Evaluasi Keruangan

5

Click here to load reader

Transcript of Evaluasi Keruangan

Page 1: Evaluasi Keruangan

I. EVALUASI DAYA TAMPUNG

Secara umum untuk daya tampung wilayah Kabupaten Kulon Progo masih tergolong mampu atau memiliki kapasitas besar yang dapat menampung kegiatan diatasnya, hal ini sesuai dengan RTRW Kabupaten. Namun perlu prehatian khusus Untuk di kawasan pusat kabupaten di kecamatan wates memiliki daya tampung 800.025 daya tampung terbesar. Harapannya dapat mengontrol pembangunan atau dengan inovasi penggunaan lahan di sana, agar kapasitas wilayah tetap mampu menopang kegiatan diatas.

II. EVALUASI STRUKTUR RUANGA. Sistem kota /pusat pelayanan

Sesuai dengan arahan pada RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2008-2010 penentuan hirarki perkotaan di daerah Kabupaten Kulon Progo didasari pada acuan kelengkapan fasilitas yang meliputi fasilitas sosial, ekonomi dan pemerintahan yang mewakili fungsi pusat pelayanan.

Berdasarkan kondisi faktualnya beberapa bagian wilayah Kabupaten Kulon Progo secara ekonomi ada yang berorientasi ke luar kabupaten. Secara garis besar orientasi pemasaran Kabupaten Kulon Progo yang utama adalah ke Kecamatan Wates. Jenis barang produksi yang dipasarkan berupa produk pertanian, baik dalam bentuk bahan mentah maupun olahan seperti kelapa, kopi, hasil hutan dan hasil perikanan laut.

Secara umum sistem kota-kota berdasarkan kutub-kutub pertumbuhan dan sistem orientasi koleksi dan distribusi barang dan jasa di Kabupaten Kulon Progo dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kecamatan Wates merupakan kota hirarki I dalam struktur pertumbuhan dan orientasi ekonomi wilayah; dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan wilayah Kabupaten Kulon Progo.

2. Kecamatan Sentolo, pada hirarki II; yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan Sub Wilayah Pembangunan (SWP) Kabupaten Kulon Progo.

3. Kecamatan samigaluh, kalibawang, girimulyo, nanggulan, pengasih, kokap, temon, panjatan, galur, dan lendah berada pada hirarki III. yang berfungsi sebagai daerah penyangga (hinterland).

Sesuai hasil pemantauan dan survey lapangan, kondisi-kondisi hirarki ini terlihat masih cukup ideal untuk terus dikembangkan. Melihat di hirarki II terdapat kawasan industri yang perlu dilakukan hanyalah melengkapi fasilitas serta memperbaikinya. Dan bagaimana kecamatan nanggulan pengasih mampu mendukung kegiatan di sentolo kedepan. Melihat di kecamatan temon yang merupakan kecamatan ideal untuk ditingkatkan hirarki karena daerah yang strategis di perbatasan, hal ini yang seharusnya didahulukan pemerintah dalam melengkapi fasilitas sarana/ prasarana.

Page 2: Evaluasi Keruangan

III. EVALUASI POLA PENGGUNAAN RUANGA. Kawasan Lindung

Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Menurut Perda No.5 Tahun 2004 tentang RTRW Kabupaten Kulon Progo, kawasan lindung terdiri dari beberapa bagian kawasan, sebagai berikut. Yang didasarkan pada kriteria pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan analisis kesesuaian lahan serta mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, telah menetapkan dan membagi lagi menjadi 3 kawasan yakni Kawasan Perlindungan Bawahnya, Kawasan Sempadan Sungai, Kawasan Rencana Bencana

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang bagi peruntukan kegiatan Kawasan Lindung dapat dikemukakan bahwa pada prinsipnya terjadi penyimpangan terhadap lahan yang seharusnya dilindungi, hal ini dapat dilihat dari masih adanya permukiman yang berada di kawasan tersebut. Sehingga secara keseluruhan perlunya upaya pengendalian dan pengembangan kawasan lindung yang telah ditetapkan RTRW Kabupaten Kulon Progo.

B. Kawasan Budidaya

Perkembangan pemanfaatan ruang kawasan budidaya menunjukkan adanya konflik antar sektor/kegiatan dan konflik kawasan lindung terhadap produk RTRW Kabupaten Kulon Progo, sehingga pengembangan kawasan budidaya, setelah dilakukan revisi terhadap produk RTRW Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2012 yang dipantau saat ini, diarahkan pada penataan kembali pemanfaatan kawasan sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya di setiap daerah kecamatan.

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang bagi peruntukan kegiatan Kawasan Budidaya dapat dikemukakan bahwa pada prinsipnya ditemukan adanya sedikit penyimpangan, baik terhadap lokasi, fungsi dan jenis peruntukan, maupun arah pengembangannya. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa peruntukan kegiatan Kawasan Budidaya dan pemanfaatannya di wilayah Kabupaten Kulon Progo belum sesuai dengan hasil revisi RTRW yang ada. Kendala yang terjadi terkait dengan upaya pengendalian dan pengembangan kawasan budidaya yang telah ditetapkan tersebut, seperti juga halnya dengan kondisi kawasan lindungnya.

IV. EVALUASI SARANA PRASARANA PEMBANGUNAN A. Jaringan Jalan

Jaringan jalan di Kabupaten Kulon Progo yang mencakup program peningkatan, pemeliharaan/rehabilitasi antara lain jalan arteri, lokal dan jalan lingkungan difungsikan untuk memperlancar hubungan antar propinsi, kabupaten dan kelurahan dibidang ekonomi maupun sosial budaya. Berdasarkan data eksisting tahun 2010, jaringan jalan di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan jaringan jalan yang telah dibangun secara keseluruhan sepanjang 1.112,373 Km. dengan perincian dari status dan kewenangan terdiri dari Jalan Nasional

Page 3: Evaluasi Keruangan

dengan panjang jalan 28,570 Km, Jalan Propinsi dengan panjang jalan 159,900 Km, dan Jalan Kabupaten dengan panjang jalan 923,903 Km.

Berdasarkan survai yang dilakukan di lapangan serta komparisasi dengan data tahun 2010 masih terdapat Jaringan jalan belum dapat menjangkau seluruh pelosok Kabupaten Kulon Progo terutama di permukiman di daerah pegunungan. Selain itu lebar jalan yang ada juga belum memenuhi standar ketentuan lebar jalan untuk pengoperasian angkutan umum sehingga akan mempengaruhi kelancaran berkendara, terutama di daerah pegunungan. Hal ini membuktikan bahwa disetiap tahun tahun sebelumnya pemerintah belum melakukan suatu rencana yang komprehensip dan dalam pelaksanaannya yang tidak sesuai.

Melihat dari kondisi jalan di Kabupaten Kulon Progo, sekitar 10 % jalan Rusak dan Rusak berat, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi dan jenis tanah serta kerentanan daerah tertentu menyebabkan mudah menurunnya kualitas jalan sedangkan dalam rencana daerahnya jaringan jalan telah menjadi prioritas dalam hal perbaikan di Kabupaten Kulon Progo.

B. Sistem Persampahan

Dari pengamatan dan survai kami bahwa Dari 32 TPS yang ada, seluruhnya berada di kota Wates, sehingga daerah di lain belum terambah system persampahan yang ada. Selain itu kondisi topografi menjadi penyebab sulitnya truk-truk sampah untuk menjangkau daerah pegunungan di sebelah utara. Dalam RTRW telah berjalan pada tahap PJM I ke 2 dan PJM II serta instansi dan sumber dana yang belum jelas membuat rencana pembangunan dan pemerataan TPS ke seluruh ibukota kecamatan terhambat hal ini seharausnya bisa digerakkan.

C. Sistem jaringan Air Bersih

Masih banyaknya masyarakat yang belum terlayani air bersih sebesar 196801 jiwa penduduk pedesaan dan 83939 jiwa penduduk perkotaan atau sekitar 77%, sedangkan sumber air bersih terbilang cukup banyak dan seharusnya mampu melayani seluruh daerah kecamatan; lima sumber mata air yaitu Mata Air Clereng, Mata Air Mudal, Mata Air Grembul, Mata Air Gua Upas dan Sungai Progo. PDAM semestinya mampu melakukan manajemen dan peningkatan layanan terhadap masyarakat Kabupaten Kulon Progo agar efisien dan efektif.

D. Jaringan Irigasi

Jika dilihat secara keseluruhan terdapat ketidaksesuaian antara SDA dengan manajemen yang dilakukan, hal ini terjadi karena ketidak efisienan yang lebih disebabkan SDM yang kurang. idealnya Untuk menyediakan air untuk kegiatan irigasi pertanian mengandalkan ketersedian air di sungai dan prasarana irigasi. Air irigasi utama diambil dari intake Kalibawang dan Intake Sapon yang terletak di Sungai Progo. Jika debit air Sungai Progo tidak mencukupi maka penambahan jumlah debit air akan disediakan oleh Waduk Sermo dan hal ini telah dihitung yang mampu mengairi seluruh sawah di Kulon Progo.

Page 4: Evaluasi Keruangan

E. Sarana Listrik dan Komunikasi

Masih banyak daerah yang belum terlayani jaringan listrik dan komunikasi karena faktor aksesibilitas (contoh : jalan) dan letak permukiman yang terpencil. Letak permukiman yang terpencil mengindikasikan bahwa letak antara area permukiman yang satu dengan yang lain saling berjauhan. Karena permukiman yang terlalu menyebar ini maka terjadi ketidak efisienan dalam pelayanan jaringan listrik dan komunikasi.

Untuk Persentase daerah yang terlayani listrik di Kulon Progo adalah 66% lebih kecil dibanding dengan gunung Kidul. Hal ini membuktikan bahwa yang bermasalah bukan hanya faktor topografi Kulon Progo Yang sulit dijangkau, tapi ada faktor lain yakni persebaran permukiman secara sporadis yang membuat sulit jangkauan dengan keterbatasan dana dari Pemerintah.

Jika perkembangan sarana komunikasI di Kabupaten Kulon Progo Jumlah eksisting zona menara bersama telekomunikasi yang sudah ada (eksisting) adalah 43 zona sudah bisa melayani sekitar 3925 pelanggan dan meningkat tiap tahunnya. Membuktikan sudah mulai membaiknya pelayanan jaringan telekomunikasi, yang masih harus diperhatikan adalah kegiatan perawatan BTS karena kebeadaannya di bagian bukit atau daerah tinggi, yang bisa suatu saat terganggu karena kerusakan teknis baik itu faktor internal kelistrikan maupun faktor eksternal.