Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

62
LAPORAN KULIAH LAPANGAN ETNOBOTANI “INVENTARISASI KEARIFAN LOKAL TERHADAP TUMBUHAN DI DESA SONGGA KECAMATAN MENYUKE KABUPATEN LANDAK” Dosen Pengampu : Dra. Syamswisna, M.Si. Disusun Oleh Damai Yanti F05109037 Nurul Awaliah F05109012 Reny Zukni F05109016 Rufina Due F05109035 Yulia F05109031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

description

Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Transcript of Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Page 1: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

LAPORAN KULIAH LAPANGAN ETNOBOTANI

“INVENTARISASI KEARIFAN LOKAL TERHADAP TUMBUHAN

DI DESA SONGGA KECAMATAN MENYUKE KABUPATEN LANDAK”

Dosen Pengampu : Dra. Syamswisna, M.Si.

Disusun Oleh

Damai Yanti F05109037

Nurul Awaliah F05109012

Reny Zukni F05109016

Rufina Due F05109035

Yulia F05109031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

Page 2: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGIndonesia diakui dunia sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman

hayatinya. Terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga, jumlah yang melebihi di

daerah-daerah tropika lainnya di dunia seperti Amerika Selatan dan Afrika Barat, antara

lain keanekaragaman spesies tumbuhan obat. Berdasarkan catatan WHO, IUCN dan

WWF lebih dari 20.000 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 80 % penduduk

seluruh dunia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan satu diantara seorang masyarakat di Desa

Songga, diungkapkan bahwa ada beberapa tanaman obat yang terdapat di daerah tersebut.

Keterbatasan pengetahuan, sarana,dan prasarana menyebabkan penelitian mengenai jenis-

jenis tanaman obat ini tidak dilanjutkan lagi. Selain itu, berdasarkan observasi langsung

ketika kami berada di sana, ada beberapa tanaman juga yang digunakan untuk mengobati

beberapa penyakit yang diderita oleh masyarakt setempat. selain sebagai tanaman obat,

juga terdapat tanaman hias, sebagai bahan pangan, upacara adat, serta bahan papan.

Banyak hal-hal baru yang terungkap dari potensi daerah tersebut,tetapi kesadaran

dan pengetahuan yang minim membatasi masyarakat setempat untuk mengetahui lebih

dalam lagi tentang tanaman –tanaman obat tersebut. Hal –hal inilah yang memotivasi

kami untuk melakukan kuliah lapangan Etnobotani di Desa Songga, Kecamatan

Menyuke, Kabupaten Landak.

Untuk dapat mengetahui pemanfaatan jenis-jenis tanaman yang terdapat di Desa

Songga, maka perlu dilakukan tindakan eksplorasi (pencarian) tumbuh-tumbuhan

berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat.

Masyarakat disekitar kawasan hutan memiliki pengetahuan lokal dalam

memanfaatkan tumbuhan atau bahan alami untuk pengobatan. Menurut Zuhud (dalam

Yuniati, 2010) tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional merupakan tumbuhan

yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat. Pengenalan jenis

tumbuhan, bagian yang digunakan, dan khasiat pengobatannya merupakan pengetahuan

Page 3: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

yang diperoleh dari isyarat alam atau perilaku binatang. Sebagai contoh, helai daun yang

berbentuk hati mempunyai petunjuk dapat menyembuhkan penyakit hati, bagian tanaman

yang berwarna kuning mempunyai petunjuk dapat menyembuhkan penyakit kuning dan

bila binatang sakit memakan jenis tumbuhan tertentu, mempunyai petunjuk bahwa

tumbuhan tersebut berkhasiat obat (Supriadi, dkk., 2001).

Di Indonesia, sekitar 370 etnis hidup di sekitar kawasan hutan memiliki

pengetahuan meramu obat tradisional. Pengetahuan tersebut merupakan dasar

pengembangan obat fitofarmaka atau obat modern. Dari berbagai penelitian etnomedika

di Indonesia telah diketahui sebanyak 78 spesies tumbuhan yang digunakan oleh 34 etnis

untuk mengobati penyakit malaria, 30 etnis memanfaatkan 110 dan 133 spesies tumbuhan

untuk mengobati penyakit demam dan gangguan pencernaan (Supriadi, dkk., 2001).

Salah satu etnis yang menggunakan tumbuhan sebagai obat yaitu suku Dayak yang

berada di Kalimantan. Misalnya dalam penelitian Dharmono (2007) diketahui bahwa

tanaman jelukap (Centella asiatica L.) digunakan oleh suku Dayak sebagai obat batuk

darah dan luka kulit. Sedangkan Siagian (1993) dalam penelitiannya memaparkan bahwa

16 jenis tumbuhan dimanfaatkan oleh suku Kutai dan suku Dayak Tunjung sebagai bahan

obat tradisional.

Dayak Kanayatn adalah salah satu sub suku Dayak di Kalimantan Barat yang

memiliki kearifan lokal. Misalnya, suku Dayak Kanayatn yang ada di Desa Songga,

Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak mempunyai pengetahuan dalam meramu obat

tradisional. Data dan informasi tentang pengetahuan tersebut merupakan warisan turun

temurun dari nenek moyang mereka yang tidak tertulis. Hal ini diketahui dari hasil

wawancara dengan seorang peramu obat tradisional di Desa Songga pada tanggal 13

Januari 2013. Beliau juga menjelaskan contoh tumbuhan yang digunakan sebagai obat

yaitu daun kuku elang dan lalang kamang. Daun kuku elang digunakan sebagai obat

penawar racun sedangkan lalang kamang dapat mengobati penyakit ginjal. Contoh

tumbuhan lain yang digunakan sebagai obat tradisional antara lain kayu seribu, akar

benteng, pengkail, pandingin, mayang pinang, dan masih banyak lagi.

Selain itu, berdasarkan data monografi Desa Songga belum pernah dilakukan

penelitian tentang tumbuhan obat, pangan, sandang, dan upacara adat. Agar pengetahuan

tersebut tidak hilang dan hanya diketahui oleh masyarakat suku Dayak Kanayatn, maka

Page 4: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

perlu dilakukan eksplorasi tanaman yang berpotensi di Desa Songga Kecamatan

Menyuke Kabupaten Landak. Proses inventarisasi tanama tersebut meliputi pengumpulan

informasi masyarakat setempat, pengambilan contoh tumbuhan berkhasiat

obat,pangan,hias,kosmetik,kerajian dan dokumentasi, serta data hasil inventarisasi

dirangkum dalam bentuk tabel.

B. MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam laporan ini adalah:

1. Apa saja kearifan lokal terhadap tumbuhan di Desa Songga, Kecamatan Menyuke,

Kabupaten Landak?

2. Apa saja jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan suku Dayak

Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?

3. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?

4. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai upacara adat oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?

5. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?

6. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan papan oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?

7. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak?

C. TUJUA N

Berdasarkan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kearifan lokal terhadap tumbuhan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak.

2. Mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan suku Dayak

Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

3. Menegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik oleh

suku Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

Page 5: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

4. Mengetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai upacara adat oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

5. Menegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

6. Mnegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan papan oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

7. Menegetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias oleh suku

Dayak Kanayatn Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

Page 6: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani

(tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan

masyarakat umumnya. Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalama

pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagi

manusia tetapi juga kualitas lingkungan, karena nilai nilai guna yang dimiliki dan digunakan

secara antrophologis adalah konservasi tumbuhan tersebut harus dilakukan sebagai

konsekuensinya. Etnobotani menekankan bagaimana mengungkap keterkaitan budaya

masyarakat dengan sumberdaya tumbuhan di lingkungannya secara langsung ataupun tidak

langsung. Penekanannya pada hubungan mendalam budaya manusia dengan alam nabati

sekitarnya. Mengutamakan persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur

sistem pengetahuan anggotanya menghadapi tetumbuhan dalam lingkup hidupnya (Suryadarma,

2008).

Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai

pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik (Sofowora dalam

Pribadi,1982). Di indonesia tanaman obat dimanfaatkan sebagai bahan jamu gendong,obat

herbal,makanan penguat daya tahan tubuh,kosmetik dan bahan spa serta bahan baku industri

makanan dan minuman. Pada tahun 2000 nilai perdagangan tanaman obat di Indonesia mencapai

Rp 1,5 tryliun rupiah setara dengan US $ 8 milyar dikuasai oleh produk herbal dari Cina.

(Anonim. 2008)

Kita sering tidak menyadari potensi yang ada dalam negri ini. Sudah turun temurun

berbagai etnis yang hidup di daerah pedalaman di seluruh Wilayah Nusantara, dari Sabang

sampai Merauke memanfaatkan berbagai spesies dari hutan untuk memelihara kesehatan dan

pengobatan berbagai macam penyakit. Berbagai penelitian etnofitomedika-etnobotani yang

dilakukan oleh peneliti Indonesia telah diketahui ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan

oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan untuk mengobati

Page 7: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

penyakit demam oleh 30 etnis,110 spesies tumbuhan untuk nmengobati penyakit gangguan

pencernaan oleh 30 etnis dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan untuk mengobati penyakit

kulit oleh 27 etnis. (Setyowati,F.M. 2010)

Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang 82 % dari total spesies tumbuhan obat

hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1000 meter dari

permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan dataran rendah adalah kawasan hutan yang paling

banyak rusak dan punah karena berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun ilegal.

Berbagai ekosistem hutan dataran rendah, antara lain: tipe ekosistem hutan pantai, tipe

ekosistem mangrove atau payau, tipe hutan rawa, tipe hutan rawa gambut,tipe hutan hujan

dataran rendah, tipe hutan musim bawah,tipe hutan pada tanah p kapur,tipe hutan tepi sungai dan

lain-lain. Masing- masing tipe ekosistem hutan tropika Indonesia merupakan wujud proses

evolusi , interaksi yang kompleks dan teratur dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya,curah

hujan,dan suhu), udara dan organisme termasuk sosio-budaya manusia untuk mendukung

kehidupan keanekaragaman hayati,antara lain berbagai spesies tumbuhan obat.

Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak memiliki kawasan hutan yang

termasuk dalam tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah. Hutan ini menyimpan kekayaan

tanaman yang berpotensi obat. Beberapa tanaman obat yang digunakan secara turun temurun

untuk mengobati beberapa penyakit, anatara lain golongan herba yang tumbuh liar di hutan

sebagai obat luka, beberapa akar tanaman pohon yang dibuat ramuan untuk menyembuhkan

penyakit organ dalam, beberapa daun dari tumbuhan yang terdapat di hutan tersebut dibuat

ramuan dari hasil rebusan tersebut untuk mengobati penyakit kulit dan lain-lain. Kebanyakan

dari semua bagian organ tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Masyarakat setempat juga masih mempercayai pengobatan dukun yang alami

menggunakan tanaman-tanaman tersebut. Minimnya pelayanan kesehatan melalui puskesmas,

sehingga budaya pengobatan tradisional masih terjadi. Mereka mengakui bahwa secara ilmiah

mereka tidak mengetahui kandungan zat-zat yang berpotensi sebagai obat tersebut. Hal ini

didasarkan pada kebiasaan yang turun temurun oleh nenek moyang mereka. Tidak hanya itu saja,

masyarakat setempat juga menyadari akan minimnya pengetahuan mengenai potensi tanaman

obat tersebut.

Page 8: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Untuk mengetahui potensi yang ada pada daerah tersebut, langkah awal yang dilakukan

adalah menggali informasi tentang tanaman-tanaman berpotensi sebagai obat, sandang, pangan,

papan, kosmetik, dan upacara adat sehingga sangat mudah untuk melakukan inventarisasi.

Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Familinya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ervizal A.M Zuhud, tanaman obat

dikelompokan dalam 203 famili sperti yang disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Familinya

No Nama Famili Jumlah Spesies

1 Fabaceae 110

2 Euphorbiaceae 94

3 Lauraceae 77

4 Rubiaceae 72

5 Poaceae 55

6 Zingiberaceae 49

7 Moraceae 46

8 Myrtaceae 45

9 Annonaceae 43

10 Asteraceae 40

11

12

Apocynaceae

Cucurbitaceae

39

34

13 Piperaceae 30

14 Menispermaceae 30

15 Meiastomaceae 26

16 Arecaceae 25

17 Verbenaceae 23

18 Rutaceae 23

19 Acanthaceae 22

20 Sterculiaceae 21

21 Myristicaceae 21

Page 9: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

22 Rhizoporaceae 21

23 Family lainnya (181

famili)

< 20

Tabel di atas menunjukan bahwa family yang mendominasi Hutan Tropika Indonesia

adalah Famili fabaceae. Penggolongan dalam family ini akan sangat membantu dalam

mengklasifikasikan tanaman tersebut. Tanaman yang sudah diklasifikasi akan mempermudah

pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai tanaman obat. Selain memeberikan

informasi yang bersifat universal,tidak hanya masyrakat setempat saja tetapi seluruh masyrakat

Indonesia.

Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Habitus

Tanaman obat digolongkan dalam 7 habitus yakni: habitus bambu,

herba,liana,pemanjat,perdu,pohon dan semak. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa habitus

pohon mendominasi tanaman obat yang terdapat di Hutan Tropika Indonesia. Jumlah spesies

yang lebih tinggi dibandingkan dengan habitus lain,sebanyak 717 spesies atau 40,58 %

Tabel 2.Jumlah dan presentase Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus

No Habitus Tumbuhan obat

Jumlah spesies Prosentase (%)

1 Pohon 768 37.67

2 Herba 486 23.84

3 Semak 183 8.97

4 Pemanjat 138 6.77

5 Liana 145 7.11

6 Perdu 125 6.13

7 Bambu 15 0.74

8 Tidak ada 179 8.78

2039 100.00

Tabel di atas menunjukan bahwa, Hutan Tropika Indonesia memiliki potensi yang cukup

besar sebagai penyangga tanaman obat. Berdasarkan pengamatan langsung di Hutan

Page 10: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Gerunggang .habitus yang mendominasi adalah pohon,namun habitus lain juga banyak dijumpai

tetapi belum diketahui tanaman-tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat atau tidak.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan, sehingga dapat memeberikan informasi baru

tentang potensi di Desa Songga di Kalimantan Barat.

Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Organ Tumbuhan yang Diperlukan

Suatu tanaman,terutama untuk tanaman tingkat tinggi memiliki organ tumbuhan yang

lengkap yakni : akar,batang dan daun. Derivat dari organ-organ tersebut antara lain

bunga,duri,umbi dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam penelitian

spesies tanaman obat di Hutan Tropika Indonesia berdasarkan organ tumbuhan yang digunakan

antara lain:

Tabel 3. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Organ Tumbuhan yang Diperlukan

No Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Jumlah spesies Prosentase (%)

1 Daun 749 35.50

2 Akar 333 14.89

3 Kulit batang 234 10.47

4 Buah 186 8.32

5 Semua bagian 179 8.01

6 Batang atau kayu 152 6.80

7 Biji 114 5.10

8 Bunga 67 3.00

9 Getah 63 2.82

10 Pucuk daun atau tunas 53 2.37

11 Rimpang 35 1.57

12 Umbi 24 1.07

13 Cabang atau ranting 22 0.98

14 Air batang 21 0.94

15 Umbut 4 0.18

16 Tidak ada data 394 -

Page 11: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit

Tanaman obat yang sudah di kelompokan berdasarkan family dan habitus akan sangat

mudah dalam menginventarisasi jenis penyakit. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh,

kelompok penyakit yang dapat disembuhkan dengan tanaman yang diperoleh pada penelitian di

Hutan Tropika Indonesia antara lain:

Tabel 4. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit

No Kelompok Penyakit Jumlah Spesies

1 Gangguan peredaran darah 72

2 Keluarga Berencana 12

3 Penawar racun 119

4 Pengobatan luka 116

5 Patah tulang 11

6 Penyakit Diabetes 17

7 Penyakit Gigi 44

8 Penyakit jantung 22

9 Penyakit Kelamin 61

10 Penyakit Ginjal 27

11 Penyakit Khusus wanita 110

12 Penyakit kulit 283

13 Penyakit liver 24

14 Penyakit malaria 33

15 Penyakit mata 58

16 Penyakit mulut 71

17 Penyakit saluran pembuangan 165

18 Penyakit saluran pencernaan 487

19 Penyakit otot dan persendian 165

20 Penyakit saluran pernafasan 214

21 Perawatan kehamilan dan persalinan 168

22 Perawatan rambut,muka dan kulit 60

Page 12: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

23 Sakit kepala atau demam 311

24 Tonikum 167

25 Lain –lain 384

Berdasaran hasil inventaris potensi keanekaragaman spesies tumbuhan obat diberbagai

kawasan hutan konservasi tanaman nasional di Indonesia,menunjukan bahwa setiap unit kawasan

nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat dapat mengobati 25 kelompok penyakit

yang diderita masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kawasan hutan alam tropika

pada setiap tempat menyediakan bahan baku obat untuk berbagai kelompok penyakit.

(Zuhud,2008). Hal ini merupakan landasan dalam penelitian inventarisasi tanaman obat. Tidak

menutup kemungkinan bahwa di Desa Songga menyimpan banyak potensi tanaman obat.

Selain dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat, tumbuhan-tumbuhan yang ada pada daerah

tersebut juga dimanfaatkan untuk tanaman hias, pangan, bahan pewarna, bahan bangunan,

kerajinan dan anyaman, ritual adat dan kegamaan,.

Ratnasari dalam Anggana, secara umum, tanaman hias dikelompokkan menjadi dua,

yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias

yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Daya tarik tanaman hias bunga terletak pada

bentuk, warna, dan aroma bunganya.

Tumbuhan pangan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Komoditas utama:

padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu; (2) Komoditas

potensial: sorgum, gude, kacang tunggak, wijen, talas, ubi kelapa dan sagu; dan (3) Komoditas

introduksi: terigu, jawawut, kara, ganyong Mursito Bambang. (2001). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Munawaroh. (2000). sumber makanan pokok dan sumber karbohidrat

masyarakat Dayak Meratus selain padi adalah sagu aren (Arenga pinnata), gadung (Dioscorea

hispida), ubi kayu (Manihot utillisima), talas (Colocasia esculata), ubi jalar/lelayap (Ipomea

batatas), lumbu (Colocasia gigantea), jagung (Zea mays), dan jawau/gumbili (Dioscore

esculata).

Putri Eka P. (2007),pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan.

Sebagian besar warna dapat diperoleh dari tumbuhan seperti warna kuning, merah, biru, cokelat,

dan warna hitam.Masyarakat pada umumnya membuat warna hijau alami secara tradisional

dengan menggunakan daun suji (Pleomele angutifolia) atau daun pandan (Pandanus tectorius).

Page 13: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan

sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk makanan, seperti daun suji (Pleomele

angustifolia N. E. Brown.) untuk warna hijau, daun (Iresine herbstii Hook). Untuk warna merah

pada agar-agar, rimpang kunyit (Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, kulit kayu

soga (Peltophorum pterocarpum Backer.) sebagai bahan pewarna cokelat untuk.

Berdasarkan penelitian Dharmono. (2007). terhadap Suku Dani diketahui bahwa

masyarakat Suku Dani di pedalaman Irian Jaya pada umumnya telah mengenal berbagai jenis

tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Bahan bangunan utama pada masyarakat

suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, rotan dan bambu. Jenis-jenis yang umum

digunakan adalah sengon (Paraserienthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon

zwageri), dan sebagainya (Kartikawati 2004). Bahan kerajinan dan anyaman lebih banyak

didominasi oleh jenis bambu tali (Bamboosa sp), sedangkan cara pengambilan bambu dilakukan

masyarakat secara berkelompok

Sunarti Siti, Arief Hidayat, dan Rugayah. (2008). mengemukakan bahwa di berbagai

etnis atau daerah jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut

pengetahuan masyarakat masing-masing, tetapi banyak penggunaan bahan- bahan yang sama,

misalnya daun dan bunga sirih yang hampir semua etnis menggunakan jenis tumbuhan tersebut

didalam upacara-upacara tertentu. Salah satu contoh pemanfaatan tumbuhan untuk upacara

tradisional yaitu upacara tradisional pada masyarakat suku Banjar. Upacara tradisional yang

masih dilaksanakan oleh suku Banjar adalah upacara “manaradak”, upacara “manuping”, upacara

“manyanggar danau”, upacara “manyanggar banua”, upacara “maarak kitab bukhari”, upacara

“bamuludan”, upacara “batajak” rumah, upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam, dan

upacara yang berkaitan dengan daur hidup. Misalnya untuk hiasan upacara digunakan tebu

kuning, tebu (betung) merah, mayang bungkus, mayang urai, beringin kurung, anyaman janur

kuning, dan lainlain. Tumbuhan bagi orang Banjar tidak hanya digunakan untuk upacara adat,

tetapi juga digunakan untuk kekuatan ilmu hitam dan penangkis ilmu hitam itu sendiri. Dengan

demikian upacara itu sendiri sebenarnya untuk mendatangkan kesejahteraan bagi pelaksananya

baik kerabat maupun masyarakat dan kampungnya.

Page 14: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 – 15 Januari 2013. Tempat penelitian

yaitu di Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak.

Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengambilan Sampel dan Identifikasi Tumbuhan Obat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak

NO

KegiatanJanuariTanggal

12 13 14 151 Persiapan alat dan bahan2 Wawancara dengan responden3 Pengambilan sampel di lapangan

dan dokumentasi4 Laporan hasil

2. Kedaan Umum Lokasi

Kecamatan Menyuke merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten

Landak. Lokasi Penelitian terletak di desa Songga. secara umum topografi desa Songga

berupa dataran tinggi, luas wilayah 14,7 km2. Adapun batas wilayah Desa Songga dengan

yang wilayah lainnya yaitu :

Sebelah utara : Desa Sidan

Sebelah selatan : Desa Angkaras

Sebelah barat : Dusun Betung, Desa Tembawang Bale, Kecamatan

Banyuke Hulu

Sebelah timur : Dusun Sahang, Desa Lintah Betung

Page 15: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Peta Kabupaten Landak

3. Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat

Alat untuk inventarisasi tumbuhan: Plastik packing, alat tulis, dan kamera digital.

Bahan

Spesies tumbuhan berkhasiat obat, pangan, kosmetik, upacara adat, dan tanaman hias.

4. Teknik Pengumpul Data Inventarisasi Tumbuhan Kearifan Lokal

Pengumpulan data dan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan dilakukan dengan

metode wawancara (Siagian, 1993) kepada masyarakat Dayak Kanayatn yang meliputi

dukun kampung, kepala adat, ketua taun, kepala desa dan masyrakat Desa Songga.

Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara terbuka atau

tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2009) wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara lengkap dan sistematis untuk pengumpulan datanya. Sehingga akan

didapatkan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat secara lengkap.

Karena pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

Darit

lokasi penelitian

Page 16: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

permasalahan dan dapat menggali pengetahuan suku Dayak Kanayatn yang belum kita

ketahui.

Setelah mendapat informasi tentang tumbuhan yang dimanfaatkan suku Dayak

Kanayatn kemudian dilanjutkan dengan inventarisasi tumbuhan oabt di lapangan.

Inventarisasi di lapangan dilakukan dengan metode survei lapangan berdasarkan hasil

wawancara (Putri, 2007). Jenis tumbuhan yang diambil sampelnya yaitu tumbuhan yang

sudah biasa dimanfaatkan oleh suku Dayak Kanayatn sebagai obat tradisional, pangan,

papan, kosmetik, dan upacara adat. Setiap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dicatat dan

didokumentasikan

Page 17: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL1. Inventarisasi Tanaman Obat

No Nama Tumbuhan

Gambar Fungsi Cara menggunakan

1 Sabi Utan Obat maag Daun direbus kemudian airnya diminum

2 Tabaang Obat patah tulang

Tanaman nomor 2 sampai nomor 10 di haluskan kemudian dicampur tuak dan bayi ayam yang dicincang kemudian ditempel pada bagian yang patah tulang

3 Bemali

Page 18: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

4 Empulut

Urena lobata

Obat patah tulang dan diare

Untuk obat diare daun diremas kemudian airnya diminum

5 Mariadoh

6 Mayang Tidur

Page 19: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

7 Simpur

Dillenia exelsa

8 Porang

Page 20: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

9 EntapongVernonia arborea

10 Tangkul

11 Mengkudu

Morinda citrifolia

Obat cacingan

Daun direbus kemudian dimakan

12 Kayu seribu Menggugurkan kehamilan

Daun diremas dengan air kemudian airnya diminum

13 Benalu Obat bengkak-

Daun dihaluskan kemudian dicampur

Page 22: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

17 Paku Jejarat

Adiantum cuneatum

Obat demam hujan panas

Direbus akar dan daunnya kemdian airnya diminum

18 Kuku Elang

Ziziphus calophylla wall

Penawar racun

Daun diremas kemudian direndam air panas dan diminum

19 Bintang

Cystopteris reevesiana

Obat pemikat supaya orang lain senang

Seluruh bagian tumbuhan dibakar kemudian dicampur ke dalam makanan orang yang ingin dibuat menjadi senang

20 Lalang Kamang Obat ginjal daun dan akar direbus

Page 23: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

dan kencing manis

dicampur lada segar kemudian air rebusan diminum

21 Pandingin Penurun panas, kejang-kejang, lemas dan cacar

Daun diremas dicampur dengan selasih merah kemudian airnya diminum

23 senteo

Gynura segetum

Obat demam panas

Daun diremas kemuadian airnya digunakan untuk mandi

24 Daun nangka belanda

Annona muricata

Obat kembung

Daun dibungkus daun pisang kemudian dipaanggang, kemudian ditapalkan di perut

Page 24: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

25 Mahkota dewa Obat segala penyakit

Buah dikeringkan kemudian diseduh

26Bunga ungu

Cuphea hyssopifolia

Obat ambeien

Bunganya dimakan

27 Selasih

Cinnamomum parthenoxylon

Obat panas Biji selasih dicampur dengan daun pandingin kemudian airnya diminum

28 Sirih

Piper Betle

Obat bau mulut dan obat keputihan

Daun direndam air hangat kemudian digunakan untuk obat kumur. Untuk keputihan air dipakai untuk bercuci

Page 25: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

29 Cocor bebek

Kalanchoe pinnata

Obat panas dalam

Daun dihaluskan ditempelkan di kepala

30 Singkil Obat luka ringan

Daun dihaluskan kemudian ditempelkan pada bagian yang luka

31 Jahe Obat gigil dan untuk jamu-jamuan

Jahu di seduh dengan air hangat

32 Kunyit Obat gatal dan untuk jamu-jamuan

Untuk gatal: kunyit digososk pada bagian yang gatal

Page 26: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

33 Kencur Jamu setelah melahirkan

Umbi Dikeringkan kemudian diseduh

34 Kedawung Jamu setelah melahirkan

Biji kedawung di keringkan kemudian diseduh

35 Kumis kucing Obat kencing manis

Daun diremas kemudian diminum

Page 27: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

36 Renjuang Cordyline fruticosa

Obat panas dalam

Daun diremas dengan air kemudian airnya dimandikan

37 Sarang semut Obat segala penyakit

Sarang semut diseduh dan diminum

38 Ciplukan Physalis angulata

Obat sakit gigi

Akar dibakar dan ditempel pada gigi yang sakit

Page 28: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

39 Sawit Obat luka Biji sawit dikeluarkan minyaknya kemudian diusapkan ke luka

40 Bunga pecah piring

Obat batuk dan obat sakit haid

Daun diremas dengan air kemuadian diminum

2. Inventarisasi Tanaman Hias

No Nama daerah Nama ilmiah Gambar 1 Bunga patah

tanganCrinum asiaticum

2 Celosia argentea

Page 29: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

3 Pacar air Impatiens balsamina

4 Bunga antah

5 Lidah buaya

6 Sisik naga

Page 30: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

7

8 Daun tiga warna Solenostemon scutellarioides

9

Page 31: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

10 Tapak dara Catharanthus roseus

11 Kenikir Tagetes erecta

12 Puring

13 Delapan dewa

Page 32: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

14. Patah tulang Eupharbia tirucalli L

3. Inventarisasi Tanaman Pangan

No Nama tumbuhan Gambar 1 Miding

2 Paku uban

Page 33: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

3 Paku hijau

4 Gegeli

Lasia spinosa (L.) Thwaites

5 Keribang

Page 34: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

6 Rebung

7 Lengkuas

8 Akar banar

Dioscorea sp

Page 35: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

9 Tepo Etlingera elatior

10 Genjer Limnocharis flava

11 Ensabi

12 Terung pipit

Page 36: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

13 Bunga merah

14 Terung asamSolanum ferox Linn

4. Inventarisasi Tanaman Kerajinan

No Nama daerah Gambar Fungsi 1 Sekik

Pandanus tectorius

Membuat tikar dan tas

2 Bambu Membuat berbagai wadah seperti bakul, penampi, dan ragak

Page 37: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

3 Rotan Membuat tikar, dan berbagai wadah

4 Akar banar Membuat penyapu

5 Kayu belian Membuat patung

Page 38: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

6 Kayu meranti Membuat patung dinding

7 Kayu Bangkirai papan

8 Kulit kayu tarap Membuat tikar

5. Inventarisasi Tanaman Kosmetik

No Nama Tumbuhan

Gambar Fungsi Cara menggunakan

1 Tengkawang Sebagai pelembab bibir Buah yang masih segar dipotong kemudian getah atau minyaknya dioleskan pada bibir atau kulit yang kering

Page 39: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

2 Daun pacar air Sebagai pewarna kuku Daun dihaluskan kemudian ditempel pada kuku selama beberapa waktu

3 Daun pacar inai Sebagai pewarna kuku Daun dihaluskan kemudian ditempel pada kuku selama beberapa waktu

4 Kemiri Sebagai penumbuh rambut di kepala, alis, dan dagu

Buah dibakar kemudian dihaluskan, diambil minyaknya dan dioleskan pada bagian yang ingin ditumbuhi rambut

5 Langer Albizia saponaria

Sebagai shampo Kulit buah yang sudah kering di rebus kemudian air rebusan digunakan untuk keramas (dipercaya menghilangkan ketombe)

Page 40: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Serai wangi

Cymbopogon citratus

Wewangian untuk mandi

Serai direbus, kemudian air rebusan dicampur dengan air mandi (dipercaya menghilangkan bau badan)

7 Beras kunyit Sebagai lulur Beras kunyit ditumbuk dicampur air jeruk nipis, kemudian digosok pada kulit tubuh seperti menggunakan lulur (untuk menghaluskan dan memutihkan kulit)

6. Inventarisasi Tanaman Upacara Adat

No Nama daerah

Nama ilmiah Gambar Bagian yang digunakan

Kegunaan

1 Kelapa Daun Upacara pengobatan (lenggang)

Batok kelapa

Upacara tolak bala (tempurung pasuk)

Daun kelapa muda

Tetungkal (adat sebelum menikah)

2 Renjuang Daun Dipasang dikepala untuk perang

Page 41: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

3 Bambu batang Untuk upacara parnikahan (kelangkang) dan tolak bala

4 Padi Tangkai dan bulir padi

Upacara naik dango (panen padi)

5 Sirih Daun Lenggang (upacara pengobatan)

6 Pinang Bunga pinang (mayang)

Lenggang

7 Tembakau Daun Tolak bala

8 Sanoh Bunga lenggang9 Pulut Beras Tolak dala

Page 42: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

10 Meranti Buah Tolak bala

7. Inventarisasi Tanaman Pewarna

No Nama Gambar Fungsi Cara menggunakan1 Rambutan

(daun)Pewarna kerajinan bewarna hitam

Daun direbus dengan bahan kerajinan

2 Daun betawi (daun)

Pewarna kerajinan bewarna hitam

Daun direbus dengan bahan kerajinan

3 Kunyit Pewarna makanan bewarna kuning

Kunyit dicampur dalam masakan atau makanan

4 Pinang (biji) Pewarna kayu bewarna merah

Pinang muda ditumbuk kemudian digosok pada kayu

Page 43: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

5 Bunga merah (bunga)

Pewarna makanan bewarna merah

Bunga direndam air hangat menghasilkan warna merah pada minuman dan bahan makanan

Tanaman obat

tanaman hias

14

pangan upacara adat

kerajinan kosmetik pewarna0

5

10

15

20

25

30

35

40

Diagram Kajian Etnobotani

B. PEMBAHASANDesa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak memiliki kawasan hutan

yang termasuk dalam tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah. Hutan ini menyimpan

kekayaan tanaman yang berpotensi. Dari hasil observasi dan dokumentasi pada kuliah

lapangan etnobotani di Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak didapat

98 tanaman yang digunakan berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat. Tanaman

tersebut dibagi menjadi 7 kategori berdasarkan kebermanfaatannya menurut masyarakat

setempat. Tanaman tersebut diantaranya tergolong ke dalam tumbuhan yang

dimanfaatkan sebagai obat didapat 40 jenis, tanaman hias 14 jenis, pangan 14 jenis,

Page 44: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

sebagai kerajinan 8 jenis, kosmetik 7 jenis, untuk upacara adat 10 jenis, dan sebagai

pewarna 5 jenis.

Kearifan lokal tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

setempat adalah tanaman obat, yakni sebanyak 40 jenis tanaman. Hal ini disebabkan oleh

budaya masyarakat yang masih mempercayai pengobatan tradisional oleh dukun

kampong yang diwarisi turun temurun dari zaman nenek moyang dahulu. Selain itu,

karena faktor ekonomi yang tidak mendukung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu

masyarakat setempat : “ kalau patah tulang, dari pada mahal-mahal ke rumah sakit lebih

baik berobat ke dukun saja” Bahkan penyakit yang berat pun tidak diobati ke rumah

sakit. Habitat tanaman obat juga kebanyakan diperoleh di hutan dan ada juga di sekitar

pekarangan. Tanaman obat yang tergolong langka seperti kayu seribu dan kuku elang

perlu dibudidayakan sehingga ketersediaannya tidak berkurang.

Tanaman hias yang dijumpai sama halanya dengan masyarakat pada umumnya.

Terdapat sekitar 14 jenis tanaman. Tanaman hias yang tergolong langka hanya tumbuhan

patah tulang. Selain sebagai obat juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Biasanya

tanaman hias ditanam di sekitar halaman rumah dan ada juga yang disimpan di dalam

rumah, khusunya di ruang tamu.

Kebutuhan masyarakat untuk pangan juga tidak terlepas dari tumbuhan. Terdapat

sekitar 14 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pangan. Namun ada beberapa

tanaman yang unik seperti gegeli, akar banar dan tepo. Di Desa Songga ini lah, kami

ketahui bahwa tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pangan. Keunikan ini yang

perlu dikaji dalam etnobotani.

Suku Dayak Kanayatn merupakan suku asli di daerah Kabupaten Landak. Di Desa

Songga mayoritas penduduknya adalah suku dayak. Etnis ini tidak terlepas dari upacara

adat yang juga memanfaatkan tumbuhan untuk ritual tertentu. Tumbuhan yang biasa

digunakan yakni daun renjuang, pinang dan bambu. Sedangkan yang unik dan belum

diketahui adalah tumbuhan sanoh.

Bambu adalah jenis tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat di Desa

Songga untuk kerajian. Selain itu juga terdapat rotan, sekik,akar banar yang biasanya

diguanakan dengan cara anyaman. Etnis Dayak Kanayatn juga terkenal dengan ukiran

dayak yang memanfaatkan beberapa jenis kayu yang diperoleh dari hutan.

Page 45: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Kebanyakan kaum perempuan yang senang melakukan perawatan tubuh agar

telihat cantik. Namun semuanya itu perlu modal yang banyak. Untuk terlihat cantik tanpa

mengeluarkan biaya, mereka memanfaatkan tanaman sekitar sebagai kosmetik. Tanaman

yang unik dimanfaatkan misalanya seperti tengkawang untuk pelembab bibir dan langer

untuk shampoo. Hampir disetiap rumah di Desa Songga menjemur tengkawang dan

beberapa diantaranya menjemur langer. Hal unik ini perlu dikaji dan perlu penelitian

lanjutan untuk mengetahui khasiat tanaman tersebut.

Potensi tanaman sebagai pewarna juga banyak ditemukan. Tidak hanya sebagai

pewarna makanan yang biasanya digunakan oleh kebanyakan ibu rumah tangga, tetapi

juga bisa digunakan sebagai pewarna kerajian. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan

kebanyakan daunnya. Daun rambutan juga bisa dmanfaatkan sebagai pewarna kerajinan

yang menghasilkan warna hitam serta daun betawai yang gambarnya belum

ditemui.Sedangkan untuk pewarna makanan seperti kunyit dan bungan merah.

Banyak hal-hal baru yang terungkap dari potensi daerah tersebut,tetapi kesadaran

dan pengetahuan yang minim membatasi masyarakat setempat untuk mengetahui lebih

dalam lagi tentang tanaman –tanaman berpotensi tersebut. Sehingga perlu penelitian

lanjutan agar pengetahuan tersebut tidak luntur begitu saja. Selain itu banyak potensi ini ,

perlu dibudidayakan agar tidak punah.

Page 46: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

BAB V

PENUTUP

1. Kearifan lokal terhadap tumbuhan yang terdapat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke,

Kabupaten Landak terdiri dari tanaman obat, tanaman hias, pangan, kerajinan,

kosmetik,upacara adat dan pewarna.

2. Jumlah tumbuhan kearifan lokal yang terdapat di Desa Songga, Kecamatan Menyuke,

Kabupaten Landak adalah 98 jenis.

3. Terdapat 40 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat.

4. Terdapat 14 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias

5. Terdapat 14 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pangan

6. Terdapat 10 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai upacara adat

7. Terdapat 8 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai kerajinan.

8. Terdapat 7 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai kosmetik.

9. Terdapat 5 jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pewarna..

Page 47: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Tanaman Obat Indonesia: Urena lobata L. IPTEKnet Sentra Informasi Iptek

Dalam: http://www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/view.php?mnu=28id=51

De Vogel, E.F. 1987. Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice. Unesco.

Dharmono. (2007). Kajian Etnobotani Tumbuhan Jelukap (Centella asiatica L.) di Suku

Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae. Vol. 4 (2) : halaman 71-78.

Munawaroh. (2000). Peran Etnobotani dalam Menunjang Konservasi Ex-Situ Kebun Raya.

Bogor : Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI.

Mursito Bambang. (2001). Sehat Diusia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Bogor : Penebar

Pribadi ,E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah

Penelitian dan Pengembangannya. Vol. 8 No. 1 / Juni 2009. Hlm 52 – 64 . Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik : Bogor.

Putri Eka P. (2007). Etnobotani Tumbuhan Obat Suku Dayak Desah di Kawasan Hutan

Wisata Bukit Kelam kabupaten Sintang Kalimantan Barat. (skripsi). Pontianak :

Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.

Page 48: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Setyowati,F.M. 2010. Etnofarmakologi Dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak

Tunjung Di Kalimantan Timur. Volume XX: 104-112. Puslit Litbang _LIPI : Bogor.

Siagian Mangasa H., Mustaid Siregar, dan S. Riswan. (1993). Pengetahuan Pemanfaatan

Berbagai Jenis Pohon sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Kutai dan Dayak

Tunjung di Kalimantan Timur. Seminar Hasil Litbang SDH Balitbang Botani dan

Sofowora. 1982. Medicinal Plant and TraditionalMedicine in Africa.( dalam Pribadi,E.R )

http://www.mapbd.com/wmp.htm

Sunarti Siti, Arief Hidayat, dan Rugayah. (2008). Keanekaragaman Tumbuhan di Hutan

Pegunungan Waworete Kecamatan Wawonii Timur Pulau Wawonii Sulawesi

Tenggara. Biodiversitas. Vol. 9 (3) : halaman 194 – 198.

Supriadi, dkk. (2001). Tumbuhan Obat Indonesia Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia.

Suryadarma, IGP. 2008. Diktat kuliah Etnobotani.

Tjitrosoepomo Gembong. (2005). Taksonomi Tumbuhan. Jogjakarta : Gadja Mada Univerrsity

Tjitrosoepomo,Gembong .1994. Taksonomi Tumbuhan . Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Zuhud Ervizal A. M. (tanpa tahun). Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga

Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. (Online). Bogor : Laboratorium

Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

(http://www.docstoc.com/docs/20904042/-M. dikunjungi pada tanggal 4 Februari 2013).

Zuhud, E.A.M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat

Alam Untuk Kesehatan Bangsa .: Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Page 49: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Lampiran

Dokumentasi perjalan kuliah lapangan Etnobotani ke Desa Songga Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak

Hari ke- 1.di Pontianak Hari ke-1. di Seha

Hari ke -2. di Desa Songga Hari ke -2. Rumah Ketua Tahun

Page 50: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Hari ke-2. Wawancara Hari ke-2 .Makan di rumah dukun

Hari ke-3.Rumah Bpk. Kades Songga Hari ke-3. Rumah Bpk. Sekdes Songga

Hari ke-3 .Rumah Dukun Kampung Hari ke-3. Rumah Warga

Hari ke-3 Rumah Warga Hari ke-3 Kantor Desa Songga

Page 51: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani

Hari terakhir di Rumah Nurul Tuan Rumah di Darit

Hari terakhir di Seha Hari terakhir di Seha

Jalan di Desa Songga Jalan di Seha

Page 52: Laporan Kuliah Lapangan Etnobotani