Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani
description
Transcript of Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani
LAPORAN KULIAH LAPANGAN ETNOBOTANI
“INVENTARISASI KEARIFAN LOKAL TERHADAP TUMBUHAN
DI DESA SONGGA KECAMATAN MENYUKE KABUPATEN LANDAK”
Dosen Pengampu : Dra. Syamswisna, M.Si.
Disusun Oleh
Damai Yanti F05109037
Nurul Awaliah F05109012
Reny Zukni F05109016
Rufina Due F05109035
Yulia F05109031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGIndonesia diakui dunia sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman
hayatinya. Terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga, jumlah yang melebihi di
daerah-daerah tropika lainnya di dunia seperti Amerika Selatan dan Afrika Barat, antara
lain keanekaragaman spesies tumbuhan obat. Berdasarkan catatan WHO, IUCN dan
WWF lebih dari 20.000 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 80 % penduduk
seluruh dunia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan satu diantara seorang masyarakat di Desa
Songga, diungkapkan bahwa ada beberapa tanaman obat yang terdapat di daerah tersebut.
Keterbatasan pengetahuan, sarana,dan prasarana menyebabkan penelitian mengenai jenis-
jenis tanaman obat ini tidak dilanjutkan lagi. Selain itu, berdasarkan observasi langsung
ketika kami berada di sana, ada beberapa tanaman juga yang digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit yang diderita oleh masyarakt setempat. selain sebagai tanaman obat,
juga terdapat tanaman hias, sebagai bahan pangan, upacara adat, serta bahan papan.
Banyak hal-hal baru yang terungkap dari potensi daerah tersebut,tetapi kesadaran
dan pengetahuan yang minim membatasi masyarakat setempat untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang tanaman –tanaman obat tersebut. Hal –hal inilah yang memotivasi
kami untuk melakukan kuliah lapangan Etnobotani di Desa Songga, Kecamatan
Menyuke, Kabupaten Landak.
Untuk dapat mengetahui pemanfaatan jenis-jenis tanaman yang terdapat di Desa
Songga, maka perlu dilakukan tindakan eksplorasi (pencarian) tumbuh-tumbuhan
berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat.
Masyarakat disekitar kawasan hutan memiliki pengetahuan lokal dalam
memanfaatkan tumbuhan atau bahan alami untuk pengobatan. Menurut Zuhud (dalam
Yuniati, 2010) tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional merupakan tumbuhan
yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat. Pengenalan jenis
tumbuhan, bagian yang digunakan, dan khasiat pengobatannya merupakan pengetahuan
yang diperoleh dari isyarat alam atau perilaku binatang. Sebagai contoh, helai daun yang
berbentuk hati mempunyai petunjuk dapat menyembuhkan penyakit hati, bagian tanaman
yang berwarna kuning mempunyai petunjuk dapat menyembuhkan penyakit kuning dan
bila binatang sakit memakan jenis tumbuhan tertentu, mempunyai petunjuk bahwa
tumbuhan tersebut berkhasiat obat (Supriadi, dkk., 2001).
Di Indonesia, sekitar 370 etnis hidup di sekitar kawasan hutan memiliki
pengetahuan meramu obat tradisional. Pengetahuan tersebut merupakan dasar
pengembangan obat fitofarmaka atau obat modern. Dari berbagai penelitian etnomedika
di Indonesia telah diketahui sebanyak 78 spesies tumbuhan yang digunakan oleh 34 etnis
untuk mengobati penyakit malaria, 30 etnis memanfaatkan 110 dan 133 spesies tumbuhan
untuk mengobati penyakit demam dan gangguan pencernaan (Supriadi, dkk., 2001).
Salah satu etnis yang menggunakan tumbuhan sebagai obat yaitu suku Dayak yang
berada di Kalimantan. Misalnya dalam penelitian Dharmono (2007) diketahui bahwa
tanaman jelukap (Centella asiatica L.) digunakan oleh suku Dayak sebagai obat batuk
darah dan luka kulit. Sedangkan Siagian (1993) dalam penelitiannya memaparkan bahwa
16 jenis tumbuhan dimanfaatkan oleh suku Kutai dan suku Dayak Tunjung sebagai bahan
obat tradisional.
Dayak Kanayatn adalah salah satu sub suku Dayak di Kalimantan Barat yang
memiliki kearifan lokal. Misalnya, suku Dayak Kanayatn yang ada di Desa Songga,
Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak mempunyai pengetahuan dalam meramu obat
tradisional. Data dan informasi tentang pengetahuan tersebut merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang mereka yang tidak tertulis. Hal ini diketahui dari hasil
wawancara dengan seorang peramu obat tradisional di Desa Songga pada tanggal 13
Januari 2013. Beliau juga menjelaskan contoh tumbuhan yang digunakan sebagai obat
yaitu daun kuku elang dan lalang kamang. Daun kuku elang digunakan sebagai obat
penawar racun sedangkan lalang kamang dapat mengobati penyakit ginjal. Contoh
tumbuhan lain yang digunakan sebagai obat tradisional antara lain kayu seribu, akar
benteng, pengkail, pandingin, mayang pinang, dan masih banyak lagi.
Selain itu, berdasarkan data monografi Desa Songga belum pernah dilakukan
penelitian tentang tumbuhan obat, pangan, sandang, dan upacara adat. Agar pengetahuan
tersebut tidak hilang dan hanya diketahui oleh masyarakat suku Dayak Kanayatn, maka
perlu dilakukan eksplorasi tanaman yang berpotensi di Desa Songga Kecamatan
Menyuke Kabupaten Landak. Proses inventarisasi tanama tersebut meliputi pengumpulan
informasi masyarakat setempat, pengambilan contoh tumbuhan berkhasiat
obat,pangan,hias,kosmetik,kerajian dan dokumentasi, serta data hasil inventarisasi
dirangkum dalam bentuk tabel.
B. MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam laporan ini adalah:
1. Apa saja kearifan lokal terhadap tumbuhan di Desa Songga, Kecamatan Menyuke,
Kabupaten Landak?
2. Apa saja jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan suku Dayak
Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
3. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
4. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai upacara adat oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
5. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
6. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan papan oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
7. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?
C. TUJUA N
Berdasarkan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kearifan lokal terhadap tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak.
2. Mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan suku Dayak
Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
3. Menegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik oleh
suku Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
4. Mengetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai upacara adat oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
5. Menegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
6. Mnegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan papan oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
7. Menegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias oleh suku
Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani
(tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan
masyarakat umumnya. Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalama
pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagi
manusia tetapi juga kualitas lingkungan, karena nilai nilai guna yang dimiliki dan digunakan
secara antrophologis adalah konservasi tumbuhan tersebut harus dilakukan sebagai
konsekuensinya. Etnobotani menekankan bagaimana mengungkap keterkaitan budaya
masyarakat dengan sumberdaya tumbuhan di lingkungannya secara langsung ataupun tidak
langsung. Penekanannya pada hubungan mendalam budaya manusia dengan alam nabati
sekitarnya. Mengutamakan persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur
sistem pengetahuan anggotanya menghadapi tetumbuhan dalam lingkup hidupnya (Suryadarma,
2008).
Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai
pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik (Sofowora dalam
Pribadi,1982). Di indonesia tanaman obat dimanfaatkan sebagai bahan jamu gendong,obat
herbal,makanan penguat daya tahan tubuh,kosmetik dan bahan spa serta bahan baku industri
makanan dan minuman. Pada tahun 2000 nilai perdagangan tanaman obat di Indonesia mencapai
Rp 1,5 tryliun rupiah setara dengan US $ 8 milyar dikuasai oleh produk herbal dari Cina.
(Anonim. 2008)
Kita sering tidak menyadari potensi yang ada dalam negri ini. Sudah turun temurun
berbagai etnis yang hidup di daerah pedalaman di seluruh Wilayah Nusantara, dari Sabang
sampai Merauke memanfaatkan berbagai spesies dari hutan untuk memelihara kesehatan dan
pengobatan berbagai macam penyakit. Berbagai penelitian etnofitomedika-etnobotani yang
dilakukan oleh peneliti Indonesia telah diketahui ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan
oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan untuk mengobati
penyakit demam oleh 30 etnis,110 spesies tumbuhan untuk nmengobati penyakit gangguan
pencernaan oleh 30 etnis dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan untuk mengobati penyakit
kulit oleh 27 etnis. (Setyowati,F.M. 2010)
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang 82 % dari total spesies tumbuhan obat
hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1000 meter dari
permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan dataran rendah adalah kawasan hutan yang paling
banyak rusak dan punah karena berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun ilegal.
Berbagai ekosistem hutan dataran rendah, antara lain: tipe ekosistem hutan pantai, tipe
ekosistem mangrove atau payau, tipe hutan rawa, tipe hutan rawa gambut,tipe hutan hujan
dataran rendah, tipe hutan musim bawah,tipe hutan pada tanah p kapur,tipe hutan tepi sungai dan
lain-lain. Masing- masing tipe ekosistem hutan tropika Indonesia merupakan wujud proses
evolusi , interaksi yang kompleks dan teratur dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya,curah
hujan,dan suhu), udara dan organisme termasuk sosio-budaya manusia untuk mendukung
kehidupan keanekaragaman hayati,antara lain berbagai spesies tumbuhan obat.
Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak memiliki kawasan hutan yang
termasuk dalam tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah. Hutan ini menyimpan kekayaan
tanaman yang berpotensi obat. Beberapa tanaman obat yang digunakan secara turun temurun
untuk mengobati beberapa penyakit, anatara lain golongan herba yang tumbuh liar di hutan
sebagai obat luka, beberapa akar tanaman pohon yang dibuat ramuan untuk menyembuhkan
penyakit organ dalam, beberapa daun dari tumbuhan yang terdapat di hutan tersebut dibuat
ramuan dari hasil rebusan tersebut untuk mengobati penyakit kulit dan lain-lain. Kebanyakan
dari semua bagian organ tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Masyarakat setempat juga masih mempercayai pengobatan dukun yang alami
menggunakan tanaman-tanaman tersebut. Minimnya pelayanan kesehatan melalui puskesmas,
sehingga budaya pengobatan tradisional masih terjadi. Mereka mengakui bahwa secara ilmiah
mereka tidak mengetahui kandungan zat-zat yang berpotensi sebagai obat tersebut. Hal ini
didasarkan pada kebiasaan yang turun temurun oleh nenek moyang mereka. Tidak hanya itu saja,
masyarakat setempat juga menyadari akan minimnya pengetahuan mengenai potensi tanaman
obat tersebut.
Untuk mengetahui potensi yang ada pada daerah tersebut, langkah awal yang dilakukan
adalah menggali informasi tentang tanaman-tanaman berpotensi sebagai obat, sandang, pangan,
papan, kosmetik, dan upacara adat sehingga sangat mudah untuk melakukan inventarisasi.
Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Familinya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ervizal A.M Zuhud, tanaman obat
dikelompokan dalam 203 famili sperti yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Familinya
No Nama Famili Jumlah Spesies
1 Fabaceae 110
2 Euphorbiaceae 94
3 Lauraceae 77
4 Rubiaceae 72
5 Poaceae 55
6 Zingiberaceae 49
7 Moraceae 46
8 Myrtaceae 45
9 Annonaceae 43
10 Asteraceae 40
11
12
Apocynaceae
Cucurbitaceae
39
34
13 Piperaceae 30
14 Menispermaceae 30
15 Meiastomaceae 26
16 Arecaceae 25
17 Verbenaceae 23
18 Rutaceae 23
19 Acanthaceae 22
20 Sterculiaceae 21
21 Myristicaceae 21
22 Rhizoporaceae 21
23 Family lainnya (181
famili)
< 20
Tabel di atas menunjukan bahwa family yang mendominasi Hutan Tropika Indonesia
adalah Famili fabaceae. Penggolongan dalam family ini akan sangat membantu dalam
mengklasifikasikan tanaman tersebut. Tanaman yang sudah diklasifikasi akan mempermudah
pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai tanaman obat. Selain memeberikan
informasi yang bersifat universal,tidak hanya masyrakat setempat saja tetapi seluruh masyrakat
Indonesia.
Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Habitus
Tanaman obat digolongkan dalam 7 habitus yakni: habitus bambu,
herba,liana,pemanjat,perdu,pohon dan semak. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa habitus
pohon mendominasi tanaman obat yang terdapat di Hutan Tropika Indonesia. Jumlah spesies
yang lebih tinggi dibandingkan dengan habitus lain,sebanyak 717 spesies atau 40,58 %
Tabel 2.Jumlah dan presentase Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus
No Habitus Tumbuhan obat
Jumlah spesies Prosentase (%)
1 Pohon 768 37.67
2 Herba 486 23.84
3 Semak 183 8.97
4 Pemanjat 138 6.77
5 Liana 145 7.11
6 Perdu 125 6.13
7 Bambu 15 0.74
8 Tidak ada 179 8.78
2039 100.00
Tabel di atas menunjukan bahwa, Hutan Tropika Indonesia memiliki potensi yang cukup
besar sebagai penyangga tanaman obat. Berdasarkan pengamatan langsung di Hutan
Gerunggang .habitus yang mendominasi adalah pohon,namun habitus lain juga banyak dijumpai
tetapi belum diketahui tanaman-tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat atau tidak.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan, sehingga dapat memeberikan informasi baru
tentang potensi di Desa Songga di Kalimantan Barat.
Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Organ Tumbuhan yang Diperlukan
Suatu tanaman,terutama untuk tanaman tingkat tinggi memiliki organ tumbuhan yang
lengkap yakni : akar,batang dan daun. Derivat dari organ-organ tersebut antara lain
bunga,duri,umbi dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam penelitian
spesies tanaman obat di Hutan Tropika Indonesia berdasarkan organ tumbuhan yang digunakan
antara lain:
Tabel 3. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Organ Tumbuhan yang Diperlukan
No Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Jumlah spesies Prosentase (%)
1 Daun 749 35.50
2 Akar 333 14.89
3 Kulit batang 234 10.47
4 Buah 186 8.32
5 Semua bagian 179 8.01
6 Batang atau kayu 152 6.80
7 Biji 114 5.10
8 Bunga 67 3.00
9 Getah 63 2.82
10 Pucuk daun atau tunas 53 2.37
11 Rimpang 35 1.57
12 Umbi 24 1.07
13 Cabang atau ranting 22 0.98
14 Air batang 21 0.94
15 Umbut 4 0.18
16 Tidak ada data 394 -
Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit
Tanaman obat yang sudah di kelompokan berdasarkan family dan habitus akan sangat
mudah dalam menginventarisasi jenis penyakit. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh,
kelompok penyakit yang dapat disembuhkan dengan tanaman yang diperoleh pada penelitian di
Hutan Tropika Indonesia antara lain:
Tabel 4. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit
No Kelompok Penyakit Jumlah Spesies
1 Gangguan peredaran darah 72
2 Keluarga Berencana 12
3 Penawar racun 119
4 Pengobatan luka 116
5 Patah tulang 11
6 Penyakit Diabetes 17
7 Penyakit Gigi 44
8 Penyakit jantung 22
9 Penyakit Kelamin 61
10 Penyakit Ginjal 27
11 Penyakit Khusus wanita 110
12 Penyakit kulit 283
13 Penyakit liver 24
14 Penyakit malaria 33
15 Penyakit mata 58
16 Penyakit mulut 71
17 Penyakit saluran pembuangan 165
18 Penyakit saluran pencernaan 487
19 Penyakit otot dan persendian 165
20 Penyakit saluran pernafasan 214
21 Perawatan kehamilan dan persalinan 168
22 Perawatan rambut,muka dan kulit 60
23 Sakit kepala atau demam 311
24 Tonikum 167
25 Lain –lain 384
Berdasaran hasil inventaris potensi keanekaragaman spesies tumbuhan obat diberbagai
kawasan hutan konservasi tanaman nasional di Indonesia,menunjukan bahwa setiap unit kawasan
nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat dapat mengobati 25 kelompok penyakit
yang diderita masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kawasan hutan alam tropika
pada setiap tempat menyediakan bahan baku obat untuk berbagai kelompok penyakit.
(Zuhud,2008). Hal ini merupakan landasan dalam penelitian inventarisasi tanaman obat. Tidak
menutup kemungkinan bahwa di Desa Songga menyimpan banyak potensi tanaman obat.
Selain dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat, tumbuhan-tumbuhan yang ada pada daerah
tersebut juga dimanfaatkan untuk tanaman hias, pangan, bahan pewarna, bahan bangunan,
kerajinan dan anyaman, ritual adat dan kegamaan,.
Ratnasari dalam Anggana, secara umum, tanaman hias dikelompokkan menjadi dua,
yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias
yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Daya tarik tanaman hias bunga terletak pada
bentuk, warna, dan aroma bunganya.
Tumbuhan pangan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Komoditas utama:
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu; (2) Komoditas
potensial: sorgum, gude, kacang tunggak, wijen, talas, ubi kelapa dan sagu; dan (3) Komoditas
introduksi: terigu, jawawut, kara, ganyong Mursito Bambang. (2001). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Munawaroh. (2000). sumber makanan pokok dan sumber karbohidrat
masyarakat Dayak Meratus selain padi adalah sagu aren (Arenga pinnata), gadung (Dioscorea
hispida), ubi kayu (Manihot utillisima), talas (Colocasia esculata), ubi jalar/lelayap (Ipomea
batatas), lumbu (Colocasia gigantea), jagung (Zea mays), dan jawau/gumbili (Dioscore
esculata).
Putri Eka P. (2007),pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan.
Sebagian besar warna dapat diperoleh dari tumbuhan seperti warna kuning, merah, biru, cokelat,
dan warna hitam.Masyarakat pada umumnya membuat warna hijau alami secara tradisional
dengan menggunakan daun suji (Pleomele angutifolia) atau daun pandan (Pandanus tectorius).
Masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan
sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk makanan, seperti daun suji (Pleomele
angustifolia N. E. Brown.) untuk warna hijau, daun (Iresine herbstii Hook). Untuk warna merah
pada agar-agar, rimpang kunyit (Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, kulit kayu
soga (Peltophorum pterocarpum Backer.) sebagai bahan pewarna cokelat untuk.
Berdasarkan penelitian Dharmono. (2007). terhadap Suku Dani diketahui bahwa
masyarakat Suku Dani di pedalaman Irian Jaya pada umumnya telah mengenal berbagai jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Bahan bangunan utama pada masyarakat
suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, rotan dan bambu. Jenis-jenis yang umum
digunakan adalah sengon (Paraserienthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon
zwageri), dan sebagainya (Kartikawati 2004). Bahan kerajinan dan anyaman lebih banyak
didominasi oleh jenis bambu tali (Bamboosa sp), sedangkan cara pengambilan bambu dilakukan
masyarakat secara berkelompok
Sunarti Siti, Arief Hidayat, dan Rugayah. (2008). mengemukakan bahwa di berbagai
etnis atau daerah jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut
pengetahuan masyarakat masing-masing, tetapi banyak penggunaan bahan- bahan yang sama,
misalnya daun dan bunga sirih yang hampir semua etnis menggunakan jenis tumbuhan tersebut
didalam upacara-upacara tertentu. Salah satu contoh pemanfaatan tumbuhan untuk upacara
tradisional yaitu upacara tradisional pada masyarakat suku Banjar. Upacara tradisional yang
masih dilaksanakan oleh suku Banjar adalah upacara “manaradak”, upacara “manuping”, upacara
“manyanggar danau”, upacara “manyanggar banua”, upacara “maarak kitab bukhari”, upacara
“bamuludan”, upacara “batajak” rumah, upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam, dan
upacara yang berkaitan dengan daur hidup. Misalnya untuk hiasan upacara digunakan tebu
kuning, tebu (betung) merah, mayang bungkus, mayang urai, beringin kurung, anyaman janur
kuning, dan lainlain. Tumbuhan bagi orang Banjar tidak hanya digunakan untuk upacara adat,
tetapi juga digunakan untuk kekuatan ilmu hitam dan penangkis ilmu hitam itu sendiri. Dengan
demikian upacara itu sendiri sebenarnya untuk mendatangkan kesejahteraan bagi pelaksananya
baik kerabat maupun masyarakat dan kampungnya.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 – 15 Januari 2013. Tempat penelitian
yaitu di Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.
Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengambilan Sampel dan Identifikasi Tumbuhan Obat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak
NO
KegiatanJanuariTanggal
12 13 14 151 Persiapan alat dan bahan2 Wawancara dengan responden3 Pengambilan sampel di lapangan
dan dokumentasi4 Laporan hasil
2. Kedaan Umum Lokasi
Kecamatan Menyuke merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Landak. Lokasi Penelitian terletak di desa Songga. secara umum topografi desa Songga
berupa dataran tinggi, luas wilayah 14,7 km2. Adapun batas wilayah Desa Songga dengan
yang wilayah lainnya yaitu :
Sebelah utara : Desa Sidan
Sebelah selatan : Desa Angkaras
Sebelah barat : Dusun Betung, Desa Tembawang Bale, Kecamatan
Banyuke Hulu
Sebelah timur : Dusun Sahang, Desa Lintah Betung
Peta Kabupaten Landak
3. Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat
Alat untuk inventarisasi tumbuhan: Plastik packing, alat tulis, dan kamera digital.
Bahan
Spesies tumbuhan berkhasiat obat, pangan, kosmetik, upacara adat, dan tanaman hias.
4. Teknik Pengumpul Data Inventarisasi Tumbuhan Kearifan Lokal
Pengumpulan data dan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan dilakukan dengan
metode wawancara (Siagian, 1993) kepada masyarakat Dayak Kanayatn yang meliputi
dukun kampung, kepala adat, ketua taun, kepala desa dan masyrakat Desa Songga.
Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara terbuka atau
tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2009) wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara lengkap dan sistematis untuk pengumpulan datanya. Sehingga akan
didapatkan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat secara lengkap.
Karena pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
Darit
lokasi penelitian
permasalahan dan dapat menggali pengetahuan suku Dayak Kanayatn yang belum kita
ketahui.
Setelah mendapat informasi tentang tumbuhan yang dimanfaatkan suku Dayak
Kanayatn kemudian dilanjutkan dengan inventarisasi tumbuhan oabt di lapangan.
Inventarisasi di lapangan dilakukan dengan metode survei lapangan berdasarkan hasil
wawancara (Putri, 2007). Jenis tumbuhan yang diambil sampelnya yaitu tumbuhan yang
sudah biasa dimanfaatkan oleh suku Dayak Kanayatn sebagai obat tradisional, pangan,
papan, kosmetik, dan upacara adat. Setiap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dicatat dan
didokumentasikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL1. Inventarisasi Tanaman Obat
No Nama Tumbuhan
Gambar Fungsi Cara menggunakan
1 Sabi Utan Obat maag Daun direbus kemudian airnya diminum
2 Tabaang Obat patah tulang
Tanaman nomor 2 sampai nomor 10 di haluskan kemudian dicampur tuak dan bayi ayam yang dicincang kemudian ditempel pada bagian yang patah tulang
3 Bemali
4 Empulut
Urena lobata
Obat patah tulang dan diare
Untuk obat diare daun diremas kemudian airnya diminum
5 Mariadoh
6 Mayang Tidur
7 Simpur
Dillenia exelsa
8 Porang
9 EntapongVernonia arborea
10 Tangkul
11 Mengkudu
Morinda citrifolia
Obat cacingan
Daun direbus kemudian dimakan
12 Kayu seribu Menggugurkan kehamilan
Daun diremas dengan air kemudian airnya diminum
13 Benalu Obat bengkak-
Daun dihaluskan kemudian dicampur
Drymoglosum piloselloides
bengkak dan masuk angin
minyak kelapa kemudian ditempelkan di perut atau di bagian yang bengkak
14 Sirih hantu
Piper sarmentosum
Obat step atau kejang-kejang
Daun diremas kemudian airnya untuk mandi
15 Pengkail
nutgrass_cypers_rotundus
Obat sakit ginjal
Urat rumput direbus kemudian diminum
16 Pasak Seribu
Helminthostachys zeylanica
Obat gatal pada mata dan kulit
Daun diseduh seperti menyeduh teh
17 Paku Jejarat
Adiantum cuneatum
Obat demam hujan panas
Direbus akar dan daunnya kemdian airnya diminum
18 Kuku Elang
Ziziphus calophylla wall
Penawar racun
Daun diremas kemudian direndam air panas dan diminum
19 Bintang
Cystopteris reevesiana
Obat pemikat supaya orang lain senang
Seluruh bagian tumbuhan dibakar kemudian dicampur ke dalam makanan orang yang ingin dibuat menjadi senang
20 Lalang Kamang Obat ginjal daun dan akar direbus
dan kencing manis
dicampur lada segar kemudian air rebusan diminum
21 Pandingin Penurun panas, kejang-kejang, lemas dan cacar
Daun diremas dicampur dengan selasih merah kemudian airnya diminum
23 senteo
Gynura segetum
Obat demam panas
Daun diremas kemuadian airnya digunakan untuk mandi
24 Daun nangka belanda
Annona muricata
Obat kembung
Daun dibungkus daun pisang kemudian dipaanggang, kemudian ditapalkan di perut
25 Mahkota dewa Obat segala penyakit
Buah dikeringkan kemudian diseduh
26Bunga ungu
Cuphea hyssopifolia
Obat ambeien
Bunganya dimakan
27 Selasih
Cinnamomum parthenoxylon
Obat panas Biji selasih dicampur dengan daun pandingin kemudian airnya diminum
28 Sirih
Piper Betle
Obat bau mulut dan obat keputihan
Daun direndam air hangat kemudian digunakan untuk obat kumur. Untuk keputihan air dipakai untuk bercuci
29 Cocor bebek
Kalanchoe pinnata
Obat panas dalam
Daun dihaluskan ditempelkan di kepala
30 Singkil Obat luka ringan
Daun dihaluskan kemudian ditempelkan pada bagian yang luka
31 Jahe Obat gigil dan untuk jamu-jamuan
Jahu di seduh dengan air hangat
32 Kunyit Obat gatal dan untuk jamu-jamuan
Untuk gatal: kunyit digososk pada bagian yang gatal
33 Kencur Jamu setelah melahirkan
Umbi Dikeringkan kemudian diseduh
34 Kedawung Jamu setelah melahirkan
Biji kedawung di keringkan kemudian diseduh
35 Kumis kucing Obat kencing manis
Daun diremas kemudian diminum
36 Renjuang Cordyline fruticosa
Obat panas dalam
Daun diremas dengan air kemudian airnya dimandikan
37 Sarang semut Obat segala penyakit
Sarang semut diseduh dan diminum
38 Ciplukan Physalis angulata
Obat sakit gigi
Akar dibakar dan ditempel pada gigi yang sakit
39 Sawit Obat luka Biji sawit dikeluarkan minyaknya kemudian diusapkan ke luka
40 Bunga pecah piring
Obat batuk dan obat sakit haid
Daun diremas dengan air kemuadian diminum
2. Inventarisasi Tanaman Hias
No Nama daerah Nama ilmiah Gambar 1 Bunga patah
tanganCrinum asiaticum
2 Celosia argentea
3 Pacar air Impatiens balsamina
4 Bunga antah
5 Lidah buaya
6 Sisik naga
7
8 Daun tiga warna Solenostemon scutellarioides
9
10 Tapak dara Catharanthus roseus
11 Kenikir Tagetes erecta
12 Puring
13 Delapan dewa
14. Patah tulang Eupharbia tirucalli L
3. Inventarisasi Tanaman Pangan
No Nama tumbuhan Gambar 1 Miding
2 Paku uban
3 Paku hijau
4 Gegeli
Lasia spinosa (L.) Thwaites
5 Keribang
6 Rebung
7 Lengkuas
8 Akar banar
Dioscorea sp
9 Tepo Etlingera elatior
10 Genjer Limnocharis flava
11 Ensabi
12 Terung pipit
13 Bunga merah
14 Terung asamSolanum ferox Linn
4. Inventarisasi Tanaman Kerajinan
No Nama daerah Gambar Fungsi 1 Sekik
Pandanus tectorius
Membuat tikar dan tas
2 Bambu Membuat berbagai wadah seperti bakul, penampi, dan ragak
3 Rotan Membuat tikar, dan berbagai wadah
4 Akar banar Membuat penyapu
5 Kayu belian Membuat patung
6 Kayu meranti Membuat patung dinding
7 Kayu Bangkirai papan
8 Kulit kayu tarap Membuat tikar
5. Inventarisasi Tanaman Kosmetik
No Nama Tumbuhan
Gambar Fungsi Cara menggunakan
1 Tengkawang Sebagai pelembab bibir Buah yang masih segar dipotong kemudian getah atau minyaknya dioleskan pada bibir atau kulit yang kering
2 Daun pacar air Sebagai pewarna kuku Daun dihaluskan kemudian ditempel pada kuku selama beberapa waktu
3 Daun pacar inai Sebagai pewarna kuku Daun dihaluskan kemudian ditempel pada kuku selama beberapa waktu
4 Kemiri Sebagai penumbuh rambut di kepala, alis, dan dagu
Buah dibakar kemudian dihaluskan, diambil minyaknya dan dioleskan pada bagian yang ingin ditumbuhi rambut
5 Langer Albizia saponaria
Sebagai shampo Kulit buah yang sudah kering di rebus kemudian air rebusan digunakan untuk keramas (dipercaya menghilangkan ketombe)
Serai wangi
Cymbopogon citratus
Wewangian untuk mandi
Serai direbus, kemudian air rebusan dicampur dengan air mandi (dipercaya menghilangkan bau badan)
7 Beras kunyit Sebagai lulur Beras kunyit ditumbuk dicampur air jeruk nipis, kemudian digosok pada kulit tubuh seperti menggunakan lulur (untuk menghaluskan dan memutihkan kulit)
6. Inventarisasi Tanaman Upacara Adat
No Nama daerah
Nama ilmiah Gambar Bagian yang digunakan
Kegunaan
1 Kelapa Daun Upacara pengobatan (lenggang)
Batok kelapa
Upacara tolak bala (tempurung pasuk)
Daun kelapa muda
Tetungkal (adat sebelum menikah)
2 Renjuang Daun Dipasang dikepala untuk perang
3 Bambu batang Untuk upacara parnikahan (kelangkang) dan tolak bala
4 Padi Tangkai dan bulir padi
Upacara naik dango (panen padi)
5 Sirih Daun Lenggang (upacara pengobatan)
6 Pinang Bunga pinang (mayang)
Lenggang
7 Tembakau Daun Tolak bala
8 Sanoh Bunga lenggang9 Pulut Beras Tolak dala
10 Meranti Buah Tolak bala
7. Inventarisasi Tanaman Pewarna
No Nama Gambar Fungsi Cara menggunakan1 Rambutan
(daun)Pewarna kerajinan bewarna hitam
Daun direbus dengan bahan kerajinan
2 Daun betawi (daun)
Pewarna kerajinan bewarna hitam
Daun direbus dengan bahan kerajinan
3 Kunyit Pewarna makanan bewarna kuning
Kunyit dicampur dalam masakan atau makanan
4 Pinang (biji) Pewarna kayu bewarna merah
Pinang muda ditumbuk kemudian digosok pada kayu
5 Bunga merah (bunga)
Pewarna makanan bewarna merah
Bunga direndam air hangat menghasilkan warna merah pada minuman dan bahan makanan
Tanaman obat
tanaman hias
14
pangan upacara adat
kerajinan kosmetik pewarna0
5
10
15
20
25
30
35
40
Diagram Kajian Etnobotani
B. PEMBAHASANDesa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak memiliki kawasan hutan
yang termasuk dalam tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah. Hutan ini menyimpan
kekayaan tanaman yang berpotensi. Dari hasil observasi dan dokumentasi pada kuliah
lapangan etnobotani di Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak didapat
98 tanaman yang digunakan berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat. Tanaman
tersebut dibagi menjadi 7 kategori berdasarkan kebermanfaatannya menurut masyarakat
setempat. Tanaman tersebut diantaranya tergolong ke dalam tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat didapat 40 jenis, tanaman hias 14 jenis, pangan 14 jenis,
sebagai kerajinan 8 jenis, kosmetik 7 jenis, untuk upacara adat 10 jenis, dan sebagai
pewarna 5 jenis.
Kearifan lokal tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat adalah tanaman obat, yakni sebanyak 40 jenis tanaman. Hal ini disebabkan oleh
budaya masyarakat yang masih mempercayai pengobatan tradisional oleh dukun
kampong yang diwarisi turun temurun dari zaman nenek moyang dahulu. Selain itu,
karena faktor ekonomi yang tidak mendukung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu
masyarakat setempat : “ kalau patah tulang, dari pada mahal-mahal ke rumah sakit lebih
baik berobat ke dukun saja” Bahkan penyakit yang berat pun tidak diobati ke rumah
sakit. Habitat tanaman obat juga kebanyakan diperoleh di hutan dan ada juga di sekitar
pekarangan. Tanaman obat yang tergolong langka seperti kayu seribu dan kuku elang
perlu dibudidayakan sehingga ketersediaannya tidak berkurang.
Tanaman hias yang dijumpai sama halanya dengan masyarakat pada umumnya.
Terdapat sekitar 14 jenis tanaman. Tanaman hias yang tergolong langka hanya tumbuhan
patah tulang. Selain sebagai obat juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Biasanya
tanaman hias ditanam di sekitar halaman rumah dan ada juga yang disimpan di dalam
rumah, khusunya di ruang tamu.
Kebutuhan masyarakat untuk pangan juga tidak terlepas dari tumbuhan. Terdapat
sekitar 14 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pangan. Namun ada beberapa
tanaman yang unik seperti gegeli, akar banar dan tepo. Di Desa Songga ini lah, kami
ketahui bahwa tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pangan. Keunikan ini yang
perlu dikaji dalam etnobotani.
Suku Dayak Kanayatn merupakan suku asli di daerah Kabupaten Landak. Di Desa
Songga mayoritas penduduknya adalah suku dayak. Etnis ini tidak terlepas dari upacara
adat yang juga memanfaatkan tumbuhan untuk ritual tertentu. Tumbuhan yang biasa
digunakan yakni daun renjuang, pinang dan bambu. Sedangkan yang unik dan belum
diketahui adalah tumbuhan sanoh.
Bambu adalah jenis tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat di Desa
Songga untuk kerajian. Selain itu juga terdapat rotan, sekik,akar banar yang biasanya
diguanakan dengan cara anyaman. Etnis Dayak Kanayatn juga terkenal dengan ukiran
dayak yang memanfaatkan beberapa jenis kayu yang diperoleh dari hutan.
Kebanyakan kaum perempuan yang senang melakukan perawatan tubuh agar
telihat cantik. Namun semuanya itu perlu modal yang banyak. Untuk terlihat cantik tanpa
mengeluarkan biaya, mereka memanfaatkan tanaman sekitar sebagai kosmetik. Tanaman
yang unik dimanfaatkan misalanya seperti tengkawang untuk pelembab bibir dan langer
untuk shampoo. Hampir disetiap rumah di Desa Songga menjemur tengkawang dan
beberapa diantaranya menjemur langer. Hal unik ini perlu dikaji dan perlu penelitian
lanjutan untuk mengetahui khasiat tanaman tersebut.
Potensi tanaman sebagai pewarna juga banyak ditemukan. Tidak hanya sebagai
pewarna makanan yang biasanya digunakan oleh kebanyakan ibu rumah tangga, tetapi
juga bisa digunakan sebagai pewarna kerajian. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
kebanyakan daunnya. Daun rambutan juga bisa dmanfaatkan sebagai pewarna kerajinan
yang menghasilkan warna hitam serta daun betawai yang gambarnya belum
ditemui.Sedangkan untuk pewarna makanan seperti kunyit dan bungan merah.
Banyak hal-hal baru yang terungkap dari potensi daerah tersebut,tetapi kesadaran
dan pengetahuan yang minim membatasi masyarakat setempat untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang tanaman –tanaman berpotensi tersebut. Sehingga perlu penelitian
lanjutan agar pengetahuan tersebut tidak luntur begitu saja. Selain itu banyak potensi ini ,
perlu dibudidayakan agar tidak punah.
BAB V
PENUTUP
1. Kearifan lokal terhadap tumbuhan yang terdapat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke,
Kabupaten Landak terdiri dari tanaman obat, tanaman hias, pangan, kerajinan,
kosmetik,upacara adat dan pewarna.
2. Jumlah tumbuhan kearifan lokal yang terdapat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke,
Kabupaten Landak adalah 98 jenis.
3. Terdapat 40 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat.
4. Terdapat 14 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias
5. Terdapat 14 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pangan
6. Terdapat 10 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai upacara adat
7. Terdapat 8 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai kerajinan.
8. Terdapat 7 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai kosmetik.
9. Terdapat 5 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pewarna..
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Tanaman Obat Indonesia: Urena lobata L. IPTEKnet Sentra Informasi Iptek
Dalam: http://www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/view.php?mnu=28id=51
De Vogel, E.F. 1987. Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice. Unesco.
Dharmono. (2007). Kajian Etnobotani Tumbuhan Jelukap (Centella asiatica L.) di Suku
Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae. Vol. 4 (2) : halaman 71-78.
Munawaroh. (2000). Peran Etnobotani dalam Menunjang Konservasi Ex-Situ Kebun Raya.
Bogor : Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI.
Mursito Bambang. (2001). Sehat Diusia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Bogor : Penebar
Pribadi ,E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya. Vol. 8 No. 1 / Juni 2009. Hlm 52 – 64 . Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik : Bogor.
Putri Eka P. (2007). Etnobotani Tumbuhan Obat Suku Dayak Desah di Kawasan Hutan
Wisata Bukit Kelam kabupaten Sintang Kalimantan Barat. (skripsi). Pontianak :
Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.
Setyowati,F.M. 2010. Etnofarmakologi Dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak
Tunjung Di Kalimantan Timur. Volume XX: 104-112. Puslit Litbang _LIPI : Bogor.
Siagian Mangasa H., Mustaid Siregar, dan S. Riswan. (1993). Pengetahuan Pemanfaatan
Berbagai Jenis Pohon sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Kutai dan Dayak
Tunjung di Kalimantan Timur. Seminar Hasil Litbang SDH Balitbang Botani dan
Sofowora. 1982. Medicinal Plant and TraditionalMedicine in Africa.( dalam Pribadi,E.R )
http://www.mapbd.com/wmp.htm
Sunarti Siti, Arief Hidayat, dan Rugayah. (2008). Keanekaragaman Tumbuhan di Hutan
Pegunungan Waworete Kecamatan Wawonii Timur Pulau Wawonii Sulawesi
Tenggara. Biodiversitas. Vol. 9 (3) : halaman 194 – 198.
Supriadi, dkk. (2001). Tumbuhan Obat Indonesia Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Suryadarma, IGP. 2008. Diktat kuliah Etnobotani.
Tjitrosoepomo Gembong. (2005). Taksonomi Tumbuhan. Jogjakarta : Gadja Mada Univerrsity
Tjitrosoepomo,Gembong .1994. Taksonomi Tumbuhan . Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Zuhud Ervizal A. M. (tanpa tahun). Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga
Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. (Online). Bogor : Laboratorium
Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
(http://www.docstoc.com/docs/20904042/-M. dikunjungi pada tanggal 4 Februari 2013).
Zuhud, E.A.M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat
Alam Untuk Kesehatan Bangsa .: Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Lampiran
Dokumentasi perjalan kuliah lapangan Etnobotani ke Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak
Hari ke- 1.di Pontianak Hari ke-1. di Seha
Hari ke -2. di Desa Songga Hari ke -2. Rumah Ketua Tahun
Hari ke-2. Wawancara Hari ke-2 .Makan di rumah dukun
Hari ke-3.Rumah Bpk. Kades Songga Hari ke-3. Rumah Bpk. Sekdes Songga
Hari ke-3 .Rumah Dukun Kampung Hari ke-3. Rumah Warga
Hari ke-3 Rumah Warga Hari ke-3 Kantor Desa Songga
Hari terakhir di Rumah Nurul Tuan Rumah di Darit
Hari terakhir di Seha Hari terakhir di Seha
Jalan di Desa Songga Jalan di Seha