu di kombinasi dan dikoordinir agar perusahaan dapat
melakukan tugas pemasarannya seefektif mungkin. Jadi, perusahaan atau
organisasi tidak hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi jaga
harus mengkoordinir barbagai macam elemen dari marketing mix tersebut untuk
melaksanakan program pemasaran secara efektif (Hasan, 2008).
3
Bauran pemasaran adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon
yang diinginkan dari pasar sasaran, tetapi yang terlebih penting lagi bagaimana
memahami bauran pemasaran dari sudut pandang atau persepsi pelanggan. Dari
kacamata atau sudut pandang pasien bauran pemasaran merupakan jalan keluar
bagi masalah pasien, biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien, memperoleh
pelayanan yang menyenangkan, nyaman dan komunikasi yang baik dari rumah
sakit terhadap pelanggan pandang atau persepsi pelanggan.
Dari kacamata atau sudut pandang pasien bauran pemasaran merupakan
jalan keluar bagi masalah pasien, biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,
memperoleh pelayanan yang menyenangkan, nyaman dan komunikasi yang baik
dari rumah sakit terhadap pelanggan kemampuan rumah sakit untuk menarik dan
mempertahankan pelanggan baru merupakan sebuah fungsi yang tidak berasal dari
produk atau pelayanan itu sendiri, namun juga berkaitan dengan bagaimana
organisasi tersebut melayani pelanggan lama dan reputasi yang diciptakan oleh
rumah sakit, baik didalam maupun diluar rumah sakit. Mencari pelanggan baru
lebih sulit dan memerlukan biaya lebih mahal dibandingkan bila mempertahankan
pelanggan lama. Loyalitas pelanggan akan menjadi kunci sukses, tidak hanya
dalam jangka pendek, tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Pelanggan
yang loyal karena puas dan akan meneruskan hubungan pembelian. Loyalitas
pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan
jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap positif terhadap perusahaan jasa,
misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membelinya.
4
Sedangkan pelanggan loyal menurut Griffin mempunyai karakter sebagai
berikut: melakukan pembelian secara teratur, membeli produk selain lini produk
atau jasa yang biasa dikomsumsi, memberi rekomendasi pada pihak lain,
menunjukkan resistensi atau daya tolak terhadap produk pesaing. Keuntungan
loyalitas dapat dikatakan bersifat jangka panjang dan kumulatif, dimana
meningkatnya loyalitas pelanggan dapat menyebabkan profitabilitas yang lebih
tinggi, dan basis keuangan yang lebih stabil. Selain itu perusahaan yang dapat
mempertahankan pelanggannya, akan mendapatkan banyak keuntungan.
Keuntungan tersebut antara lain: menurunkan biaya pemasaran, mempersingkat
waktu dan biaya transaksi, menurunkan biaya turn over, meningkatkan cross
sellingyang akan memperbesar pangsa pasar, menurunkan biaya kegagalan,
seperti biaya ganti rugi (Griffin, 2003).
Saat ini minat kunjung pasien di Indonesia untuk berobat khususnya di
puskesmas sangat kurang, hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang kurang
memuaskan dan cara perawat melayani konsumen yang kurang ramah tamah, hal
ini tergambar dari kasus banyaknya masyarakat Indonesia yang mengalami sakit
tetapi masih berada di rumah tidak melakukan perobatan. Hal ini sering terjadi
pada pasien yang kurang mampu (Wikipedia, 2010).
Puskesmas Susoh adalah salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten
Aceh Barat Daya. Puskesmas Susoh memiliki 49 tempat tidur pada tahun 2013.
Jenis Pelayanan di Puskesmas Susoh yang ada diantaranya adalah Pelayanan
Rawat Jalan yang meliputi Poliklinik umum dan spesialis, Poliklinik Gigi,
Poliklinik KB, Konsultasi Gizi. Pelayanan di bagian Polikinik didukung oleh
5
pelayanan penunjang yaitu: Farmasi, Medical Record, Laboratorium, Radiologi,
Rehabilitasi Medik, Pelayanan Konseling. Fasilitas umum yang disediakan untuk
pasien Poliklinik antara lain: televisi di ruang tunggu, kantin, lapangan parkir
yang luas dan aman. Karyawan yang bertugas di bagian Puskesmas Susoh
meliputi perawat berjumlah 58 orang. Pelayanan pasien bagi pasien yang ingin
berobat adalah pada pagi hari hingga pukul 12.00 siang.
Minat kunjungan pasien juga mengalami penurunan di Daerah
Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, hal ini terlihat dari observasi awal
peneliti di lapangan, dimana masyarakat yang berobat ke puskesmas kebayakan
masyarakat yang hanya untuk mengambil surat rujukan, hal ini dikarenakan
pasien merasa kurang berminat untuk berobat di puskesmas karena pelayanan di
puskesmas yang kurang begitu maksimal hal ini terlihat dari perhatian para
perawat yang kurang memperhatikan pasien dalam melayani, kurang cepatnya
pelayanan kepada pasien dan lain sebagainya. (data observasi awal di Puskesmas
Susoh, 2014).
Dari data di Rekam Medik dapat diketahui juga kunjungan pasien di
Puskesmas Susoh pada tahun 2012 sebesar 23.000 pasien, pada tahun 2013
jumlah pasien lama mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 19.021.
Dari data tersebut juga didapatkan informasi mengenai retensi pasien lama, yaitu
pasien yang melakukan kunjungan perobatan di Puskesmas Susoh pada 2012
sampai tahun 2013. Walaupun retensi pasien cukup tinggi yang menunjukkan
kunjungan pasien lama lebih banyak dibandingkan pasien baru, tetapi jumlah
6
pasien lama yang menurun dapat menjadi petunjuk adanya penurunan loyalitas
pasien kepada Puskesmas Susoh.
Berdasarkan rekam medik puskesmas Susoh jumlah pasien pada tahun
2013 dari bulan Januari hingga bulan Desember berjumlah 19.021 pasien dari
kunjungan pasien Askes, JKA dan Jamkesmas. Jumlah data tersebut adalah pada
bulan Januari sebanyak 3.644 pasien yang berkunjung terdiri dari 579 pasien
Askes, 854 pasien JKA, 2.211 pasien Jamkesmas. Pada bulan Februari sebanyak
3.705 pasien yang berkunjung terdiri dari 577 pasien Askes, 880 pasien JKA,
2.248 pasien Jamkesmas. Pada bulan Maret sebanyak 3.814 pasien yang
berkunjung terdiri dari 569 pasien Askes, 912 pasien JKA, 2.333 pasien
Jamkesmas. Pada bulan April sebanyak 3.870 pasien yang berkunjung terdiri dari
546 pasien Askes, 1.106 pasien JKA, 2.218 pasien Jamkesmas. Pada bulan Mei
sebanyak 3.988 pasien yang berkunjung terdiri dari 707 pasien Askes, 1.574
pasien JKA, 1.707 pasien Jamkesmas. Pada bulan Juni sebanyak 3.110 pasien
yang berkunjung terdiri dari 518 pasien Askes, 1.286 pasien JKA, 1.306 pasien
Jamkesmas. Pada bulan Juli sebanyak 3.387 pasien yang berkunjung terdiri dari
566 pasien Askes,1.351 pasien JKA, 1.470 pasien Jamkesmas. Pada bulan
Agustus sebanyak 2.655 pasien yang berkunjung terdiri dari 448 pasien Askes,
1.092 pasien JKA, 1.115 pasien Jamkesmas. Pada bulan September sebanyak
3.048 pasien yang berkunjung terdiri dari 455 pasien Askes, 1.362 pasien JKA,
1.231 pasien Jamkesmas. Pada bulan Oktober sebanyak 3.082 pasien yang
berkunjung terdiri dari 486 pasien Askes, 1.405 pasien JKA, 1.191 pasien
Jamkesmas. Pada bulan November sebanyak 3.406 pasien yang berkunjung terdiri
7
dari 545 pasien Askes, 1.590 pasien JKA, 1.271 pasien Jamkesmas dan pada
bulan Desember sebanyak 3.307 pasien yang berkunjung terdiri dari 532 pasien
Askes, 1.521 pasien JKA, 1.254 pasien Jamkesmas (Puskesmas Susoh, 2013)
Kondisi menurunnya jumlah kunjungan pasien lama menjadi
permasalahan yang harus diperhatikan oleh pihak Puskesmas Susoh, karena
menurunnya loyalitas dapat menyebabkan menurunnya angka kunjungan pasien.
Jumlah pasien yang menurun akan berpengaruh terhadap pemasukan/income
Puskesmas Susoh, karena pasien yang periksa di Puskesmas Susoh juga akan
memanfaatkan pelayanan penunjang seperti laboratorium, fisioterapi, konsultasi
gizi, dll. (data observasi awal di Puskesmas Susoh, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian dalam
bentuk skripsi yang diberi judul: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya.”. Judul tersebut menjadi pilihan peneliti karena peneliti melihat
pasien yang datang ke puskesmas Susoh kebanyakan tidak kembali lagi untuk
berobat melainkan hanya untuk mengambil surat rujukan untuk berobat ke rumah
sakit. Karena itu peneliti ingin mengetahui mengapa para pasien tidak kembali
lagi untuk berobat, factor-faktor apa yang mempengaruhi mereka tidak kembali
lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini adalah Bagaimana faktor Perhatian
(caring), dan Kepuasan akumulatif (overall satisfaction) Mempengaruhi Loyalitas
8
pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Loyalitas
pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Bagaimana factor Perhatian (caring) Mempengaruhi
Loyalitas pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui Bagaimana factor Kepuasan akumulatif (overall
satisfaction) Mempengaruhi Loyalitas pasien Terhadap perilaku berobat di
Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai Faktor-faktor apa saja
yang Mempengaruhi Loyalitas pasien Terhadap perilaku berobat di
Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2014.
b. Bagi Puskesmas Susoh sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
pelayanan dan memahami konsumen sehingga meningkatkan loyalitas
konsumen untuk berobat.
9
c. Dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan
loyalitasnya dalam berobat di Puskesmas.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian
khususnya Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Loyalitas pasien
Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2014.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai
salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara
teori dengan praktek yang sesungguhnya di lapangan khususnya tentang
Loyalitas Pasien.
1.5 Hipotesis Penelitian
1. Ha : Faktor Perhatian dan Kepuasan Akumulatif Mempengaruhi Loyalitas
pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2014.
2. Ho : Faktor Perhatian dan Kepuasan Akumulatif Mempengaruhi Loyalitas
pasien Terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2014.
10
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu
1. Arif Kurniawan (2006) meneliti relationship marketing terhadap sikap
pasien lama untuk membangun hubungan jangka panjang dengan unit
rawat jalan di RS William Booth tahun 2006. Penelitian ini adalah
penelitian explanatory, metode penelitian adalah survey dengan
pendekatan cross sectional study. Subyek penelitian adalah 94 orang
pasien lama unit rawat jalan. Analisa data dengan menggunakan analisis
korelasi chi square dan analisis regresi logistic. Hasil dari penelitian ini
adalah ada penangaruh bersama-sama persepsi tentang daya tanggap
pelayanan, persepsi tentang kedalaman transaksi informasi dan persepsi
tentang kepedulian perorangan terhadap sikap pasien lama untuk
membangun hubungan jangka panjang. Persepsi tentang daya tanggap
pelayanan merupakan variable bebas yang paling berpengaruh terhadap
sikap pasien lama untuk membangun hubungan jangka panjang.
2. Sri Pamuji Eko Sudarko (2007) meneliti analisis pengaruh persepsi mutu
pelayanan pasien rawat inap di Paviliun Wijaya Kusuma terhadap loyalitas
pasien di BP RSUD salatiga. Penelitian ini adalah penelitian explanatory
dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dan pendekatan
cross sectional. Subyek penelitian 4 kepala bidang/bagian dan 90 pasien
penderita penyakit kronis. Analisa data dengan menggunakan Chi-Square
10
11
dan regresi logistik. Data kualitatif dianalisa menggunakan content
analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor efficacy, effectiness
dan technical competency dan continuity of care berpengaruh terhadap
loyalitas pasien.
3. Miftachul Izah (2008) meneliti tentang analisis pengaruh informasi media
promosi rumah sakit terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan
layanan studi kasus pada Semarang Eye Center RSI Sultan Agung
Semarang. Jenis penelitian observasional dengan metode survey dengan
pendekatan cross sectional. Sample sebanyak 74 pasien. Metode analisis
univariat, bivariat dan multivariate, uji analisis regresi logistik. Hasil
penelitian ada hubungan ketersediaan informasi, beban informasi dan cara
informasi disajikan dengan keputusan konsumen menggunakan layanan.
Perbedaan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan
penelitian ini adalah variabel yang akan diukur yaitu Faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya yang meliputi Perhatian (caring), dan Kepuasan
akumulatif (overall satisfaction). Sedangkan untuk variabel terikat yang diteliti
adalah loyalitas pasien
2.2 Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnisyang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
12
dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Sabarguna, 2004).
Dari gambaran definisi diatas diketahui bahwa kegiatan pemasaran
haruslah kegiatan yang terpadu, maka pemasaran rumah sakit juga harus
dirancang mengikuti definisi ini dengan target pasar dokter, pasien dan pemakai
institusi. Jadi pemasaran seperti proses kegiatan dalam organisasi yang
didalamnya terdapat majemen kegiatan mulai dari perencanaan sampai dengan
kegiatan evaluasi atau pengendalian.
Manajemen pemasaran adalah suatu proses penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk
mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,
mengadakan komunikasi, dan distibusi yang efektif untuk memberitahu,
mendorong, serta melayani pasar.
Penggunaan konsep pemasaran bagi sebuah perusahaan dapat menunjang
berhasilnya bisnis yang dilakukan. Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran
tersebut disusun dengan memasukkan tiga elemen pokok, yakni:
Orientasi konsumen /pasar/pembeli
Volume penjualan yang menguntungkan
Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan.
13
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pemasaran Lembaga
Kesehatan
Menurut Sabarguna (2004) ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap
pemasaran pada lembaga kesehatan, faktor dari luar dan faktor dari dalam:
1. Faktor dari luar, yaitu:
a. Kependudukan
Faktor kependudukan erat kaitannya dengan permintaan atau demand.
Selain itu juga berkaitan dengan jumlah penduduk dan peranan keluarga
berencana, yaitu jumlah yang lahir diharapkan lebih sedikit tetapi dengan
kualitas yang lebih baik. Juga berkaitan dengan kawasan industri, lalu
berhubungan pula dengan mobilisasi penduduk yang sekarang ini makin
mudah akibat transportasi yang mudah.
b. Ekonomi
Berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus berjalan, era
konglomerat dan krisis ekonomi. Keadaan ini baik secara langsung atau
tidak langsung akan berpengaruh, yang jelas peranan perbankan yang maju
menyebabkan berkembangnya pemakaian credit cardyang perlu dikelola
dengan cermat.
c. Lingkungan
Faktor lingkungan yang erat kaitannya dengan rumah sakit adalah limbah.
Analisis dampak lingkungan sekarang sedang digalakkan pemerintah.
Rumah sakit yang mempunyai limbah hayati dan industri seperti bekas
reagen laboratorium harus dengan seksama melakukan pembuangan limbah
14
yang aman. Erat kaitannya dengan kebersihan, pencegahan karyawan dan
lindungan karyawan dari bahaya radiasi dan pemakaian alat
listrik/elektronik yang semakin lama semakin canggih.
d. Teknologi
Kemajuan teknologi kedokteran sangat pesat, baik dari kemampuan maupun
kecangihannya. Konsekwensinya adalah ketergantungan pada teknologi dan
pemeliharaan, disamping biaya yang sangat besar. Kemajaun teknologi
harus dibarengi dengan kemajuan efisiensi dan manajemen yang maju pula.
Tanpa itu alat canggih merupakan beban tambahan yang memberatkan. Era
komputerisasi juga telah dimanfaatkan oleh perumahsakitan, yang perlu
juga adalah meningkatkan peran sumberdaya manusia dalam pengelolaan
dan pemanfaatan teknologi ini.
e. Hukum dan Politik
Erat sekali hubungannya adalah peraturan pemerintah, seperti diregulasi
dibidang farmasi dan Permenkes No. 84/Men/Kes/Per/II/1990, RS swadana,
Inpres No.4 tahun 2000, RS Perjan yang intinya jasa kesehatan dapat
menjadi komoditi Businnes. Keadaan ini memerlukan strategi dan upaya
yang berbeda dari keadaan sebelumnya, juga yang sekarang terus bergerak
naik adalah keberanian masyarakat untuk menuntut tindakan medis yang
dianggap kurang dapat diterima, maka sudah saatnya rumah sakit
mempersiapkan perlindungan bagi pelaksana medis dan keperawatan.
15
f. Sosial
Akibat kemajuan dan kemudahan informasi yang diterima, pandangan
masyarakat terus berubah, dengan menuntut yang lebih baik dan lebih
nyaman. Apalagi bila sudah ada yang pernah ke luar negeri akan
membandingkan dengan yang didalam negeri. Begitu pula yang pernah ke
kota besar akan membandingkan dengan yang ada di daerahnya. Rumah
sakit harus bisa mengantisipasi dan mengikuti perkembangan ini.
g. Kompetisi
Kompetisi tak dapat dihindarkan, karena jumlah lembaga kesehatan yang
bertambah, jumlah pelayanan kesehatan yang lain seperti klinik spesialis,
klinik 24 jam juga bertambah. Penting dijaga agar kompetisi ini berjalan
wajar, dalam hal ini Pemerintah dan PERSI dituntut peran yang lebih besar.
2. Faktor dari dalam, yaitu:
a. Organisasi dan manajemen lembaga kesehatan
Perubahan faktor luar yang telah disampaikan terdahulu, harus pula diikuti
dengan adaptasi organisasi dan manajemen yang dapat mengimbangi
perkembangan faktor luar, bila tidak akan mendapat kesulitan dalam
operasional sehari-hari. Maka profesionalisme perlu dikembagkan dan
dikembangkan dan diberi porsi yang lebih besar. Efisiensi yang efektif juga
akan semakin diperlukan dengan konsekwensi adanya perubahan pola
hubungan antara manajerial dan pelaksanan medis. Perubahan terjadi karena
adanya orientasi yang berbeda, yang tadinya rumah sakit dan dokter menjadi
sentral, sekaranglah pasien yang menjadi sentral.
16
b. Pasar
Dalam kondisi sekarang ini segmen pasar rumah sakit penting
dipertimbangkan karena berkaitan dengan prioritas pelayanan dan
pertimbangan ekonomis. Melayani lebih terarah akan memudahkan,
konsekwensinya lingkup pelayanan yang lebih kecil. Segmen dari segi
demogafis serta umur, jenis kelamin, juga segmen berdasarkan penghasilan,
pekerjaan perlu diteliti dan diperjelas mana yang menjadi sasaran utama.
c. Posisi lembaga kesehatan diantara pesaing
Rumah sakit harus dapat menempatkan posisi tertentu dengan keunggulan
dan kekhususan tertentu, seperti pusat bayi tabung, pusat pelayanan ginjal
dan sebagainya.
d. Publik
Dalam hal ini yang berhubungan dengan sumber daya manusia di rumah
sakit, termasuk keterkaitannya teknologi dan mempengaruhi mutu
pelayanan.
e. Pemasok/Suplier kesehatan
Hal ini penting karena alat mahal harganya, ada keterkaitan dengan
teknologi dan mempengaruhi mutu pelayanan.
2.3 Pelayanan
Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu Pelayanan berarti suatu empati, respek
dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dan diberikan dengan cara yang ramah. Mutu pelayanan agak sulit
diukur (intangible) karena umumnya bersifat subyektif, menyangkut kepuasan
17
seseorang bergantung pada persepsi, label, sosial ekonomi, norma, pendidikan,
budaya dan kepribadian (Prasetijo, 2004).
Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan jasa, jasa berbeda dengan barang.
Jika barang merupakan suatu obyek, benda atau alat, maka jasa adalah suatu
perbuatan, kinerja (perfomance). Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa
sebelum ia menikmatinya sendiri. Mereka akan meyimpulkan kualitas jasa dari
tempat (place), Orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan komunikasi
(communication materials), simbol, harga yang mereka amati (Tjiptono, 2004)
Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan
hubungan yang kuat dengan perusahaan, dalam jangka panjang ikatan seperti ini
memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan serta
kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang
menyenangkan dan memininumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang
kurang menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan
kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas
memuaskan.
Manfaat dari kualitas yang superior antara lain (Tjiptono, 2004):
a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar
b. Pangsa pasar yang lebih besar.
c. Harga jual yang lebih tinggi
d. Produktivitas yang lebih besar
18
Jasa merupakan setiap kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak dengan
pihak lain yang dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan sesorang
memiliki suatu apapun, meskipun produksinya dapat atau tidak dapat
berhubungan dengan produk barang fisik tertentu maupun tidak. Menurut Azrul
Azwar (2005) Jasa mempunyai empat (4) karakteristik, yaitu:
a. Intangibility, tak berwujud atau tidak kasat mata. Tugas penyedia jasa adalah
mengemas jasa yang kasat mata agar dapat di lihat dan dirasakan oleh
pengguna, penyedia jasa dituntut untuk memberikan bukti fisik atau
penggambaran nyata tentang tawaran abstrak tersebut
b. Inseparability, selalu diproduksi dan di komsumsi pada saat yang bersamaan
atau secara simultan.
c. Variability, sangat bervariasi tergantung dari siapa yang menyediakan jasa
serta kapan dan dimana jasa itu disediakan. Penyedia jasa dapat mengambil 3
langkah untuk mengontrol kualitasnya yaitu (a) penyeleksian dan pelatihan
personil, (b) standarisasi proses pemberian jasa di setiap organisasi, dan (c)
memonitor kepuasan pelanggan dengan mengadakan survey rutin pada
pelanggan dan kriteria yang menampung dan menindaklanjuti ketidakpuasan
pengguna jasa.
d. Perishability, tidak disimpan. Hal ini tidak menjadi masalah selama
permintaan tetap sesuai dengan jasa yang disediakan, namun seringkali tidak
terdapat keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
19
Menurut (Kotler dan Anderson, 2007) dalam metode serviqual ada 5
dimensi kualitas pelayanan yang dapat dipakai menjadi acuan oleh seorang
manajer untuk mengatasi kesenjangan/Gap:
1. Tangible: Kerapian dan kebersihan penampilan petugas (karyawan),
petugas menjaga kebersihan alat-alat yang dipakai, petugas senantiasa
menjaga kebersihan dan kerapian ruangan
2. Reliability: prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat, pelayanan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat,
perawat/dokter melakukan jadwal pelayanan dengan tepat, petugas
melakukan pelayanan dengan tidak berbelit-belit.
3. Responsiveness: kemampuan dokter dan perawat untuk cepat tanggap
menyelesaikan keluhan pasien, petugas memberikan informasi yang jelas
dan mudah dimengerti, tindakan cepat saat pasien membutuhkan
4. Assurance: pengetahuan dan kemampuan dokter dalam melakukan
diagnosis, ketrampilan dokter, perawat dan petugas lainnya dalam bekerja,
pelayanan yang sopan dan ramah, jaminan keamanan pelayanan dan
kepercayaan terhadap pelayanan.
5. Emphaty: memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien,
perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya, pelayanan kepada
pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain. Hubungan desain,
produk, pelanggan dan nilai pelanggan
Untuk menyediakan nilai-nilai untuk pelanggan, manajemen harus
menjamin tiga hal yaitu:
20
Mutu desain dan redesain (Quality of Design and Redesign)
Produk desain sesuai dengan kebutuhan pelanggan (product based and
user based quality). Contoh: kursi pasien dokter gigi didesain sesuai
kedudukan, letak pasien.
Mutu kesesuaian (Quality of conformance)
Produk dibuat sesuai dengan desain produk (manufacturing-based quality).
Contoh: tiap-tiap kursi pasien dokter gigi yang dibuat, sesuai dengan
desain spesifik yang dikehendaki.
Mutu penampilan (Quality of performance)
Produk dibuat sesuai dengan keinginan atau kebutuhan pelanggan dengan
penampilannya dilapangan (user-based quality). Contoh: kursi pasien
dokter gigi tetap bagus dipergunakan (penampilan pakainya) setelah
beberapa waktu.
Semua dimensi mutu tersebut dikelola melalui proses peningkatan mutu
menyeluruh yang mempertinggi nilai pelanggan, dengan kegiatan integrasi di tiap
tingkatan organisasi lintas fungsional. Bagi manajer, untuk menggunakan konsep
nilai pelanggan, sebelumnya pertama kali harus mengidentifikasi dan menetapkan
siapa pelanggan mereka. Suatu hal yang tidak sederhana. Banyak organisasi tidak
hanya bergantung pada satu jenis pelanggan, namun banyak pelanggan, didalam
atau diluar organisasi.
21
2.4 Pengertian Loyalitas
Dalam banyak definisi Hasan (2008) menjelaskan loyalitas sebagai
berikut:
a. Sebagai konsep generic, loyalitas merek menujukkan kecenderungan
konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat konsistensi
yang tinggi.
b. Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan denga
loyalitas merek (brand loyality). Perbedaannya, bila loyalitas merek
mencemirkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, perilaku
pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama secara berulang
kali.
c. Pembelian ulang merupakan hasil dominasi (1) berhasil membuat
produknya menjadi satu-satunya alternatif yang tersedia, (2) yang terus –
menerus melakukan promosi untuk memikat dan membujuk pelanggan
membeli kembali merek yang sama.
Menurut Dharmesta, (dalam Dharmayanti, 2006) Loyalitas adalah respon
perilaku pembelian yang dapat terungkap secara terus menerus oleh pengambil
keputusan dengan memperhatikan satu atau lebih merek alternatif dari sejumlah
merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Perlu ditekankan bahwa
hal tersebut berbeda dengan perilaku membeli ulang, loyalitas pelanggan
menyertakan aspek perasaan, tidak melibatkan aspek afektif didalamnya
Menurut Olson (dalam Palilati, 2004) loyalitas merupakan dorongan
untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun
22
kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk maupun jasa yang dihasilkan oleh
badan usaha tersebut yang membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses
pembelian yang terjadi secara berulang-ulang.
Dick dan Basu (dalam Hasan, 2008) menyatakan definisi loyalitas lebih
bersifat operasional yang menyebutkan bahwa loyalitas sebagai sebuah konsep
yang menekankan pada tuntutan pembelian, proporsi pembelian, atau probabilitas
pembelian.
Sementara itu Palilati (2004) mengatakan bahwa loyalitas terhadap
produk atau jasa perusahaan (merk) didefinisikan sebagai sikap menyenangi
(favorable) terhadap sesuatu merek, yang direpresentasikan dalam pembelian
yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.
Menurut Griffin, (2003) loyalitas menunjukkan kondisi dari durasi waktu
dan mensyaratkan bahwa tidak akan kurang dari dua kali.
Dari beberapa defenisi loyalitas di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
loyalitas adalah pemilihan pemakaian produk oleh konsumen yang mana produk
tersebut merupakan alternatif dari pilihan produk yang pertama. Biasaanya hal ini
terjadi apabila produk yang biasanya digunakan mengalami kenaikan atau
kelangkaan.
2.5 Pasien
Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
23
Hak-hak yang dimiliki pasien sebagaimana diatur dalam Pasal 52
Undang-undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah :
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis;
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d. Menolak tindakan medis; dan
e. Mendapatkan isi rekam medis.
Kewajiban pasien yang diatur dalam Pasal 53 Undang-undang No. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ini adalah:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatanya
b. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau doter gigi
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
2.6 Loyalitas Pasien
2.6.1 Pengertian Loyalitas
Loyalitas konsumen menurut Tunggal (2008) adalah kelekatan pelanggan
pada suatu merek, took, pabrikan, pemberi jasa, atau entitas lain berdasarkan
sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang baik, seperti pembelian ulang.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada unsur perilaku dan
sikap dalam loyalitas pelanggan.
Menurut Hasan (2008) Loyalitas pelanggan di definisikan sebagai orang
yang membeli, khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang.
Pelanggan merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke
24
suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu
produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.
Menurut Gremler dan Brown (dalam Hasan, 2008) bahwa loyalitas
pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan
jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan
jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli.
Griffin (dalam Dharmayanti, 2006) berpendapat bahwa pelanggan yang
loyal adalah pelanggan yang sangat puas dengan produk atau jasa tertentu
sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun
yang dikenal.
Engel, Blackwell, Miniard (dalam Hasan, 2008) mengemukakan bahwa
loyalitas pelanggan merupakan kebiasaan perilaku pengulangan pembelian,
keterkaitan dan keterlibatan yang tinggi pada pilihannya, dan bercirikan dengan
pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternative.
Sedangkan menurut Chan (2003) menyatakan bahwa “pelanggan yang
loyal selain akan membeli lebih banyak dan lebih sering, juga bertindak seperti
penasehat bagi keluarga dan teman-temannya untuk menjadi pelanggan
perusahaan tersebut”.
Menurut Tandjung dalam Griffin (2003) loyalitas pelanggan
didefinisikan sebagai berikut:
a. Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur.
b. Pelanggan yang membeli produk dari lini produk yang lain, misalnya di
samping membeli buku tulis, juga membeli eskrim ditempat yang sama.
25
c. Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain.
d. Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah.
2.6.2 Karakteristik dan Manfaat Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal merupakan aset yang berharga bagi perusahaan.
Untuk mendapatkan pelanggan yang loyal, perusahaan harus dapat menawarkan
produk atau jasa dengan kualitas yang baik dan mengikuti perkembangan jaman
sehingga calon konsumen tertarik untuk melakukan tindakan pembelian.
Sedangkan Alma (2004) menyatakan karakteristik loyalitas pelanggan
adalah sebagai berikut:
a. Pelanggan mau melakukan pembelian ulang secara teratur atau reguler
b. Pelanggan mau membeli produk-produk lain dan bukan hanya satu produk saja
c. Pelanggan bersedia merekomendasikan produk yang dibelinya kepada teman-
teman atau orang terdekatnya.
d. Pelanggan tidak mudah beralih pada produk pesaing
Manfaat Loyalitas Pelanggan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
perilaku, misalnya mengatakan hal-hal positif tentang perusahaan kepada orang
lain, merekomendasikan perusahaan pada orang lain, atau meningkatkan
pembelian. Di samping itu juga loyalitas merupakan aset strategis yang dimiliki
perusahaan dalam beberapa bentuk seperti yang dikemukakan oleh Aaker (2000)
sebagai berikut:
a. Mengurangi biaya pemasaran
Pada dasarnya akan lebih murah biaya untuk mempertahankan pelanggan
daripada mencari-cari pelanggan baru.
26
b. Meningkatkan arus transaksi.
Pelanggan akan lebih sering melakukan transaksi yang sama bila mereka
mendapatkan kepuasan.
c. Menarik minat pelanggan baru.
Pelanggan yang puas bisa menimbulkan keyakinan bagi pelanggan yang baru.
d. Memberikan waktu untuk merespon ancaman-ancaman pesaing.
Jika salah satu kompetitor mengembangkan produk yang unggul, pelanggan
yang loyal akan memberi waktu pada perusahaan yang bersangkutan agar
memperbaiki produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralkannya.
2.6.3 Tingkatan Loyalitas
Loyalitas mencerminkan seberapa besar kemungkinan seseorang akan
beralih ke perusahaan lain. Dengan tingkat loyalitas yang tinggi dari pelanggan,
maka akan mengurangi kerawanan dari persaingan karena perusahaan tidak perlu
melakukan promosi yang berlebihan untuk menjaga pelanggan tidak beralih ke
pesaing dan dapat menarik pelanggan yang baru. Pada umumnya pelanggan yang
loyal akan mempengaruhi kelompoknya untuk menggunakan produk atau jasa
yang sama dengannya atau paling tidak memberikan respon positif.
Menurut Kotler (2000) tingkat kesetian pelanggan terhadap suatu produk
atau jasa terbagi menjadi empat tingkatan. Tingkatan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Sangat setia Konsumen yang membeli sesuatu merk sepanjang waktu. Karena
itu pola pembelian A, A, A, A, A, A dapat menunjukan seorang konsumen
dengan kesetian yang tidak terbagi pada merk A.
27
b. Kesetian yang terbagi Konsumen yang setia pada dua atau tiga merk. Pola
pembelian A, A, B, B, A, B menunjukan konsumen dengan kesetian yang
terbagi antara Adan B.
c. Kesetian yang berpindah dan menyukai satu merk menjadi merk yang lain.
Pola pembelian A, A, A, B, B, B menunjukan konsumen yang berpindah
kesetiaan merknya dari A ke B.
d. Berganti-ganti, Konsumen yang tidak memperhatikan kesetian merk apapun.
Pola pembelian A, C, E, B, D, B menunjukan konsumen yang tidak setia yang
cenderung mencari yang murah atau cenderung mencari variasi.
Menurut Srinivasan dalam Yasin (2001) terdapat tujuh konsep yang
dikenal dengan “tujuh I essensial “ yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan
yaitu sebagai berikut:
a. Initiate contact, adalah dengan menggunakan informasi dari database
pelanggan yang efektif, memungkinkan pentargetan yang efisien terhadap para
pelanggan loyal dengan kontak langsung melalui telephon dan surat. Dalam
pemasaran antar bisnis, panggilan penjualan yang lebih sering dan terstruktur
akan memperkuat hubungan perusahaan dengan pelanggan.
b. Inform tentang inisiatif, adalah membuat para pelanggan anda yang loyal tahu
apa yang sedang anda lakukan untuk meningkatkan pelayanan kapada mereka.
c. Insentive adalah pemberian kupon upgrade gratis dan hadiah-hadiah untuk
pelanggan baru. Kemudian untuk perusahaan antar bisnis, diskon berbasis
pengeluaran, pemberian software dan pelatihan gratis adalah insentif besar
untuk meningkatkan hubungan dengan para pelanggan yang loyal.
28
d. Inter form behavior adalah dengan kontak yang kontinue akan memungkinkan
memahami pola perilaku para pelanggan yang loyal seperti : aspek dari produk
atau jasa yang penting bagi mereka; bagaimana mereka menilai anda untuk
membantu memperbaiki diri. Kemudian yang paling penting, bagaimana semua
ini mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka.
e. Influence key decision makers yaitu para pembuat kunci, staf komunikasi dan
representatif penjualan perusahaan hams meminta segala kerumitan pelanggan,
misalnya buat keputusan krusial mengenai pembelanjaan.
f. Increase account share yaitu penjualan tambahan sering dapat dilayani hanya
dengan mengeluarkan biaya variabel. Pada beberapa industri usaha
meningkatkan account share dilakukan dengan meningkatkan skala ekonomis.
g. Imunize against competitors yaitu para pelanggan yang memiliki
kecenderungan loyal mereka tentunya dibombardir oleh pesaing-pesaing yang
menawarkan value atau benefit yang lebih baik. Perusahaan perlu melindungi
loyalitas pelanggan untuk menghadapi pesaing. Kontak terus menerus dan
kontan mempengaruhi perilaku pelanggan dan menjamin mereka tidak
berpaling pada produk lain.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan loyalitas
pelanggan, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Mulai dari
memperhatikan keinginan dan kebutuhan pelanggan, menciptakan kepuasan bagi
pelanggan, sampai pada hubungan yang baik dan dekat dengan pelanggan. Akan
tetapi samuanya dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama dan
totalitas dari seluruh komponen suatu perusahaan
29
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang diupayakan
dalam pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas diharapkan
perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan
mutualisme yang terjalin dalam kurun waktu tertentu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan dalam
membangun dan meningkatkan loyalitas pelanggan, perusahaan harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Robinette dalam Yasin (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah:
a. Perhatian (caring),
Perusahaan harus dapat melihat dan mengatasi segala kebutuhan, harapan,
maupun permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan. Dengan perhatian itu,
pelanggan akan menjadi puas terhadap perusahaan dan melakukan transaksi
ulang dengan perusahaan, dan pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan
perusahaan yang loyal. Semakin perusahaan menunjukkan perhatiannya, maka
akan semakin besar loyalitas pelanggan itu muncul.
b. Kepercayaan (trust),
Kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak
saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin di antara pelanggan
dan perusahaan, maka usaha untuk membinanya akan lebih mudah, hubungan
perusahaan dan pelanggan tercermin dari tingkat kepercayaan (trust) para
pelanggan. Apabila tingkat kepercayaan pelanggan tinggi, maka hubungan
30
perusahaan dengan pelanggan akan menjadi kuat. Salah satu cara yang dapat
dilakukan perusahaan dalam membina hubungan dengan pelanggan, yaitu
segala jenis produk yang dihasilkan perusahaan harus memiliki kualitas atau
kesempurnaan seperti yang seharusnya atau sebagaimana dijanjikan, sehingga
pelanggan tidak merasa tertipu, yang mana hal ini dapat mengakibatkan
pelanggan berpindah ke produk pesaing.
c. Perlindungan (length of patronage),
Perusahaan harus dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya, baik
berupa kualitas produk, pelayanan, komplain ataupun layanan purna jual.
Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir perusahaan dalam melakukan
transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena pelanggan merasa
perusahaan memberikan perlindungan yang mereka butuhkan,
d. Kepuasan akumulatif (overall satisfaction).
Kepuasan akumulatif adalah keseluruhan penilaian berdasarkan total
pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu periode tertentu.
Kepuasan akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan
terhadap sikap agen (service provider) dan kepuasan terhadap perusahaan itu
sendiri. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memberikan rasa puas kepada
pelanggan dalam melakukan segala transaksi dengan perusahaan, sehingga
dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan dan meningkatkan fungsi dan
kegunaan dari segala fasilitas dan sumber daya yang dimiliki agar pelanggan
dapat memanfaatkannya kapan saja dan dimana saja.
31
2.8 Puskesmas
2.8.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,terpadu,
merata,dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna,dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat luas guna mencapai derjat kesehatan yang optimal,tanpa mengabaikan
mutu pelayanan kepada perorangan (Peraturan tentang kesehatan Depkes RI,
2005).
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah Organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat ( wikipedia, 2000 ). Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad
keseha.
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat (Supardi, dalam Entjang. 2003)
32
Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu willayah kerja (Entjang, 2003).
2.8.2 Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas menurut Muninjaya (2003) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dan mengembangkan
upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi.
b. Pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan sehat secara mandiri.
c. Pusat pelayanan kesehatan yang diberikan dalam bentuk kegiatan pokok.
2.8.3 Program Pokok Puskesmas
Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru (peraturan
Depkes RI, 2005.), dalam menjalankan tugasnya puskesmas mempunyai 20 tugas
pokok, itupun sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana dan prasarana, biaya
yang tersedia serta kemampuan managemen dari tiap-tiap puskesmas.
Adapaun kegiatan pokok puskesmas tersebut meliputi :
a. Upaya kesehatan ibu dan anak
b. Upaya keluarga berencana
c. Upaya kesehatan gizi
d. Upaya kesehatan lingkungan
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
33
f. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g. Upaya penyuluhan kesehatan
h. Upaya kesehatan sekolah
i. Upaya kesehatan olah raga
j. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
k. Upaya kesehatan kerja
l. Upaya kesehatan gigi dan mulut
m. Upaya kesehatan jiwa
n. Upaya kesehatan mata
o. Upaya laboratorium sederhana
p. Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
q. Upaya kesehatan usia lanjut
r. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
s. Upaya kesehatan remaja
t. Dana sehat.
2.9 Kerangka Teoritis
Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas
(Robinette dalam Yasin, 2001) yaitu
Faktor pendukung
1. Faktor Perhatian
2. Faktor Kepercayaan
3. Faktor Perlindungan
4. Faktor Kepuasan Akumulatif
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Loyalitas Pasien
34
2.13 Kerangka Konsep
Faktor pendukung
1. Faktor Perhatian
2. Faktor Kepuasan Akumulatif
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
pada penelitian ini peneliti mengambil kedua faktor diatas sebagai
variabel dalam penelitian dikarenakan peneliti merasa kedua faktorl tersebut
(faktor perhatian dan faktor kepuasan akumulatif) sudah mewakili dari ke empat
faktor yang ada. Dimana dengan adanya perhatian yang baik dari pihak
puskesmas maka pasien akan merasa percaya dan merasa mendapatkan
perlindungan dari pihak pasien dalam hal kesehatan selain itu dengan adanya
kepuasan akumulatif yang dirasakan pasien berarti pasien merasa puas dengan
semua pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.
Loyalitas Pasien
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat analitik dengan
pendekatan Cross Sectional Survey, dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada
saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan, yang bertujuan untuk mengetahui
Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Loyalitas pasien Terhadap perilaku
berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2014.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2014 dari 28 Mei 2014 sampai dengan 07 Juli 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di Puskesmas Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya yang berjumlah 19.021 pasien pada bulan Januari
hingga Desember Tahun 2013.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota
populasi, dikarenakan jumlah populasi ± 100 orang pasien, maka jumlah sampel
dapat ditentukan dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu
35
36
pengambilan sampel dilakukan dengan tidak secara sengaja, atau secara kebetulan
(Tatang, M. Arimin, 2011).
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 43 orang
responden, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak Puskesmas
Susoh serta pasien yang berkunjung ke Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk mengecek
ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.
2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul dan
diberi kode.
3. Tranfeling, dimana data yang telah didapat di transfer atau diolah dalam
perangkat lunak computer.
4. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam
bentuk tabel.
37
3.5 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui
wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah
disusun sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
3.6 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Bebas (Independen)
NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Faktor perhatian Wawancara Kuisioner 1. Baik Ordinal
Perhatian yang diberikan 2. Tidak
Oleh petugas Baik
Kesehatan di
puskesmas
kepada pasien
2 Faktor rasa senang Wawancara Kuisioner 1. puas Ordinal
Kepuasan atau puas 2. Tidak
Akumulatif yang didapat pasien puas
Dari petugas
medis di puskesmas
dalam pelayanan
pengobatan
Variabel Terikat
(Dependen)
1 Faktor keyakinan Wawancara Kuisioner 1. loyal Ordinal
Loyalitas pasien untuk 2. Tidak
Konsumen berobat di loyal
puskesmas
38
3.7 Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).
1. Faktor Perhatian
Baik: jika responden mendapat skor nilai > 5
Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5
2. Kepuasan Akumulatif
Puas : jika jawaban responden menunjukkan senang terhadap
pekerjaannya atau responden mendapat skor nilai > 5
Tidak Puas : jika jawaban responden tidak menunjukkan senang
terhadap pekerjaannya atau responden mendapat skor
nilai ≤ 5.
3. Loyalitas Konsumen
Loyal : jika jawaban responden menunjukkan senang terhadap
pekerjaannya atau responden mendapat skor nilai > 5
Tidak Loyal : jika jawaban responden tidak menunjukkan senang
terhadap pekerjaannya atau responden mendapat skor
nilai ≤ 5.
39
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,
2001).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected
(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer
untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga
disimpulkan ada hubungan yang bermakna.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Puskesmas Susoh merupakan sarana pelayanan kesehatan milik
pemerintah yang didirikan pada tahun 1997 berdasarkan instruksi presiden
(inpres). Puskesmas ini terletak di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
Dalam perjalannya, Puskesmas ini sudah memiliki beberapa kepala Puskesmas
diantaranya: dr. Tgk. Rusli, dr. Marsudi Harsono, dr. Muransyah, dr. Aspudin, dr.
Budi Ning Tias, dr. Dora Darusalam, dr. Junaidi, dr. Iik Sumarni, dr. Hilda, dr.
Risma Lisa, dr. T. Muda Pateh, Fira Safitri, SKM, Aifah Wahyu, SKM, Isnawati,
Kasmawati, SKM, Edwar Tri Saputra, SKM.
Puskesmas Susoh terletak di jalan H. Letkol BB. Djall desa Padang Baru,
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Luas wilayah kerja Puskesmas
Susoh adalah 20 Km2, mencakup 20 desa dengan jumlah penduduk 16.090 jiwa,
yang mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Blang Pidie
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
Sebelah Barat berbatasn dengan Kecamatan Kuala Batee
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tangan-tangan
Visi dan misi Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya adalah sebagai berikut:
40
41
a. Visi
Terwujudnya masyarakat Susoh sehat melalui pelayanan pembangunan
kesehatan optimal.
b. Misi
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
Memberikan pelayanan efektif dan efisien tepat sasaran
Menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas yang bermutu
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata
dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Memanfaatkan teknologi kesehatan yang tepat.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:
1. Jenis Kelamin Responden
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien terhadap
Perilaku Berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 9 20,9
2 Perempuan 34 79,1
Total 43 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
42
Dari tabel 2. diketahui bahwa pasien yang berjenis kelamin kelamin
perempuan adalah sebanyak 34 orang (79,1%) dan pasien yang berjenis kelamin
laki-laki adalah sebanyak 9 orang (20,9%).
2. Umur Responden
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pasien terhadap Perilaku
Berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya tahun 2014
NO Umur Responden Frekuensi %
1 36 - 45 Dewasa Akhir 29 67 2 26 - 35 Dewasa Awal 14 33 Total 43 100 Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Menurut Depkes RI (2009) Kategori Umur sebagai berikut:
1. Masa balita = 0 - 5 tahun,
2. Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.
3. Masa remaja Awal = 12 - 1 6 tahun.
4. Masa remaja Akhir = 17 - 25 tahun.
5. Masa dewasa Awal = 26- 35 tahun.
6. Masa dewasa Akhir = 36- 45 tahun.
7. Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.
8. Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun.
9. Masa Manula = 65 - sampai atas
Dari tabel 3. diketahui bahwa responden yang berumur 36 – 45 tahun
masuk kategori umur dewasa akhir adalah sebanyak 26 orang (67%) dan umur
26 – 35 tahun masuk kategori umur dewasa awal adalah sebanyak 14 orang
(33%).
43
3. Pendidikan Responden
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Susoh
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Umur Responden Frekuensi %
1 SD 7 16,3
2 SMP 7 16,3 3 SMA 19 44,2 4 S1 10 23,3 Total 43 100 Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 4. diketahui bahwa responden yang berpendidikan SMA
sebanyak 19 orang (44,2%), responden yang berpendidikan S1 sebanyak 10 orang
(23,3%), responden yang berpendidikan SD sebanyak 7 orang (16,3%) dan yang
terakhir responden yang berpendidikan SMP sebanyak 7 orang (16,3%),
4. Faktor Perhatian
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Perhatian yang
mempengaruhi Loyalitas Pasien terhadap Perilaku Berobat di
Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
tahun 2014
NO Faktor Perhatian Frekuensi %
1 Baik 17 39,5 2 Kurang Baik 26 60,5 Total 43 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 5. diketahui bahwa faktor perhatian mempengaruhi loyalitas
pasien terhadap perilaku berobat di puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014 yang tidak baik sebanyak 26 orang
(60,5%) sedangkan yang baik hanya sebanyak 17 orang (39,5%).
5. Faktor Kepuiasan Akumulatif
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kepuasan Akumulatif
yang mempengaruhi Loyalitas Pasien terhadap Perilaku Berobat
di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya tahun 2014
44
NO Faktor Kepuasan Akumuatif Frekuensi %
1 Puas 22 51,2 2 Tidak Puas 21 48,8
Total 43 100 Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 6. diketahui bahwa faktor kepuasan akumulatif mempengaruhi
loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014 yang baik sebanyak 22 orang (51,2%)
sedangkan yang tidak baik hanya 21 orang (48,8%).
6. Loyalitas Pasien
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Loyalitas Pasien terhadap
Perilaku Berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
NO Loyalitas Konsumen Frekuensi %
1 Loyal 26 60,5 2 Tidak Loyal 17 39,5 Total 43 100 Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 7. diketahui bahwa Dari tabel 2. diketahui bahwa loyalitas
pasien terhadap perilaku berobat di puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014 yang baik sebanyak 26 orang (60,5%)
sedangkan yang tidak baik hanya 21 orang (39,5%).
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisi bivariat untuk mengetahui hubunbgan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan
dengan bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p value < 0,05.
45
a. Pengaruh Faktor Perhatian dengan Loyalitas Pasien
Tabel 8. Faktor perhatian yang mempengaruhi Loyalitas Pasien terhadap
Perilaku Berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh
Barat Daya tahun 2014
Perhatian Loyalitas Pasien Total
Loyal Tidak Loyal p
n % n % n % OR
Baik 4 23,5 13 76,5 17 100 0,001 0,056
Tidak Baik 22 84,6 4 15,4 26 100 (0,012-0,263)
Jumlah 26 60,5 17 39,5 43 100
Sumber:Data Primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 8. di atas diketahui bahwa dari 17 responden yang memiliki
perhatian baik 23,5% yang memiliki loyalitas dan 76,5% yang tidak memiliki
loyalitas, sedangkan dari 26 responden yang memiliki perhatian tidak baik 84,6%
yang memiliki loyalitas dan 15,4% yang tidak memiliki loyalitas. Dari hasil uji
chi square didapat nilai pvalue = 0,001 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (pvalue =
0,001 < α = 0,05) sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara faktor
perhatian yang mempengaruhi loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di
Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
Dilihat dari OR 0,056 maka dapat diartikan bahwa responden yang
memiliki perhatian baik tentang loyalitas tidak mempunyai peluang untuk
melakukan kunjungan berobat kembali ke Puskesmas.
b. Pengaruh Faktor Kepuasan Akumulatif dengan Loyalitas Pasien
Tabel 9. Faktor Kepuasan Akumulatif yang mempengaruhi Loyalitas Pasien
terhadap Perilaku Berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014
46
Perhatian Loyalitas Pasien Total
Loyal Tidak Loyal p
n % n % n % OR
Puas 18 81,8 4 18,2 22 100 0,004 7.313
Tidak Puas 8 38,1 13 61,9 21 100 (1,810-29,542)
Jumlah 26 60,5 17 39,5 43 100
Sumber:Data Primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel 9. di atas diketahui bahwa dari 22 responden yang memiliki
kepuasan akumulatif sebesar 81,8% yang memiliki loyalitas dan sebesar 18,2%
yang tidak memiliki loyalitas, sedangkan dari 21 responden yang tidak memiliki
kepuasan akumulatif sebesar 38,2% yang memiliki loyalitas dan sebesar 61,9%
yang tidak memiliki loyalitas. Dari hasil uji chi square didapat nilai pvalue = 0,004
dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga terdapatnya
hubungan yang signifikan antara faktor kepuasan akumulatif yang mempengaruhi
loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014.
Dilihat dari OR 7,313 maka dapat diartikan bahwa responden yang
memiliki kepuasan akumulatif tentang loyalitas mempunyai peluang 7 kali untuk
melakukan kunjungan berobat kembali ke Puskesmas.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Faktor Perhatian dengan Loyalitas Pasien
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Susoh
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, diketahui bahwa terdapatnya
hubungan antara faktor perhatian yang mempengaruhi loyalitas pasien terhadap
perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
47
Daya tahun 2014 dimana hasil chi-square menunjukkan nilainya lebih kecil dari α
= 0,05 yaitu 0,001. Selain itu dari 17 responden yang memiliki perhatian baik
23,5% yang memiliki loyalitas dan 76,5% yang tidak memiliki loyalitas,
sedangkan dari 26 responden yang memiliki perhatian tidak baik 84,6% yang
memiliki loyalitas dan 15,4% yang tidak memiliki loyalitas. Dari hasil uji chi
square didapat nilai pvalue = 0,004 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (pvalue = 0,001 <
α = 0,05) sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara faktor perhatian
yang mempengaruhi loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di Puskesmas
Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil terdahulu yang dilakukan oleh
Rosita (2010) berdasarkan hasil terdapatnya pengaruh yang signifikan antara
faktor perhatian tenaga medis terhadap loyalitas pasien di Rumah Sakit Umum
Herna Medan, dimana dilihat dari hasil uji chi-square menunjukkan nilainya lebih
kecil dari α = 0,05 yaitu 0,002. Sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan
antara faktor perhatian tenaga medis terhadap loyalitas pasien di Rumah Sakit
Umum Herna Medan.
4.3.2 Pengaruh Faktor Kepuasan Akumulatif dengan Loyalitas Pasien
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapatnya hubungan
antara faktor kepuasan akumulatif yang mempengaruhi loyalitas pasien terhadap
perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya tahun 2014, dimana hasil chi-square menunjukkan nilainya lebih kecil dari
α = 0,05 yaitu 0,001. Selain itu dari 22 responden yang memiliki kepuasan
akumulatif sebesar 81,8% yang memiliki loyalitas dan sebesar 18,2% yang tidak
48
memiliki loyalitas, sedangkan dari 21 responden yang tidak memiliki kepuasan
akumulatif sebesar 38,2% yang memiliki loyalitas dan sebesar 61,9% yang tidak
memiliki loyalitas. Dari hasil uji chi square didapat nilai pvalue = 0,004 dan ini
lebih kecil dari α = 0,05 (pvalue = 0,004 < α = 0,05) sehingga terdapatnya
hubungan yang signifikan antara faktor kepuasan akumulatif yang mempengaruhi
loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh
Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil terdahulu yang dilakukan oleh
Widya (2013) berdasarkan hasil perhitungan korelasi rank spearman didapat rs
sebesar 0,766 artinya variabel kepuasan akumulatif memiliki keeratan yang kuat
dengan loyalitas pasien rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Otorita Batam.
Perhitungan koefisien determinasi dalam persen diperoleh hasil sebesar 58,6%,
artinya variabel kepuasan akumulatif memiliki pengaruh terhadap loyalitas pasien
sebesar 58,6% dan sisanya 41,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil
pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai (F hitung 68,740 > F tabel 3,232)
artinya kepuasan akumulatif berpengaruh positif terhadap loyalitas pasien rawat
jalan dan rawat inap Rumah Sakit Otorita Batam.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan yang signifikan antara faktor Perhatian yang mempengaruhi
loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di Puskesmas Susoh Kecamatan
Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014 dimana hasil PValue (0,001)
<α (0,05).
2. Ada hubungan yang signifikan antara faktor kepuasan akumulatif yang
mempengaruhi loyalitas pasien terhadap perilaku berobat di Puskesmas
Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014 dimana
hasil PValue (0,004) <α (0,05).
5.2 Saran
1. Kepada pasien diharapkan agar menyampaikan keluhan yang ada baik
rasa puas maupun rasa tidak puas kepada pihak puskesmas agar pihak
puskesmas dapat melakukan pembenahan sehingga pelayanan kesehatan
dapat berjalan sesuai dengan harapan pasien.
2. Diharapkan bagi pihak Puskesmas agar lebih memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi loyalitas pasien dalam berobat baik dari segi
perhatian kepada pasien maupun menciptakan kepuasan kepada pasien
dari segi kesehatan, pelayanan dan lain sebagainya.
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Alma. 2004. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Perusahaanan. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Amirin, Tatang M. 2011. "Populasi dan sampel penelitian 3 : Pengambilan sampel
dari populasi tak- terhingga dan tak-jelas. tatangmanguny.wordpress.com
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Binarupa
Aksara,Jakarta.
Azwar, Azrul. 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Budiarto, E. 2002. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Penerbit: EGC. Jakarta
Chan. 2003. Relationship Marketing: Inovasi Pemasaran yang Membuat
Pelanggan Bertekuk Lutut. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
DEPKES RI. 2005. Depkes RI Rancangan Pembangunan Kesehatan, Jakarta,
_________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta
Dharmayanti Diah. 2006. Teori dan Loyalitas Pelanggan. Penerbit Ghalia
Indonesia. Bogor
Entjang. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti.
Jakarta,
Griffin, J. 2001. Customer Loyality: Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2003 viiSwastha B &
Irawan. Manajemen Pemasaran Modern. Yogjakarta: Liberty Offset.
Griffin, Jill. 2003. Customer Loyalty. How to Earn It, How to Keep it, Lexxington
Books The Free Press. Singapore
Hasan Ali. 2008. Pemasaran dan Perilaku Konsumen, edisi keempat, jilid dua,
penerbit: Mandor Maju, Bandung.
Kotler, P dan Anderson. 2007. Strategi Pemasaran untuk Organisasi
Nirlaba.Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Kotler, Philip. 2000. Principles of Marketing, Seventh edition. International
Edithon, Prentice Hall, the, Englewood Cliffs, New Jersey.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip Dasar.
PT Rinneka Cipta. Jakarta.
51
Palitati Alida. 2004. Pengambilan Keputusan. Penerbit: PT. Rineka Cipta. Jakarta
Prasetijo, R, Ihalauw. 2004.Perilaku Konsumen. Penerbit Andi. Jogjakarta.
Rosita Saragih. 2010. Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Loyalitas
Pasien di Rumah Sakit Herna Meda. Fakultas Kesehatan Masyarakat .
Universitas Medan. Medan.
Sabarguna, B S. 2004. Pemasaran Rumah Sakit. Jogjakarta: Konsorsium RS Islam
Jateng.
Sulistiadi ,W. 2002. Fungsi Pemasaran Rumah sakit di Indonesia: Serba
Tanggung?. Artikel Jurnal Marsi Vol.3 No.3 Oktober 2002.
Suprananto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tjiptono, F. 2004. Manajemen Jasa. Jogjakarta: Penerbit Andi.
UUPK. 1999. UUPK No.8 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2.Pasal 1 ayat 3 UUPK. UU
LPM PUTS
Widya Chitami Putri. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Terhadap
Loyalitas Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Otorita
Batam. Fakultas Bisnis dan Manajemen. Universitas Widyata. Bandung.
Wijono, D. 2003. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Buku 1. Airlangga
University Press, Surabaya.
Yasin. 2001. Manajemen Pemasaran dan Analisa Perilaku Konsumen. Edisi
Ketujuh. BPFE .Jakarta Barat.