POLA KERUANGAN DESA KOTA

62
POLA KERUANGAN DESA KOTA DESA : Deshi (sansekerta ) “ Tanah Kelahiran “ DEFINISI : 1.UU No. 5 Th. 1979 Ps 1 Suatu Wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai 1 kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan NKRI.

description

POLA KERUANGAN DESA KOTA. DESA : Deshi (sansekerta ) “ Tanah Kelahiran “ DEFINISI : UU No. 5 Th. 1979 Ps 1 - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of POLA KERUANGAN DESA KOTA

Page 1: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

POLA KERUANGAN DESA KOTA

DESA : Deshi (sansekerta )“ Tanah Kelahiran “

DEFINISI :1. UU No. 5 Th. 1979 Ps 1

Suatu Wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai 1 kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan NKRI.

Page 2: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Desa: Suatu wilayah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis, sosial, ekonomi, politik dan kultural.( Bintarto )

Desa : Suatu kesatuan wilayah yang penduduk kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri:

1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal

2. Adanya ikatan perasaan yang sama tentang

3. Cara Berusaha Bersifat Agraris( Paul H. Landis )

Page 3: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

POTENSI DESASumber Daya yang ada disuatu desa, berupa alam dan manusia serta hasil-hasil karya manusianya yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Potensi Fisik ( Tanah, Air, Udara, iklim, Biotis )

Potensi nonFisik ( Penduduk, Aparatur dan lembaga sosial )

Page 4: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Desa Berdasarkan Potensinya

a. Desa berpotensi tinggi

Landai, subur dan sumber air mencukupi

b. Desa berpotensi sedang

Topografi bervariasi, tanah kurang subur, irigasi setengah teknis

c. Desa berpotensi rendah

Topografi berbukit, tanah kurang subur, air mengandalkan air hujan

Page 5: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Macam desa : Agraris , Nelayan, Industri

Hinterland secara geografis merupakan daerah pendukung kota khususnya kebutuhan pangan

a. Wilayah sumber pangan bagi kota yang dimanfaatkan sebagai wilayah pertanian

b. Penduduk usia produktif di desa merupakan penyuplai tenaga kerja bagi kota.

c. Tempat wisata budaya maupun alam

d. Pusat Industri kecil

Page 6: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Desa Berdasarkan Tingkat Pembangunan dan kemampuan

pengembangana. Desa Swadaya

Suatu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri.

b. Desa SwakaryaDesa yang sudah lebih maju mampu memproduksi kebutuhan sendiri dan kelebihan produksi dapat dijual ke daerah-daerah lain.

Page 7: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

c. Desa Swasembada atau Desa Maju

Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang ada dengan optimal serta mampu berinteraksi dengan masyarakat di daerah lain .

Agar pembangunan desa berjalan lancar dibutuhkan lembaga-lembaga yang diharapkan dapat mengobtimalkberbagai potensi desa

Page 8: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Struktur Ruang Desa dan Kota

Struktur Ruang Desa

a. Pola Linear atau Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya atau Alur Suangai

Jalan

Lahan Pertanian

Permukiman

Arah pengembangan

Page 9: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

b. Pola Memanjang Pantai

Laut

Kawasan Industri Kecil

Permukiman

Laut

Page 10: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

c. Pola Terpusat

Biasanya di pegunungan dan penduduk berasal dari satu keturunan

Permukiman

Kawasan Industri

Arah pengembangan

Page 11: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

d. Pola Mengelilingi Fasilitas Tertentu ( Danau, waduk, Pasar )

Permukiman Penduduk

Fasilitas yang ada

Kawasan Industri Kecil

Page 12: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Pola Permukiman Desa di Indonesia

a. Memanjang jalan, sungai, pantai dan jalan kereta api di dataran rendah

b. Radial di wilayah pegunungan

c. Tersebar di wilayah perbukitan

Tersebar Radial Linier

Page 13: POLA KERUANGAN  DESA KOTA
Page 14: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota,Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan . ( PerMenDaNeg no 2 87 ps 1)

Kota, sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami nonalami, dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibanding Hinterland. ( Bintarto )

Page 15: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota adalah lokasi dengan ciri-ciri:a. Kepadatan penduduknya lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitarnya.

b. Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak juga pada aktifitas ekonomi primer

c. Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi dan ekonomi bagi wilayah-wilayah di sekitarnya.

( Northam )

Page 16: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota Sebagai Pusat Pelayanan

( Walter Christaler )

Suatu wilayah bisa disebut kota bila sebagian besar kebutuhan penghuninya mampu dicukupi oleh pasar setempat.

( Max Webber )

Page 17: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Karakteristik Masyarakat dan Kehidupan Kota

1.Secara demografis ( heterogen padat )

2. Secara Ekonomi ( bergerak di bid. Industri, Perdagangan dan Jasa, pendapatan tidak seragam)

3. Secara Sosiologis ( individualis, Komunikasi tidak langsung )

4. Budaya ( Multikultur , inovatif, dinamis )

Page 18: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Klasifikasi Kota

1. Numerik ( Kuantitatif )

yaitu. Berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan, perbandingan jenis kelamin dan luas kota.

2. NonNumerik ( Kualitatif ),

yaitu berdasarkan tahapan perkembangannya, fungsi kota dan kondisi sosial penduduknya

Page 19: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota di Indonesia menurut jumlahpenduduknya Kota kecil atau kota kecamatan (town

ship): 20.000 – 100.000 jiwa Kota sedang atau kota kabupaten (town):

50.000 – 100.000 jiwa Kota besar: 100.000 – 1.000. 000 jiwa Kota metropolitan: > 1.000.000 jiwa Kota raksasa atau megapolitan: >

14.000.000 jiwa

Page 20: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota menurut fungsinya:1. Kota pusat produksi (sebagai pemasok

barang-barang yang dibutuhkan wilayah lain).

Contoh: a. Bukit Asam dan Ombilin (pemasok

batubara) b. Bontang (pemasok gas alam cair)c. Bandung (pemasok tekstil)d. Cilegon (pemasok besi baja)e. Kota industri manufaktur: mengubah

bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Contoh: kota Mojokerto (penghasil yodium)

Page 21: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

2. Kota pusat perdagangan (sebagai pusat perdagangan yang memiliki sarana penyalur bahan kebutuhan pokok penduduk kota dan hinterlandnya. Contoh:

a. Bremen (Jerman): pusat perdagangan tembakau

b. Tokyo (Jepang): sebagai kota pelabuhan dan pusat industri serta perdagangan

c. Philadelphia (AS): sebagai kota pelabuhan, jalur ekspor batu bara dan baja

Page 22: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

3. Kota pusat pemerintahan (pusat pemerintahan suatu negara atau wilayah yang lebih kecil)

Contoh: Jakarta

Page 23: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

4. Kota pusat kebudayaan (berhubungan erat dengan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat)

Contoh:

a. Tabanan (Bali)

b. Surakarta

c. Yogyakarta

d. Bukit Tinggi

Page 24: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

5. Kota pusat kesehatan (menonjolkan pusat-pusat pelayanan kesehatan khusus bagi masyarakat)

Contoh:

a. Singapura

Page 25: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota di Indonesia menurut sejarah terjadinya

1. Kota pertambangan

Contoh:

a. Sawahlunto, Bukit Asam, Ombilin: penghasil batu bara

b. Bontang (Kaltim), Arun (Aceh): penghasil gas alam

c. Soroako (Papua): penghasil nikel

d. Dumai, Sigli, Lhokseumawe (Aceh), Sungai Gerong, Plaju, Wonokromo, Cepu, Tarakan, Balikpapan, dan Sorong: penghasil minyak bumi

Page 26: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

2. Kota perkebunan

Membutuhkan lahan luas yang subur dan iklim yang sesuai

Contoh:

Palembang, Jambi, Pematang Siantar, Bengkulu, Bogor, Malang, Lembang, Subang, Wonosobo

Page 27: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

3. Kota perdagangan

Memiliki lokasi yang strategis

Contoh:

a. Surabaya

b. Palembang

c. Cirebon

d. Semarang

e. Ambon

f. Banda Aceh

Page 28: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

4. Kota kebudayaan atau kerajaanKerajaan biasanya tumbuh di daerah yang subur, relief baik, air mudah didapat, strategis, dekat dengan sungai besar.

Contoh:a. Yogyakartab. Kartasurac. Surakartad. Kedirie. Cirebon

Page 29: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Kota menurut tahap perkembangannya1. Tahap eopolis: tahap perkembangan

desa yang sudah teratur dan organisasi masyarakatnya sudah memperlihatkan ciri perkotaan

2. Tahap polis: cirinya kota masih bersifat agraris

3. Tahap metropolis: ditandai dengan sebagian orientasi kehidupan ekonomi penduduk mulai mengarah ke sektor industri. Contoh: Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Makasar

Page 30: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

4. Tahap megapolis: suatu tahap dimana ukuran wilayah perkotaan sudah sangat besar. Dalam beberapa segi, kota ini telah mencapai titik tertinggi dan memperlihatkan tanda-tanda akan mengalami penurunan kualitas

5. Tahap tyranopolis: cirinya kehidupan masyarakat telah dikuasai oleh para tiran, diwarnai kekacauan dan tingkat kriminalitas sangat tinggi

6.Tahap nekropolis: tahap perkembangan kota menuju ke arah kematian

Page 31: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

POLA KERUANGAN KOTA1. Inti Kota ( core or city )

Pusat kegiatan ekonomi, politik, dan budaya. ( Pusat Kegiatan Daerah ( PDK), Central Bussiness District (CBD) )

2. Selaput inti kota

Berkembangnya inti kota dapat mengakibatkan beberapa pola unit kegiatan

a. Sentralisasi

b. Nukleasi

c. Desentralisasi

d. Segregasi

Page 32: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Dalam pengelompokkan berbagai unit kegiatan di kota muncul berbagai gejala.

a. sentralisasi: timbulnya gejala pengelompokkan pusat kegiatan di suatu titik. Ciri: ramai di siang dan sore hari, dan sepi di malam hari (berupa perkantoran dan bank)

b. Nucleasi : Fungsi mirip PKD tetapi lebih kecil.c. desentralisasi: yaitu gejala untuk menjauhi

pusat kota sehingga muncul inti-inti baru di luar kota.

d. segregasi: munculnya kelompok-kelompok permukiman secara terpisah karena perbedaan status esosbud

Page 33: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

3. Kota satelit: wilayah pemekaran kota yang masih memiliki sifat-sifat kota, merupakan sub koordinasi dari pusat-pusat kegiatan yang lebih besar. Ciri-ciri:

a. memiliki pusat-pusat kecil di bidang industri (sebagai kota produksi)

b. Terbentuk lebih dulu daripada sub urbanc. Jumlah penduduk lebih banyak

dibandingkan sub urban

Page 34: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

4.Sub urban: jauh dari inti kota namun masih mencakup wilayah komuter area. Berfungsi sebagi tempat tinggal para pekerja di kota dan pekerja manufaktur di kota satelit.

5.Slums area (daerah kumuh di suatu wilayah kota).

Page 35: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

MODEL STRUKTUR RUANG KOTA

A. Teori Konsentrik ( Sosiolog AS Meneliti Struktur kota Chicago EW. Burgess)

Wil. Masyarakat Berpenghasilan Menengah

Pusat Kegiatan

Zona Transisi

Wil. Masyarakat Berpendapatan Rendah

Wil. Tempat Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Tinggi

Wil. Batas Kota Desa

Page 36: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

TEORI SEKTORALHomer Hoyt 1930

Pola perkembangan kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada lingkaran konsentrik.Menurut teori ini pusat kegiatan daerah terletak dipusat kota, perkembangan penggunaan lahan berkembang menurut sektor-sektor yang membentuknya.( Dipengaruhi oleh Bentuk lahan dan pengembangan jalan )

Page 37: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

STRUKTUR MODEL SEKTORAL

Perdagangan Besar dan Industri Kecil

Pusat Daerah Kegiatan

Perumahan kaum buruh

Perumahan Kaum Elit

Perumahan menengah

Page 38: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

TEORI INTI BERGANDAHarris & Ullman 1945

Didalam suatu kota kadang-kadang terdapat tempat tertentu yang berfungsi sebagai inti-inti kota dan pusat pertumbuhan baru.Hal tersebut menyebabkan ada beberapa inti dalam suatu wilayah perkotaan.

Cth. Tempat yang dapat menjadi inti kota( Wilayah industri, Pelabuhan, Jaringan

Jalan, Perguruan tinggi, stasiun dll )

Page 39: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Pusat Daerah kegiatanPerumahan kaum buruh/Kelas rendah

Perumahan kaum menengah

Perumahan kaum elit

Zone Bisnis di luar pusat daerah kegiatan

Industri berat

Industri ringan di sub urban

Zone Industri skala besarZone pemukiman daerah urban

Page 40: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Potensi dan permasalahan kotaPotensi sebuah kota secara fisik dan

sosial:1. Fisik kota

Lahan dimanfaatkan untuk pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan)

2. Sosial kotaKeanekaragaman budaya

Page 41: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Permasalahan kota:1. Tingkat urbanisasi yang tinggi

menyebabkan slums area, peningkatan kriminalitas, kemiskinan, dsb.

2. Tercemarnya air tanah, udara, dan suara

3. Terjadinya kemacetan lalu lintas4. Konflik sosial akibat multikultural

Page 42: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

INTERAKSI DESA KOTAHubungan timbal balik yang saling mempengaruhi atar dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru.Kata kunci:1. Hubungan timbal balik 2 wilayah2. Pergerakan ( manusia, gagasan, info, tekno, keindahan, bencana alam dan materi atau benda seperti hasil produksi)3. Timbul gejala baru atau permasalahan baru (+ / - ) (urbanisasi, ruralisasi, kawin campur )

Page 43: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Faktor yang mempengaruhi

Interaksi keruangan(E. Ullman )

1. Regional complementarity ( wilayah yang saling melengkapi )

2. Intervening opportunity ( adanya kesempatan )

3. Spatial transfer ability ( Kemudahan pemindahan ( manusia, gagasan, barang dan jasa dll dalam suatu ruang/wilayah )

Page 44: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

ALUR POKOK INTERAKSI KERUANGAN

Komplementaritas

Transferabilitas

Intervening opportunities

MANUSIA

MATERI

ENERGI

INFORMASI

Lokasi

Relokasi

Distribusi

Difusi

Page 45: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

a. Skema Komplemeritas Regional

WILAYAH C

- SDA X

- SDA Y

+ SDA Z

WILAYAH B

- SDA X

+ SDA Y

- SDA Z

WILAYAH A

+ SDA X

- SDA Y

- SDA Z

Jaringan Kuat

Page 46: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

b. SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY

WILAYAH B

- SDA X

+ SDA Y

WILAYAH A

+ SDA X

- SDA Y

WILAYAH C

+ SDA X

+ SDA Y

Jaringan Interaksi melemah

Page 47: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITYAkibat adanya alternatif pengganti SDA

WILAYAH A

+ SDA X

WILAYAH B

- SDA X

SDA X Dapat diganti SDA Z

+ SDA Z

Page 48: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

c. Spatial transfer ability

Berkaitan dengan

1. Jarak mutlak dan relatif

2. Biaya angkut yang memindahkan manusia, barang, gagasan dan info ke satu tempat ke tempat lain

3. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi

Page 49: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Zone Interaksi Desa Kota ( Bintarto, 1983 )

Urban fringe

Pusat Kota

Suburban

Suburban fringe

Rural urban fringe

Rural

Page 50: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

1. Pusat kota (city)2. Suburban atau sub daerah perkotaan:

suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota. Ciri: tempat tinggal para panglaju

3. Suburban fringe atau jalur tepi sub daerah perkotaan:

4. jalur tepi sub daerah perkotaan: suatu wilayah yang dikelilingi sub daerah perkotaan (suburban) dan merupakan peralihan daerah menuju desa

Page 51: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

4. Urban fringe atau jalur tepi daerah perkotaan paling luar: semua batas wilayah terluar kota ditandai oleh sifat-sifat mirip dengan wilayah kota

5. Rural urban fringe atau jalur batas desa kota: ditandai dengan penggunaan lahan campuran, antara sektor pertanian dan non pertanian

6. Rural atau daerah pedesaan

Page 52: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

PENGARUH INTERAKSI KERUANGAN Desa Kota PENGARUH

Pengaruh + Bagi Desa + Tingkat Pendidikan dan pengetahuan Pembangunan fasilitas pendidikan Pengembangan sarana transportasi

desa kota Penggunaan teknologi tepat guna di

desa Masuknya para ahli ke desa Lancarnya hubungan desa kota

Page 53: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Pengaruh - Bagi Desa Perpindahan penduduk usia muda ke

kota Rusaknya ekosistem desa berupa

perubahan lahan Penetrasi kebudayaan sehingga

menyebabkan pudarnya budaya di desa

Page 54: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Dampak + Bagi Kota

1. Kemajuan bid transp yg menghubungkan desa dengn kota

2. Terpenuhinya keb. Bahan baku dan tenaga kerja

3. Tersalurnya hasil prod. Kota ke desa

4. Akulturasi kebudayaan

5. Memungkinkan pernikahan campur

Page 55: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Dampak – bg Kota

1. Slum area

2. Tata ruang kota tidak ideal

3. Munculnya konflik antar etnik

Page 56: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

IDENTIFIKASI KONFLIK PEMANFAATAN LAHAN dan

PEMUKIMAN PADA SUATU WILAYAH• Wilayah yang luas dimuka bumi berupa

daratan disebut LAHAN

Faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan

1. Perilaku masyarakat

2. Faktor ekonomi

3. Kepentingan Umum

Page 57: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

STANDAR PENGGUNAAN LAHAN

1. Standar Lokasi

No. Prasarana Jarak dari tempat tinggal (jalan kaki )

1.

2.

3.

4.

5.

Pusat tempat kerja

Pusat kota

Pasar Lokal

SD

SMP

20-30

30-45

10

10

20

Page 58: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

No. Prasarana Jarak dari tempat tinggal (jalan kaki )

6.

7.

8.

9

SMA

Tempat bermain anak

Rekreasi OL

Taman Umum

20-30

10

20

60

Page 59: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

2. Standar Luas

No. Prasarana Luas tanah/1000pddk

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Balai kesehatan

Tempat Ibadah

Taman (Ruang terbuka)

Tempat OL

Tempat bermain anak

Pasar

Toko

Balai pertemuan

200 m2

250 m2

5.000 m2

3.000 m2

1.000 m2

500 m2

1.000 m2

250 m2

Page 60: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Syarat PL baik dan terencana

1. Lahan mendukung/akomodatif untuk proyek prioritas pembangunan

2. Sesuai dengan nilai ekonominya

3. Lahan digunakan tidak boros

4. Sesuai dengan daya dukung lahan

5. Sesuai dengan hukum yang berlaku

Page 61: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

Dampak Pertumbuhan pemukiman terhadap kualitas lingkungan

Indikator kualitas hidup manusia1. Terkait Langsung dengan manusia

a. Tingkat harapan hidup

b. IMR

c. ASFR

2. Terkait dengan Faktor kesehatan

a. Penggunaan air bersih

b. Jmlh korban penyakit menular

c. Rasio penduduk Vs Dokter

Page 62: POLA KERUANGAN  DESA KOTA

3. Terkait dengan Pendidikan

a. Partisipasi anak usia sekolah

b. Tingkat melek huruf

4. Terkait dengan Ekonomi

a. Tingkat pengangguran

b. Rasio pekerja perempuan dengan total pekerja

c. Pemakaian tenaga anak