Evaluasi PJM Pronangkis

download Evaluasi PJM Pronangkis

of 26

description

hahahahah

Transcript of Evaluasi PJM Pronangkis

Nurul Ana

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang membuat rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Ada berbagai faktor yang berkaitan dan mempengaruhi kemiskinan seperti pendapatan, pendidikan, kesehatan, kondisi geografis, akses barang dan jasa serta kondisi lingkungan. Untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan tidak hanya ditangani dari satu sektor, namun dari berbagai sektor dan partisipasi dari berbagai kalangan untuk membantu menangani permasalah kemiskinan.

Permasalahan kemiskinan yang berkaitan dengan pembangun masyarakat untuk lebih sejahtera, diterapkan program nasional yang dilakukan secara serempak oleh pemerintah yaitu PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M). PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan sebagai memahami bahwa kemiskinan adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat utamanya para pimpinan yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010:5).

PNPM-M dibagi menjadi dua wilayah terapan, yaitu di perkotaan dan perdesaan. PNPM di wilayah perkotaan atau disebut PNPM-MP telah berjalan dan dilaksanakan diberbagai tempat, salah satunya di Kabupaten Jember. Penerapan program tersebut terletak di Kecamatan Patrang, Kelurahan Jember Lor yang termasuk dalam Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatMandiri Perkotaan (PNPM-MP). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip, dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan.

Pada PNPM Mandiri Perkotaan terdapat tiga unit bidang yaitu Unit Pengelolaan Keuangan (UPK), Unit Pengelolan Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelolaan Sosial (UPS). Pada penelitian ini akan difokuskan pada bidang lingkungan yang lebih mengarah pada infrastruktur seperti pembuatan MCK, paving, dan lain sebagainya. Keseluruhan unit PNPM-MP tersebut dikelompokkan dalam kegiatan Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM PRONANGKIS), dimana PJM Pronangkis merupakan suatu hasil dari proses perencanaan partisipatif dengan perspektif waktu 3 tahun dari suatu program penanggulangan kemiskinan di suatu kelurahan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010:36).

PNPM-Mandiri Perkotaan yang mengacu pada pedoman PNPM-Mandiri, dan PJM Pronangkis dalam pembuatan pedoman untuk perencanaannya mengacu pada PNPMMandiri Perkotaan. Penelitian evaluasi ini akan lebih memfokuskan pada kesesuaian kriteria pengelolaan lingkungan dalam PJM PRONANGKIS di Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember dengan PNPM- Mandiri Perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian ini akan memaparkan tentang Bagaimana kesesuaian kriteria pengelolaan lingkungan dalam PJM PRONANGKIS di Kelurahan Jember LOR Kecamatan Patrang Kabupaten Jember dengan Best Practice PNPM-Mandiri Perkotaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menjadi kunci dalam penelitian untuk menjawab apa yang ingin dicapai oleh penelitian yang akan dilakukan. Maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian kriteria pengelolaan lingkungan dalam PJM PRONAGKIS di Kelurahan Jember LOR Kecamatan Patrang Kabupaten Jember dengan Best Practice PNPM- Mandiri Perkotaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian yang berjudul Implementasi Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM PRONANGKIS) Dalam Bidang Lingkungan diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:1. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi dan kajian bagi masyarakat yang tertarik pada pengembangan program PNPM-MP

2. Penelitian ini dapat menjadi referensi dan kajian bagi para pemerhati, akademisi, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terkait bahasan tentang pembangunan bidang kesejahteraan secara umum dan khususnya bidang penanganan kemiskinan

Septri

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 PJM Pronangkis

Dasar Pelaksanaan

a. Implementasi efektif pembangunan manusia seutuhnya berdasarkan pada ruang yang di hadapkannya kurang beruntung, partisipasi, desentralisasi, demokrasi, treanspirasi 2 metode prioritas, kolabobari serta berkelanjutan.

b. Peraturan Presiden No. 13 tahun 2009 tentang kordinasi penanggulangan kemiskinan

c. Berita acara loka karya dan pengesahan PJM Pronangkis berorientasi MDGs Periode tahun 2012-2013

Visi dan misi PJM Pronangkis

Visi

a. Membentuk kepribadian mandiri, keluhuran akhlak, saling menghargai dengan mengedepankan kepedulian, kebersamaan dan keadilan

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang tertata bersih, sehat dan asri.

Misi

a. Meningkatkan rasa keadilan, kesetaraan, kebersamaan dan rasa persatuan dalam masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masayarakat dan sumberdaya masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, produktif, dan memeliki etos kerja yang tinggi serta semangat berpartisipasi dan pembangunan lingkungan

c. Taat melaksakan da mengamalkan agama serta menjadikannya landasan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

d. Menekan angka kemiskinan dan pengangguran

e. Memiliki derajat kesehatan (sehat jasmani dan rohani), memiliki keterampilan kerja dan tingkat kesejahteraan sosial yang memadai

f. Membangun sarana dan prasarana daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi mayarakat dengan memperhatikan kerjasama antar masyarakat kerjasama antar masyarakatnya

g. Meningkatkan gizi dan kesehatan dalam mewujudkan generassi penerus yang berkualitas.

Tujuan dan Sasaran pronangkis

Tujuan

a. Membentuk tingkat dan kembangkan pembangunan kesejahteraan dan kesempatan peluangkerja masyarakat yang hidupnya kurang beruntung atau miskin secra pemberdayaan sosial mandiri.

b. Selanjutnya pada perencanaan jangka menengah Pronangkis Kelurahan Jember Lor untuk rencana pelaksanaan kerja tahun 2013-2015.

Sasaran

a. Terwujudnya pemberdayaan kebudayaan masyarakat kebudayaan masyarakat yang representatif, represenakumulatif untuk membentuk mayarakat yang mandiri dan madani

b. Tercapainya PJM Pronangkis motor dan wacana / mercu suara dan aspirasi (aspek sosial pengembangan pemukiman, tertip, bersih indah dan aman guna harmonisasi berbagai program berorientasi pada kemampuan fiscal daerah)

Pengertian PJM PRONANGKIS

Adapun PNPM-MP merupakan proses penggalian persoalan dan kebutuhannya digali dari tingkat basis (RT/RW) sehingga program ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat bukan keinginan seseorang maupun fihak luar yang menentukan kebutuhannya. Maka penggalian kebutuhan ini dilakukan di tingkat basis (RT/RW) mulai dari pendataan masyarakat miskin dengan metode sensus KK/jiwa miskin diteruskan dengan kajian di tingkat Kelurahan untuk dijadikan draft PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan).

Kegiatan penyusunan PJM Pronangkis merupakan kegiatan tahap kunci pelaksanaan PNPM MANDIRI PERKOTAAN dalam rangka menerapkan pendekatan pembangunan berbasis kebutuhan riil masyarakat, yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan musyawarah atau rembug-rembug warga untuk menyusun rencana Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) berdasar hasil Pemetaan Swadaya. Pada tahap ini setidaknya ada dua langkah utama, yakni perumusan Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) oleh masyarakat, serta penyebarluasan kepihak-pihak terkait (Stakeholders).

Penyusunan PJM Pronangkis dalam PNPM MANDIRI PERKOTAAN dilakukan agar masyarakat lebih mampu menganalisa keadaannya sendiri, mengidentifikasi potensinya, merumuskan kebutuhan riilnya, dan menyepakati rencana-rencana kegiatan secara sistematis dan strategis untuk memperbaiki kehidupannya terutama dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang terjadi/ada di lingkungannya. Dengan demikian, masyarakat di desa sasaran dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan PNPM MANDIRI PERKOTAAN maupun penanggulangan kemiskinan tidak sekedar didasarkan pada daftar keinginan sekelompok atau pihak-pihak tertentu di masyarakat, melainkan benar-benar berbasis kebutuhan nyata seluruh lapisan masyarakat dengan strategi penanggulangan kemiskinan yang sistematis, jelas, dan terarah.

Pelaku-pelaku PNPM MANDIRI PERKOTAAN (Anggota BKM, Relawan, anggota Tim PS, Tim Pelaksana Desa, dan seluruh lapisan masyarakat) pada penyusunan PJM Pronangkis secara penuh dilibatkan dalam dinamika proses kegiatan perencanaan yang dilakukan, dengan senantiasa mendorong tumbuhnya interaksi, kebersamaan, keterbukaan dan solidaritas sosial antar masyarakat didesa tersebut berdasarkan prinsip dan nilai PNPM MANDIRI PERKOTAAN.

PJM dan rencana tahunan Pronangkis yang telah disusun secara partisipatif oleh masyarakat, kemudian dikomunikasikan oleh BKM ke pemerintah setempat baik di tingkat desa, kecamatan, sampai dengan kabupaten dan menyebarluaskan kepada seluruh warga setempat, untuk memperoleh dukungan baik moril maupun materiil, sekaligus membangun sinergi, kooordinasi, integrasi, dari multi pihak dan sebagai pedoman untuk pelaksanaan kegiatan dalam penanggulangan kemiskinan.

Keterlibatan Masyarakat dalam Menyusun PJM MDGS

Dalam penyusunan PJM MDGS BKM bersama-sama warga masyarakat, Relawan, Anggota Tim PS, dan elemen stakeholders lainnya bersama-sama membahas, mencermati, dan berpikir tentang kondisi wilayahnya berdasarkan hasil pemetaan swadaya baik melalui diskusi kecil (FGD) di pertemuan di tingkat RT/RW maupun reaksi masyarakat sebagai umpan balik dari penempelan Koran Dinding, kemudian dikompilasikan di tingkat Desa serta didokumentasikan oleh BKM. Dengan demikian secara substantif penyusunan PJM MDGS ini pada dasarnya dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat Kelurahan dengan segala unsur yang ada. Cara penyusunan PJM MDGS di atas, sesungguhnya pelaku utama pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Kemiskinan adalah masyarakat dan diawasi oleh masyarakat itu sendiri.

Maksud dan Tujuan PJM PRONANGKIS

Masyarakat dapat mengidentifikasi permasalahan/kelemahan, potensi/kekuatan dan menyusun usulan rencana kegiatan atau program sesuai dengan kebutuhan riilnya,

Masyarakat secara bersama menentukan arah dan tujuan kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya,

Rencana program penanggulangan kemiskinan menjawab persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat dan mendapat dukungan baik dari masyarakat, pemerintah maupun pihak-pihak peduli lainnya.

Substansi Pesan Proses PJM dan Renta Pronangkis

PNPM MANDIRI PERKOTAAN memfasilitasi bimbingan perencanaan partisipatif bagi BKM, relawan, Tim PS dan masyarakat peduli yang tergabung dalam Tim Perencanaan Partisipatif;

Proses pembelajaran masyarakat yang dimotori oleh BKM untuk mampu melakukan proses penyusunan program masyarakat yang berpihak pada masyarakat miskin (pro poor) dan berorientasi pada kegiatan pembangunan yang lestari dan berkembang (sustainable development);

Adanya keterlibatan masyarakat di desa setempat dalam penyusunan PJM Pronangkis sehingga program yang disusun benar-benar diakui (legitimated), mengakar dan selaras dengan nilai-nilai dan prinsip (representative);

Masyarakat dikoordinir BKM, belajar merumuskan program pembangunan lingkungan, ekonomi dan sosial secara bersama dengan mengacu pada bahan utama dari Refleksi Kemiskinan (RK) dan Pemetaan Swadaya (PS) untuk menyusun PJM dan Renta Pronangkis;

Masyarakat menerapkan prinsip dan nilai PNPM MANDIRI PERKOTAAN dalam penyusunan program bersama untuk menghasilkan PJM dan Renta Pronangkis yang representatif, pro poor, legitimated dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan

2.2 PNPM-MP

Pengertian PNPM Mandiri

PNPM Madiri adalah sebuah program pemerintah nasional yang bertujuan untuk membuat program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui pengembangan sistem, mekanisme dan prosedur program, pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Latar belakang PNPM Mandiri PerkotaanPada tahun 1999 ada sebuah program pemerintah yang dinamakan P2KP ( Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang didirikan sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan menanggulangi kemiskinan. P2KP kemudian membuat lembaga yang ada di masing- masing kecamatan. Lembaga tersebut kemudian disebut sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM. Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga P2KP-3 telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kabupaten. BKMyang digulirkan P2KP tersebut mendapat sambutan positif dari warga. Dengan melihat perkembangan positif di P2KP tersebut maka mulai tahun 2007 P2KP diadopsi untuk menjadi bagian dari PNPM Mandiri Perkotaan guna mendukung upaya peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), dan pencapaian Millennium Development Goals (IMDS) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50 % .

Tujuan PNPM MandiriTujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

Tujuan Khusus Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

MiftahulKonsep lingkungan

Prinsip lingkungan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:118)

a. Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan

b. Usulan tesebet harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ). Serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan Kementrian Lingkungan Hidup.

c. Usulan yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

Kriteria yang telah di tetapkan kementrian lingkungan hidup (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:119) sebagai berikut

a. Penyediaan air bersih

b. Persampahan

c. Perbaikan jalan

d. Limbah cair dan sanitasi

e. Pembangunan jembatan

f. Perbaikan kampung atau rumah

Kriteria pemeriksaan lingkungan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:118)

a. Proposal yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan ( ANDAL ) secara menyeleruh harus memenuhi kreteria yang telah di tetapkan kantor menteri negara lingkungan.

b. Proposal yang membutuhkan UKL ( Unit kelolah lingkungan ) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan harus memenuhi kriteria Kementrian Lingkungan Hidup.

c. Usulan usalan yang cukup dengan prosedur operasional standar dimana praktek yang baik cukup menyelemat lingkungan sesuai dengan kriteria dan pedoman yang telah ditetapkan cipta karya.

Prosedur Operasional Standar ( POS )

Menurut kementian lingkungan hidup (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:121) Rencana spesifikasi termasuk pertimbangan pengelolaan lingkungan untuk air bersih, jalanan umum, jembatan akan diterapkan dalam Prosedur Operasional Standar ( POS).

Mengingat kegiatan semacam ini kemungkinan dibayai oleh paket maka Prosedur Operasional Standar ( POS ) disetiap daerah harus diperlakukan.

Pertimbangan dampak lingkungan dan sosial

Menurut kementian lingkungan hidup (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010:121) Setiap KSM harus menyiapkan proposal yang disediakan oleh fasilitator yang telah di tanda tangani oleh setiap anggota kelompoknya. Proposal tersebut mencangkup hal hal atau uraian tentang kegiatan yang diusulkan dan harus memenuhi semua aturan pengelolaan lingkungan yang telah ditetapkan. Semua proposal akan dinilai oleh staf proyek untuk kelayakan, dan kesesuaian dengan berbagai aturan yang berlaku. Dan akhirnya dinilai oleh LKM. Dan kemudian LKM bersama fasilitator harus memastikan tindakan pengungan dampak lingkungan yang dilakukan.

Pedoman Teknis sesuai dengan ( Kementrian Pekerjaan Umum, 2010: 121)

Untuk setiap subproyek, disediakan teknik pedoman. Contohnya saluran drainasi untuk jalan harus dipasang dengan gorong dilintasan masuk agar menjamin kelancaran aliran air .

Konsep PNPM

Tujuan PNPM

Menurut umum yang telah ditetapkan di buku pedoman umum PNPM (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010: 8) Untuk meningkatkan kesejahteraan da kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sedangkan pada tujuan khususnya adalah masyarakat miskin di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonmi dan tata pemerintahan kota.

Sasaran

Sasaran yang telah ditetapkan di buku pandoman umum PNPM (Kementrian Pekerjaan Umum,2010: 8) sebagai berikut

a. Terbangun Lembaga Keswadayaan Masyrakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong, tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat.

b. Tersedianya Program Jangka Menengah (PJM ) sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai macam program kemiskinan yang komprehesif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan , permukiman yang sehat dan berkelanjutan

c. Terbangunnya forum LKM tingkat kecamatan dan kota/ kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah.

d. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah kota/ kabupaten dalam PNPM mandiri perkotaan

Prinsip

Secara umum prinsip, pendekatan dan dasar hukum PNPM mandiri perkotaan menganut yang telah ditetapkan dalam pedoman umum PNPM Mandiri (Kementrian Pekerjaan Umum,2010:8-9) sebagai berikut;

a. Bertumbuh pada pembangunan manusia . pelaksanaan PNPM senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia

b. Berorentasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhana masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

c. Partisipasi masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan

d. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelolah kegiatan secara swakelola

e. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiataan pembangunan sektoral dan kewilayaan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

f. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki laki dan perempuan mempunyai kesetaraan. Dalam perannya disetiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiataan pembangunan

g. Demokratis. Setiap pengambilan keputasan pembangunan dilakukakan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada keperntingan masyarakat miskin.

h. Transparansi dan akuntabel, masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, dan administratif

i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus mempropritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumber terbatas.

j. Kolaraborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku keperntingan dalam penanggulangan kemiskinan.

k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus memeprtimbangakan keperntingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan menjaga kelestarian lingkungan.

l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami dan mudah dikelolah oleh masyarakat.

PedomanPelaksanaan

Lingkungan a. Penyediaan air bersih

b. Persampahan

c. Perbaikan jalan

d. Limbah cair dan sanitasi

e. Pembangunan jembatan

f. Perbaikan kampung/ rumah

a. Pengedaan air bersih bagi masyarakat miskin

b. Perbaikan jalan

c. Perbaikan rumah

d. Pembangunan pelayanan kesehatan

PNPM a. Bertumbuh pada pembangunan manusia

b. Berorentasi pada masyarakat miskin

c. Partisipasi masyarakat

d. Otonomi.

e. Desentralisasi

f. Kesetaraan dan keadilan gender

g. Demokratis

h. Transparansi

i. Prioritas.

j. Kolaraborasi

k. Sederhana

l. Berkelanjutan

a. Berorientasi pada masyrakat miskin

b. Prioritas

c. Partipasi masyarakat

d. Otonomi

e. Demokrasi

f. Kolaborasi

g. Bertumbuh pada pembangunan manusia

Pada tahap pelaksanaan PNPM MP di Wargo Mulyo pada bidang lingkungan sudah sesuai dengan kriteria yang telah ada di buku panduan akan teteapi ada beberapa kriteria yang tidak dilaksankanan oleh PJM Pronangkis. Kriteria yang tidak ada di buku panduan yakni tentang pembangunan kesehatan untuk itu masih ada tumbang tindik antara pedoman dan pelaksanaan di antaranya seperti tidak dilaksanakan limbah cair dan sanitasi serta persampahan karena dirasa di keluruhan jember lor tidak perusahaan dan pencemaraan lingkunga . Sedangkan pada kiteria PNPM yang telah ditetapkan di buku panduan PNPM, pelaksanaan PNPM wargo mulyo masih ada beberapa kriteria yang tidak dijelaskan di laporan perencanaan PNPM wargo mulya.Fani Alviani

1. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep kepala desa

Berdasarkan peraturan pemerintah republic Indonesia nomor 72 tahun 2005 tentang desa disebutkan pada pasal 6 ayat 1. Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan desa oleh pemerintah desa dan badan pemusyawaratan rakyat dalam mengatur dan mengurus kepentinganan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republic Indonesia.

Secara umum peran utama kepala kelurahan/ Lurah dan kepala desa adalah memberikan dukungan jaminnan agar pelksanaan PNPM Mandiri perkotaan diwilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan melalui PNPM Mandiri Perkotaan dapat tercapai dengan baik. Untuk itu lurah/ kepala desa dapat menggerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masing-masing.

Secara rinci tugas dan tanggung jawab lurah / kepala desa dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Membantu sosialisasi tingkat kelurahan / desa dalam urun renmbug kesiapan seluruh masyrakat untuk mendukung dan melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan.

b. Memfasilitasi PJM Pronakis sebagai progam kelurahan/ desa untuk dibahas dalam musrenbug kelurahan / desa.

c. Berkoordinasi dengan tim fasilitator relawan masyarakat dan LKM, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta penanganan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya.

Konsep relawan

Relawan masyarakat adalah pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas peduli dan memilki komitmen kuat pada kemajuan masyrakat diwilayahnya. Dengan demikian peran utama para relawan adalah :

a. Pelopor perubahan

b. Penggerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses PNPM Mandiri Perkotaan yang memang direncanakan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat atau peningkatan kapasitas sehingga secara rinci relawan diharapkan menjadi pelopor dalam siklus progam; refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan BKM, pengorganisasian KSM perencanaan partisipatif.

Dalam prakteknya, ketika PJM pronangkis melaksanakan kegiatan sosial, para relawan datang membantu tanpa diberikan imbalan atau kompensasi, namun mereka datang secara sukarela dengan dorongan kemanusiaan. Sedangkan dari pelaksana PJM pronangkis sendiri memberikan criteria kepada para orang orang yang berkeinginan menjadi relawan yaitu dengan syarat jujur, tanpa pamrih, ikhlas peduli dan memilki komitmen kuat pada kemajuan masyrakat diwilayahnya.

Konsep LKM

LKM (lembaga keswadayaan masyarakat) bertanggung jawab menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyrakat dalam penanggulangan kemisskinan khususnya dan pembangunan masyarakat kelurahan pada umumnya . oleh sebab itu peran utama LKM adalah:

a. Mengorganisasikan warga secara partisipatif untuk merumuskan rencana jangka menengah (3tahun) penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis ) dan diajukan ke PJOK untuk mencairkan dana BLM

b. Sebagai dewan pengambilan keputusan untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan PNPM Mandiri perkotaan pada khususnya dan penaggulangan kemiskinan pada khususnya ditingkat komunitas.

c. Mempromosikan dan menegakkan nilai-nilai luhur (jujur,adil,transparan ) dalam setiap keputusan yang diambil dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan.

Dalam realitasnya, para relawan yang diterjunkan dalam PJM pronangkis merupakan relawan yang berasal dari masyarakat yang memiliki seperti yang dijelaskan diatas, yaitu keikhlasan, kejujuran, dan rasa kemanusiaan. Ketika kegiatan dilaksanakan maka, para relawan yang bersedia untuk terjun membantu tanpa mengharapkan imbalan.

KSM (kelompok swadaya masyarakat)

Ksm diorganisasikant oleh oleh tim relawan dan dibantu oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator terdiri dari warga kelurahan yang mimilki ikatan kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama. Ks mini bukan hanya sekedar pemanfaat pasif melainkan sekaaligus sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM melalui berbagai dana yang mampu digalang. Oleh sebab itu tugas pokok KSM.

a. Menyususn usulan kegiatan pembangunan terkait dengan penaggulangan kemiskinan.

b. Mengelolah dana yang diperolehnya untuk mendanai kegiatan pembangunan yang diusulkan

c. Mencatat dan membuat laporan kegiatan dan keuangan kegiatan pembangunan yang diusulkan

d. Secara aktif menjadi bagian ari kendali social (control social) pelaksanaan penanggulangan kemiskinan diwilayahnya.

Tim fasilitator

Tugas utama tim fasilitator adalah melaksanakan tugas KMW di tingkat komunitas / masyarakat :

a. Sebagai pelaksana proyek termasuk mencatat setiap perkembangan proyek dan melaporkanya ke KMW sebagai masukan untuk data SIM (sistem informasi management)

b. Sebagai pendamping masyarakat termasuk mensosialisasikan masyarakat tentang PNPM-MP melakukan intervensi dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan membantu masyarakat merumuskan serta melaksanakan kegiatan penaggulangan kemiskinan.

PEMBAHASAN

FUNGSI UNIT-UNITPENGELOLA LKMRatna

Konsep Program

Definisi program menurut Arifin (2010) adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan.

Program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan (1) realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, (2) berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang .

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselsesaikan dalam waktu singkat tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan.

Ciri program: terencana, sistemik, dan sistemik serta adanya kegiatan jamak-berangkai.

Program (dalam KBBI:2014) rancangan mengenai asas serta usaha (ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.

Tahap Pelaksanaan PNPM-MP (Best Practice)

Untuk menyelenggarakan program PNPM-MP ini maka Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga penyelenggara (excecuting agency) menugasi Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk menyelenggarakan PNPM-MP. Direktorat Jenderal kemudian membentuk Unit Manajemen Proyek atau lebih dikenal sebagai PMU (Project management Unit) yang dipimpin oleh seorang Kepala Unit dan mendapat mandat penuh serta bertanggungjawab langsung kepada Dirjen Cipta Karya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan PNPM-MP. Untuk pelaksanaan di lapangan, PMU melalui Satker mengontrak Konsultan Manajemen Pusat (KMP) yang akan bertindak atas nama PMU sesuai dengan kewenangan yang diberikan PMU, untuk melakukan manajemen proyek secara menyeluruh termasuk manajemen Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) yang akan bertugas di beberapa Provinsi yang membawahi beberapa Team Leader sesuai jumlah provinsi dampingannya dipimpin oleh seorang Program Director. Begitu juga untuk tiap kota dan kabupaten akan di pimpin oleh seorang Korkot (Koordinator Kota) yang berkantor di Kota/Kabupaten bersangkutan dibantu beberapa ahli sesuai kebutuhan.

Di tingkat kelurahan, tiap 7 s/d 10 kelurahan akan didampingi oleh Tim Fasilitator. Tim Fasilitator ini akan dikontrak oleh Satker Provinsi yang dalam kerjanya bertanggungjawab langsung kepada Korkot. Disamping itu ditiap kelurahan, warga masyarakat didorong untuk memilih para relawan (sekurang-kurangnya 30 orang/kelurahan).

Para relawan ini melalui suatu pelatihan secara khusus oleh KMW akan menjadi Kader Masyarakat PNPM-MP yang akan berperan sebagai agen pembangun dan bekerja bersama warga sebagai relawan untuk meningkatkan kesejahteraan warga di kelurahan masing-masing, terutama warga miskin dan kelompok masyarakat rentan lainnya.

a. Tingkat Nasional

Penanggungjawab pengelola program tingkat nasional PNPM Mandiri Perkotaan adalah Departemen Pekerjaan Umum yang bertindak sebagai lembaga penyelenggara program (executing agency).

1) Unit manajemen program P2KP (PMU P2KP/PNPM Mandiri-Perkotaan) adalah sebuah unit kerja yang bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan Program PNPM-MP dengan tugas pokok melaksanakan koordinasi, pengendalian, monitoring dan pembinaan teknis PNPM-MP.

2) SNVT P2KP adalah Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. SNVT P2KP membantu pelaksanaan tugas PMU-P2KP dalam melaksanakan PNPM-MP.

b. Tingkat Propinsi

Di tingkat propinsi dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bapeda Propinsi dengan menunjuk TIM Koordinasi Pelaksanaan PNPM yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Propinsi. Sebagai pelaksana ditunjuk Dinas Pekerjaan Umum/Bidang Ke-Cipta Karya-an dibawah kendali/koordinasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat propinsi.

c. Tingkat kota/kabupaten

Di tingkat Kabupaten/Kota dikoordinasikan langsung oleh Walikota/Bupati setempat melalui Bapeda Kabupaten/Kota dengan menunjuk TIM Koordinasi Pelaksanaan PNPM (PKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah dibawah koordinasi PKPKD Kabupaten/Kota. PKPKD Kota/Kabupaten dalam PNPM Mandiri Perkotaan berperan mengkoordinasikan TKPP dari berbagai program penanggulangan kemiskinan.

d. Tingkat Kecamatan

Di tingkat kecamatan, unsur utama PNPM Mandiri Perkotaan adalah (1) Camat dan Perangkatnya dan (2) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) dengan peran dan tugas masing-masing unsur yang berbeda.

e. Tingkat kelurahan atau desa

1) Lurah/Kepala Desa secara umum berperan memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku.

2) Relawan masyarakat adalah pelopor perubahan, penggerak masyarakat, pengawal nilai-nilai luhur (seperti transparansi, demokrasi, kejujuran, dan sebagainya), dan mitra kerja LKM.

3) LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) berperan dalam mengkoordinasikan warga secara partisipatif, sebagai Dewan Pengambil Keputusan, mempromosikan dan menegakkan nilai-nilai luhur (seperti transparansi, demokrasi, kejujuran, dan sebagainya), menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, mengembangkan jaringan LKM, dan menetapkan kebijakan serta mengawasi proses pengawasan dana BLM.

4) KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) bukan hanya sekedar pemanfaat pasif melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM, oleh sebab itu tugas pokok KSM adalah:

a) Menyusun usulan kegiatan

b) Mengelola dana

c) Mencatat dan membuat laporn kegiatan

d) Menerapkan nilai-nilai luhur

e) Secara aktif menjadi bagian dari kendali sosial (social control)

5. KMP (Konsultan Manajemen Pusat) bertugas melakukan perencanaan, koordinasi, monitoring, dan supervisi (pengendalian) pelaporan dan melakukan tindakan penanggulangan terhadap berbagai persoalan yang muncul dalam pelaksanaan PNPM-MP. KMP juga bertugas membangun dan mengembangkan sistem penanganan permasalahan dan penanggulangan konflik secara berjenjang, dimulai dari tingkat kelembagaan lokal/LKM sampai ketingkat yang lebih tinggi seperti KMW dan KMP.

6. KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) memiliki tugas utama yaitu melakukan perencanaan, persiapan, pelaksanaan koordinasi, monitoring, supervisi, dan pelaporan seluruh kegiatan pelaksanaan PNPM-MP di Satuan Wilayah Kerja (SWK)

7. TIM Fasilitator memiliki tugas utama yaitu melaksanakan tugas KMW di tingkat Komunitas/masyarakat sebagai pelaksana proyek termasuk mencatat setiap perkembangan proyek dan melaporkannya ke KMW sebagai masukan untuk data SIM (Sistem Informasi Manajemen) serta sebagai pendamping masyarakat termasuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang PNPM-MP.

Bab IV. Analisis Data

RatnaTahapan PJM Pronangkis:

Langkah 1:

Pembentukan Tim Inti Perencanaan (TIP) yang secara sengaja dibentuk untuk memimpin proses perencanaan partisipatif di tingkat kelurahan

Langkah2:

Membahas hasil PS. TIP memimpin proses pembahasan hasil PS sehingga diperoleh gambaran umum kondisi kelurahan, kondisi warga miskin, persoalan-persoalan yang akut dan kronis serta potensi kelurahan

Langkah 3:

Musyawarah warga perumusan misi kelurahan. TIP mengundang warg untuk menjelaskan kondisi kelurahan saat ini, merumuskan dan menyepakati visi kelurahan lima tahun kedepan.

Langkah 4:

Perumusan PJM. Berdasarkan hasil langkah 3, TIP memimpin timnya untuk menyusun PJM dengan cara merumuskan tujuan jangka menengah (3 tahun) di sektor sosial, ekonomi, dan fisik. Selanjutnya, menyusun halangan yang mungkin dihadapi dalam tujuan tersebut, kegiatan untuk menyingkirkan hambatan, dan menyelesaikan persoalan, serta waktu kapan suatu kegiatan harus dilaksanakan dan berapa lama

Rencana Tahunan (Ren-Ta):

langkah 5:

konsultasi publik yang merupakan dialog antara warga masyarakat kelurahan dengan TIP

langkah 6:

penyempurnaan dokumen perencanaan. Setelah konsultasin publik maka TIP dapat menyempurnakan dokumen perencanaan dengan masukan dari warga

langka 7:

konsultasi teknik yang merupakan proses konsultasi dengan pihak yang berwenang mulai dari perangkat kelurahan hingga kota/kabupaten untuk mendapat masukan teknik.

Nurul Ana

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Dalam lembaga penelitian Universitas Jakarta Evaluasi adalah upaya menilai kualitas program dan hasil-hasilnya secara berkala dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Evaluasi penelitian berarti upaya menggali informasi terhadap proses dan hasil penelitian untuk menilai kualitasnya dengan menggunakan pendekatan yang tepat (Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta, 2006).

Jadi berdasarkan penjelasan diatas bahwa penelitian evaluatif menilai suatu program, perencanaan program dengan cara membandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan untuk pencapiannya.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Strauss (2007:5) bahwa:

Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Kirk dan Miller (1986:9) dalam Moleong (2000:3) juga mendefinisikan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dalam partisipasinnya.

3.3 Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi yang digunakan dalam penelitian evaluatif ini yaitu formatif. Royse dan Thyer (1996) mendefinisikan evaluasi formatif sebagai: a type of process evaluation intended to adjust and enhance interventions... to provide feedback and influence a programs ongoing development. (sebuah tipe evaluasi proses yang dimaksudkan untuk menyesuaikan dan memperbaiki intervensi... untuk menyediakan umpan balik dan pengaruh terhadap perkembangan sebuah program yang sedang berjalan) (Lewis, Packard, & Souflee, 2001, p.246) dalam Anisyah (2012:27).

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Kelurahan Jember LOR Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Dimana lokasi disini yang merupakan PNPM-Mandiri Perkotaan dan mempunyai PJM-Pronangkis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian sangatlah penting untuk memperoleh hasil penelitian yang akan dianalisis. Dalam penelitian evaluatif ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1 Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab peneliti dengan informan secara langsung untuk menguji hasil dari pengumpulan data lainnya. Ada beberapa jenis wawancara menurut Idrus (2009:107-109) yaitu, wawancara terstruktur, tidak terstruktur, kelompok bergender, berbingkai dan interpreting. Peneliti disini menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur hal ini dapat memberikan peluang bagi peneliti untuk mengembangkan pertanyaan namun tetap memiliki fokus yang ingin ditanyakan agar wawancara yang dilakukan tetap terfokus pada penelitian yang sudah ditentukan.

3.5.2 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu dengan menggunakan dokumen-dokumen untuk mengumpulkan data-data yang ingin peneliti ketahui. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Arikunto (2002:206) bahwa Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Jadi disini pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti halnya pedoman PNPM-Mandiri Perkotaan, PJM Pronangkis, profil desa dan lain sebagainya.Daftar Pustaka:

Anisyah, Anita. 2012. Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Perpustakaan Keliling. FISIP-UI.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT Rineka Cipta.Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Program. http://file.upi.edu/Direktori/FIP /JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/196105011986011-ZAINAL_ARIFIN/SILABUS_EVALUASI_PROGRAM/SLIDE_EVALUASI_PROGRAM.pdf. [3 Juni 2014].

KBBI. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/program. [3 Juni 2014].

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelititian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2000.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. 2007. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Tata Langkah & Trknik-teknik Teoritisasi Data) penjhm. Muhammad Shodiq & Imam Muttaqin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2006. Pedoman Pelaksanaan Penelitian, Monitoring dan Evaluasi Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta.

2010. Kementerian Pekerjaan Umum.DEPARTEMEN PU

Tim Pengendali PNPM Nasional

Kepala PMU P2KP

KE

SNVT P2KP

Advisory

KMP

Bappdea Propinsi (TKPP)

Kepala dinas PU/Perumahan/Kimpraswil Propinsi

TKPKD Prop.

(Tim Koordinasi)

KMW

SNVT PBL Prop

Dirjen Cipta Karya

rya

Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan