Etbis Bab 11

8
 ETIKA DALAM BISNIS GLOBAL MAKALAH KELOMPOK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang dibina oleh Bapak Unti Ludigdo, SE., M.Si, Ak., Dr OLEH Putri Mayang A.D.S (115020300111049) Claudia Elisabeth L (115020300111079) UNIVERSI T AS BRA WIJAY A MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI Maret 2014

Transcript of Etbis Bab 11

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    1/8

    ETIKA DALAM BISNIS GLOBAL

    MAKALAH KELOMPOK

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

    Etika Bisnis dan Profesi

    yang dibina oleh Bapak Unti Ludigdo, SE., M.Si, Ak., Dr

    OLEH

    Putri Mayang A.D.S (115020300111049)

    Claudia Elisabeth L (115020300111079)

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    JURUSAN AKUNTANSI

    Maret 2014

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    2/8

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Sejak dahulu bisnis atau pada waktu itu hanya terbatas pada perdagangan menjadi

    sarana penting untuk mendekatkan negara-negara dan kebudayaan yang berlainan. Dalam

    perspektif sejarah, perdagangan merupakan faktor penting dalam pergaulan antar bangsa-

    bangsa. Berlainan dengan ekspansi politik yang sering menimbulkan peperangan dan

    penderitaan, maka perdagangan bisa membawa perdamaian dan persaudaraan.

    Menurut Williiam Robertson (1721-1793) seorang sejarawan dari Skotlandia,

    Perdagangan memperlunak dan memperhalus cara pergaulan manusia. Dan ahli ilmu

    politik Perancis, Montesquieu (1689-1755) mengatakan bahwa kehalusan dalam pergaulanmerupakan syarat untuk melakukan perdagangan. Perdagangan mampu menjembatani jarak

    jauh dan menjalin komunikasi serta hubungan baik antar manusia.

    Dengan berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi saat ini, bisnis

    internasional menjadi sesuatu yang penting. Saat ini kita di hidup di era globalisasi ekonomi,

    dimana kegiatan perekonomian suatu negara mencakup pasar seluruh dunia. Gejala

    globalisasi ekonomi ini bisa berakibat positif maupun negatif. Di satu sisi globalisasi dapat

    meningkatkan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan antar bangsa-bangsa nemun di sisi lain

    juga bisa berakhir pada suasana konfrontasi dan permusuhan. Bisnis Internasional

    menampilkan aspek etis yang baru, dan pada bab ini akan dibahas mengenai masalah-

    masalah moral yang berkaitan khusus dengan bisnis internasional.

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    3/8

    2

    Bab II

    PEMBAHASAN

    1. Norma-norma Moral yang Umum pada Taraf InternasionalMenurut Richard De George dalam melakukan bisnis internasional dimana norma-

    norma moral di negara lain berbeda dengan norma-norma yang dianut oleh suatu

    perusahaan, ada tiga hal yang bisa dilakukan, yaitu :

    a. Menyesuaikan DiriJika dikatakan dalam peribahasa atau pepatah maka pandangan ini sesuai dengan

    pepatah Inggris yaitu When in Roma, do as the Romas do (ketika di Roma lakukan

    apa yang dilakukan orang Roma yang artinya sama dengan peribahasa Indonesiadimana tanah di pinjak di situ langit di junjung yang artinya kalau kita bisnis di suatu

    negara lain kita harus melakukan apa yang dilakukan oleh orang di negara tersebut.

    Jadi bisnis harus menyesuaikan diri dengan moralitas yang berlaku di negara tersebut.

    Tetapi hal ini terkadang akan menimbulkan kesulitan bagi para pelaku bisnis

    internasional.

    Makin banyak bisnis internasional yang dilakukan, makin sulit pula dalam

    melaksanakan kegiatan bisnisnya. Karena akan terjadi hambatan komunikasi antar

    bangsa. Dengan demikian tidak mungkin dalam bisnis internasional menggunakan

    prinsip When in Roma, do as the Romas do. Contoh kasus yang sering terjadi adalah

    kasus gender, adanya diskriminasi penggajian antara kaum wanita dan kaum pria.

    Disatu negara mungkin tidak membedakan antara pria dan wanita. Di negara lain gaji

    wanita akan lebih murah dibanding pria walaupun prestasi kerjanya sama. Bagi

    perusahaan tentu akan memilih untuk mempekerjakan kaum wanita karena akan

    menekan pengeluaran biaya.

    b. Rigorisme Moral

    c. Imoralisme NaifPandangan ketiga ini berpendapat bahwa bisnis internasional tidak perlu

    berpegang pada moralitas tertentu. Memang para pebisnis harus taat pada ketentuan

    hukum, tetapi tidak harus terikat pada norma-norma moral manapun, karena kalau

    bisnis terlalu memperhatikan moralitas, mereka akan merugi, karena kalah dari

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    4/8

    3

    persaingan. Dalam suatu negara dimana korupsi merajalela, praktik-praktik penyuapan

    kepada pejabat berwenang merupakan hal yang umum. Karena jika pebisnis tidak

    melakukan itu maka mereka akan kalah dalam persaingan untuk mendapatkan proyek.

    Sebenarnya masalahnya disini bukan kalah bersaing, atau merugi, atau kelaziman yang

    terjadi di masyarakat, tetapi masalah boleh tidaknya dipandang dari sudut moral.

    Internasional.

    2. Masalah Dumping dalam Bisnis InternasionalYang di maksud dengan dumping adalah menjual produk dengan kuantitas yang besar

    kepada suatu Negara lain dengan harga dibawah harga pasar, atau dibawah harga pokok

    produk tersebut. Dengan demikian yang merasa keberatan dalam hal ini bukanlah

    kensumen melainkan produsen barang yang sama di dalam negeri, karena ia akan kalah

    bersaing, sedang konsumen di untungkan karena harga murah walaupun bersifat

    sementara. Bisnis dumping ini dilakukan karena :

    1) Perusahaan tersebut memiliki persediaan yang sangat banyak dan takut usang tidaklaku di jual, maka dijual dengan harga murah. Walaupun ada kerugian tapi tidak

    sebesar kalau barang tersebut usang tidak laku di jual, ada pengembalian modal

    walaupun tidak sebesar modal yang di keluarkan.

    2) Ingin menguasai pasar atau monopoli. Pelaku dumping menjual barang dengan hargamurah bertujuan untuk menguasai pasar dimana ia menghendaki para pesaingnya

    tidak kuat bersaing melawan dirinya, yang kemudian pesaing ini gulung tikar. Yang

    pada akhirnya dia sendiri yang operasi dipasar (monopoli). Setelah itu baru harga

    produk dinaikan. Ia menderita kerugian sifatnya sementara, setelah menguasai pasar

    dia menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menaikan harga semaunya.

    Sistem dumping melanggar ini melanggar etika pasar bebas. Para pelaku bisnis yang

    bergerak secara internasional ingin menghormati keutuhan pasar bebas. Ia akan melakukan

    persaingan secara fair, ini merupakan prinsip dalam sistem pasar bebas. Dengan demikian

    prinsip ini dilanggar oleh praktek dumping. Disamping itu kalau tujuan dumping adalah

    untuk memonopoli ini jelas melanggar etika dalan bisnis karena merugikan konsumen,

    walaupun dalam jangka pendek diuntungkan tetapi dalam jangka panjang konsumen di

    rugikan yaitu harga barang akan jauh lebih tinggi karena adanya monopoli.

    Apabila suatu perusahaan dapat menjual harga murah di karenakan perusahaan dapat

    beroperasi secara efesien maka ini bukan dumping, tetapi apabila perusahaan bukan

    karena efesiensi tetapi karena upah tenaga kerjanya kecil di bawah standar maka menurut

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    5/8

    4

    Kwik Kian Gie ini termasuk dumping, ini adalah ketidakadilan dalam memberi upah

    buruh. Atau dengan cara lain yaitu penyusutan asset tetap hanya di bebankan produk

    dalam negeri, sedang produk yang di ekspor tidak dibebani penyusutan ini juga termasuk

    dumping karena tidak adil dalam pembebanan penyusutan dalam produk.

    3. Aspek-aspek Etis dari Korporasi MultinasionalFenomena yang agak baru dalam bisnis dunia adalah korporasi multinasional, yang

    juga disebut korporasi transnasional, yaitu perusahaan yang mempunyai investasi

    langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi, perusahaan yang mempunyai hubungan

    dagang dengan luar negeri, belum mencapai status korporasi multi nasional (MNC), tetapi

    perusahaan yang memilki pabrik di beberapa negara termasuk di dalamnya. Contoh MNC

    seperti Coca-Cola, Johnson & Johnson, General Motors, IBM, Mitsubishi, Toyota,

    Sony,Unilever yang memiliki kegiatan di seluruh dunia dan menguasai nasib jutaan

    manusia. Di bawah ini akan dibahas usulan De George tentang norma-norma etis yang

    terpenting bagi MNC.

    a. Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugianlangsung.

    Dengan sengaja mengakibatkan kerugian bagi orang lain selalu merupakan tindakan

    yang tidak etis. Norma pertama ini mengatakan bahwa suatu tindakan tidak etis, bila

    MNC dengan tahu dan mau mengakibatkan kerugian bagi negara biarpun tidak

    dengan sengaja atau langsung- menurut keadilan kompensatoris ia wajib memberi

    ganti rugi.

    b. Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripadakerugian bagi negara dimana mereka beroperasi.

    Hampir semua kegiatan manusia mempunyai akibat jelek,bisnis tidak tekecuali.

    Norma kedua menuntut secara menyeluruh akibat- akibat baik melebihi akibat- akibat

    jelek. Norma ini tidak membatasi diri pada segi negatif, tapi memerintahkan sesuatu

    yang positif da ditegasakan lagi bahwa yang positif harus melebihi yang negatif.

    c. Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepadapembangunan negara dimana dia beroperasi.

    MNC harus menyumbangkan juga pada pembangunan negara berkmbang. MNC

    harus bersedia melakukan alih teknologi dan alih keahlian.

    d. Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyawannya.MNC harus memperhatikan tentang upah dan kondisi kerja di negara berkembang.

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    6/8

    5

    e. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, korporasimultinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya,

    bukan menantangnya.

    MNC akan merugikan negara dimana ia beroperasi, jika ia tidak menghormati

    kebudayaan setempat.MNC harus menyesuaikan diri dengan nilai- nilai budaya

    stempat dan tidak memaksakan nilai-nilainya sendiri.

    f. Koorporasi multinasional harus membayar pajak yang fairSetiap perusahaan multinasional harus membayar pajak menurut tarif yang telah

    ditentukan dalam suatu negara. MNC akan mendukung dibuatnya dan

    dilaksanakannnya peraturan internasional untuk menentukan pembayaran pajak oleh

    perusahaan- perusahaan internasional.

    g. Koorporsi multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat dalammengembangkn dan menegakkan backgroud institutions yang tepat

    Yang dimaksud background institutions adalah lembaga- lembaga yang mengatur

    serta memperkuat kegiatan ekonomi dan industri suatu negara.

    h. Negara yang memiliki mayoritas sham sebuah perusahaan harus memikul tanggungjawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut.

    Norma ini mengatakan bahwa tanggung jawab moral harus dipikul oleh pemilik

    mayoritas saham.

    i. Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi, ia wajibmenjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman.

    Yang membangun pabrik- pabrik berisiko tinggi harus juga merundingka prosedur-

    prosedur keamanan bagi mereka yang menjalankan pabrik tersebut. MNC

    bertanggung jawab untuk membangun pabrik yang aman dan melatih serta membina

    secara sebaik mungkin mereka yang akan mengoperasikan pabrik itu.

    j. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang, korporasimultinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi demikian rupa, sehingga

    dapat dipakai dengan aman dalam negara yang belum berpengalaman.

    Menurut norma ini prioritas harus diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin,

    teknologi harus dirancang sesuai dengan kebudayaan dan kondisi stempat, sehingga

    terjamin keamanan optimal.

    Sepuluh norma tersebut bisa bermanfaat untuk menciptakan suatu kerangka moral bagi

    kegiatan- kegiatan MNC

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    7/8

    6

    BAB III

    PENUTUP

    3.1Kesimpulan

  • 5/25/2018 Etbis Bab 11

    8/8

    7

    DAFTAR PUSTAKA

    Bertens, K. 2000.Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius