Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

26
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon (Sudjana, 2005:19). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran. Menurut Hamalik (2007: 31) mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan”. Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2007: 155) Penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (SNP). Penetapan SNP membawa implikasi terhadap model dan 12 teknik penilaian pembelajaran yang mendidik. Perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup penilaian eksternal dan internal. Langkah perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan

description

Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasil belajar

Transcript of Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

Page 1: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus harus

didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon (Sudjana, 2005:19).

Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran.

Menurut Hamalik (2007: 31) mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-

nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan”. Hasil

belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati

dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang

sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2007: 155) Penilaian proses serta hasil

belajar dan pembelajaran merupakan implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (SNP). Penetapan SNP membawa

implikasi terhadap model dan 12 teknik penilaian pembelajaran yang mendidik.

Perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup penilaian

eksternal dan internal. Langkah perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan

pembelajaran mencakup rencana penilaian proses pembelajaran dan rencana penilaian

hasil belajar peserta didik. Rencana penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran

merupakan rencana penilaian yang akan dilakukan oleh guru untuk memantau proses

kemajuan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki

dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:

3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

Page 2: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis

perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang

dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi

masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi

masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan

menyusun suatu program.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil

belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data

pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS

yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan

(C3).

Sebelum membahas mengenai tipe-tipe hasil belajar, sebelumnya penulis akan membahas

mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar sehingga akan mempengaruhi

hasil belajar siswa tersebut di bawah ini.

2.2 Faktor – faktor yang berperan dalam kegiatan belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses

belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1. Faktor Internal

Page 3: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat

memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis

dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat

memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik

yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh

karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha

untuk menjaga kesehatan jasmani.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran

fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama

pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar

dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala

informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal

dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan

telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik,

baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar

yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara

periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses

belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

Kecerdasan/intelegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang

tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,

tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,

tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena

Page 4: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir

seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar

siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat

inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses

dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit

individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar

dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis

yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman

tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional,

sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.

Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar

siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Selain

itu motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan

terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi

dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

A. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang

gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena

membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah

menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki

pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak

tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).Menurut Arden N. Frandsen

(Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain

adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas,

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

maju,

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari

orang- orang penting, misal¬kan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman,

dan lain sebagainya,

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang berguna

bagi dirinya, dan lain-lain,

Page 5: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

e. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang

baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi,

f. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan

g. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

B. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi

memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata

tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari

lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi

lemah.

Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003),

minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya

terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,

motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan

motivasi, karena memberi penga¬ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang

tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau

belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik

lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran

yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa

digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari

semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain

pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,

melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga

siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,

pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau

bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses

belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap

Page 6: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif

(Syah, 2003).

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak

senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk

mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha

untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang

dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang

terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru

yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan

pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat

mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa

bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara

umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).

Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisi¬kan bakat sebagai kemampuan

umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah

kemam¬puan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam

proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang

dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga

kernungkina besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai

prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga

diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku¬kan tugas tertentu tanpa

tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu,

akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung¬an dengan bakat yang

dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah

mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.

Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari

segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari

lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap

pembuktian “ perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin

Page 7: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum,

dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang

berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri

sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga

faktor yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Faktor eksternal pertama yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor

keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :

a) Cara orang tua mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya

terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama. Pendidikan keluarga adalah pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat

menentukan pendidikan bangsa, negara dan dunia. Orang tua yang tidak

memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil

dalam belajarnya.

b) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting

adalah relasi orang tua dengan anaknya. Relasi ini erat kaitannya dengan cara

orang tua mendidik. Baik atau tidaknya relasi antar anggota dapat dilihat dari cara

orang tua mendidik.

c) Suasana rumah. Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang,

ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan dirumah,

suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar

dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam

rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok

seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang

belajar, buku, pensil dan lain-lainnya. Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi

jika keluarga memiliki cukup uang.

Page 8: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

e) Pengertian orang tua. Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.

Bila anak sedang belajar hendaknya tidak diganggu dengan tugas-tugas di rumah.

Terkadang anak juga mengalami lemah semangat sehingga orang tua wajib

memberi pengertian dan dorongan.

f) Latar belakang kebudayaan. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu perlu ditanamkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak agar anak semangat dalam belajar.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi :

a) Metode mengajar. Metode mengajar adalah cara yang harus dilalui di dalam

mengajar. Dalam megajar, cara-cara mengajar dan serta cara belajar haruslah setepat-

tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Guru harus berani mencoba metode-

metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajardan

menungkatkan motivasi belajar siswa.

b) Kurikulum. Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.

Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,

menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Jelaslah bahwa bahan

pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.

c) Relasi guru dengan siswa. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana

tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak

sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.

Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik

antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

d) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan

guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai serta kedisiplinan kepala sekolah dalam

mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti

tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu

juga memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.

e) Alat pelajaran. Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk

menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa

Page 9: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

mudah menerima dan menguasai pelajaran maka belajarnya akan menjadi lebih giat

dan lebih maju.

f) Waktu sekolah. Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Waktu belajar pagi hari

adalah waktu yang baik karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi baik.

Sedangkan waktu sore hari kurang baik karena sore hari adalah waktu dimana siswa

beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. akibatnya siswa menerima pelajaran

sambil mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan

pengaruh positif terhadap belajar siswa.

g) Standar pelajaran di atas ukuran. Perkembangan psikis dan kepribadian siswa

berbeda-beda sehingga membuat penguasaan siswa terhadap materi juga berbeda

pula. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa

masing-masing.Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.

h) Keadan gedung. Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka

masing-masing menuntut keadaan gedung yang memadai dalam setiap kelas. Dengan

kondisi gedung yang baik akan membuat siswa belajar dengan enak dan nyaman.

i) Metode belajar. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Oleh karena itu

guru perlu memberikan bimbingan dan pembinaan agar siswa dapat mengatur waktu

dengan baik dan memilih cara belajar yang tepat. Dengan demikian siswa dapat

meningkatkan hasil belajarnya.

j) Tugas rumah. Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi guru

hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak karena ada kegiatan lain

selain belajar yang juga harus dikerjakan anak-anak

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar

siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswayaitu :

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat

menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil

bagian terlalu banyak akan mengganggu belajarnya. Oleh karena itu kegiatan siswa

dalam masyarakat perlu dibatasi agar tidak mengganggu belajarnya.

Page 10: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

b) Mass media (Media Masa). Yang termasuk mass media antara lain bioskop, radio, TV

dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan

belajarnya . Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap

siswa. Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup

bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam

jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik

terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti

mempengaruhi yang bersifat jelek pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka

perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik. Selain itu juga

diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.

d) Bentuk kehidupan masyarakat. Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi

dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap

siswa yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar

yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan

demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang

positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

2.3 Pengertian Taksonomi

“Taksonomi berasal dari bahasa yunani ‘tassein’ yang berarti untuk mengklasifikasi

dan ‘nomos’ yang berarti aturan . Taksonomi adalah suatu pengklasifikasian atau

pengkelompokan yang disusun berdasarkan cirri-ciri tertentu”

Taksonomi bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.

Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S.Bloom pada tahun 1956. Dalam hal

ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah) dan setiap domain tersebut

dibagi kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. “Tujuan pendidikan

disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas sampai ketujuan

pendidikan yang spesifik. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan itu meliputi : (a) Tujuan

pendidikan nasional, (b) Tujuan pendidikan institusional, (c) Tujuan kurikuler, (d) Tujuan

pembelajaran (instruksional), yang mencakup tujuan pembelajaran umum dan tujuan

pembelajaran khusus.”

Page 11: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

2.4 Sejarah Taksonomi Bloom

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi

Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari

evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir

soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.

Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948.

Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan

berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus

dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil

mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.

Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills

mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang

lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu.

2.5 Tipe - Tipe Hasil Belajar

Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga

domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik.

1. Ranah Kognitif

Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk

dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir,

mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara

lain :

a. Pengetahuan (Knowledge) – C1

Menekan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali

informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang

telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan

simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan

dan prinsip-prinsip.

Page 12: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan

mengingat kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang

istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d)

pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi

dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang

metodologi. Contoh: menyatakan kebijakan.

b. Pemahaman (Comprehension) – C2

Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan

penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan

mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa

kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan

segala implikasinya.

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan

memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu

bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c)

ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data). Contoh :

Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran

c. Penerapan (Application) – C3

Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan

pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui

penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk itu. Untuk menunujukan

kemampuan tersebut seorang siswa harus dapat memilih dan menggunakan apa

yang telah mereka miliki secara tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapannya.

Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

d. Analisa (Analysis) – C4

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom

tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan

suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan untuk memilih sebuah

struktur informasi ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan

keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Analisis

berkaitan dengan pemilahan materi ke dalam bagian-bagian, menemukan hubungan

antar bagian, dan mengamati pengorganisasian bagian-bagian.

Page 13: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

Bloom mengidentifikasi tiga jenis analisis yaitu berupa: (a) analisis elemen

(mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi

hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi

pengorganisasian/organisasi). Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga

pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen-

komponennya.

e. Sintesis (Synthesis) – C5

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk

memproduksi. Kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk

membentuk sebuah struktur yang unik dan sistem. Dalam matematika, sintesis

melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-

prinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain

dan berbeda dari yang sebelumnya. Salah satu contohnya adalah memformulasikan

teorema-teorema matematika dan mengembangkan struktur-struktur matematika.

Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang

unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c)

menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak. Contoh: Menyusun

kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.

f. Evaluasi (Evaluation) – C6

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi.

Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara, atau

metode. Evaluasi adalah tipe yang tertinggi diantara ranah-ranah kognitif yang lain,

mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, hingga sintesis.

Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’

suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak

ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau

evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal.

Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban.

2. Ranah Afektif

Page 14: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,

nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan

mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks :

a. Penerimaan (Receiving) – A1

Receiving/ menerima/ memperhatikan adalah semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk

masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan

untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

Receiving dapat juga diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan

atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima

nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan

menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon

terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah

dalam domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan

terhadap orang lain. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama

seseorang.

b. Responsive (Responding) – A2

Responding/ menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya

partisipasi aktif atau kemampuan menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat

reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara

afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan

atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas

c. Nilai yang dianut (Value) – A3

Valuing/ penilaian, menilai atau menghargai artinya memeberikan nilai atau

memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila

kegiatan itu idak dikerjakan kan memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya

dengan proses pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang

Page 15: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik atau

buruk.

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau

kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak

menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan

opresiasi”. Serta Kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan

mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut

diekspresikan dalam perilaku. Contoh: Mengusulkan kegiatan Corporate Social

Responsibility sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.

d. Organisasi (Organization) – A4

Organization/ Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu

sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan

dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah

konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain.

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat

lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu

sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat

hidup. Dan Kemampuan membentuk system nilai dan budaya organisasi dengan

mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh: Menyepakati dan mentaati etika

profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.

e. Karakterisasi (characterization) – A5

Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai atau

internalisasi nilai adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses

internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai.

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat

berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih

mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan

pribadi, sosial dan emosi jiwa. Dan Kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan

nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social.

Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam

aktivitas kelompok

Page 16: Faktor Faktor Kegiatan Belajar & Tipe2 Hasilblajar

3. Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan

kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan

tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh

kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang

rumit.

a. Peniruan – P1

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan

yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada

umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b. Manipulasi – P2

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,

gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada

tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru

tingkah laku saja.

c. Ketetapan – P3

Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.

Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat

minimum.

d. Artikulasi – P4

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat

dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan

yang berbeda.

e. Pengalamiahan – P5

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi

fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan

tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.