FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...

165
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI WILAYAH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : ASTRIANDA NIM : 108101000054 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2012 M

Transcript of FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...

Page 1: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR

DI WILAYAH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

ASTRIANDA

NIM : 108101000054

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2012 M

Page 2: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR

DI WILAYAH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

ASTRIANDA

NIM : 108101000054

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2012

Page 3: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...
Page 4: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...
Page 5: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...
Page 6: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Astrianda

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 26 Oktober 1991

Alamat : Jalan M. Tadjir Rt: 04 Rw: 06 No.7

Kelurahan: Serua

Kecamatan: Bojongsari

Kota: Depok

Kode Pos : 16517

Agama : Islam

Golongan Darah : A

No. Telepon : (021) 7430415 / 085710556254

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1996 – 2002 : SDN Serua 03, Depok

2002 – 2005 : SMP Al-Hasra, Depok

2005 – 2008 : SMA Al-Hasra, Depok

2008 – 2013 : S1 – Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program

Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

i  

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Oktober 2012 Astrianda, NIM : 108101000054 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 xii+116 Halaman, 11 Tabel, 4 gambar, 3 Lampiran

ABSTRAK

Dermatitis kontak merupakan salah satu jenis dari penyakit kulit akibat kerja. Salah satu pekerja yang berisiko untuk mengalami dermatitis kontak adalah pekerja bengkel motor, yang diakibatkan dari paparan penggunaan air aki (asam sulfat), serta produk-produk minyak bumi seperti minyak pelumas, pelumas, minyak/oli, bensin, serta cairan pendingin. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 terdapat 7 (70%) dari 10 pekerja bengkel motor mengalami dermatitis kontak.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Disain studi penelitian ini yaitu cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh total populasi yaitu sebanyak 101 pekerja bengkel. Analisis data yang digunakan yaitu uji Chi Square, uji t-independent dan uji Mann-Whitney. Variabel yang diteliti yaitu lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja, usia, riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, riwayat alergi, dan personal hygiene.

Pekerja bengkel motor yang mengalami dermatitis kontak yaitu sebesar 37,6%, sedangkan pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak yaitu sebesar 62,4%. Ada dua faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak yaitu riwayat penyakit kulit (P value 0,000) dan riwayat alergi (P value 0,018).

Untuk mengantisipasi risiko dermatitis kontak, sebaiknya pemilik bengkel menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai, mengawasi personal hygiene pekerja dan menyediakan APD bagi pekerja terutama sarung tangan. Sedangkan untuk pekerja, meningkatkan personal hygiene dan menggunakan sarung tangan selama bekerja.

Daftar Bacaan : 42 (1996-2012)

Page 8: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

ii  

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SIENCES

PUBLIC HEALTH DEPARTMENT

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Thesis, October 2012 Astrianda, NIM : 108101000054 Related Factors of Contact Dermatitis Incident on Motorcycle Repair Workers at East Ciputat Region in 2012 xii + 116 pages, 11 table, 4 image, 3 attachment

ABSTRACT

Contact dermatitis is one type of occupational skin disease. One of the workers at risk for contact dermatitis is motorcycle repair workers, caused of exposure to use battery acid (sulfuric acid), petroleum products such as degreasers, lubricants, oil, petrol, and cooling system fluid. Based on the results of a preliminary study at East Ciputat region in 2012, there are 7 (70%) of the 10 motorcycle repair workers with contact dermatitis.

The purpose of this study was to find out the factors related to contact dermatitis on motorcycle repair workers at East Ciputat region in 2012. The design of this study was cross sectional. Sample of this study is the total population of as many as 101 repair workers. Data analysis is used by the chi-square test, t-independent test and Mann-Whitney test. The variables studied is prolonged of contact, frequency of contact, working period, age, history of atopy, history of skin disease, history of allergy, and personal hygiene.

Motorcycle repair workers with contact dermatitis are 37,6%, and workers who did not have contact dermatitis are 62.4%. There are two factors that have a significant relationship with contact dermatitis, that is a history of skin disease (P value 0.000) and history of allergy (P value 0.018).

To anticipate the risk of contact dermatitis, workshop owners should provide an adequate hand washing facilities, oversee the personal hygiene of workers, and provide of PPE for workers, especially gloves. As for the workers, improving personal hygiene and use of gloves during work.

The reading list : 42 (1996-2012)

Page 9: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

iii  

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga membuat penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan

Ciputat Timur Tahun 2012”.

Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan akademis

dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam Kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan ridha-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

2. Prof. Dr (Hc). dr. MK. Tadjudin, SP.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku Sekretaris Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

5. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus sebagai pembimbing pertama yang

telah memberikan ilmunya, dan banyak membantu dalam memberi masukan dan

dukungan kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

6. Ibu Raihana Nadra Alkaff, MMA selaku pembimbing kedua yang telah banyak

membantu dalam memberi masukan dan dukungan kepada penulis hingga

skripsi ini dapat selesai.

Page 10: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

iv  

7. Para dosen penguji skripsi yaitu ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, Bp. dr. Yuli

Prapanca Satar, MARS dan ibu dr. Rahmania Diandini, MKK. Terimakasih atas

saran dan masukan yang telah diberikan selama menguji sidang skripsi.

8. Semua dosen pada Program Studi Kesehatan Masyarakat. Terimakasih atas

ilmu-ilmu yang kalian berikan selama penulis kuliah di UIN Jakarta.

9. Ayah dan Mama tercinta yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungan,

serta kakaku Mareny dan abangku Reggy terimakasih atas do’a dan support

kalian semua.

10. Keluarga dan juga sahabatku dirumah Sarah, Ayu, & Gita. Terimakasih atas

semangat dan dukungan yang diberikan.

11. Team penelitian DK yaitu Sofia, Riska, Via yang juga merupakan sahabat

terbaik, serta Niswah sahabat terbaik juga yang selalu bersama-sama berjuang

dengan penulis selama mengerjakan skripsi dan turun lapangan penelitian,

terimakasih atas semangat, dukungan, dan bantuan akomodasinya.

12. Rahmi, Aresh, Nadya, Dea dan semua teman Kesmas UIN Jakarta angkatan

2008 (Stoopelth) khususnya peminatan K3, terimakasih atas semangat dan

support kalian semua.

13. Terimakasih kepada bapak Gozali selaku Adm. pada prodi Kesmas, dan untuk

semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Dan juga terimakasih kepada someone special “M” yang turut membantu

penulis dalam hal waktu, tenaga dan meteril serta tidak pernah bosan

memberikan nasihat, saran, support dan semangatnya kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, namun semoga

skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Oktober, 2012

Penulis

Page 11: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

v  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. . v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 8

1.3 Pertanyaan Penelitian ……………………………………………. 9

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum ……………………………………………… 10

1.4.2 Tujuan Khusus ……………………………………………... 10

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pekerja Bengkel. ........................................................ 11

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ..................... 12

1.5.3 Bagi Peneliti ... ................................................................... 12

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekerjaan Bengkel Motor ……………………………………….. 14

2.1.1 Bahaya Keselamatan Kerja ………………………………... 14

2.1.2 Bahaya Kesehatan Kerja …………………………………… 15

Page 12: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

vi  

2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja .. ........................................................ 16

2.2.1 Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja …………………… 17

2.2.2 Diagnosis Penyakit Kulit Akibat Kerja …………………… 18

2.2.2.1 Anamnesis ………………………………………….. 18

2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis …………………………………. 19

2.2.2.3 Pemeriksaan Laboratorium …………………………. 19

2.2.2.4 Uji Tempel/Patch Test ………………………………. 20

2.3 Dermatitis Kontak . ........................................................................ 21

2.3.1 Anatomi Kulit ……………………………………………… 21

2.3.1.1 Epidermis …………………………………………… 22

2.3.1.2 Dermis ………………………………………………. 22

2.3.1.3 Lapisan Subkutis ……………………………………. 23

2.3.2 Fungsi Kulit ………………………………………………... 24

2.3.3 Dermatitis Kontak Akibat Kerja …………………………… 24

2.3.3.1 Dermatitis Kontak Iritan ……………………………. 26

2.3.3.1.1 Patogenesis ……………………………………. 27

2.3.3.1.2 Manifestasi Klinis …………………………….. 28

2.3.3.2 Dermatitis Kontak Alergik ………………………….. 29

2.3.3.2.1 Patogenesis ……………………………………. 30

2.3.3.2.2 Manifestasi Klinis …………………………….. 31

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak

2.4.1 Lama Kontak ………………………………………………. 32

2.4.2 Frekuensi Kontak ………………………………………….. 33

2.4.3 Bahan Kimia ………………………………………………. 34

2.4.4 Masa Kerja ……………………………………………….. . 35

2.4.5 Usia ………………………………………………………… 37

2.4.6 Jenis Kelamin ……………………………………………… 37

2.4.7 Ras ………………………………………………………… 38

Page 13: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

vii  

2.4.8 Riwayat Atopi …………………………………………….. 39

2.4.9 Riwayat Penyakit Kulit ……………………………………. 40

2.4.10 Riwayat Alergi ……………………………………………. 41

2.4.11 Musim ……………………………………………………. 42

2.4.12 Tipe Kulit ………………………………………………… 42

2.4.13 Pengeluaran Keringat …………………………………….. 43

2.4.14 Jenis Proses Pekerjaan …………………………………….. 43

2.4.15 Suhu dan Kelembaban …………………………………… 44

2.4.16 Personal Hygiene ………………………………………… 44

2.4.17 Pemakaian APD ………………………………………….. 46

2.5 Kerangka Teori . ............................................................................ 47

BAB III KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 49

3.2 Definisi Operasional .................................................................... 55

3.3 Hipotesis ………………………………………………………... 58

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Disain Penelitian .......................................................................... 59

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 59

4.3 Populasi dan Sampel …………………………………………… 59

4.4 Instrumen Penelitian

4.4.1 Lembar Pemeriksaan Fisik Dermatitis Kontak …………… 64

4.4.2 Kuesioner …………………………………………………. 64

4.4.3 Lembar Observasi ………………………………………… 64

4.5 Pengumpulan Data ……………………………………………… 65

4.6 Pengolahan Data

4.6.1 Coding ……………………………………………………. 65

Page 14: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

viii  

4.6.2 Editing (Penyuntingan Data) ……………………………… 66

4.6.3 Entry ………………………………………………………. 66

4.6.4 Cleaning ………………………………………………….. 66

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat ………………………………………… 67

4.7.2 Analisis Bivariat ………………………………………….. 67

BAB V HASIL

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian …………………………………… 69

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak …………………. 72

5.2.2 Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian

Dermatitis Kontak ……………………………………….. 72

5.2.2.1 Lama Kontak …………………………………….. 73

5.2.2.2 Frekuensi Kontak ………………………………… 73

5.2.2.3 Masa Kerja ……………………………………….. 74

5.2.2.4 Usia ………………………………………………. 74

5.2.2.5 Riwayat Atopi ……………………………………. 75

5.2.2.6 Riwayat Penyakit Kulit ………………………….. 76

5.2.2.7 Riwayat Alergi …………………………………… 76

5.2.2.8 Personal Hygiene ………………………………. 76

5.3 Analisis Bivariat ……………………………………………….. 77

5.3.1 Hubungan Antara Lama Kontak dengan Kejadian

Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor

di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …….. 78

5.3.2 Hubungan Antara Frekuensi Kontak dengan

Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor

di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …….. 79

Page 15: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

ix  

5.3.3 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kejadian

Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor

di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …….. 79

5.3.4 Hubungan Antara Usia dengan Kejadian Dermatitis

Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah

Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …………………. 80

5.3.5 Hubungan Antara Riwayat Atopi dengan Kejadian

Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor

di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …….. 82

5.3.6 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian

Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor

di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …….. 82

5.3.7 Hubungan Antara Riwayat Alergi dengan Kejadian

Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor

di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …….. 83

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ………………………………………... 84

6.2 Kejadian Dermatitis Kontak …………………………………… 85

6.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis

Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan

Ciputat Timur Tahun 2012 …………………………………….. 92

6.3.1 Hubungan antara Lama Kontak dengan

Kejadian Dermatitis Kontak ……………………………. 92

6.3.2 Hubungan antara Frekuensi Kontak dengan

Kejadian Dermatitis Kontak ……………………………. 95

6.3.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian

Dermatitis Kontak ………………………………………. 98

Page 16: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

x  

6.3.4 Hubungan antara Usia dengan Kejadian

Dermatitis Kontak ………………………………………. 102

6.3.5 Hubungan antara Riwayat Atopi dengan Kejadian

Dermatitis Kontak ………………………………………. 105

6.3.6 Hubungan antara Riwayat Penyakit Kulit dengan

Kejadian Dermatitis Kontak …………………………….. 108

6.3.7 Hubungan antara Riwayat Alergi dengan Kejadian

Dermatitis Kontak ……………………………………….. 110

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ………………………………………………………… 114

7.2 Saran …………………………………………………………….. 115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

xi  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi ……………….. 25

Tabel 2.2 Jenis Iritan yang Umum Terdapat di Tempat Kerja …………… 27

Tabel 2.3 Jenis Alergen yang Umum Terdapat di Tempat Kerja …. …….. 30

Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………………… 55

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel ……………………………………… 63

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …………………………………….. 72

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi (Lama Kontak, Frekuensi Kontak, Usia dan Masa Kerja) Pada Pekerja Bengkel Motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …………… 73

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi (Riwayat Atopi, Riwayat Penyakit Kulit, Riwayat Alergi, dan personal hygiene) Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …………… 75

Tabel 5.4 Analisis Hubungan antara (lama kontak, frekuensi kontak dan masa kerja) dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 ………………………... 78

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Antara Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …………… 80

Tabel 5.6 Analisis Hubungan Antara (riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, riwayat alergi) dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012 …………………………………….. 81

Page 18: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

xii  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Kulit ………………………………………………. 21

Bagan 2.1 Kerangka Teori ………………………………………………… 48

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ……………………………………………… 54

Gambar 6.1 Kelainan Kulit Tangan Pekerja Bengkel Motor …………….. 91

Page 19: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai sistem organ tubuh yang paling luas, kulit tidak bisa terpisahkan

dari kehidupan manusia. Kulit membangun sebuah barrier yang memisahkan

organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam banyak

fungsi tubuh yang vital. Kulit merupakan cerminan dari keadaan umum pasien,

banyak kondisi sistemik dapat disertai dengan manifestasi dermatologik (Smeltzer

& Bare, 2001). Masalah pada kulit merupakan salah satu penyakit yang termasuk

kedalam penyakit akibat kerja.

Terjadinya penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit

akibat kerja sering terjadi pada pekerja, terutama pada kelompok pekerja sektor

informal. Penelitian WHO pada pekerja tentang penyakit kerja di 5 (lima) benua

tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (Musculo

Skeletal Disease) pada urutan pertama 48 %, kemudian gangguan jiwa 10-30 %,

penyakit paru obstruksi kronis 11 %, penyakit kulit (Dermatosis) akibat kerja 10 %,

gangguan pendengaran 9 %, keracunan pestisida 3 %, cedera dan lain-lain.

Berdasarkan data tersebut, penyakit kulit akibat kerja menempati urutan ke-empat

dalam penyakit akibat kerja (Lestari, 2008).

Dermatosis akibat kerja/penyakit kulit akibat kerja adalah proses

patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan pengaruh-

Page 20: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

pengaruh yang terdapat dalam lingkungan kerja. Gangguan kesehatan berupa

dermatosis akibat kerja akan mengurangi kenyamanan dalam melakukan tugas dan

akhirnya akan mempengaruhi proses produksi, secara makro akan mengganggu

proses pembangunan secara keseluruhan. Di Indonesia, dermatosis akibat kerja

belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau pemimpin perusahaan

walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi (Siregar, 1996). Penyakit

kulit akibat kerja merupakan salah satu kelompok utama penyakit akibat kerja

dalam hal prevalensi. Meskipun penyakit kulit akibat kerja tidak mengancam jiwa,

dampak ekonominya sangat besar. Dermatitis kontak merupakan salah satu bentuk

dari dermatosis akibat kerja sekaligus bagian terbesar yang paling sering terjadi

dari kelompok penyakit kulit (Ket & Leok, 2001).

Insiden dari penyakit kulit akibat kerja di beberapa negara adalah sama,

yaitu 50- 70 kasus per 100.000 pekerja pertahun (Fathiya, 2011). Health and Safety

Executive/HSE dalam Budiyanto (2010) menyatakan bahwa antara tahun 2001

sampai 2002 terdapat sekitar 39.000 orang di Inggris terkena penyakit kulit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau sekitar 80% dari seluruh penyakit akibat kerja.

Menurut Trihapsoro (2003), di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat

kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi ke

dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak. Dermatitis tangan

mengenai 2% dari populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur

hidupnya. Anak-anak dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji

tempelnya.

Page 21: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

Sedangkan untuk prevalensi dari dermatitis kontak tidak diketahui secara

pasti, tetapi dari hasil survai sebelumnya menunjukkan proporsi yang bermakna

penyakit terkait-pekerjaan (hampir 50%) disebabkan oleh cedera akibat kerja, dan

yang paling sering terkena adalah tangan. Dermatitis kontak memberikan beban

ekonomik yang bermakna. Pada tahun 1975, survai di California menunjukkan

bahwa 95% dari semua penyakit kulit terkait kerja adalah dermatitis kontak, yang

pada gilirannya merupakan hampir dari 50% klaim pekerjaan pada tahun itu

(Isselbacher et al, 1999). Dari seluruh penderita dermatitis kontak, 80% disebabkan

karena dermatitis kontak iritan, sedangkan 10-20% disebabkan karena dermatitis

kontak alergik. Berdasarkan laporan dari bagian Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, dari tahun 1988-1991

insiden dermatitis kontak di Indonesia tercatat sebesar 4,45% (Sumantri dkk, 2008).

Di Indonesia banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan

dermatitis kontak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo

(2007) dari 80 responden pada industri otomotif terdapat sebanyak 48,8% pekerja

mengalami dermatitis kontak. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Nuraga, dkk

(2008) pada industri otomotif dan didapatkan hasil bahwa pekerja yang mengalami

dermatitis kontak yaitu sebesar 74% dari 54 responden.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak menurut

Schnuch & Carlsen (2011), diantaranya yaitu dermatitis atopik/riwayat atopik, jenis

kelamin, usia, etnik/ras, penyakit kulit lainnya, serta tipe kulit. Sedangkan menurut

Djuanda dan Sularsito (2002), faktor yang mempengaruhi yaitu lama kontak,

Page 22: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

frekuensi kontak, suhu dan kelembaban, serta faktor individu yaitu usia, ras, jenis

kelamin, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi (dermatitis atopi). Berdasarkan hasil

penelitian Lestari dan Utomo (2007), ada 4 faktor yang memiliki hubungan

bermakna dengan terjadinya dermatitis kontak pada pekerja yaitu, jenis pekerjaan,

usia, lama bekerja, dan riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya. Sedangkan

menurut Nuraga dkk (2008), ada faktor lain yang memiliki hubungan paling

berpengaruh yaitu pemakaian APD terhadap pekerja yang mengalami dermatitis

kontak.

Terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada umumnya dapat

disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor kimiawi, faktor mekanis/fisik, faktor

biologis (Siregar, 1996). Dari faktor-faktor tersebut, faktor yang paling banyak

disebabkan karena faktor kimiawi. Berdasarkan penelitian di United Kingdom

(UK), ditemukan bahwa agen dengan jumlah tertinggi untuk kasus dermatitis

kontak alergi adalah karet (23,4% kasus alergi dilaporkan oleh ahli kulit), nikel

(18,2%), epoxies dan resin lainnya (15,6%), amina aromatik (8.6%), krom dan

kromat (8.1%), pewangi dan kosmetik (8.0%), dan pengawet (7.3%). Sedangkan

sabun (22,0% kasus), pekerjaan basah (19,8%), produk minyak bumi (8,7%),

pelarut/solvent (8.0%), dan cutting oil dan pendingin (7.8%) adalah agen yang

paling sering ditemukan dalam kasus dermatitis iritan (Meyer et al, 2000).

Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan cara mengubah pH nya, bereaksi

dengan protein-proteinnya (denaturasi), mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya,

Page 23: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

atau merendahkan daya tahan kulit. Sedangkan reaksi yang menimbulkan alergi

kulit umumnya adalah hipersensitivitas tipe lambat (Anies, 2005).

Motor sebagai alat transportasi yang murah dan cepat merupakan pilihan

utama kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Jumlah kendaraan di

wilayah Polda Metro Jaya yang membawahi wilayah Jakarta, Bekasi, Depok, dan

Tangerang, tiap harinya bertambah 890 unit sehingga pada bulan September 2010

jumlahnya sudah mencapai 8,3 juta unit (Prambudi, 2010). Berdasarkan data dari

AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) (2012), penjualan sepeda motor

pada tahun 2011 tercatat mecapai 8 juta unit. Jumlah kepemilikan sepeda motor

yang besar ini dapat memunculkan banyaknya layanan berbagai kebutuhan

otomotif ataupun usaha bengkel perbaikan sepeda motor. Hal tersebut juga dapat

memberikan peluang kepada orang lain yang juga ahli dalam menangani motor

untuk bekerja sebagai mekanik dibengkel motor yang telah didirikan.

Pekerja di bengkel motor merupakan salah satu pekerja yang memiliki

risiko besar untuk terpapar dengan bahan kimia. Bahaya dan risiko yang ada harus

diantisipasi oleh para pekerja bengkel motor yang bergerak pada sektor informal

karena tidak adanya perhatian khusus dalam menangani masalah kesehatan yang

terjadi. Salah satu penyakit yang bisa menjadi masalah untuk kesehatan pekerja

bengkel motor adalah masalah yang terjadi pada kulit yaitu dermatitis kontak akibat

kerja. Dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor diakibatkan oleh paparan

penggunaan air aki (asam sulfat), serta produk-produk minyak bumi seperti minyak

pelumas, pelumas, minyak/oli, bensin, serta cairan pendingin.

Page 24: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

Accu zuur (H2SO4 pekat) merupakan salah satu contoh bahan kimia yang

dapat menimbulkan dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor. Berdasarkan

data yang diperoleh dari dermatologis di UK, dari bulan Februari 1993 sampai

bulan Januari 1999 terdapat 152 kasus dermatitis kontak pada mekanik motor

dengan insiden rate 12,7/100.000 pekerja. Agen penyebab tertinggi kejadian

dermatitis kontak pada pekerja mekanik motor yaitu dari produk minyak bumi

sebesar 35,6% (Meyer et al, 2000). Penelitian di Indonesia menunjukkan angka

prevalensi dermatitis kontak iritan (DKI) sebesar 2% dan prevalensi yang pernah

mengalami riwayat DKI subjektif sebesar 64% pada pekerja bengkel mobil di

Jakarta. Didapatkan perbedaan bermakna riwayat DKI subjektif antara pekerja

yang kebersihan dirinya tidak baik dengan pekerja yang kebersihan dirinya baik

(Lestari, 2009).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurzakky (2011) pada pekerja

bengkel motor didapatkan hasil bahwa sebesar 65,7% pekerja bengkel motor

menderita dermatitis kontak akibat kerja, dari pekerja yang menderita dermatitis

kontak memiliki kebiasaan mencuci tangan yang buruk. Pekerja yang memiliki

kebiasaan mencuci tangan yang buruk memiliki risiko untuk mengalami dermatitis

kontak akibat kerja 18,791 kali lebih besar daripada pekerja yang memiliki

kebiasaan mencuci tangan yang baik.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni

2012 terhadap pekerja bengkel motor di Kecamatan Ciputat Timur Tangerang

Selatan, terdapat 7 (70%) dari 10 pekerja bengkel motor mengalami dermatitis

Page 25: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

kontak setelah mereka terpapar atau kontak dengan bahan kimia. Dari 7 pekerja

tersebut 85,7% merasakan gatal, 71,4% merasakan panas pada kulit, 14,3% kulit

memerah, dan 14,3% kulit mengelupas. Seluruh pekerja bengkel tidak memakai

APD berupa sarung tangan saat melakukan pekerjaannya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciputat Timur karena Ciputat

Timur merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tertinggi

berdasarkan data BPS Kota Tangerang Selatan tahun 2011 mencapai 11.589

jiwa/Km2 dengan penduduk berjumlah 178.818 jiwa. Dan sebagian besar usaha di

Ciputat Timur terkonsentrasi pada pelayanan jasa. Berdasarkan hal tersebut

memungkinkan banyaknya kepemilikan kendaraan bermotor di Ciputat Timur dan

memunculkan banyaknya berbagai layanan service motor (bengkel). Pada observasi

awal diketahui bahwa di Kecamatan Ciputat Timur terdapat 43 bengkel motor

informal. Selain itu, UIN Syarif Hidayatullah terletak pada Kecamatan Ciputat

Timur, sehingga hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai data base

pelaksanaan program intervensi khususnya untuk pekerja sektor informal di

wilayah terdekat dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Dengan dilakukannya

penelitian tersebut diharapkan dapat menemukan langkah-langkah upaya

pencegahan dan pengendalian, agar kesehatan para pekerja bengkel motor terutama

untuk kesehatan kulit dapat terjamin dan bisa bekerja dengan lebih produktif.

Page 26: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

1.2 Rumusan Masalah

Kejadian dermatitis kontak dapat disebabkan oleh beberapa faktor

menurut Schnuch & Carlsen (2011), Djuanda dan Sularsito (2002), Lestari dan

Utomo (2007), dan Nuraga, dkk (2008) yaitu lama kontak, frekuensi kontak, bahan

kimia, usia, jenis kelamin, ras, riwayat atopi, riwayat penyakit kulit lain, riwayat

alergi, musim, tipe kulit, pengeluaran keringat, masa kerja, jenis pekerjaan,

personal hygiene, pemakaian APD, serta suhu dan kelembaban.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni

2012 terhadap pekerja bengkel motor di Kecamatan Ciputat Timur Tangerang

Selatan, terdapat 7 (70%) dari 10 pekerja bengkel motor mengalami dermatitis

kontak. Dari 7 pekerja tersebut 85,7% merasakan gatal, 71,4% merasakan panas

pada kulit, 14,3% kulit memerah, dan 14,3% kulit mengelupas. Seluruh pekerja

bengkel tidak memakai APD berupa sarung tangan saat melakukan pekerjaannya.

Pekerjaan yang dilakukan oleh mekanik motor pada bengkel informal di Ciputat

Timur terbatas pada pelayanan servis kendaraan roda dua, mulai dari servis ringan,

tune-up, Spare parts, sampai servis besar (turun mesin). Jenis paparan bahan kimia

yang ada di bengkel motor yaitu air aki (asam sulfat), serta produk-produk minyak

bumi seperti minyak pelumas, pelumas, minyak/oli, bensin, serta cairan pendingin.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur.

Page 27: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor

di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

2. Bagaimana gambaran lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja, usia, riwayat

atopi, riwayat penyakit kulit, riwayat alergi, dan personal hygiene pada pekerja

bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

3. Apakah ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

4. Apakah ada hubungan antara frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun

2012?

5. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

6. Apakah ada hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

7. Apakah ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

8. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun

2012?

9. Apakah ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

Page 28: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

10 

 

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat

Timur tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel

motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

2. Diketahuinya gambaran lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja, usia,

riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, riwayat alergi, dan personal hygiene

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun

2012.

3. Diketahuinya hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012.

4. Diketahuinya hubungan antara frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012.

5. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012.

Page 29: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

11 

 

6. Diketahuinya hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

7. Diketahuinya hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012.

8. Diketahuinya hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian

dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan

Ciputat Timur tahun 2012.

9. Diketahuinya hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pekerja Bengkel

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada para pekerja bengkel mengenai gambaran kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel, selain itu dapat diketahui juga bagaimana upaya

pencegahan dan pengendaliannya agar masalah kesehatan tersebut dapat

teratasi sehingga membuat pekerja bengkel dapat bekerja dengan lebih baik

dan produktif.

Page 30: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

12 

 

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai data base

pelaksanaan program intervensi khususnya untuk pekerja sektor informal di

wilayah terdekat dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi keilmuan K3, khususnya

mengenai dermatitis kontak pada pekerja. Selain itu juga dapat dijadikan

sebagai informasi penelitian dan menambah referensi hasil penelitian untuk

mahasiswa keselamatan dan kesehatan kerja.

1.5.3 Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran dan pengalaman

dalam melakukan penelitian bidang keselamatan dan kesehatan kerja,

khusunya terkait dengan dermatitis kontak. Selain itu dapat menambah

wawasan keilmuan mengenai dermatitis kontak dan faktor penyebab serta

faktor yang mempengaruhinya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juli-September 2012 untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Page 31: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

13 

 

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

disain studi cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja

bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur dengan jumlah sampel 101

pekerja. Data penelitian didapatkan dengan cara pengambilan data primer melalui

kuesioner, observasi, dan pemeriksaan fisik. Data tersebut kemudian dianalisis

dengan uji univariat untuk memperoleh frekuensi jumlah dan persentase, dan

analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, uji t-independent, dan uji

Mann-Whitney.

Page 32: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

14 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekerjaan Bengkel Motor

Pekerjaan bengkel dapat dibagi menjadi tiga kategori, berdasarkan jenis

mesin atau peralatan yang digunakan dan jumlah pekerja yang dipekerjakan.

Misalnya, beberapa bengkel yang berada dalam satu perusahaan dengan 100 atau

lebih karyawan, sementara bengkel lainnya sangat kecil, terutama yang terlibat

dalam menjual bahan bakar dan membuat perbaikan kecil dan mempekerjakan satu

atau dua pekerja. Ada juga bengkel yang dijalankan oleh pekerja keluarga saja.

Selain dari perusahaan, ada juga bengkel yang bergerak pada sektor informal

(Ghebreyohannes, 2005).

Bengkel motor yang berskala kecil atau bengkel motor informal

merupakan bengkel yang melayani melayani servis kendaraan roda dua, mulai dari

servis ringan, tune-up, spare parts, sampai servis besar (turun mesin). Selain itu

juga melayani reparasi hingga penggantian bahan pelumas/oli.

2.1.1 Bahaya Keselamatan Kerja

Bahaya keselamatan didefinisikan sebagai zat (bahan baku),

mesin atau peralatan yang bisa menyebabkan luka sederhana atau serius

yang berpengaruh untuk ketidakhadiran kerja yang berlangsung setidaknya

24 jam. Jenis-jenis kecelakaan yang biasa terjadi adalah luka bakar pada

Page 33: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

15 

 

tangan dan kaki karena asam dehidrasi berat, kelelahan, amputasi, injeksi,

pemotongan, abrasi, patah tangan atau endapan dan cedera mata (karena

benda terbang).

2.1.2 Bahaya Kesehatan Kerja

Bahaya kesehatan kerja didefinisikan sebagai kondisi patologis,

apakah disebabkan oleh fisik, kimia atau biologis agen, yang muncul sebagai

konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan atau lingkungan

tempat dia bekerja. Bahaya kesehatan kerja di bengkel diantaranya yaitu

pelarut organik dan anorganik, bahan kimia yang digunakan dalam

membersihkan atau mencuci bagian mesin, dari pengisian baterai, lead yang

digunakan dalam pengelasan, lead filler dan molten lead cair yang digunakan

untuk mengisi keretakan dan penyok. Kejadian dermatitis sensitisasi telah

dilaporkan dari penggunaan primer kromat seng dalam mereparasi bagian

logam.

Dermatitis kontak merupakan salah satu bahaya kesehatan yang

terdapat pada pekerja bengkel. Jenis paparan bahan kimia yang ada di

bengkel motor yaitu air aki (asam sulfat), serta produk-produk minyak bumi

seperti minyak pelumas, pelumas, minyak/oli, bensin, serta cairan pendingin

(Frosh & John, 2011).

Page 34: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

16 

 

2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyakit kulit akibat kerja adalah proses patologis kulit yang timbul pada

waktu melakukan pekerjaan serta pengaruh-pengaruh yang terdapat di dalam

lingkungan kerja (Siregar, 1996). Penyakit kulit dapat ditandai dengan ruam yang

memiliki kesamaan letak yang terbatas ke daerah serangan eksternal. Menggaruk

ruam karena gatal dapat menyebabkan perluasan daerah yang terpapar. Penggunaan

berbagai salep dalam kombinasi dapat memperburuk daripada mengurangi gejala.

Penggunaan sarung tangan dapat melindungi terhadap kontak dengan bahan kimia

penyebab, tetapi penggunaan sarung tangan yang tidak tepat dapat menyebabkan

bahan kimia dapat masuk diantara sarung tangan dan kulit tangan. Hal ini dapat

memperburuk dermatitis kontak. Beberapa orang juga alergi terhadap lateks dan

komponen lain dalam sarung tangan (Gardiner & Harrington, 2007). Di negara-

negara industri, sekitar 90% dari semua bentuk penyakit kulit akibat kerja terbatas

pada tangan dan lengan bawah, terkadang juga terdapat pada wajah, serta bagian

tubuh lainnya juga kadang-kadang dapat mengalami dermatitis kontak.

Kebanyakan kasus didiagnosis sebagai eksim atau dermatitis kontak (Waldron &

Edling, 2004).

Jenis penyakit kulit akibat kerja adalah sebagai berikut (Waldron &

Edling, 2004):

Subtipe eksim / dermatitis kontak

Acne kontak dan folikulitis

Page 35: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

17 

 

Depigmentasi dan hyperpigmentasi

Infeksi

tumor jinak dan ganas - berbagai penyakit misalnya lichenoid reaksi.

2.2.1 Penyebab penyakit kulit akibat kerja

Penyakit kulit akibat kerja dapat disebabkan oleh 4 faktor

(Siregar, 1996):

1. Faktor kimiawi, dapat berupa iritasi primer, allergen atau karsinogen.

2. Faktor mekanis/fisik, seperti getaran, gesekan, tekanan, trauma, panas,

dingin, kelembaban udara, sinar radioaktif.

3. Faktor biologis, seperti jasad renik (mikroorganisme) hewan dan

produknya, jamur, parasit dan virus.

4. Faktor psikologis (kejiwaan), ketidakcocokan pengelolaan perusahaan

sering menghambat konflik diantara pegawai dan dapat menimbulkan

gangguan pada kulit seperti neurodermatitis.

Sebenarnya kulit mempunyai fungsi untuk mempertahankan diri

dari serangan/rangsangan luar. Epidermis berfungsi menghambat penguapan

air yang berlebihan dari tubuh, menghambat penyerapan berlebihan dari luar.

Pigmen didalam kulit melindungi tubuh dari pengaruh sinar matahari. Selain

itu kulit mengandung kelenjar keringat dan pembuluh darah yang berfungsi

sebagai alat penjaga keseimbangan cairan tubuh, mempermudah timbulnya

kelainan kulit.

Page 36: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

18 

 

2.2.2 Diagnosis Penyakit Kulit Akibat Kerja

Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit kulit akibat kerja,

sebagaimana penyakit lain, dilakukan (Siregar, 1996):

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan klinis

c. Pemeriksaan laboratorik

d. Percobaan temple/uji temple

2.2.2.1 Anamnesis

Yang perlu ditanyakan antara lain ialah:

Apakah sudah ada penyakit kulit sebelum masuk kerja di perusahaan

yang sekarang.

Jenis pekerjaan penderita.

Pengaruh libur/istirahat terhadap penyakitnya.

Apakah ada karyawan lain menderita penyakit yang sama.

Riwayat alergi penderita atau keluarganya.

Proses produksi di tempat kerja dan bahan-bahan yang digunakan di

tempat pekerjaan.

Apakah kelainan terjadi di tempat-tempat yang terpajan.

Bahan yang dipakai untuk membersihkan kulit dan alat proteksi yang

dipakai.

Page 37: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

19 

 

Lingkungan pekerjaan, tempat kerja terutama mengenai kebersihan

dan temperatur.

Kebiasaan atau hobi penderita yang mendorong timbulnya penyakit,

dan lain-lain.

2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis

Pertama-tama tentukan lokalisasi kelainan apakah sesuai dengan

kontak bahan yang dicurigai, yang tersering ialah daerah yang terpajan,

misalnya tangan, lengan, muka atau anggota gerak. Kemudian tentukan

ruam kulit yang ada, kelainan kulit yang akut dapat terlihat berupa

eritem, vesikel, edema, bula, dan eksudasi. Kelainan kulit yang kronis

berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, kering dan skuamasi. Bila ada

infeksi terlihat pustulasi. Bila ada pertumbuhan tampak tumor, eksudasi,

lesi verukosa atau ulkus.

2.2.2.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah, urin, tinja hendaknya dilakukan secara

lengkap. Bila ada infeksi bakteri hendaknya pus atau nanah dibiak dan

selanjutnya dilakukan tes resistensi. Bila ada jamur perlu diperiksa

kerokan kulit dengan KOH 10% dan selanjutnya dibiak dalam media

Sabouraud agar. Pemeriksaan biopsy kulit kadang-kadang perlu

dilakukan.

Page 38: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

20 

 

2.2.2.4 Uji Tempel/ Patch Test

Karena penyakit kulit akibat kerja sebagian besar berbentuk

dermatitis kontak alergik (80%), maka uji tempel perlu dikerjakan untuk

memastikan penyebab alergennya. Bahan tersangka dilarutkan dalam

pelarut tertentu dengan konsentrasi tertentu. Sekarang sudah ada bahan

tes tempel yang sudah standard an disebut unit uji tempel. Unit ini terdiri

atas filter paper disc, yang dapat mengabsorbsi bahan yang akan diuji.

Bahan yang akan diuji diteteskan diatas unit uji tempel, kemudian

ditutup dengan bahan impermeabel, selanjutnya ditutup lagi dengan

plester yang hipoalergis. Pembacaan dilakukan setelah 48, 72 dan 96

jam. Setelah penutup dibuka, ditunggu dahulu 15-30 menit untuk

menghilangkan efek plester.

Hasil 0 : bila tidak ada reaksi

+ : bila hanya ada eritema

++ : bila ada eritema dan papul

+++ : bila ada eritema, papul, dan vesikel

++++ : bila ada edema, vesikel

Dalam penilaian ini harus dapat dibedakan antara reaksi iritasi

dan reaksi alergi, reaksi negatif semu dan reaksi positif semu, untuk itu

diperlukan pengalaman dan penilaian khusus.

Page 39: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

21 

 

2.3 Dermatitis Kontak

2.3.1 Anatomi Kulit

Kulit adalah massa jaringan terbesar di tubuh. Kulit bekerja

melindungi dan enginsulasi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi

sebagai cadangan kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita

alami, dan berdampak pada penghargaan orang lain merespon kita. Selama

hidup, kulit dapat teriris, tergigit, mengalami iritasi, terbakar, atau terinfeksi.

Kulit memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih. Kulit

terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing tersusun dari berbagai jenis sel

dan fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut afalah epidermis,

dermis, dan subkutis (Corwin, 2009).

Sumber : Craecker, 2008

Gambar 2.1 Anatomi Kulit

Page 40: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

22 

 

2.3.1.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus

menerus mengalami mitosis, dan diganti sel baru sekurang-kurangnya setiap

30 hari. Epidermis mengandung reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu,

getaran, dan nyeri. Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang

dihasilkan oleh sel keratinosit. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan

melindungi epidermis dari iritan dan mikroorganisme penyebab infeksi.

Melanosit (sel pigmen) terdapat dibagian dasar epidermis. Melanosit

mensintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respon terhadap rangsangan

hormon hipifisis anterior. Sel-sel imun, yang disebut sel Langerhans, terdapat

diseluruh epidermis. Sel langerhans mengenali partikel asing atau

mikroorganisme yang masuk ke kulit, dan member sinyal pada limfosit T atas

keberadaan partikel atau mikroorganisme tersebut untuk memulai suatu

serangan imun (Corwin, 2009).

2.3.1.2 Dermis

Dermis terletak tepat dibawah epidermis. Jaringan ini dianggap

jaringan ikat longgar dan terdiri atas sel-sel fibroblast yang mengeluarkan

protein kolagen dan elastin. Diseluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf

sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringan

dan palit (sebasea). Sel mast, yang mengeluarkan histamine selama cedera

atau peradangan, dan makrofag, yang memfagositosis sel-sel mati dan

Page 41: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

23 

 

mikroorganisme, juga terdapat di dermis. Pembuluh darah di dermis

menyuplai makanan dan oksigen dermis dan epidermis, dan membuang

produk-produk sisa. Aliran darah dermis memungkinkan tubuh mengontrol

temperaturnya (Corwin, 2009).

Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan

kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu

papilaris dan retikularis. Lapisan papilaris dermis berada langsung dibawah

epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat

menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan

ikat. Lapisan retikularis terletak dibawah lapisan papilaris dan juga

memproduksi kolagen serta berkas-berkas serabut elastic. Dermis sering

disebut sebagai “kulit sejati” (Smeltzer & Bare, 2001).

2.3.1.3 Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri

atas lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan

insulator panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori selain

lemak, dan dapat dipecah menjadi sumber energy jika diperlukan (Corwin,

2009). Lapisan subkutis/jaringan subkutan ini terutama berupa jaringan

adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal

seperti otot dan tulang. Jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan

kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh (Smeltzer & Bare, 2001).

Page 42: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

24 

 

2.3.2 Fungsi Kulit

Fungsi kulit menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu diantaranya

sebagai perlindungan, sensibilitas, keseimbangan air, pengaturan suhu,

produksi vitamin, dan fungsi respon imun.

2.3.3 Dermatitis Kontak Akibat Kerja

Dermatitis kontak akibat kerja menyumbang 90% dari semua kasus

gangguan kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini dapat dibagi ke dalam

dermatitis kontak iritan, yang terjadi pada 80% kasus, dan dermatitis kontak alergi.

Dalam kebanyakan kasus, kedua jenis akan hadir sebagai lesi eczematous pada

bagian tubuh yang terkena, terutama tangan (Sasseville, 2008).

Smeltzer & Bare (2001) juga mengatakan dermatitis kontak merupakan

reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia, atau biologi. Epidermis

mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Dermatitis

kontak bisa berupa tipe iritan-primer dimana reaksi non-alergik terjadi akibat

pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak alergik) yang

disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak. Reaksi

pertama dari dermatitis kontak mencakup rasa gatal, terbakar, eritema yang segera

diikuti oleh gejala edema, papula, vesikel serta perembasan cairan atau secret.

Sedangkan pada fase subakut, perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi

dan berubah menjadi pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura serta

pengelupasan kulit. Jika terjadi reaksi yang berulang-ulang atau bila pasien terus-

Page 43: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

25 

 

menerus menggaruk kulitnya, penebalan kulit (likenifikasi) dan pigmentasi

(perubahan warna) akan terjadi.

Ada dua tipe dermatitis kontak akibat kerja yaitu:

1. Dermatitis kontak iritan

2. Dermatitis kontak alergik

Tabel 2.1 Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi

Dematitis kontak iritan Dermatitis Kontak Alergik Patogenesis Efek sitotoksik langsung

Reaksi imun yang diperantai sel T

Individu yang terkena

Semua orang Hanya orang yang alergik

Onset Langsung atau setelah paparan berulang terhadap iritasi lemah

12-48 jam

Tanda Subakut atau kronis ekzema dengan deskuamasi, fisura

Akut hingga subakut ekzema dengan vesiculation

Gejala Nyeri atau rasa kulit terbakar gatal Konsentrasi kontaktan

tinggi rendah

Pemeriksaan Tidak ada Tes patch atau prick

Sumber : Sasseville (2008)

Page 44: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

26 

 

2.3.3.1 Dermatitis Kontak Iritan

Dalam Partogi (2008) dermatitis kontak iritan (DKI) adalah

suatu proses inflamasi lokal pada kulit jika berkontak dengan zat yang

bersifat iritan. Secara umum terdapat dua macam DKI yang bergantung

dari jenis bahan iritannya, yaitu DKI akut dan kumulatif. Pada DKI

akut, kerusakan kulit oleh bahan iritan terjadi hanya dalam satu kali

pajanan. Zat yang menyebabkan DKI akut adalah zat yang cukup iritan

untuk menyebabkan kerusakan kulit bahkan dalam satu pajanan.

Mencakup didalamnya adalah asam pekat, basa pekat, cairan pelarut

kuat, zat oksidator dan reduktor kuat.

Sedangkan pada DKI kumulatif, kerusakan terjadi setelah

beberapa kali pajanan pada lokasi kulit yang sama, yaitu terhadap zat-

zat iritan lemah seperti: air, deterjen, zat pelarut lemah, minyak dan

pelumas. Zat-zat ini tidak cukup toksik untuk menimbulkan kerusakan

kulit pada satu kali pajanan, melainkan secara perlahan-lahan hingga

pada suatu saat kerusakannya mampu menimbulkan inflamasi.

Penyebab DKI kumulatif biasanya bersifat multifaktorial.

Page 45: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

27 

 

Tabel 2.2 Jenis Iritan yang Umum Terdapat di Tempat Kerja

No Iritan 1 Asam dan Basa (Alkali) 2 Pelarut

Alifatik : Minyak bumi, Minyak tanah, Bensin Aromatik : Benzena, Toluena, Xylene/Xilena Halogenasi : Kloroform, Trikloroetilen, Metil klorida Beberapa macam lainnya : Air, Alkohol, Keton, Glikol, Terpentin

3 Sabun dan Deterjen 4 Plastik dan Resin

Epoxy, Fenolik dan Akrilik monomer Amina katalis Styrene, Benzoil peroksida

5 Logam Nikel, Kromium, Kobalt, Platina, Arsenik

6 Tanaman Bulu, Duri Kalsium oksalat : Dieffenbachia, Philodendron, Daffodil, Agave Fototoksik psoralen : Apiaceae, Rutaceae

7 Partikel Pasir, Serbuk gergaji, Fiberglass, Kikiran logam, dan lain-lain.

Sumber : Sasseville (2008)

2.3.3.1.1 Patogenesis

Mekanisme patogenesis DKI kumulatif dapat terjadi

melalui dua cara yaitu melalui mekanisme kerusakan fungsi sawar kulit

yang diperankan oleh stratum korneum dan pelepasan mediator akibat

kerusakan keratinosit. Stratum korneum memiliki banyak fungsi, salah

satunya adalah sebagai lapisan sawar pelindung yang mencegah

pelepasan cairan berlebih dari kulit. Fungsi integritas kulit bergantung

pada kadar kelembaban stratum korneum.

Page 46: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

28 

 

Kerusakan akibat pajanan zat iritan dimulai dengan

kerusakan lapisan lipid dan Natural Moisturizing Factor (NMF)

sehingga terjadi kekeringan kulit, kemudian kelainan stratum korneum

ini akan mengakibatkan kulit kehilangan fungsi sawarnya. Hal tersebut

akan menyebabkan terjadinya pajanan langsung sel kulit yang masih

hidup terhadap zat iritan tersebut. Jika zat iritan telah dapat mencapai

membrane lipid keratinosit, maka zat tersebut dapat berdifusi melalui

membrane untuk masuk lisosom, mitokondria, atau komponen inti.

2.3.3.1.2 Manifestasi Klinis

Penyebab kerusakan stratum korneum pada DKI kumulatif

adalah penurunan ambang kulit terhadap kerusakan berulang yang

terjadi lebih cepat daripada waktu untuk penyembuhan sempurna

fungsi sawar kulit. Gejala klinis baru terlihat jika kerusakan yang

terjadi melebihi “ambang manifestasi” tertentu, yang akan berbeda

untuk setiap individu. Nilai ambang bukan angka yang tetap bagi

individu, tetapi dapat menurun jika ada suatu penyakit.

Dikatakan bahwa sebelum efek inflamasi dan kulit kering

terlihat oleh mata, secara histopatologik pada kulit sudah terjadi

kerusakan. Karena DKI kumulatif disebabkan oleh zat kimia lemah,

maka kelainan kulit yang diakibatkannya bersifat kronis. Efek iritasi

yang terjadi dapat merupakan gejala yang dapat diobservasi oleh

penglihatan dan berupa keluhan subjektif. Lesi kulitnya berupa

Page 47: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

29 

 

eritematosa, likenifikasi, ekskoriasi, skuama, hyperkeratosis, dan kulit

pecah dengan batas yang tidak tegas. Sedangkan keluhan yang timbul

dapat berupa gatal, panas, dan nyeri akibat pecahnya kulit yang

hiperkeratotik. Lokasi kulit dimana saja dapat terkena, akan tetapi yang

terbanyak adalah tangan.

2.3.3.2 Dermatitis Kontak Alergik

Berbeda dengan dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak

alergika merupakan suatu fenomenan imunologi yang membutuhkan

Antigen Presenting Cells (APC) dan Anti gen Processing Cells tanpa

mempersoalkan keadaan pertahanan stratum korneum, sehingga

meskipun stratum korneum intak, tidak dapat mencegah terjadinya

dermatitis kontak alergi pada individu yang sensitif (Hakim, 2004).

Page 48: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

30 

 

Tabel 2.3 Jenis Alergens yang Umum Terdapat di Tempat Kerja

No Alergen 1 Logam

Nikel, Kromium, Kobalt, Merkuri, Emas, Platinum 2 Karet Aditif

Akselerator : Merkaptobenzotiazol, Karbamat, Thiurams, Tiourea Antioksidan : N-fenil-N-isopropil-paraphenylenediamine, dan lain-lain

3 Plastik dan Resin Epoxy, Fenolik dan Akrilik monomer Amina, Anhidrida, dan Katalis peroksida Colophony, Terpentin, Katekol

4 Biosida Formalin dan Formaldehid releasers Glutaraldehid Isothiazolinones Methyldibromoglutaronitrile Iodopropynyl butylcarbamate

5 Kosmetik Paraphenylenediamine Gliseril thioglycolate Cocamidopropylbetaine Paraben dan pengawet lainnya (lihat biosida) Wewangian dan minyak esensial

6 Tanaman Penta-dan Heptadecylcatehols Seskuiterpen lakton

Sumber : Sasseville (2008)

2.3.3.2.1 Patogenesis

Di sini yang berperan adalah reaksi tipe IV (Gell dan

Coombs). Reaksi ini di bagi dalam dua fase yaitu, fase sensitisasi dan

fase elisitasi. Bahan kimia yang dapat bersifat sebagai allergen

biasanya mempunyai berat molekul kecil, larut dalam lemak dan ini di

Page 49: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

31 

 

sebut sebagai hapten. Hapten akan berpenetrasi menembus lapisan

korneum sampai mencapai lapisan bawah epidermis. Hapten ini akan

difagosit oleh sel Langerhans, kemudian hapten akan di ubah oleh

enzim lisosom dan sitosolik yang kemudian berikatan dengan HLA-DR

membentuk anti gen. HLA-DR dan anti gen ini akan di perkenalkan

kepada sel limfosit T melalui CD4 (cluster of differentiation-4) yang

akan mengenal HLA-DR dan CD3 (cluster of differentiation-3) yang

akan mengenal anti gen tersebut. Sedangkan fase elisitasi di mulai

ketika anti gen yang serupa, setelah difagosit oleh sel Langerhans

dengan cepat akan di kenal oleh sel memori sehingga sel memori akan

mengeluarkan IFN-g (interferon gamma) yang akan merangsang

keratinosit yang akan menampakkan ICAM-1 dan HLA-DR pada

permukaan keratinosit. ICAM-1 akan memungkinkan keratinosit

berikatan dengan sel lekosit yang pada permukaannya terdapat LFA-1

(lymphocyte associated-1).

2.3.3.2.2 Manifestasi Klinis

Penderita umumnya mengeluh gatal. Pada yang akut di

mulai dengan bercak eritea berbatas jelas, kemudian di ikuti edema,

papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah

menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada kronis terlihat kulit

kering berskuama, papul likenifikasi dan mungkin juga fisura, batas

tidak jelas.

Page 50: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

32 

 

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak

Faktor yang dapat mempengaruhi dermatitis kontak yaitu lama kontak,

frekuensi kontak dan bahan kimia, usia, jenis kelamin, ras, riwayat atopi, riwayat

penyakit kulit lain, tipe/jenis kulit, riwayat alergi, riwayat pekerjaan, masa kerja,

jenis pekerjaan, personal hygiene, pemakaian APD, serta suhu dan kelembaban.

2.4.1 Lama Kontak

Lama kontak dapat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak

akibat kerja (Djuanda dan Sularsito 2002). Lama kontak dengan bahan kimia

yang terjadi akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi

kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit. Pengendalian

risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan lama kontak yang terjadi

perlu dilakukan (Nuraga, 2008).

Berdasarkan penelitian Nuraga dkk (2008), ada hubungan antara

lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja yang terpajan

dengan bahan kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri

Cibitung Jawa Barat. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa pekerja

dengan lama kontak 8 jam//hari lebih banyak menderita dermatitis kontak

dibandingkan dengan pekerja dengan lama kontak < 8 jam/hari. Dari

penelitian Ruhdiat (2006) juga didapatkan bahwa perjalanan dermatitis

kontak akut, subakut, maupun kronis sering terjadi pada orang yang

Page 51: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

33 

 

mempunyai kontak selama 8 jam, dan lama kontak merupakan salah satu

faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak.

Menurut Cohen (1999), lama kontak mempengaruhi kejadian

dermatitis kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka

akan semakin merusak sel kulit hingga ke lapisan yang lebih dalam dan

risiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin tinggi. Agius (2004) juga

mengatakan bahwa semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit, maka

penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit akan semakin luas dan dalam

hingga menyebabkan reaksi peradangan/iritasi yang lebih berat.

2.4.2 Frekuensi Kontak

Frekuensi kontak juga merupakan faktor yang mempengaruhi

kejadian dermatitis kontak akibat kerja (Djuanda dan Sularsito, 2002).

Menururt Cohen (1999), dermatitis kontak alergi dapat disebabkan karena

adanya frekuensi yang terus-menerus dan berulang khususnya untuk bahan

yang mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya dermatitis

kontak alergi, dimana dermatitis yang berlebih baik luasnya maupun

beratnya tidak proporsional biasanya disebabkan oleh bahan kimia dengan

jumlah sedikit. Menurut Nuraga dkk (2008), upaya menurunkan frekuensi

kontak pekerja dengan bahan kimia merupakan salah satu upaya yang baik

dilakukan untuk menurunkan kejadian dermatitis kontak.

Page 52: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

34 

 

Dalam penelitian Ruhdiat (2006), dermatitis kontak akut

terbanyak terjadi pada pekerja yang mempunyai frekuensi kontak dengan

bahan kimia sebanyak 5 kali/hari. Sedangkan dermatitis kontak sub akut

banyak terjadi pada pekerja sebanyak 3 dan 5 kali kontak bahan kimia/ hari.

Untuk dermatitis kontak kronik terjadi pada pekerja yang mempunyai kontak

bahan kimia diatas 6 kali, yaitu 7 dan 8 kali kontak. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa semakin banyak frekuensi kontak pekerja dengan bahan

kimia, maka berpotensi untuk terjadinya dermatitis kontak hingga kronik.

Pada penelitian itu disebutkan bahwa ada hubungan antara frekuensi kontak

dengan kejadian dermatitis kontak.

2.4.3 Bahan Kimia

Bahan kimia dapat bergabung dengan protein kulit dan

menyebabkan kerusakan kulit (Gardiner Aw & Harrington, 2007). Linins

dalam Ruhdiat (2006) mengatakan bahwa bahaya bahan kimia adalah korosif

(iritan) dan racun. Bahan kimia dapat menyebabkan langsung jaringan kulit

iritasi sampai cedera atau korosi pada permukaan logam, namun yang sering

terjadi adalah cedera korosi yang merusak jaringan lunak baik kulit maupun

mata, iritasi kulit merupakan derajat cedera korosif dengan derajat ringan.

Bahan kimia korosif cairan basa merusak jaringan lunak lebih kuat dari pada

asam anorganik. Bahan ini merusak lebih dalam pada jaringan lunak kulit

dengan menimbulkan proses perlemakan dalam hitungan minggu, rasa nyeri

Page 53: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

35 

 

yang hebat dan melemahkan lapisan epidermis sehingga kulit menjadi lebih

rentan terhadap bahan kimia lain. Namun pada saat permulaan terpapar

justru tidak timbul rasa sakit.

Bahan kimia cair asam berbeda cara kerjanya dengan basa, yang

mana asam menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dengan proses

perusakan jaringan lunak. Asam bereaksi sangat cepat dengan lapisan

pelindung. Pelarut organik dapat menyebabkan iritasi berat pada kulit dan

membran mukosa dengan merusak jaringan lunak yang menyebabkan jalan

masuk untuk terjadinya infeksi sekunder (Linins dalam Ruhdiat, 2006).

2.4.4 Masa Kerja

Masa kerja merupakan lamanya pekerja bekerja pada suatu

tempat. Analisis hubungan antara lama bekerja dengan kejadian dermatitis

kontak menunjukan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian

dermatitis kontak pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Pekerja yang

memiliki lama bekerja ≤2 tahun lebih banyak yang terkena dermatitis

dibandingkan dengan pekerja yang telah bekerja > 2 tahun. Hasil analisis

juga menunjukkan bahwa pekerja dengan lama bekerja ≤2 tahun memiliki

peluang 3,5 kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja

yang telah bekerja selama >2 tahun (Lestari dan Utomo, 2007).

Cohen (1999) mengatakan bahwa pekerja dengan lama bekerja ≤

2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa

Page 54: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

36 

 

pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan

pekerjaannya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan kesalahan

dalam prosedur penggunaan bahan kimia, maka hal ini berpotensi

meningkatkan angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan lama

bekerja ≤ 2 tahun. Pekerja dengan pengalaman akan lebih berhati-hati

sehingga kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit.

Masa kerja seseorang menentukan tingkat pengalaman seseorang

dalam menguasai pekerjaannya. Hal ini dimungkinkan bahwa para pekerja

yang telah bekerja lebih dari dua tahun telah memiliki resistensi terhadap

bahan iritan maupun alergen, sehingga penderita dermatitis kontak pada

kelompok ini cenderung sedikit ditemukan. Pekerja dengan lama kerja

kurang atau sama dengan 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang

mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang

cukup dalam melakukan pekerjaanya (Cahyawati dan Budiono, 2011).

Sama dengan yang dikatakan oleh Utomo (2007) bahwa pekerja

dengan lama bekerja ≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam zat

kimia. pada pekerja dengan lama bekerja > 2 tahun dapat dimungkinkan

telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang digunakan. Resistensi

ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi

lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus-

menerus.

Page 55: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

37 

 

2.4.5 Usia

Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia

mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan

lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini

memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi

lebih mudah terkena dermatitis (Cohen, 1999). Usia pekerja yang lebih tua

menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi

kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis

kronik (Cronin dalam Lestari dan Utomo, 2007).

Dapat dikatakan bahwa dermatitis kontak akan lebih mudah

menyerang pada pekerja dengan usia yang lebih tua. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2007), pekerja dengan usia yang

lebih muda justru lebih banyak yang terkena dermatitis kontak. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa dermatitis kontak lebih banyak

terjadi pada pekerja dengan usia ≤ 30 tahun yaitu sebesar 60,5%, sedangkan

pada usia > 30 tahun kejadian dermatitis kontak sebesar 35,1%.

2.4.6 Jenis Kelamin

Dermatitis kontak sering terjadi pada perempuan (Wigger dalam

Avivah, 2005). Studi epidemiologi secara konsisten menunjukkan di antara

pasien dengan iritasi eksim pada tangan tingkatnya lebih tinggi pada wanita,

tetapi kebanyakan penelitian eksperimental tidak dapat memastikan adanya

Page 56: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

38 

 

perbedaan antara kedua jenis kelamin dalam hal akut atau reaktivitas

kumulatif iritan. Persepsi umumnya, wanita memiliki kulit yang lebih

sensitif dibandingkan dengan pria. Dalam studi yang lebih baru, pria

bereaksi terhadap paparan iritan yang lebih besar tingkatnya daripada wanita

(Schnuch & Carlsen, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Trihapsoro (2003), Dari 40 pasien yang diuji tempel bahwa ternyata jenis

kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu 29 pasien (72,5%)

dibandingkan dengan laki-laki yaitu hanya 11 pasien (27,5%).

2.4.7 Ras

Variasi antar etnis dalam reaksi iritan telah dinilai antara orang

Asia dan Kaukasia, kulit hitam dan kulit putih, serta Hispanik dan Kaukasia.

Beberapa studi telah dilakukan dengan tujuan untuk menyelidiki perbedaan

reaktivitas iritan antara kulit hitam dan kulit putih. Studi dasar penilaian

visual, telah dilaporkan penurunan reaktivitas pada kulit hitam, sedangkan

studi dasar pada parameter obyektif telah menghasilkan peningkatan

reaktivitas, kesamaan reaktivitas, ataupun penurunan reaktivitas, tetapi untuk

sebagian besar penurunan reaktivitas pada kulit hitam dibandingkan dengan

kulit putih. Lapisan korneum memainkan peran utama dalam perbedaan

antar etnis yang diamati. Mungkin ada perbedaan struktural dalam stratum

korneum antara kulit hitam dan kulit putih. Jumlah lapisan sel dan kohesi

interseluler dari stratum korneum dilaporkan lebih besar pada kulit Hitam,

Page 57: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

39 

 

tetapi ketebalan stratum korneum sama. Lipid interseluler juga tampaknya

lebih besar pada kulit Hitam. Jadi dapat dikatakan, kulit putih lebih rentan

untuk terjadinya dermatitis (Schnuch & Carlsen, 2011).

2.4.8 Riwayat Atopi

Riwayat atopi adalah sekelompok penyakit pada individu yang

mempunyai riwayat keadaan kepekaan dalam keluarganya, missal dermatitis

atopi, rhinitis alergi, asma bronkiale (Djuanda, 2007). Ada pengaruh yang

signifikan antara riwayat atopik dengan timbulnya dermatitis kontak iritan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Sulistyani dkk (2010), didapatkan

bahwa orang dengan riwayat atopik akan lebih mudah terkena dermatistis

kontak iritan dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopi.

Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan 41 orang (58,6%) menderita

dermatitis kontak iritan (DKI) dan 29 orang ( 41,4%) tidak menderita DKI.

Dari 41 orang yang menderita DKI, sebanyak 29 orang (41,4%) mempunyai

latar belakang riwayat atopi dan sebanyak 12 orang (17,1%) tidak

mempunyai latar belakang riwayat atopi. Dari hasil penelitian tersebut juga

dikatakan bahwa orang yang memiliki riwayat atopik memiliki peluang yang

lebih besar yaitu sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan orang yang tidak

memiliki riwayat atopik.

Sularsito (2007) menyatakan bahwa seseorang yang telah

memiliki riwayat atopik akan lebih mudah terkena dermatitis kontak iritan

Page 58: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

40 

 

dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopik. Schnuch &

Carlsen (2011) juga mengatakan bahwa pasien dengan riwayat dermatitis

atopi tetapi tidak ada lesi aktif tidak menunjukkan reaktivitas meningkat

dibandingkan dengan pasien dengan dermatitis atopi aktif. Hiperreaktivitas

yang diamati pada pasien dermatitis atopi mungkin juga berkorelasi positif

dengan keparahan penyakit. Kerentanan tinggi terhadap reaksi iritasi pada

orang yang memiliki riwayat/dermatitis atopi mungkin sebagian dikarenakan

oleh permeabilitas barrier kulit yang lebih tinggi dan oleh respon inflamasi

yang lebih besar.

2.4.9 Riwayat Penyakit Kulit

Pada pekerja yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit

dermatitis, merupakan kandidat utama untuk terkena penyakit dermatitis. Hal

ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap berbagai macam zat kimia.

Jika terjadi inflamasi maka zat kimia akan lebih mudah dalam mengiritasi

kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis (Cohen, 1999). Dari

hasil penelitian Cahyawati dan Budiono (2011), menyatakan bahwa faktor

riwayat penyakit kulit ternyata menjadi faktor yang berhubungan dengan

kejadian dermatitis. Sebagian besar responden yang memiliki riwayat

penyakit kulit sebelumnya cenderung menderita dermatitis. Sumantri dkk

(2008) memgatakan bahwa beberapa faktor mungkin mempengaruhi

tingkatan respon kulit. Adanya penyakit kulit sebelumnya dapat

Page 59: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

41 

 

menghasilkan dermatitis yang parah akibat membiarkan iritan dengan mudah

memasuki dermis.

2.4.10 Riwayat Alergi

Riwayat alergi merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi dermatitis kontak (Hipp, 1985 dalam Utomo, 2007). Riwayat

alergi dapat menjadikan kulit lebih rentan terhadap penyakit dermatitis

kontak. Analisis hubungan antara riwayat alergi dengan dermatitis kontak

menunjukkan bahwa pekerja dengan riwayat alergi yang terkena dermatitis

sebanyak 15 orang (57,7%) dari 26 orang yang memiliki riwayat alergi.

Sedangkan pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi terkena dermatitis

sebanyak 24 orang dengan persentase sebesar 44,4% dari 54 orang pekerja

(Lestari dan Utomo 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyawati dan

Budiono (2011) sebagian besar responden yang tidak menderita dermatitis

tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya. Dari data sebanyak 17 responden

(85%) responden yang tidak menderita dermatitis tidak memiliki alergi

sebelumnya, sebaliknya 10 responden (50%) yang menderita dermatitis

memiliki riwayat alergi sebelumnya.

Page 60: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

42 

 

2.4.11 Musim

Menurut Hipp (1985) dalam Utomo (2007), faktor musim dapat

mempengaruhi kejadian dermatitis kontak. Menururt Gilles L et al (1990)

dalam Situmeang (2008), musim panas dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan pengeluaran keringat oleh pekerja, selain itu dapat membuat

pekerja menghindari pemakaian APD dan memakai pakaian kerja yang

minim sehingga memungkinkan kontak langsung dengan bahan kimia secara

mudah. Pada cuaca yang dingin, pekerja biasanya lebih malas untuk

membersihkan diri dengan air setelah kontak dengan bahan kimia.

2.4.12 Tipe kulit

Kulit manusia dapat berbeda berdasarkan pada status pigmentasi

dan kemampuan dalam penyamakan respon terhadap sinar matahari. Tidak

ada perbedaan nilai ambang respon dalam iritan akut yang telah dicatat

antara individu sesuai dengan jenis kulit mereka, tetapi pengukuran dosis

eritema minimal tampaknya berkorelasi terbalik dengan tingkat reaksi

terhadap paparan iritan (Schnuch & Carlsen, 2011). Ketebalan kulit juga

dapat mempengaruhi ketahanan terhadap paparan bahan kimia. Selain itu,

kulit yang berminyak lebih tahan terhadap at-zat yang larut dalam air,

dibandingkan dengan kulit kering yang kurang tahan terhadap bahan-bahan

yang bersifat asam atau basa (Gilles L et al (1990) dalam Situmeang, 2008).

Page 61: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

43 

 

2.4.13 Pengeluaran Keringat

Tingkat efek dermatitis kontak tergantung dari beberapa faktor,

salah satunya adalah berkeringat (Gardiner Aw & Harrington, 2007). Gilles

L et al (1990) dalam Situmeang (2008) mengatakan bahwa bahan-bahan

iritan dapat diencerkan dan dihanyutkan oleh keringat yang keluar dari kulit,

dan akan memudahkan absorbs melalui pori-pori kulit.

2.4.14 Jenis Proses Pekerjaan

Jenis proses pekerjaan merupakan berbagai macam tahap

pekerjaan yang dilakukan pada suatu tempat pekerjaan yang sama. Jenis

proses pekerjaan dapat mempengaruhi dermatitis kontak karena diantara satu

pekerjaan dengan pekerjaan lainnya memungkinkan adanya paparan bahan

kimia yang berbeda jumlah konsentrasi dan lama paparannya. Semakin besar

jumlah, konsentrasi dan lama pajanan, maka semakin besar kemungkinan

pekerja tersebut terkena dermatitis kontak (Priatna dalam Lestari dan Utomo,

2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utomo

(2007), ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian dermatitis

kontak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada

proses realisasi lebih banyak yang mengalami dermatitis kontak

dibandingkan dengan pekerja yang bekerja pada proses pendukung. Hasil

analisis juga menunjukkan bahwa pekerja pada proses realisasi memiliki

Page 62: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

44 

 

peluang 3,358 (3,4) kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan

pekerja di proses pendukung.

2.4.15 Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor fisik udara di

lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi dermatitis kontak (Djuanda &

Sularsito, 2002). NIOSH dalam Ruhdiat (2006) merekomendasikan tentang

kriteria untuk nyaman, suhu udara dalam ruang yang dapat diterima adalah

berkisar antara 20-240C untuk musim dingin dan 23-260C untuk musim

panas pada kelembaban 35-65%. Mc Beath dalam Ruhdiat (2006)

mengatakan semua bahan penyebab dermatitis kontak iritan seperti basa kuat

dan asam kuat, sabun, dan detergen dan banyak bahan kimia organik

diperberat dengan faktor turunnya kelembaban dan naiknya suhu lingkungan

kerja. Hasil penelitian yang dilakukan Ruhdiat (2006), menunjukkan bahwa

dermatitis kontak banyak terjadi pada pekerja yang bekerja didalam ruang

yang memiliki suhu 25 dan 260C dan pada kelembaban < 65%.

2.4.16 Personal Hygiene

Personal hygiene juga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi dermatitis kontak (Hipp, 1985 dalam Utomo, 2007). Menurut

Lestari dan Utomo (2007), salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya

dermatitis kontak adalah personal hygiene. Dari hasil penelitiannya

menunjukkan ada perbedaan proporsi antara pekerja yang mengalami

Page 63: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

45 

 

dermatitis dengan personal hygiene yang baik dengan pekerja yang

mengalami dermatitis kontak pada pekerja yang personal hygiene-nya

kurang baik. Dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada pekerja yang

memiliki personal hygiene kurang baik. Dalam hal ini, yang dimungkinkan

menjadi penyebabnya personal hygiene kurang baik adalah masalah mencuci

tangan. Kebiasaan mencuci tangan seharusnya dapat mengurangi potensi

penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah bekerja,

tetapi nyatanya pekerja masih bisa berpotensi untuk mengalami dermatitis

meski sudah melakukan kebiasaan mencuci tangan. Hal tersebut bisa

disebabkan karena adanya kesalahan dalam mencuci tangan (kurang bersih

dalam mencuci tangan).

Dalam penelitian Cahyawati dan Budiono (2011) juga

menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor personal hygiene dengan

kejadian dermatitis kontak. Ada kecenderungan bahwa responden yang

menderita dermatitis karena memiliki personal hygiene yang buruk,

sebaliknya responden yang tidak menderita dermatitis sebagian besar

memiliki personal hygiene baik.

Menurut hasil penelitian Nurzakky (2011) sebesar 65,7% pekerja

bengkel motor menderita dermatitis kontak akibat kerja, dari pekerja yang

menderita dermatitis kontak memiliki kebiasaan mencuci tangan yang buruk.

Hasil analisisnya menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki kebiasaan

mencuci tangan yang buruk memiliki risiko untuk mengalami dermatitis

Page 64: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

46 

 

kontak akibat kerja 18,791 kali lebih besar daripada pekerja yang memiliki

kebiasaan mencuci tangan yang baik.

2.4.17 Pemakaian APD

Sebaiknya para pekerja diperlengkapi dengan alat penyelamat

atau pelindung yang bertujuan menghindari kontak dengan bahan yang

sifatnya dapat mengiritasi, merangsang atau karsinogen. Alat pelindung yang

dapat dipergunakan misalnya baju pelindung, sarung tangan, topi, kaca mata

pelindung, sepatu, krim pelindung dan lain-lain (Siregar, 1996).

Pekerja yang selalu menggunakan sarung tangan dengan tepat

akan menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja baik jumlah

maupun lama perjalanan dermatitis kontak. Besarnya risiko kelompok

pekerja yang kadang-kadang menggunakan APD dibandingkan dengan

kelompok pekerja yang menggunakan APD terhadap kejadian dermatitis

kontak (positif) adalah 8,556. Artinya pekerja yang kadang-kadang memakai

APD mempunyai risiko mengalamai dermatitis kontak 8,556 kali lebih besar

dari pekerja yang selalu menggunakan APD (Nuraga dkk, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cahyawati dan Budiono

(2011) membuktikan bahwa ada hubungan antara pemakaian APD dengan

kejadian dermatitis kontak. Pekerja yang cenderung memakai APD secara

lebih baik, hasilnya rendah untuk berisiko mengalami dermatitis kontak.

Page 65: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

47 

 

Pemakaian alat pelindung diri, maka akan menghindarkan seseorang kontak

langsung dengan agen-agen fisik, kimia maupun biologi.

Kesesuaian APD juga perlu untuk diperhatikan. APD yang baik

seharusnya dapat mengurangi potensi pekerja untuk terkena dermatitis

kontak. Jika pekerja masih merasakan adanya kontak dengan bahan kimia

walaupun telah mengenakan APD, hal ini menunjukan bahwa APD yang

digunakan tidak sesuai untuk melindungi kulit dari material bahan kimia

(Lestari dan Utomo, 2007).

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah disebutkan pada tinjauan pustaka, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak menurut Djuanda dan

Sularsito (2002) yaitu lama kontak, frekuensi kontak, suhu dan kelembaban, serta

faktor individu yaitu usia, ras, jenis kelamin, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi.

Menurut Schnuch & Carlsen (2011), faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu

dermatitis atopi/riwayat atopi, jenis kelamin, usia, etnik/ras, penyakit kulit lainnya,

serta tipe kulit. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi seperti masa kerja dan

jenis proses pekerjaan (Cohen, 1999), pemakaian APD (Siregar, 1996), riwayat

alergi, musim dan personal hygiene (Hipp dalam Utomo, 2007), serta bahan kimia

dan pengeluaran keringat (Gardiner Aw & Harrington, 2007). Hal tersebut dapat

digambarkan dalam bagan dibawah ini:

Page 66: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

48 

 

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Djuanda dan Sularsito (2002), Cohen (1999), Gardiner Aw & Harrington (2007), Schnuch & Carlsen (2011), Siregar (1996), serta Hipp dalam Utomo (2007)

1. Lama Kontak

2. Frekuensi Kontak

3. Bahan Kimia

4. Masa Kerja

5. Usia

6. Jenis Kelamin

7. Ras

8. Riwayat Atopi

9. Riwayat Penyakit Kulit

10. Riwayat Alergi

11. Musim

12. Tipe Kulit

13. Pengeluaran Keringat

14. Jenis Proses Pekerjaan

15. Suhu

16. Kelembaban

17. Personal Hygiene

18. Pemakaian APD

Dermatitis Kontak

Page 67: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

49 

 

BAB III

KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Berdasarkan teori, faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak adalah lama kontak, frekuensi

kontak, bahan kimia, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat atopi, riwayat

penyakit kulit lain, riwayat alergi, musim, tipe kulit, pengeluaran keringat, jenis

proses pekerjaan, personal hygiene, pemakaian APD, serta suhu dan kelembaban.

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu dermatitis kontak.

Sedangkan variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Lama Kontak

Lama kontak dengan bahan kimia dapat meningkatkan terjadinya dermatitis

kontak akibat kerja. Kontak yang lama dengan bahan kimia dapat menyebabkan

kulit lapisan luar mengalami peradangan, dan jika kontak dengan bahan kimia

semakin lama, akan semakin memungkinkan terjadinya peradangan pada kulit

lapisan dalam.

2. Frekuensi Kontak

Fekuensi kontak merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis

kontak akibat kerja. Semakin banyaknya frekuensi paparan bahan kimia

Page 68: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

50 

 

terhadap kulit akan menyebabkan terjadinya kerusakan kulit dari lapisan yang

paling luar hingga dalam.

3. Masa Kerja

Masa kerja merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak

akibat kerja. Masa kerja seseorang menentukan tingkat pengalaman seseorang

dalam menguasai pekerjaannya. Selain itu, pekerja yang lebih lama telah

memiliki resistensi terhadap bahan kimia, sehingga kulitnya lebih tahan. Maka

dari itu, pekerja yang belum lama bekerja memungkinkan untuk mengalami

kejadian dermatitis kontak.

4. Usia

Kejadian dermatitis kontak akan lebih mudah terjadi pada pekerja yang lebih

tua, karena kulitnya lebih rentan. Semakin bertambahnya usia maka kulit

manusia akan mengalami degenerasi. Kulit akan menipis dan kehilangan lapisan

lemak sehingga menjadi lebih kering. Hal tersebut menyebabkan kulit lebih

mudah untuk mengalami dermatitis kontak.

5. Riwayat Atopi

Riwayat atopi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian

dermatitis kontak akibat kerja. Adanya riwayat atopi menjadikan kerentanan

pekerja terhadap rekasi iritasi. Pada orang yang memiliki riwayat atopi akan

dapat memperparah penyakit. Selain itu orang yang pernah memiliki dermatitis

atopi disebabkan karena permeabilitas barrier dan respon kulit yang lebih besar,

sehingga memudahkan terjadinya dermatitis.

Page 69: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

51 

 

6. Riwayat Penyakit Kulit

Pekerja yang sebelumnya pernah menderita penyakit kulit merupakan hal yang

utama untuk dapat terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Hal tersebut

dikarenakan kulit pekerja menjadi sensitif, khususnya terhadap bahan kimia.

Bahan kimia akan lebih mudah mengiritasi kulit, sehingga kulit lebih mudah

mengalami dermatitis.

7. Riwayat Alergi

Riwayat alergi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

dermatitis kontak akibat kerja. Riwayat alergi dapat menjadikan kulit lebih

rentan, sehingga dermatitis kontak akan lebih mudah terjadi pada orang yang

memiliki riwayat alergi.

8. Personal Hygiene

Personal hygiene juga dapat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat

kerja. Dermatitis kontak lebih mudah dialami oleh pekerja yang memiliki

personal hygiene yang tidak baik, khususnya dalam hal kebiasaan mencuci

tangan setelah kontak dengan bahan kimia.

Variabel independen yang tidak diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Bahan Kimia

Bahan kimia tidak menjadi variabel penelitian karena paparan bahan

kimia disetiap bengkel motor jenisnya sama. Konsentrasi dari bahan kimia itu

sendiri sulit untuk diteliti, karena dalam satu bengkel tidak hanya menggunakan

Page 70: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

52 

 

satu bahan kimia. Jenis paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air

aki (asam sulfat), minyak, minyak pelumas, bensin, serta cairan pendingin.

Kemudian kejadian dermatitis kontak itu sendiri ada yang bersifat kronik,

sehingga tidak dapat dipastikan jenis dan konsentrasi paparan bahan kimia yang

menyebabkan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel. Selain itu,

pekerja bengkel motor selalu kontak dengan bahan kimia selama menangani

motor, yang mana bahan kimia tersebut dapat menyebabkan dermatitis kontak.

Maka dari itu bahan kimia tidak dijadikan variabel penelitian.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin tidak diteliti karena jenis kelamin pekerja bengkel motor adalah

seluruhnya laki-laki.

3. Ras

Ras tidak diteliti karena pekerja bengkel di Kecamatan Ciputat Timur memiliki

ras yang sama.

4. Musim

Faktor musim tidak diteliti karena homogen. Musim yang terjadi di Kecamatan

Ciputat Timur sama.

5. Tipe Kulit

Tipe kulit tidak diteliti karena penentuan tipe kulit sulit untuk dilakukan.

Penentuan tipe kulit tidak cukup hanya secara subyektif berdasarkan

pemeriksaan fisik oleh dokter, namun harus dilakukan uji laboratorium.

Page 71: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

53 

 

6. Pengeluaran Keringat

Pengeluaran keringat tidak diteliti karena pada pekerja bengkel dimana

tangannya selalu basah saat bekerja akibat paparan dengan minyak atau bensin

pada alat bengkel akan sulit untuk menentukan kulit yang berkeringat secara

subyektif. Hal tersebut dikhawatirkan hasilnya terdapat bias/rancu.

7. Jenis Proses Pekerjaan

Jenis proses pekerjaan tidak diteliti karena dibengkel motor tidak ada pembagian

kerja atau spesifikasi kerja, artinya satu pekerja mengerjakan semua pekerjaan.

Jadi hasilnya akan homogen.

8. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban tidak dijadikan variabel penelitian karena suhu dan

kelembaban lingkungan di bengkel motor homogen, karena semua bengkel

motor terletak di out door.

9. Pemakaian APD

Variabel pemakaian APD tidak diteliti karena semua pekerja bengkel tidak

menggunakan APD berupa sarung tangan saat melakukan pekerjaan.

Page 72: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

54 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Dermatitis Kontak

1. Lama Kontak

2. Frekuensi Kontak

3. Masa Kerja

4. Usia

5. Riwayat Atopi

6. Riwayat Penyakit Kulit

7. Riwayat Alergi

8. Personal Hygiene

Page 73: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

55 

 

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Dermatitis Kontak Peradangan pada kulit akibat paparan bahan kimia selama melakukan pekerjaan, dengan gejala berupa gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, pembentukan lepuh kecil pada kulit, kulit kering, mengelupas, kulit bersisik, dan terjadi penebalan pada kulit.

Lembar pemeriksaan fisik

Anamnesis dan Pemeriksaan fisik

0. Dermatitis

1. Tidak Dermatitis

Ordinal

2 Lama Kontak  Lama waktu responden kontak dengan bahan kimia di tempat kerja dalam satu hari kerja

Kuesioner Pengisian Kuesioner & Self Administered

Jam/hari Rasio

3 Frekuensi Kontak  Jumlah kontak pekerja dengan bahan kimia dalam satu hari kerja

Kuesioner Pengisian Kuesioner & Self Administered

x/hari Rasio

4 Masa Kerja  Kurun waktu atau lamanya responden bekerja sebagai pekerja bengkel motor sejak awal bekerja sampai penelitian berlangsung

Kuesioner Pengisian Kuesioner & Self Administered

Bulan Rasio

Page 74: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

56 

 

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

5 Usia Lama hidup pekerja terhitung sejak lahir sampai penelitian berlangsung. Dibulatkan ke atas bila > 6 bulan, dan dibulatkan ke bawah bila < 6 bulan

Kuesioner dan pengecekan KTP

Pengisian Kuesioner Tahun Rasio

6 Riwayat Atopi Penyakit pada pekerja yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya atau diturunkan dari keluarganya, seperti asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi.

Kuesioner Pengisian Kuesioner & Self Administered

0. Berisiko jika ada atopi

1. Tidak berisiko jika tidak ada atopi

Ordinal

7 Riwayat Penyakit Kulit  

Peradangan pada kulit dengan gejala subyektif berupa gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, pembentukan lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, dan penebalan pada kulit atau kelainan kulit lainnya yang sebelumnya pernah atau sedang diderita oleh pekerja.

Kuesioner Pengisian Kuesioner & Self Administered

0. Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

1. Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

Ordinal

Page 75: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

57 

 

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

8 Riwayat Alergi  Reaksi tubuh pekerja yang berlebihan terhadap benda asing/zat tertentu dari luar tubuh misalnya seperti debu, obat, atau makanan, yang pernah dialami oleh pekerja.

Kuesioner Pengisian Kuesioner & Self Administered

0. Berisiko jika ada alergi

1. Tidak berisiko jika tidak ada tidak alergi

Ordinal

9 Personal Hygiene  Kebiasaan pekerja untuk membersihkan tangan sebelum dan setelah bekerja, mencuci pakaian yang digunakan setelah bekerja, dan tidak adanya noda atau cipratan bahan kimia di pakaian pekerja saat bekerja. Dikatakan baik apabila pekerja memenuhi semua kriteria tersebut.

Lembar observasi

Pengamatan langsung oleh peneliti

0. Tidak baik

1. Baik

Ordinal

Page 76: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

58 

 

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

2. Ada hubungan antara frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

4. Ada hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja

bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

5. Ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

6. Ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012.

7. Ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 77: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

59 

 

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain studi

cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-

variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek

diobservasi atau diteliti sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).

Pada penelitian ini pengambilan variabel dependen dan variabel independen

dilakukan dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012 pada

bengkel motor yang terdapat di wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tangerang

Selatan.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bengkel motor yang bekerja

pada bengkel di wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan yang

berjumlah 101 pekerja. Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja bengkel

Page 78: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

60 

 

motor yang dapat mewakili populasi. Pengambilan besar sampel dihitung dengan

menggunakan rumus uji beda dua proporsi seperti dibawah ini:

 

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

P1 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu

P2 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu

Z1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5% = 1,96

Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 95% = 1,64

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan yang digunakan peneliti adalah

95% dengan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 95%. Besar sampel yang

dibutuhkan dihitung berdasarkan variabel yang akan diteliti dengan mengacu pada

variabel yang diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun penjabarannya

adalah sebagai berikut:

1. Lama kontak

Berdasarkan hasil penelitian dari Nuraga dkk (2008), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak dengan lama kontak 8 jam/hari yaitu

Page 79: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

61 

 

sebesar 70,37%, sedangkan proporsi pada populasi yang mengalami dermatitis

kontak dengan lama kontak < 8 jam/hari yaitu sebesar 3,70%.

2. Frekuensi kontak

Berdasarkan hasil penelitian dari Nuraga dkk (2008), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak > 7 jam/hari yaitu

sebesar 64,81%, sedangkan proporsi pada populasi yang mengalami dermatitis

kontak dengan frekuensi kontak ≤ 7 jam/hari yaitu sebesar 9,25%.

3. Masa kerja

Berdasarkan hasil penelitian Lestari & Utomo (2007), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak pada masa kerja ≤ 2 tahun yaitu sebesar

66,7%, sedangkan proporsi pada populasi yang mengalami dermatitis kontak

pada masa kerja > 2 tahun yaitu sebesar 36,2%.

4. Usia

Berdasarkan hasil penelitian Lestari dan Utomo (2007), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak pada pekerja yang berusia ≤ 30 tahun

sebesar 60,5%, dan proporsi pada populasi yang mengalami dermatitis kontak

pada pekerja yang berusia > 30 tahun sebesar 35,1%.

5. Riwayat atopik

Berdasarkan hasil penelitian Nuraga dkk (2008), proporsi pada populasi yang

mengalami dermatitis kontak dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat

atopik yaitu sebesar 46,2%, sedangkan proporsi pada populasi yang

Page 80: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

62 

 

mengalami dermatitis kontak dengan pekerja yang memiliki riwayat atopik

yaitu sebesar 27,7%.

6. Riwayat penyakit kulit

Berdasarkan hasil penelitian Lestari & Utomo (2007), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak dengan pekerja yang memiliki riwayat

penyakit kulit yaitu sebesar 81,8%, sedangkan proporsi pada populasi yang

mengalami dermatitis kontak dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat

penyakit kulit yaitu sebesar 43,5%.

7. Riwayat alergi

Berdasarkan hasil penelitian Lestari & Utomo (2007), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak dengan pekerja yang memiliki riwayat

alergi yaitu sebesar 57,7%, sedangkan proporsi pada populasi yang mengalami

dermatitis kontak dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi yaitu

sebesar 44%.

8. Personal hygiene

Berdasarkan hasil penelitian Lestari & Utomo (2007), proporsi pada populasi

yang mengalami dermatitis kontak dengan personal hygiene yang kurang baik

yaitu sebesar 51,8%, sedangkan proporsi pada populasi yang mengalami

dermatitis kontak dengan personal hygiene yang baik yaitu sebesar 41,7%.

Berdasarkan uraian diatas, telah didapatkan besar sampel yang dibutuhkan

berdasarkan variabel melalui perhitungan software sample size dengan hasil

perhitungan seperti dalam tabel 4.1.

Page 81: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

63 

 

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel dengan Uji Beda Dua Proporsi

Variabel Diketahui Sampel

total Lama kontak P1 = 70,37% = 0,7037

P2 = 3,70% = 0,037 P = 0,37

11

Frekuensi kontak P1 = 64,81% = 0,6481 P2 = 9,25% = 0,0925 P = 0,37

17

Riwayat atopik P1 = 46,2% = 0,462 P2 = 27,7% = 0,277 P = 0,365

174

Riwayat penyakit kulit P1 = 81,8% = 0,818 P2 = 43,5% = 0,435 P = 0,6265

39

Riwayat alergi P1 = 57,7% = 0,577 P2 = 44,4% = 0,444 P = 0,510

365

Personal hygiene P1 = 51,8% = 0,518 P2 = 41,7% = 0,417 P = 0,4675

632

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlah besar sampel yang

memungkinkan untuk diambil yaitu sebanyak 39 pekerja. Kemudian dari hasil

tersebut dihitung kembali berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian

Lestari & Utomo (2007). Dari penelitian itu, telah didapatkan pekerja yang tidak

mengalami dermatitis kontak sebesar 51,3%. Maka perhitungan sampelnya sebagai

berikut :

39 = (51,3 / 100) x N

N = 39 x (100 / 51,3)

N = 76

Page 82: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

64 

 

Jadi sampel minimum yang dapat diambil untuk mewakili populasi

adalah sebesar 76 orang. Namun untuk lebih dapat mengeneralisir maka sampel

yang diambil adalah seluruh total populasi yaitu 101 orang.

4.4 Instrumen Penelitian

4.4.1 Lembar Pemeriksaan Fisik Dermatitis Kontak

Untuk mengetahui atau mendiagnosis pekerja yang

mengalami/tidak mengalami dermatitis kontak, maka harus ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan fisik dan anamnesis yang dilakukan oleh dokter

disertai dengan gejala-gejala klinis yang dirasakan oleh pekerja.

4.4.2 Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik

yang digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk memperoleh suatu

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden mengenai lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja, usia,

riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, dan riwayat alergi.

4.4.3 Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui informasi mengenai personal hygiene. Lembar observasi

Page 83: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

65 

 

disiapkan dengan menggunakan daftar pertanyaan agar observasi dapat

terarah dan data yang diperlukan benar-benar diperoleh.

4.5 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pekerja bengkel motor dengan

menggunakan alat ukur berupa lembar pemeriksaan fisik, kuesioner, dan lembar

observasi. Lembar pemeriksaan fisik digunakan untuk mendiagnosa kejadian

dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor. Kuesioner digunakan untuk

mengetahui lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja, usia, riwayat atopi, riwayat

penyakit kulit, dan riwayat alergi. Sedangkan untuk lembar observasi digunakan

untuk mengetahui personal hygiene.

4.6 Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul kemudian dioleh melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

4.6.1 Coding

Proses pemebrian kode kepada setiap variabel yang dikumpulkan agar

mempermudah pengolahan data selanjutnya. Pengkodean variabel tersebut

yaitu:

a. Dermatitis kontak : 0 = Dermatitis ; 1 = Tidak dermatitis

b. Riwayat atopi : 0 = Berisiko jika ada atopi ;

1 = Tidak berisiko jika tidak ada atopi

Page 84: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

66 

 

c. Riwayat penyakit kulit : 0 = Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

1 = Tidak berisiko jika tidak ada riwayat

penyakit kulit

d. Riwayat alergi : 0 = Berisiko jika ada alergi ;

1 = Tidak berisiko jika tidak ada alergi

e. Personal Hygiene : 0 = Tidak baik ; 1 = Baik

4.6.2 Editing (Penyuntingan Data)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti

kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban.

Penyuntingan data ini dilakukan sebelum proses pemasukan data.

4.6.3 Entry

Proses pemasukan data kedalam program atau fasilitas analisis data

didalam komputer berdasarkan klasifikasi.

4.6.4 Cleaning

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga data siap untuk diolah dan dianalisis.

Page 85: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

67 

 

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel dependen dan variabel independen.

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan melakukan uji Chi Square

untuk variabel dengan bentuk kategorik – kategorik. Variabel yang dianalisis

dengan uji Chi Square yaitu riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, dan

riwayat alergi. Uji T-test digunakan untuk menganalisis variabel bentuk

numerik – kategorik dengan data yang berdistribusi normal. Variabel yang

dianalisis menggunakan uji T-test yaitu usia. Sedangkan uji Mann-Whitney

untuk menganalisis variabel bentuk numerik – kategorik dengan data yang

tidak berdistribusi normal, variabelnya yaitu lama kontak, frekuensi kontak

dan masa kerja.

Page 86: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

68 

 

Persamaan Chi Square:

                       dF = (k-1) (b-1)

Keterangan : 

X2 = Chi Square

O = Nilai observasi

E = Nilai ekspektasi

k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Metode analisis ini untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya.

Jika P value ≥ 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value < 0.05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara kedua

variabel.

Page 87: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

69 

 

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Semua bengkel motor informal di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

terletak di area outdoor. Pekerja bengkel yang terdapat pada satu bengkel berkisar

dari 1 hingga 13 mekanik, tergantung pada besar kecilnya bengkel motor tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan, semua bengkel informal tersebut terbatas pada

pelayanan servis kendaraan roda dua, mulai dari servis ringan, tune-up, spare parts,

sampai servis besar (turun mesin), juga mengerjakan beberapa pekerjaan reparasi,

serta penggantian bahan pelumas/oli. Satu pekerja bengkel biasanya mengerjakan

semua jenis pelayanan tersebut. Jenis paparan bahan kimia yang terdapat di bengkel

motor berasal dari Accu Zuur dengan bahan dasar asam sulfat (H2SO4 pekat), air

accu (ammonium, nitrat, besi, tembaga) dengan pH 6-7, serta produk-produk

minyak bumi seperti minyak pelumas, pelumas, minyak/oli, bensin, serta cairan

pendingin dimana bahan-bahan tersebut mengandung petroleum (minyak bumi) dan

gasoline.

Setelah melakukan observasi awal sebelum penelitian, di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur terdapat 43 bengkel motor informal dengan jumlah

keseluruhan pekerja sebanyak 112 orang. Namun pada saat penelitian berlangsung

populasinya menjadi 101 pekerja. Dari populasi pekerja bengkel di Ciputat Timur

tersebut, semua dimasukkan kedalam sampel penelitian ini.

Page 88: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

70 

 

Waktu kerja bagi pekerja bengkel di Ciputat Timur dapat dikatakan tidak

tentu, tidak mengikuti aturan jam kerja seperti 8 jam/hari. Bisa diperkirakan waktu

kerja mereka dimulai dari pukul 8 atau 9 pagi hingga pukul 4 atau 5 sore. Namun

ada juga beberapa bengkel yang buka dari pukul 8 hingga pukul 10 malam, sehingga

waktu kerja bagi pekerjanya bisa mencapai 13/14 jam/hari. Akan tetapi, dikarenakan

bengkel tersebut bukan jenis bengkel resmi, maka para pekerja bisa datang dengan

semaunya terutama bagi pemilik bengkel yang juga sebagai mekanik.

Proses atau unit kerja pada pekerja bengkel motor seperti dalam

melakukan servis motor, para pekerja biasanya terpapar dengan bahan kimia seperti

minyak pelumas, bensin, oli, serta gemuk. Peralatan bengkel yang digunakan untuk

servis terletak pada suatu wadah dan direndam dengan cairan bahan kimia tersebut.

Dari peralatan dan cairan pada wadah tersebutlah bahan kimia tersebut dapat

memapar pekerja bengkel. Selain itu pada saat pengisian air accu ataupun

penggantian bahan pelumas atau oli, akibat adanya cipratan atau tetesan bahan kimia

tersebut saat mengganti dan menuangkan air accu atau oli kedalam motor dapat

memapar tangan pekerja bengkel, karena pekerja tidak memakai sarung tangan.

Semua pemilik bengkel tidak menyediakan tempat cuci tangan yang

baik, seperti terdapat keran air sehingga ada air bersih yang mengalir, sabun cuci

tangan, hingga lap khusus tangan. Jika tersedia mungkin letaknya jauh dari tempat

mereparasi. Namun yang tersedia hanya berupa wadah berisi air untuk mencuci

tangan, dan mungkin jika dilihat air tersebut telah keruh oleh bahan-bahan kimia

Page 89: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

71 

 

yang terdapat dibengkel setelah pekerja mencuci tangan, kemudian air dalam wadah

tersebut tidak langsung kembali diganti dengan air bersih.

Berdasarkan hasil observasi pekerja mencuci tangan hanya ketika

istirahat dan makan, setelah melakukan reparasi tidak semua pekerja langsung

mencuci tangan. Pekerja mencuci tangannya tidak menggunakan air bersih yang

mengalir dan sabun cuci tangan, namun terlebih dahulu mereka mencuci tangan

dengan bensin untuk menghilangkan noda-noda, dan terkadang menggunakan sabun

lalu dibilas dengan air. Selain itu, setelah melakukan observasi diketahui bahwa

semua pekerja bengkel motor tidak ada yang menggunakan sarung tangan selama

bekerja.

Page 90: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

72 

 

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di

Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Kejadian Dermatitis Kontak Frekuensi Persentase (%)

Ya 38 37,6

Tidak 63 62,4

Jumlah 101 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 101 pekerja bengkel,

38 (37,6%) pekerja mengalami dermatitis kontak sedangkan 63 (62,4%) pekerja

tidak mengalami dermatitis kontak.

5.2.2 Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak

Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis konak

diantaranya yaitu lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja, usia, riwayat atopi,

riwayat penyakit kulit, riwayat alergi, dan personal hygiene. Gambaran untuk

Page 91: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

73 

 

faktor lama kontak, frekuensi kontak, usia dan masa kerja dapat dilihat pada tabel

5.2 dibawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi (Lama Kontak, Frekuensi Kontak, Usia dan Masa Kerja) pada

Pekerja Bengkel Motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

No Variabel Mean SD Min-Max

1 Lama Kontak 5,19 jam/hari 1,815 jam/hari 2 jam/hari – 10 jam/hari

2 Frekuensi Kontak 6,49 kali/hari 2,759 kali/hari 2 kali/hari – 15 kali/hari

3 Masa Kerja 72,48 bulan 65,917 bulan 1 bulan – 300 bulan

4 Usia 28,91 tahun 7,915 tahun 15 tahun – 50 tahun

5.2.2.1 Lama Kontak

Lama kontak diketahui dari lamanya waktu pekerja kontak

dengan bahan kimia di tempat kerja dalam hitungan jam selama satu hari

kerja. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata lama pekerja

bengkel motor kontak dengan bahan kimia adalah 5,19 jam/hari dengan

standar deviasi 1,815 jam/hari. Lama kontak terendah yaitu 2 jam/hari,

sedangkan lama kontak tertinggi yaitu 10 jam/hari.

5.2.2.2 Frekuensi Kontak

Frekuensi kontak diketahui dari jumlah kontak pekerja bengkel

dengan bahan kimia di tempat kerja selama satu hari kerja. Berdasarkan tabel

di atas, diketahui bahwa rata-rata frekuensi kontak pekerja bengkel motor

Page 92: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

74 

 

dengan bahan kimia yaitu 6,49 kali/hari dengan standar deviasi 2,759

kali/hari. Frekuensi kontak terendah yaitu 2 kali/hari, sedangkan frekuensi

tertinggi yaitu 15 kali/hari.

5.2.2.3 Masa Kerja

Lama kerja diketahui dari lamanya bekerja sebagai pekerja

bengkel motor sejak awal bekerja sampai penelitian berlangsung dalam

hitungan bulan. Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa rata-rata masa

kerja pekerja bengkel motor yaitu 72,48 bulan dengan standar deviasi 65,917

bulan. Masa kerja terendah yaitu 1 bulan, sedangkan masa kerja tertinggi

yaitu 300 bulan.

5.2.2.4 Usia

Usia merupakan lama hidup pekerja terhitung sejak lahir sampai

penelitian berlangsung. Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa rata-

rata usia pekerja bengkel motor adalah 28,91 tahun dengan standar deviasi

7,915 tahun. Usia pekerja bengkel motor terendah yaitu 15 tahun, sedangkan

usia tertinggi yaitu 50 tahun.

Page 93: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

75 

 

Untuk gambaran dari faktor riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, riwayat

alergi, dan personal hygiene dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi (Riwayat Atopi, Riwayat Penyakit Kulit, Riwayat Alergi,

dan personal hygiene) pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

No Variabel Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1 Riwayat Atopi Ada 22 21,8

Tidak Ada 79 78,2

2 Riwayat Penyakit

Kulit

Ada 64 63,4

Tidak Ada 37 36,6

3 Riwayat Alergi Ada 23 22,8

Tidak Ada 78 77,2

4 Personal Hygiene Tidak Baik 101 100

Baik 0 0

5.2.2.5 Riwayat Atopi

Riwayat atopi merupakan penyakit pada pekerja yang

mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya atau diturunkan dari

keluarganya, seperti asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi, dan konjungtivitis

alergi. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pekerja bengkel

motor yang memiliki riwayat atopi adalah 22 (21,8%) pekerja, sedangkan

yang tidak memiliki riwayat atopi yaitu 79 (78,2%) pekerja.

Page 94: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

76 

 

5.2.2.6 Riwayat Penyakit Kulit

Riwayat penyakit kulit merupakan peradangan pada kulit yang

sebelumnya pernah atau sedang diderita oleh pekerja. Berdasarkan tabel 5.3,

dapat diketahui bahwa pekerja bengkel motor yang memiliki riwayat

penyakit kulit yaitu 64 (63,4%) pekerja, sedangkan yang tidak memiliki

riwayat penyakit kulit yaitu 37 (36,6%) pekerja.

5.2.2.7 Riwayat Alergi

Riwayat alergi merupakan reaksi tubuh pekerja yang berlebihan

terhadap benda asing/zat tertentu dari luar tubuh misalnya seperti debu, obat,

atau makanan yang pernah dialami oleh pekerja. Berdasarkan tabel 5.3, dapat

diketahui bahwa pekerja bengkel motor yang memiliki riwayat alergi yaitu

23 (22,8%) pekerja, sedangkan yang tidak memiliki riwayat alergi yaitu 78

(77,2%) pekerja.

5.2.2.8 Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan kebiasaan pekerja untuk

membersihkan tangan sebelum dan setelah bekerja, pakaian yang digunakan

dicuci setelah bekerja, dan tidak adanya noda atau cipratan bahan kimia pada

pakaian pekerja. Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 101 (100%)

pekerja memiliki personal hygiene yang tidak baik, dan variabel ini tidak

dilanjutkan pada uji bivariat.

Page 95: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

77 

 

5.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan variabel dependen

yaitu kejadian dermatitis kontak. Uji yang digunakan untuk menganalisis variabel

yang berdata numerik seperti lama kontak, frekuensi kontak, masa kerja dan usia

yaitu dengan menggunakan uji T-independent. Namun sebelum diuji, keempat

variabel dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel

lama kontak, frekuensi kontak, dan masa kerja tidak berdistribusi normal, sehingga

analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Sedangkan

untuk menganalisis variabel yang berdata kategorik seperti riwayat atopi, riwayat

penyakit kulit, dan riwayat alergi dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil dari analisis hubungan antara lama kontak, frekuensi kontak, dan

masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 akan digambarkan pada tabel 5.4.

Page 96: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

78 

 

Tabel 5.4 Analisis Hubungan antara (lama kontak, frekuensi kontak dan masa kerja) dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan

Ciputat Timur Tahun 2012

No Variabel

Kejadian Dermatitis Kontak

P Value Ya Tidak

Mean Rank Mean Rank

1 Lama Kontak 50,16 51,51 0,820

2 Frekuensi Kontak 51,34 50,79 0,926

3 Masa Kerja 52,97 49,81 0,598

Tabel analisis hubungan antara lama kontak, frekuensi kontak, dan masa

kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 akan dijelaskan pada sub bab dibawah ini.

5.3.1 Hubungan antara Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa Mean Rank lama

kontak pada pekerja yang mengalami dermatitis sebesar 50,16, sedangkan

yang tidak mengalami dermatitis kontak sebesar 51,51. Hasil uji statistik lama

kontak dengan kejadian dermatitis kontak didapatkan P value sebesar 0,820,

artinya pada α 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama

kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 97: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

79 

 

5.3.2 Hubungan antara Frekuensi Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa Mean Rank lama

kontak pada pekerja yang mengalami dermatitis sebesar 51,34, sedangkan

yang tidak mengalami dermatitis kontak sebesar 50,79. Hasil uji statistik

frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis kontak didapatkan P value

sebesar 0,926, artinya pada α 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

5.3.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa Mean Rank lama

kontak pada pekerja yang mengalami dermatitis sebesar 52,97, sedangkan

yang tidak mengalami dermatitis kontak sebesar 49,81. Hasil uji statistik masa

kerja dengan kejadian dermatitis kontak didapatkan P value sebesar 0,598,

artinya pada α 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa

kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 98: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

80 

 

Pada sub bab dibawah ini akan memaparkan hasil analisis hubungan

antara usia dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012.

5.3.4 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Tabel 5.5 Analisis Hubungan antara Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja

Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Kejadian Dermatitis

Kontak N Mean (tahun) SD P value

Ya 38 29.63 7.841 0.480

Tidak 63 28.48 7.990

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata usia pekerja

yang mengalami dermatitis kontak adalah 29.63 tahun dengan standar deviasi

sebesar 7.841, sedangkan rata-rata usia pekerja yang tidak mengalami

dermatitis kontak adalah 28.48 tahun dengan standar deviasi sebesar 7.990.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0.480, yang artinya

pada 5% tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 99: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

81 

 

Untuk hasil dari analisis hubungan antara riwayat atopi, riwayat penyakit

kulit, dan riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel

motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 akan digambarkan pada

tabel 5.6

Tabel 5.6

Analisis Hubungan antara (riwayat atopi, riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi) dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan

Ciputat Timur Tahun 2012

No Variabel Kategori Kejadian Dermatitis Kontak Total P Value

Ya Tidak

N % N % N %

1 Riwayat

Atopi

Ada 10 45,5 12 54,5 22 100 0,543

Tidak Ada 28 35,4 51 64,6 79 100

2 Riwayat Penyakit

Kulit

Ada 34 53,1 30 46,9 64 100 0,000

Tidak Ada 4 10,8 33 89,2 37 100

3 Riwayat Alergi

Ada 14 60,9 9 39,1 23 100 0,018

Tidak Ada 24 30,8 54 69,2 78 100

Tabel analisis hubungan antara riwayat atopi, riwayat penyakit kulit, dan

riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 akan dijelaskan pada sub bab

selanjutnya.

Page 100: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

82 

 

5.3.5 Hubungan antara Riwayat Atopi dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.6, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 22

pekerja yang memiliki riwayat atopi terdapat 10 (45,5%) pekerja mengalami

dermatitis kontak dan 12 (54,5%) pekerja tidak mengalami dermatitis kontak.

Sedangkan dari 79 pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi terdapat 28

(35,4%) pekerja mengalami dermatitis kontak dan 51 (64,6%) pekerja tidak

mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P

value sebesar 0,543, yang artinya pada 5% tidak ada hubungan antara

riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

5.3.6 Hubungan antara Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.6, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 64

pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit terdapat 34 (53.1%) pekerja

mengalami dermatitis kontak dan 30 (46.9%) pekerja tidak mengalami

dermatitis kontak. Sedangkan dari 37 pekerja yang tidak memiliki riwayat

penyakit kulit terdapat 4 (10.8%) pekerja mengalami dermatitis kontak dan 33

(89.2%) pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan P value sebesar 0,000, yang artinya pada 5% ada

Page 101: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

83 

 

hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

5.3.7 Hubungan antara Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.6, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 23

pekerja yang memiliki riwayat alergi terdapat 14 (60.9%) pekerja mengalami

dermatitis kontak dan 9 (39.1%) pekerja tidak mengalami dermatitis kontak.

Sedangkan dari 78 pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi terdapat 24

(30.8%) pekerja mengalami dermatitis kontak dan 54 (69.2%) pekerja tidak

mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P

value sebesar 0.018, yang artinya pada 5% ada hubungan antara riwayat

alergi dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di

wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 102: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

84 

 

BAB VI

PEMBAHASAN

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitiannya yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, sehingga tidak dapat

menjelaskan hubungan sebab akibat. Namun desain ini efektif dari segi waktu

dan biaya, serta sesuai dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan, maka dari itu

peneliti memilih disain ini.

2. Diagnosa kejadian dermatitis kontak dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik

oleh dokter dengan hanya melihat gejala-gejala umum yang muncul, dan tidak

dilakukan uji tempel untuk melihat penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan biaya dan waktu penelitian.

3. Peneliti tidak meneliti konsentrasi dari setiap bahan kimia, sehingga tidak

diketahui kekuatan bahan kimia tersebut dalam menyebabkan dermatitis kontak.

Hal tersebut dikarenakan dalam satu bengkel banyak paparan bahan kimia

sehingga peneliti sulit dalam mengetahui konsentrasi bahan kimia.

4. Hasil penelitian dipengaruhi oleh kejujuran, ingatan, dan kepastian responden

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti pada variabel lama kontak,

frekuensi kontak, masa kerja, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit, dan riwayat

alergi, sehingga sulit mengatasi bias informasi.

Page 103: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

85 

 

6.3 Kejadian Dermatitis Kontak

Penyakit kulit akibat kerja adalah proses patologis kulit yang timbul pada

waktu melakukan pekerjaan serta pengaruh-pengaruh yang terdapat di dalam

lingkungan kerja (Siregar, 1996). Dermatitis kontak merupakan salah satu jenis dari

penyakit kulit akibat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja menyumbang 90% dari

semua kasus gangguan kulit yang berhubungan dengan pekerjaan (Sasseville, 2008).

Dermatitis kontak ialah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia, atau

biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang

berulang-ulang. Dermatitis kontak bisa berupa tipe iritan-primer dimana reaksi non-

alergik terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis

kontak alergik) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap

allergen kontak (Smeltzer & Bare, 2001).

Hasil penelitian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 menunjukkan bahwa 38 (37,6%) pekerja dari

101 pekerja bengkel motor mengalami dermatitis kontak, dan 63 (62,4%) tidak

mengalami dermatitis kontak. Dari 37,6% pekerja yang mengalami dermatitis

kontak terdapat beberapa gejala-gejala awal seperti kulit terasa gatal dan kemerahan,

hingga timbulnya kelainan kulit berupa papula, vesikel, kulit pecah-pecah (fissura),

likenifikasi dan kulit mengelupas. Smeltzer & Bare (2001) juga mengatakan reaksi

pertama dari dermatitis kontak mencakup rasa gatal, terbakar, eritema yang segera

diikuti oleh gejala edema, papula, vesikel serta perembasan cairan atau secret.

Sedangkan pada fase subakut, perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi

Page 104: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

86 

 

dan berubah menjadi pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura serta

pengelupasan kulit. Jika terjadi reaksi yang berulang-ulang atau bila pasien terus-

menerus menggaruk kulitnya, penebalan kulit (likenifikasi) dan pigmentasi

(perubahan warna) akan terjadi.

Proses/unit kerja pada pekerja bengkel motor seperti dalam melakukan

servis motor, para pekerja biasanya terpapar dengan bahan kimia seperti minyak

pelumas, bensin, oli, serta gemuk. Peralatan bengkel yang digunakan untuk servis

terletak pada suatu wadah dan direndam dengan cairan bahan kimia tersebut. Dari

peralatan dan cairan pada wadah tersebutlah bahan kimia dapat memapar pekerja

bengkel. Selain itu pada saat pengisian air accu ataupun penggantian bahan

pelumas/oli, akibat adanya cipratan atau tetesan bahan kimia tersebut saat

mengganti/menuangkan air accu atau oli kedalam motor dapat memapar tangan

pekerja bengkel, karena pekerja tidak memakai sarung tangan.

Kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor terdapat pada

bagian tangan yaitu di telapak tangan dan punggung tangan. Hal tersebut

dikarenakan tangan merupakan bagian tubuh yang selalu berkontak dengan bahan

kimia di bengkel motor selama pekerja melakukan reparasi atau menangani motor.

Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Waldron & Edling (2004), bahwa sekitar

90% dari semua bentuk penyakit kulit akibat kerja terbatas pada tangan dan lengan

bawah, terkadang juga terdapat pada wajah, serta bagian tubuh lain juga kadang-

kadang dapat mengalaminya. Dermatitis kontak yang terjadi pada pekerja bengkel

motor diakibatkan karena adanya kontak langsung dengan bahan kimia. Jenis

Page 105: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

87 

 

paparan bahan kimia yang ada di bengkel motor yaitu air aki (asam sulfat), serta

produk-produk minyak bumi seperti minyak pelumas, pelumas, minyak/oli, bensin,

serta cairan pendingin (Frosh & John, 2011).

Hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa 100% pekerja bengkel

motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 memiliki personal hygiene

yang tidak baik. Berdasarkan hasil observasi, hampir semua pemilik bengkel tidak

menyediakan tempat cuci tangan yang baik, seperti terdapat keran air sehingga ada

air bersih yang mengalir, sabun cuci tangan, hingga lap khusus tangan. Namun yang

tersedia hanya berupa wadah berisi air untuk mencuci tangan, dan mungkin jika

dilihat air tersebut telah keruh oleh bahan-bahan kimia yang terdapat dibengkel

setelah pekerja mencuci tangan, kemudian air dalam wadah tersebut tidak langsung

kembali diganti dengan air bersih. Nuraga (2006) mengatakan bahwa kebiasaan

mencuci tangan merupakan salah satu usaha pencegahan yang bermakna, namun

perlu dilihat kualitas mencuci tangan serta fasilitas mencuci tangan yang baik seperti

mudah terjangkau dan adanya sabun, dan lain-lain.

Pekerja mencuci tangan hanya ketika istirahat dan makan, setelah

melakukan reparasi tidak semua pekerja langsung mencuci tangan. Pekerja mencuci

tangannya tidak menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun cuci tangan,

namun terlebih dahulu mereka mencuci tangan dengan bensin untuk menghilangkan

noda-noda, dan terkadang menggunakan sabun lalu dibilas dengan air. Hal-hal

tersebut dimungkinkan dapat mempermudah terjadinya dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor. Menurut Cohen (1999), kebiasaan mencuci tangan yang

Page 106: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

88 

 

tidak sesuai prosedur akan menyebabkan kontak bahan kimia terhadap kulit menjadi

lebih lama sehingga dapat lebih merugikan kulit. 

Terdapat beberapa pekerja yang setelah mencuci tangan tidak langsung

mengeringkan tangan, atau jika mengeringkan tangan tidak menggunakan lap

khusus tangan. WHO (2005) mengatakan bahwa, kebiasaan mengeringkan tangan

setelah mencuci tangan juga dapat berperan mencegah semakin parahnya kondisi

kulit karena tangan yg lembab. Kebiasaan mencuci tangan juga seharusnya dapat

mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah

bekerja, namun pada kenyataanya potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada.

Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya.

Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan

kimia yang menempel pada permukaan kulit pekerja.  

Selain itu, semua pakaian pekerja tidak ada yang bersih dari noda-noda

minyak, pelumas, air aki, dan bahan kimia lainnya. Sebagian pekerja juga

mengatakan bahwa pakaian yang mereka gunakan biasanya baru akan dicuci setelah

2 kali dipakai dalam 2 hari. Hipp dalam Utomo (2007) berpendapat bahwa mencuci

pakaian juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya dermatitis

kontak. Sebaiknya pakaian kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak

digunakan kembali sebelum dicuci. Akan lebih baik lagi jika pencucian baju kerja

dilakukan setiap hari setelah digunakan. Selain itu cara pencucian perlu

diperhatikan. Jangan mencampur/merendam baju kerja dengan pakaian yang

dikenakan sehari-hari. Usahakan mencuci pakaian kerja dengan menggunakan mesin

Page 107: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

89 

 

cuci, namun cara manual tidak menjadi masalah asalkan setelah mencuci, tangan

dibersihkan kembali dengan baik.

Pencegahan dermatitis kontak seharusnya dimulai dari diri sendiri. Baik

bagi pemilik bengkel maupun pekerjanya mungkin tidak mengetahui bagaimana

menjaga kebersihan diri dengan baik. Jika mereka tahu dan mengerti mungkin

mereka mengabaikan dan menyepelekannnya, sehingga kesadaran untuk

memperhatikan personal hygiene yang baik itu kurang. Seharusnya pekerja

memiliki kesadaran yang tinggi akan kebersihan dirinya. Kesadaran dari pekerja

untuk menjaga kebersihan dirinya sangatlah penting. Namun untuk meningkatkan

kesadaran para pekerja bengkel, dibutuhkan juga kerjasama yang baik antara

pemilik bengkel dengan para pekerjanya.

Maka dari itu, disarankan pemilik bengkel menyediakan tempat khusus

cuci tangan yang baik seperti wastafel atau keran air, kemudian sabun dan lap kusus

untuk cuci tangan. Penyediaan sarana mencuci tangan tersebut diusahakan yang

dekat dan terjangkau dari pekerja bengkel, dengan begitu mungkin pekerja bengkel

akan lebih rajin untuk mencuci tangan sebelum ataupun setelah melakukan

reparasi/menangani motor. Selain itu pemilik bengkel juga sebaiknya menyediakan

sarung tangan yang sesuai untuk digunakan para pekerja bengkelnya saat melakukan

reparasi/menangai motor agar menghindari kontak langsung dengan bahan kimia.

Namun diikarenakan dalam penelitian di bengkel motor informal ini personal

hygiene serta pemakaian APD tidak dapat diteliti hubungannya, maka disarankan

Page 108: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

90 

 

peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada bengkel yang bersifat formal

atau resmi jika dimungkinkan terdapat perbedaan dengan bengkel yang tidak resmi.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti konsentrasi dari masing-

masing bahan kimia yang digunakan. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya disarankan

agar meneliti konsentrasi dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bengkel

motor. Selain itu diagnosa dermatitis kontak disarankan ditentukan secara spesifik

antara dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi.

Dalam penelitian ini ada 7 faktor yang diteliti hubungannya dengan

kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel di wilayah Kecamatan Ciputat

Timur tahun 2012. Namun hanya ada 2 faktor yang memiliki hubungan terhadap

kejadian dermatitis kontak yaitu riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi. Hasil

penelitian dari faktor-faktor tersebut akan dijelaskan pada sub bab pembahasan

selanjutnya.

Page 109: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

91 

 

Gambar 6.1 Kelainan Kulit Tangan Pekerja Bengekel Motor

Page 110: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

92 

 

6.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

6.3.1 Hubungan antara Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Dalam penelitian ini, lama kontak dinyatakan dengan lamanya waktu

responden kontak dengan bahan kimia di tempat kerja dalam satu hari kerja.

Lama kontak pada pekerja bengkel diketahui dengan menanyakan lamanya

pekerja melakukan reparasi atau menangani motor dalam satu hari kerja.

Lama kontak dengan bahan kimia dapat meningkatkan terjadinya dermatitis

kontak akibat kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia akan semakin

memungkinkan terjadinya dermatitis kontak.

Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.2 diketahui bahwa rata-rata

lama kontak pekerja bengkel dengan bahan kimia selama satu hari kerja

yaitu 5,19 jam/hari, dengan standar deviasi 1,815 jam/hari. Sedangkan lama

kontak terendah yaitu 2 jam/hari dan yang tertinggi yaitu 10 jam/hari. Hasil

analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,820, hasil tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kontak dengan

kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraga dkk (2008), yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian

dermatitis kontak pada pekerja yang terpajan dengan bahan kimia di

Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat.

Page 111: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

93 

 

Menurut Cohen (1999), lama kontak mempengaruhi kejadian

dermatitis kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka

akan semakin merusak sel kulit hingga ke lapisan yang lebih dalam dan

risiko terjadinya dermatitis kontak akan semakin tinggi. Agius (2004) juga

mengatakan bahwa semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit, maka

penetrasi bahan kimia terhadap lapisan kulit akan semakin luas dan dalam

hingga menyebabkan reaksi peradangan/iritasi yang lebih berat. Sama halnya

dengan pendapat Nuraga dkk (2008) bahwa lama kontak dengan bahan kimia

yang terjadi akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi

kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit.

Pada penelitian ini lama kontak tidak memiliki hubungan dengan

kejadian dermatitis kontak. Hal tersebut dimungkinkan karena lama kontak

pekerja dengan bahan kimia di bengkel motor sulit diukur. Kesulitan dalam

mengukur lama kontak dikarenakan lama paparan bahan kimia di bengkel

motor tidak tentu sehingga dimungkinkan adanya bias informasi dalam

mengetahui lama kontak pekerja dengan bahan kimia. Lamanya kontak

pekerja bengkel dengan bahan kimia selama melakukan reparasi/menangani

motor tidak selalu sama antara satu motor dengan motor lainnya dalam satu

hari, hal itu tergantung pada proses kerja yang dilakukan. Selain itu, lama

kontak pekerja bengkel dengan bahan kimia juga tergantung pada jumlah

motor yang ditangani selama satu hari. Hal itu lah yang mungkin bisa

Page 112: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

94 

 

mempengaruhi lama kontak menjadi tidak berhubungan dengan kejadian

dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor.

Hal lain yang mungkin dapat mempengaruhi tidak adanya hubungan

antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak yaitu dari hasil rata-

rata lama kontak pekerja bengkel dengan bahan kimia yang sebesar 5,19

jam/hari. Dalam penelitian Nuraga dkk (2008) menunjukkan bahwa pekerja

dengan lama kontak 8 jam/hari lebih banyak menderita dermatitis kontak

dibandingkan pekerja dengan lama kontak < 8 jam/hari. Ruhdiat (2006) juga

mengatakan bahwa perjalanan dermatitis kontak akut, subakut, maupun

kronis sering terjadi pada orang yang mempunyai kontak selama 8 jam, dan

lama kontak merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap

kejadian dermatitis kontak. Dengan rata-rata lama kontak tersebut

dimungkinkan belum dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada

pekerja bengkel.

Dapat dimungkinkan lama kontak yang tidak berhubungan dengan

kejadian dermatitis kontak ini juga dipengaruhi oleh adanya riwayat penyakit

kulit sebelumnya. Pada pekerja dengan lama kontak dibawah rata-rata 5,19

jam/hari dan mengalami dermatitis kontak didapatkan sebanyak 21 (84%)

dari 25 pekerja tersebut telah memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya.

Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pada pekerja dengan lama kontak

dibawah rata-rata 5,19 jam/hari dan tidak mengalami dermatitis kontak yaitu

didapatkan 17 (44,7%) dari 38 pekerja telah memiliki riwayat penyakit kulit

Page 113: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

95 

 

sebelumnya. Hal tersebut berarti bahwa kejadian dermatitis kontak pada

pekerja dengan lama kontak dibawah rata-rata dipengaruhi oleh adanya

riwayat penyakit kulit sebelumnya.

Sebagai upaya pencegahan terjadinya dermatitis kontak, maka selama

melakukan reparasi/menangani motor, para pekerja bengkel disarankan

untuk menjaga kebersihan diri khususnya mencuci tangan dengan air bersih

yang mengalir setiap kali selesai melakukan reparasi/menangani sebuah

motor, agar bahan kimia yang menempel pada tangan dapat hilang dan tidak

memapar kulit dengan lama. Selain itu para pekerja juga disarankan

menggunakan sarung tangan untuk menghindari adanya kontak langsung

dengan paparan yang lama terhadap kulit.

6.3.2 Hubungan antara Frekuensi Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Frekuensi kontak merupakan jumlah kontak pekerja dengan bahan

kimia dalam satu hari kerja. Frekuensi kontak pada pekerja bengkel motor

diketahui dari jumlah motor yang direparasi atau ditangani dalam satu hari.

Frekuensi kontak merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis

kontak akibat kerja. Semakin banyaknya frekuensi paparan bahan kimia

terhadap kulit akan menyebabkan terjadinya kerusakan kulit.

Hasil penelitian rata-rata frekuensi kontak pekerja bengkel motor

dengan bahan kimia yaitu 6,49 kali/hari dengan standar deviasi 2,759

kali/hari. Frekuensi kontak terendah yaitu 2 kali/hari, sedangkan frekuensi

Page 114: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

96 

 

tertinggi yaitu 15 kali/hari, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, P value dari frekuensi kontak

didapatkan sebesar 0,926, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraga

dkk (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara

frekuensi kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja yang

terpajan dengan bahan kimia di perusahaan industri otomotif.

Berdasarkan hasil penelitian Ruhdiat (2006) pada pekerja

laboratorium kimia di PT Sucofindo, dermatitis kontak akut terbanyak

terjadi pada pekerja yang mempunyai frekuensi kontak dengan bahan kimia

sebanyak 5 kali/hari. Sedangkan dermatitis kontak sub akut banyak terjadi

pada pekerja sebanyak 3 dan 5 kali kontak bahan kimia/hari. Untuk

dermatitis kontak kronik terjadi pada pekerja yang mempunyai kontak

bahan kimia diatas 6 kali, yaitu 7 dan 8 kali kontak. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa semakin banyak frekuensi kontak pekerja dengan

bahan kimia, maka semakin berpotensi untuk terjadinya dermatitis kontak

hingga kronik. Cohen (1999) mengatakan bahwa frekuensi kontak yang

berulang untuk bahan yang mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan

terjadinya dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan

Page 115: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

97 

 

jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik luasnya

maupun beratnya tidak proporsional.

Namun pada penelitian ini frekuensi kontak tidak memiliki hubungan

dengan kejadian dermatitis kontak. Sama halnya dengan lama kontak,

frekuensi kontak yang tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor karena frekuensi kontak pekerja dengan

bahan kimia di bengkel motor sulit diukur. Hal tersebut dikarenakan

frekuensi paparan bahan kimia di bengkel motor tidak tentu sehingga

dimungkinkan adanya bias informasi dalam mengetahui frekuensi kontak

pekerja dengan bahan kimia. Frekuensi kontak pada pekerja bengkel motor

tidak selalu konstan setiap harinya. Pada satu pekerja bengkel memiliki

frekuensi kontak yang berbeda antara hari yang satu dengan hari yang lain.

Frekuensi kontak tersebut tergantung pada jumlah motor yang ditangani

para pekerja bengkel dalam satu hari, sehingga frekuensi dari masing-

masing pekerja bengkel juga tidak dapat diketahui secara pasti.

Dilihat dari rata-rata frekuensi kontak bahan kimia pada pekerja

bengkel yaitu sebesar 6,49 kali/hari. Dapat dimungkinkan dengan rata-rata

frekuensi kontak tersebut belum dapat mempengaruhi pekerja bengkel

motor mengalami dermatitis kontak. Hal itu dimungkinkan frekuensi kontak

yang tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak dipengaruhi

oleh adanya riwayat alergi. Pada pekerja dengan frekuensi kontak dibawah

rata-rata 6,49 kali/hari dan mengalami dermatitis kontak didapatkan

Page 116: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

98 

 

sebanyak 8 (38,1%) dari 21 pekerja tersebut telah memiliki riwayat alergi.

Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pada pekerja dengan frekuensi

kontak dibawah rata-rata 6,49 kali/hari dan tidak mengalami dermatitis

kontak yaitu sebanyak 5 (13,5%) dari 37 pekerja telah memiliki riwayat

alergi. Hal tersebut berarti bahwa kejadian dermatitis kontak pada pekerja

dengan frekuensi kontak dibawah rata-rata dipengaruhi oleh adanya riwayat

alergi

6.3.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau

lamanya responden bekerja sebagai pekerja bengkel motor sejak awal

bekerja sampai penelitian berlangsung dalam hitungan bulan. Masa kerja

dilihat dari pertama kali pekerja bekerja sebagai mekanik motor di bengkel

yang saat penelitian berlangsung. Namun, jika sebelumnya pekerja pernah

bekerja sebagai mekanik motor pada bengkel lain, maka masa kerja

ditambahkan dari lama bekerja pada bengkel sebelumnya.

Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata masa kerja pekerja

bengkel motor yaitu 72,48 bulan dengan standar deviasi 65,917 bulan

dengan masa kerja tertinggi yaitu 300 bulan. Hasil uji statistik bivariat

masa kerja menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 117: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

99 

 

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Lestari dan

Utomo (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja

dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja di PT Inti Pantja Press

Industri. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pekerja dengan lama

bekerja ≤2 tahun memiliki peluang 3,5 kali terkena dermatitis kontak

dibandingkan dengan pekerja yang telah bekerja selama >2 tahun.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Cahyawati dan Budiono (2011) juga

menunjukkan hasil yang sama, bahwa masa kerja ternyata menjadi faktor

yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di

tempat pelelangan ikan.

Cohen (1999) mengatakan bahwa pekerja dengan lama bekerja ≤ 2

tahun dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa pekerja

tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan

pekerjaannya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan kesalahan

dalam prosedur penggunaan bahan kimia, maka hal ini berpotensi

meningkatkan angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan lama

bekerja ≤ 2 tahun. Pekerja dengan pengalaman akan lebih berhati-hati

sehingga kemungkinan terpajan bahan kimia lebih sedikit.

Jika dilihat dari perjalanan kejadian dermatitis kontak, pekerja yang

baru dengan pengalaman yang sedikit mungkin tidak mempengaruhi

terjadinya dermatitis kontak. Hal tersebut dikarenakan seharusnya masa

kerja yang lama yang lebih memungkinkan untuk bisa mempengaruhi

Page 118: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

100 

 

dermatitis kontak karena telah memiliki frekuensi kontak yang sering dan

lama. Namun pada penelitian ini masa kerja menjadi tidak berhubungan

dengan kejadian dermatitis kontak meski masa kerja pekerja bengkel yang

hampir semua lebih dari 2 tahun/24 bulan. Para pekerja tersebut rata-rata

telah bekerja sebagai pekerja bengkel motor sebelumnya, sehingga memiliki

masa kerja yang lama. Telah diketahui bahwa rata-rata masa kerja pekerja

bengkel di wilayah Kecamatan Ciputat Timur adalah 72,48 bulan atau

berkisar sekitar 6 tahun.

Berdasarkan hal itu, peneliti berasumsi bahwa mungkin pekerja

bengkel motor dengan masa kerja yang lama telah memiliki resistensi

terhadap bahan kimia yang terpapar ke kulit karena seringnya kontak

dengan bahan kimia selama melakukan pekerjaannya. Hal tersebut

menjadikan pekerja lebih tahan terhadap paparan bahan kimia dan sehingga

pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Akan tetapi tidak semua pekerja

juga bisa mengalami resistensi.

Menurut Cahyawati dan Budiono (2011) bahwa masa kerja seseorang

menentukan tingkat pengalaman seseorang dalam menguasai pekerjaannya.

Hal ini dimungkinkan bahwa para pekerja yang telah bekerja lebih dari dua

tahun telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan maupun alergen,

sehingga penderita dermatitis kontak pada kelompok ini cenderung sedikit

ditemukan. Sama dengan yang dikatakan oleh Utomo (2007) bahwa pekerja

dengan lama bekerja ≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam zat

Page 119: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

101 

 

kimia. pada pekerja dengan lama bekerja > 2 tahun dapat dimungkinkan

telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang digunakan. Resistensi

ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi

lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus-

menerus.

Masa kerja yang tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis

kontak dapat dimungkinkan juga dipengaruhi oleh adanya riwayat alergi.

Pada pekerja dengan masa kerja dibawah rata-rata 72,48 bulan dan

mengalami dermatitis kontak didapatkan sebanyak 9 (42,9%) dari 21

pekerja tersebut telah memiliki riwayat alergi. Jumlah tersebut lebih besar

dibandingkan pada pekerja dengan masa kerja dibawah rata-rata 72,48

bulan dan tidak mengalami dermatitis kontak yaitu sebanyak 4 (9,1%) dari

44 pekerja telah memiliki riwayat alergi. Hal tersebut berarti bahwa

kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan masa kerja dibawah rata-

rata dipengaruhi oleh adanya riwayat alergi.

Namun bagi pekerja bengkel yang memiliki masa kerja lama dan

tidak mengalami resistensi terhadap bahan kimia dapat mengalami

dermatitis kontak. Hal tersebut dimungkinkan karena semua pekerja

bengkel memiliki personal hygiene yang tidak baik serta tidak memakai

pelindung berupa sarung tangan selama bekerja. Salah satu dari faktor

tersebutlah yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak

pada pekerja bengkel.

Page 120: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

102 

 

6.3.4 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

kejadian dermatitis kontak. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa

rata-rata usia pekerja bengkel motor adalah 28,91 tahun dengan standar

deviasi 7,915 tahun. Usia pekerja bengkel motor terendah yaitu 15 tahun,

sedangkan usia tertinggi yaitu 50 tahun.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami

dermatitis kontak memiliki rata-rata usia yaitu 29.63 tahun, sedangkan rata-

rata usia pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah 28.48

tahun. Dari hasil tersebut juga didapatkan P value sebesar 0,480 yang

berarti bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis

kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

tahun 2012. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraga dkk

(2008) yang mengatakan bahwa faktor umur tidak mempunyai pengaruh

yang bermakna terhadap terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

Berbeda dengan hasil penelitian Lestari dan Utomo (2007) yang

menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis

kontak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dermatitis kontak lebih

banyak terjadi pada pekerja dengan usia ≤ 30 tahun yaitu sebesar 60,5%,

sedangkan pada usia > 30 tahun kejadian dermatitis kontak sebesar 35,1%.

Page 121: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

103 

 

Namun menurut Cohen (1999) mengatakan bahwa kulit manusia

mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit

kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan

pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga

kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis. Cronin dalam Lestari dan

Utomo (2007) juga berpendapat yang sama bahwa, usia pekerja yang lebih

tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut

terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul

dermatitis kronik.

Berdasarkan teori diatas, maka yang lebih memungkinkan untuk

mengalami dermatitis kontak yaitu pekerja dengan usia yang lebih tua.

Namun pada penelitian ini didapatkan pekerja yang mengalami dermatitis

kontak memiliki rata-rata usia yaitu 29.63 tahun, usia tersebut dapat

dikatakan usia muda. Menurut Health & Safety Executive/HSE (2000)

kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun. Pada usia

tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembapannya karena menipisnya

lapisan basal. Selain itu produksi sebum juga menurun tajam, sehingga

banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel menurun.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa kejadian dermatitis kontak

pada pekerja bengkel rata-rata berada pada usia muda. Hal tersebut

dikarenakan pekerja bengkel memiliki rata-rata usia sebesar 28,91 tahun,

bisa dikataka pekerja bengkel di wilayah Kecamatan Ciputat Timur berada

Page 122: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

104 

 

pada usia muda. Namun meski begitu, tidak menutup kemungkinan pada

pekerja yang lebih tua untuk mengalami dermatitis kontak, karena kulit

pada orang yang tua yang telah mengalami degenerasi hingga menjadi lebih

kering dan mudah untuk mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan hasil

observasi bahwa semua pekerja bengkel memiliki personal hygiene yang

tidak baik dan kebiasaan bekerja tidak memakai sarung tangan, maka hal itu

juga yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak, baik untuk pekerja

muda ataupun pekerja yang lebih tua.

Pada penelitian ini faktor umur menjadi tidak berhubungan dengan

kejadian dermatitis kontak. Hal tersebut dimungkinkan karena rata-rata

umur pada pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan rata-rata

umur pada pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak hampir sama,

rata-ratanya hanya berselisih 1 tahun. Hal lain juga dimungkinkan karena

usia dipengaruhi oleh riwayat penyakit kulit sebelumnya. Pada pekerja

dengan usia dibawah rata-rata 28,91 tahun dan mengalami dermatitis kontak

didapatkan sebanyak 17 (89,5%) dari 19 pekerja tersebut telah memiliki

riwayat penyakit kulit sebelumnya. Jumlah tersebut lebih besar

dibandingkan pada pekerja dengan usia dibawah rata-rata 28,91 tahun dan

mengalami dermatitis kontak yaitu sebanyak 14 (42,4%) dari 33 pekerja

telah mengalami dermatitis kontak. Hal tersebut berarti bahwa kejadian

dermatitis kontak pada pekerja dengan usia dibawah rata-rata dipengaruhi

oleh adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya. Untuk mencegah terjadinya

Page 123: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

105 

 

dermatitis kontak baik pada pekerja muda ataupun pekerja tua, maka

disarankan para pekerja memiliki kesadaran untuk melakukan proteksi

terhadap kulitnya, dengan cara menggunakan sarung tangan yang sesuai dan

nyaman, serta menjaga kebersihan diri.

6.3.5 Hubungan antara Riwayat Atopi dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Riwayat atopi adalah sekelompok penyakit pada individu yang

mempunyai riwayat keadaan kepekaan dalam keluarganya, misal dermatitis

atopi, rhinitis alergi, asma bronkiale (Djuanda, 2007). Dalam penelitian ini

riwayat atopi dilihat dari penyakit pada pekerja yang mempunyai riwayat

kepekaan dalam keluarganya atau diturunkan dari keluarganya, seperti

asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi.

Dari hasil distribusi riwayat atopi dapat diketahui bahwa pekerja

bengkel motor yang memiliki riwayat atopi adalah 22 (21,8%) pekerja,

sedangkan yang tidak memiliki riwayat atopi yaitu 79 (78,2%) pekerja.

Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa dari 22 pekerja yang

memiliki riwayat atopi terdapat 10 (45,5%) pekerja mengalami dermatitis

kontak dan 12 (54,5%) pekerja tidak mengalami dermatitis kontak.

Sedangkan dari 79 pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi terdapat 28

(35,4%) pekerja mengalami dermatitis kontak dan 51 (64,6%) pekerja tidak

mengalami dermatitis kontak. Pada penelitian ini, hasil analisis bivariat

riwayat atopi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat atopi

Page 124: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

106 

 

dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ruhdiat (2006) bahwa tidak ada hubungan antara riwayat atopi terhadap

terjadinya dermatitis kontak. Penelitian ini juga sejalan dengan Nuraga dkk

(2008), yang mengatakan bahwa riwayat atopi keluarga tidak mempunyai

pengaruh terhadap terjadinya dermatitis kontak, baik jumlah terjadinya

dermatitis kontak akibat kerja maupun perjalanan penyakit dermatitis

kontak. Hal ini dikarenakan bahan kimia langsung menyebabkan iritasi

pada kulit tanpa respons imun.

Namun hasil penelitian Sulistyani dkk (2010) menunjukkan bahwa

ada pengaruh antara riwayat atopi dengan timbulnya dermatitis kontak iritan

di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta. Hasil tersebut didapatkan

bahwa orang yang memiliki riwayat atopik memiliki peluang yang lebih

besar untuk terkena dermatitis kontak yaitu sebesar 5,37 kali dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopik.

Sularsito (2007) menyatakan bahwa seseorang yang telah memiliki

riwayat atopi akan lebih mudah terkena dermatitis kontak iritan

dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopi. Menurut

Schnuch & Carlsen (2011), kerentanan tinggi terhadap reaksi iritasi pada

orang yang memiliki riwayat atau dermatitis atopi mungkin sebagian

Page 125: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

107 

 

dikarenakan oleh permeabilitas barrier kulit yang lebih tinggi dan oleh

respon inflamasi yang lebih besar.

Riwayat atopi tidak memiliki hubungan dengan kejadian dermatitis

kontak di wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Hal tersebut dimungkinkan

karena jumlah pekerja yang memiliki riwayat atopi lebih sedikit mengalami

dermatitis kontak dibandingkan dengan jumlah pekerja yang tidak memiliki

riwayat atopi yang juga mengalami dermatitis kontak. Peneliti berasumsi

bahwa pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi namun mengalami

dermatitis kontak mungkin telah lupa atau bahkan tidak jujur memiliki

riwayat atopi.

Hal lain yang dapat dimungkinkan riwayat atopi yang tidak

berhubungan karena dipengaruhi oleh adanya riwayat penyakit kulit

sebelumnya. Pada pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi dan

mengalami dermatitis kontak didapatkan sebanyak 25 (89,3%) dari 28

pekerja tersebut telah memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya.

Persentase tersebut lebih besar dibandingkan pada pekerja yang tidak

memiliki riwayat atopi dan tidak mengalami dermatitis kontak yaitu sebesar

25 (49%) dari 51 pekerja telah memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya.

Hal tersebut berarti kejadian dermatitis kontak pada pekerja yang tidak

memiliki riwayat atopi dipengaruhi oleh adanya riwayat penyakit kulit

sebelumnya.

Page 126: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

108 

 

6.3.6 Hubungan antara Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Pada penelitian ini riwayat penyakit kulit didefinisikan sebagai

peradangan pada kulit dengan gejala subyektif berupa gatal, rasa terbakar,

kemerahan, bengkak, pembentukan lepuh kecil pada kulit, kulit

mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, dan penebalan pada kulit atau

kelainan kulit lainnya yang sebelumnya pernah atau sedang diderita oleh

pekerja. Menurut Cahyawati dan Budiono (2011) riwayat penyakit

digunakan sebagai salah satu dasar penentuan apakah suatu penyakit terjadi

akibat penyakit terdahulu, sehingga riwayat penyakit sangat penting dalam

proses penyembuhan seseorang.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pekerja bengkel motor

yang memiliki riwayat penyakit kulit yaitu 64 (63,4%) pekerja, sedangkan

yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit yaitu 37 (36,6%) pekerja.

Berdasarkan hasil distribusinya menunjukkan bahwa dari 64 pekerja yang

memiliki riwayat penyakit kulit terdapat 34 (53.1%) pekerja mengalami

dermatitis kontak dan 30 (46.9%) pekerja tidak mengalami dermatitis

kontak. Sedangkan dari 37 pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit

kulit terdapat 4 (10.8%) pekerja mengalami dermatitis kontak dan 33

(89.2%) pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Hasil uji statistik

bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit kulit

dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Page 127: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

109 

 

Pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit menjawab bahwa tanda

dan gejala dari penyakit kulit tersebut berupa gatal, rasa panas (terbakar),

kemerahan, hingga kulit mengelupas. Lokasi dari penyakit kulit yang

mereka rasakan semua terbatas pada telapak tangan, punggung tangan, serta

sela-sela jari tangan. Selain itu, pekerja juga mengatakan bahwa tidak

pernah melakukan pengobatan, karena mereka menganggap penyakit kulit

tersebut hal yang biasa dan bisa sembuh dengan sendirinya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyawati dan Budiono

(2011) yang menyatakan bahwa faktor riwayat penyakit kulit ternyata

menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis. Sebagian

besar responden yang memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya

cenderung menderita dermatitis. Selain itu pada penelitian Lestari dan

Utomo (2007) mengatakan bahwa antara pekerja yang memiliki riwayat

dermatitis kontak akibat pekerjaan sebelumnya dengan yang tidak,

menunjukan perbedaan proporsi yang bermakna.

Pada pekerja yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit dermatitis,

merupakan kandidat utama untuk terkena penyakit dermatitis. Hal ini

karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap berbagai macam zat kimia.

Jika terjadi inflamasi maka zat kimia akan lebih mudah dalam mengiritasi

kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis (Cohen, 1999). Sejalan

dengan yang dikatakan oleh Sumantri dkk (2008) bahwa beberapa faktor

mungkin mempengaruhi tingkatan respon kulit. Adanya penyakit kulit

Page 128: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

110 

 

sebelumnya dapat menghasilkan dermatitis yang parah akibat membiarkan

iritan dengan mudah memasuki dermis.

Dengan adanya riwayat penyakit kulit, maka akan memudahkan

pekerja bengkel untuk mengalami dermatitis kontak. Terjadinya dermatitis

kontak tersebut juga mungkin didukung dari faktor personal hygiene yang

tidak baik dan kebiasaan tidak menggunakan sarung tangan pada pekerja

bengkel motor. Dalam menangani hal tersebut perlu didukung dari pihak

pemilik bengkel. Oleh sebab itu disarankan pemilik bengkel untuk

menyediakan sarana mencuci tangan yang baik dan terjangkau dari pekerja.

Selain itu, pemilik bengkel harus selalu mengawasi dan mengatur

pekerjanya untuk bekerja dengan aman, serta disediakannya sarung tangan

bagi para pekerjanya. Pemilihan jenis sarung tangan yang disediakan untuk

pekerja harus dengan mempertimbangkan sensitivitas individu. Sedangkan

bagi para pekerja, untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak yaitu

dengan menerapkan personal hygiene yang baik khususnya kebiasaan

mencuci tangan setelah bekerja bagi para pekerja bengkel dan

mengharuskan pekerja bengkel untuk menggunakan sarung tangan selama

melakukan reparasi/menangani motor.

6.3.7 Hubungan antara Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Riwayat alergi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai reaksi tubuh

pekerja yang berlebihan terhadap benda asing/zat tertentu dari luar tubuh

Page 129: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

111 

 

misalnya seperti debu, obat, atau makanan, yang pernah dialami oleh

pekerja. Lestari dan Utomo (2007) mengatakan bahwa riwayat alergi

merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan kulit lebih rentan

terhadap penyakit dermatitis kontak.

Pada penelitian ini didapatkan pekerja bengkel motor yang memiliki

riwayat alergi yaitu 23 (22,8%) pekerja, sedangkan yang tidak memiliki

riwayat alergi yaitu 78 (77,2%) pekerja. Selanjutnya dari 23 pekerja yang

memiliki riwayat alergi terdapat 14 (60.9%) pekerja mengalami dermatitis

kontak dan 9 (39.1%) pekerja tidak mengalami dermatitis kontak.

Sedangkan dari 78 pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi terdapat 24

(30.8%) pekerja mengalami dermatitis kontak dan 54 (69.2%) pekerja tidak

mengalami dermatitis kontak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa

ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatitis kontak pada

pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

Sejalan dengan penelitian Cahyawati dan Budiono (2011) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian

dermatitis kontak. Namun, dalam penelitian Lestari dan Utomo (2007)

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian dermatitis

kontak yang bermakna antara pekerja dengan riwayat alergi dibandingkan

dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi.

Menurut Putro dalam Lestari dan Utomo (2007) beberapa pendapat

menyatakan bahwa dermatitis kontak (terutama dermatitis kontak alergi)

Page 130: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

112 

 

akan lebih mudah timbul jika terdapat riwayat alergi sebelumnya. Dalam

melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk

riwayat penyakit pada keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah

alergi (misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu), dan riwayat lain yang

berhubungan dengan dermatitis.

Dari semua pekerja yang memiliki riwayat alergi menjawab bahwa

penyebab dari alergi tersebut berasal dari bahan kimia, makanan, serta obat-

obatan. Lokasi dari alergi yang mereka rasakan semua terbatas pada telapak

tangan, punggung tangan, lengan tangan, sela-sela jari tangan, leher, hingga

kaki. Selain itu, kebanyakan dari pekerja yang alergi mengatakan tidak

pernah melakukan pengobatan. Namun ada juga pekerja yang melakukan

pengobatan dengan memberikan salep hingga datang ke klinik untuk

melakukan pemeriksaan agar dapat sembuh serta gejala dapat berkurang

dan hilang.

Dalam penelitian ini riwayat alergi berhubungan dengan kejadian

dermatitis kontak. Walaupun jika dilihat dari distribusinya bahwa pekerja

yang memiliki riwayat alergi dan mengalami dermatitis kontak proporsinya

lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat

namun mengalami dermatitis kontak. Hal tersebut berarti menandakan

bahwa orang yang tidak memiliki riwayat alergi juga dapat mengalami

dermatitis kontak, mungkin disebabkan karena faktor lain seperti personal

Page 131: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

113 

 

hygiene yang buruk. Hal lain yang dapat mempengaruhi yaitu karena pada

pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi juga dapat mengalami dermatitis

kontak dikarenakan sebanyak 20 (83,3%) dari 24 pekerja tersebut telah

memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Hal tersebut berarti kejadian

dermatitis kontak pada pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi

dipengaruhi oleh adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya.

Untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak, disarankan pemilik

bengkel menyediakan sarung tangan kepada para pekerjanya untuk

menghindari terjadinya dermatitis kontak. Pemilihan jenis sarung tangan

yang disediakan tersebut harus dengan mempertimbangkan sensitivitas

individu. Penyediaan sarung tangan tersebut juga dapat ditujukan untuk

menghindari luka-luka lain pada tangan pekerja akibat tergores benda-

benda yang tajam selama melakukan reparasi. Selain itu disarankan bagi

pekerja untuk memakai sarung tangan agar bahan kimia tidak memapar

langsung ke kulit, khususnya bagi pekerja yang alergi terhadap bahan

kimia.

Page 132: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

114 

 

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja bengkel

motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Gambaran pekerja yang mengalami dermatitis kontak dari 101 pekerja bengkel

yaitu 37,6% pekerja mengalami dermatitis kontak sedangkan 62,4% pekerja

tidak mengalami dermatitis kontak.

2. Gambaran dari faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak

yaitu, rata-rata lama kontak dengan bahan kimia yaitu 5,19 jam/hari. Rata-rata

frekuensi kontak dengan bahan kimia yaitu 6,49 kali/hari. Rata-rata masa kerja

yaitu 72,48 bulan. Rata-rata usia pekerja yaitu 28,91 tahun. Pekerja yang

memiliki riwayat atopi yaitu sebesar 21,8%. Pekerja yang memiliki riwayat

penyakit kulit yaitu sebesar 63,4%. Pekerja yang memiliki riwayat alergi yaitu

sebesar 22,8%. Seluruh pekerja tidak memiliki personal hygiene yang baik.

3. Hasil uji statistik menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

dermatitis kontak adalah riwayat penyakit kulit (P value 0,000) dan riwayat

alergi (P value 0,018).

Page 133: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

115 

 

7.2 Saran

1. Bagi Pekerja

a) Para pekerja memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dirinya selama

bekerja dan menerapkan personal hygiene yang baik yaitu seperti mencuci

tangan dengan benar, pakaian terhindar dari noda-noda dan pakaian selalu

dicuci setiap kali selesai bekerja.

b) Selama melakukan reparasi atau menangani motor, sebaiknya pekerja

menggunakan sarung tangan yang sesuai agar dapat menghindari paparan

langsung dari bahan kimia.

2. Bagi Pemilik Bengkel

a) Pemilik bengkel sebaiknya menyediakan tempat mencuci tangan yang

memadai seperti wastafel atau keran air serta sabun dan lap khusus tangan,

agar pekerja bengkel dapat mencuci tangan dengan benar setelah melakukan

reparasi motor. Sarana mencuci tangan tersebut juga disediakan dengan jarak

yang terjangkau.

b) Pemilik bengkel sebaiknya mengawasi dan mengatur para pekerjanya untuk

bekerja dengan aman serta memperhatikan pekerjanya untuk menjaga

kebersihan diri masing-masing.

c) Tersedianya alat pelindung diri berupa sarung tangan yang sesuai dan

nyaman, serta baju kerja untuk digunakan para pekerja bengkelnya selama

melakukan reparasi atau menangani motor.

Page 134: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

116 

 

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti konsentrasi bahan

kimia di bengkel motor.

b) Peneliti selanjutnya dapat mengelompokkan kejadian dermatitis kontak

secara spesifik, yaitu dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi.

c) Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada bengkel yang formal atau resmi

untuk mengetahui lebih jelas mengenai faktor personal hygiene dan

pemakaian APD jika dimungkinkan terdapat perbedaan dengan bengkel yang

bersifat tidak resmi.

Page 135: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Agius R. 2004. Practical Occupational Medicine. (online). http:// www.agius.com.

Anies. 2005. Penyakit Kulit Akibat Kerja. Suara Merdeka. http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/21/ragam01.htm diakses pada tanggal 19 Juni 2012

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). 2012. Statistic: Motorcycle Production Wholesales Domestic and Exports. http://www.aisi.or.id/statistic/ Diakses pada tanggal 25 November 2012.

Avivah. 2005. Hubungan Antara Pajanan Pestisida dengan Dermatitis Kontak Pada Petani Padi di Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan. 2011. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka. Katalog BPS : 1102001.3674

Budiyanto, Cakro. 2010. Penyakit Kulit di Industri Percetakan. http://ackogtg.wordpress.com/2010/12/10/penyakit-kulit-di-industri-percetakan/#more-475 Diakses pada tanggal 19 Juni 2012.

Cahyawati, Imma Nur dan Irwan Budiono. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Pada Nelayan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Kesmas 6 (2) : 134-141.

Cohen DE. 1999. Occupational Dermatoses In: DiBerardinis LJ, editors. Handbook of Occupational Safety and Health, 2nd edition. Canada: John Wiley & Sons Inc: 697-737

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Alih Bahasa: Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC.

Craecker, Nele Roskams & Rik Op de Beeck. 2008. Occupational skin diseases and dermal exposure in the European Union (EU-25): policy and practice overview. Belgium : European Agency for Safety and Health at Work.

Djuanda, Suria & Sri Adi Sularsito. 2002. Dermatitis, dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga, editor: Adhi Djuanda. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Page 136: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

Fathiya, Inda. 2011. Dermatitis Kontak Iritan dengan Sekunder Infeksi Ec Sabun. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=DERMATITIS+KONTAK+IRITAN+DENGAN+SEKUNDER+INFEKSI+EC+SABUN Diakses pada tanggal 19 Juni 2012.

Frosh, P.J & S.M. John. 2011. Clinical Aspects of Irritans Contact Dermatitis in: Johansen, J.D, Peter J Frosch, dan Jeane Pierre L, editors. Contact Dermatitis 5th Edition. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Gardiner Aw, T.C, K & J.M. Harrington. 2007. Pocket Consultant Occupational Health 5th edition. UK: Blackwell Publishing.

Ghebreyohannes, T. 2005. Occupational Health and Safety in Garages. Afr Newslett on Occup Health and Safety, 15: 43-45.

Hakim, Zainal. 2004. Penanganan Dermatitis Kontak Alergika. Majalah Kedokteran Andalas, Volume 28 No.1: 1-7.

Health & Safety Executive (HSE). 2000. The Prevalence of Occupational Dermatitis Among Work in The Printing Industry and Your Skin. Hsebooks.co.uk.

Isselbacher, Kurt J. et al. 1999. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume 1. Alih Bahasa : Ahmad H. Asdie. Jakarta: EGC

Ket, Ng See & Goh Chee Leok. 2001. The Principles and Practice of Contact and Occupational Dermatology in Asia Pacific Region. Singapore : Mainland Press.

Lestari, Fatma & Hari Suryo Utomo. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Makara Kesehatan, volume 11 No. 2 : 61-68.

Lestari, Ira Cinta. 2008. Penyakit Kulit Akibat Kerja. https://somelus.wordpress.com/2008/11/26/penyakit-kulit-akibat-kerja/ Diakses pada tanggal 26 Juni 2012.

Lestari, Tara. 2009. Hubungan Accu Zuur dan Berbagai Faktor Resiko dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Bengkel Mobil. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Meyer, J.D, et al. 2000. Occupational contact dermatitis in the UK: a surveillance report from EPIDERM and OPRA. Occupational Medicine Volume 50 No.4:265-273.

Notoatmodjo, soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Page 137: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

Nuraga, Fatma Lestari dan L. Meily Kurniawidjaja. 2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan, volume 12 No. 2 : 63-69.

Nuraga, Wisnu. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di PT Moric Indonesia. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Nurzakky, Muhammad. 2011. Pengaruh Kebiasaan Mencuci Tangan Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Tangan Pekerja Bengkel di Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=23621 Diakses pada tanggal 19 Juni 2012.  

Partogi, Donna. 2008. Dermatitis Kontak Iritan. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU. Medan.

Prambudi, Shoim. 2010. Geliat Usaha Bengkel Motor. http://shoimprambudi.wordpress.com/2010/12/27/geliat-usaha-bengkel-motor/ Diakses pada tanggal 22 November 2012.

Ruhdiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pekerja Laboratorium Kimia di PT Sucofindo Area Cibitung Bekasi. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Sasseville, Denis. 2008. Occuational Contact Dermatitis. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology, Vol 4, No 2: 59–65

Schnuch, Axel & B.C. Carlsen. 2011. Genetics and Individual Predispositions in Contact Dermatitis in: Johansen, J.D, Peter J Frosch, dan Jeane Pierre L, editors. Contact Dermatitis 5th Edition. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Siregar, RS. 1996. Dermatosis Akibat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 107. Jakarta. Hal: 44-47.

Situmeang, Suryani M Florence. 2008. Analisa Dermatitis Kontak pada Pekerja Pencuci Botol di PT X Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Smeltzer, Suzzane C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta : EGC.

Page 138: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

Sularsito, SA. 2007. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Sulistyani, Fitria Indriani, dan Harijono Kariosentono. 2010. Pengaruh Riwayat Atopik terhadap Timbulnya Dermatitis Kontak Iritan di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta. Biomedika, Volume 2 No.2: 42-47.

Sumantri, Hertanti Trias Febriani, dan Sriwahyuni T Musa. 2008. Dermatitis Kontak. Yogyakarta. Fakultas Farmasi UGM.

Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP Haji Adam Malik Medan. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Utomo, Hari Suryo. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja di Bagian Produksi dan Quality Control PT. Inti Pantja Press Industri. Skripsi. Universitas Indonesia Depok.

Waldron, H.A & C. Edling. 2004. Occupational Health Practice 4th Edition. New York: Oxford Univercity Press.

World Health Organization (WHO). 2005. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (Advance Draft): A Summary. Switzerland: WHO Press.

Page 139: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR

DI WILAYAH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Assalamualaikum Wr. Wb

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian. Hasil penelitian ini merupakan

tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini

secara jujur dan lengkap.

Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan

Bapak/Saudara/i. Jawaban Bapak/Saudara/i dalam kuesioner ini akan dijaga

kerahasiaannya. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Saudara/i saya ucapkan terima

kasih.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan diatas, dan saya setuju

untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Ciputat Timur, Agustus 2012

Peneliti Responden

(Astrianda) ( )

Page 140: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

No Responden

Tanggal

Identitas Responden Nama : Alamat : No. Telp./Hp : No Pertanyaan Kode A Lama Kontak A1 Pernahkah anda kontak/bersentuhan dengan bahan kimia

(minyak pelumas, air aki) selama proses pekerjaan anda? 1. Ya 2. Tidak

Jika “ya” lanjut ke pertanyaan A2, jika “tidak” langsung ke pertanyaan C1

[ ]

A2 Berapa lama anda bersentuhan/kontak dengan bahan kimia tersebut dalam satu hari? …………….jam/hari

[ ]

B Frekuensi Kontak B1 Berapa kali anda bersentuhan dengan bahan kimia tersebut dalam

1 hari? ………………x/hari

[ ]

C Usia C1 Pada tanggal, bulan, dan tahun berapa anda lahir?

Tanggal…….., bulan…………………., tahun………… [ ]

D Riwayat Atopi D1 Apakah anda pernah menderita salah satu penyakit yang bersifat

keturunan seperti asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi, serta konjungtivitis alergi?

1. Ya 2. Tidak

Jika “ya” langsung ke pertanyaan E1, jika “tidak” lanjut ke pertanyaan D2.

[ ]

D2 Apakah salah satu keluarga anda pernah menderita salah satu penyakit yang bersifat keturunan seperti asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi, serta konjungtivitis alergi?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

Page 141: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

E Riwayat Penyakit Kulit E1 Apakah sebelumnya anda pernah mengalami

penyakit/peradangan pada kulit? 1. Ya 2. Tidak

Jika “ya” lanjut ke pertanyaan E2, jika “tidak” langsung ke pertanyaan F1

[ ]

E2 Bagaimana tanda dan gejala penyakit/peradangan kulit yang pernah anda alami? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Gatal ( ) b. Rasa terbakar ( ) c. Kemerahan ( ) d. Bengkak ( ) e. Lepuh kecil pada kulit ( ) f. Kulit mengelupas ( ) g. Kulit kering ( ) h. Kulit bersisik ( ) i. Penebalan pada kulit ( )

[ ]

E3 Pada bagian mana anda mengalami penyakit kulit tersebut? a. Telapak tangan ( ) b. Punggung tangan ( ) c. Lengan tangan ( ) d. Sela jari tangan ( ) e. Wajah ( ) f. Leher ( ) g. Punggung ( ) h. Kaki ( ) i. Lainnya ……………………….

[ ]

E4 Bagaimana cara anda mengobati penyakit kulit tersebut? a. Tidak melakukan pengobatan b. Melakukan pengobatan

Alasan : …………………………………………………..

[ ]

F Riwayat Alergi F1 Apakah anda pernah mengalami alergi pada kulit?

1. Ya 2. Tidak

Jika “ya” lanjut ke pertanyaan F2, jika “tidak” langsung ke pertanyaan G1.

[ ]

Page 142: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

F2 Apakah penyebab alergi tersebut? a. Bahan kimia b. Debu c. Logam d. Tanaman e. Obat f. Lainnya ………………………………….

[ ]

F3 Pada bagian mana anda mengalami alergi tersebut? a. Telapak tangan ( ) b. Punggung tangan ( ) c. Lengan tangan ( ) d. Sela jari tangan ( ) e. Wajah ( ) f. Leher ( ) g. Punggung ( ) h. Kaki ( ) i. Lainnya ……………………….

[ ]

F4 Bagaimana cara anda mengobati penyakit kulit tersebut? a. Tidak melakukan pengobatan b. Melakukan pengobatan

Alasan : …………………………………………………..

[ ]

G Masa Kerja G1 Kapan anda mulai bekerja di bengkel motor ini?

Bulan……………………, tahun………………….

G2 Apakah sebelumnya anda pernah bekerja di tempat lain? 1. Ya 2. Tidak

Jika “ya” lanjut ke pertanyaan H3.

[ ]

G3 Dimana anda bekerja sebelumnya? a. Bengkel motor ( ) b. Lainnya, sebutkan…………..

[ ]

G4 Berapa lama anda bekerja ditempat tersebut? ………………

[ ]

G5 Apakah ditempat kerja anda sebelumnya ada kemungkinan anda kontak dengan bahan kimia?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

Page 143: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

Lembar Observasi (dilakukan oleh peneliti) H Personal Hygiene Kode 1 Pekerja mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah

melakukan pekerjaan? 1. Ya 2. Tidak

[ ]

2 Pekerja mencuci tangan dengan benar? 1. Ya 2. Tidak

[ ]

3 Pekerja mengeringkan tangan setelah mencuci tangan? 1. Ya 2. Tidak

[ ]

4 Pekerja mengeringkan tangan menggunakan pengering/lap khusus tangan?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

5 Pakaian pekerja dicuci setelah melakukan pekerjaan? 1. Ya 2. Tidak

[ ]

6 Pakaian pekerja bersih dari noda-noda minyak, pelumas, air aki, dan bahan kimia lainnya?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

Page 144: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

 

 

Lembar Pemeriksaan Fisik No : Nama :

Tanggal Anamnesis/Pemeriksaan Lokasi

Dermatitis Diagnosis

Paraf & Nama Dokter

1. Keluhan utama (gejala klinis) :

Gatal Kemerahan Pembengkakan Vesikel/bullae Kulit kering bersisik Fissura (kulit pecah-pecah) Exudat (cairan bening / darah) Krusta/pengeringan dari krusta Lichenifikasi (kulit mengkilap) Sidik jari tidak tampak Hiperkeratosis (kapalen) Kerusakan kuku-kuku jari Infeksi

2. Riwayat keluhan :

Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan : ya/tidak Apakah berkurang / hilang bila libur atau tidak kerja : ya/tidak Bertambah bila terus menerus bekerja dalam beberapa hari tanpa istirahat :

ya/tidak

Diisi oleh peneliti Hasil Diagnosis Dermatitis Kontak oleh Dokter Kode

0. Dermatitis 1. Tidak dermatitis

[ ]

Page 145: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

1. Distribusi Frekuensi Kejadian Dermatitis Kontak dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Frequencies

Frequency Table

a. Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dermatitis 38 37.6 37.6 37.6

Tidak Dermatitis 63 62.4 62.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

b. Lama Kontak

Lama Kontak dengan Bahan Kimia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 4 4.0 4.0 4.0

3 16 15.8 15.8 19.8

4 17 16.8 16.8 36.6

5 26 25.7 25.7 62.4

6 14 13.9 13.9 76.2

7 12 11.9 11.9 88.1

8 8 7.9 7.9 96.0

9 2 2.0 2.0 98.0

10 2 2.0 2.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 146: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

c. Frekuensi Kontak Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 1 1.0 1.0 1.0

3 13 12.9 12.9 13.9

4 8 7.9 7.9 21.8

5 25 24.8 24.8 46.5

6 11 10.9 10.9 57.4

7 12 11.9 11.9 69.3

8 9 8.9 8.9 78.2

10 19 18.8 18.8 97.0

15 3 3.0 3.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

d. Usia

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 15 1 1.0 1.0 1.0

17 6 5.9 5.9 6.9

19 1 1.0 1.0 7.9

20 4 4.0 4.0 11.9

21 4 4.0 4.0 15.8

22 7 6.9 6.9 22.8

23 3 3.0 3.0 25.7

24 6 5.9 5.9 31.7

25 9 8.9 8.9 40.6

26 2 2.0 2.0 42.6

27 6 5.9 5.9 48.5

28 3 3.0 3.0 51.5

29 5 5.0 5.0 56.4

30 10 9.9 9.9 66.3

31 5 5.0 5.0 71.3

32 4 4.0 4.0 75.2

33 2 2.0 2.0 77.2

34 2 2.0 2.0 79.2

36 2 2.0 2.0 81.2

37 2 2.0 2.0 83.2

38 4 4.0 4.0 87.1

40 3 3.0 3.0 90.1

42 4 4.0 4.0 94.1

44 3 3.0 3.0 97.0

50 3 3.0 3.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 147: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

e. Riwayat Atopi

Riwayat Atopi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada atopi 22 21.8 21.8 21.8

Tidak berisiko jika tidak ada atopi

79 78.2 78.2 100.0

Total 101 100.0 100.0

f. Riwayat Penyakit Kulit

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

64 63.4 63.4 63.4

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

37 36.6 36.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

g. Riwayat Alergi 

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 23 22.8 22.8 22.8

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

78 77.2 77.2 100.0

Total 101 100.0 100.0

h. Masa Kerja

Masa Kerja Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1.0 1.0 1.0

2 2 2.0 2.0 3.0

3 1 1.0 1.0 4.0

6 2 2.0 2.0 5.9

7 1 1.0 1.0 6.9

9 3 3.0 3.0 9.9

12 6 5.9 5.9 15.8

13 1 1.0 1.0 16.8

15 1 1.0 1.0 17.8

18 2 2.0 2.0 19.8

24 13 12.9 12.9 32.7

25 1 1.0 1.0 33.7

Page 148: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

31 1 1.0 1.0 34.7

36 4 4.0 4.0 38.6

41 1 1.0 1.0 39.6

43 1 1.0 1.0 40.6

48 7 6.9 6.9 47.5

51 1 1.0 1.0 48.5

60 9 8.9 8.9 57.4

61 1 1.0 1.0 58.4

66 1 1.0 1.0 59.4

72 5 5.0 5.0 64.4

78 1 1.0 1.0 65.3

84 6 5.9 5.9 71.3

96 6 5.9 5.9 77.2

98 1 1.0 1.0 78.2

108 2 2.0 2.0 80.2

120 4 4.0 4.0 84.2

132 2 2.0 2.0 86.1

144 2 2.0 2.0 88.1

156 1 1.0 1.0 89.1

168 1 1.0 1.0 90.1

180 2 2.0 2.0 92.1

204 1 1.0 1.0 93.1

228 2 2.0 2.0 95.0

240 3 3.0 3.0 98.0

252 1 1.0 1.0 99.0

300 1 1.0 1.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Page 149: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

2. Uji Normalitas Variabel Numerik

NPar Tests Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Lama Kontak dengan Bahan Kimia

101 5.19 1.815 2 10

Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia

101 6.49 2.759 2 15

Usia Responden 101 28.91 7.915 15 50

Masa Kerja Responden 101 72.48 65.917 1 300

3. Analisis Hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Lama Kontak dengan Bahan Kimia

101 5.19 1.815 2 10

Dermatitis Kontak 101 .62 .487 0 1

Mann-Whitney Test

Ranks

Dermatitis Kontak N Mean Rank Sum of Ranks

Lama Kontak dengan Bahan Kimia

Dermatitis 38 50.16 1906.00

Tidak Dermatitis 63 51.51 3245.00

Total 101

Test Statisticsa

Lama Kontak dengan Bahan

Kimia

Mann-Whitney U 1165.000

Wilcoxon W 1906.000

Z -.228

Asymp. Sig. (2-tailed) .820

Page 150: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Test Statisticsa

Lama Kontak dengan Bahan

Kimia

Mann-Whitney U 1165.000

Wilcoxon W 1906.000

Z -.228

Asymp. Sig. (2-tailed) .820

a. Grouping Variable: Dermatitis Kontak

4. Analisis Hubungan antara Frekuensi Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia

101 6.49 2.759 2 15

Dermatitis Kontak 101 .62 .487 0 1

Mann-Whitney Test

Ranks

Dermatitis Kontak N Mean Rank Sum of Ranks

Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia

Dermatitis 38 51.34 1951.00

Tidak Dermatitis 63 50.79 3200.00

Total 101

Test Statisticsa

Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia

Mann-Whitney U 1184.000

Wilcoxon W 3200.000

Z -.092

Asymp. Sig. (2-tailed) .926

a. Grouping Variable: Dermatitis Kontak

5. Analisis Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Masa Kerja Responden 101 72.48 65.917 1 300

Dermatitis Kontak 101 .62 .487 0 1

Page 151: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Mann-Whitney Test

Ranks

Dermatitis Kontak N Mean Rank Sum of Ranks

Masa Kerja Responden Dermatitis 38 52.97 2013.00

Tidak Dermatitis 63 49.81 3138.00

Total 101

Test Statisticsa

Masa Kerja Responden

Mann-Whitney U 1122.000

Wilcoxon W 3138.000

Z -.527

Asymp. Sig. (2-tailed) .598

a. Grouping Variable: Dermatitis Kontak

6. Analisis Hubungan antara Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak

T-Test

Group Statistics

Dermatitis Kontak N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Usia Responden Dermatitis 38 29.63 7.841 1.272

Tidak Dermatitis 63 28.48 7.990 1.007

Page 152: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

7. Analisis Hubungan antara Riwayat Atopi dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat Atopi * Dermatitis Kontak

101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Riwayat Atopi * Dermatitis Kontak Crosstabulation

Dermatitis Kontak

Total

Dermatitis Tidak

Dermatitis

Riwayat Atopi Berisiko jika ada atopi Count 10 12 22

% within Riwayat Atopi 45.5% 54.5% 100.0%

Tidak berisiko jika tidak ada atopi

Count 28 51 79

% within Riwayat Atopi 35.4% 64.6% 100.0%

Total Count 38 63 101

% within Riwayat Atopi 37.6% 62.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .735a 1 .391 Continuity Correctionb .370 1 .543 Likelihood Ratio .723 1 .395 Fisher's Exact Test .458 .269

Linear-by-Linear Association .728 1 .394 N of Valid Casesb 101 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.28.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 153: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat Atopi (Berisiko jika ada atopi / Tidak berisiko jika tidak ada atopi)

1.518 .583 3.954

For cohort Dermatitis Kontak = Dermatitis

1.282 .743 2.214

For cohort Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis

.845 .558 1.279

N of Valid Cases 101

8. Analisis Hubungan antara Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat penyakit kulit * Dermatitis Kontak

101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

 

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 17.888a 1 .000 Continuity Correctionb 16.130 1 .000 Likelihood Ratio 19.942 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 17.710 1 .000 N of Valid Casesb 101 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.92.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 154: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat penyakit kulit (Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit / Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit)

9.350 2.967 29.469

For cohort Dermatitis Kontak = Dermatitis

4.914 1.893 12.753

For cohort Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis

.526 .396 .698

N of Valid Cases 101

9. Analisis Hubungan antara Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat Alergi * Dermatitis Kontak

101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

 

Riwayat Alergi * Dermatitis Kontak Crosstabulation

Dermatitis Kontak

Total Dermatitis Tidak Dermatitis

Riwayat Alergi Berisiko jika ada alergi Count 14 9 23

% within Riwayat Alergi 60.9% 39.1% 100.0%

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

Count 24 54 78

% within Riwayat Alergi 30.8% 69.2% 100.0%

Total Count 38 63 101

% within Riwayat Alergi 37.6% 62.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.857a 1 .009 Continuity Correctionb 5.635 1 .018 Likelihood Ratio 6.684 1 .010 Fisher's Exact Test .014 .009

Linear-by-Linear Association 6.790 1 .009 N of Valid Casesb 101 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.65.

Page 155: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.857a 1 .009 Continuity Correctionb 5.635 1 .018 Likelihood Ratio 6.684 1 .010 Fisher's Exact Test .014 .009

Linear-by-Linear Association 6.790 1 .009 N of Valid Casesb 101 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.65.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat Alergi (Berisiko jika ada alergi / Tidak berisiko jika tidak ada alergi)

3.500 1.333 9.192

For cohort Dermatitis Kontak = Dermatitis

1.978 1.240 3.156

For cohort Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis

.565 .332 .961

N of Valid Cases 101

Page 156: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Select Cases Lama Kontak 1. Lama kontak < 5,19 & DK = 0

Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 25 25

Missing 0 0

Mean .16 .64

Median .00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

21 84.0 84.0 84.0

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

4 16.0 16.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 9 36.0 36.0 36.0

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

16 64.0 64.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

2. Lama kontak < 5,19 & DK = 1 Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 38 38

Missing 0 0

Mean .55 .82

Median 1.00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

17 44.7 44.7 44.7

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

21 55.3 55.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Page 157: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 7 18.4 18.4 18.4

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

31 81.6 81.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

Select Cases Frekuensi Kontak

1. Frekuensi Kontak < 6,49 & DK = 0 Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 21 21

Missing 0 0

Mean .19 .62

Median .00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

17 81.0 81.0 81.0

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

4 19.0 19.0 100.0

Total 21 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 8 38.1 38.1 38.1

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

13 61.9 61.9 100.0

Total 21 100.0 100.0

Page 158: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

2. Frekuensi Kontak < 6,49 & DK = 1

Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 37 37

Missing 0 0

Mean .54 .86

Median 1.00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

17 45.9 45.9 45.9

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

20 54.1 54.1 100.0

Total 37 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 5 13.5 13.5 13.5

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

32 86.5 86.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

Select Cases Masa Kerja 1. Masa Kerja < 72,48 & DK = 0

Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 21 21

Missing 0 0

Mean .10 .57

Median .00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Page 159: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

19 90.5 90.5 90.5

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

2 9.5 9.5 100.0

Total 21 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 9 42.9 42.9 42.9

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

12 57.1 57.1 100.0

Total 21 100.0 100.0

2. Masa Kerja < 72,48 & DK = 1

Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 44 44

Missing 0 0

Mean .59 .91

Median 1.00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

18 40.9 40.9 40.9

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

26 59.1 59.1 100.0

Total 44 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 4 9.1 9.1 9.1

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

40 90.9 90.9 100.0

Total 44 100.0 100.0

Page 160: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Select Cases Usia 1. Usia < 28,91 & DK = 0

Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 19 19

Missing 0 0

Mean .11 .74

Median .00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

17 89.5 89.5 89.5

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 5 26.3 26.3 26.3

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

14 73.7 73.7 100.0

Total 19 100.0 100.0

2. Usia < 28,91 & DK = 1 Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 33 33

Missing 0 0

Mean .58 .88

Median 1.00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

14 42.4 42.4 42.4

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

19 57.6 57.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Page 161: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 4 12.1 12.1 12.1

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

29 87.9 87.9 100.0

Total 33 100.0 100.0

Select Cases Riwayat Atopi 1. Atopi = 1 & DK = 0

Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 28 28

Missing 0 0

Mean .11 .68

Median .00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 9 32.1 32.1 32.1

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

19 67.9 67.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

25 89.3 89.3 89.3

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

3 10.7 10.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Page 162: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

2. Atopi = 1 & DK = 1 Statistics

Riwayat penyakit kulit Riwayat Alergi

N Valid 51 51

Missing 0 0

Mean .51 .82

Median 1.00 1.00

Minimum 0 0

Maximum 1 1

Riwayat penyakit kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada riwayat penyakit kulit

25 49.0 49.0 49.0

Tidak berisiko jika tidak ada riwayat penyakit kulit

26 51.0 51.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Riwayat Alergi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko jika ada alergi 9 17.6 17.6 17.6

Tidak berisiko jika tidak ada alergi

42 82.4 82.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Page 163: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...

FOTO-FOTO TANGAN PEKERJA BENGKEL

Page 164: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...
Page 165: FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/... · 1.6 Ruang Lingkup Penelitian . 12 ... 2.2.2.2 Pemeriksaan Klinis . 19 ...