5/25/2018 Etbis Bab 11
1/8
ETIKA DALAM BISNIS GLOBAL
MAKALAH KELOMPOK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika Bisnis dan Profesi
yang dibina oleh Bapak Unti Ludigdo, SE., M.Si, Ak., Dr
OLEH
Putri Mayang A.D.S (115020300111049)
Claudia Elisabeth L (115020300111079)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
Maret 2014
5/25/2018 Etbis Bab 11
2/8
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak dahulu bisnis atau pada waktu itu hanya terbatas pada perdagangan menjadi
sarana penting untuk mendekatkan negara-negara dan kebudayaan yang berlainan. Dalam
perspektif sejarah, perdagangan merupakan faktor penting dalam pergaulan antar bangsa-
bangsa. Berlainan dengan ekspansi politik yang sering menimbulkan peperangan dan
penderitaan, maka perdagangan bisa membawa perdamaian dan persaudaraan.
Menurut Williiam Robertson (1721-1793) seorang sejarawan dari Skotlandia,
Perdagangan memperlunak dan memperhalus cara pergaulan manusia. Dan ahli ilmu
politik Perancis, Montesquieu (1689-1755) mengatakan bahwa kehalusan dalam pergaulanmerupakan syarat untuk melakukan perdagangan. Perdagangan mampu menjembatani jarak
jauh dan menjalin komunikasi serta hubungan baik antar manusia.
Dengan berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi saat ini, bisnis
internasional menjadi sesuatu yang penting. Saat ini kita di hidup di era globalisasi ekonomi,
dimana kegiatan perekonomian suatu negara mencakup pasar seluruh dunia. Gejala
globalisasi ekonomi ini bisa berakibat positif maupun negatif. Di satu sisi globalisasi dapat
meningkatkan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan antar bangsa-bangsa nemun di sisi lain
juga bisa berakhir pada suasana konfrontasi dan permusuhan. Bisnis Internasional
menampilkan aspek etis yang baru, dan pada bab ini akan dibahas mengenai masalah-
masalah moral yang berkaitan khusus dengan bisnis internasional.
5/25/2018 Etbis Bab 11
3/8
2
Bab II
PEMBAHASAN
1. Norma-norma Moral yang Umum pada Taraf InternasionalMenurut Richard De George dalam melakukan bisnis internasional dimana norma-
norma moral di negara lain berbeda dengan norma-norma yang dianut oleh suatu
perusahaan, ada tiga hal yang bisa dilakukan, yaitu :
a. Menyesuaikan DiriJika dikatakan dalam peribahasa atau pepatah maka pandangan ini sesuai dengan
pepatah Inggris yaitu When in Roma, do as the Romas do (ketika di Roma lakukan
apa yang dilakukan orang Roma yang artinya sama dengan peribahasa Indonesiadimana tanah di pinjak di situ langit di junjung yang artinya kalau kita bisnis di suatu
negara lain kita harus melakukan apa yang dilakukan oleh orang di negara tersebut.
Jadi bisnis harus menyesuaikan diri dengan moralitas yang berlaku di negara tersebut.
Tetapi hal ini terkadang akan menimbulkan kesulitan bagi para pelaku bisnis
internasional.
Makin banyak bisnis internasional yang dilakukan, makin sulit pula dalam
melaksanakan kegiatan bisnisnya. Karena akan terjadi hambatan komunikasi antar
bangsa. Dengan demikian tidak mungkin dalam bisnis internasional menggunakan
prinsip When in Roma, do as the Romas do. Contoh kasus yang sering terjadi adalah
kasus gender, adanya diskriminasi penggajian antara kaum wanita dan kaum pria.
Disatu negara mungkin tidak membedakan antara pria dan wanita. Di negara lain gaji
wanita akan lebih murah dibanding pria walaupun prestasi kerjanya sama. Bagi
perusahaan tentu akan memilih untuk mempekerjakan kaum wanita karena akan
menekan pengeluaran biaya.
b. Rigorisme Moral
c. Imoralisme NaifPandangan ketiga ini berpendapat bahwa bisnis internasional tidak perlu
berpegang pada moralitas tertentu. Memang para pebisnis harus taat pada ketentuan
hukum, tetapi tidak harus terikat pada norma-norma moral manapun, karena kalau
bisnis terlalu memperhatikan moralitas, mereka akan merugi, karena kalah dari
5/25/2018 Etbis Bab 11
4/8
3
persaingan. Dalam suatu negara dimana korupsi merajalela, praktik-praktik penyuapan
kepada pejabat berwenang merupakan hal yang umum. Karena jika pebisnis tidak
melakukan itu maka mereka akan kalah dalam persaingan untuk mendapatkan proyek.
Sebenarnya masalahnya disini bukan kalah bersaing, atau merugi, atau kelaziman yang
terjadi di masyarakat, tetapi masalah boleh tidaknya dipandang dari sudut moral.
Internasional.
2. Masalah Dumping dalam Bisnis InternasionalYang di maksud dengan dumping adalah menjual produk dengan kuantitas yang besar
kepada suatu Negara lain dengan harga dibawah harga pasar, atau dibawah harga pokok
produk tersebut. Dengan demikian yang merasa keberatan dalam hal ini bukanlah
kensumen melainkan produsen barang yang sama di dalam negeri, karena ia akan kalah
bersaing, sedang konsumen di untungkan karena harga murah walaupun bersifat
sementara. Bisnis dumping ini dilakukan karena :
1) Perusahaan tersebut memiliki persediaan yang sangat banyak dan takut usang tidaklaku di jual, maka dijual dengan harga murah. Walaupun ada kerugian tapi tidak
sebesar kalau barang tersebut usang tidak laku di jual, ada pengembalian modal
walaupun tidak sebesar modal yang di keluarkan.
2) Ingin menguasai pasar atau monopoli. Pelaku dumping menjual barang dengan hargamurah bertujuan untuk menguasai pasar dimana ia menghendaki para pesaingnya
tidak kuat bersaing melawan dirinya, yang kemudian pesaing ini gulung tikar. Yang
pada akhirnya dia sendiri yang operasi dipasar (monopoli). Setelah itu baru harga
produk dinaikan. Ia menderita kerugian sifatnya sementara, setelah menguasai pasar
dia menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menaikan harga semaunya.
Sistem dumping melanggar ini melanggar etika pasar bebas. Para pelaku bisnis yang
bergerak secara internasional ingin menghormati keutuhan pasar bebas. Ia akan melakukan
persaingan secara fair, ini merupakan prinsip dalam sistem pasar bebas. Dengan demikian
prinsip ini dilanggar oleh praktek dumping. Disamping itu kalau tujuan dumping adalah
untuk memonopoli ini jelas melanggar etika dalan bisnis karena merugikan konsumen,
walaupun dalam jangka pendek diuntungkan tetapi dalam jangka panjang konsumen di
rugikan yaitu harga barang akan jauh lebih tinggi karena adanya monopoli.
Apabila suatu perusahaan dapat menjual harga murah di karenakan perusahaan dapat
beroperasi secara efesien maka ini bukan dumping, tetapi apabila perusahaan bukan
karena efesiensi tetapi karena upah tenaga kerjanya kecil di bawah standar maka menurut
5/25/2018 Etbis Bab 11
5/8
4
Kwik Kian Gie ini termasuk dumping, ini adalah ketidakadilan dalam memberi upah
buruh. Atau dengan cara lain yaitu penyusutan asset tetap hanya di bebankan produk
dalam negeri, sedang produk yang di ekspor tidak dibebani penyusutan ini juga termasuk
dumping karena tidak adil dalam pembebanan penyusutan dalam produk.
3. Aspek-aspek Etis dari Korporasi MultinasionalFenomena yang agak baru dalam bisnis dunia adalah korporasi multinasional, yang
juga disebut korporasi transnasional, yaitu perusahaan yang mempunyai investasi
langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi, perusahaan yang mempunyai hubungan
dagang dengan luar negeri, belum mencapai status korporasi multi nasional (MNC), tetapi
perusahaan yang memilki pabrik di beberapa negara termasuk di dalamnya. Contoh MNC
seperti Coca-Cola, Johnson & Johnson, General Motors, IBM, Mitsubishi, Toyota,
Sony,Unilever yang memiliki kegiatan di seluruh dunia dan menguasai nasib jutaan
manusia. Di bawah ini akan dibahas usulan De George tentang norma-norma etis yang
terpenting bagi MNC.
a. Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugianlangsung.
Dengan sengaja mengakibatkan kerugian bagi orang lain selalu merupakan tindakan
yang tidak etis. Norma pertama ini mengatakan bahwa suatu tindakan tidak etis, bila
MNC dengan tahu dan mau mengakibatkan kerugian bagi negara biarpun tidak
dengan sengaja atau langsung- menurut keadilan kompensatoris ia wajib memberi
ganti rugi.
b. Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripadakerugian bagi negara dimana mereka beroperasi.
Hampir semua kegiatan manusia mempunyai akibat jelek,bisnis tidak tekecuali.
Norma kedua menuntut secara menyeluruh akibat- akibat baik melebihi akibat- akibat
jelek. Norma ini tidak membatasi diri pada segi negatif, tapi memerintahkan sesuatu
yang positif da ditegasakan lagi bahwa yang positif harus melebihi yang negatif.
c. Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepadapembangunan negara dimana dia beroperasi.
MNC harus menyumbangkan juga pada pembangunan negara berkmbang. MNC
harus bersedia melakukan alih teknologi dan alih keahlian.
d. Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyawannya.MNC harus memperhatikan tentang upah dan kondisi kerja di negara berkembang.
5/25/2018 Etbis Bab 11
6/8
5
e. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, korporasimultinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya,
bukan menantangnya.
MNC akan merugikan negara dimana ia beroperasi, jika ia tidak menghormati
kebudayaan setempat.MNC harus menyesuaikan diri dengan nilai- nilai budaya
stempat dan tidak memaksakan nilai-nilainya sendiri.
f. Koorporasi multinasional harus membayar pajak yang fairSetiap perusahaan multinasional harus membayar pajak menurut tarif yang telah
ditentukan dalam suatu negara. MNC akan mendukung dibuatnya dan
dilaksanakannnya peraturan internasional untuk menentukan pembayaran pajak oleh
perusahaan- perusahaan internasional.
g. Koorporsi multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat dalammengembangkn dan menegakkan backgroud institutions yang tepat
Yang dimaksud background institutions adalah lembaga- lembaga yang mengatur
serta memperkuat kegiatan ekonomi dan industri suatu negara.
h. Negara yang memiliki mayoritas sham sebuah perusahaan harus memikul tanggungjawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut.
Norma ini mengatakan bahwa tanggung jawab moral harus dipikul oleh pemilik
mayoritas saham.
i. Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi, ia wajibmenjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman.
Yang membangun pabrik- pabrik berisiko tinggi harus juga merundingka prosedur-
prosedur keamanan bagi mereka yang menjalankan pabrik tersebut. MNC
bertanggung jawab untuk membangun pabrik yang aman dan melatih serta membina
secara sebaik mungkin mereka yang akan mengoperasikan pabrik itu.
j. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang, korporasimultinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi demikian rupa, sehingga
dapat dipakai dengan aman dalam negara yang belum berpengalaman.
Menurut norma ini prioritas harus diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin,
teknologi harus dirancang sesuai dengan kebudayaan dan kondisi stempat, sehingga
terjamin keamanan optimal.
Sepuluh norma tersebut bisa bermanfaat untuk menciptakan suatu kerangka moral bagi
kegiatan- kegiatan MNC
5/25/2018 Etbis Bab 11
7/8
6
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
5/25/2018 Etbis Bab 11
8/8
7
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 2000.Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius
Top Related