EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan...

84
` EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR SHAIBATUL ISLAMIAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan...

Page 1: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN

BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG

REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS

DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR

SHAIBATUL ISLAMIAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

Page 3: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Lanskap

Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung

Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah

Kota Bogor adalah benar karya saya dan arahan dari dosen pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Shaibatul Islamiah

NIM A44100040

Page 4: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

ABSTRAK

SHAIBATUL ISLAMIAH. Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan

Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business

District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Dibimbing oleh ARIS

MUNANDAR.

Peningkatan jumlah permukiman yang tidak diikuti oleh peningkatan luas

kawasan yang dapat menyebabkan menurunnya pemenuhan kebutuhan dasar

penduduk di permukiman tersebut. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini untuk

menginventarisasi dan menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman

padat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010

tentang pedoman revitalisasi kawasan dan mengevaluasi lanskap permukiman

padat berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor

Tengah, Kota Bogor pada Bulan Maret sampai Juli 2014. Tahapan pengumpulan

data melalui survei, wawancara, dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa lanskap permukiman padat penduduk ini termasuk dalam kategori cukup

potensial untuk dilakukan kegiatan revitalisasi dan potensi vitality ekonomi di

lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan. Hasil

evaluasi menunjukkan bahwa kualitas permukiman, jaringan jalan, drainase,

persampahan belum sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum

berupa air bersih di permukiman sudah sesuai standar.

Kata kunci : evaluasi lanskap, revitalisasi, lanskap permukiman padat, kawasan

CBD

ABSTRACT

SHAIBATUL ISLAMIAH. (Slum Settlement Landscape Evaluation to Support

CBD (Central Bussines District) Area Revitalization in Central Bogor District

Bogor City. Supervised by ARIS MUNANDAR.

Generally, growth level of people in CBD area enhance amount of slum

settlement in Indonesia. In slum settlement, enhancement of settlement was not

followed by amount of area, so it could decrease fulfilling of basic needs of

residential. Therefore, the objectives of this research were to inventory and and to

analyze revitalization criteria of slum settlememt based on Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 about guideline for area revitalization and

to evaluate landscape slum settlement based on Keputusan Menteri Permukiman

dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 about standard of minimum

requirement in settlement. This research was held in Babakan Pasar district, in

Central Bogor, Bogor City at March till July 2014. Process of data collecting by

survey, interview, and questionnaire. The result showed that slum settlement was

quite potential as revitalization area and vitality of economy was the most

significant potency. The result of evaluation showed that quality of settlement,

path, drainage and waste management were not fulfill the standard. Beside that

infrastructure and utility were fulfill the standard.

Keywords: landscape evaluation, revitalization, landscape settlement, CBD area

Page 5: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN

BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG

REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS

DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR

SHAIBATUL ISLAMIAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 6: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32
Page 8: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini adalah

evaluasi lanskap permukiman padat, dengan judul Evaluasi Lanskap Permukiman

Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi

Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota

Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Aris Munandar, MS

selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan dalam

penyusunan dan penyelesaian penelitian ini. Disamping itu, penghargaan penulis

sampaikan kepada Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan banyak pengarahan selama mengikuti

perkuliahan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf

di Kelurahan Babakan Pasar Kota Bogor, penduduk permukiman padat Kelurahan

Babakan Pasar, dinas-dinas dan instansi di Kota Bogor yang telah membantu

selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada

keluarga terutama Mamak, Ayah, Pesal, Zara dan seluruh keluarga atas doa dan

kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Shaibatul Islamiah

Page 9: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Keraangka Pikir 3

Tinjauan Pustaka 4

METODE PENELITIAN 8

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Alat dan Bahan 9

Batasan Penelitian 9

Metode dan Tahapan Penelitian 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Kondisi Umum 16

Lokasi Penelitian 16

Topografi 16

Sirkulasi dan Aksesibilitas 16

Demografi 18

Tata Guna Lahan dan Vegetasi 19

Iklim 21

Aspek Legalitas 23

Aktivitas Pengguna Tapak 24

Aspek Ekonomi 25

Aspek Sosial 26

Aspek Budaya 26

Inventarisasi 28

Jaringan Jalan 29

Drainase 29

Persampahan 30

Sarana lingkungan 31

Utilitas 31

Analisis dan Sintesis 32

Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan 32

Analisis Vitality Lanskap Permukiman Padat 38

Analisis Elemen Mental Map 46

Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak 50

Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar 52

Rekomendasi 62

SIMPULAN DAN SARAN 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 66

Page 10: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang diperlukan 10

2 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar 12

3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis

aspek perilaku keteritorialan

13

4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap

struktur dan perilaku keteritorialan

13

5 Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap

struktur dan perilaku keteritorialan

14

6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat

terhadap struktur dan perliku keteritorialan di Kelurahan Babakan

Pasar

14

7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap

revitalisasi di lokasi penelitian 14

8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah 18

9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013 18

10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian 19

11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk 21

12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan) 22

13 Data temperatur rata-rata (oC) 22

14 Data kelembaban udara rata-rata (%) 22

15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor

Tengah

24

16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan

Bogor Tengah

24

17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi 32

18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan 33

19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel

fungsi ekonomi

34

20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda 35

21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2007

36

22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan

36

23 Kriteria revitalisasi kawasan 37

24 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar 38

25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di

lokasi penelitian

39

26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting 43

27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat

terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kel. Babakan Pasar

45

Page 11: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar 46

29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat 52

30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian 55

31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55

32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian 56

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 3

2 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor

Timur, Kota Bogor

8

3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian 11

4 Pola sirkulasi di lokasi penelitian 17

5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk 20

8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan 23

9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk 25

10 Kios kuliner khas makanan etnis Tionghoa 27

11 Kegiatan ritual perayaan Hari Raya Imlek 2013 di Jalan

Suryakencana

27

12 (a)Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor,

Jawa Barat, sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan

pecinan Suryakencana

28

13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian 29

14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar

Bogor (b)Drainase di permukiman

30

15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian 31

16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian 40

17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas

ekonomi PKL di Jalan Roda

41

18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas

ekonomi PKL di Jalan Suryakencana

42

19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality

aktivitas ekonomi pada ruko selama ± 24 jam

42

20 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian 44

21 Mental map kelurahan Babakan Pasar 48

22 Kriteria lebar sempadan bertanggul 53

23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai 57

24 Gambar 24 Peta evaluasi lanskap permukiman berdasarkan KDB 58

Page 12: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

`

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar kuesioner 66

2 Lembar kuesioner 69

25 Peta evaluasi sarana pendidikan 59

26 Peta evaluasi sarana kesehatan 60

27 Peta evaluasi sarana ibadah 61

28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona

konservasi

62

29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar

sumur vertikal

62

Page 13: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah pusat kota secara

umum meningkatkan jumlah permukiman padat di kota-kota Indonesia. Data pada

tahun 2008 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di

perkotaan telah mencapai 112 juta jiwa, dan hampir seperempat dari penduduk

perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta jiwa, hidup dikawasan

permukiman kumuh (Kemen PU 2010). Bahkan dengan tingkat urbanisasi sebesar

1%-1.5% per tahun, maka dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah

penduduk perkotaan di Indonesia akan dapat mencapai 65% (Kemen PU 2010).

Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan

permukiman yang layak huni, khususnya masyarakat yang bekerja pada sektor

perdagangan dan jasa di kawasan komersial di pusat kota. Masyarakat lebih

tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih

memudahkan jangkauan tempat kerja yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi

kebutuhan tempat tinggal masyarakat yang banyak bekerja di kawasan CBD kota

(Eny 2006). Selain itu ketersediaan prasarana dan sarana yang lengkap menjadi

daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan tersebut. Fenomena ini dapat

mempengaruhi kualitas fisik suatu lingkungan permukiman di pusat kota tersebut.

Kota Bogor memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi dalam

kurun waktu 1990-2000. Berdasarkan data BPS kota Bogor jumlah penduduk

tahun 1990 sebanyak 271.17 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 949.1 jiwa dan data

terakhir tercatat pada tahun 2010 sebanyak 949.066 orang dengan laju

pertumbuhan 2,39 % per tahun. Kecamatan Bogor Tengah berada di urutan

keempat dengan jumlah penduduk 102.203 orang dengan laju pertumbuhan

penduduk sekitar 1,15 %. Namun dari sisi kepadatan, Kecamatan Bogor Tengah

berada di urutan tertinggi pada kepadatan penduduk sekitar > 12000 km2 (BPS

Bogor 2010). Berdasarkan Perda Bogor No. 8 tahun 2011, Kecamatan Bogor

Tengah merupakan wilayah pusat kota dan diarahkan menjadi kawasan

perdagangan.

Salah satu permukiman padat yang berada di Kecamatan Bogor Tengah

adalah permukiman penduduk di Kelurahan Babakan Pasar. Kawasan Kelurahan

Babakan Pasar terdiri dari kawasan perdagangan dan permukiman padat

penduduk. Pengaruh area permukiman yang terletak berdampingan dengan area

perdagangan memiliki peluang mempengaruhi kualitas fisik lingkungan

permukiman padat di kelurahan Babakan Pasar.

Tempat manusia tinggal, bekerja dan pergi dalam kehidupan sehari-hari

memiliki pengaruh besar dalam kualitas manusia, terutama tempat tinggal yang

ditempati seumur hidup. Menurut Kevin Lynch (1981) dalam Good City Form,

salah satu alat ukur atau dimensi untuk mengukur kualitas suatu permukiman

yaitu vitality. Vitality adalah kemampuan permukiman untuk mendukung

kebutuhan biologis dan kapabilitas manusia (Lynch 1981). Kebutuhan dasar

manusia tersebut yaitu kebutuhan makan (ekonomi), keamanan, afiliasi, ekonomi,

identitas, aktualisasi diri, dan lainnya.

Suatu lanskap permukiman diharapkan dapat memenuhi kriteria pemenuhan

kebutuan dasar manusia ini agar dapat disebut sebagai kawasan permukiman yang

memiliki vitality tinggi. Evaluasi kualitas lanskap permukiman padat di Kelurahan

Page 14: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

2

Babakan Pasar diharapkan dapat menghasilkan zonasi dan rekomendasi sehingga

dapat mendukung kebutuhan dasar manusia yang bermukim di lanskap

permukiman tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan,

1. menginventarisasi karakteristik lanskap permukiman padat berdasarkan

potensi dan kendala di Kel. Babakan Pasar;

2. menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman padat berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang pedoman

revitalisasi kawasan;

3. mengevaluasi lanskap permukiman padat berdasarkan Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar

pelayanan minimal untuk permukiman.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah,

1. hasil evaluasi dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bogor dan

pihak-pihak yang terkait dalam usaha revitalisasi area lanskap permukiman

padat;

2. rekomendasi dapat meningkatkan aktivitas ekonomi, kenyamanan, keamanan,

dan kualitas vitality lanskap di lanskap permukiman padat.

Page 15: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

3

KERANGKA PIKIR

Evaluasi lanskap permukiman padat dilakukan sebagai upaya pendukung

revitalisasi kawasan CBD yang saat ini kondisi kualitas lanskapnya kurang dapat

mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak. Kerangka pikir penelitian ini dapat

dilihat pada diagram alir di bawah ini (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Aspek Legal dan

Vitality Lanskap

Aspek Ekonomi

dan Sosial

Aspek Fisik

dan Biofisik

1.RTRW Kota Bogor

2.Perda Bogor

3.UU dan PP

4.Kebutuhan

dasar/fisiologis

manusia

Zona berdasarkan evaluasi lanskap

Rekomendasi Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan

Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

Evaluasi

Analisis

1.Letak geografis dan

administratif

2.Topografi dan

sirkulasi

3.Demografi

4.Tataguna lahan

5. Vegetasi

6. Iklim

1.Aktivitas ekonomi

2.Perspektif dan

Preferensi pengguna

3.Aktivitas sosial dan

budaya masyarakat

(perilaku

keteritorialan)

Aspek Analisis

Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor

Tengah Kota Bogor

Kendala Potensi

Page 16: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

4

TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir dan mengkaji (Echols dan

Shadily 1996). Evaluasi bertujuan untuk menyeleksi dan menampilkan informasi

yang diperlukan dalam mendukung pengambilan kesimpulan dan keputusan

tentang suatu program serta menampilkan nilainya (Vitasari 2004). Evaluasi

bertujuan untuk melihat apakah sesuatu yang telah dilakukan dapat dilanjutkan

(memberikan hasil positif) atau dihentikan dan bagaimana cara

pengembangannya.

Lanskap Permukiman

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992, permukiman

diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang

berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kawasan permukiman padat adalah

kawasan yang terdiri atas perpetakan yang sangat kecil dan menyebabkan

penyediaan daerah hijau alami tidak mungkin diselenggarakan secara individual

(Joga dan Ismaun 2002). Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal untuk

Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

534/KPTS/M/2001 bahwa permukiman perkotaan minimal harus memiliki,

a. Prasarana lingkungan

Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana

semestinya (BSN 2003). Prasarana lingkungan lanskap permukiman terdiri

dari,

1. Jaringan jalan

Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas

kendaraan dan orang (BSN 2003). Jaringan jalan di permukiman terdiri dari

jalan lingkungan dan setapak. Ketentuan cakupan jalan lingkungan dengan

panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m. Selain itu, jalan setapak dengan

panjang 50-11-m/ha dengan lebar 0,8-2m. Jalan dengan tingkat pelayanan

kecepatan rata-rata 5-10 km/jam. Kualitas jalan dengan aksesibilitas kesemua

lingkungan permukiman dan dapat diakses mobil pemadam kebakaran.

2. Pengolahan air limbah

Sebagian besar limbah permukiman merupakan limbah rumah tangga, yang

pengelolaannya cukup dengan menyediakan tangki septik dan sumur resapan.

Standar pelayanan minimum air limbah setempat dengan presentase 80-90%

penduduk terlayani untuk daerah dengan kepadatan 300 jiwa/ha. Tingkat

pelayanan air limbah dengan tangki septik dan MCK yang disesuaikan oleh

masyarakat.

3. Drainase

Drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi mengurangi dan

membuang kelebihan air dari suatu lahan sehingga lahan tersebut dapat

difungsikan secara optimal (Suripin 2003). Batas minimum cakupan daerah

genangan drainase yang dapat diatasi sebanyak 50-80%. Kualitas drainase

Page 17: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

5

dengan tinggi < 30cm, lama genangan <2 jam dan frekuensi genangan

maksimal 2 kali setahun.

4. Persampahan

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk

maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau

cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau

buangan (Kamus Istilah Lingkungan 1994)

b. Sarana lingkungan

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk

menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan

budaya (BSN 2003). Sarana lingkungan di lanskap permukiman terdiri dari,

1. Sarana niaga

Sarana niaga yang memberikan pelayanan perdagangan kepada masyarakat

meliputi toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan, pasar lingkungan, dan pusat

perbelanjaan/niaga (BSN 2003).

2. Sarana pendidikan

Sarana pendidikan yang menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal

atau umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak), tingkat

dasar (SD/MI), tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU) (BSN 2003).

3. Sarana pelayanan kesehatan

Sarana kesehatan adalah sarana yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan untuk

mengendalikan pertumbuhan penduduk (BSN 2003)

4. Sarana pelayanan umum

Sarana pelayanan umum di permukiman adalah kantor pelayanan/administrasi

pemeritahan dan kependudukan, kantor pelayanan utilitas umum, dan pos

pelayanan keamanan dan keselamatan (BSN 2003).

5. Sarana ruang terbuka hijau (Taman dan Pemakaman Umum)

Sarana untuk menyediakan RTH yang populasinya didominasi oleh

penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan

dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan

penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Penggolongan sarana ruang terbuka

hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap

sejumlah penduduk (BSN 2003)

6. Sarana sosial budaya

Sarana yang mewadahi kegiataan kebudayaan dan rekreasi seperti gedung

pertemuan, serbaguna, bioskop dan gedung kesenian dan lain-lain. Bangunan

juga dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan

pelayanan umum (BSN 2003).

c. Utilitas

Utilitas adalah pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon,

yang pada umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan

lingkungan permukiman (BSN 2003).

Teori Perilaku

Hal yang melatarbelakangi bentukan fisik suatu lingkungan adalah

karakteristik sosial budaya masyarakat (Rapoport 1969). Penataan lanskap

Page 18: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

6

permukiman dilakukan dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan

permukiman dan pelayanan permukiman pada penduduk permukiman setempat.

Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham

Maslow dalam Potter dan Perry (2005) dapat dikembangkan untuk menjelaskan

kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, contohnya lapar dan

haus, kesehatan, minuman, makanan, tempat tinggal, istirahat, dan tidur,

diekspresikan sebagai kegiatan ekonomi,

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: selain perlindungan dari kekerasan

fisik, peluang untuk mengurangi ancaman perilaku fisik dari orang lain, untuk

menunjukkan privasi seseorang, dan self orientation pada lingkungan

perkotaan,

3. Kebutuhan afiliasi: kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain, rasa

memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang,

mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok

sosial dan sebagainya,

4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain.

Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih

prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan diri dan memerlukan pengakuan dari

orang lain. Kebutuhan ini diekspresikan dalam permukiman sebagai identitas

sebuah tempat,

5. Kebutuhan aktualisasi diri: kebutuhan tertinggi dalam hirarki Maslow, berupa

kebutuhan untuk diakui oleh lingkungan, berkontribusi pada orang lain atau

lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya misalnya penyaluran

minat dan aktivitas selain ekonomi kebutuhan.

6. Kebutuhan kognitif/estetika: terkait konsep keindahan bagi perorangan dan

kebutuhan manusia untuk belajar.

Revitalisasi

Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai kawasan melalui

pembangunan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (Permen PU

2010). Menurut Kementerian PU (2008), revitalisasi merupakan rangkaian upaya

menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai

vitality yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi

dan atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau atau semrawut.

Pendekatan revitalisasi diharapkan mampu mengenali dan memanfaatkan potensi

lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo 2000).

Dalam lingkup kawasan, vitality dapat diartikan kemampuan, kekuatan kawasan

untuk tetap bertahan hidup. Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari

kegiatan yang berlangsung di dalam kawasan sepanjang waktu di mana orang

datang, menikmati, dan melakukan aktivitas-nya di sini. Namun dalam konteks

perkotaan sebuah vitality atau revitalisasi tidak hanya menekankan pada aspek

ekonomi saja, tetapi perbaikan fisik dalam kawasannya yang akan dijadikan objek

juga harus mendapat perhatian khusus. Vitality terlihat dari kualitas kehidupan di

sepanjang jalan. Kualitas kehidupan ini dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat, baik pengunjung maupun pekerja, yang ditandai dengan peningkatan

penjualan dan menjadi daya tarik pengunjung (Wiedenhoeft 1981).

Page 19: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

7

Mengidentifikasi vitality adalah salah satu alat ukur desain perkotaan dan dapat

menjelaskannya sebagai tingkat bentuk-bentuk tempat yang mendukung fungsi,

kebutuhan biologis dan kapabilitis manusia (Lynch 1981). Adaptasi revitalisasi

merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan

untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa menuntut perubahan drastis atau hanya

memberikan dampak yang minimal.

Elemen Mental Map

Citra atau imageability adalah kualitas obyek fisik, baik bentuk, warna, atau

penuh identifikasi dan memiliki kekuatan struktur ruang dan memiliki manfaat

tinggi. Imageability membentuk persepsi masyarakat tentang citra terhadap

keruangan kota melalui pengalaman dan pergerakan aktivitas di suatu kawasan

(Lynch 1960). Lynch mengklasifikasikan isi dari citra kota dikaji dari bentuk fisik

yang menghasilkan suatu kualitas tertentu, yang dapat memberikan kesan khas

tentang suatu lingkungan kota dan diklasifikasikan menjadi lima tipe elemen.

Elemen – elemen tersebut antara lain,

a) landmark : titik referensi dimana pengamat meninjau secara eksternal.

Landmark dapat berupa bangunan, tanda tertentu, gunung, dll. Skala landmark

dapat berskala kota ataupun lingkungan. Landmark juga merupakan suatu

petunjuk terhadap kawasan tertentu.

b) node : suatu titik pemusatan kegiatan fungsional suatu kota. Node merupakan

titik atau lokasi yang strategis dimana pengamat dapat memasuki kegiatan

tersebut. Lokasi ini umumnya mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi, ataupun

dapat juga merupakan konsentrasi kegiatan dalam skala tertentu, misalnya sudut

jalan. Node pada dasarnya mempunyai dua sifat dasar, yaitu pemusatan dan

persimpangan.

c) District (kawasan): merupakan suatu bagian yang berukuran sedang hingga

besar pada suatu kota, disusun atau dipahami pada tingkat dua dimensi. District

dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District

mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas

tampilannya dan bersifat homogen, serta memiliki fungsi dan posisi yang jelas.

d) Pathway (Jalur Sirkulasi): merupakan penghubung dimana seseorang biasanya

melalui jalur tersebut. Pathway ini dapat berupa jalan, tempat pejalan kaki, kanal,

jalan kereta api, dll. Kesan ini umumnya diperoleh ketika seseorang melakukan

suatu perjalanan

e) Edges (perbatasan wilayah): merupakan suatu pembatas antar kegiatan atau

jenis penggunaan. Merupakan batas antara dua fase, linier putus-putus yang

menerus, dapat berupa pantai, antar bangunan dengan ruang terbuka, atau antar

kegiatan yang sangat terlihat perbedaan jenisnya. Edges ini dapat berupa

pembatas, atau kegiatan yang dapat terpenetrasi.

Page 20: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

8

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor

Tengah Kota Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak

pada titik koordinat 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E. Peta lokasi tapak disajikan pada

Gambar 2. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai Maret hingga Juli

2014.

Sumber : (a) navperencanaan.com, (b) rajapindahbogor.wordpress.com, (c) Kelurahan Babakan

Pasar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor

b a

c

Page 21: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

9

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis, alat

gambar, kuesioner, kamera digital, laptop, mesin pencetak (printer) dan mesin

pemindai (scanner), perangkat lunak (software) rancang bangun AutoCAD 2010

dan, serta perangkat lunak (software) perancangan grafis Adobe Photoshop CS5,

Google Sketch Up Pro 8. Selain itu, penelitian ini membutuhkan bahan berupa

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang dan

wawancara dengan staf BAPPEDA Kota Bogor, staf dinas Kependudukan Kota

Bogor, staf Kelurahan Babakan Pasar dan staf di Kantor Kecamatan Bogor

Tengah. Data primer juga diperoleh dari pengguna area penelitian yaitu penduduk,

pedagang dan pembeli melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari

BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan Bogor Tengah dan

BMKG Pusat.

Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan studi evaluasi vitality untuk kualitas lanskap

permukiman padat di kawasan CBD Bogor Tengah sebagai pendukung upaya

revitalisasi agar berlangsungnya kegiatan ekonomi yang menjaga vitality kawasan

permukiman aman dan nyaman di Kota Bogor. Produk penelitian ini merupakan

bentuk rekomendasi hasil evaluasi dimensi vitality lanskap permukiman padat di

kawasan CBD untuk mendukung upaya revitalisasi lanskap CBD yang

mendukung pemenuhan kebutuhan dasar penduduknya. Produk penelitian ini

merupakan rekomendasi evaluasi lanskap permukiman padat dalam bentuk

deskriptif.

Metode dan Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan pada evaluasi lanskap permukiman padat adalah

metode survei langsung dan wawancara kepada responden di lanskap permukiman

padat. Tahapan penelitian terdiri atas tahap pengumpulan data atau inventarisasi,

analisis, evaluasi dan rekomendasi. Berikut penjelasan dari tahapan penelitian

yang dilakukan.

Inventarisasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan semua informasi yang

berhubungan dengan kondisi tapak dan faktor-faktor di luar tapak yang

mempengaruhi evaluasi lanskap tersebut. Data yang diperoleh dari tahap ini

berasal dari data primer, data sekunder, dan informasi pendukung lainnya. Jenis

data tersebut meliputi data umum, aspek legal, aspek ekonomi, aspek sosial dan

aspek vitality lanskap. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah metode

survei lapang dan studi pustaka. Survei lapang dilakukan dengan pengamatan

langsung, dokumentasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Wawancara

dilakukan kepada pihak BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan

Bogor Tengah dan BMKG Pusat. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada

penduduk permukiman padat sebanyak 30 orang responden yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Studi pustaka diperoleh dari buku

acuan serta data informasi dan peta dari berbagai instansi terkait. Data yang telah

dikumpulkan dalam penelitian ini di tampilkan dalam tabel berikut (Tabel 1),

Page 22: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

10

Tabel 1 Jenis data yang diperlukan

No Jenis data Parameter Cara

pengambilan

Bentuk Data Sumber Data

1 Data umum

Letak geografis

dan administratif

Letak, luas,

dan batas area

Studi pustaka Deskriptif

dan spasial

BAPPEDA

Kota Bogor

aksesibilitas

sirkulasi

Topografi Ketinggian

lahan

Studi pustaka Deskriptif Kelurahan

Babakan

Pasar

Demografi Kepadatan

penduduk

Studi pustaka Deskriptif Kelurahan

Babakan

Pasar

Tata guna lahan

Jenis

pemanfaatan

lahan

permukiman

Studi pustaka

dan pengamatan

langsung

Deskriptif

dan spasial Kelurahan

Babakan

Pasar dan

pengamatan

langsung

Iklim

Arah dan

kecepatan

angin, suhu

dan

kelembaban

udara

Studi pustaka

Deskriptif

BMKG Bogor

Geologi dan

tanah

Jenis tanah Studi pustaka Deskriptif BAPPEDA

Bogor

Vegetasi Jenis dan

fungsi tanaman

Pengamatan Deskriptif Lapang

2 Aspek Ekonomi

Aktivitas

ekonomi

Pengamatan

langsung

Deskriptif

dan

dokumentasi

Pengamatan

langsung

3 Aspek Sosial

Perspektif dan

preferensi

pengguna

Kuisioner dan

wawancara

Deskriptif Lapang

Aktivitas

Budaya

Kuisioner dan

wawancara

Deskriptif Lapang

4 Aspek Legal

Aspek legal

kawasan

pengelolaan kota

RTRW, Perda

dan PP Kota

Bogor

Studi pustaka Deskriptif BAPPEDA

Bogor

5 Aspek Vitality

Kebutuhan

dasar/fisiologis

manusia

Fisiologis,

keamanan,

stimulasi,

afiliasi,

identitas

Kuisioner dan

wawancara

Deskriptif Lapang

Page 23: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

11

Analisis

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan beberapa analisis untuk

mengetahui potensi dan kendala yang ada di area permukiman padat penduduk.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis spasial dan analisis deskriptif (kualitatif

dan kuantitatif).

a. Analisis Deskriptif

Analisis kriteria revitalisasi kawasan dilakukan untuk menilai kawasan

permukiman padat yang berada di CBD ini termasuk kawasan yang memiliki nilai

tinggi untuk direvitalisasi. Melihat dari tujuan studi ini untuk menghasilkan

evaluasi sebagai salah satu upaya untuk mendukung kegiatan revitalisasi CBD.

Teknik yang digunakan sesuai dengan panduan revitalisasi kawasan berdasarkan

UU Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang Pedoman

Revitalisasi Kawasan. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan staf di

BAPPEDA Kota Bogor dan Staf di Kantor Kelurahan Babakan Pasar. Langkah-

langkah revitalisasi kawasan meliputi:

1) Menentukan kriteria pemilihan lokasi Kriteria pemilihan lokasi dikelompokkan dalam dua kelompok tahap

penilaian yang dirumuskan seperti berikut.

Gambar 3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian

a. Tahap I

Penilaian tahap 1 berisi variabel-variabel utama yang harus dipenuhi dalam

pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel utama ditujukan untuk

mengetahui kondisi: (1) vitality kawasan dan degradasi lingkungan, (2) nilai

lokasi dan (3) komitmen pemda.

b. Tahap II

Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi.

Penilaian terhadap variabel-variabel tambahan yang ditujukan untuk mengetahui

Pangan, keamanan, afiliasi,

stimulasi dan identitas

Pemenuhan kebutuhan

Page 24: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

12

(4) keberadaan kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata

Ruang, (5) kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik.

2) Memberikan Penilaian Pemilihan Lokasi Penilaian untuk memilih lokasi revitalisasi kawasan dilakukan dalam dua tahap

penilaian yang harus dipenuhi agar diperoleh lokasi terpilih, yaitu meliputi: Tahap

I dan Tahap II.

3) Menentukan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan

lokasi kawasan a. Kelulusan (Passing Grade)

Ketentuan dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan:

i. Kawasan revitalisasi dapat lolos masuk ke passing grade apabila total jumlah

nilai pada tahap I ≥ 60%.

ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk

mendapatkan nilai akhir.

b. Potensi Keberhasilan Lokasi Terpilih

Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan

didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan

dalam:

i. Nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial (keberhasilan revitalisasi rendah)

ii. Nilai > 80% – ≤ 85% = potensial (keberhasilan revitalisasi sedang)

iii. Nilai > 85% – 100% = sangat potensial (keberhasilan revitalisasi tinggi)

b. Analisis Komparatif

Analisis komparatif adalah sejenis analisis deskriptif untuk mencari jawaban

secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor

penyebabnya atau munculnya fenomena tertentu, dan membandingkan dua atau

lebih variabel tertentu (Arifin 2011). Analisis ini membandingkan variabel dengan

data hasil inventarisasi di lokasi penelitian dengan teori yang ada.

Analisis unsur pendukung vitality lanskap permukiman berdasarkan teori

good city form (Lynch 1981) yang dilakukan dengan pengamatan langsung,

kuisioner dan wawancara dengan penduduk di pernukiman padat. Penelitian

diawali dengan identifikasi kebutuhan dasar manusiayang disusun ke dalam tabel

berikut (Tabel 2).

Tabel 2 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat

Kel. Babakan Pasar

No. Perilaku

Keteritorialan

Bentuk Fisik/Non

Fisik Keteritorialan

Keterangan

(Ada/Tidak Ada),

Jenis

Form

(Bentuk)

1. Fisiologis

2. Keamanan

3. Afiliasi

4. Stimulasi

5. Identitas

Melalui hasil identifikasi kebutuhan dasar manusia di lanskap permukiman

tersebut, dilanjutkan dengan penilaian derajat kepentingan terhadap perilaku

keteritorialan yang diberikan kepada para responden melalui kuisioner di kawasan

penelitian. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 5 buah yang menjadi variabel

Page 25: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

13

paling penting untuk menilai persepsi masyarakat mengenai perilaku

keteritorialan pada lokasi penelitian.

Pada penelitian ini, kuisioner yang diberikan kepada responden

menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan adalah dengan lima skala

dan memberikan nilai pada masing-masing jawaban pertanyaan. Skor pada skala

tertinggi ialah 5 (lima) hingga skor terendah ialah 1 (satu). Skor pada masing-

masing jawaban dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3).

Tabel 3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis aspek

perilaku keteritorialan

Skala Jawaban Skor

Sangat Setuju/Bagus/Penting 5

Setuju/Bagus/Penting 4

Cukup Setuju/Bagus/Penting 3

Kurang Setuju/Bagus/Penting 2

Sangat Tidak Setuju/Bagus/Penting 1

Sumber: Sugiyono (2013)

Pada penghitungan untuk memperoleh skor kriteria diperlukan skor ideal.

Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor yang dipakai

untuk menentukan rating scale dan jumlah seluruh jawaban. Untuk menghitung

jumlah skor ideal dari seluruh variabel penilaian, digunakan rumus berikut, yaitu:

Pada penelitian ini, skor tertinggi adalah 5, dan jumlah responden sebanyak 30,

maka dapat ditentukan nilai skor ideal seperti tabel 2 di bawah,

Tabel 4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap

struktur dan perilaku keteritorialan Rumus Skala

5 X 30 = 150 SP

4 X 30 = 120 P

3 X 30 = 90 CP

2 X 30 = 60 KP

1 X 30 = 30 SKP

Keterangan: SP=Sangat Penting; P=Penting; CP=Cukup Penting; KP=Kurang Penting;

SKP=Sangat Kurang Penting

Sumber: Sugiyono (2013)

Nilai yang didapatkan dimasukkan ke dalam rating scale untuk mengetahui

hasil data kuesioner. Indeks penilaian digunakan untuk menentukan skala

kepentingan tiap variabel penilaian di dalam rating scale (Tabel 6). Hasil

perhitungan menunjukkan derajat kepentingan penilaian komponen perilaku

masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan

Pasar (Tabel6). Salah satu contoh perhitungan indeks penilaian sebagai berikut,

Skor Kriteria = Nilai Skala x Jumlah Responden

Page 26: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

14

Indeks Penilaian = ( Nilai Skala x Jumlah Responden)

Jumlah responden x Skor terbesar

= 5 x 30

(30 x 5)

= 1

Tabel 5 Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap

struktur dan perilaku keteritorialan

Nilai Jawaban Skala

0,81 – 1 SP

0,61 – 0,8 P

0,41 – 0,6 CP

0,21 – 0,4 KP

0 – 0,2 SKP

Sumber: Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian

Keterangan: SP=Sangat Penting, P=Penting, CP=Cukup Penting, KP=Kurang Penting,

SKP=Sangat Kurang Penting

Tabel 6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap

struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar

No Sturktur/Perilaku

Keteritorialan

1 2 3 4 5 Total DK*

1 Menjaga keindahan

lanskap/arsitektur

2 Merupakan Landmark

3 Memiliki nilai historis

4 Untuk kegiatan

upacara adat

5 Memiliki nilai

ekonomi

Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)

Keterangan: 1=Sangat Kurang Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat

Penting; *DK= Derajat Kepentingan

Kemudian membandingkan hasil yang diperoleh pada lokasi penelitian dengan

teori dari literatur. Pembahasan selanjutanya akan dilakukan ketika terdapat

perbedaan dan persamaan dari hasil identifikasi dengan teori dan literatur yang

ada. Namun apabila sudah sesuai dengan teori dan literatur, diharapkan dapat

meningkatkan potensi vitality tapak yang telah ada.

Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap

revitalisasi di lokasi penelitian

Kategori Penilaian Responden Persepsi responden

Sangat Kurang Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan

dikategorikan sangat rendah mempengaruhi revitalisasi

lokasi penelitian

Kurang Penting

Cukup Penting

Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan

dikategorikan rendah mempengaruhi revitalisasi lokasi

penelitian

Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan

dikategorikan sedang mempengaruhi revitalisasi lokasi

penelitian

Page 27: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

15

Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap

revitalisasi di lokasi penelitian (lanjutan)

Kategori Penilaian Responden Persepsi Responden

Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan

dikategorikan tinggi mempengaruhi revitalisasi lokasi

penelitian

Sangat Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan

dikategorikan sangat tinggi mempengaruhi revitalisasi

lokasi penelitian

Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)

3. Evaluasi

Memberikan penilaian terhadap kondisi eksisting dan potensi lanskap dari

hasil analisis untuk dievaluasi sesuai standar dan panduan. Kemudian

menghasilkan zonasi penataan ruang untuk evaluasi lanskap permukiman padat.

4. Rekomendasi

Memberikan rekomendasi evaluasi peningkatan kualitas permukiman untuk

mendukung kebutuhan dasar penduduk. Penelitian ini juga memberikan zonasi

wilayah dan konsep evaluasi yang dapat mendukung kegiatan revitalisasi dan

peningkatan kualitas lanskap permukiman padat penduduk.

Page 28: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM

Lokasi Penelitian

Wilayah penelitian adalah permukiman padat di Kelurahan Babakan Pasar,

Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Berdasarkan geografis dan administratif,

kawasan permukiman terletak pada 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E dan berbatasan

langsung dengan Sungai Ciliwung. Berdasarkan wilayah administrasi Kelurahan

Babakan Pasar memiliki 10 RW dan 39 RT dengan luas wilayah administratif ±

42 Ha. Sebelah utara adalah Kelurahan Paledang, sebelah selatan adalah

Kelurahan Sukasari, sebelah barat adalah Kelurahan Gudang, dan sebelah timur

adalah Kelurahan Baranangsiang. Peruntukan permukiman dan perumahan 29 ha,

jalan beraspal yaitu 3 Ha, dan untuk kawasan lain sekitar 2 ha. Mayoritas kawasan

diperuntukkan untuk kawasan pertokoan dan perdagangan sekitar 5 ha, pasar 2 ha

dan perkantoran 1 ha.

Topografi

Berdasarkan data monografi Pemerintahan Kelurahan Babakan Pasar

tahun 2013, topografi kawasan permukiman berada pada dataran rendah dengan

kondisi tapak yang bergelombang (Gambar 4). Pada kawasan timur dan timur laut

lokasi memiliki ketinggian lebih rendah dibanding bagian barat. Bagian tapak

yang menurun agak curam membatasi dua bagian tapak lainnya yang relatif

landai. Dengan kondisi topografi tersebut, permukiman penduduk yang ada tetap

dibangun dengan mengikuti kondisi topografi lanskap permukiman. Kemiringan

lahan pada tapak tidak menjadi hambatan bagi para pengguna tapak dan menjadi

potensi sebagai recharge area untuk meningkatkan infiltrasi aliran permukaan di

lokasi penelitian.

Sirkulasi dan Aksesibilitas

Jarak lokasi penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 km,

dari Pemerintahan Kota adalah 2 km, dari Ibukota Propinsi 120 km, dari Ibukota

Negara 60 km. Untuk menuju kawasan permukiman Kelurahan Babakan Pasar

dapat dengan angkutan kota jurusan sukasari. Bagi pengendara roda dua dan roda

empat juga dapat menuju kawasan permukiman.

Didalam kawasan permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara roda

dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan sangat kecil yaitu sekitar ± 1,2m

karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area permukiman penduduk.

Jalan lingkungan adalah jalan yang langsung menghubungkan antar unit

rumah dalam satu lingkungan permukiman. Pola sirkulasi pada jalan lingkungan

dalam permukiman ini membentuk cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus

masuk dan keluar pada setiap lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada

sekitar Jalan Suryakencana memiliki pola linier (Gambar 4).

Page 29: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

17

Gambar 4 Pola sirkulasi di lokasi penelitian

Sumber: Survei lapang (2014)

Page 30: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

18

Demografi

Lokasi permukiman yang strategis dengan Pasar Bogor dan kawasan

perniagaan di Jalan Suryakencana menjadikan lanskap permukiman ini memiliki

daya tarik yang cukup besar sebagai lokasi permukiman. Lokasi permukiman ini

banyak dipilih oleh golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke

bawah. Oleh sebab itu, kondisi tapak saat ini menjadi daerah permukiman padat

penduduk dengan tingkat kepadatan tinggi. Berdasarkan data statistik dari Kantor

Kecamatan Bogor Tengah tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar berada pada

urutan kedua tertinggi dengan jumlah penduduk yaitu 11.467 jiwa (Tabel 8).

Sedangkan pada jumlah luas wilayah, Kelurahan Babakan Pasar berada pada

urutan ketiga terendah yaitu 42 Ha. Luas wilayah yang sedikit dan jumlah

penduduk yang tinggi mengakibatkan penggunaaan lahan untuk permukiman

meningkat sehingga kawasan ini menjadi permukiman padat penduduk. Terkait

dengan permasalahan kawasan maka kepadatan penduduk yang tinggi, berdampak

pada minimnya RTH dan sarana-prasarana lingkungan karena minimnya lahan

yang tersedia.

Tabel 8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah

No Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk

(Januari 2014)

1 Babakan 112 7.073

2 Babakan Pasar 42 11.467

3 Cibogor 44 7.401

4 Ciwaringin 74 7.163

5 Gudang 32 7.435

6 Kebon kalapa 57 10.693

7 Pabaton 63 2.756

8 Paledang 178 10.144

9 Panaragan 27 6.769

10 Sempur 63 7.810

11 Tegallega 160 15.846

Jumlah 851 94.557 Sumber: Kecamatan Bogor Tengah (2014)

Berdasarakan data Kantor Kelurahan Babakan Pasar 2014, pada Bulan November

2013 jumlah penduduk mencapai 10347 jiwa. Kelurahan Babakan Pasar terdiri

dari 10 RW (Tabel 9).

Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013

No. Kelurahan

Babakan Pasar Luas Wilayah Jumlah Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Ha)

1. RW 01 2,5 Ha 908 363,2

2. RW 02 4,5 Ha 689 153,11

3. RW 03 4,5 Ha 930 206,66

4. RW 04 5 Ha 2032 406,64

5. RW 05 4,5 Ha 988 219,55

6. RW 06 4,5 Ha 396 88

7. RW 07 4,5 Ha 343 76,2

Page 31: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

19

Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013

(lanjutan)

No. Kelurahan

Babakan Pasar Luas Wilayah Jumlah Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Ha)

8. RW 08 4,5 Ha 1164 258,66

9. RW 09 5 Ha 1520 304

10. RW 10 2,5 Ha 1377 550,8

Jumlah 42 Ha 10347 246,36 Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2014)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebanyak 90% dari luas kawasan

Kelurahan Babakan Pasar telah memiliki perkerasan. Hal ini karena peningkatan

jumlah penduduk menyebabkan hampir seluruh kawasan di bangun permukiman

penduduk. Pada kawasan terdapat sarana olahraga yang dimanfaatkan untuk

bersosialisasi dan kebutuhan berafiliasi berupa 1 unit lapangan bulutangkis dan 1

unit lapangan voli.

Tata Guna Lahan dan Vegetasi

Jenis tata guna lahan pada lokasi penelitian terbagi menjadi ruang terbangun

dan ruang tidak terbangun (Gambar 5). Ruang terbangun yang terdapat pada

lokasi penelitian yaitu rumah penduduk, kios/warung, fasilitas umum

(masjid/mushola, gereja, sekolah dasar) dan ruang tidak terbangun berupa jalan

raya dan lapangan olahraga. Proporsi tertinggi penggunaan lahan sebagai tempat

tinggal yang disebabkan jumlah penduduk yang tinggi pada luas lahan yang

terbatas. Jarak antar rumah 0-2m dan umumnya rumah penduduk tidak memiliki

halaman depan. Luas lahan setiap rumah penduduk di permukiman ini juga sangat

beragam. Kondisi jalan dengan ukuran 1-1,2m dan drainase dengan lebar ± 30-45

cm di tapak sangat buruk. Kondisi ini memiliki potensi terjadinya banjir karena

run off yang rendah dan daya tampung lahan tidak mencukupi.

Fasilitas-fasilitas yang ada dapat berupa fasilitas yang diberikan dan

dikelola oleh negara seperti bangunan pelayanan pemerintahan, sekolah dasar,

puskesmas maupun yang secara swadaya dibangun oleh masyarakat seperti

fasilitas peribadatan, warung, toko dan taman kanak-kanak. Jenis dan keterangan

mengenai fasilitas umum yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian

No Jenis Fasilitas Umum Keterangan Jumlah

1 Fasilitas Peribadatan Masjid (1), gereja (1), vihara (1) 5 buah

2 Fasilitas Pelayanan

Pemerintah

Kantor Kelurahan (1) 1 buah

3 Fasilitas Pendidikan TK (1), TPA (1), SD (1) 3 buah

4 Fasilitas Kesehatan Puskesmas (1), posyandu (3), apotik (2) 6 buah

5 Fasilitas Perekonomian Pasar (1), Toko (9), Warung (7), Rumah

makan (2)

18 buah

Sumber: Survei Lapang (2014)

Page 32: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

20

Gambar 5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk

Sumber: Survei lapang (2014)

Page 33: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

21

Luas RTH eksisting pada tapak sangat kurang dibandingkan jumlah

permukiman. Vegetasi yang dapat ditemukan pada tapak berada dalam beberapa

pekarangan penduduk. Vegetasi berupa pohon yang ditemukan dalam jumlah

yang sangat sedikit dan tumbuh secara individu bukan mengelompok sehingga

fungsinya sebgai peneduh dan memperbaiki iklim mikro kurang optimal di dalam

kawasan permukiman. Vegetasi yang terdapat di dalam kawasan penelitian dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk

No Nama Lokal Nama Latin Fungsi pada Tapak

1 Teh-tehan Acalypha macrophylla Border

2 Alpinia zerumbet Alpinia zerumbet Display

3 Pohon Kenari Canarium commune Peneduh

4 Pohon Kelapa Cocos nucifera Pengarah

5 Puring Codiaeum sp. Display

6 Hanjuang Cordyline sp. Display

7 Drasena Dracaena sp. Display

8 Euphorbia Euphorbia milii Display

9 Pohon Tanjung Mimuspoh elengi Peneduh

10 Tanaman Pisang Musa paradiciaca Pembatas

11 Pinus Pinus merkusii Peneduh

12 Pohon jambu biji Psidium guajava Pembatas

13 Adam hawa Rhoeo discolor Display

14 Dwarf ruellia Ruellia malacosperma Display

15 Lidah mertua Sanseviera sp. Display

16 Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Display

Sumber: Survei lapang (2014)

Keberadaan tanaman eksisting tersebut sangat kurang karena kawasan padat

penduduk sangat membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi terutama dalam hal

kenyaman iklim mikro. Hal ini terjadi karena sebagian besar penggunaan lahan

adalah untuk permukiman.

Iklim

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2008–2012), Kota Bogor memiliki

curah hujan rata-rata sebesar 300.28 mm setiap bulannya (BMKG 2013). Waktu

curah hujan minimum terjadi pada bulan Juli, yaitu sekitar 178.8 mm dan curah

hujan maksimum terjadi pada bulan November, yaitu sebesar 441.4 mm (Tabel

12).

Tabel 12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan)

Tahun

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

2008 261 385 672 527 267 172 172 196 344 311 509 255

2009 361 305 261 260 571 338 131 33 157 416 407 258

2010 252 461 415 43 331 303 270 478 601 436 284 177

2011 203 77 140 278 362 275 202 142 106 256 458 345

2012 272 549 136 390 195 94 119 79 271 540 549 359

Rataan 269.8 355.

4

324.

8

299.

6

345.

2

236.

4

178.

8

185.

6

295.

8

391.

8

441.

4

278.

8

Min 33

Maks 672

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)

Page 34: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

22

Sementara itu, temperatur rata-rata di lanskap permukiman Kecamatan

Bogor Tengah terus-menerus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada siang

hari, temperatur rata-rata berkisar antara 24.5–27.1 ºC (Tabel 13). Temperatur

tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar 26.16 ºC, sementara

temperatur terendah rata-rata terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 25.3 ºC.

Tingginya suhu disebabkan oleh tingginya volume kendaraan yang beroperasi

sehingga menimbulkan panas yang berasal dari mesin kendaraan.

Tabel 13 Data temperatur rata-rata (oC)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

2008 25.7 24.5 25.1 25.5 25.8 25.6 25.2 25.6 25.9 25.8 25.8 25.5

2009 25 25.1 25.8 26.2 26.1 26.1 25.8 26.3 26.6 26 26.3 26.1

2010 25.3 25.9 26 27.1 26.7 25.9 25.8 25.8 25.3 25.4 25.9 25.5

2011 25.4 25.6 25.7 25.8 26.1 26.1 25.8 25.6 26 26.3 24.6 26.1

2012 25.1 25.6 26 26 26.1 26.2 25.6 25.8 26 26.3 25.8 26

Rataan 25.3 25.3

4

25.7

2

26.1

2

26.1

6

25.9

8

25.6

4

25.8

2

25.9

6

25.9

6

25.6

8

25.8

4

Min 24.5

Maks 27.1

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)

Curah hujan yang tinggi di lokasi peneletian berpotensi menyebabkan run-

off di permukaan tanah. Salah satu alternatif solusi dengan membuat sumur

resapan di unit lingkungan ketetanggaan di lokasi penelitian. Sumur resapan air

hujan adalah sarana untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam

tanah. Prinsip dasar sumur resapan dengan mengendalikan kelebihan air

permukaan sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan lebih

banyak meresap kedalam tanah. Kelembaban udara di lanskap permukiman padat

Kecamatan Bogor Tengah sebesar 82.88%. Kelembaban tertinggi rata-rata terjadi

pada bulan Januari, yaitu sebesar 87.00%, sementara kelembaban terendah rata-

rata terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 77.8% (Tabel 14).

Tabel 14 Data kelembaban udara rata-rata (%)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

2008 84 90 87 86 82 83 77 81 80 84 86 88

2009 88 88 82 85 85 83 77 75 75 82 84 85

2010 88 88 86 80 84 86 84 84 87 86 85 83

2011 83 82 82 84 84 80 80 75 76 75 83 84

2012 86 87 80 86 86 82 79 74 76 81 85 85

Rataan 85.8 87 83.4 84.2 84.2 82.8 79.4 77.8 78.8 81.6 84.6 85

Min 74

Maks 90

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)

Untuk meningkatkan kenyamanan pengguna, diperlukan ameliorasi iklim di

area lanskap permukiman padat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan memodifikasi penurunan suhu dengan peletakkan dan pemilihan jenis

vegetasi. Vegetasi dapat menghalangi datangnya sinar matahari sehingga area di

bawah kanopi pohon lebih dingin sebesar 25ºF (14ºC) daripada di area terbuka

(Grey dan Deneke 1978). Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah et al.

Page 35: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

23

(2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas

pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan

mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 8), yaitu:

Gambar 8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan

Sumber: Nasrullah et al. (2011)

menurut Dirjen Bina Marga (1996), tanaman penyerap polusi udara dan

kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai

massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan

bermotor dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu, untuk menurunkan

kelembaban udara terminal dapat dilakukan dengan cara mengarahkan angin

untuk membawa partikel-partikel air ke luar tapak.

Berdasarkan analisis unsur-unsur iklim, masalah iklim mikro pada kawasan

permukiman padat adalah tingginya suhu pada siang hari akibat tingginya radiasi

matahari. Potensi berupa penyinaran matahari yang berlimpah tersebut seharusnya

mampu dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaaan pada siang hari, sehingga

mampu mengurangi penggunaan listrik sebagai energi penerangan. Suhu yang

tinggi tersebut dapat dikurangi dengan penyerapan suhu dengan peningkatan

ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang terbuka di sekitar permukiman.

Aspek Legalitas

Kawasan pengelolaan merupakan kawasan yang direncanakan oleh

Pemerintah Kota Bogor melalui Rancangan Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031

sebagai kawasan perdagangan dan pusat pelayanan publik. Kawasan ini juga

termasuk dalam kawasan wilayah pengembangan A, yaitu wilayah yang diarahkan

untuk pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa serta

peremajaan kawasan permukiman (Bappeda Bogor 2013). Oleh sebab itu,

evaluasi lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar diarahkan kepada aspek

revitalisasi kawasan permukiman untuk mendukung kegiatan perdagangan

masyarakat permukiman tersebut.

Page 36: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

24

Aktivitas Pengguna Tapak

Lokasi tapak yang didominasi oleh usia produktif dan kelompok kerja

menunjukkan keadaan masyarakat yang sebagian besar waktunya banyak

digunakan untuk bekerja. Kelas usia penduduk di lokasi penelitian ditampilkan

pada Tabel 15.

Tabel 15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor

Tengah

Kelas Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-5 tahun 652 6

6-18 tahun 3.051 26

19-25 tahun 2.842 25

26-50 tahun 4.266 37

>50 tahun 719 6

Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)

Pada lokasi penelitian pola penyebaran permukiman tidak teratur.

Permukiman yang didominasi oleh bangunan tinggi berada di kawasan pecinan,

sedangkan permukiman dengan bangunan permanen dan non permanen ukuran

berbeda berada di kawasan sempadan sungai. Fasad bangunan setiap bangunan

tidak beraturan dan menghadap ke jalan lingkungan yang ada di tapak. Kehidupan

masyarakat pada tapak berpotensi menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan lahan

terbatas yang ditempati oleh jumlah penduduk sangat tinggi nenciptakan peluang

munculnya masalah akibat frekuensi interaksi sosial antara penduduk di lanskap

permukiman.

Jenis pekerjaan penduduk permukiman yang tertinggi yaitu pelajar dan

mahasiswa. Jenis pekerjaan kedua tertinggi yaitu pegawai negeri dan ketiga yaitu

karyawan swasta. Kelompok kerja dibagi dalam sektor formal dan informal dan

jumlah kelompok kerja yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan

sektor informal (Tabel 16).

Tabel 16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor

Tengah

Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Pegawai negeri 2.215 jiwa 19

Karyawan Swasta 1.906 jiwa 16

Pelajar dan Mahasiswa 4.526 jiwa 39

Wiraswasta: berdagang, warung, bengkel dll 624 jiwa 5

Tidak bekerja pada usia produktif 942 jiwa 8

Tidak bekerja dan tidak usia produktif 1.347 jiwa 12

Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)

Aktivitas kelompok kerja yang berprofesi sebagai wiraswaswasta, yaitu

pedagang dan pemilik warung dapat dilihat pada lokasi penelitian. Pada lokasi

penelitian terdapat warung sederhana, gerobak dagang dan aktivitas ekonomi

lainnya. Pemilik gerobak dagang melakukan persiapan sebelum berdagang di

rumah masing-masing yaitu di teras rumah, gang, dan di jalan lingkungan.

Pemilik warung sederhana memanfaatkan bagian rumah yang menghadap ke jalan

lingkungan menjadi lokasi warung (Gambar 9). Jalan lingkungan yang sempit dan

aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk dapat mengganggu sirkulasi

Page 37: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

25

pejalan kaki di jalan lingkungan ini. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat penting. Namun,

keterbatasan lahan membuat penduduk mengoptimalkan lahan yang tersisa

walaupun dapat mengganggu kualitas fisik dan sirkulasi kawasan.

Gambar 9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk

Sumber: Survei lapang (2014)

Kelompok yang belum dan tidak bekerja didominasi oleh perempuan dan

anak-anak. Kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga

beraktivitas pada siang hari. Aktivitas yang dilakukan adalah duduk-duduk,

mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan berinteraksi sosial dengan penduduk

lainnya di teras rumah masing-masing.

Selain penduduk permukiman Kelurahan Babakan pasar, pengguna tapak

non permukim sering melakukan kunjungan ke lokasi penelitian. Berdasarkan

hasil wawancara, pengguna tapak non permukim berasal dari dalam Kota Bogor.

Aktivitas pengguna tapak non permukim lebih banyak dalam kegiatan

perdagangan, baik sebagai pedagang maupun pembeli atau konsumen. Aktivitas

mereka bukan bersifat pemenuhan kebutuhan sosial tapi lebih kepada pemenuhan

kebutuhan jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan jasmani untuk mencari

nafkah sebagai pedagang dan menjadi pembeli untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Dan pemenuhan kebutuhan rohani dengan beribadah di masjid, gereja

dan klenteng yang terdapat di dalam tapak.

Aspek Ekonomi

Kelurahan Babakan Pasar termasuk dalam kawasan yang memiliki aktivitas

ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan rumah tinggal yang

juga digunakan sebagai tempat usaha bagi masyarakatnya. Selain itu pemanfaatan

koridor pejalan kaki yang berada tepat didepan bangunan pada lokasi strategis

menjadi sumber ekonomi etnis Cina di Kelurahan Babakan Pasar. Kehadiran

Pasar Bogor yang beroperasi di siang hari menambah intensitas aktivitas ekonomi

di dalam kawasan. Namun karena minimnya dukungan fasilitas sarana dan

infrastruktur secara kesulurah, membuat kawasan ini terlihat kontras antara siang

dan malam hari.

Kegiatan ekonomi etnis Cina juga terlihat di Pecinan Makassar, yang

merupakan awal kawasan perekonomian kota. Beberapa tempat di Kelurahan

Babakan Pasar merupakan daerah perdagangan yang sangat beragam, antara lain:

a. Jalan Surya Kencana, pusat perdagangan campuran, terdapat Puast Grosir, toko

obat, elektronik, dan material bahan bangunan.

Page 38: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

26

b. Jalan Roda pasar tradisional dan kawasan permukiman padat

Dengan potensi yang ada diperlukan kegiatan berciri khas karakter Pecinan

yang berpotensi meningkatkan kegiatan ekonomi. Kegiatan peningkatan vitality

dari sektor ekonomi ini juga diharapkan menjadi suatu daya tarik pengunjung ke

kawasan Pecinan di Kelurahan Babakan Pasar.

Aspek Sosial

Kondisi sosial penduduk diidentifikasi melalui wawancara terhadap divisi

sosial di kelurahan Babakan Pasar dan Ketua RT di dalam kawasan permukiman

padat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat

Tionghoa melakukan interaksi dalam dua konteks, yaitu hubungan sosial

dikalangan etnis Tionghoa (intern) dan hubungan sosial etnis Tionghoa dengan

komunitas luar yang majemuk (extern).

Perilaku keteritorialan

Perilaku keteritorialan penduduk yaitu penandaan wilayah dan pertahanan

terhadap gangguan termasuk dalam aspek sosial. Penandaan wilayah ditunjukkan

dengan pagar, batas halaman, dan gapura kelurahan. Perilaku keteritorialan ini

menjadi bentuk identitas masyarakat di dalam kawasan penelitian. Dalam suatu

komunitas memiliki suatu sistem pertahanan untuk menghadapi gangguan dari

luar. Sistem pertahanan masyarakat yaitu kegiatan sistem keamanan lingkungan

dengan petugas hansip dan pos siskamling di dalam kawasan. Pada lokasi

penelitian ditemukan bentuk pertahanan lainnya dalam unit lingkungan

ketetanggan berupa pagar dan halaman rumah. Bentuk pertahanan lainnya

diidentifikasi di dalam gedung Vihara, yaitu pengunjung dilarang masuk selain

untuk beribadah. Namun, khusus untuk kegiatan perayaan Imlek, pengunjung

dengan bebas keluar masuk walaupun tidak untuk beribadah.

Aspek Budaya

Pada aspek kebudayaan, diketahui bahwa terdapat akulturasi Budaya Cina

dan Budaya lain di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan

pengamatan langsung di lapangan, akulturasi budaya Cina dan kaum pribumi di

Kota Bogor dapat dilihat dari indikasi tersebut:

-Bahasa

Akulturasi budaya Cina dan pribumi kota Bogor dalam bidang bahasa terjadi

dalam bentuk peminjaman istilah pada bahasa lisan atau tulisan. Penggunaan

bahasa pada unsur nama orang, makanan Cina dan istilah lain. Untuk hal makanan

sangatlah familiar pada kios- kios di lokasi penelitian, seperti : bakso, mie, 9

bakmi, capjay, lunpia, dan lainnya. Jika dikaitkan dengan Pecinan Bogor, terdapat

pusat kuliner franchise Ngohiang, dan kuliner lain dengan penggunaan kata

serapan Cina yang berada di sepanjang Jalan Surya Kencana (Gambar 10). Kios

kuliner yang menggunakan istilah bahasa dan aksara Cina dengan Penempatan

dapur produksi berada di depan atau daerah depan kios, khas tipikal budaya Cina

Page 39: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

27

Gambar 10 Kios kuliner khas masakan etnis Tionghoa

Sumber : Survei lapang (2014)

-Kesenian

Jika dibandingkan dengan etnis Cina di Jawa, dalam bentuk kesenian di Pecinan

Makassar tidak terlalu terlihat terjadinya perpaduan dua budaya. Kegiatan

kesenian di kawasan Pecinan Bogor menjadi suatu hal yang mendapat perhatian

berupa kegiatan ritual keagamaan dan hiburan bagi masyarakat. Salah satu bentuk

kesenian yang biasanya ditampilkan di Klenteng pada Kelurahan Babakan Pasar

yaitu atraksi barongsai, leong-leong yang sering dilakukan oleh masyarakat Cina

pada rangkaian kegiatan etnis Cina pada hari-hari perayaan tertentu (Gambar 11).

Ritual mengelilingi setiap Vihara di pusat Kota Bogor dimulai dari Vihara

Dhanagun yang berada di lokasi penelitian. Jalan Suryakencana menjadi salah

satu rute kegiatan ritual keagamaan ini yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB

dan berakhir di Vihara Dhanagun pada pukul 19.00-24.00 WIB.

Gambar 11 Kegiatan ritual perayaan hari raya imlek 2013 di Jalan Surya Kencana

Sumber: Survei Lapang (2014)

-Sistem Kepercayaan (Religi)

Rangkaian sejarah Indonesia diwarnai berbagai pergolakan yang melibatkan

etnis Cina yang kontradiktif terhadap pribumi. Pada masa ini terjadi pula

peralihan status dan identitas, termasuk dalam sistem kepercayaan. Indikasi ini

terlihat pula di Etnis Cina di Bogor, ada yang semula beragama Kong Hu Chu

atau Budha berpindah memeluk agama Islam, Katolik dan Kristen Protestan.

Page 40: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

28

(a) (b) Gambar 12 (a) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat,

sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana

Sumber : (a)Wikimedia Commons/Tropenmuseum (2014) dan (b)Survei lapang (2014)

- Sistem Pengetahuan

Kebudayaan Sungai Kuning (Cina) termasuk salah satu kebudayaan yang

mempunyai peradaban tertinggi di dunia. Buktinya bahwa hasil kebudayaannya

tetap berkelanjutan bahkan diwarisi hingga sekarang. Cina telah membawa

pengetahuan dan teknologi seperti teknologi metalurgi (pengolahan logam dan

besi), bahkan, bangsa Cina membawa bibit-bibit tanaman seperti teh, tembakau,

dan kacang hijau atau tauge. Implikasi lanjutannya, pengetahuan dan pengolahan

makanan berkembang sehingga kita semakin mengenal variasi kuliner yang kaya

sampai kini. Perwujudan di Pecinan Bogor yang relatif sama di tempat lain pada

umumnya dapat dilihat dengan adanya praktek tabib beserta toko dan ramuan

khas Cina di Jalan Surya Kencana. Berdasarkan kondisi eksisting, dapat

disimpulkan bahwa terdapat keberagaman budaya yang tetap eksis di Pecinan

namun belum diimbangi ketersediaan wadah untuk menampung kegiatan baik

yang bersifat rutin dan insidentil.

Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung, setiap tahunnya

pelaksanaan perayaan Hari Raya Imlek bagi etnis tionghoa dilakukan di Klenteng

Jalan Suryakencana ini. Aktivitasnya berupa rute ritual mengelilingi setiap

klenteng di kota Bogor salah yang satunya berada di Jalan Suryakencana.

Aktivitas yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari ini sangat menarik

pengunjung terutama masyarakat sekitar dan beberapa turis. Kegiatan ini tidak

memiliki restriksi karena hanya diikuti oleh etnis tionghoa tetapi juga dapat

dinikmati oleh seluruh masyarakat kota Bogor.

Inventarisasi

Prasarana Lingkungan

Jaringan Jalan

Pada lokasi penelitian terdapat jalan kolektor dan jalan lingkungan. Lokasi

penelitian dibatasi oleh jalan kolektor yaitu Jalan Otto Iskandar Dinata disebelah

utara. Sedangkan disebelah barat dibatasi oleh jalan yaitu Jalan Suryakencana.

Jalan Otto Iskandardinata termasuk ke dalam wilayah administrasi

Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan yang Otto Iskandardinata membatasi

lokasi studi adalah 730 m. Berdasarkan data inventarisasi jalan kota Bogor tahun

2005, jalan ini memiliki 3 lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan

(DAMIJA) 15 m dan jalur lalu lintas 9 m. Kondisi perkerasan rusak, jenis

Page 41: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

29

perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan berlubang,

dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 10-20 km/jam. Angkutan berat sering

melintas di jalan ini. Trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan selebar 1,5 m, jenis

trotoar berupa ubin/keramik dan kondisinya baik. Saluran di kiri dan kanan jalan

selebar 1 m, jenis nya berupa batu kali dan kondisinya sedang.

Jalan Roda termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor

Tengah. Panjang Jalan Roda yang membatasi lokasi studi adalah 879 m.

Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 2

lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu

lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe

konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan

kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat

trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.

Jalan Suryakencana termasuk kedalam wilayah administrasi Kecamatan

Bogor Tengah. Panjang Jalan Suryakencana yang membatasi lokasi studi adalah

900 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini

memiliki 3 lajur dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur

lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe

konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan

kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat

trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.

Jalan lingkungan dalam permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara

roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan lingkungan sangat sempit

yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area

permukiman penduduk.

Pola sirkulasi pada jalan lingkungan dalam permukiman ini membentuk

cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus masuk dan keluar pada setiap

lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada sekitar Jalan Suryakencana

memiliki pola linier (Gambar 13).

Gambar 13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian

Sumber: Survei lapang (2014)

Drainase

Lokasi penelitian memiliki tipe saluran drainase tertutup (Gambar 14).

Drainase terbuka terletak di sisi-sisi jalan dan berfungsi sebagai pengalir aliran air

hujan. Secara umum, drainase tertutup sudah berjalan dengan baik. Namun di

lokasi tertentu, drainase tertutup penuh dengan sampah yang berasal dari kios dan

Page 42: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

30

warung makan. Drainase tertutup dominan terletak di seluruh sisi permukiman.

Drainase ini sebagian besar digunakan sebagai saluran pembuangan limbah dari

permukiman, toilet, dan mushola.

(a) (b)

Gambar 14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor

(b)Drainase di permukiman

Sumber: Survei lapang (2014)

Persampahan

Pembuangan sampah di lokasi studi dilakukan melalui tiga cara yaitu:

pengangkutan langsung oleh angkutan DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan), pengangkutan ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan

dibuang langsung ke sungai (Gambar 21). Berdasarkan data hasil wawancara,

27% sampah rumah tangga diangkut langsung oleh kendaraan DLHK, 57 %

diangkut ke TPS terdekat dan 13 % dibuang ke sungai. Sampah yang diangkut

secara koordinasi sebesar 74 % dan dibuang langsung ke sungai atau non

koordinasi sebesar 26%. Sistem pembuangan sampah di permukiman sepanjang

Jalan Suryakencana dilakukan melalui pengangkutan langsung oleh kendaraan

DLHK. Biaya pembuangan sampah dimasukkan ke dalam pembayaran tagihan

PDAM setiap bulannya. Sampah rumah tangga ditampung di bak sampah

berukuran 1,5 m x 1,5 m. Dalam kurun waktu 1 kali dalam satu minggu, truk

sampah dari DLHK mengangkut sampah yang ditampung sementara di bak

sampah tiap-tiap rumah atau gerobak sampah untuk diangkut ke TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) Galuga. Pada lokasi penelitian terdapat 4 TPS yaitu 2 TPS di

Pasar Bogor dan 2 TPS di Jalan Roda . Sistem pembuangan sampah dapat melalui

koordinasi dan non koordinasi. Berdasarkan data hasil wawancara, 38% sampah

diangkut ke TPS Jalan Roda, dan 62% diangkut ke TPS Pasar Bogor.

Pengangkutan dilakukan secara kolektif setiap hari. Sampah di daerah ini tidak

hanya sampah rumah tangga tetapi termasuk sampah pasar. Sampah dapat

diangkut secara kolektif melalui koordinasi yang dikelola oleh Ketua Pemuda,

Remaja Mesjid dan Sukarelawan. Pengangkutan dilakukan tiap RT (Rukun

Tetangga), juga dapat dilakukan 2 RT sekaligus. Pada umumnya sampah diangkut

dari setiap rumah pada waktu malam hari oleh kelompok pemuda dan pagi hari

oleh sukarelawan. Sampah dari rumah-rumah diangkut dalam karung untuk

dipanggul atau dipikul. Dalam satu malam dapat menghasilkan 4-6 karung

sampah untuk 2 RT. Pengangkutan sampah menjadi sumber pendapatan bagi

pemuda setempat. Akan tetapi masih terdapat kendala yaitu proses pengangkutan

menjadi terhambat karena keterbatasan. Adanya keterbatasan yang bersifat teknis

dan non teknis dalam pengangkutan sampah mengakibatkan sebagian warga

membuang sampah langsung ke sungai.

Page 43: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

31

Sarana Lingkungan

Lokasi penelitian adalah salah satu pusat perdagangan di Kota Bogor. Pasar

Bogor dan sepanjang Jalan Suryakencana merupakan tempat dengan intensitas

perdagangan yang tinggi. Hampir keseluruhan bangunan merupakan sarana

perniagaan seperti warung, toko, dan Ruko (Rumah Toko). Sarana pendidikan

merupakan fasilitas penunjang dalam suatu permukiman. Pada lokasi penelitian

terdapat 1 Sekolah Dasar, 1 Taman Kanak-Kanak dan 1 TPA (Gambar 4). Sekolah

Dasar yaitu SD Roda yang berada di pinggir jalan Roda. TK Al-Mukhlisin berada

di bantaran sungai Ciliwung. TPA Al-Kharyah berada di tengah-tengah

permukiman padat. Sarana pelayanan umum pada lokasi penelitian yaitu 1 unit

administrasi pemerintahan berupa Kantor Kelurahan Babakan Pasar dan 1 unit

Kantor Bank Cabang Pembantu. Sarana RTH pada lokasi penelitian sangat rendah,

tetapi terdapat ruang terbuka yang berpotensi menjadi RTH (Gambar 15). Bentuk

ruang terbuka di lokasi penelitian berupa lapangan sebanyak 2 lapangan olahraga

masing-masing dengan luas sekitar 167 m2 dan 240 m

2. Penduduk biasanya

menggunakan lapangan ini untuk olahraga seperti badminton dan voli. Mayoritas

pengguna adalah anak-anak dan remaja. Lapangan digunakan sebagai tempat

berkumpul penduduk terutama usia remaja pada sore dan malam hari. Pada siang

hari, lapangan digunakan sebagai tempat untuk menjemur. Intensitas penggunaan

lapangan olahraga lebih tinggi pada pagi dan sore hari terutama hari libur. Sarana

peribadatan di lokasi penelitian yaitu mesjid, gereja dan vihara. Di lokasi studi

terdapat 1 unit mesjid, 1 unit gereja dan 1 unit vihara.

Gambar 15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian

Sumber: Survei lapang (2014)

Utilitas

Air Bersih

Mayoritas penduduk di lokasi studi menggunakan pelayanan PDAM

(Perusahaan Daerah Air Minum) untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Menurut

data PDAM “Tirta Pakuan” Kota Bogor, sebanyak 84,75% rumah tangga di

Kelurahan Babakan Pasar mendapat air bersih dengan berlangganan PDAM.

Pelayanan PDAM sudah menjangkau dan memenuhi kebutuhan air bersih di

permukiman. Berdasarkan data hasil wawancara, sebanyak 28 responden

menggunakan PDAM dan 2 responden menggunakan sumur gali. Pada

permukiman juga terdapat sumur gali yang digunakan sebagai sumur umum.

Sumber air bersih lain di lokasi studi adalah pompa manual. Jumlah pompa

manual masih terbatas dan sedikit jumlahnya. Air tanah merupakan sumber air

untuk pompa. Kondisi air tanah yang sudah tercemar di lokasi studi menyebabkan

Page 44: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

32

air dari pompa tidak digunakan untuk air minum, Air dari pompa digunakan untuk

mandi, cuci dan lain-lain. Penduduk memanfaatkan air dari sumur gali untuk

mandi, cuci dan wudhu. Selama pengamatan di lapang, masih terdapat masyarakat

yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci.

Analisis dan Sintesis

Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan

Analisis penilaian kriteria revitalisasi dilakukan berdasarkan Pedoman

Teknis Revitalisasi Kawasan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 18/PRT/M/2010 dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan

dengan kondisi lokasi penelitian. Penilaian terdiri dari dua tahap, yaitu (1)

menentukan kriteria pemilihan lokasi dan (2) penilaian pemilihan lokasi. Tahap

pertama terdiri dari dua kelompok tahap penilaian, yaitu (1) penilaian variabel

utama yang harus dipenuhi suatu lokasi revitalisasi dan (2) penilaian variabel

tambahan. Variabel utama yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 18/PRT/M/2010, yaitu (a) vitality ekonomi dan degradasi lingkungan

dan (b) nilai lokasi, dan (c) komitmen Pemda. Sementara itu, variabel tambahan

yang terdiri dari (a) kawasan masuk di Kawasan Strategis Menurut UU Tata

Ruang, (b) kepemilikan tanah (land tenure) di kawasan, dan (3) kepadatan fisik

dipilih seluruhnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, kondisi

vitality kawasan dan degradasi lingkungan dapat diukur dari segi penurunan

produktivitas ekonomi (Tabel 17) dan degradasi lingkungan (Tabel 18) di bawah

ini,

Tabel 17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi

No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai

Kumulatif

P S1 P S2 P S3

1. Lapangan

Kerja

Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3 2

2. Unit

Ruang

Usaha

Sangat 1 Beragam 2 Kurang

beragam

3 2

3. Densitas

Penduduk

<60

jiwa/ha

1 60-150

jiwa/ha

2 >150

jiwa/ha

3 3

Nilai Total 1A 7

Indeksa 2.22%

Nilai total x Indeks 15.54%

Keterangan: aIndeks 2.22%

Berdasarkan hasil wawancara terhadap jumlah lapangan kerja di lokasi

penelitian, ditemukan bahwa jumlah lapangan kerja termasuk dalam kategori

sedang. Berdasarkan hasil wawancara dan survei lapang, jumlah unit ruang usaha

di lokasi penilitian termasuk dalam kategori beragam dengan jumlah 30-40 unit

ruang usaha. Berdasarkan data statistik dari Kantor Kecamatan Bogor Tengah

tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar memiliki luas 42 Ha dengan jumlah

penduduk 11.467 jiwa. Densitas penduduk dihitung dengan membandingkan

jumlah penduduk dengan luas keseluruhan lokasi penelitian, sehingga kelurahan

Page 45: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

33

ini memperoleh densitas penduduk sebesar 252 jiwa/ha. Selanjutnya, potensi dan

permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total 1A

dikalikan indeks 2.22% dan dikategorikan menjadi:

1) Nilai < 8.9% = Rendah

2) Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang

3) Nilai > 15.6% = Tinggi

Sementara itu, untuk penilaian degradasi lingkungan berdasarkan kondisi

tingkat pelayanan prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan budaya yang

meliputi:

Tabel 18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan

No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai

Kumulatif P S1 P S2 P S3

Prasarana Dasar

1 Layanan prasarana

air bersih dalam

kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 2

2 Layanan jalan

(dan jembatan)

dalam kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 3

3 Layanan prasarana

drainase dalam

kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 2

4 Layanan prasarana

sanitasi dalam

kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 2

5 Layanan prasarana

persampahan

dalam kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 3

Sarana Dasar

6 Layanan sarana

ekonomi dalam

kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 2

7 Layanan sarana

sosial budaya

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 2

8 Layanan sarana

rumah dalam

kawasan

Sangat

memadai

1 Memadai 2 Kurang

memadai

3 3

Nilai total 1B 25

Indeksa

0.83%

Nilai total x Indeks 20,75% aIndeks 0.83%

Berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman menurut

keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001,

sebanyak 60-220 liter/ orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan dan

55-75% penduduk terlayani. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari

PDAM, air tanah, sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air

bersih dari PDAM sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Dari

beberapa persyaratan minimun tersebut permukiman ini belum dapat melayani

sistem air bersih permukiman ini. Menurut keputusan menteri permukiman dan

prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan untuk kondisi jalan

yaitu panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m, dan akses ke semua lingkungan

Page 46: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

34

permukiman dapat diakses mobil pemadam kebakaran. Berdasarkan pengamatan

di permukiman ini, jalan yang digunakan berukuran 1-2 m dan dengan lebar ini

jalan di permukiman ini tidak dapat mengakomodasi aksesibilitas mobil pemadam

kebakaran. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No.

534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal untuk sanitasi di lingkungan

permukiman yaitu 80-90% penduduk untuk daerah dengan kepadatan > 300

jiwa/ha dengan tingkat pelayanan maksimal 120.000 jiwa, IPLT sistem kolam

dengan debit 50 m3/hari. Pada lokasi permukiman, pelayanan ini belum terpenuhi.

Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No.

534/KPTS/M/2001, penanganan sampah pada lokasi dilakukan secara individual

untuk diambil pemulung, tempat kapasitas perwadahan tersedia, pengumpulan dan

pengangkutan sampah dilakukan secara reguler. Oleh sebab itu, Potensi dan

permasalahan degradasi lingkungan dihitung dari nilai total 1B dikalikan indeks

0.83% dan dikategorikan menjadi:

1) Nilai < 8.3% = Rendah

2) Nilai > 8.3 s.d < 14.9% = Sedang

3) Nilai > 14.9% = Tinggi

2. Nilai Lokasi Penilaian terhadap nilai lokasi kawasan berdasarkan fungsi strategis

kawasan terhadap variabel fungsi ekonomi, nilai jual lahan (terhadap

sekitarnya/radius 1 km), dan pencapaian kawasan dari pusat kota (Tabel 19).

Tabel 19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel

fungsi ekonomi

No Variabel Parameter (P) dan Skori (S) Nilai

P S1 P S2 P S3 Kumulatif

1 Fungsi

strategis

Tidak potensi

untuk fungsi

ekonomi

1 Cukup

potensi

fungsi

ekonomi

2 Potensi

untuk

fungsi

ekonomi

3 3

2 Nilai jual

lahan (radius

1 km)

2% 1 3% 2 4% 3 3

3 Pencapaian

dari pusat

kota

Susah diakses 1 Memiliki

akses

2 Mudah

diakses

3 3

Nilai total 1A 9

Indeksa

2.22%

Nilai total x Indeks 19.98% aIndeks 2.22 %

Potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai

total dikalikan indeks 2,22% dan dikategorikan menjadi:

1. Nilai < 8.9% = Rendah

2. Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang

3. Nilai > 15.6% = Tinggi

3. Komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) Penilaian terhadap komitmen Pemda berdasarkan pengelolaan yang

berkelanjutan dari Pemda, sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan

Page 47: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

35

(regulasi) dari Pemda. Namun dalam penelitian ini, hanya digunakan dua aspek,

yaitu sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan (regulasi) dari

Pemda (Tabel 20).

Tabel 20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda

aJawaban Ya Nilai = 1;

bJawaban Tidak Nilai = 0;

cIndeks 0.063%

Penjumlahan nilai total 1+2 dikali indeks masing-masing dikategorikan menjadi :

1. Nilai < 5% = Rendah

2. Nilai > 5 s.d < 12.5% = Sedang

3. Nilai > 12.5% = Tinggi

b. Tahap II Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian

terhadap variabel-variabel tambahan ditujukan untuk mengetahui (4) keberadaan

kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5)

kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik, seperti yang diterangkan dalam

penjelasan berikut.

1. Kawasan Masuk di Kawasan Strategis menurut UU Penataan Ruang Penilaian kawasan kedalam kawasan strategis berdasarkan UU No.26/2008

tentang Penataan Ruang berdasarkan variabel kawasan strategis nasional, kawasan

strategis provinsi, dan kawasan strategis kabupaten/kota (Tabel 21).

Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26

Tahun 2008 Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini:

Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)

Yaa

Tidakb

Nilai

A Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tidak 0

B Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Tidak 0

No Aspek Yaa

Tidakb

Nilai

1 Sharing investasi (financing)

a. Tidak terpaku APBN, berinisiatif

menggalang dana dari Tk I dan Tk II

1 1

b. Menggalang investor 0 0

Nilai total 1

Indeks 5%

Nilai total x indeks 5%

2 Regulasi/deregulasi

a. Regulasi dokumen perencanaan Penyusunan

Rencana Kerja (PRK) diperkuat dengan SK

Kepala Daerah/Perda

1 1

b. Regulasi pengelolaan kawasan 1 1

1) Traffic system management 1 1

2) Insentif (pajak, KLB, KDB) & disinsentif

3) IMB 1 1

4) Retribusi 1 1

5) PBB,dll 1 1

6) Pembebasan lahan 0 0

7) Kemudahan perizinan 1 1

Nilai total 7

Indeksc

0.63%

Nilai total x indeks 4.41%

Nilai total 1+2 9.41%

Page 48: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

36

Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26

Tahun 2008 (lanjutan)

Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini:

Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)

Yaa

Tidakb

Nilai

C Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tidak 0

Nilai total 0

Indeksc

1,67%

Nilai total x Indeks 0 aJawaban Ya Nilai = 1;

bJawaban Tidak Nilai = 0;

cIndeks 1,67%

Menurut UU No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional, PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKW adalah

kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau

beberapa kabupaten/kota. PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk

mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Lokasi penelitian berada

di Kota Bogor dan Kota Bogor tidak termasuk dalam kawasan PKN, PKW dan

PKSN. Sehingga, potensi lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut

UU No. 26 Tahun 2008 dihitung dari nilai total dikalikan indeks 1.67% dan

dikategorikan menjadi:

1) Nilai 1.7% = Rendah

2) Nilai 3.4% = Sedang

3) Nilai 5.0% = Tinggi

2. Kepemilikan Tanah (Land Tenure) di Kawasan

Penilaian kepemilikan tanah berdasarkan variabel status kepemilikan lahan

tidak dalam sengketa dan status kepemilikan yang jelas (Tabel 22), Tabel 22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan

No Variabel Parameter (P) dan (S) Nilai

P S1 P S2 P S3 Kumulatif

1 Status

sengketa

Bersengketa 1 Penyelesai

an

2 Tidak 3 2

2 Kepemilikan

jelas

Tidak

jelas/liar

1 Milik

privat

2 Milik

Negar

a

3 2

Nilai total 1A 4

Indeksa

0.83%

Nilai total x Indeks 3.32% aIndeks 0.83%

Potensi dan permasalahan kepemilikan tanah (land tenure) dihitung dari nilai total

dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:

1) Nilai < 2.5% = Rendah

2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang

3) Nilai > 4.2% = Tinggi

3. Kepadatan Fisik Penilaian kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB (Koefisien Dasar

Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) (Tabel 22).

Page 49: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

37

Tabel 22 Nilai lokaasi berdasarkan kepadatan fisik

No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai

P S1 P S2 P S3 Kumulatif

1 KDB (Koefisien

Dasar Bangunan)

Rendah

(<40%)

1 Sedang

(40%-80%)

2 Tinggi

(>60%)

3 3

2 KLB (Koefisien

Lantai Bangunan)

Rendah

(<1)

1 Sedang (1-2) 2 Tinggi

(>2)

3 1

Nilai total 1A 4

Indeksa 0.83%

Nilai total x Indeks 3.32 % aIndeks 0.83%

Pada lokasi penelitian terdapat permukiman dengan dominasi rumah toko

dan rumah sederhana. Permukiman dengan dominasi rumah toko memiliki KDB

64% dan kepadatan bangunan sangat tinggi. Jumlah bangunan 30 per hektar

dengan pola bangunan linier dan teratur. Permukiman dengan dominasi rumah

sederhana memiliki KDB sekitar 91% dengan kepadatan sangat tinggi. Dominasi

bangunan berupa rumah tinggal dengan luas 70 m2. Jumlah bangunan sekitar 85

rumah dengan pola bangunan tidak teratur dan lebar jalan lingkungan sekitar

1,2m. Oleh sebab itu, KDB di lanskap permukiman ini termasuk dalam kategori

tinggi. Potensi dan permasalahan kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB dan

KLB dihitung dari nilai total dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:

1) Nilai < 2.5% = Rendah

2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang

3) Nilai > 4.2% = Tinggi Setelah dilakukan penentuan kriteria dan penilaian terhadap variabel utama

dan variabel tambahan, selanjutnya adalah tahap penentuan kelulusan (passing

grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi/ kawasan revitalisasi. Ketentuan

dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan, yaitu:

i. Kawasan revitalisasi dapat lolos ke passing grade apabila total jumlah nilai

pada tahap I ≥ 60%.

ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk

mendapatkan nilai akhir.

Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan

didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan

sebagai berikut:

i. nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial

ii. nilai > 80% – ≤ 85% = potensial

iii. nilai > 85% – 100% = sangat potensial

hasilnya, potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi

kawasan berdasarkan jumlah penilaian Tahap I (penilaian variabel utama) sebesar

65.68% dan Tahap II (penilaian variabel tambahan) sebesar 11.65%. Dengan

demikian, total nilai adalah sebesar 77.33%. Nilai ini termasuk ke dalam rentang

kriteria cukup potensial untuk dilakukan upaya revitalisasi kawasan (Tabel 23).

Page 50: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

38

Tabel 23 Kriteria revitalisasi di lokasi penelitian

Kriteria revitalisasi Nilai Indeks (%) Nilai total (%)

1. Penilaian pemilihan lokasi

i. Variabel utama

a. Vitality ekonomi

b. Degradasi lingkungan

7.00

25.00

2.22

0.83

36.29

c. Nilai lokasi 9.00 2.22 19.98

d. Komitmen Pemda

e. Sharing investasi 1.00 5.00 5.00

f. Regulasi/deregulasi 7.00 0.63 4.41

ii. Variabel tambahan

a. Kawasan masuk di Kawasan

Strategis menurut UU Tata Ruang

0.00 1.67 0.00

b. Kepemilikan tanah (land tenure) 4.00 0.83 3.32

c. Kepadatan fisik 4.00 0.83 3.32

2. Penentuan kelulusan (passing

grade) dan potensi keberhasilan

pemilihan lokasi kawasan

1. nilai ≥65%-≤80% = cukup potensial

2. nilai >80% - ≤85% = potensial

3. nilai >85%-100% = sangat potensial

Nilai total kriteria revitalisai I+II 72.72

Kriteria revitalisasi Cukup potensial

Berdasarkan hasil analisis kriteria revitalisasi, lanskap permukiman padat

penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan

revitalisasi.

Analisis Vitality Lanskap permukiman Padat

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow dalam Porteus tahun 1977, dengan kondisi eksisting di lanskap

permukiman kelurahan Bababakan Pasar yang di tampilkan dalam tabel berikut

(Tabel 24).

Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat

Kel. BabakanPasar

No. Kebutuhan

Dasar

Bentuk Fisik/Non

Fisik

Keterangan (Ada/Tidak

Ada), Jenis

Form

(Bentuk)

1. Pangan ●Aktivitas

●Produksi

●Ada (berjualan)

●Ada (produksi adonan

lumpia dan kuliner khas

Cina)

●Node yang

mengokupasi path

dalam distrik

permukiman

2. Keamanan ●Layout

permukiman

●Gerbang

permukiman

●Pos keamanan

●Ada (pola linier dan cul

de sac)

●Ada (Gapura Kel.

Babakan Pasar)

●Ada (Poskamling)

Page 51: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

39

Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat

Kel. BabakanPasar (lanjutan)

No. Kebutuhan

Dasar

Bentuk Fisik/Non

Fisik

Keterangan (Ada/Tidak

Ada), Jenis

Form

(Bentuk)

3. Afiliasi ●Ruang terbuka

●Ruang berkumpul

(outdoor dan indoor)

●Koperasi/Bank

●Ada (Pedestrian, teras

kios dan bangunan, jarak

antar bangunan, dan

lapangan)

●Ada (Klenteng

Gunadharma)

●Ada (Bank Mandiri)

●Node yang

mengokupasi path

dalam distrik

permukiman

●Landmark

●Node

4. Stimulasi ●Ragam display/toko

●Ada (Keunikan fasad

bangunan)

●Distrik

5. Identitas ●Budaya tradisional

Cina

●Aktivitas

●Monumen

●Tugu

●Festival budaya etnis

Cina

●Aktivitas ekonomi

●Tidak Ada

●Tidak Ada

Sumber: Survei Lapang (2014)

Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk fisik kebutuhan dasar manusia di lanskap

permukiman dapat teridentifikasi dengan baik. Bentuk fisik kebutuhan pangan

yaitu aktivitas ekonomi seperti berjualan dan produksi kuliner khas Cina. Bentuk

fisik keamanan berupa layout permukiman, gerbang permukiman dan pos

keamanan. Bentuk fisik kebutuhan afiliasi berupa ruang terbuka dan ruang

berkumpul baik diluar ruangan maupun didalam ruangan. Bentuk fisik stimulasi

di dalam lokasi penelitian yaitu ragam display/toko yang memiliki keunikan fasad

bangunan. Bentuk non-fisik identitas kawasan yaitu festival kebudayaan

tradisional Cina yang diadakan setiap tahun. Sedangkan bentuk fisik identitas

yaitu aktivitas ekonomi karena kawasan yang telah dikenal sebagai kawasan

perdagangan sejak zaman dahulu. Kebutuhan pangan dan afiliasi terdapat

kesamaan yaitu dalam bentuk node dan mengokupasi path di dalam permukiman

yang seharusnya hanya untuk jalur sirkulasi. Kondisi ini ditemukan di sepanjang

Jalan Suryakencana dan Jalan Roda. Oleh sebab itu, kebutuhan dasar manusia

yang paling signifikan didalam lokasi penelitian yaitu pangan dan afiliasi.

Identifikasi pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian dapat

digunakan untuk memperjelas studi perilaku masyarakat. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui lokasi kegiatan, intensitas dan aksesibilitas masyarakat untuk

mencapai setiap titik lokasi kegiatan pada Tabel 25 dan Gambar 16.

Page 52: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

40

Tabel 25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di

lokasi penelitian

Kebutuhan Dasar Lokasi Intensitas Aksesibilitas

Kebutuhan Biologis

●Berjualan

●Warung di

Pedestrian Jalan

Suryakencana

●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1

●Kios di Jalan

Suryakencana

●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1

●Pasar Bogor ●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1

●Pasar pagi

●Jalan raya ●03.00-06.00 ●Linier, mudah, publik1

●Home industry ●Rumah penduduk ●Pagi-Sore ●Cul de sac, cukup

sulit2, khusus untuk

pekerja

Kebutuhan Afiliasi

●Berkumpul ●Lapangan

olahraga

●Siang-sore

hari

●Cul de sac, cukup

sulit2, akses publik

1

●Teras rumah dan

kios

●Sepanjang

hari

●Cul de sac, cukup sulit2

khusus hanya untuk

pemilik rumah dan

tetangga

●Tempat ibadah ●Pagi-Malam ●mudah, akses khusus

hanya untuk aktivitas

agama

Kebutuhan Rohani dan Estetika

●Sembahyang ●Vihara ●Pagi-Malam ●Akses mudah, hari

biasa hanya khusus untuk

kegiatan sembahyang,

(saat hari raya imlek

terbuka untuk publik1)

●Mesjid

●Pagi-Malam ●Akses mudah, hanya

khusus untuk umat

Kristen

●Gereja ●Pagi-Sore ●Akses mudah, hari

hanya khusus untuk umat

islam

●Perayaan Keagamaan

etnis Cina

●Jalan

Suryakencana

●Pagi-Malam ●Linier, Akses mudah,

terbuka untuk publik1

Keterangan: 1tidak ada pembatasan jenis pengguna dan pengunjung,

2ruang sempit

Sumber: Survei Lapang (2014)

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa intensitas aktivitas ekonomi

adalah aktivitas yang paling banyak di lokasi penelitian. Sementara itu, aktivitas

keagamaan berada di peringkat kedua dan aktivitas sosial berada di peringkat

ketiga. Oleh sebab itu, di lanskap permukiman padat ini memiliki potensi

ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya. Selanjutnya, jika dilihat pada

aksesibilitas di lokasi penelitian, pada aktivitas ekonomi secara umum

aksesibilitas linier, menuju lokasi mudah dan penggunaannya terbuka untuk

umum. Namun, untuk home industry aksesibilitas cul-de-sac dengan akses

menuju lokasi cukup sulit karena berada di dalam kawasan permukiman padat dan

penggunaannya dikhususkan untuk pekerja. Oleh sebab itu, untuk aksesibilitas

aktivitas ekonomi semakin tidak adanya pembatasan penggunaan dan pengunjung

Page 53: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

41

menuju suatu lokasi di lanskap permukiman ini maka semakin tinggi

aksesibilitasnya.

Gambar 16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian

Sumber: Survei lapang (2014)

Pemenuhan kebutuhan biologis diekspresikan penduduk sebagai aktivitas

ekonomi. Bangunan ruko ditemukan di dalam lokasi penelitian dalam jumlah

banyak dan mengokupasi jalur (path) di sepanjang Jalan Roda dan Jalan

Suryakencana di lokasi penelitian. Ruko adalah bangunan yang digunakan

penduduk untuk berjualan dan sekaligus menjadi tempat tinggal. Berdasarkan

hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat perbedaan jumlah PKL

dan ruko di Jalan Roda (Gambar 17) dan Jalan Suryakencana (Gambar 18).

(a)

Page 54: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

42

(b)

Gambar 17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi

PKL di Jalan Roda

Sumber : Survei lapang 2014

Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Roda jumlah fasilitas ekonomi yang aktif

yaitu ruko 20 unit dan PKL 5 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk

tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 18 unit dan jumlah PKL aktif

sebanyak 5 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah

dengan tidak adanya ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 1 unit. Oleh

sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Roda pada pagi dan siang

hari lebih tinggi dibandingkan malam hari.

(a)

(b)

Gambar 18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi

PKL di Jalan Suryakencana

Sumber: Survei lapang 2014

Page 55: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

43

Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Suryakencana jumlah aktivitas yaitu

ruko 40 unit dan PKL 30 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi

dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 30 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak

30 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan

tidak adanya jumlah ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 10 unit. Oleh

sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Suryakencana pada pagi

dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari. Perbandingan jumlah dan

intensitas aktifitas di jalan Suryakencana pada siang hari lebih tinggi

dibandingkan Jalan Roda. Kondisi jalan Suryakencana yang ramai dan akses

utama membuat sektor informal seperti PKL lebih banyak dibandingkan Jalan

Roda. Hal ini juga terjadi di lokasi penelitian, PKL yang tidak dapat berjualan di

pagi hari, membuka lahan usahanya di sepanjang Jalan Suryakencana pada malam

hari. Hasil survei lapang menunjukkan sebesar 10% PKL buka dibandingkan yang

tutup pada malam hari, sedangkan seluruh ruko tutup pada malam hari. Hal ini

menunjukkan bahwa PKL masih tetap beraktivitas dalam jumlah besar pada

malam hari, dibandingkan ruko.

(a) (b)

Gambar 19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality aktivitas

ekonomi pada ruko selama ± 24 jam

Sumber: Survei lapang (2014)

Sektor informal dapat menghidupkan suasana di malam hari (Sholihah 2005).

Oleh sebab itu, aktivitas PKL berperan sebagai salah satu penggerak ekonomi di

lokasi penelitian pada malam hari. Aktivitas ekonomi ini juga berperan sebagai

salah satu potensi untuk meningkatkan vitality kawasan ini. Aktivitas ekonomi di

Jalan Roda lebih rendah dibandingkan aktivitas di sepanjang Jalan Suryakencana,

padahal jarak antara kedua lokasi cukup dekat dan berada dalam lokasi yang

sama. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh beberapa

informasi mengenai potensi vitality di jalan Roda (Tabel 26),

Tabel 26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting No Dahulu Saat ini

1 Digunakan sebagai jalur aktivitas budaya untuk

perayaan imlek

Tidak ada aktivitas budaya

2 sebagai jalur perdagangan Masih digunakan sebagai jalur

perdagangan

3 Jumlah permukiman sedikit Jumlah permukiman

meningkat

Sumber: Survei lapang dan wawancara langsung (2014)

Page 56: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

44

Berdasarkan hasil analisis, potensi ekonomi di dalam lokasi penelitian lebih

dominan dibandingkan potensi lainnya. Oleh sebab itu, evaluasi dilakukan untuk

meningkatkan vitality ekonomi kawasan penelitian.

Gambar 17 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian

Sumber: Survei lapang 2014

Page 57: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

45

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Struktur/Perilaku Keteritorialan

Analisis ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden

sebanyak 30 orang. Responden diberikan pertanyaan sebanyak 5 buah untuk

mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku keteritorialan di lokasi

penelitian. Hasil kuisioner diolah menggunakan skala likert dan hasilnya

ditampilkan pada (Tabel 27),

Tabel 27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan

perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar

Sturktur/Perilaku

Keteritorialan

1 2 3 4 5 Total Indeks

Penilai

an

DK*

Jalan Suryakencana

Menjaga keindahan

lanskap/arsitektur 2 2 15 8 100 127 0,85 SP

Merupakan Landmark 1 2 6 16 100 125 0,83 SP

Memiliki nilai historis 1 2 18 16 90 127 0,85 SP

Untuk kegiatan

upacara adat 1 12 12 4 110 139 0,93 SP

Memiliki nilai

ekonomi 1 2 3 4 130 140 0,93 SP

Jalan Roda

Menjaga keindahan

lanskap/arsitektur 1 26 30 20 5 82 0,55 CP

Merupakan Landmark 12 24 12 4 5 57 0,38 KP

Memiliki nilai historis 12 6 39 4 5 66 0,44 CP

Untuk kegiatan

upacara adat 20 14 3 4 5 46 0,31 KP

Memiliki nilai

ekonomi 19 2 3 32 5 61 0,41 CP

Vihara

Menjaga keindahan

lanskap/arsitektur 1 2 6 20 105 134 0,89 SP

Merupakan Landmark 1 2 3 20 110 136 0,91 SP

Memiliki nilai historis 1 2 21 8 100 132 0,88 SP

Untuk kegiatan

upacara adat 1 2 3 4 130 140 0,93 SP

Memiliki nilai

ekonomi 10 14 21 16 5 56 0,37 P

Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian Keterangan: 1=Sangat Kurang

Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat Penting; DK= Derajat

Kepentingan

Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, diketahui bahwa responden

menganggap penting keberadaan/peran setiap variabel di lanskap permukiman

untuk mendukung struktur dan perilaku keteritorialan. Hal ini diketahui dari

Page 58: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

46

jumlah jawaban terbanyak „sangat penting‟, „penting‟ dan „cukup penting‟

dibandingkan dengan jawaban „kurang penting‟ terhadap peran variabel kepada

keberlangsungan struktur dan perilaku keteritorialan. Hasil pengolahan data

menunjukkan bahwa responden menganggap Jalan Suryakencana sangat penting

untuk mengakomodasi struktur perilaku keteritorialan di lokasi penelitian.

Struktur/perilaku keteritorialan yang paling tinggi di Jalan Suryakencana adalah

nilai ekonomi dengan skor sebanyak 140. Sedangkan, secara keseluruhan derajat

kepentingan Jalan roda untuk mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk

dianggap lebih rendah dibandingkan Jalan Suryakencana dan Vihara. Berbeda

dengan Vihara yang dianggap sangat penting mengakomodasi semua perilaku

keteritorialan kecuali nilai ekonomi. Skor penilaian tertinggi Vihara dalam

mengakomodasi struktur/perilaku keteritorialan yaitu kegiatan upacara keagamaan

sebanyak 140. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa Jalan

Suryakenaca dan Vihara merupakan elemen lanskap yang sangat penting

mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk yaitu memiliki nilai ekonomi,

mengakomodasi kegiatan upacara adat dan memiliki nilai historis sehingga sangat

penting untuk dipertahankan kualitas lanskapnya. Sementara itu, Jalan Roda

memiliki peluang untuk mengakomodasi perilaku ekonomi karena lokasinya

berdekatan dengan Jalan Suryakencana.

Analisis Elemen Mental Map

Jalur sirkulasi dan aksesibilitas dapat menunjukkan hubungan ruang pada

tapak. Menurut Kevin Lynch dalam Image of The City tahun 1960, legibility

adalah kualitas setiap ruang yang terhubungkan dengan mudah, sehingga

pengguna merasakan navigasi dan memudahkan akses pada suatu lanskap. Faktor

legibility ini dapat di tunjukkan melalui elemen mental map. Elemen mental map

pada lokasi penelitian di tampikan sebagai berikut (Tabel 28) dan (Gambar 21),

Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar

Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian

Node Pusat kegiatan dimana

pengguna merasakan „masuk‟

dan „keluar‟ pada tempat yang

sama

Node dapat diidentifikasi sebagai

Vihara, Pasar Bogor dan

persimpangan Jala Suryakencana-

Jalan Juanda dan Jalan Roda-Jalan

Suryakencana. Vihara sebagai

tempat berkumpul pusat aktivitas

keagamaan bagi etnis Tionghoa

dan jalan menjadi titik dua

pertemuan jalur berbeda. Selain

itu, Pasar Bogor menjadi salah satu

pusat aktivitas ekonomi yang

sangat tinggi di Kota Bogor. Node

sering terjadi kemacetan karena

menjadi titik pertemuan dua jalur

berbeda dan berbagai aktivitas

ekonomi yang sangat tinggi. Walau

begitu legibility-nyatinggi karena

masih dapat menavigasi pengguna

di lokasi tersebut.

Page 59: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

47

Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar (lanjutan) Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian

Landmark Point of reference biasanya

disimbolkan sebagai bangunan,

tanda, toko dan bangunan yang

biasanya terlihat dari beberapa

sudut pandang dan lebih

menonjol dibandigkan elemen

lainnya

Bangunan Pasar Bogor

diidentifikasi sebagai landmark

kawasan karena menjadi bangunan

terbesar di kawasan dan sebagai

tujuan utama dari kebanyakan

pengunjung. Vihara juga dapat

disebut sebagai landmark karena

bentuk bangunan yang unik

sehingga sangat kontras dengan

bangunan lain di lokasi penelitian

Path Jaringan jalan yang potensial

memunjukkan arah pergerakan

bagi penggunanya di suatu

tapak

Jaringan jalan di permukiman ini

terdiri dari jalan kota jalan

lingkungan dan gang. Jalan kota

memiliki jalur lebih jelas

dibanding jalan lingkungan

sehingga lebih dapat mengarahkan

pergerakan yang jelas pada

pengguna. Oleh sebab itu legibility

jalan kota lebih tinggi

dibandingkan jalan lingkungan.

Hal ini dapat disebabkan karena

jalan lingkungan terbentuk antara

jarak antar bangunan dan jarak

halaman setiap permukiman

sehingga tidak memiliki jalur yang

jelas dan teratur

District Bagian kota dengan ukuran

skala sedang hingga sangat

besar yang memiliki banyak

kesamaan

Distrik terbagi menjadi kawasan

permukiman dan perdagangan.

Namun pada sepanjang jalan

Suryakencana kawasan

permukiman dan perdagangan

berada dalam satu distrik.

Edge Garis linier pada batas kawasan

yang tidak dimanfaatkan sama

sekali didalam suatu kawasan

Sempadan Sungai Ciliwung masih

dimanfaatkan oleh penduduk

sebagai permukiman dan aktivitas

rumah tangga.

Sumber: Survei lapang (2014)

Page 60: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

48

Gambar 21 Mental map kelurahan Babakan Pasar

Sumber: Survei lapang (2014)

Page 61: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

49

Pada lokasi penelitian, node diidentifikasi sebagai Vihara, Pasar Bogor dan

persimpangan jalan utama. Selain itu node berada di setiap pertemuan jalur jalan

utama yaitu di persimpangan Jalan Suryakencana dengan Jalan Juanda dan pada

pertemuan Jalan Roda dan Jalan Suryakencana. Pada node jalan sering terjadi

kemacetan karena selain karena pertemuan dua jalur berbeda juga karena

pertemuan berbagai aktivitas ekonomi sehingga mengganggu sirkulasi. Landmark

adalah point of reference biasanya disimbolkan sebagai bangunan, tanda, toko dan

bangunan yang biasanya terlihat dari beberapa sudut pandang dan lebih menonjol

dibandigkan elemen lainnya (Lynch 1960). Landmark pada tapak yaitu Pasar

Bogor dan Vihara. Pasar Bogor yang merupakan salah satu bangunan terbesar dan

menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi terbesar dikawasan ini. Vihara dengan

arsitekur dan warnanaya menjadikannya sebagai point of interest dan pusat

aktivitas keagamaan. Path adalah jalur yang secara potensial memunjukkan arah

pergerakan bagi penggunanya di suatu tapak (Lynch 1960). Jaringan jalan di

permukiman ini terbagi menjadi dua yaitu, jalan kota dan jalan lingkungan. Jalan

kota adalah jaringan jalan yang sangat jelas terlihat pada tapak dan memberikan

arahan pergerakan jelas pada pengguna. Sementara itu, jalan lingkungan adalah

jalan di dalam permukiman yang terbentuk antara jarak antar bangunan dan jarak

halaman setiap permukiman. Jalan lingkungan tidak dapat memberikan arahan

bagi pengguna jalan apalagi pengguna yang pertama kali berada pada tapak

sehingga dapat tersesat. Oleh sebab itu, eligibility jalan lingkungan lebih rendah

dibandingkan eligibility jalan kota. Edge adalah garis linier yang tidak

dimanfaatkan sama sekali didalam suatu kawasan (Lynch 1960). Pada lokasi

penelitian edge berupa sempadan Sungai Ciliwung yang menjadi batas area

lanskap permukiman padat. Namun, tidak sesuai dengan teori yang ada, pada

lokasi penelitian terdapat beberapa bagian batas sempadan sungai masih

dimanfaatkan penduduk sebagai permukiman. District adalah bagian kota dengan

ukuran skala sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan (Lynch

1960). Pada lokasi penelitian, permukiman ini memiliki dua distrik yaitu distrik

permukiman dan distrik perdagangan. Namun, terjadi penggabungan distrik di

sepanjang Jalan Suryakencana karena penduduk menggunakan bangunan

permukimannya sebagai tempat berjualan.

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa Vihara dan Pasar Bogor

menjadi node sekaligus landmark kawasan. Hal ini disebabkan keduanya

merupakan suatu ciri kota yang menonjol yang dapat berperan dan fungsi sebagai

orientasi, pergerakan lingkungan bagi penduduk dan pendatang ke lokasi

penelitian. Namun, perbedaannya terletak pada kegiatan fungsional yang ada

disekitarnya atau didalamnya. Sehingga node dapat sekaligus merupakan

landmark, tetapi suatu landmark tidak selalu sekaligus menjadi node. Selain itu,

elemen mental map di lokasi penelitian dapat ditemukan dengan jelas sehingga

faktor legibility lanskap tersebut dapat dikategorikan tinggi. Faktor legibility

tinggi menjadi potensi lokasi penelitian untuk mengakomodasi aktivitas navigasi

dan kebutuhan masyarakat didalamnya.

Page 62: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

50

Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak

Berdasarakan hasil survei melalui kuesioner dan wawancara terhadap 30

responden dengan teknik purposive sampling, diketahui bahwa pengguna lanskap

permukiman Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar

adalah wanita sebanyak 73% dan sisanya pria 27% (Gambar 19a) serta dominan

berusia 25-50 tahun. Tingkat variasi tujuan kedatangan dan jenis aktivitas adalah

bisnis/ekonomi 78%, aktivitas rohani 11%, dan sosial budaya 11 % (Gambar19b).

Gambar 19 Karakteristik pengguna: (a) jenis kelamin dan (b) tujuan kedatangan

Persepsi masyarakat pengguna terhadap kondisi umum lanskap permukiman di

antaranya sangat buruk 27%, buruk sebanyak 20%, sedang 23%, dan baik 30%

(Gambar 20a). Persepsi pengguna terhadap kondisi sarana dan fasilitas lanskap

permukiman Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah paling tinggi

menyatakan sangat buruk sebanyak 66%, buruk 10%, sedang 21%, dan baik 3%

(Gambar 20).

Gambar 20 Persepsi pengguna: (a) kondisi umum dan (b) kondisi pelayanan

fasilitas dan sarana lanskap permukiman

a. b.

a. b.

Page 63: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

51

Gambar 21 Preferensi responden untuk evaluasi lanskap permukiman

Responden berharap melaui evaluasi ini dapat terciptanya suatu kawasan

lanskap permukiman yang lebih berkualitas dari segi fisik kawasan. Responden

mengharapkan adanya ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas sosial

dan rekreasi permukim. Responden juga mengharapkan tersedia fasilitas

penunjang untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, sosial, rohani, dan ekonomi

pengguna tapak. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan ruang terbuka sangat

diharapkan terutama untuk menunjang aktivitas sosialisasi penduduk. Kebutuhan

akan ruang terbuka ini dapat berupa taman maupun lapangan olahraga yang dapat

digunakan oleh masyarakat dari setiap golongan usia. Lapangan olahraga

diharapkan mampu digunakan untuk beragam jenis olahraga seperti bulu tangkis,

voli, basket dan futsal dengan jumlah yang memadai. Pada jalur sirkulasi,

responden berharap agar fungsi jalan utama di dalam kawasan permukiman hanya

menjadi jalur sirkulasi dan bebas dari aktivitas lainnya misalnya aktivitas

ekonomi. Perbaikan kualitas jalan dari segi pemilihan material jalan juga

diharapkan agar kualitas jalan tahan lama dan kuat.

Pemenuhan kebutuhan sosialisasi pengguna tapak dapat dilakukan dengan

peningkatan ruang terbuka. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan

menciptakan suatu hubungan langsung diantara ruang dan orang-orang yang

berada disekelilingnya. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan

aktivitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah perbedaan kelas sosial,

usia, etnik dan budaya serta perbedaan lokasi dan wilayah. Pada jaringan air

lanskap permukiman, responden berharap agar kebutuhan akan air bersih dapat

tersedia secara lancar.

Potensi Vitality Ekonomi Lanskap Permukiman Padat

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa potensi vitality ekonomi di

lanskap permukiman padat ini yang paling signifikan diantara potensi lainnya

yaitu potensi budaya dan sejarah. Salah satu potensi vitality budaya yaitu

kegiatan perayaan Hari Raya Imlek di lokasi penelitian. Dan potensi kesejarahan

sebagai salah satu kawasan pusat perdagangan pada zaman Pemerintahan Kolonial

Page 64: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

52

yang terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah bergaya arsitektur kolonial di

dalam kawasan. Selan itu, Elemen mental map yang menunjukkan legibility tinggi

di dalam lokasi penelitian diharapkan dapat mendukung peningkatan vitality

ekonomi. Pendekatan revitalisasi diharapkan mampu mengenali dan

memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra

tempat) (Danisworo 2000). Oleh sebab itu, evaluasi lanskap ini diarahkan untuk

meningkatkan nilai vitality ekonomi di lanskap permukiman padat dengan tetap

memanfaatkan potensi budaya dan sejarah di lokasi penelitian.

Evaluasi Lanskap Permukiman Padat

Pada tahap evaluasi, dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting lanskap

permukiman padat dengan perbandingan standar pelayanan minimal untuk

permukiman berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

No. 534/KPTS/M/2001. Penilaian lanskap permukiman padat dikategorikan

menjadi baik dan buruk. Kategori baik apabila kondisi lanskap permukiman

sesuai dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan. Kategori buruk apabila

tidak sesuai dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan. Kategori hasil

penilaian dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 29),

Tabel 29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat

Kategori

Penilaian

Indikator

Penilaian

Standard Pelayanan

Minimal

Kategori

Baik

Kategori

Buruk

Sesuai

Standard

Tidak

Sesuai

Standard

Permukiman KDB KDB maksimal 75-80% √

Jaringan jalan Kondisi jalan,

aksesibilitas Akses kesemua lingkungan

permukiman

Akses ke semua lingkungan

permukiman dapat di akses

mobil pemadam kebakaran

Drainase Presentase daerah

genangan

Tinggi genangan

Lama genangan

Frekuensi

genangan

50%-80% daerah genangan

tertangani

Tinggi genangan <30cm

Lama genangan <2jam

Frekuensi genangan maks. 2

kali setahun

Persampahan Presentase

penduduk terlayani

Pemindahan dengan transfer

depo 100-150m2 per

30.000 penduduk terlayani

dengan radius 400-600 m

Pengangkutan dengan truk

sampah 6m3 per 10.000

penduduk

TPA menggunakan sistem

controlled landfill pada

lokasi yang tidak produktif

bagi pertanian, muka air

tanah cukup dalam, dan

jenis tanah kedap air

Page 65: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

53

Tabel 29 Kriteria evaluasi lanskap permukiman padat (lanjutan)

Kategori

Penilaian

Indikator

Penilaian

Standard Pelayanan

Minimal

Kategori

Baik

Kategori

Buruk

Sesuai

Standard

Tidak

Sesuai

Standard

Sarana Sarana niaga,

pendidikan,

kesehatan,

pelayanan

umum, ruang

terbuka, sosial

budaya

Pada satuan lingkungan

dengan jumlah penduduk

<30.000 jiwa tersedia 1

sarana niaga yaitu pasar, 1

unit TK, 9 unit SD, 3 unit

SMP dan 1unit SMU dengan

kondisi bersih, mudah

diakses, jauh dari sumber

pencemaran, nyaman, dan

tidak bising.

Utilitas umum Air bersih 60-220 liter/ orang/hari

untuk permukiman di

kawasan perkotaan

Memenuhi standar air

bersih

Sumber: Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2001)

Permukiman

Dari segi keamanan, sempadan sungai tidak layak untuk menjadi area

permukiman. Menurut UU, sempadan bertanggul memiliki ketentuan lebar

sempadan lebih kecil. Lebar sempadan adalah >3 meter untuk kawasan perkotaan

dan >5 meter untuk kawasan luar perkotaan (Gambar 22). Area yang tidak sesuai

kriteria standar di tandai dengan warna merah menunjukkan kondisinya termasuk

buruk. Area diluar sempadan sungai termasuk aman untuk permukiman ditandai

dengan warna biru (Gambar 23).

Gambar 22 Kriteria lebar sempadan bertanggul

Sumber: Ditjen SDA Kementerian PU (2014)

Berdasarkan Standard Nasional Indonesia tahun 1983, permukiman teratur

memiliki kapasitas 50 rumah/ha sedangkan permukiman padat memiliki kapasitas

50-100 rumah/ha. Lokasi studi terdiri dari permukiman teratur dan permukiman

padat. Warna biru pada peta menunjukkan kategori “baik” dan warna merah pada

peta menunjukkan kategori ”buruk”(Gambar 24). Area dengan kategori “baik”

didasarkan pada kepadatannya dengan kapasitas 30 rumah/ha. Hal ini berarti tidak

Page 66: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

54

melebihi kapasitas rencana dan sesuai dengan kriteria standard. Area dengan

kategori ”buruk” didasarkan pada kepadatannya dengan kapasitas 85 rumah/ha.

Area ini termasuk dalam permukiman padat dan melebihi kapasitas.

Penilaian kategori baik dan buruk juga didasarkan pada parameter Koefisien

Dasar Bangunan (KDB). Berdasarkan Keputusan Mentri PU No.640/Kpts/1997

dan Penmendagri No.59 tahun 1988 tentang pengklasifikasian kepadatan

bangunan, KDB maksimal sebesar 75-80%. Area dengan kategori baik memiliki

KDB 64% sesuai dengan kriteria standard (Gambar 24). Area dengan kategori

buruk memiliki KDB 91% atau tidak sesuai dengan kriteria standard.

Jaringan Jalan

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

534/KPTS/M/2001, jaringan jalan di lanskap permukman dapat memberikan

akses ke semua lingkungan permukiman. Pada lokasi penelitian, jalan lingkungan

belum dapat memberikan akses yang mudah karena ukuran jalan yang sangat

sempit. Dengan kondisi jalan lingkungan di pemukiman saat ini, juga belum dapat

menyediakan akses mobil pemadam kebakaran ke seluruh permukiman.

Drainase

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal drainase untuk permukiman yaitu

50%-80% daerah genangan tertangani, tinggi genangan <30cm, lama genangan

<2jam dan frekuensi genangan maks. 2 kali setahun. Pada lokasi penelitian,

sekitar 80% daerah genangan dapat tertangani. Namun tinggi genangan >30cm,

lama genangan air >2jam dan frekuensi genangan >2 kali dalam setahun. Oleh

sebab itu, drainase di lanskap permukiman padat ini dapat dikategorikan menjadi

buruk.

Persampahan

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal persampahan untuk permukiman

yaitu pemindahan dengan transfer depo 100-150m2 per 30.000 penduduk terlayani

dengan radius 400-600 m, pengangkutan dengan truk sampah 6m3 per 10.000

penduduk danTPA menggunakan sistem controlled landfill pada lokasi yang tidak

produktif bagi pertanian, muka air tanah cukup dalam, dan jenis tanah kedap air.

Namun, Pada lokasi penelitian pengelolaan sampah tidak dilakukan sesuai standar

dan terdapat masyarakat yang masih membuang sampah di Sungai Ciliwung.

Olehsebab itu, salah satu solusi dalam mengelola sampah adalah menerapkan

konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan melakukan sosialisasi terlebih dulu

pada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat membentuk perilaku masyarakat

yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

melakukan pengelolaan sampah. Reduce dapat dilakukan dengan memilih barang

yang diperlukan bukan diinginkan, membeli barang berkualitas tinggi,

meminimalkan penggunaan kemasan sekali pakai, dan membeli barang-barang

lokal.

Page 67: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

55

Sarana

Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di lokasi studi terdiri dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah

Dasar dan Sekolah Menengah Atas (Tabel 30). Lokasi nya tidak merata dan

beberapa sekolah perlu dilakukan upaya pengendalian atau perbaikan. Sekolah

yang termasuk kategori ”baik” kondisinya sudah sesuai dengan kriteria standard

dari segi lokasi dan luasan. Sedangkan sekolah yang termasuk kategori ”buruk”

kondisinya tidak sesuai dengan kriteria standard sehingga perlu dilakukan upaya

perbaikan kualitas secara fisik. Sekolah yang termasuk kategori “buruk” yaitu TK

Al Mukhlisin (Gambar 25). Sekolah ini memiliki luasan yang relatif sempit dan

lokasinya dekat dengan bantaran sungai.

Tabel 30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian

No Nama Sekolah Kategori

1 TK Al Mukhlisin Buruk

2 TPA Al Kharyah Baik

3 SD Roda Baik Sumber: Survei Lapang (2014)

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di lokasi studi meliputi apotik, posyandu dan puskesmas

(Tabel 31). Secara umum keberadaannya sudah memenuhi standard minimum

pendukung akan tetapi distribusi letaknya tidak merata. Hal ini menyebabkan

kesulitan dalam menjangkau lokasi sehingga diperlukan adanya penambahan

sarana atau pemindahan lokasi. Sarana kesehatan yang terdapat di lokasi studi

termasuk ke dalam kategori “baik” (Gambar 26).

Tabel 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian

No Nama Sarana Kesehatan Kategori

1 Puskesmas Belong Baik

2 Apotik Garuda Baik 3 Apotik Berbhakti Baik 4 Posyandu Kenari Baik 5 Posyandu Kenanga Baik 6 Posyandu Melati Baik

Sumber: Survei Lapang (2014)

Sarana Ibadah

Sarana ibadah di lokasi studi terdiri dari mesjid, gereja dan vihara. Secara

umum keberadaan sarana ibadah sudah memenuhi standard minimum penduduk

pendukung. Sarana yang sudah memenuhi kriteria standard minimum dan aspek

lokasi termasuk dalam kategori “baik”. Sedangkan sarana ibadah yang tidak layak

dari aspek lokasi termasuk dalam kategori “buruk”. Sarana ibadah yang termasuk

dalam kategori ”buruk” lokasinya relatif dekat dengan sempadan sungai (Gambar

27). Lokasi ini berpengaruh terhadap sarana lingkungan atau utilitas. Hal ini

dikarenakan di beberapa sarana ibadah seperti mesjid juga terdapat MCK umum.

Page 68: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

56

Tabel 32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian

No Nama Sarana Ibadah Kategori

1 Mesjid Baik

2 Gereja Baik 3 Vihara Baik

Sumber : Survei lapang (2014)

Utilitas Umum

Air Bersih

Menurut Dirjen SDA PU, kualitas fisik ditentukan oleh bahan padat

keseluruhan, sumber sedimen, kekeruhan, warna, bau dan rasa, temperatur. Air

minum yang dikonsumsi tidak berbau, tidak berwarna dan jernih. Oleh sebab iut,

Air sungai Ciliwung tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum karena selain nilai

COD melebihi standar juga konsentrasi Fe atau besi menyebabkan noda karat

pada pakaian dan porselen, menyebabkan air berwarna keruh dan rasa air yang

tidak enak. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari PDAM, air tanah,

sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air bersih dari PDAM

sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Sumber air bersih yang

berasal dari air tanah telah tercemar dan menyebabkan air tanah tidak digunakan

sebagai air minum. Air tanah hanya digunakan sebagai air untuk mandi dan cuci.

Oleh sebab itu, air bersih di lanskap permukiman padat ini dapat dikategorikan

sesuai standar karena mayoritas penduduk terlayani kebutuhan air bersih oleh

PDAM.

Page 69: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

57

Gambar 23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai

Page 70: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

58

Gambar 24 Peta evaluasi lanskap permukiman berdasarkan KDB

Page 71: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

59

Gambar 25 Peta evaluasi sarana pendidikan

Page 72: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

60

Gambar 26 Peta evaluasi sarana kesehatan

Page 73: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

61

Gambar 27 Peta evaluasi sarana ibadah

Page 74: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

62

Rekomendasi

Penambahan zona konservasi pada lokasi penelitan sebagai salah satu

rekomendasi peningkatan ruang terbuka hijau. Fasilitas yang didirikan di zona

konservasi akan dihilangkan sedangkan sarana lain yang secara lokasi sudah

sesuai, dipertahankan dan dilakukan perbaikan jika terdapat kerusakan. Beberapa

sarana ibadah dan permukiman yang semula didirikan di daerah yang akan

direlokasi akan dipindahkan ke lokasi baru.

Gambar 28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona konservasi

Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan bahwa drainase termasuk dalam

kategori paling buruk di lokasi penelitian. Pada lokasi penelitian dengan jumlah

penutupan lahan perkerasan sangat tinggi meningkatkan potensi runoff. Oleh

sebab itu, salah satu rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu dengan pengadaan

jumlah sumur resapan vertikal (Gambar 28). Sumur resapan adalah rekayasa

teknik konservasi air berupa dibuat sumur gali dengan kedalaman tertentu yang

berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau

daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan juga dapat

mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya

banjir dan genangan air, mencegah penurunan tanah (land subsidance) dan

mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

(a) (b)

Gambar 29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar

sumur vertikal

Sumber: google.com

Page 75: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

63

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Evaluasi lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar merupakan salah

satu bentuk studi pendukung upaya revitalisasi CBD Kecamatan Bogor Tengah

Kota Bogor. Kawasan permukiman dengan luas ±42 Ha memiliki kepadatan dan

jumlah penduduk yang sangat tinggi karena terletak pada kawasan perdagangan

dan terdapat akses masuk yang mudah ke dalam tapak. Kondisi ini menjadi

kendala bagi penduduk melakukan aktivitas sosial dan rekreasi. Kurangnya

kepemilikan pekarangan dan ruang terbuka umum bagi pengguna tapak

menyebabkan aktivitas tersebut dilakukan di jalan-jalan umum. Penilaian persepsi

masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat masih mempertahankan perilaku

keteritorialan yang mendukung vitality lanskap permukiman. Potensi vitality

ekonomi di lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan

diantara potensi lainnya yaitu potensi budaya dan sejarah. Penilaian evaluasi

lanskap permukiman berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman

menunjukkan bahwa permukiman, jaringan jalan, drainase, persampahan belum

sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum berupa air bersih di

permukiman sudah sesuai standar namun perlu adanya peningkatan kualitas fisik.

Rekomendasi dilakukan pada aspek fisik dengan menciptakan ruang terbuka hijau

konservasi dan peningkatan jumlah sumur resapan untuk pengoptimalan sistem

drainase di lanskap permukiman padat.

Saran

Evaluasi lanskap permukiman padat di kawasan CBD ini sangat diharapkan

oleh masyarakat, terutama para penduduk permukiman dan pengguna lanskap

permukiman tersebut. Proses evaluasi tersebut memerlukan keterlibatan antara

pemerintah kota, perencana, pelaksana, dan masyarakat, sendiri. Hal ini penting

dilakukan agar hasil yang didapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

masyarakat pengguna tapak dan rencana alternatif dari pihak evaluator. Selain itu,

perbaikan fasilitas dan kualitas pelayanan kawasan perlu ditingkatkan agar dapat

mengakomodasi kebutuhan pengguna dengan efektif.

Page 76: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

64

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2011.

Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Bogor 2011–2031. Bogor

[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (ID). 2013.

Klimatologi Darmaga Bogor. Jakarta.

[BPS] Biro Pusat Statistik Kota Bogor. 2010. Kota Bogor dalam Angka Tahun

2010

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2003. Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan di Perkotaan. Bandung

Arifin Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung

(ID): P.T. Remaja Rosdakarya.

Azhari NF, Mohamed. 2012. Public Perception: Heritage Building Conservation

in Kuala Lumpur. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.08.033.

Danisworo M, Martokusumo W. 2000. Revitalisasi kawasan kota: sebuah catatan

dalam pengembangan dan pemanfaatan kawasan kota [Internet]. [diunduh

2013 Feb 26]. 13 (Info URDI): 1-6. Tersedia pada:

http://referensiplano.50webs.com/revitalisasi%20kawasan%20perkotaan.pdf.

Dewi EP, Arifin NHS, Munandar A. 2009. Application of Urban Greenery in

Historical Open Space of Jakarta Old City. Bogor: The International

Symposium of Green City

Echols, J.M. dan Shadily, H (ID). 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT.

Gramedia

Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley & Sons

Inc.

Pemkot Bogor. 2014.

Joga N, Ismaun I (ID). 2011. RTH 30% ! (Resolusi Kota) Hijau. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Lynch, K. 1961. The Image of The City. Massachusetts Institute of Technology

Press

Lynch, K. 1981. Good City Form. Massachusetts (US): Massachusetts Institute of

Technology Press

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI (ID). 1999. Keputusan Menteri Kesehatan

No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

[Kemenpu] Kementerian Pekerjaan Umum RI (ID). 2010. Pedoman Teknis

Revitalisasi Kawasan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.18/PRT/M/2010.

[RI] Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Republik Indonesia. UU No. 4 Tahun

1992 tentang Perumahan dan Permukiman

[RI] Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Republik Indonesia. UU No. 26 Tahun

2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Nasrullah N, Gandanegara S, Suharsono H, Wungkar M, Gunawan A.

2001.Seleksi tanaman lanskap yang berpotensi tinggi menyerap polutan gas

NO2 dengan menggunakan gas NO2 bertanda 15N. Buletin Perencanaan,

Perancangan, dan Pengelolaan Taman dan Lanskap Indonesia 4(1).

Page 77: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

65

Potter PA, Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk

Jakarta (ID): EGC

Porteus JD. 1977. Environment and Behaviour: Planning and Everyday Urban

Life, Reading. Massachusetts (US): Addison-Wesley.

Rapoport A. 1969. House Form and Culture. USA :Englewood Cliffs, NJ,

Prentice Hall Inc. ISBN: 978-0133956733

Samadi Z, Yunus RM. 2012.Physical and Spiritual Attributes of Urban Heritage

Street’s Revitalization. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.03.038. Malaysia:Elsevier

B.V

Siregar H, Salleh AG, Talarosha B, Bangun FTA. 2010. Analisis kinerja jalan

akibat peningkatan intensitas bangunan perumahan pada kawasan

permukiman studi kasus: Jalan Jenderal Besar AH Nasution (jalan lingkar

luar Medan). Jurnal Arsitektur ATRIUM. 2(2):48–55.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&B. Bandung (ID): Alfabeta.

Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta:

Penerbit Andi

Vitasari, Diana. 2004. Evaluasi Tata Hijau Jalan pada Tiga Jalan Kawasan

Pemukiman Besar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tidak

dipublikasikan.

Wiedenhoeft, R. (1981). Cities for the People: Practical Measures for improving

Urban Environment. New York :Van Nostrand Reinhold Company

Page 78: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

66

Lampiran 1 Lembar kuesioner

KUISIONER PENELITIAN

EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOGOR

TENGAH SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN

CBD KOTA BOGOR

Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi lanskap permukiman padat

yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna lanskap permukiman

padat Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor Oleh : SHAIBATUL ISLAMIAH (A44100040)

Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB

Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima

kasih.

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

Data Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita

Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn d. 25-55 thn e. >55 thn

Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta c. Wiraswasta

d. Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…...............

Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi

f. Peguruan Tinggi

Alamat:

....................................................................................................................................

Persepsi/Keadaan Lanskap Permukiman Kecamatan Bogor Tengah Menurut

Pengguna Lanskap Permukiman Kecamatan Bogor Tengah

1. Kondisi lanskap permukiman menurut Anda saat ini:

a. Sangat buruk b. Buruk c.Sedang d. Baik

2. Luas lanskap permukiman menurut Anda saat ini:

a. Sangat sempit b.Sempit c.Sedang d. Luas e. Sangat luas

3. Kondisi jalur kendaraan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:

a. Sangat sempit b.Sempit c.Sedang d. Luas e. Sangat luas

4. Kondisi pedestrian (jalur pejalan kaki) di lanskap permukiman menurut Anda

saat ini:

a. Tidak nyaman b.Cukup nyaman c.Sedang d. Nyaman e.Sangat nyaman

5. Kondisi tempat parkir motor/mobil di lanskap permukiman menurut Anda saat

ini:

a. Sangat kurang b.Kurang c.Sedang d. Memadai e. Sangat memadai

6.Bagaimana menurut Anda keamanan di lanskap permukiman menurut Anda saat

ini:

a. Sangat bahaya b.Bahaya c.Sedang d. Aman e. Sangat aman

Page 79: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

67

7. Bagaimana menurut Anda keselamatan di lanskap permukiman menurut Anda

saat ini:

a. Sangat bahaya b.Bahaya c.Sedang d. Aman e. Sangat aman

8. Pemandangan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:

a. Sangat Buruk b.Buruk c.Sedang d. Indah e. Sangat indah

9. Kebersihan di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:

a. Sangat kotor b.Kotor c.Sedang d. Bersih e. Sangat bersih

10. Penataan lampu/penerangan ini menurut Anda:

a. Sangat kurang b.Kurang c.Sedang d. Layak e. Sangat layak

11.Penataan tanaman di lanskap permukiman menurut Anda saat ini:

a. Terlalu alami/rimbun b.Kurang alami/banyak elemen keras c.Gersang

d. Kurang penataan e. Lainnya....

12. Menurut Anda keberadaan pedagang kaki lima di lanskap permukiman saat

ini:

a. Sangat menggangu b.Mengganggu c.Sedang d. Bermanfaat e.Sangat

bermanfaat

13. Menurut Anda apakah posisi pusat aktivitas ekonomi di lanskap permukiman

sudah tepat/strategis?

a. Sangat tidak tepat b.Tidak tepat c.Cukup tepat d. Tepat e. Sangat

tepat

14. Menurut Anda apakah posisi pusat aktivitas ekonomi di lanskap permukiman

mempengaruhi kemacetan di sekitarnya:

a.Ya b.Tidak

Keinginan dari Pengguna Kawasan Lanskap Permukiman

1. Jenis tanaman yang ada di sekitar lanskap permukiman ini :

a.Tanaman besar rindang (peneduh) b. Tanaman berbunga indah

c.Tanaman penghasil buah d. Tanaman berwarna-warni

2.Saluran drainase apa yang Anda inginkan?

a.Saluran terbuka b.Saluran tertutup c.kombinasi

3. Menurut keinginan Anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya

bersifat:

a. Permanen/tetap b. temporer/sementara

4. Peletakan pedagang kios kaki lima sebaiknya:

a. Dipusatkan di tempat tertentu b. tersebar di tempat tertentu

Page 80: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

68

c. tersebar dan tidak

5. Tempat parkir motor/ mobil di lanskap permukiman yang Anda harapkan:

a. Tersebar dan teratur b. di satu tempat c. di mana saja

6. Penerangan/lampu di lanskap permukiman yang Anda harapkan:

a. Sangat terang b. terang c. remang-remang d. gelap

7. Penempatan tempat sampah yang Anda harapkan:

a. Pada tempat yang ramai

b. tersebar merata, mudah terjangkau

c. tersebar berjauhan

8.Saran Anda untuk evaluasi lanskap CBD Kecamatan Bogor Tengah saat ini:

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

..............

Terima kasih atas partisipasi Anda

Page 81: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

69

Lampiran 2 Lembar kuesioner

KUISIONER PENELITIAN

EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KECAMATAN BOGOR

TENGAH SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN

CBD KOTA BOGOR

Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi lanskap permukiman padat

yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna lanskap permukiman

padat Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor Oleh : SHAIBATUL ISLAMIAH (A44100040)

Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB

Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkanterimakasih.

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

Data Responden Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita

Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn d. 25-55 thn e. >55 thn

Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta c. Wiraswasta d.

Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…...............

Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi

f. Peguruan Tinggi

Alamat:

....................................................................................................................................

Persepsi Penduduk terhadap Derajat Kepentingan Urban Heritage Street di

Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor tengah Kota Bogor

Jalan Roda

1. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga keindahan lanskap dan

arsitektur bangunan disepanjang Jalan Roda didalam permukiman padat di

kawasan penelitian ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

2. Apakah Jalan Roda merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

3. Apakah Jalan Roda memiliki nilai historis yang penting dikawasan

permukiman ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

Page 82: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

70

d.Penting

e.Sangat Penting

4. Apakah Jalan Roda berperan penting dalam kegiatan upacara adat?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

5.Apakah Jalan Roda memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi

masyarakat?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

Jalan Surya Kencana

6. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga keindahan lanskap dan

arsitektur bangunan disepanjang Jalan Suryakencana didalam kawasan

permukiman padat ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

7. Apakah Jalan Suryakencana merupakan landmark yang penting untuk kawasan

ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

8. Apakah Jalan Suryakencana memiliki nilai historis yang penting dikawasan

permukiman ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

9. Apakah Jalan Suryakencana berperan penting dalam kegiatan upacara adat?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

Page 83: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

71

e.Sangat Penting

10. Apakah Jalan Suryakencana memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi

masyarakat?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

Vihara

11. Menurut Anda, Apakah penting untuk menjaga arsitektur bangunan Vihara

dan keindahan lanskap sekitarnya di dalam kawasan permukiman padat ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

12. Apakah Vihara merupakan landmark yang penting untuk kawasan ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

13. Apakah Vihara memiliki nilai historis yang penting dikawasan permukiman

ini?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

14. Apakah Vihara berperan penting dalam kegiatan upacara adat?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

15.Apakah Vihara memiliki nilai ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat?

a.Sangat Kurang penting

b.Kurang Penting

c.Cukup Penting

d.Penting

e.Sangat Penting

Page 84: EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32

72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara, pada

tanggal 29 November 1992 dari Ayah Sofyan Lubis dan Ibu Ernawaty. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA

Negeri 1 Kota Tanjungbalai dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi

masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama

mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan mahasiswa.

Di lingkungan Departemen Arsitektur Lanskap, penulis aktif sebagai anggota dan

pengurus Himpunan Arsitektur Lanskap IPB (HIMASKAP) pada 2011-2012,

tergabung dalam anggota Perhimpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap Indonesia

(PERHIMALI) pada 2013, panitia Fieldtrip 2012, panitia HPS angkatan 44 tahun

2013 dan pernah menjadi asisten untuk mata kuliah Lanskap Kota dan Wilayah

(ARL 303) di Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2014. Penulis juga aktif

mengikuti kompetisi, prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah Juara I

Sayembara desain AFFAIR UI di Jakarta tahun 2012.