Etnobotani-Farmakologi

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam. Menurut Martin (1998) etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnoekologi, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnoekosistem, kajian etnolinguistik dan kajian etnokonservasi. Etnofarmakologi meletakkan tumpuan yang tinggi ke atas hal kandungan perobatan dalam ramuan yang 1

description

Makalah Etnobotani

Transcript of Etnobotani-Farmakologi

Page 1: Etnobotani-Farmakologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan

dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak

hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut

pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi

dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia

dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih

diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam.

Menurut Martin (1998) etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara

manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari

pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat

setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnoekologi, kajian

etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian

etnoekosistem, kajian etnolinguistik dan kajian etnokonservasi.

Etnofarmakologi meletakkan tumpuan yang tinggi ke atas hal

kandungan perobatan dalam ramuan yang dihasilkan oleh penduduk

setempat. Pendekatan ini, yang menggabungkan perspektif kimia, botani,

dan antropologi, memerlukan ahli etnofarmakologi membagikan waktu di

antara kerja laboratorium dan lapangan.

Ahli etnofarmakologi biasanya mendapatkan pengalaman praktek yang

banyak dalam bidang antropologi dan linguistic sepanjang waktu pada saat

bekerja di lapangan, pada saat ahli farmakognosis dan ahli kimia 35

mendapatkan hasil yang diinginkan, biasanya hal tersebut membutuhkan

waktu di laboratotium dan sebagian besar tidak sependapat mengenai tata

cara penggunaan tumbuhan dan hewan oleh penduduk setempat.

1

Page 2: Etnobotani-Farmakologi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah tercantum diatas, maka rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa Komponen yang Dijumpai Dalam Tumbuhan Pada Kajian Etno-

Farmakologi ?

2. Bagaimana Tahap Pengumpulan Sampel Kajian Etno-Farmakologi?

3. Bagaimana Tahap Pengujian Pada Kajian Etno-Farmakologi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk Mengetahui Komponen yang Dijumpai dalam Tumbuhan Pada

Kajian Etno-Farmakologi.

2. Untuk Mengetahui Tahap Pengumpulan Sampel Kajian Etno-

Farmakologi.

3. Untuk Mengetahui Tahap Pengujian Pada Kajian Etno-Farmakologi.

1.4 Metode penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan dengan melihat

literatur terkait dari berbagai macam sumber, baik sumber yang berasal dari

buku maupun dari situs internet.

2

Page 3: Etnobotani-Farmakologi

BAB II

II.1 Komponen yang Dijumpai Dalam Tumbuhan

Untuk tumbuh membesar dan membiak, tumbuhan memerlukan unsur-

unsur tertentu dalam jumlah yang relatif banyak, ini disebut makronutrien.

Beberapa unsure ini diperoleh di udara dan di air seperti hydrogen, karbon,

dan oksigen. Elemen lain yang juga penting termasuk potasium, fosforus dan

nitrogen dan bisa diperoleh dari dalam tanah. Makronutrien juga termasuk

molekul kompleks seperti asid asam amino, gula dan karbohidrat yang bias

dibuat oleh organisme hidup.

Unsur-unsur esensial, yang mana diperlukan dalam jumlah yang sedikit

untuk pertumbuhan tumbuhan disebut mikronutrien. Ini termasuk beberapa

logam berat seperti tembaga, mangan , zink, besi, kobalt dan bahan-bahan lain

yang diambil dari dalam tanah. Apabila tumbuhan mati dan mengurai, ia

membebaskan makronutrien dan mikronutrien ke lingkungan. Penyelidik yang

mengkaji agrosistem berminat untuk mengenal pasti kuantitas nutrien ini

dalam spesies tumbuhan yang berbeda, terutama yang digunakan sebagai baja

asli.

Beberapa komponen awalnya disebut metabolit primer, dihasilkan oleh

kebanyakan tumbuhan karena ia berguna untuk proses biokimia yang

menunjang pertumbuhan, fotosintesis, respirasi, pembuangan, dan proses –

proses asas yang lain.Bahan-bahan yang termasuk ialah karbophidrat, protein,

lemak dan asid nukleik, yang mana berupa komponen asas dalam nutrien

manusia. Ahli fisiologi tumbuhan mengkaji kegunaan metabolit primer ini dan

juga bahan- bahan lain termasuk hormon dan enzim tentang bagaimana

tumbuhan berinteraksi dengannya untuk berfungsi. Asid nukleik yang disebut

DNA dan RNA membawa kode genetic yang membentuk satu pelan asas yang

mendasari semua proses yang berlaku 34 dalam tumbuhan. Ahli genetic

tumbuhan menyelidiki bagaimana tumbuhan diklatur oleh bahan genetic asa

ini dan juga protein yang dihasilkan.

3

Page 4: Etnobotani-Farmakologi

Walaupun metabolit primer secara relatif sama dari segi struktur dan

terdapat dalam kebanyakan tumbuhan, metabolit sekunder biasanya yang

bertanggung jawab untuk ciri bau, warna, rasa dan keperluan tumbuhan obat

adalah sangat bermacam-macam dan tersebar ke seluruh alam tumbuhan

dalam pola yang khas. Walaupun beberapa darinya berupa hasil buangan dari

proses fisiologi, kebanyakan sebagian ini membantu tumbuhan beradaptasi

untuk keadaan lingkungan, persaingan dengan tumbuhan lain, dan juga

menjaga tumbuhan dari serangan oleh serangga dan hewan atau menarik

organisme lain yang berperanan dalam pembungaan, penyebaran buah atau

perlindungannya. Sebagai contoh, minyak pati membantu mengurangi

kehilangan air pada tumbuhan yang tumbuh di zona gersang, menolak

serangga dan menghalangi hewan yang merenggutnya. Setengah alkaloid,

sebagian yang mempunyai rasa pahit yang seringkali beracun, menolak

pemangsa. Bagi tumbuhan yang tumbuh di kawasan yang tanahnya tidak

subur dan tidak boleh memindahkan nitrogen atau mengambilnya dari bakteri,

alkaloid berfungsi sebagai stor bagi nitrogen.Bahan – bahan demikian dan

banyak lagi komponen sekunder menjadi focus utama kepada ahli kimia hasil

awal, ahli farmakoknosis dan ahli etnofarmakologi.

Fitokimia bandingan, kajian tentang taburan metabolit primer dan

sekunder dalam alam tumbuhan, memandu pencarian bukan hanya komponen

tumbuhan baru tetapi juga kode tentang dedah yang telah diketahui. Ia juga

merupakan perkara utama bagi setengah ahli sistematik botani, disebut ahli

kemotaksonomi, yang berusaha untuk menerangkan hubungan antara takson-

takson botani yang berbeda, dari susunan aturan yang berbagai dengan melihat

kehadiran atau ketidakhadiran setengah bahan-bahan fitokimia yang tertentu.

Sebagai contoh, pada suatu ketika ahli taksonomi tidak pasti dalam order

botani yang manakah terletaknya famili kaktus, satu komponen yang

mencirikan tumbuhan dalam Famili Centrospermae. Banyak contoh serupa

telah membolehkan ahli sistematik untuk mengesahkan atau mengubah suatu

pengkelasan terkini bagi tumbuhan.

4

Page 5: Etnobotani-Farmakologi

Etnofarmakologi meletakkan tumpuan yang tinggi ke atas hal kandungan

perobatan dalam ramuan yang dihasilkan oleh penduduk setempat. Pendekatan

ini, yang menggabungkan perspektif kimia, botani, dan antropologi,

memerlukan ahli etnofarmakologi membagikan waktu di antara kerja

laboratorium dan lapangan. Ahli etnofarmakologi biasanya mendapatkan

pengalaman praktek yang banyak dalam bidang antropologi dan linguistic

sepanjang waktu pada saat bekerja di lapangan, pada saat ahli farmakognosis

dan ahli kimia 35 mendapatkan hasil yang diinginkan, biasanya hal tersebut

membutuhkan waktu di laboratotium dan sebagian besar tidak sependapat

mengenai tata cara penggunaan tumbuhan dan hewan oleh penduduk

setempat.

II.2 Pengumpulan Sampel

Sebelum melakukan pengumpulan tumbuhan obat-obatan untuk

dianalisis di laboratorium, perlu ditetapkan manfaat dari contoh yang akan

dilakukan. Keputusan ini sangat penting untuk bekerja di kawasan tropika,

yang mana antara tumbuhan dan komponen sekunder kedua-duanya adalah

lebih sebagai pembanding dalam zon temperat.

Setengah dari proyek penyelidikan memerlukan penyampelan anggota

tumbuhan, dengan cara mengambil apa saja jenis tumbuhan yang

dikumpulkan dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Keuntungan dari

pendekatan ini adalah kita dapat mengumpulkan sekaligus penyampelan

berbagai jenis tumbuhan dengan cepat. Akan tetapi ada juga keburukan dari

metode ini, yaitu kita mungkin hanya akan mengambil sebagian kecil spesies

saja yang menunjukkan aktivitas biologi atau farmakologi.

Komponen sekunder yang khusus, seperti flavonoid tertentu biasanya

ditemui dalam kumpulan tumbuhan yang berhubungan saja. Sebagai contoh,

jenis flavonoid yang dikenal sebagai isoflavon umumnya di jumpai dalam

spesies Familia Fabaceae. Dari 5500 jenis alkanoid yang diketahui, sebagian

besar tergolong dalam satu genus atau subfamily. Hanya satu jenis alkanoid

saja yang telah dijumpai dalam familia Bombaceae yang telah diuji, tetapi

5

Page 6: Etnobotani-Farmakologi

Solanaceae, Rubiaceae dan Ranunculaceae adalah merupakan sumber bagi

beratus jenis bentuk yang ada.

Cara yang kedua untuk mempertinggi tingkat keberhasilan adalah dengan

menggunakan cara etnofarmakologi, dengan memilih tumbuhan yang sering

digunakan sebagai obat-obatan oleh penduduk setempat. Ini adalah

merupakan suatu pendekatan yang sering digunakan oleh kebanyakan ahli

etnobotani karena merupakan cara yang paling bagus atau tetap untuk

menguji keselamatan dari obat-obatan setempat dan dapat dipastikan melalui

analisis fitokimia dan farmakologi.

Terdapat persamaan yang berarti di antara cara etnofarmakologi dan

kemotaksonomi dalam aspek pemilihan tumbuhan. John Brett dalam

penelitiannya tentang obat Maya, telah mendapatkan bahwa dalam satu

tumbuhan famili telah diketahui bahwa sebagian besar kimia yang aktif

secara farmakologi-seperti Solanaceae, Asteraceae, Rosaceae dan

Ranuculaceae telah terwakili dengan banyaknya farmakopeie dalam Maya.

Cara etnofarmakologi sangat bermanfaat apabila mencari komponen

yang berarti untuk merawat kesehatan. Hipotesis ini patut diuji terlebih

dahulu dalam kawasan multietnik sebelum di terima sebagai peraturan yang

absolute.

Satu kaedah etnofarmakologi terlihat jelas digunakan apabila melihat

beberapa jenis tumbuhan yang berguna. Sebagai contohnya anda dapat

menganalisis mengenai keterkaitan antara kandungan makanan dalam

tumbuhan dan makanan manusia dengan memilih tumbuhan yang dimakan

oleh penduduk setempat. Begitu juga bila ingin mengukur besar kandungan

makronutrien dan mikronutrien yang diberikan kepada agroekosistem maka

kumpulkan tumbuhan yang digunakan sebagai kompos oleh petani setempat.

A. Secara umum etnobotani diantaranya mengkaji tentang :

Teknik antropologi manusia mencakup observasi dan survay secara

bertahap untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif tentang

tumbuhan yang digunakan dan cara penggunaannya, di samping itu kajian

metode taksonomi yang penting untuk mendapatkan keakuratan data

6

Page 7: Etnobotani-Farmakologi

dalam penyelidikan tanaman. Selain itu juga menggunakan teknik

kebahasaan dan analisis beberapa simbol-simbol dalam kealamian. Selain

itu metode arkeobotani merupakan sesuatu yang penting dalam

mempelajari prasejarah.

1. Kualitatif dan kuantitatif

Kualitatif merupakan sesuatu gambaran metode untuk

mendeskripsikan suatu proses penelitian yang berhubungan dengan

tumbuhan yang berkhasiat dalam farmakologi. Yang mana pendataan

menggunakan teknik interview dengan pedoman wawancara. Contohnya

pada tumbuhan tersebut bagian apa yang digunakan.

Kuantitatif merupakan metode pengumpulan data dengan teknik

hitungan atau angka, dan analisis perhitungannya menggunakan statistik.

Contohnya yaitu penggunaan kadar dosis pada obat-obatan, yang

efektifnya kadarnya berapa.

2. Sosial budaya

Merupakan sesuatu keadaan yang terjadi pada masyarakat lokal, yang

berhubungan dengan kepercayaan atau kebiasaan masyarakat secara turun

temurun dalam menggunakan tumbuhan tertentu yang berhubungan

dengan kajian obat-obatan atau penyembuhan penyakit. Contohnya : daun

sirih untuk mengobati mimisan dan pucuk daun pisang sebagai

penyembuh luka.

3. Observasi dan kuantitatif pada penelitian

Merupakan mengambil langsung sampel di lokasi, kemudian

melakukan pengujian pembuktian di laboratorium riset. Contohnya

tanaman yang bermanfaat untuk obat diare yaitu jambu biji kemudian

dilakukan pengujian terhadap bakteri E. Coli karena diare disebabkan oleh

bakteri E.Coli.

4. Linguistik

Asal mula pemberian nama terhadap suatu tumbuhan dan makna dari

pemberian nama. Contohnya, tapak liman, karena bentuk daunnya menjari

7

Page 8: Etnobotani-Farmakologi

seperti telapak tangan. Hambin buah, karena memiliki buah yang

menggantung pada tangkai daun.

II.3 Pengujian

Uji coba produk meliputi uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil

dan uji coba lapangan adalah sebagai berikut.

a. Uji Coba Perorangan.

Subjek uji coba perorangan terdiri dari 5 orang mahasiswa semester IV,

Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Nusa Cendana yang sedang

menempuh matakuliah Botani Tumbuhan Tinggi (BTT). Uji coba perorangan

bertujuan untuk mengidentifikasi kemenarikan dan kekurangan buku referensi

dan memperoleh tanggapan dari mahasiswa tentang data yang terdapat di

dalam buku referensi, yaitu berupa materi dan isi teks bacaan serta sajian

buku.

b. Uji Coba Kelompok Kecil.

Uji coba kelompok kecil dilakukan terhadap 10 mahasiswa semester IV,

Program Studi Pendidikan Biologi yang sedang menempuh matakuliah Botani

Tumbuhan Tinggi (BTT).Uji coba kelompok kecil bertujuan untuk memeriksa

kesalahan-kesalahan yang mungkin terlewatkan pada uji coba perorangan

serta meninjau ulang perbaikan yang telah dilakukan dari hasil uji coba

perorangan.

c. Uji Coba Lapangan.

Subjek uji coba lapangan terdiri dari 20 mahasiswa semester IV, Program

Studi Pendidikan Biologi yang sedang menempuh matakuliah Botani

Tumbuhan Tinggi (BTT).Uji coba bertujuan untuk mengetahui pengetahuan

mahasiswa setelah mempelajari etnobotani cendana melalui buku referensi

yang diberikan.

d. Uji Skrining

Skrining farmakologi suatu metode pendekatan untuk menganalisa efek

farmakodinamik, menganalisa efek toksisitas dan melihat khasiat dan manfaat

bahan alam sebaai obat

8

Page 9: Etnobotani-Farmakologi

Skrining fitokimia serbuk simplisia dan sampel dalam bentuk basah

meliputi pemeriksaan kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,

terpenoid/steroid, tanin dan saponin menurut prosedur yang telah dilakukan

oleh Harbone (Harbone, 1987) dan Depkes (Depkes, 1995).

1.      Pemeriksaan Alkaloid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian ditambahkan 1

ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air

selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk

test alkaloida sebagai berikut:

a.       Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi

Bouchardat, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna

coklat sampai hitam.

b.       Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi

Dragendorff, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah atau

jingga.

c.       Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi

Mayer, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan menggumpal

berwarna putih atau kuning.

d.      Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi

Wagner, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna coklat.

Prosedur yang sama juga dilakukan untuk sampel dalam bentuk basah.

2.      Pemeriksaan Flavonoid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu ditambahkan 10 ml

metanol, direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas

saring. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling, setelah dingin ditambahkan

5 ml eter, dikocok hatihati, lalu didiamkan sebentar.Lapisan metanolnya

diambil, diuapkan pada temperatur 400C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil

asetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoida dengan cara

berikut :

a.       Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan sampai kering, sisanya

dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,5 gram serbuk seng dan

9

Page 10: Etnobotani-Farmakologi

2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit, kemudian ditambahkan 10

tetes asam klorida pekat. Jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah

intensif menunjukkan adanya flavonoida

b.      Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan sampai kering, sisanya

dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,1 gram serbuk

magnesium dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga

sampai warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoida.

c.       Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan sampai kering, sisanya

dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan pereaksi NaOH 10%.

Jika terjadi warna biru violet menunjukkan adanya flavonoida.

d.      Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan sampai kering, sisanya

dilarutkan dengan 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan pereaksi FeCl3 1%. Jika

terjadi warna hitam menunjukkan adanya flavonoida.

e.       Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan sampai kering, sisanya

dilarutkan dengan 2 ml etanol 95% lalu ditambahkan pereaksi H2SO4 pekat.

Jika terjadi warna hijau kekuning-kuningan menunjukkan adanya flavonoida.

3.      Pemeriksaan Terpenoid/Steroid

Sebanyak 1 gram serbuk simplisia disari dengan 20 ml eter selama 2 jam,

disaring kemudian dilakukan pemeriksaan pada masing-masing pereaksi

dengan prosedur sebagai berikut:

a.       Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Salkowsky

(H2SO4 pekat). Apabila terbentuk warna merah menunjukkan adanya

terpenoida/steroida.

b.      Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi

Liebermann-Bouchard. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang

berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya

terpenoida/steroida.

c.       Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi cerium

sulfat 1%. Apabila terbentuk warna coklat menunjukkan adanya terpenoida/

steroida. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk sampel dalam bentuk

basah.

10

Page 11: Etnobotani-Farmakologi

4.      Pemeriksaan Tanin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 gram, disari dengan 10 ml air

suling lalu disaring.Filtrat diencerkan dengan air sampai tidak

berwarna.Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan dengan 1-2 tetes

pereaksi besi (III) klorida 1%.Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau

kehitaman menunjukkan adanya tanin. Prosedur yang sama juga dilakukan

untuk sampel dalam bentuk basah.

5.      Pemeriksaan Saponin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang

stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes

asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin. Prosedur yang sama juga

dilakukan untuk sampel dalam bentuk basah.

11

Page 12: Etnobotani-Farmakologi

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Beberapa komponen awalnya disebut metabolit primer, dihasilkan

oleh kebanyakan tumbuhan karena ia berguna untuk proses biokimia

yang menunjang pertumbuhan, fotosintesis, respirasi, pembuangan, dan

proses – proses asas yang lain

2. Etno-Farmakologi merupakan suatu pendekatan yang sering

digunakan oleh kebanyakan ahli etnobotani karena merupakan cara yang

paling bagus atau tetap untuk menguji keselamatan dari obat-obatan

setempat dan dapat dipastikan melalui analisis fitokimia dan farmakologi.

3. Uji coba produk meliputi uji coba perorangan, uji coba kelompok

kecil dan uji coba lapangan

III.2 Saran

Dengan hasil penulisan makalah yang telah kami buat diharapkan

adanya penelitian lebih lanjut mengenai manfaat-manfaat baik dalam segi

ekonomi atau kandungan-kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman

yang dapat membuat tanaman digunakan masyarakat sebagai obat alternatif

tradisional yang sering kali mereka manfaatkan di daerah mereka. Oleh

karena itu, hasil-hasil penelitian nantinya yang di dapatkan mengenai

manfaat dan kandungan kimia yang ada pada tanaman ini dapat

disosialisasikan, khususnya kepada masyarakat.

12

Page 13: Etnobotani-Farmakologi

DAFTAR PUSTAKA

Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated System of Classification of

Flowering Plants. Columbia University Press. New York

Dharmono, 2008. Bahan Ajar Etnobotani. Universitasa Lambung

Mangkurat press: Banjarmasin

Setiadi, Eriawan. Tahap pengumpulan dan pengujian sampel. www.bisnis-

holisticonline.com. (Diakses tanggal 13 Maret 2016)

13