EVALUASI OUTCOME KLINIS PENGGUNAAN INSULIN …
Transcript of EVALUASI OUTCOME KLINIS PENGGUNAAN INSULIN …
http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i3.2375 1149
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No. 3, Maret 2021
EVALUASI OUTCOME KLINIS PENGGUNAAN INSULIN ANALOG DAN
INSULIN MANUSIA PADA PASIEN DM TIPE 2 JKN RAWAT JALAN TAHUN
2015-2016 DI RSUD TARAKAN
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected] dan
Abstract
The purpose of this study was to determine the comparison of treatment profiles,
clinical outcomes and costs between analog insulin and human insulin. The study
used the longitudinal time series method through retrospective data collection
using tracing medical records and medical cost receipts.The sample taken was
outpatient JKN type 2 diabetes mellitus with insulin therapy for the period January
2015-December 2016 at Tarakan Hospital who met the inclusion criteria as many
as 156 people. The analysis results obtained that the most use is single analog
insulin (98.19%). Proportion of non DM drugs (56.15%) and DM drugs (43.85%).
Mean clinical outcomes of GDP (164.74 mg/dL) and GDPP (200.48 mg/dL). The
average clinical outcome for HbA1C insulin analog single users (7.82%) was better
than other insulin users. The results of the Mann Whitney test, clinical outcomes of
GDP, GDPP and HbA1C single analog insulin and single human insulin gave no
significant difference (p value> 0.05). The clinical outcome of GDP and HbA1C
single insulin analog compared to the combination human insulin + analogue with
significantly different results (p value 0.00), while GDPP was not significantly
different (p value 0.222). The average cost of treatment for 30 days of single analog
insulin with single human insulin with a significant difference (p value 0.001). The
average cost of treatment for 30 days is single human insulin compared to the
analog+analog insulin combination, the analog+analog insulin+OAD
combination, the analog+OAD insulin combination and the human insulin+analog
combination and gives the results of the difference in cost. significantly (p value
0.00). The combination of analog insulin+analogue+OAD with the combination of
human insulin+OAD and the combination of insulin analogue+OAD resulted in a
significant difference in cost in the patient's treatment costs (p value 0.00). The
average cost of the combination of analog insulin+analog+OAD is higher than the
average cost of the combination of insulin analog+OAD and the combination of
human insulin + OAD.
Keywords: type 2 DM; insulin analog; human insulin; BPJS ; clinical outcomes;
outpatients; costs
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan profil pengobatan, outcome
klinis dan biaya antara insulin analog dengan insulin manusia. Penelitian
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1150 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
menggunakan metode longitudinal time series melalui pengumpulan data secara
retrospektif menggunakan penelusuran rekam medis dan kuitansi biaya pengobatan.
Sampel yang diambil adalah pasien DM tipe 2 JKN rawat jalan dengan terapi
insulin periode Januari 2015-Desember 2016 di RSUD Tarakan yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 156 orang. Hasil analisis diperoleh penggunaan terbanyak
adalah insulin Analog tunggal (98,19%). Proporsi obat non DM (56,15%) dan obat
DM (43,85%). Rata-rata outcome klinis GDP (164,74 mg/ dL) dan GDPP (200,48
mg/ dL). Rata-rata outcome klinis HbA1C pengguna insulin analog tunggal
(7,82%) lebih baik dibanding pengguna insulin lainnya. Hasil uji Mann Whitney
diperoleh outcome klinis GDP, GDPP dan HbA1C insulin analog tunggal dengan
insulin manusia tunggal tidak berbeda nyata (p value >0,05). Hasil Outcome klinis
GDP dan HbA1C insulin analog tunggal dibanding kombinasi insulin
manusia+analog berbeda secara nyata (p value 0,00) , sedangkan GDPP tidak
berbeda nyata (p value 0,222). Rata-rata biaya pengobatan 30 hari Insulin analog
tunggal dengan insulin manusia tunggal berbeda nyata (p value 0,001). Rata rata
biaya pengobatan 30 hari Insulin manusia tunggal dengan kombinasi insulin
analog+analog, kombinasi insulin analog+analog+OAD, kombinasi insulin
analog+OAD dan kombinasi insulin manusia+analog berbeda nyata (p value 0,00).
Kombinasi insulin analog+analog+OAD dengan kombinasi insulin manusia+OAD
dan kombinasi insulin analog+OAD berbeda nyata (p value 0,00). Biaya rata-rata
kombinasi insulin analog+analog+OAD lebih tinggi dibanding biaya rata-rata
kombinasi Insulin analog+OAD dan kombinasi insulin manusia+OAD.
Kata Kunci: DM tipe 2; insulin analog; insulin manusia; BPJS; outcome klinis; pasien
rawat jalan; biaya
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), di Indonesia jumlah
penderita DM menduduki peringkat keempat di dunia setelah negara India, Cina dan
Amerika. Kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia diprediksi oleh WHO dari 8,4
juta di tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Perkeni, 2011). Menurut
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2017, prevalensi DM di Indonesia untuk usia di
atas 15 tahun, sebesar 5,7%. penyakit DM terjadi peningkatan dari 1,1% (2013) menjadi
2,4% (2017). Prevalensi DM yang terdiagnosis tertinggi terdapat di Daerah Istimewa
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur
(2,3%) (Rasdianah, Martodiharjo, Andayani, & Hakim, 2016). Salah satu penelitian
profil pengobatan pasien DM tipe 2 sesudah JKN di Indonesia menyebutkan bahwa
terdapat peningkatan proporsi peresepan obat DM menjadi lebih dari 40% sesudah
penerapan JKN dibandingkan sebelum JKN (kurang dari 40%). Terjadi peningkatan
selektifitas peresepan obat sesudah JKN sesuai diagnosa DM, sehingga efektifitas,
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1151
efisiensi dan rasionalitas penggunaan obat dapat tercapai (Restinia, Anggriani,
Kusumaeni, & Meryta, 2015).
Penilaian efektifitas dan efisiensi penggunaan insulin analog dibandingkan dengan
insulin manusia pada pasien DM tipe 2, dapat dilihat dari profil dan outcome klinis
pasien setelah menjalani pengobatan. Penilaian outcome klinis dapat diukur dari hasil
pemeriksaan kadar gula darah dan HbA1C. Profil pengobatan merupakan terapi yang
digunakan pasien sehubungan dengan penyakit DM yang meliputi obat hiperglikemi
dan obat non hiperglikemi.
Berdasarkan penelitian (Keban & Ramdhani, 2017), diperoleh hasil uji statistik
penelitian outcome klinis terhadap pasien DM tipe 2 tidak terdapat hubungan antara
rasionalitas pengobatan dengan self care dengan pengendalian glukosa darah. Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi pengendalian
glukosa darah seperti adanya penyakit penyerta atau komplikasi (Keban & Ramdhani,
2017).
Penelitian yang sejalan juga dilakukan tim peneliti Universitas Udayana di
Indonesia menyatakan bahwa Regular Human Insulin (RHI) memiliki kemampuan yang
signifikan dalam menurunkan kadar glukosa darah sewaktu pasien sebesar 127,20 +
32,18 mg/dL (Dewantara Agung dan Dewi Ayu, 2012). Sabirin dan Rahim melakukan
telaah sistematis literatur menyimpulkan bahwa insulin analog hanya memberikan
sedikit keuntungan dalam mengendalikan hiperglikemia dibanding dengan insulin
manusia namun insulin analog memiliki kelebihan dalam mengurangi terjadinya
hipoglikemia, terutama hipoglikemia nokturnal dan hipoglikemia berat. Proporsi
Penggunaan insulin analog 99,5 % dibandingkan dengan insulin manusia hanya 0,5%.
Prevalensi DM berdasarkan data dari rekam medik di RSUD Tarakan, saat ini DM
menduduki peringkat ke-7 dari 10 penyakit terbesar baik rawat inap maupun rawat jalan
RSUD Tarakan Jakarta. Terjadi peningkatan jumlah pasien yang didiagnosa menderita
DM tipe 2 sebesar 982 pasien di tahun 2013 meningkat pada tahun 2014 menjadi 1229
pasien.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui evaluasi outcome klinis penggunaan insulin analog dan insulin manusia
pasien DM tipe 2 JKN rawat jalan RSUD Tarakan tahun 2015-2016.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan non eksperimental komparatif dengan metode
Longitudinal Time Series retrospectif. Menurut (Harahap, Kholil, & Zulkarnain, 2020),
penelitian Longitudinal adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat perubahan atau
pola sikap perilaku, pendapat, masyarakat dalam rentang waktu yang lama. Pada
penelitian Longitudinal, data dikumpulkan sekurang-kurangnya dua kali, atau
dipandang setara dengan dua kali mengumpulkan data. Waktu penelitian adalah hasil
penting dalam penelitian Longitudinal.
Data penelitian retrospektif bersumber dari rekam medis berupa profil pengobatan
dan outcome klinis pasien DM tipe 2 periode Januari 2015 hingga Desember 2016 untuk
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1152 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
melihat perbandingan profil pengobatan dan outcome klinis berdasarkan perbaikan nilai
HbA1C, GDP, dan GDPP antara insulin analog dan insulin manusia pasien DM tipe 2
periode Januari 2015 hingga Desember 2016. Time series atas pemakaian profil insulin
digunakan untuk melihat tren penggunaan insulin dari waktu ke waktu. Bahan yang
digunakan adalah rekam medik, dokumen dari Sistem Informasi Instalasi Farmasi
RSUD Tarakan dengan data pasien JKN rawat jalan terdiagnosa DM tipe 2. Alat yang
digunakan adalah formulir pengumpul data, serta software SPSS versi 22. Peneliti
melakukan pengurusan perijinan penelitian, membuat formulir untuk pengumpulan data,
proses pengumpulan data, dan analisa data. Format formulir pengumpulan data hasil
pengamatan adalah kerangka tabel yang digunakan untuk hasil pengamatan, tabel
memuat tentang pasien X dengan kunjungan, nama insulin, golongan insulin, nama obat
oral DM, nama obat non DM, biaya adminsitrasi, biaya INA CBGs, jumlah obat yang
digunakan 7 hari, junlah obat yang digunakan 23 hari, hasil laboratorium (GDP, GDPP,
HbA1C), kejadian hipoglikemia,
Hasil dan Pembahasan
1. Demografi Pasien
Berdasarkan penggunaan insulin pada pengobatan pasien DM tipe 2 rawat
jalan di RSUD Tarakan periode 2015-2016 terbanyak adalah insulin Analog
tunggal sebesar 92,97% pada 2015 dan meningkat 98,19% pada 2016. Peresepan
terbanyak insulin analog ini sejalan dengan penelitian Annisa Widya P bahwa
insulin yang paling banyak digunakan oleh pasien DM Tipe 2 rawat jalandi RSUP
X adalah insulin jenis analog sekitar 99% (Anggriani, Rianti, Pratiwi, &
Puspitasari, 2020).
Data demografi menunjukkan bahwa pada perempuan prevalensi DM lebih
banyak yaitu 54,17% (2015) dan 53,63% (2016). Data penelitian ini sesuai dengan
hasil RISKESDAS tahun2013, secara umum di Indonesia prevalensi DM terbesar
pada perempuan 2,3% yang terdiagnosa dokter dan gejala, berdasarkan wawancara
terdiagnosa dokter 1,7%. Pada laki-laki masing-masing 2% dan 1,4% (Ri, 2013);
(Kementrian kesehatan RI, 2018). Juga oleh penelitian Willer dkk yang
menyatakan lingkar pinggang wanita meningkat sejalan dengan bertambahnya
umur di banding laki laki. Peningkatan lingkar pinggang 1 cm memiliki
peningkatan resiko DM tipe 2 sebesar 31 % pertahun (Kistianita, Yunus, & Gayatri,
2018).
Hasil penelitian pada katagori usia, menunjukkan proporsi terbesar pada usia
55- 64 tahun sebesar 44,44 % (2015) dan 40,58 % (2016), berikutnya proporsi
terbesar ke dua terdapat pada rentang usia 65-74 tahun. Hasil ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya dan RISKESDAS tahun 2018 bahwa prevalensi DM
terbesar adalah usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun (Ri, 2013).
Pada tahun 2000, menurut WHO sebanyak 150 juta penduduk dunia
menderita DM dan sampai tahun 2025 menjadi dua kali lipat (Organization, 2014).
Laporan International Diabetes Federation (2014) menyebutkan bahwa terdapat
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1153
kematian sebesar 4,6 juta setiap tahunnya dan lebih dari 10 juta pasien DM
mengalami kelumpuhan dan komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal
ginjal, kebutaan dan amputasi (Meidikayanti & Wahyuni, 2017).
Pasien DM tipe 2 dengan penyakit komplikasi DM terbanyak adalah nefropati
DM sebanyak 2,78% (2015) dan 2,9% (2016). Selain nefropati DM, pasien
mengalami komplikasi DM lainnya yaitu gangrene sebanyak 1,39% tahun 2015 dan
2,9% tahun 2016. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSCM
Jakarta didapat bahwa prevalensi komplikasi kronis DM di Poliklinik Rawat Jalan
(Tarigan, Yunir, Subekti, Pramono, & Martina, 2015). DM tipe 2 merupakan tipe
penyakit diabetes yang sering ditemukan di dunia sebesar 90-95% kasus dari pada
tipe diabetes mellitus tipe 1 dan gestasional. Di Amerika Serikat, sekitar 8,1 miliar
penderita dari 29,1 miliar penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki
penyakit DM tipe 2. Pada kelompok usia 20 tahun keatas, lebih dari 10 orang
menderita komplikasi akibat diabetes sedangkan pada usia 65 tahun ke-atas, kasus
DM tipe 2 meningkat 1-4 kali lipat (Wariyah, 2010).
Berdasarkan kelompok penyakit penyerta di tahun 2015, hipertensi adalah
penyakit penyerta DM type 2 paling banyak yaitu 22,22%, sedangkan tahun 2016
penyakit penyerta non hipertensi dengan 1 penyakit penyerta lainnya paling banyak
yaitu 23,19%. Penyakit penyerta DM type 2 non Hipertensi yang paling banyak di
alami pasien dalam penelitian ini adalah CKD, CAD, dislipidemia ,ISPA dan
gastritis/ dyspepsia. Beberapa komplikasi DM tipe 2 yang menyebabkan prevalensi
DM meningkat adalah hipertensi, dyslipidemia dengan kadar kolesterol LDL lebih
dari 130 mg/dL (Tarigan et al., 2015). Hal ini akan mempengaruhi jenis dan jumlah
obat non DM yang digunakan.
Kejadian hipoglikemi terjadi pada penggunaan insulin manusia tunggal,
insulin analog tunggal, dan kombinasi insulin analog-analog serta kombinasi insulin
analog- OAD. Kejadian hipoglikemia pada insulin manusia tunggal lebih rendah
dibandingkan kejadian hipoglikemia pada insulin analog tunggal dan tidak terdapat
kejadian hipoglikemia pada kombinasi insulin manusia dalam penelitian ini.
Hipoglikemi hasil penelitian ini terutama insulin analog bertentangan dengan
penelitian Kristensen PL et al bahwa insulin analog memiliki keuntungan sedikit
lebih dari insulin manusia dalam mengurangi hipoglikemia (Andi Makbul Aman
Mansyur, 2018). Kejadian hipoglikemia pada penelitian ini sesuai dengan
penelitian Marta .,et.all, bahwa hipoglikemia ringan lebih sering terjadi pada pasien
yang menerima insulin analog, tetapi tidak meningkatkan kejadian hipoglikemia
berat pada pasien dengan terapi insulin intensif. Insulin Analog tidak berbeda dari
insulin manusia dalam hal efeknya pada tingkat HbA1c (Wrobel, Wystrychowski,
Psurek, Szymborska-Kajanek, & Strojek, 2014).
Menurut (Andi Makbul Aman Mansyur, 2018), penanganan utama pasien
hipoglikemia pada pasien diabetes adalah deteksi dini dan atasi kadar glukosa darah
yang rendah dengan mengembalikan kadar glukosa darah secepat mungkin ke kadar
yang normal sehingga gejala dan keluhan hipoglikemia juga akan segera
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1154 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
menghilang. Perlu dihindari tindakan yang berlebihan oleh karena dapat
menyebabkan terjadinya rebound hiperglikemia dan peningkatan berat badan.
Pemberian 15 gram glukosa (monosakarida) secara oral terbukti akan
meningkatkan kadar glukosa darah sekitar 2,1 mmol/l (sekitar 40 mg/dl) dalam
waktu 20 menit dan cukup adekuat untuk menghilangkan keluhan hipoglikemia
dalam waktu singkat. Lima belas gram glukosa dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti 15 gram tablet glukosa, 15 mil (3 sendok teh) gula yang dilarutkan
dalam air minum, 175 ml juice atau soft drink atau 15 ml (1 sendok makan) madu.
Pilihan lain seperti susu, namun kekuatannya dalam meningkatkan kadar glukosa
darah lebih rendah dan efeknya lebih lambat.
2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien yang Menggunakan Insulin.
Hasil penelitian pasien DM tipe 2 pada gambar 1, hasil rata rata
pemeriksaan periode Januari 2015- Desember 2016 adalah GDP tertinggi 219,38
mg/ dL dan GDPP 303,43 mg/ dL pada Januari 2015. Hasil pemeriksaan GDP
rata2 terendah yaitu 144,31 mg/ dL dan GDPP 202,07 mg/ dL pada Desember
2016. Pada gambar 2, rata rata HbA1C tertinggi 9,63 % pada Januari 2015 dan
terendah 6,50 % pada November 2016. Rata rata nilai terendah GDP dan GDPP
yang didapat dari penelitian ini tidak terkendali berdasarkan PERKENI 2005 ( >
130 mg/dL). Sedangkan HbA1C rata rata terendah dari penelitian ini terkendali
yaitu < 7%.
Gambar 1. Rata Rata Hasil Pemeriksaaan Laboratorium GDP dan
GDPP Pasien DM
Gambar 2. Rata Rata Hasil Perhitungan Hba1c Pasien DM Tipe 2 Pengguna
Insulin Period 2015-2016
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1155
b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Yang Menggunakan Insulin
Berdasarkan Jenis Insulin.
Berdasarkan gambar 3, rata rata GDPP pengguna insulin manusia tunggal
tertinggi (298 mg/dL) terendah (150,67 mg/dL), GDPP pengguna insulin
manusia dalam penelitian ini tidak terkendali sesuai Perkeni 2005 (>130 mg/
dL). Rata rata GDP insulin analog tunggal tertinggi 210,81 mg/dL tahun 2015 ,
terendah 132 mg/dL tahun 2016 (terkendali sesuai Perkeni 2005), GDPP
tertinggi 306,12 mg/dL, terendah 172,8 mg/dL (tidak terkendali sesuai Perkeni
2005). Rata rata GDP perbulan insulin manusia tunggal (167,43 mg/dL) lebih
tinggi dibanding insulin analog tunggal (162,41 mg/dL)). Rata rata GDPP
perbulan insulin manusia tunggal (194,67 mg/dL) lebih rendah dibanding insulin
analog tunggal (224,80 mg/dL).
Penelitian oleh (Kurniawan & Dewantara, 2012), menyebutkan bahwa
insulin manusia dan insulin analog memiliki kemampuan yang signifikan
menurunkan kadar glukosa darah pasien yaitu GDP dan GDPP. Penurunan kadar
glukosa darah pasien pengguna insulin analog lebih besar dibandingkan dengan
insulin manusia pada pasien DM tipe 2 di RSUP Sanglah. Hasil penelitian yang
sama ditunjukkan pada penelitian mengenai penggunaan rapid acting insulin
yang sebelumnya pernah diteliti oleh Mannucci et al. pada tahun 2008, dimana
dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan insulin analog
memberikan hasil yang lebih baik dalam mengontrol kadar glukosa darah post
prandial dan kadar HbA1C pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan penggunaan
insulin manusia reguler.
Gambar 3. Rata rata hasil pemeriksaan GDP dan GDPP
pengguna Insulin manusia tunggal dan Insulin Analog Tunggal
Berdasarkan gambar 4 dibawah ini, data rata rata pemeriksaan GDP
pengguna kombinasi insulin manusia+OAD dari penelitian ini nilai terendah
adalah 142 mg/dL, GDPP terendah 240 mg/dL (tidak terkendali sesuai Perkeni
2005). (1) Rata rata pemeriksaan GDP pengguna insulin analog+OAD terendah
147,67 mg/dL, nilai GDPP terendah 208 mg/dL (tidak terkendali sesuai Perkeni
2005). Nilai rata rata GDP perbulan pengguna kombinasi insulin manusia+OAD
(95,5 mg/dL) lebih rendah dibanding kombinasi insulin Analog+OAD (177,49
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1156 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
mg/dL). Nilai rata rata GDPP perbulan pengguna kombinasi insulin
manusia+OAD (142,88 mg/dL) lebih rendah dibanding kombinasi insulin
Analog+OAD (248,80 mg/dL).
Gambar 4. Rata rata hasil pemeriksaan GDP dan GDPP
Gambar 5. Rata rata hasil pemeriksaan GDP dan GDPP
Berdasarkan data penelitian diperoleh rata rata pemeriksaan GDP
pengguna kombinasi insulin manusia+analog terendah adalah 122 mg/dL
(terkendali sesuai Perkeni), rata rata GDPP terendah 160 mg/dL (tidak terkendali
sesuai Perkeni) (Perkeni, 2011). Rata rata nilai GDP terendah pengguna
kombinasi insulin Analog+analog adalah 109 mg/dL (terkendali sesuai
Perkeni)), dan rata rata GDPP terendah 153 mg/dL (tidak terkendali sesuai
Perkeni)) (Perkeni, 2011). Nilai rata rata GDP perbulan pengguna kombinasi
insulin manusia+analog (138,43 mg/dL) lebih rendah dibanding kombinasi
insulin Analog+analog (176,1 mg/dL). Nilai rata rata GDPP perbulan pengguna
kombinasi insulin manusia+analog (171,16 mg/dL) lebih rendah dibanding
kombinasi insulin Analog+analog (214,06 mg/dL).
Berdasarkan gambar 6, nilai rata rata HbA1C terendah pengguna insulin
manusia tunggal dalam penelitian ini (6,6%) November 2015 dan pengguna
insulin analog tunggal (6,3%) Juli 2016. Rata rata HbA1C terendah pengguna
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1157
insulin manusia dan insulin analog dalam penelitian ini terkendali sesuai Perkeni
2005 (Perkeni, 2011). Berdasarkan gambar 7, nilai rata rata HbA1C terendah
pengguna kombinasi insulin manusia+OAD (6,1%) Agustus 2016 dan pengguna
kombinsi insulin analog+OAD (5,6%) Agustus 2016, keduanya terkendali sesuai
Perkeni 2005 (Perkeni, 2011). Penelitian ini sejalan dengan sebuah review
penelitian bahwa terjadi penurunan HbA1C lebih besar dari penggunaan insulin
kombinasi insulin analog-oral antidiabetes dibanding kombinasi insulin
manusia-OAD. Dalam penelitian Matthew C. Riddl dkk menyakatan bahwa
kombinasi Insulin manusia-OAD dengan kombinasi insulin analog-OAD kedua
mencapai target hasil gula darah normal dan HbA1C secara siginifikan, tetapi
terdapat efek samping hipoglikemia nocturnal lebih besar pada kombinasi
insulin manuisa-OAD dibanding insulin analog-OAD.
Gambar 6. Rata Rata Hasil Perhitungan HbA1C Pasien DM tipe 2
Rawat Jalan Poliklinik Penyakit dalam RSUD Tarakan Insulin
Manusia Tunggal dan Insulin Analog tunggal
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2, dilakukan upaya
terapi non farmakologi dan farmakologi. Terapi farmakologi meliputi terapi
antidiabetik oral dan insulin.
Dalam penelitian (Inayah, Hamidy, & Yuki, 2017), dipaparkan bahwa pola
penggunaan jenis insulin yang digolongkan berdasarkan banyaknya lama kerja
yang digunakan yaitu short-acting insulin. Berdasarkan jumlah dosis harian yaitu
dosis ˂ 20 IU dari seluruh jenis insulin. Kombinasi jenis insulin terbanyak
adalah long-acting insulin dengan rapid-acting insulin. Kombinasi insulin dan
OHO terbanyak digunakan yaitu short acting insulin dengan golongan
penghambat glukoneogenesis dan premixed insulin dengan golongan
penghambat glukoneogenesis.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) protokol
pemberian dosis insulin berdasarkan lama kerja insulin yaitu short-acting insulin
atau rapid-acting insulin bisa diberikan sebanyak 0,1 IU/kgBB setiap kali makan
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1158 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
atau sesudah makan dengan pola makan penderita DM tipe 2 yang tidak teratur,
dan long-acting insulin sebanyak 10 IU sebelum tidur (Perkeni, 2011). Sehingga
pemberian dosis harian isulin pada peneltian ini masih sesuai dengan Perkeni,
sebagaimana yang diteliti oleh Putra, Udayani, & Meriyani, 2017, dimana
pemberian insulin dapat diberikan pada pasien dengan kadar HbA1c lebih dari
9%.
0
2
4
6
8
10
12
Jan-
15
Feb
-15
Mar
-15
Ap
r-15
May
-15
Jun
-15
Jul-
15
Au
g-15
Sep
-15
Oct
-15
No
v-15
Dec
-15
Jan-
16
Feb
-16
Mar
-16
Ap
r-16
May
-16
Jun
-16
Jul-
16
Au
g-16
Sep
-16
Oct
-16
No
v-16
Dec
-16
Rata rata hasil perhitungan HbA1C pasien DM tipe 2 berdasarkan jenis Insulin periode 2015-2016
Kombinasi Insulin Manusia dan OAD Kombinasi Insulin Analog dan OAD
Gambar 7. Rata Rata Hasil Perhitungan HbA1C Pasien DM tipe 2 Rawat
Jalan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Tarakan Kombinasi Insulin
Manusia+OAD dan Kombinasi Insulin Analog+OAD
Gambar 8. Rata Rata Hasil Perhitungan HbA1C Pasien DM Tipe 2 Rawat
Jalan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Tarakan Kombinasi insulin
manusia+analog dan Kombinasi Insulin Analog+
Pemberian Insulin yang diuraikan diatas memberikan pengaruh yang
positif bagi kualitas hidup pasien, dimana kadar gula darah yang terkontrol
dengan penggunaan antidiabetes akan mengurangi gejala hiperglikemia, seperti
polidipsia (sering haus), poliuria (sering buang air kecil), polifagia (banyak
makan/mudah lapar) dan kelelahan yang parah (fatigue) (Madelina, Untari, &
Nansy, 2018).
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1159
Berdasarkan gambar 8, nilai rata rata HbA1C terendah pengguna
kombinasi insulin manusia+analog (7%) September 2015 (tidak terkendali
sesuai Perkeni 2015) dan pengguna kombinsi insulin analog+analog (6%) April
2016 ( terkendali sesuai Perkeni 2005). (1) Berdasarkan gambar 9, nilai rata rata
HbA1C terendah pengguna kombinasi insulin analog+analog+OAD (6,8%)
September 2015 (terkendali sesuai Perkeni 2005), dan pengguna kombinsi
insulin analog + analog (6%) April 2016 (terkendali sesuai Perkeni 2015).
Data penelitian diatas menunjukkan kesesuaian dengan penelitian lainnya,
dimana efek perseptif yang dirasakan oleh sebagian besar pasien DM tipe 2 yang
menggunakan kombinasi antidiabetes oral insulin yaitu berkurangnya rasa lemas
(57,14%). Sebagian besar subjek penelitian ini (69,57%) tidak merasakan efek
samping antidiabetes oral-insulin secara perseptif (Madelina et al., 2018).
0123456789
10
Jan
-15
Feb
-15
Ma
r-15
Ap
r-1
5
Ma
y-15
Jun
-15
Jul-
15
Au
g-15
Sep
-15
Oct
-15
No
v-15
Dec
-15
Jan
-16
Feb
-16
Ma
r-16
Ap
r-1
6
Ma
y-16
Jun
-16
Jul-
16
Au
g-16
Sep
-16
Oct
-16
No
v-16
Dec
-16
Rata rata perhitungan HbA1C pasien DM tipe 2 berdasarkan jenis Insulin periode 2015-2016
Kombinasi Insulin Analog dan Analog
Gambar 9 Rata Rata Hasil Perhitungan HbA1C Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan
Poliklinik Penyakit dalam RSUD Tarakan Kombinasi Insulin Analog+Analog dan
Kombinasi Insulin Analog+analog+OAD
Gambar 10 Rata Rata Hasil Perhitungan HbA1C Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan
Poliklinik Penyakit dalam RSUD Tarakan Perbulan Berdasarkan Jenis Insulin
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1160 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
Rata rata hasil HbA1C pasien DM tipe 2 pada gambar 10 terendah adalah
6% (April 2016) berasal dari pengguna kombinasi insulin analog+analog.
3. Outcome Klinis
a. Outcome Klinis Pasien Pengguna Insulin Tanpa Berdasarkan Jenis Insulin
Proporsi outcome klinis GDP buruk dalam penelitian ini, usia ≤ 60 tahun
(45,27%), dan untuk usia > 60 tahun paling banyak 21,61%. Proporsi outcome
klinis GDP baik, untuk usia > 60 tahun (7,2 %) lebih banyak dibanding usia ≤ 60
tahun (2,74%). Terlihat pada gambar 11.
Gambar 11 Proporsi Nilai Rata Rata Outcome Klinis GDP pada Pasien
DM Tipe 2 Pengguna
Insulin Rawat Jalan RSUD Tarakan
Gambar 12 Proporsi Nilai Rata Rata Outcome Klinis GDPP pada Pasien
DM Tipe 2 Pengguna Insulin Rawat Jalan RSUD Tarakan
Berdasarkan data tabel 3 dan gambar 12 proporsi rata rata hasil outcome
klinis GDPP buruk dalam penelitian ini usia ≤ 60 tahun paling banyak (39,22%)
dan untuk usia>60 tahun paling banyak (21,11%). Proporsi outcome klinis
GDPP baik, untuk usia>60 tahun (7,57%) lebih banyak dibanding usia ≤ 60
tahun (3,24%).
Berdasarkan data tabel 4 dan gambar 13, proporsi rata-rata hasil outcome
klinis HbA1C buruk dalam penelitian ini usia ≤ 60 tahun paling banyak (8,25%),
untuk usia >60 tahun paling banyak (2,83%). Proporsi dengan rata-rata hasil
outcome klinis HbA1C baik usia > 60 tahun (4,98%) lebih banyak dibanding
usia ≤ 60 tahun (2 %). Secara umum hasil penelitian rata-rata outcome klinis
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1161
pasien usia >60 tahun lebih terkendali baik dibanding usia ≤ 60 tahun. Hal ini
sejalan dengan penelitian Masruroh, Eny dan Komariah, K Rahayu, Sri bahwa
resiko terkena penyakit DM tipe 2 akan semakin meningkat dimulai dari usia 45
tahun ke atas. Semakin usia bertambah, maka akan mengalami penyusutan sel β
pankreas yang progresif. Akibatnya hormon yang dihasilkan terlalu sedikit dan
menyebabkan kadar glukosa naik (Masruroh, 2018), (Komariah & Rahayu,
2020). Data RISKESDAS menyatakan prevalensi penderita DM usia 45-64 lebih
besar dibanding usia 65 keatas.
Gambar 13 Proporsi Nilai Rata Rata Outcome Klinis HbA1C
pada Pasien DM tipe 2 pengguna insulin
b. Outcome Klinis Pengguna Insulin Berdasarkan Jenis Insulin
Outcome klinis pengguna insulin berdasarkan jenis insulin
menunjukkan bahwa insulin manusia tunggal memberikan data rata rata
outcome klinis GDP dan GDPP lebih baik dibanding pengguna insulin
lainnya , yaitu rata rata outcome klinis GDP terendah (164,74 mg/dL), GDPP
(200,48 mg/dL), sedangkan rata rata outcome klinis HbA1C pengguna
insulin analog tunggal (7,82%) lebih baik dibanding pengguna insulin
lainnya. Jenis insulin yang memiliki proporsi nilai outcome klinis baik
paling banyak untuk GDP adalah insulin analog tunggal (13,08%). Insulin
yang memiliki proporsi nilai outcome klinis GDPP baik terbanyak adalah
insulin manusia tunggal (21,74%). Sedangkan Insulin yang memiliki
proporsi nilai outcome HbA1C baik terbanyak adalah insulin analog tunggal
(13,08%).
4. Uji Beda Outcome Klinis
Hasil uji Kruskall Wallis outcome GDP, GDPP dan HBA1C menghasilkan p
value =0,000 (Sig.< 0,05) artinya terdapat perbedaan yang nyata diantara golongan
insulin (minimal ada 1 pasang golongan insulin). Berdasarkan hasil uji lanjut
dengan Mann Whitney pada 21 kelompok kombinasi insulin diperoleh ada
perbedaan secara nyata outcome klinis GDP dan GDPP. Perbedaan nyata nilai
outcome klinis GDP yaitu antara Insulin analog tunggal dengan kombinasi insulin
analog+analog (p value 0,00) kombinasi analog+analog+OAD (p value 0,009),
kombinasi Analog+OAD (p value 0,003) dan kombinasi manusia+analog (p value
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1162 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
0,007). Hal ini sejalan dengan hasil rata2 outcome klinis GDP insulin analog
tunggal (164, 95 mg/dL) lebih baik dibandingkan kombinasi insulin analog+analog
(183,22 mg/dL), kombinasi analog+analog+OAD (192,86 mg/dL), kombinasi
insulin analog+OAD (182,57 mg/dL) dan kombinasi insulin manusia+analog
(186,55 mg/dL). Insulin analog tunggal memiliki proporsi rata rata outcome klinis
GDP (13,08%) kategori baik terbanyak dibanding kombinasi insulin analog+analog
(10,92%), kombinasi analog+analog+OAD (2,86%), kombinasi insulin
analog+OAD (9,71%) dan kombinasi insulin manusia+analog (0%).
Terdapat perbedaan nyata nilai outcome klinis GDPP antara insulin analog
tunggal dengan kelompok kombinasi insulin analog+analog (p value 0,00),
kombinasi insulin analog+analog+OAD (p value 0,002), kombinasi insulin
analog+OAD (p value 0,00) dan kombinasi insulin manusia+OAD (p value 0,009).
Nilai rata rata outcome klinis paling baik diantara golongan insulin analog tunggal
dengan kombinasi insulin analog+analog, kombinasi insulin analog+analog+OAD,
kombinasi insulin analog+OAD, dan kombinasi insulin manusia +OAD adalah
golongan analog insulin analog tunggal (164,95 mg/dL) dengan proporsi nilai
outcome klinis baik terbanyak (13,08%). Golongan insulin lain yang berbeda nyata
outcome klinis GDPP adalah pasangan golongan insulin manusia tunggal dengan
golongan kombinasi insulin analog+analog (p value 0,001), kombinasi
analog+analog+OAD (p value 0,000), kombinasi insulin analog+OAD (p value
0,000), kombinasi insulin manusia+insulin analog (p value 0,019) dan kombinasi
insulin manusia+OAD (p value 0,003). Golongan insulin manusia tunggal memiliki
nilai rata rata outcome klinis GDPP (200,48 mg/dL) paling baik dan proporsi nilai
outcome klinis GDPP kategori baik (21,74%) paling banyak di banding golongan
kombinasi insulin analog+analog, analog+analog+OAD, kombinasi insulin analog
+OAD, kombinasi insulin manusia+insulin analog, dan insulin manusia +OAD.
Golongan insulin lain yang berbeda nyata outcome klinis GDPP adalah pasangan
kombinasi insulin analog+analog dengan kombinasi insulin manusia +OAD (p
value 0,05). Kombinasi insulin analog+analog paling baik rata rata nilai outcome
klinis GDPP (245,94 mg/dL) dan proporsi nilai outcome GDPP kategori baik paling
banyak (11,91%) di banding kombinasi insulin manusia +OAD. Pasangan insulin
lainnya yang berbeda nyata outcome klinis GDPP adalah golongan kombinasi
insulin manusia+analog dengan kombinasi insulin manusia+OAD (p value 0.0049).
Kombinasi insulin manusia +analog paling baik rata rata nilai outcome klinis GDPP
(242,74 mg/dL) dan proporsi nilai outcome GDPP kategori baik paling banyak
(5,26%) dibanding kombinasi insulin manusia+OAD.
Pasien DMT2 yang mendapatkan kombinasi oral-insulin memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya dosis insulin yang kecil dan berkurangnya risiko kenaikan
berat badan, serta terhindar dari komplikasi (Madelina et al., 2018).
Hasil Uji Mann Whitney nilai outcome klinis HbA1C antara insulin analog
tunggal dengan kombinasi insulin analog+analog (p value 0,00), kombinasi insulin
analog+OAD (p value 0,001), kombinasi insulin manusia+analog (p value 0,002),
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1163
kombinasi insulin manusia+OAD (p value 0,003). Nilai rata rata outcome klinis
HbA1C pengguna jenis insulin analog tunggal (7,74%) paling baik dibanding
insulin lainnya, dan proporsi nilai outcome klinis HbA1C kategori baik (13,08%)
paling banyak dibanding insulin lainnya. Pasangan insulin lainnya yang berbeda
nyata outcome klinis HbA1C adalah golongan kombinasi insulin manusia+OAD
dengan kombinasi insulin analog+analog (p value 0.015), kombinasi insulin
analog+analog+OAD (p value 0,02), kombinasi insulin analog+OAD (p value
0,03), dan kombinasi insulin manusia+analog (p value 0.04). Kombinasi insulin
analog+analog paling baik rata rata nilai outcome klinis HbA1C (8,39%) dan
proporsi nilai outcome HbA1C kategori baik paling banyak (8,19%) dibanding
kombinasi insulin manusia+OAD. Kombinasi insulin analog+analog+OAD lebih
baik rata rata nilai outcome klinis HbA1C (8,4%) dan proporsi nilai outcome
HbA1C kategori baik (5,71%) lebih banyak dibanding kombinasi insulin
manusia+OAD. Rata rata nilai outcome klinis HbA1C kombinasi insulin
analog+OAD (8,43%) dan kombinasi insulin manusia+analog (8,47%) lebih baik
dari kombinasi Insulin manusia+OAD. proporsi nilai outcome HbA1C kategori
baik kombinasi insulin analog+OAD (6,86%%) dan kombinasi insulin
manusia+analog (2,63%) lebih banyak dibanding kombinasi insulin manusia+OAD.
Penggunaan antidiabetes oral dan insulin diduga menimbulkan suatu efek
perseptif yang sama dengan efek kepuasan pengobatan yang berhubungan dengan
penilaian kontrol glikemik dan morbiditas (Jamous et al., 2011). Persepsi yang
positif akan berujung pada keinginan pasien untuk patuh dengan pengobatan dan
pencapaian kualitas hidup yang lebih baik (Madelina et al., 2018).
Kesimpulan
Prevalensi DM tipe 2 pada perempuan lebih banyak dibanding laki-laki dan
proporsi usia terbanyak 55-64 tahun. Penggunaan insulin terbanyak adalah insulin
analog tunggal.
Kejadian hipoglikemi terjadi pada penggunaan insulin manusia tunggal, insulin
analog tunggal, kombinasi insulin analog -analog dan kombinasi insulin analog-OAD.
Insulin manusia tunggal memberikan data rata rata outcome klinis GDP dan GDPP
lebih baik dibanding pengguna insulin lainnya, sedangkan rata rata outcome klinis
HbA1C, insulin analog tunggal lebih baik dibanding pengguna insulin lainnya. Insulin
analog tunggal memiliki proporsi nilai outcome klinis baik paling banyak untuk GDP
dan HbA1c, sedangkan untuk outcome klinis GDPP baik adalah insulin manusia
tunggal. Proporsi outcome klinis GDP, GDPP dan HbA1c baik, untuk usia > 60 tahun
lebih banyak dibanding usia ≤ 60 tahun. Hasil analisis uji Kruskall Wallis pada outcome
GDP, GDPP dan HbA1C, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan diantara
golongan insulin (minimal ada 1 pasang golongan).
Hasil uji lanjut Mann Whirney nilai Outcome klinis GDP pasangan insulin yang
berbeda nyata dengan nilai p value < 0,005 yaitu antara Insulin analog tunggal dengan
kombinasi insulin analog+analog, kombinasi analog+ analog+OAD, kombinasi
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1164 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
Analog+OAD dan dengan kombinasi manusia +analog. Nilai outcome klinis GDPP
yang berbeda nyata dengan P value < 0,05 yaitu antara insulin analog tunggal dengan
kelompok kombinasi insulin analog+analog, kombinasi insulin analog+analog+OAD,
kombinasi insulin analog+OAD dan kombinasi insulin manusia +OAD. Hasil berbeda
nyata untuk nilai outcome klinis HbA1C dengan p value <0,05 yaitu antara insulin
analog tunggal dengan kombinasi insulin analog+analog, kombinasi insulin analog
+OAD, kombinasi insulin manusia +analog, kombinasi insulin manusia +OAD.
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1165
BIBLIOGRAFI
Andi Makbul Aman Mansyur. (2018). Hipoglikemia dalam Praktik Sehari-hari. Diakses
pada tanggal 13 Juni 2020. Retrieved from
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Dig
Anggriani, Yusi, Rianti, Alfina, Pratiwi, Annisa Nadya, & Puspitasari, Wulan. (2020).
Evaluasi Penggunaan Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di
Rumah Sakit X di Jakarta Periode 2016-2017. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 7(1),
52–59.
Dewantara agung, dewi ayu. (2012). Perbandingan Penggunaan Regular Human
Insulin ( Rhi ) Dan Insulin Aspart Terhadap Outcome Terapi Penyakit Diabetes
Melitus Tipe 2 Dengan.
Harahap, Muhammad Said, Kholil, Syukur, & Zulkarnain, Iskandar. (2020).
Construction of Indonesian Muslim Identity in Photo News in National Newspaper
in Medan City. Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-
Journal): Humanities and Social Sciences, 3(4), 2784–2795.
Inayah, Inayah, Hamidy, M. Yulis, & Yuki, Roza Putri Rachma. (2017). Pola
penggunaan insulin pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat inap di Rumah Sakit
X Pekanbaru tahun 2014. Jurnal Ilmu Kedokteran, 10(1), 38–43.
Jamous, Raniah M., Sweileh, Waleed M., Abu-Taha, Adham S., Sawalha, Ansam F.,
Sa’ed, H. Zyoud, & Morisky, Donald E. (2011). Adherence and satisfaction with
oral hypoglycemic medications: a pilot study in Palestine. International Journal of
Clinical Pharmacy, 33(6), 942–948.
Keban, Sesilia Andriani, & Ramdhani, Ulfa A. Y. U. (2017). Hubungan Rasionalitas
Pengobatan dan Self-care dengan Pengendalian Glukosa Darah pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Bina Husada Cibinong. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
14(1), 66–72.
Kementrian kesehatan RI. (2018). Hasil utama riskesdas 2018. 61.
Kistianita, Ayu Nindhi, Yunus, Moch, & Gayatri, Rara Warih. (2018). Analisis faktor
risiko diabetes mellitus tipe 2 pada usia produktif dengan pendekatan WHO
stepwise step 1 (core/inti) di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang. Preventia: The
Indonesian Journal of Public Health, 3(1), 85–108.
Komariah, K., & Rahayu, Sri. (2020). Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Indeks Massa
Tubuh dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, 41–50.
Kurniawan, Arif, & Dewantara, Agung. (2012). Analisa Perbandingan Performansi
Dyah Retnaningrum, Yusi Anggriani dan Hesty Utami R. Tri Kusumaeni
1166 Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021
Skem Scheduling WFQ (Weighted Fair Queuening) dan PQ (Priority Queuening)
pada Jaringan IP (Internet Protocol). Jurnal SIFO Mikroskil, 13(1), 1–9.
Madelina, Winona, Untari, Eka K., & Nansy, Esy. (2018). Efek Perseptif Penggunaan
Kombinasi Antidiabetes Oral-Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kota
Pontianak dan Sekitarnya. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 7(3), 209–
216.
Masruroh, Eny. (2018). Hubungan Umur Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Ilmu Kesehatan, (6).
Meidikayanti, Wulan, & Wahyuni, Chatarian Umbul. (2017). Hubungan dukungan
keluarga dengan kualitas hidup Diabetes melitus tipe 2 di puskesmas pademawu.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2), 240–252.
Organization, World Health. (2014). Global status report on noncommunicable diseases
2014. World Health Organization.
Perkeni. (2011). Petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus.
Perkumpulan Endokrinol Indones.
Putra, I. Made Agus Sunadi, Udayani, Ni Nyoman Wahyu, & Meriyani, Herleeyana.
(2017). Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Insulin Dan Insulin
Kombinasi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan Di RSUP Sanglah.
Jurnal Ilmiah Medicamento, 3(2), 97–103.
Rasdianah, N., Martodiharjo, S., Andayani, T. M., & Hakim, L. (2016). The Description
of Medication Adherence for Patients of Diabetes Mellitus Type 2 in Public Health
Center Yogyakarta. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 5(4), 249–257.
Restinia, Mita, Anggriani, Yusi, Kusumaeni, T. R. I., & Meryta, Aries. (2015). Drug
Treatment Profile among Outpatients of Type 2 Diabetes Melitus after
Implemented of JKN. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 13(1), 63–68.
Ri, Kemenkes. (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Riset Kesehatan
Dasar.
Tarigan, Tri J. E., Yunir, Em, Subekti, Imam, Pramono, Laurentius A., & Martina, Diah.
(2015). Profile and analysis of diabetes chronic complications in Outpatient
Diabetes Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Medical Journal of
Indonesia, 24(3), 156–162.
Wariyah, Chatarina. (2010). Vitamin C Retention and Acceptability of Orange (Citrus
Nobilis var. microcarpa) Juice During Storage in Refrigerator. Jurnal AgriSains
Vol, 1(1).
Wrobel, Marta P., Wystrychowski, Grzegorz, Psurek, Anna, Szymborska-Kajanek,
Aleksandra, & Strojek, Krzysztof. (2014). Association between hypoglycemia and
Evaluasi Outcome Klinis Penggunaan Insulin Analog dan Insulin Manusia pada Pasien
DM Tipe 2 JKN Rawat Jalan Tahun 2015-2016 di RSUD Tarakan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 3, Maret 2021 1167
the type of insulin in diabetic patients treated with multiple injections: an
observational study. Pol Arch Med Wewn, 124, 173–179.