Persepsi Siswa Tentang Faktor-faktor kesutan dalam belajar

158
ANALISIS PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR-FAKTOR KESULITAN SISWA UNTUK MEMAHAMI KONSEP FISIKA DI SMAN 3 PADANG PANJANG SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah untukMemenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Bidang Pendidikan Fisika Oleh: RONALDO DEVINKY NIM. 09 107 028

Transcript of Persepsi Siswa Tentang Faktor-faktor kesutan dalam belajar

1

ANALISIS PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR-FAKTOR KESULITAN SISWA UNTUK MEMAHAMI KONSEP FISIKA DI SMAN 3 PADANG PANJANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah untukMemenuhi Syaratguna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islamdalam Bidang Pendidikan Fisika

Oleh:

RONALDO DEVINKYNIM. 09 107 028

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA JURUSAN TARBIYAHSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERIBATUSANGKAR2014

BIODATA PENULIS

A. DATA DIRINama : Ronaldo DevinkyNIM/TM : 09107028/2009Program Studi : Tadris FisikaJenjang Program : Strata 1Tempat/Tanggal Lahir : Koto Tuo Panyalaian/03 Desember 1989Agama : IslamAlamat Tetap : Koto Tuo Panyalaian, Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar

B. DATA PENDIDIKANSekolah Dasar: SD Negeri 29 MerapiSekolah Menengah Pertama: SMP Negeri 1 X KotoSekolah Menengah Atas: SMA Negeri 1 X KotoPerguruan Tinggi: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar

C. SKRIPSIJudul: Analisis Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang PanjangTanggal Munaqasyah: 16 Agustus 2014

ABSTRAKRONALDO DEVINKY, NIM. 09 107 028, Judul Skripsi Analisis Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa Untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang Panjang, Jurusan Tarbiyah Program Studi Tadris Fisika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar 2014, yang terdiri dari 63 halaman.Hasil belajar fisika siswa SMAN 3 Padang Panjang masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian mid semester genap SMAN 3 Padang Panjang tahun pelajaran 2013/2014. Rendahnya hasil belajar fisika siswa dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika. Pemahaman konsep sangatlah penting bagi siswa karena jika pemahaman konsep siswa sudah baik, maka siswa akan lebih leluasa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada dan dapat menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Persoalan yang kerap muncul ketika akan dilakukan upaya pengobatan adalah kesulitan siswa dalam memahami konsep berbeda-beda. Untuk menganalisis kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika, maka disebarkanlah angket kepada seluruh siswa SMAN 3 Padang Panjang, yang mana angket ini berisi faktor-faktor kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika dari segi: a) faktor yang berasal dari pengaturan diri indifidu siswa; b) faktor yang belajar dari pengelolaan pembelajaran fisika; c) dan faktor yang berasal dari sifat yang melekat pada materi fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika siswa melalui melalui angket yang disebarkan kepada seluruh siswa SMAN 3 Padang Panjang.Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian survey dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3 Padang Panjang yang berjumlah 491 orang Dengan teknik total sampling maka seluruh populasi dijadikan sampel pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket, yaitu siswa memilih 5 dari 10 alternatif jawaban yang tersedia. Dari jawaban yang diberikan siswa maka diambil 5 persentase jawaban tertinggi sebagai kesimpulan.

iBerdasarkan hasil penelitian, umumnya siswa masih merasakan fisika itu pada kategori sulit. Alasan kenapa fisika itu sulit ditinjau dari segi diri pribadi siswa karena: 1) Tidak mempelajari lebih mendalam; 2) Tidak membaca buku sumber; 3) Tidak melakukan praktikum yang mengandung masalah; 4) Belajar jika ada tugas; 5) Dan kurangnya pengalaman dalam fisika. Jika dilihat dari segi pengelolaan pembelajaran fisika karena: 1) Pekerjaan rumah yang sulit; 2) Tidak sesuainya PR yang diberikan dengan buku pegangan siswa; 3) Pertanyaan yang diberikan guru terlalu rumit; 4) Tidak cukup banyak contoh, aplikasi kehidupan nyata, dan pemecahan masalah; 5) Dan guru tidak jelas dalam menerangkan materi. Dan jika ditinjau dari segi sifat yang melekat pada materi fisika karena: 1) Jika melewatkan satu konsep, sulit untuk memahami konsep berikutnya; 3) Fisika adalah mata pelajaran yang rumit; 4) Fisika memerlukan matematika yang bagus; 4) Fisika memiliki terlalu banyak rumus untuk dipelajari; 5) Fisika tidak bisa dipelajari tanpa latar belakang matematika.KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, yang telah memberikan nikmat yang begitu banyak terhadap hamba-Nya, serta shalawat kepada nabi Muhammad SAW. Dengan rahmat dan izin Allah sehingga peneliti mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa Untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang Panjang.Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Amali Putra, M.Pd sebagai Pembimbing I dan Ibu Novia Lizelwati, S.Pd, M.PFis sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.2. Bapak Trisoni, S.Ag. M.Pd sebagai penguji I dan Ibu Srimayena, S.Pd, M.Sc, sebagai penguji II yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.3. Ketua Prodi Tadris Fisika sekaligus penasehat akademik Ibu Venny Haris, M.Si yang telah membina, mengarahkan, membantu peneliti dalam menyelesaikan permasalahan khususnya dalam masalah perkuliahan dan memberikan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan Tarbiyah Ibu Dr. Suswati Hendriani, M.Pd, M.Pd yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.5. Ketua STAIN Batusangkar, Bapak Prof. DR. H. Hasan Zaini, MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.6. iiBapak dan Ibu Dosen Program Studi Tadris Fisika; Bapak Marjoni Imamora, M.Sc, Bapak Fransrizal Agustiyanto, M.Si, Ibu Venny Haris, M.Si, Ibu Novia Lizelwati, M.PFis, Ibu Sri Maiyena, M.Sc, yang tidak bosan-bosannya berbagi ilmu pengetahuan kepada kami dan memberikan dorongan serta motivasi kepada kami serta kepada Bapak/Ibu Dosen Luar Biasa; yang rela jauh-jauh datang ke STAIN Batusangkar untuk berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman, serta motivasi kepada kami.7. Ibu Venny Haris, M.Si dan Ibu Yosy Malfianis, S.Pd yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini sebagai validator instrumen penelitian.8. Kepala SMAN 3 Padang Panjang, Bapak Drs. Dasrizal, M.Pd yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian.9. Guru mata pelajaran Fisika MAN 3 Padang Panjang, Ibu Yosy Malfianis, S.Pd dan Ibu Meta Liana, S.Pd yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Teristimewa untuk Ibunda (Nurma) yang peneliti cintai, telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang yang tak terhingga, merupakan semangat terbesar bagi kesuksesan peneliti. 11. Kakak-kakak Prodi Tadris Fisika yang selalu berbagi pengalaman dan memberikan motivasi kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. Teman-teman yang senasib dan sepenanggungan Prodi Tadris Fisika 09 yang sangat disayangi. Dorongan dan partisipasi teman-teman sangat berarti bagi peneliti. Adik-adik peneliti yang sangat peneliti sayangi yang memberikan motivasi bagi peneliti.12. Seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT hendaknya. Amin.

Batusangkar, 20 Agustus 2014

RONALDO DEVINKY

iiiNIM: 09 107 028DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDULHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGABSTRAK iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISIivDAFTAR TABELviiDAFTAR GAMBARviiiDAFTAR LAMPIRANix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah1B. Identifikasi Masalah5C. Batasan Masalah6D. Rumusan Masalah6E. Tujuan Penelitian6F. Defenisi Operasional7G. Manfaat Penelitian8

BAB II LANDASAN TEORIA. Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Fisika 91. ivHakekat Persepsi92. Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika 11B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Fisika131. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Secara Umum 13a. Faktor Intern Siswa 13b. Faktor Ekstern Siswa 182. Faktor-Faktor Penyebab Fisika Itu Sulit 19

C. Hakekat Pemahaman Konsep-konsep Fisika 211. Hakekat Fisika 212. Fisika Sebagai Produk 233. Fisika Sebagai Proses 25D. Cara Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep Fisika28E. Penelitian yang Relevan30

BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Jenis Penelitian 32B. Tempat Penelitian 32C. Populasi dan Sampel331. Populasi332. Sampel33D. Teknik Pengumpulan Data 341. Angket 34E. Instrumen Penelitian35F. Prosedur Pengumpulan Data 351. Bagian Awal 352. Bagian Inti 36G. Analisis Data 36

vBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Data 38B. Pembahasan Hasil Angket Siswa 401. Pembahasan Hasil Angket Siswa Secara Umum di SMAN 3 Padang Panjang 40C. Kendala yang Dihadapi dalam Penelitian61BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 62B. Saran 63

DAFTAR KEPUSTAKAANLAMPIRAN

viDAFTAR TABEL

HalamanTabel 3.1.Data Jumlah Siswa Kelas X, XI IPA, XII IPA di SMAN 3 Padang Panjang33Tabel 4.1.Deskripsi Data Mengenai Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa Untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang Panjang38Tabel 4.2. Data gabungan seluruh responden mengenai faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika di SMAN 3 Padang Panjang41

viiDAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Hakekat Fisika 22Gambar 2. Grafik Pandangan umum siswa SMAN 3 Padang Panjang tentang materi fisika 43Gambar 3. Grafik perbandingan persentase persepsi umum siswa tentang materi fisika di SMAN 3 Padang Panjang 44Gambar 4. Grafik faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan diri pribadi menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang 47Gambar 5. Grafik perbandingan faktor-faktor penyebab materi fisika sulit berdasarkan diri pribadi antara kelas X, XI IPA, dan XII IPA siswa SMAN 3 Padang Panjang 47Gambar 6. Grafik faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang51Gambar 7. Grafik perbandingan faktor-faktor penyebab materi fisika sulit berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA SMAN 3 Padang Panjang 52Gambar 8. Grafik faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang 56Gambar 9. Grafik perbandingan faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA SMAN 3 Padang Panjang 57

viiiDAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1.Kisi-kisi Penyusunan Angket68Lampiran 2.Instrumen Untuk Mengetahui Faktor-faktor Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep Fisika69Lampiran 3.Data Siswa SMAN 3 Padang Panjang71Lampiran 4. Lembar Validasi 85Lampiran 5. Surat Observasi Awal 91Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian Kementrian Agama STAIN Batusangkar92Lampiran 7. Surat Rekomendasi Izin Melaksanakan Penelitian Pemerintahan Kota Padang Panjang 93Lampiran 8. Surat Keterangan selesai penelitian94

ix

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan adalah hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikannya. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan pembangunan di berbagai bidang khususnya pembangunan dalam bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan ini diupayakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan harus diarahkan demi kemajuan dan menyiapkan masa depan bangsa sehingga dapat berkompetisi di era global.Sesuai dengan ketentuan umum penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah berkewajiban untuk mencapai visi pendidikan nasional, yaitu: terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.[footnoteRef:2] [2: Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. I, h. 313.]

1Dari pengertian di atas dapat dimengerti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia cerdas dalam berbagai aspek, baik aspek intelektual spiritual keagamaan, sosial, emosional, terampil serta berkepribadian, berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia dan bisa berfikir tanggap dan kritis. Di dalam dunia pendidikan banyak mata pelajaran yang menuntut siswa untuk berfikir tanggap dan kritis, salah satunya adalah mata pelajaran fisika.Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena yang terjadi di alam, kemudian melalui kegiatan eksperimen diperoleh rumusan-rumusan untuk membuktikan kebenaran yang didapat tersebut dengan teori atau konsep yang telah dipelajari. Pembelajaran fisika seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa sehingga dapat menambah kemampuan siswa dalam mengkontruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara bermakna serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akhirnya siswa dapat diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap positifnya baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini juga dijelaskan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006, bahwa Mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:[footnoteRef:3] [3: Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar danMenengah, (Jakarta: 2006), h. 160]

1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturandan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika.5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembelajaran fisika akan bermakna jika siswa mampu memahami konsep dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuannya antara lain mengaplikasikan konsep, kemampuan mengamati fakta, dan dapat menggali lebih banyak konsep-konsep. Kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, hal ini terkait dengan proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar, yaitu: kemampuan mengingat dan mengungkap kembali pengalaman, kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain.[footnoteRef:4] Pengetahuan ini dapat diperoleh karena adanya kegiatan interaksi siswa dengan pengalaman, belajar mengemukakan ide atau pikiran, serta kemampuan membandingkan yang mempunyai arti penting dalam mendukung dan membangun pengetahuan. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang, yaitu cara seseorang dalam memahami konsep. [4: Annurahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. VI, h. 17]

Menurut pengamatan peneliti saat observasi terhadap siswa SMAN 3 Padang Panjang pada tanggal 18 Maret 2014, penulis mengamati bahwa siswa mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam memahami konsep suatu materi. Siswa seringkali salah dalam memahami konsep soal, serta susahnya siswa membedakan beberapa besaran, lambang, dan konsep fisika, seperti: waktu yang dilambangkan dengan t dan perubahan waktu yang dilambangkan t. Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa siswa didapati bahwa faktor penyebab siswa masih kesulitan dalam belajar fisika karena cara siswa menghadapi pelajaran fisika yang tidak tepat pada saat proses belajar mengajar, yaitu rendahnya persepsi atau persepsi yang tidak tepat menanggapi pelajaran fisika seperti siswa menganggap fisika itu pelajaran yang terlalu banyak menggunakan rumus, fisika merupakan pelajaran yang abstrak, dan lain-lain sebagainya. Dan juga cara belajar siswa yang terlalu tergantung kepada pelajaran yang diberikan guru saja tanpa mau mencari sumber selain yang diberikan guru, hal ini terbukti dari kemampuan siswa hanya sebatas catatannya saja bahkan ada yang kurang dari itu. Penulis juga telah melakukan wawancara dengan guru fisika. Berdasarkan hasil wawancara, penulis memperoleh informasi bahwa kecepatan memahami konsep fisika siswa SMAN 3 Padang panjang tergolong lemah, hal ini terlihat ketika guru susah menjelaskan beberapa konsep tetapi siswa tersebut sebagian masih ada yang melum paham atau mengerti mengenai materi yang dijelaskan. Berdasarkan keterangan yang diberikan guru SMAN 3 Padang Panjang cara mengajarnya sudah mengajak siswa untuk fokus dalam belajar dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi, dapat diihat bahwa guru menganggap siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika. Tetapi belum ada bukti autentik yang menyatakan atau menggambarkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika. Bertolak dari masalah di atas maka peneliti ingin mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi peserta didik dalam memahami konsep. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa Untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang Panjang.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi sebagai berikut:1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika.2. Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami konsep fisika adalah sebagai berikut :a. Persepsi siswa yang tidak tepat mengenai pelajaran fisikab. Cara belajar siswa yang terlalu tergantung kepada guruc. Kecepatan siswa dalam memahami konsep fisika tergolong rendah3. Banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal fisika, sehingga hasil belajar fisika cenderung rendah.

C. Batasan MasalahAgar penelitian ini terarah dan mengingat keterbatasan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada persepsi siswa tentang faktor-faktor kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika yang bersumber dari :1. Diri pribadi siswa2. Pengelolaan mata pelajaran fisika (guru / sekolah)3. Sifat yang melekat pada materi fisika.

D. Rumusan MasalahSesuai dengan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini mengenai persepsi siswa SMAN 3 Padang Panjang tentang mata pelajaran fisika dapat dirumuskan sebagai berikut:1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami fisika berdasarkan diri pribadi siswa sendiri?2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami fisika berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika (guru / sekolah)?3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami fisika berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika.

E. Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika berdasarkan diri pribadi siswa sendiri.2. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika (guru / sekolah).3. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika.

F. Defenisi OperasionalUntuk tidak terjadinya kesalahan dalam memahami penulisan, maka peneliti memberikan defenisi operasional sebagai berikut:Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau karangan, perbuatan, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya.[footnoteRef:5] [5: Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 43]

Kesulitan Belajar keadaan di mana anak didik/peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.[footnoteRef:6] [6: M.Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 229]

Persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu perception. Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, persepsi mengandung arti tanggapan yang dapat diartikan pesan yang tinggal pada seseorang setelah melakukan pengamatan[footnoteRef:7]. Secara formal persepsi dapat didefenisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterprestasi stimuli ke dalam suatu gambaran yang berarti dan menyeluruh. [7: Hadi Suparto, Dasar-Dasar kependidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 40 ]

Memahami Konsep Fisika, pemahaman adalah kemampuan untuk menerjemahkan, menginterpretasi, mengekstrapolasi, dan menghubungkan antara fakta atau konsep.[footnoteRef:8] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsep diartikan sebagai ide/pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa konkret. Mengacu pada pengertian tersebut maka yang dimaksud memahami konsep fisika dalam penelitian ini yaitu suatu kemampuan berfikir dalam ranah kognitif yang menunjukkan hubungan sederhana antara fakta dan konsep-konsep fisika yang diberikan. [8: Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h. 105.]

G. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan mempunyai daya guna sebagai berikut:1. Bagi siswa: memberikan bantuan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahannya dalam memahami konsep, meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir siswa.2. Bagi guru: penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran pemahaman siswa terhadap konsep dan dapat menentukan langkah remediasi.3. Bagi peneliti: menambah wawasan ilmu pengetahuan, sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pendidikan fisika, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang pembelajaran fisika, serta bekal bagi peneliti yang akan mengajar di masa yang akan datang.

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Fisika1. Hakekat PersepsiPersepi berasal dari bahasa inggris yaitu perception. Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, persepsi mengandung arti tanggapan yang dapat diartikan pesan yang tinggal pada seseorang setelah melakukan pengamatan.[footnoteRef:9] Secara formal persepsi dapat didefenisikan sebagai suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterprestasi stimuli ke dalam suatu gambaran yang berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap indra.[footnoteRef:10] [9: Hadi Suparto, Dasar-Dasar kependidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 40 ] [10: Bilso Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), cet. 1, h. 120]

9Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: 1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera; 2) Kesadaran dari proses-proses organis; 3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu; 4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang; 5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.[footnoteRef:11] [11: J. Chaplin, Kamus Psikologi Lengkap, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008)]

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.[footnoteRef:12] [12: Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009)]

Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.[footnoteRef:13] [13: Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)]

Persepsi menurut Fieldman adalah proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi (Perception a contructive process by which we go beyond the stimuli that are presented to us and attempt to construct a meaningful situation).[footnoteRef:14] Sedangkan menurut Morgan persepsi mengacu pada cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi dapat didefinisikan apa pun yang dialami oleh seseorang (perception refers to the way the work, sound, feel, tastes, or smell. In other works, perception can be defined as whatever is experienced by a person). [14: Robert Fieldman, Understanding Psychology, (Singapore: McGrow Hill College, 1999)]

Jadi dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Persepsi merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh system syaraf di otak. Dengan kata lain Persepsi itu akan terjadi apabila adanya ransangan dari luar diri individu seperi informasi, kejadian, dan lain-lain. Proses terjadinya persepsi apabila informasi yang diterima dari luar diri individu melalui panca indra, kemudian ransangan itu diterima lalu diinterpretasikan setelah itu baru dilakukan proses penyadaran oleh individu tersebut.2. Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran FisikaBerdasarkan pengertian persepsi yang telah dijabarkan sebelumnya, maka persepsi siswa terhadap pembelajaran dapat diartikan sebagai pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan belajar. Adapun aspek-aspek yang dinilai berupa mata pelajaran, guru, materi, evaluasi dan semua hal yang terkait dengan proses pembelajaran itu sendiri, penilaian tersebut juga dapat bernilai positif dan negatif. Untuk persepsi siswa terhadap pelajaran fisika, berarti mata pelajaran fisika dan segala kegiatan yang berlangsung dalam pembelajaran fisika tersebutlah yang menjadi objek yang akan dinilai oleh siswa.Untuk mendapatkan persepsi secara utuh dapat dilakukan dengan pendekatan Gestalt, yang berfokus pada bentuk, dan pendapat bahwa bentuk tidak dapat dipahami hanya dengan komponen-komponen individualnya, melainkan pada hubungan antar elemen individual, dan bukan elemen itu sendiri. Pendekatan Gestalt merupakan penjelasan yang masuk akal tentang beberapa proses terbentuknya persepsi. Prinsip gestalt juga berlaku terhadap pelajaran fisika. Gestalt fokus pada ciri-ciri stimulus untuk memahami keseluruhan yang lebih besar. Pendekatan Gestalt bersifat holistik, dalam arti, keseluruhan berbeda dengan jumlah tiap bahagiannya. Teori Gestalt mencoba nenjelaskan bagaimana sistem perseptual manusia menggunakan berbagai perinsip untuk mendeteksi bentuk, yang dikenal dengan prinsip-prinsip organisasi gestalt, yang merupakan serangkaian faktor yang diyakini membantu persepsi bentuk dan meningkatkan pengelompokannya. Persepsi dibentuk oleh sejumlah pengaruh : alat indrawi yang dimiliki sejak lahir, masukan-masukan indrawi dasar (contoh informasi visual), dan pengalaman-pengalaman selanjutnya (misalnya pengetahuan yang dapat memu-dahkan pengenalan) Berdasarkan teori tentang persepsi, dihubungkan dengan pendekatan gestalt, bagaimana memandang pelajaran fisika secara utuh baik dari sisi konsep, proses, metodologi, dan manfaatnya, harus didukung oleh berbagai sarana yang menunjang seperti peralatan, media, pendekatan dan keterlibatan siswa dalam belajar fisika. Diyakini bahwa persepsi yang baik dan holistik terhadap pelajaran fisika akan dapat menentukan tingkat implementasi peserta didik dalam pelajaran fisika.B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Fisika1. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Secara UmumSecara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar menurut Slameto terdiri atas dua macam.[footnoteRef:15] [15: Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 54]

a) Faktor intern siswaFaktor intern siswa meliputi gangguan pada faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.1) Faktor jasmaniah, hal-hal yang berkaitan dengan jasmasiah yaitu: faktor kesehatan dan cacat tubuh.i. Faktor KesehatanSehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal yang sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan lebih cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat indra serta tubuhnya. Apabila kesehatan jasmani terganggu maka akan berpengaruh terhadap siswa memahami konsep fisika, seperti siswa yang sedang demam yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep ketika guru menjelaskan pelajaran.ii. Cacat TubuhCacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh, dll.Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar serta kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika. Sebagaimana contoh ketika seorang siswa mengalami cacat tubuh seperti setengah tuli, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan ketika guru menjelaskan pelajaran di kelas.2) Faktor psikologis, sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang mempengaruhi belajar, yakni : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.i. IntelegensiIntelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar serta kemampuan dalam memahami konsep. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunya tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi rendah.ii. PerhatianMenurut Gazali di dalam Slameto perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa hasrus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajariii. MinatMinat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar agar dapat memahami konsep dari suatu pelajaran, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak adanya daya tarik baginya.iv. BakatMenurut Hilgard dalam Slameto bakat atau aptitude adalah: the capacity to learn. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.Dari pendapat di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa suaai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.v. MotifPengertian Motif menurut James Drever di dalam Slameto adalah sebagai berikut: Motive is an effevtive-conative factor which operates is determiningthe direction of an individuals behavior to wards an end or goal, consiustly apprehended or unconsiustly.Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/ pendorongnya.vi. KematanganKematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir abstrak.Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak belum siap (matang) belum dapat melaksanakannya kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar untuk memahami suatu konsep pembelajaran.vii. KesiapanKesiapan menurut Jamies Draver dalam Slameto adalah: Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon dan reaksi. Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.3) Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersikap psikis).i. Kelelahan JasmaniKelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.ii. Kelelahan RohaniKelelahan rohani dapatdilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu menjadi hilang. Kelelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.b) Faktor ekstern siswaFaktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu : Faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.1) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidiknya, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, dan ekonomi keluarga.2) Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup mentode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Hal-hal yang berkaitan dengan faktor masyarakat yaitu : Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, terman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2. Faktor-Faktor Penyebab Fisika Itu SulitBanyak siswa berpikir dan berkata, "Fisika itu sulit." Angell dkk menggali pandangan siswa SMA dan guru fisika tentang kesulitan belajar fisika. Mereka menemukan bahwa siswa menemukan kesulitan karena mereka harus bersaing dalam merepresentasikan hasil eksperimen, rumus dan perhitungan, grafik, dalam bentuk penjelasan konseptual pada waktu yang sama.[footnoteRef:16] Redish menjelaskan mengapa siswa menggambarkan fisika itu sulit, karena : Fisika sebagai suatu disiplin ilmu membutuhkan peserta didik untuk menggunakan berbagai metode pemahaman dan penterjemahannya dari satu ke yang lain kata, tabel angka, grafik, persamaan, diagram, peta. Fisika memerlukan kemampuan untuk menggunakan aljabar dan geometri dan dari hal yang khusus ke hal yang umum atau sebaliknya.[footnoteRef:17] Hal ini membuat fisika sangat sulit belajar bagi banyak siswa. [16: Angell, C., Guttersrud, Henriksen, E. K. & Isnes, A, Physics : Frightful, but fun, Pupils and teachers views of physics and physics teaching [Electronic version]. (Science Edu-cation: 2004), h. 683.] [17: Redish, E. F, The Implications Of Cognitive Studies For Teaching Physics, (American Journal of Physics: 1994), h. 801]

Funda dkk juga telah melakukan peneliltian tentang Apa yang Menyebabkan Fisika Sulit? dan mereka membedakan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar fisika terdiri atas tiga macam yaitu:[footnoteRef:18] [18: Funda Ornek, William R. Robinson, & Mark P. Ilaugan, What Makes Physics Dificult?, (International Journal of Environmental & Science Education: 2008), h. 2]

a) Faktor interen siswa yang terdiri atas : 1) kurangnya motivasi dan ketertarikan terhadap fisika, 2) tidak belajar lebih giat, 3) tidak membaca buku teks, 4) tidak menyelesaikan tugas yang diberikan guru, 5) tidak melakukan berbagai macam latihan soal, 6) belajar hanya mengenai tugas yang diberikan guru tanpa ada inisiatif mengerjakan soal tambahan, 7) tidak mengerjakan pekerjaan rumah, 8) kurangnya pengalaman sebelumnya tentang fisika seperti tidak terlalu paham fisika sewaktu SMP dan mempengaruhi ketika telah masuk SMA, 9) kurangnya latar belakang mengenai fisika, 10) kurangnya kemampuan dalam hitungan matematika pada tingkat yang lebih.b) Faktor eksteren siswa yang terdiri atas : 1) guru terlalu banyak memberikan pekerjaan rumah, 2) PR yang diberikan terlalu susah bagi siswa, 3) kurangnya konstensi antara kegiatan laboratorium, tutorial, pengajaran, dan pekerjaan rumah, 4) buku teks, pengajaran, dan PR yang terlalu rumit, 5) sesi tutorial kegiatan laboratorium yang tidak ada manfaatnya, 6) guru tidak memberikan contoh soal, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, penyelesaian masalah pemahaman konsep di dalam kelas yang cukup. 7) memberikan contoh soal yang sulit sehingga siswa menjadi sulit untuk mengerti, 8) Penguasaan materi guru yang jelek. 9) Guru tidak jelas dalam menerangkan materi, 10) Pertanyaan yang diberikan guru terlalu rumit.c) Berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika yaitu: 1) fisika adalah komultif, jika melewatkan satu konsep sulit untuk memahami konsep berikutnya, 2) fisika merukan pelajaran yang sangat sulit, 3) terlalu banyak materi yang harus dikuasai, 4) fisika adalah pelajaran yang sangat abstrak, 5) Fisika memerlukan kemampuan matematika yang bagus, 6) Fisika memiliki teori yang banyak, 7) terlalu banyak rumus yang dipelajari dalam fisika, 8) terlalu banyak hukum dan aturan di dalam fisika, 9) fisika adalah pelajaran yang tidak terlalu menarik, 10) fisika tidak bisa dipelajari tanpa latar belakang matematika yang bagus.

C. Hakekat Pemahaman Konsep-konsep Fisika1. Hakekat FisikaSebagian besar orang memahami bahwa ilmu pengetahuan alam disingkat IPA atau kata yang lain adalah sains terdiri dari fisika, biologi dan kimia. Jika ditanya lebih jauh mengenai hakekat sains, setiap orang dapat dan akan menjawab sesuai dengan sudut pandang yang digunakannya. Hal itu benar karena memang sains dapat diartikan secara berbeda menurut sudut pandang yang digunakan. Sebagian besar orang memandang sains sebagai kumpulan informasi ilmiah, sedangkan para ilmuwan memandang sains sebagai sebuah cara (metoda) untuk menguji dugaan (hipotesis), dan para ahli filsafat memandang sains sebagai cara bertanya tentang kebenaran dari segala sesuatu yang diketahui.Collette dan Chiappetta di dalam Sutrisno menyatakan bahwa sains pada hakekatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of thinking), dan cara untuk penyelidikan (a way of investigating).[footnoteRef:19] Dengan mengacu kepada pernyataan ini ternyata bahwa, pandangan kebanyakan orang, pandangan para ilmuwan, dan pandangan para ahli filsapat yang dikemukakan di atas tidaklah salah, melainkan masing-masing hanya merupakan salah satu dari tiga hakekat IPA dalam pernyataan itu. Dengan demikian dapat dikatakan sebaliknya bahwa, pernyataan Collette dan Chiappetta di atas merupakan pandangan yang komprehensif atas hakekat IPA atau sains. [19: Sutrisno, Fisika dan Pembelajarannya, (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), h.1]

Karena fisika merupakan bagian dari IPA atau sains, maka sampai pada tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa hakekat fisika adalah sama dengan hakekat IPA atau sains, hakekat fisika adalah sebagai produk (a body of knowledge), fisika sebagai sikap (a way of thinking), dan fisika sebagai proses (a way of investigating). Berikut ini akan dikemukakan lebih rinci mengenai hakekat fisika itu.

Gambar 1. Hakekat Fisika2. Fisika Sebagai ProdukDalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacan ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari pada ilmuwan dinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut sebagai produk atau a body of knowledge. Pengelompokkan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model.a. FaktaFakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta.b. KonsepKonsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin di dalam Sutrisno, konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-kawan, konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat diamati.[footnoteRef:20] [20: Ibid, h.4]

c. Prinsip dan hukumIstilah prinsip dan hukum sering sering digunakan secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.d. RumusRumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara matematis.e. TeoriTeori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta di dalam Sutrisno menyatakan bahwa kita tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang. Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupun hukum[footnoteRef:21]. [21: Ibid, h.4]

f. ModelModel adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat. Model sabgat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.3. Fisika Sebagai ProsesIPA sebagai proses atau juga disebut sebagai a way of investigating memberikan gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan, jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam IPA dikenal banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah. Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun pengetahuan mengenai astronomi dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi. Ilmuwan lain banyak yang menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan laboratorium atau eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab akibat. Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam dan hukum-hukum yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam itu. Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses pemikiran untuk mendapatkan alas an dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji, dan divalidasikan. Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pemebelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada diri siswa.4. Fisika sebagai sikapDari penjelasan mengenai hakekat fisika sebagai produk dan hakekat fisika sebagai proses di atas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulan yang kemudian memaknai hakekat fisika sebagai sikap atau a way of thinking. Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA termasuk fisika di dalmnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat fisika sebagai sikap.

D. Cara Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep FisikaDalam pembelajaran fisika diharapkan peserta didik mampu dan terampil dalam memecahkan masalah. Melalui pengerjaan tes yang bersifat kompleks dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan membuat peserta didik menjadi lebih terampil dalam menggunakan konsep fisika. Maka dari itu diperlukan metode pemecahan masalah.Yohanes Surya melakukan penelitian untuk menemukan suatu pem-belajaran fisika yang mudah diterima oleh siswa, mudah diajarkan oleh guru serta membuat peserta ajar merasa asyik dan menyenangkan. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk membuat fisika itu gampang, asyik dan tindak memusingkan (Gasing) adalah : 1) Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana ; 2) Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan ; 3) Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1, 2 , atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi fisika ke solusi matematika ; 4) Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep-konsep fisika yang baru diajarkan. Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang ber-hubungan dengan konsep yang diberikan.; dan 5) Perbanyak eksperimen dan demonstrasi fisika sehingga tiap siswa menikmati asyiknya fisika dan mereka bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh menyenangkan.[footnoteRef:22] [22: Yohannes Surya, Fisika Gasing : Model Solusi Untuk Pembelajaran Fisika yang Mudah dan Menyenngkan, (2010)]

Dari hasil penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Amali Putra, dkk pada kelas X SMA 3 Padang, menunjukkan bahwa dengan menggunakan peralatan dan bahan sederhana yang ada di sekitar kita yang dirancang oleh guru untuk menanamkan konsep justru dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran, menjelaskan konsep, memecahkan masalah, berfikir kritis, bertanya, serta peningkatan hasil belajarnya.[footnoteRef:23] Hal ini menunjukkan bahwa alat sederhana yang digunakan guru telah dapat memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Siswa merasakan kemudahan-kemudahan dalam mempelajari fisika karena dekat dengan kehidupan siswa. Fakhrur Razi dan Amali Putra juga melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika mahasiswa melalui program LMS menggunakan komputer dan fasilitas internet untuk menjelaskan konsep-konsep fisika yang abstrak.[footnoteRef:24] Hasil penelitian menunjukkan bahwa juga terjadi peningkatan hasil belajar mahasiswa. Dari berbagai hasil penelitian tersebut, peningkatan hasil belajar fisika siswa merupakan indikasi bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan telah dapat mempermudah siswa dalam belajar fisika. [23: Amali Putra, Pemanfaatan Ling-kungan Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Pemahaman, dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa, (Makalah pada Konferensi Interna-sional Pendidikan Matematik dan IPA di Jakarta 29 -30 Nopember 2006)] [24: Fakhrur Razi, Amali Putra, Pe-ngembangan e-Learning Physics Meng-gunakan Learning Management System (LMS) untuk Meningkatkan efektifitas Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Ter-modinamika Jurusan Fisika Universitas Negeri Padang (Laporan Penelitian Hibah Bersaing: 2010).]

E. Penelitian yang RelevanDalam penyelesaian penulisan proposal skripsi ini, peneliti meninjau dari penelitian yang relevan yang ditulis oleh:1. Venny Haris, M.Si, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar, dengan judul Identifikasi Miskonsepsi Materi Mekanika pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Fisika Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini adalah masih banyak mahasiswa yang mengalami miskonsepsi dengan presentase tertinggi 80,00%, tidak tahu konsep 45,45%, dan yang paham konsep dengan presentase 7,27%. [footnoteRef:25] [25: Venny Haris, Identifikasi Miskonsepsi Materi Mekanika pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Fisika Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index), (Batusangkar : sekolah Tinggi Agama Islam Batusangkar).]

Beda penelitian yang peneliti lakukan dengan peneliti sebelumnya mengenai pembahasan yang akan diteliti, disini peneliti membahas persepsi siswa terhadap kesulitan memahami konsep fisika, sedang peneliti sebelumnya membahas mengenai miskonsepsi yang terjadi pada mahasiswa.2. Yuliana, Program Studi Matematika, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar, dengan judul Penelusuran Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Kelas VII SMPN 1 Pariangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini adalah banyaknya dari siswa yang tidak menggunakan simbol matematika dalam pemecahan soal, dan siswa kurang mampu dalam mendalami makna suatu konsep yang melatarbelakangi suatu fakta.[footnoteRef:26] [26: Yuliana, Penelusuran Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMPN 1 Pariangan, (Batusangkar : Sekolah Tinggi Agama Islam Batusangkar).]

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Yuliana adalah pada metode yang digunakannya adalah kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Selain itu teknik yang digunakan peneliti sebelumnya adalah tes dan wawancara, sedangkan peneliti menggunakan angket dan wawancara.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis PenelitianSesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono metodesurvey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.[footnoteRef:27] Penelitian survey dengan pendekatan deskriptif dipilih dengan suatu pertimbangan bahwa peneliti ingin melihat, membuat deskripsi atau gambaran, dan mengkaji lebih dalam secara faktual dan akurat mengenai persepsi siswa tentang faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika. Kepada seluruh siswa disebarkan angket yang isinya mengenai persepsi siswa tentang faktor-faktor kesulitan tersebut untuk melihat gambaran kesulitan yang dirasakan oleh siswa SMAN 3 Padang Panjang secara menyeluruh. [27: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati, dan R & D, (Bandung: Alfa Beta, 2012), h. 6.]

B. Waktu dan Tempat Penelitian

32Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Padang Panjang tahun ajaran 2013/2014 semester genap pada tanggal 9 April 2014 s/d 7 Mei 2014.C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan elemen/ anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian.[footnoteRef:28] Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X, XI.IPA, dan XII.IPA di SMA N 3 Padang Panjang seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. [28: Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Kencana, 2012), cet.II, h. 147]

Tabel 3.1. Data Jumlah Siswa Kelas X, XI IPA, XII IPA di SMAN 3 Padang Panjang.Jumlah Siswa Kelas XJumlah Siswa Kelas XIJumlah Siswa Kelas XIIJumlah Siswa Kelas X, XI IPA, XII IPA

312629491 Siswa

332729

332728

3326

31

31

35

22710686

(Sumber: Tata Usaha SMAN 3 Padang Panjang)2. SampelJuliansyah Noor menyatakan sampel sebagai bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.[footnoteRef:29] Sampel juga dapat diartikan sebagai anggota dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu yang dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel.[footnoteRef:30] Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh siswa SMAN 3 Padang Panjang yang berjumlah 491 siswa. [29: Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), cet. II, h. 74] [30: Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (Bandung: CV.Alfabeta, 2011), h. 189]

D. Teknik Pengumpulan Data1. AngketAngket digunakan untuk melihat faktor-faktor kesulitan apa saja yang dialami siswa dan untuk melihat apakah faktor-faktor kesulitan kelas X, XI IPA, dan XII IPA sama atau berbeda. Peneliti menggunakan angket yang telah dirancang oleh Funda dkk[footnoteRef:31]. Angket ini juga telah dikembangkan oleh Amali Putra yang mana pada angket ini menggunakan daftar cek (cek list), untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pelajaran fisika.[footnoteRef:32] [31: Ibid.] [32: Amali Putra, Persepsi Mahasiswa tentang Faktor-faktor yang menyebabkan materi fisika sulit dan Bagaimana cara membuat fisika itu menjadilebih mudah, (Seminar Nasional Pendidikan MIPA: 2013), h. 2]

Pernyataan tentang kesulitan dalam memahami konsep fisika yang mencakup : a) apakah fisika itu sangat sulit, sulit, agak mudah, mudah, dan sangat mudah. Dan b) faktor-faktor apa yang menyebabkan fisika dirasakan sulit ditinjau dari diri siswa, pengelolaan pembelajaran fisika, dan sifat yang melekat pada materi fisika. Siswa menentukan 5 dari 10 pilihan tersebut yang memiliki pengaruh paling dominan. Dalam penarikan kesimpulan hasil penelitian dilakukan terhadap 5 pilihan yang skornya lebih tinggi.E. Instrumen PenelitianAdapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1. AngketDalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti. Peneliti memiliki peran yang sangat penting dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Adapun instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah angket faktor-faktor kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika dan pedoman umum wawancara.

F. Prosedur Pengumpulan Data1. Bagian AwalKegiatan ini meliputi antara lain membuat kisi-kisi angket, merancang angket, membuat kisi-kisi pedoman umum wawancara, penyusunan pedoman umum wawancara.a. Membuat kisi-kisi angketSebelum angket dirancang, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket agar perancangan angket lebih terarah berdasarkan indikator (lampiran 1).b. Merancang angketSetelah kisi-kisi selesai, angket dirancang berdasarkan angket yang telah dikembangkan oleh Amali Putra dan divalidasi oleh validator untuk melihat apakah angket sudah layak disebarkan ke lapangan (lampiran 2).

2. Bagian Intia. Penyebaran angketAngket yang telah divalidasi disebarkan ke sekolah untuk semua siswa kelas X, XI IPA, XII IPA.

G. Analisis DataProses analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data di lapangan model Miles dan Huberman dengan tahap-tahap sebagai berikut:1. Reduksi data, yaitu kegiatan yang mengacu pada proses merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal penting dan mencari polanya.[footnoteRef:33] [33: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2010), h. 247]

a. Hasil AngketAnalisis data angket yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dilakukan dengan memilih 5 pilihan jawaban yang memiliki skor tertinggi. Skor menurut Arikunto adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap.[footnoteRef:34] Data hasil angket yang diperoleh melalui angket yagn telah diisi oleh seluruh siswa dianalisis dengan menggunakan rumus, yaitu: [34: Suharsismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pedidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), h. 241.]

Keterangan: P = Skor F= Skor yang diperolehA = Jumlah siswa maksimum

2. Menyajikan data, yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisasi dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Penyajian data kualitatif dalam bentuk persentasi (%) setelah itu dikembangkan menjadi teks naratif berdasarkan hasil angket dan wawancara yang direduksi selama penelitian berlangsung.3. Menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan.Penarikan kesimpulan adalah kegiatan terakhir dari suatu penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dan kesimpulan diambil berdasarkan persentase tertinggi. Jika pilihan jawaban ada 3, maka semua persentasi jawaban akan diambil untuk dinarasikan dan jika ada sepuluh alternatif jawaban maka diambil 5 persentase tertinggi untuk diambil sebagai kesimpulan.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi DataDeskripsi data adalah gambaran dari data yang diperoleh dari instrumen penelitian yaitu angket mengenai faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika semester genap pada siswa SMAN 3 Padang Panjang. Angket tersebut bertujuan untuk melihat pandangan siswa tentang kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam memahami konsep fisika. Dari proses pengumpulan data yang dilakukan, maka didapatkanlah hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.1 sebagai berikut.Tabel 4.1. Deskripsi Data Mengenai Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa Untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang Panjang.1Fisika merupakan mata pelajaran yang . . . untuk dipelajari.Jumlah dan Presentase Responden

XXI IPAXII IPA

aSangat sulit156,6%00%4957,0%

bSulit6428,2%109,4%1618,6%

cAgak sulit7231,7%5047,2%89,3%

dMudah83,5%3432,1%33,5%

eSangat mudah00%00%00%

2Jika fisika sulit/sangat sulit, pilihlah 5 dari 10 faktor penyebab yang bersumber dari pengaturan diri anda pribadi berikut iniJumlah dan Presentase Responden

XXI IPAXII IPA

aKurangnya minat dan motifasi7231,7%3432,1%4653,5%

bTidak mempelajari lebih mendalam15267,0%8782,1%4552,3%

c38Tidak membaca buku sumber10646,7%6460,4%3945,4%

dTidak menyelesaikan tugas5122,5%2624,6%4552,3%

eTidak melakukan praktikum yang mengandung masalah6026,4%6258,5%4552,3%

fBelajar jika ada tugas6126,9%6864,2%3641,9%

gTidak melakukan pekerjaan rumah3415,0%1615,1%3945,4%

hKurangnya pengalaman dalam fisika11048,5%5551,9%3439,5%

iLemahnya latar belakang dalam belajar fisika9943,6%5249,1%4046,5%

jKurang kemampuan dalam hitungan matematika7332,2%1211,3%2630,2%

3Jika fisika sulit/sangat sulit, pilihlah 5 dari 10 faktor penyebab yang bersumber dari pengelolaan mata pelajaran fisikaJumlah dan Presentase Responden

XXI IPAXII IPA

aTerlalu banyak tugas yang diberikan7030,8%1817,0%4653,5%

bPekerjaan rumah yang sulit11048,5%6763,2%4147,7%

cTidak sesuainya antara kegiatan lab. dengan tutorial dalam pembelajaran6327,8%2220,8%3641,9%

dTidak sesuainya PR yang diberikan dengan buku pegangan siswa9240,5%1917,9%4046,5%

ePertanyaan yang diberikan guru terlalu rumit12153,3%7267,9%6170,9%

fBagian tutorial dalam percobaan kurang bermanfaat3214,1%87,5%4147,7%

gTidak cukup banyak contoh, aplikasi kehidupan nyata, dan pemecahan masalah13157,7%8075,5%5260,5%

hGuru tidak jelas dalam menerangkan materi10445,8%87,5%3844,2%

iPertanyaan sulit dalam ujian dan tidak berkaitan dengan apa yang dibahas di dalam kelas7733,9%3331,1%3439,5%

jPenguasaan materi guru yang jelek167,0%00%1517,4%

4Jika fisika sulit/sangat sulit, pilihlah 5 dari 10 faktor penyebab yang bersumber dari pengelolaan mata pelajaran fisikaJumlah dan Presentase Responden

XXI IPAXII IPA

aJika melewatkan satu konsep, sulit untuk memahami konsep berikutnya12956,8%8176,4%5361,6%

bFisika adalah mata pelajaran yang rumit9742,7%5652,8%4147,7%

cTerlalu banyak bahan fisika yang perlu dipelajari9441,4%4643,4%2529,1%

dFisika sangat abstrak4017,6%2624,5%2630,2%

eFisika memerlukan matematika yang bagus8738,3%4946,2%4147,7%

fFisika memiliki terlalu banyak teori5725,1%87,5%3743,0%

gFisika memiliki terlalu banyak rumus untuk dipelajari13961,2%7772,6%3237,2%

hFisika memiliki terlalu banyak persyaratan dan aturan yang harus dipenuhi4720,7%2725,5%4147,8%

iFisika tidak menarik3515,4%1110,4%4855,8%

jFisika tidak bisa dipelajari tanpa latar belakang matematika7633,5%3634,0%5564,0%

B. Pembahasan Hasil Angket Siswa1. Pembahasan Hasil Angket Siswa Secara Umum di SMAN 3 Padang PanjangSetelah didapatkan hasil atau bentuk-bentuk kesulitan yang dihadapi siswa tiap-tiap tingkatan kelasnya seperti yang telah dijabarkan pada tabel 4.1, peneliti melanjutkan dengan membahas faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika di SMAN 3 Padang Panjang yaitu dengan menggabungkan seluruh jumlah responden Kelas X, XI IPA, dan XII IPA. Data gabungan seluruh responden ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.Tabel 4.2. Data gabungan seluruh responden mengenai faktor-faktor kesulitan siswa untuk memahami konsep fisika di SMAN 3 Padang Panjang.1Fisika merupakan mata pelajaran yang . . . untuk dipelajari.Jml Total%

aSangat sulit6413%

bSulit9018,3%

cAgak sulit13026,5%

dMudah459,2%

eSangat mudah00%

2Jika fisika sulit/sangat sulit, pilihlah 5 dari 10 faktor penyebab yang bersumber dari pengaturan diri anda pribadi berikut iniJml Total%

aKurangnya minat dan motifasi15231%

bTidak mempelajari lebih mendalam28457,9%

cTidak membaca buku sumber20942,6%

dTidak menyelesaikan tugas12224,8%

eTidak melakukan praktikum yang mengandung masalah16734%

fBelajar jika ada tugas16533,6%

gTidak melakukan pekerjaan rumah8918,1%

hKurangnya pengalaman dalam fisika 19940,5%

iLemahnya latar belakang dalam belajar fisika19138,9%

jKurang kemampuan dalam hitungan matematika11122,6%

3Jika fisika sulit/sangat sulit, pilihlah 5 dari 10 faktor penyebab yang bersumber dari pengelolaan mata pelajaran fisikaJml Total%

aTerlalu banyak tugas yang diberikan13427,3%

bPekerjaan rumah yang sulit21844,4%

cTidak sesuainya antara kegiatan lab. dengan tutorial dalam pembelajaran12124,7%

dTidak sesuainya PR yang diberikan dengan buku pegangan siswa15130,8%

ePertanyaan yang diberikan guru terlalu rumit25451,7%

fBagian tutorial dalam percobaan kurang bermanfaat8116,5%

gTidak cukup banyak contoh, aplikasi kehidupan nyata, dan pemecahan masalah26353,6%

hGuru tidak jelas dalam menerangkan materi15030,4%

iPertanyaan sulit dalam ujian dan tidak berkaitan dengan apa yang dibahas di dalam kelas14429,3%

jPenguasaan materi guru yang jelek316,3%

4Jika fisika sulit/sangat sulit, pilihlah 5 dari 10 faktor penyebab yang bersumber dari sifat yang melekat pada materi fisikaJml Total%

aJika melewatkan satu konsep, sulit untuk memahami konsep berikutnya26353,6%

bFisika adalah mata pelajaran yang rumit19439,5%

cTerlalu banyak bahan fisika yang perlu dipelajari16533,6%

dFisika sangat abstrak9218,7%

eFisika memerlukan matematika yang bagus17736%

fFisika memiliki terlalu banyak teori10220,8%

gFisika memiliki terlalu banyak rumus untuk dipelajari24850,5%

hFisika memiliki terlalu banyak persyaratan dan aturan yang harus dipenuhi11523,4%

iFisika tidak menarik9419,1%

jFisika tidak bisa dipelajari tanpa latar belakang matematika16734%

a) Pandangan umum tentang pelajaran fisika siswa SMAN 3 Padang PanjangBerdasarkan hasil angket yang dapat dilihat pada Tabel 4.2, siswa SMAN 3 Padang Panjang yang merasa bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat sulit sebanyak 13 %, yang merasa sulit 18,3 %, menganggap fisika agak sulit sebanyak 26,5 %, yang berpendapat fisika mudah sebanyak 9,2 %, dan yang tidak ada dari siswa SMAN 3 Padang Panjang yang menganggap fisika itu sangat mudah. Data ini disajikan oleh grafik pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Pandangan umum siswa SMAN 3 Padang Panjang tentang materi fisika.

Dari grafik pada Gambar 2 terlihat bahwa pandangan umum siswa SMAN 3 Padang Panjang mengenai materi fisika adalah agak sulit dengan persentase tertinggi 26,5 %, selanjutnya diikuti sulit 18,3 %, sangat sulit 13 %, dan mudah 9,2 %. Berdasarkan grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya siswa SMAN 3 Padang Panjang menganggap fisika itu adalah pelajaran yang agak sulit. Dengan adanya persepsi siswa seperti yang telah terlihat pada gambar 2 ini berarti pengelolaan pelajaran fisika berdasarkan faktor interen atau ektern masih belum berjalan dengan baik sehingga siswa masih kesulitan dalam memahami konsep fisika. Jika dibandingkan persepsi umum antara kelas X, XI IPA, dan XII IPA maka didapatlah hasil seperti yang terdapat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Grafik perbandingan persentase persepsi umum siswa tentang materi fisika di SMAN 3 Padang Panjang.Dari grafik pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pandangan umum siswa kelas X tentang materi fisika yaitu, siswa yang merasa bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat sulit sebanyak 6,61 %, yang merasa sulit 28,19 %, menganggap fisika agak sulit sebanyak 31,72 %, yang berpendapat fisika mudah sebanyak 3,52 %, dan yang tidak ada dari siswa kelas X yang menganggap fisika itu sangat mudah.Pandangan umum siswa kelas XI IPA mengenai materi fisika adalah, siswa yang merasa bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat sulit sebanyak 0 %, yang merasa sulit 9,43 %, menganggap fisika agak sulit sebanyak 47,17 %, yang berpendapat fisika mudah sebanyak 32,08 %, dan yang tidak ada dari siswa kelas XI IPA yang menganggap fisika itu sangat mudah.Sedangkan pada siswa kelas XII IPA, pandangan umum siswa mengenai materi fisika yaitu, siswa yang merasa bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat sulit sebanyak 58,98 %, yang merasa sulit 18,60 %, menganggap fisika agak sulit sebanyak 9,30 %, yang berpendapat fisika mudah sebanyak 3,49 %, dan yang tidak ada dari siswa kelas XII IPA yang menganggap fisika itu sangat mudah.Jadi pandangan umum siswa tiap-tiap kelasnya berbeda seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3, tetapi jika di perhatikan dari persentase tertinggi maka untuk kelas X dan XI IPA memperoleh pandangan yang sama yaitu fisika adalah mata pelajaran yang agak sulit dengan persentase masing-masing 31,7 % dan 47,2 %. Berbeda dengan siswa kelas XII IPA, persentase tertinggi mengenai pandangan umum mereka tentang mata pelajaran fisika adalah sangat sulit sebanyak 57%. Dengan kata lain penafsiran siswa SMAN 3 Padang Panjang mengenai pelajaran fisika secara umum dikategorikan pada kategori sulit.Persepsi siswa yang secara umum dikategorikan pada kategori sulit ini memperlihatkan bahwa pembelajaran IPA fisika belum dapat melibatkan seluruh siswa secara holistik. Kurang ditekankannya manfaat belajar IPA fisika dan aplikasi IPA fisika dalam kehidupan sehari-hari dan lebih memfokuskan pada konten atau substansi kognitif menyebabkan sebagian siswa tidak menyadari bahwa IPA fisika itu sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran IPA fisika dapat melatih keterampilan siswa serta sikap saintifik, seperti keingintahuan yang besar. Ergul, R., dkk menyatakan bahwa penggunaan keterampilan, learning by doing dan hand-on activity akan memberikan hasil belajar yang lebih baik.[footnoteRef:35] Disamping itu, keterampilan proses sains membolehkan siswa memecahkan masalah, berfikir kritis, membuat keputusan, memperoleh jawaban, dan memuaskan keingintahuan mereka. [35: Ergul, The effect of inquiry-based science teaching on elementary school students' science process skill and science attitudes. (Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 2011), h. 48-68.]

b) Faktor-faktor yang membuat Fisika itu sulit berdasarkan diri pribadi siswa SMAN 3 Padang PanjangBerdasarkan tabel 4.2 maka didapatlah lima persentase tertinggi dari jawaban angket untuk faktor-faktor penyebab materi fisika sulit berdasarkan diri pribadi siswa SMAN 3 Padang Panjang yaitu: 1) Tidak mempelajari lebih mendalam (57,8 %); 2) Tidak membaca buku sumber (42.6 %); 3) Tidak melakukan praktikum yang mengandung masalah (34 %); 4) Belajar jika ada tugas (33.6 %); 5) Kurangnya pengalaman dalam fisika (40.5 %). Data ini disajikan oleh grafik pada Gambar 4.

Keterangan :ATidak mempelajari lebih mendalamBTidak membaca buku sumberCTidak melakukan praktikum yang mengandung masalahDBelajar jika ada tugasEKurangnya pengalaman dalam fisikaGambar 4. Grafik faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkandiri pribadi menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang.Setelah didapatkan lima persentase tertinggi ini, dilanjutkan dengan membandingkan persepsi antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA yang datanya dapat dilihat pada gambar 5 sebagai berikut.

Gambar 5. Grafik perbandingan faktor-faktor penyebab materi fisika sulit berdasarkan diri pribadi antara kelas X, XI IPA, dan XII IPA siswa SMAN 3 Padang Panjang

Item 1, tidak mempelajari fisika lebih mendalam. Pada kelas X diperoleh persentase sebesar 67%, selanjutnya pada kelas XI IPA faktor tersebut lebih besar persentasenya yaitu 82,1%, dan pada kelas XI IPA faktor ini lebih rendah persentasenya yaitu sebesar 52,3%. Dari data tersebut dapat dilihat lebih dari 50% siswa SMAN 3 Padang Panjang yang tidak mempelajari fisika lebih mendalam. Tentu saja hal ini menjadikan siswa kesulitan dalam memahami konsep fisika. Agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran fisika perlu dilakukan pola pembiasaan belajar di rumah maupun sekolah. Menurut Wina. S dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari atau tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan.[footnoteRef:36] Jadi dengan pola pembiasaan yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua di rumah untuk menanamkan sikap positif terhadap pembelajaran fisika, sehingga anak lebih tertarik untuk mengulangi pejarannya di sekolah maupun dirumah. [36: Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 278]

Item 2, tidak membaca buku sumber. Untuk kelas X didapatkan data sebesar 46,7%, sedangkan untuk kelas XI IPA 60,4%, dan untuk kelas XII IPA sebesar 45,3%. Dari data ini dapat dilihat bahwa siswa mengalami kesulitan karena tidak membaca buku sumber. Syaful Bahri menjelaskan bahwa kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ilmu pengetahuan.[footnoteRef:37] Ini berarti untuk mendapatkan ilmu kita harus membaca, karena buku adalah gudang ilmu. Dengan kata lain timbulkanlah motivasi dalam diri individu bahwa membaca buku sangatlah penting dan banyak sekali manfaatnya. [37: Syaiful Bahri. D, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 41]

Item 3, tidak melakukan praktikum yang mengandung masalah. Untuk kelas X didapatkan data sebesar 26,4%, kelas XI IPA sebesar 58,5%, dan kelas XII IPA sebesar 52,3%. Dari data ini dapat dilihat bahwa kelas XI IPA dan XII IPA lebih banyak yang melakukan praktikum yang tidak mengandung masalah. Dengan kata lain kegiatan laboratorium yang dilakukan tidak mengikuti prosedur yang ada. Prosedur ini bisa berupa modul praktikum atau soal-soal yang berkaitan dengan masalah yang akan dipraktikumkan. Dengan kata lain ikutilah prosedur yang ada untuk melakukan praktikum sesuai dengan bimbingan guru disekolah.Item 4, belajar jika ada tugas. Untuk faktor ini data yang didapatkan dari kelas sepuluh adalah sebesar 26,9%, sedangankan pada kelas XI IPA didapatlah data yang jauh lebih besar yaitu 64,2%, dan untuk kelas XII IPA sebesar 41,9%. Cronbach di dalam Syaiful Bahri berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.[footnoteRef:38] Dari pendapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa dengan belajar maka kita dapat memperoleh hasil berupa perubahan, perubahan disini bisa diartikan dari tidak tahu menjadi tahu. Dengan kata lain untuk mendapatkan suatu perubahan, di dalam penelitian ini berkaitan dengan kesulitan dalam memahami konsep fisika, maka tanamkanlah motivasi di dalam diri agar mendapatkan perubahan tersebut. Belajar bukan karena tugas saja, tetapi belajar adalah suatu kebutuhan akan perubahan yang lebih baik. [38: Ibid. h.13]

Item 5, kurangnya pengalaman dalam fisika. Dari data yang diperoleh untuk faktor ini pada kelas X terkumpul data sebesar 48,5%, untuk kelas XI IPA sebesar 51,9%, dan tuk kelas XII IPA sebesar 39,5 %. Maksud pengalanam disini adalah melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan fisika, seperti kegiatan praktikum, belajar, atau mengerjakan soal-soal fisika. Sebagian besar fisika berkaitan dengan rumus-rumus dan angka-angka, maka untuk menambah pengalaman dalam fisika banyaklah melakukan atau mengerjakan soal-soal fisika, karena deangan itu pengalaman dalam fisika akan semakin baik dengan sendirinya. Jika mengalami hambatan mintalah bantuan atau bertanya kepada orang yang lebih paham dengan fisika bisa teman, kakak kelas, atau guru.c) Faktor-faktor yang membuat fisika itu sulit berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika siswa SMAN 3 Padang PanjangBerdasarkan tabel 4.2 maka didapatlah lima persentase tertinggi dari jawaban angket untuk faktor-faktor penyebab materi fisika sulit bersumber dari pengelolaan pelajaran fisika (guru dan sekolah) menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang adalah : 1) Pekerjaan rumah yang sulit (44.4 %); 2) Tidak sesuainya PR yang diberikan dengan buku pegangan siswa (30.8 %); 3) Pertanyaan yang diberikan guru terlalu rumit (51.7 %); 4) Tidak cukup banyak contoh, aplikasi kehidupan nyata, dan pemecahan masalah (53.6 %); 5) Guru tidak jelas dalam menerangkan materi (30.5 %). Data ini disajikan oleh grafik pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang.Setelah didapatkan lima persentase tertinggi ini, dilanjutkan dengan membandingkan persepsi antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA yang datanya dapat dilihat pada gambar 7 sebagai berikut.

Gambar 7. Grafik perbandingan faktor-faktor penyebab materi fisika sulit berdasarkan pengelolaan mata pelajaran fisika antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA SMAN 3 Padang Panjang.Item 6, Pekerjaan rumah yang sulit. Pada faktor ini data yang diperoleh dari kelas X sebesar 48,5%, kelas XI IPA sebesar 63,2%, dan untuk kelas XII IPA sebesar 47,7%. Jika PR yang diberikan oleh guru lansung berupa soal-soal yang sulit tentu saja siswa mengalami kesulitan untuk mengerjakannya. Karena kesempatan siswa untuk memahami konsep terhambat dengan soal yang sulit tadi. Prinsip-prinsip belajar menurut terori Gestalt di dalam Syaiful Bahri salah satunya adalah Belajar adalah suatu proses perkembangan. Anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu.[footnoteRef:39] Kaitannya deangan pekerjaan rumah (PR) adalah jika siswa belum siap untuk mengerjakan soal yang rumit maka siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami suatu konsep. Jadi untuk memberikan PR kepada siswa, berikan lah PR dengan membuat soal-soal dari tingkatan mudah sampai tingkatan yang rumit, agar untuk menyelesaikan soal yang rumit siswa bisa memperlajarinya atau memahami konsep dari soal-soal yang mudah terlebih dahulu. [39: Ibid, h.20]

Item 7, tidak sesuainya PR yang diberikan dengan buku pegangan siswa. Berdasarkan faktor ini data yang didapat dari kelas X sebesar 40,5%, selanjutnya dari kelas XI IPA sebesar 17,9%, dan untuk kelas XII IPA sebesar 46,5%. Dari data ini terlihat bahwa PR yang diberikan guru tidak sesuai atau sedikit berbeda dari buku sumber pegangan siswa. Menurut Slameto belajar-bertujuan di dalam situasi sekolah salah satunya adalah guru menyediakan sumber-sumber pengajaran, misalnya: bahan-bahan dan perlengkapan dan memberikan bimbingan kepada siswa untuk menggunakan sumber tersebut.[footnoteRef:40] Pada kasus ini guru harus siap dengan segala bahan atau sumber-sumber pengajaran, jika buku pegangan siswa terbatas, maka guru hendaknya memberikan catatan dari materi-materi yang penting dari sumber lainnya sehingga siswa memiliki sumber tambahan selain buku pegangannya. [40: Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.17]

Item 8, pertanyaan yang diberikan guru terlalu rumit. Pada faktor ini siswa data yang didapatkan dari siswa kelas X sebesar 53,3%, siswa kelas XI IPA sebesar 67,9%, dan data siswa kelas XII IPA sebesar 70,9%. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada item satu bahwa belajar adalah suatu proses perkembangan. Anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Jika siswa belum siap untuk pertanyaan yang rumit, mulailah dengan pertanyaan yang mengandung masalah pada kehidupan sehari-harinya. Sehingga siswa bisa mengilustrasikan sendiri suatu masalah yang diberikan guru dan menciptakan feed back dari siswa.Item 9, tidak cukup banyak contoh, aplikasi kehidupan nyata, dan pemecahan masalah. Pada faktor ini data yang didapat dari kelas X sebesar 57,7%, sedangkan data dari siswa kelas XI IPA sebesar 75,4%, dan data dari siswa kelas XII IPA sebesar 60,5%. Dari data ini tergambar bahwa minimnya contoh dan aplikasi dari kehidupannya yang diberikan oleh guru. Pada kasus ini pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) bisa menjadi solusinya. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.Item 10, guru tidak jelas dalam menerangkan materi. Pada faktor ini data yang didapat dari kelas X sebesar 48,8%, dan untuk kelas XI IPA hanya 7,4%, sedangkan data dari siswa kelas XII IPA sebesar 44,2%. Pada kasus ini tergambar bahwa siswa kelas X dan XII IPA sebagian besar merasa guru menjelaskan materi tidak jelas. Salah satu prinsip-prinsip mengajar yang dikemukakan Slameto adalah Repetisi yaitu bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu di ulang-ulang[footnoteRef:41]. Ingatan siswa itu tidak setia, jadi perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran di kelas. Jadi ulangi setiap penjelasan-penjelasan yang penting agar siswa tidak ragu jika ada bagian yang kurang dia mengerti. [41: Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka CIpta, 2011), h. 37]

d) Faktor-faktor yang menjadikan fisika itu sulit berdasarkan sifat yang melekat pada materi Fisika siswa SMAN 3 Padang PanjangBerdasarkan tabel 4.2 maka didapatlah lima persentase tertinggi dari jawaban angket untuk faktor-faktor penyebab materi fisika sulit berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika di SMAN 3 Padang Panjang adalah : 1) Jika melewatkan satu konsep, sulit untuk memahami konsep berikutnya (53.6 %); 2) Fisika adalah mata pelajaran yang rumit (39.5 %); 3) Fisika memerlukan matematika yang bagus (36 %); 4) Fisika memiliki terlalu banyak rumus untuk dipelajari (50.5 %); 5) Fisika tidak bisa dipelajari tanpa latar belakang matematika (34 %). Data ini disajikan oleh grafik pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika menurut siswa SMAN 3 Padang Panjang.Setelah didapatkan lima persentase tertinggi ini, dilanjutkan dengan membandingkan persepsi antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA yang datanya dapat dilihat pada gambar 9 sebagai berikut.

Gambar 9. Grafik perbandingan faktor utama penyebab materi fisika sulit berdasarkan sifat yang melekat pada materi fisika antara siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA SMAN 3 Padang Panjang.

Item 11, jika melewatkan suatu konsep, sulit untuk memehami konsep berikutnya. Pada faktor ini didapatkan data dari kelas X sebesar 56,8%, selanjutnya pada kelas XI IPA sebesar 76,4%, dan untuk kelas XII IPA sebesar 61,6%. Dari data ini dapat dilihat lebih dari sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep karena jika menginggalkan suatu konsep, sulit untuk melanjutkan ke konsep yang berikutnya. Salah satu prinsip belajar menurut teori Gestalt di dalam Slameto, belajar adalah reorgamisasi pengalaman. Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Akan tetapi kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui situasi yang baru. Dalam menghadapi itu, ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah ia miliki.[footnoteRef:42] Oleh karena itu alangkah baiknya jika siswa selalu ikut serta dalam proses belajar mengajar di kelas. Tetapi jika telah terlanjur melewatkan suatu konsep, siswa bisa mengejar ketinggalan dengan bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang tertinggal tersebut agar lebih mudah untuk melanjutkan ke konsep yang berikutnya. [42: Ibid, h.10]

Item 12, fisika adalah mata pelajaran yang rumit. Pada faktor ini data yang didapat dari kelas X sebesar 42,7%, data kelas XI IPA sebesar 52,8%, dan data dari kelas XII IPA sebesar 47,2%. Menurut Amali Putra, fisika sebagai suatu disiplin ilmu membutuhkan peserta didik untuk menggunakan berbagai metode pemahaman dan penterjemahannya dari satu ke yang lain-kata, tabel angka, grafik, persamaan, diagram, peta. Fisika memerlukan kemampuan untuk menggunakan aljabar dan geometri dan dari hal yang khusus ke hal yang umum atau sebaliknya. Hal ini membuat fisika sangat sulit belajar bagi banyak siswa.[footnoteRef:43] Yohanes Surya melakukan penelitian untuk menemukan suatu pembelajaran fisika yang mudah diterima oleh siswa, mudah diajarkan oleh guru serta membuat peserta ajar merasa asyik dan menyenangkan. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk membuat fisika itu gampang, asyik dan tidak memusingkan (Gasing) adalah : 1) Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana ; 2) Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan ; 3) Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1, 2 , atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi fisika ke solusi matematika ; 4) Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep-konsep fisika yang baru diajarkan. Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang ber-hubungan dengan konsep yang diberikan.; dan 5) Perbanyak eksperimen dan de-monstrasi fisika sehingga tiap siswa menikmati asyiknya fisika dan mereka bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh menyenangkan. [43: Amali, Persepsi Mahasiswa Tentang Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Materi Fisika Sulit Dan Bagaimana Cara Membuat Fisika Menjadi Lebih Mudah, (Padang: UNP), h. 7]

Item 13, terlalu banyak bahan fisika yang harus dipelajari. Pada faktor ini data yang didapat dari siswa kelas X sebesar 41,4%, data siswa kelas XI IPA sebesar 43,4%, dan siswa kelas XII IPA sebesar 29,1%. Pengertian belajar menurut Slmeto yaitu, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[footnoteRef:44] Karena belajar merupakan suatu proses, oleh karena itu dalam belajar bisa dilakukan secara berangsur-angsur. Maksudnya, jika siswa merasa materi fisika itu terlalu banyak, siswa bisa membaca materi lanjutan dirumah agar lebih mudah menerima materi selanjutnya. [44: Slameto, Op cit, h.3]

Item 14, fisika memiliki terlalu banyak rumus untuk dipelajari. Pada faktor ini data yang didapat dari kelas X sebesar 61,2%, sedang data dari siswa kelas XI IPA sebesar 72,6%, dan dari siswa kelas XII IPA sebesar 37,2%. Dalam kasus ini siswa beranggapan bahwa fisika itu hanya terfokus kepada rumus-rumus saja. Untuk menghilangkan anggapan ini guru bisa melakukan pengajaran dengan menanamkan konsep dari suatu materi terlebih dahulu dan dijabarkan per itemnya, barulah pada akhir penjelasan siswa menarik kesimpulan dan mendapatkan rumusnya.Item 15, fisika tidak bisa dipelajari tanpa latar belakang matematika. Pada faktor ini data yang didapat dari siswa kelas X sebesar 33,5%, data dari siswa kelas XI IPA sebesar 34%, dan data dari siswa kelas XII IPA sebesar 64%. Pada kasus ini terlihat bahwa pandangan siswa SMAN 3 Padang Panjang fisika itu akan bisa dipelajari jika memiliki dasar matematikan yang bagus. Oleh karena itu sulusi yang telah di jelaskan oleh Yohases bisa dipakai yaitu : 1) Hindari matematika yang sulit, 2) Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar, 3) Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat, dan seterusnya dapat dilihat pada pembahasan sebelumnya.

C. Kendala yang dihadapi dalam penelitianDalam pelaksanaan penelitian ini, kendala yang peneliti hadapi adalah sebagai berikut. 1. Pelaksanaan penelitian yang hampir berdekatan dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN), sehingga peneliti agak kesulitan untuk mengumpulkan data siswa kelas XII IPA.2. Keterbatasan waktu peneliti dalam melaksanakan penelitian menyebabkan pelaksanaan wawancara diagnosis tidak dapat terlaksana, sehingga peneliti menganalisis jawaban siswa berdasarkan angket yang telah diisi siswa saja.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif serta dukungan dari pendapat para ahli dengan judul Analisis Persepsi Siswa Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Siswa Untuk Memahami Konsep Fisika Di SMAN 3 Padang Panjang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :Pada umumnya siswa masih merasakan fisika itu pada kategori sulit. Alasan kenapa fisika itu sulit dapat ditinjau dari 3 faktor yaitu : a) faktor yang berasal dari pengaturan diri individu siswa ; b) faktor yang berasal dari pengaturan oleh pengelola pembela