Esensi Pre Title

21
1 VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083 ESENSI PRE-TITLE PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT A. EKSISTENSI Eksistensi yang dimaksud pada konteks ini adalah esistensi mengapa bangunan atau objek rancang bangun tersebut diadakan. Dengan kata lain eksistensi ini adalah sebuah pertanyaan mengapa objek rancang bangun harus ada ? Untuk menjawab pertanyaan ini maka perlu adanya landasan dan latar belakang mengapa bangunan tersebut ada. Terapi dan Rehabilitasi narkoba adalah salah satu upaya dari pemerintah dan BNN (Badan Narkotika Nasional) dalam membantu untuk mengatasi permasalahan pecandu narkoba yang ingin sembuh dan kembali dalam masyarakat dengan hidup normal. Rehabilitasi dan terapi ini dianggap sangat penting bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba karena jika tidak direhabilitasi dan di terapi secara mental maupun medis maka kecanduan yang diderita akan berujung menjadi kerusakan otak serta bias berujung kematian. Rehabilitasi narkoba juga telah diatur dalam beberapa peraturan yang ada, seperti : 1. Undang-undang No. 35 Tahun 2009, Pasal 54: Pecandu narkoba dan korban penyalahgunaan wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial. 2. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba. Dengan adanya peraturan dan undang-undang yang menyebutkan bahwa rehabilitasi memang penting bagi seorang pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba, maka perlu adanya suatu wadah yang bisa memfasilitasi korban dan pecandu narkoba untuk sembuh dari ketergantungan dan kembali normal dalam kehidupan bermasyarakat.

description

studio perancangan 5

Transcript of Esensi Pre Title

Page 1: Esensi Pre Title

1

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

ESENSI PRE-TITLE

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT

A. EKSISTENSIEksistensi yang dimaksud pada konteks ini adalah esistensi mengapa bangunan atau objek rancang

bangun tersebut diadakan. Dengan kata lain eksistensi ini adalah sebuah pertanyaan mengapa objek

rancang bangun harus ada ? Untuk menjawab pertanyaan ini maka perlu adanya landasan dan latar

belakang mengapa bangunan tersebut ada.

Terapi dan Rehabilitasi narkoba adalah salah satu upaya dari pemerintah dan BNN (Badan Narkotika

Nasional) dalam membantu untuk mengatasi permasalahan pecandu narkoba yang ingin sembuh

dan kembali dalam masyarakat dengan hidup normal. Rehabilitasi dan terapi ini dianggap sangat

penting bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba karena jika tidak direhabilitasi dan di

terapi secara mental maupun medis maka kecanduan yang diderita akan berujung menjadi

kerusakan otak serta bias berujung kematian. Rehabilitasi narkoba juga telah diatur dalam beberapa

peraturan yang ada, seperti :

1. Undang-undang No. 35 Tahun 2009, Pasal 54: Pecandu narkoba dan korban penyalahgunaan

wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial.

2. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba.

Dengan adanya peraturan dan undang-undang yang menyebutkan bahwa rehabilitasi memang

penting bagi seorang pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba, maka perlu adanya suatu

wadah yang bisa memfasilitasi korban dan pecandu narkoba untuk sembuh dari ketergantungan dan

kembali normal dalam kehidupan bermasyarakat. Fasilitas yang bisa mewadahi semua kegiatan

rehabilitasi dan terapi tersebut adalah pusat terapi dan rehabilitasi narkoba. Pada pusat rehabilitasi

ini tentunya akan ada kegiatan medis maupun terapi psikologis yang akan membantu pecandu

terbebas dari ketergantungan narkoba secara menyeluruh.

Mengapa di Surakarta ?

Surakarta adalah sebuah kota kecil yang sekarang semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun,

perkembangan sebuah kota tentunya akan diimbangi juga dengan perkembangan masyarakatnya

yang semakin berkembang menjadi sangat konsumtif dan mengarah pada gaya hidup bebas dan

hura-hura (bersenang-senang). Salah satu gaya hidup bebas yang semakin marak adalah dengan

Page 2: Esensi Pre Title

2

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

penggunaan narkoba yang semakin tinggi. Di Surakarta korban penyalahgunaan narkobapun

mengalami peningkatan pada tahun ke tahun seperti yang dimuat dalam harian Kompas 17 Mei

2014, Kepala BNN Jawa Tengah menuturkan bahwa peredaran narkoba di Kota Solo merupakan

ranking satu di propinsi Jawa Tengah, sampai tahun 2013 sudah terdapat lebih dari 300 kasus.

Dengan tingginya jumlah penggunaan narkoba maka perlu adanya fasilitas pusat terapi dan

rehabilitasi narkoba di Surakarta dengan tujuan untuk mengurangi tingkat ketergantungan dan

penyalahgunaan narkoba.

Namun, dengan tingginya angka kasus narkoba, kota Solo belum mempunyai fasilitas yang bisa

menangani secara keseluruhan terapi dan rehabilitasi bagi korban ketergantungan narkoba. Selama

ini fasilitas yang ada hanyalah upaya pengobatan medik yang hanya dilakukan di rumah sakit pusat,

puskesmas, dan rumah sakit jiwa Surakarta. Namun, dengan hanya menjalani pengobatan medik

tanpa dibarengi dengan terapi psikologi maka kecenderungan untuk kambuh kembali sangat tinggi.

Dari poin-poin yang telah diuraikan bahwa kota Surakarta membutuhkan suatu fasilitas untuk terapi

dan rehabilitasi ketergantungan narkoba terutama pada segi mental pengguna, hal ini sangat

didasarkan pada banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba yang berujung pada kematian. Selain

itu, fasilitas ini haruslah lepas dari fasilitas medis lainnya karena kasus narkoba adalah kasus yang

sensitif bagi para pecandu.

B. PROSPEK

Prospek kali ini berkonteks pada sebuah tujuan yang mendasari bangunan tersebut direncanakan,

dan apa saja yang harus ada / syarat-syarat agar tujuan dari bangunan tersebut tercapai.

Dengan semakin meningkatnya korban penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun menyebabkan

semakin banyaknya pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba yang harus direhabilitasi karena

rehabilitasi narkoba sudah diwajibkan oleh pemerintah. Dengan adanya latarbelakang tersebut,

maka pusat terapi dan rehabilitasi narkoba sangat dibutuhkan bahkan hampir di setiap kota yang

berkembang pesat seperti yang ada di Surakarta. Di Surakarta, penggunaan narkoba sangat tinggi

pada tiga tahun terakhir sehingga pusat rehabilitasi sangat dibutuhkan untuk mengurangi tingkat

ketergantungan dan pecandu narkoba. Selain itu tujuan dari pusat terapi dan rehabilitasi ini adalah

untuk menyembuhkan pecandu dari ketergantungan yang di derita terlebih tidak ada fasilitas khusus

yang ada di Surakarta.

Page 3: Esensi Pre Title

3

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

Pusat terapi dan rehabilitasi ini diharapkan dapat menjadikan sebuah rehabilitasi yang sustainable

dan berkelanjutan pada setiap residen yang masuk dan diterapi sehingga dapat sembuh dengan

total dari segi medis maupun psikologis. Pusat rehabilitasi dan terapi ini juga akan menggunakan

sebuah terapi yang efisien dan menggunakan metode yang tidak terkesan mengisolasi setiap residen

yang ada. Pusat terapi dan rehabilitasi narkoba ini juga bisa dijadikan sebagai help center untuk para

pengguna narkoba agar bisa terbebas dari ketergantungan dan penyalahgunaan narkoba.

Penggunaan sebuah terapi yang mengacu pada metode yang tidak terkesan mengisolasi ini dapat

dicapai dengan menggunakan therapeutic community yaitu sebuah terapi komunitas yang

mengumpulkan orang-orang yang mempunyai masalah yang sama dan dibagi beberapa grup untuk

saling berinteraksi satu sama lain sehingga mendorong masing-masing individu untuk penyembuhan

diri sendiri (help self), selain itu terap ini juga akan mengajarkan bagaimana manajemen waktu dan

perilaku sehari-hari sehingga setelah sembuh mereka dapat kembali normal dalam masyarakat.

Dengan terapi ini diharapkan tujuan dari bangunan yaitu untuk menyembuhkan pasien secara total

khususnya pada aspek psikologis dapat tercapai.

Dengan menggunakan therapeutic community sebagai metode terapi, maka objek rancang bangun

harus mempertimbangkan pihak internal, salah satunya adalah harapan residen yang sedang di

rehabilitasi dan terapi tetap fokus dan nyaman dalam menjalani pengobatan, diantaranya :

1. Residen yang berobat dapat merasa nyaman dengan lingkungan yang ada dan diharapkan

dapat dicapai dengan lingkungan hijau dan udara yang segar sehingga dapat

mengoptimalkan kesembuhan residen.

2. Diharapkan residen tidak merasa seperti diisolasi saat sedang menjalani terapi dan

rehabilitasi sehingga residen tidak merasakan stress saat menjalani pengobatan.

Page 4: Esensi Pre Title

4

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

3. Interior ruangan pada bangunan juga sangat mempengaruhi sehingga saat residen

menjalani terapi di dalam ruangan dapat merasa nyaman dan tetap focus.

Dengan memperhatikan lingkungan maupun interior bangunan diharapkan pusat rehabilitasi yang

direncanakan dapat menjadi fasilitas rehabilitasi narkoba dengan kualitas mumpuni dan dapat

diandalkan untuk memabantu penyembuhan residen agar dapat menjalani hidup nya secara normal

di dalam masyarakat.

Untuk menciptakan sebuah lingkungan bangunan yang nyaman dan residen mampu menjalani

pengobatan tanpa paksaan, maka dilakukan beberapa strategi desain untuk dapat merealisasikan

tujuan tersebut yaitu dengan menggunakan stategi desain Healing Environment. Dengan

menggunakan Healing Environment maka tujuan bangunan akan bisa terealisasi karena Healing

Environment memperhatikan segala aspek dalam sebuah bangunan untuk menciptakan sebuah

lingkungan penyembuhan yang dapat membantu residen sembuh dengan optimal.

Healing Environment merupakan sebuah lingkungan penyembuhan yang merencanakan sebuah

lingkungan luar dan lingkungan dalam bagi bangunan tersebut. Salah satu faktor untuk

mendapatkan lingkungan penyembuhan, kawasan yang akan menjadi lokasi harus memenuhi

beberapa kriteria, diantaranya adalah :

1. Lokasi berada di daerah yang sejuk, dimana daerah yang sejuk merupakan daerah yang

ideal untuk upaya pemulihan (recovery).

2. Daerah yang jauh dari pusat keramaian kota. Keuntungannya adalah pasien akan

terkonsentrasi pada kegiatan penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.

3. Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan akan menimbulkan banyak

efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila memasuki musim liburan.

Kriteria-kriteria lokasi yang diurai diatas merupakan kriteria yang cocok untuk digunakan sebagai

pusat terapi dan rehabilitasi dengan menggunakan strategi desain healing environment (lingkungan

penyembuhan). Namun, selain site pada strategi desain healing environment juga membutuhkan

faktor lain untuk lingkungan penyembuahannya seperti adanya taman healing untuk meunjang

lingkungan yang hijau dengan udara segar agar menunjang kesembuhan residen secara optimal.

Selain mengarah pada lingkungan luar, healing environment yang digunakan untuk metode desain

juga harus memperhatikan lingkungan dalam ruangan karena aktivitas dari terapi tidak hanya

Page 5: Esensi Pre Title

5

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

dilakukan pada luar ruangan. Dengan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa interior

ruangan juga harus diperhatikan yaitu dengan mendesain bagaimana material, warna, view, dan

tekstur yang dapat membuat residen merasa nyaman dan fokus saat menjalani terapi di dalam

ruangan.

Dengan penggunaan healing environment sebagai stategi desain untuk mencapai tujuan bangunan

dengan memperhatikan berbagai faktor objek rancang bangun maka diharapkan residen yang

menjalani terapi tetap fokus dan nyaman sehingga pengobatan dapat optimal dilakukan sehingga

residen dapat cepat sembuh dan kembali dalam masyarakat dengan normal.

C. SUSTAINABILITY DAN DURABILITY

Sustainability dan durability pada kali ini berkonteks pada berapa lama objek rancang bangun dapat

bertahan terhadap faktor-faktor degradatif. Dengan mengarah konteks tersebut maka lokasi

bangunan yang akan dirancang menentukan berapa lama umur bangunan akan bertahan. Jika

mengacu pada pusat terapi dan rehabilitasi narkoba maka faktor yang menentukan berapa umur

bangunan akan bisa bertahan adalah faktor-faktor dari kota Surakarta, diantaranya adalah :

1. Faktor Cuaca di Surakarta

Faktor cuaca yang bisa menjadi sebuah faktor degradatif dari sebuah bangunan adalah

faktor topografi. Karena bangunan berada di Surakarta maka faktor topografi Surakarta

merupakan faktor yang bisa mempengaruhi sustainability dan durability bangunan.

Topografi wilayah Surakarta terdiri dari dataran rendah. Dibagian Utara (daerah

Mojosongo) yang merupakan daerah yang agak berkontur memiliki kemiringan 0-30%

sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 M. Di bagian Selatan merupakan dataran

yang relatif rendah, dengan kemiringan 0-5%. Ketinggian kota Solo yaitu antara ±92 M di

Page 6: Esensi Pre Title

6

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

atas permukaan air laut (mDPL). Suhu udara Maksimum kota Surakarta adalah 32,5 derajat

Celsius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara

adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah

angin 240 derajat. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian

sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.( www.surakarta. go.id)

a. Suhu udara maksimum : 32.5 0C

b. Suhu udara minimum : 21.9 0C

c. Tekanan udara rata-rata : 1010,9 mbs

d. Kelembaban udara : 75%

e. Kecepatan angin : 4 knot

f. Arah angin : 240 derajat

g. Iklim : panas

Cuaca di Surakarta relatif sama dengan daerah-daerah lain di Jawa Tengah yaitu mempunyai

panas terik saat siang hari karena iklim Indonesia khususnya di Surakarta merupakan iklim

panas dengan suhu udara dari 21.9-32.50 C. Namun, melihat kriteria lokasi bangunan adalah

lokasi yang mempunyai udara sejuk maka perencanaan pusat terapi dan rehabilitasi tidak

cocok jika harus dibangun di daerah pusat Surakarta karena tidak sesuai dengan kriteria dan

tujuan yang ada. Selain itu, dengan udara yang relative panas maka fungsi bangunan sebagai

wadah pusat terapi dan rehabilitasi yang nyaman dengan udara yang sejuk tidak dapat

terpenuhi. Sehingga untuk dapat memenuhi kriteria bangunan dengan suhu udara yang

sejuk maka harus dipilih sebuah lokasi dengan suhu 19-200C agar tujuan awal terpenuhi. Jika

tidak, maka udara yang ada pada bangunan akan panas sehingga kenyamanan yang

direncanakan sejak awal tidak dapat direalisasikan.

Selain suhu udara, faktor topografi yang harus diperhatikan adalah kecepatan angin yaitu

sekitar 4 knot yang mengarah pada sudut 2400 ,, kecepatan angin dengan 4 knot tergolong

merupakan kecepatan angin yang sepoi. Untuk mendapatkan angin yang sepoi tersebut

maka orientasi bangunan dan arah bukaan-bukaan harus dipertimbangkan dengan baik

sehingga dapat memperoleh kenyamanan thermal yang diinginkan dan mendapatkan udara

sejuk baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Page 7: Esensi Pre Title

7

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

2. Faktor Bahan Bangunan

Bahan bangunan yang digunakan juga sangat menentukan bagaimana dan berapa lama

bangunan dapat bertahan dari cuaca maupun faktor yang lainnya. Dengan bahan yang

ramah lingkungan dan mempunyai daya tahan yang cukup tinggi dari faktor cuaca dapat

dipastikan bahwa bahan bangunan tidak akan cepat rusak sehingga bangunan dapat

bertahan dan mempunyai umur yang relatif panjang.

Mengingat iklim panas yang dimiliki oleh kota Surakarta, maka bahan bangunan yang tahan

lama dan yahan dari panas akan membantu bangunan untuk bertahan lama. Selain faktor

tersebut, bangunan yang memiliki sifat ringan dan memberikan keseimbangan thermal juga

dapat menyesuaikan bangunan dengan cuaca diluar bangunan sehingga dapat menciptakan

kenyamanan thermal (udara yang nyaman dan segar). Beberapa bahan bangunan yang

dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

a. Bahan bangunan untuk dinding dan atap sebaiknya tidak menghisap air dan tidak

mudah ditumbuhi jamur dan lumut. Material-material dengan berat jenis kecil

(ringan) biasanya menjadi pilihan karena mempunyai kapasitas panas yang kecil,

time lag rendah dan cepat bereaksi terhadap perubahan iklim. Material dengan

konduktivitas rendah dapat membantu mengurangi panas pada bangunan.

b. Penggunaan material kaca pada jendela ataupun boven juga perlu diperhatikan

berkaitan dengan orientasinya terhadap arah sinar matahari serta arah aliran

udara. Tidak seperti bangunan di negara 4 musim yang berjendela kecil dan

sedikit, bangunan di Indonesia cenderung menggunakan jendela-jendela ataupun

boven (ventilasi) berukuran besar dan banyak di dinding luar rumah untuk

menangkap cahaya dan udara alami seoptimal mungkin.

Namun, selain bahan bangunan diatas bahan bangunan yang ramah lingkungan yaitu

bahan bangunan yang alami seperti kayu tentunya akan menambah kenyamanan dan

menambah kesan lingkungan yang hijau bagi residen. Memang untuk masalah ketahanan

dan kekuatan sangat jauh berbeda namun tentunya banyak teknologi yang dapat

menjadikan bahan-bahan alami tersebut menjadi bahan yang tahan lama dan

memperpanjang umur bangunan.

Page 8: Esensi Pre Title

8

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

3. Faktor perawatan

Perawatan bangunan sangat penting bagi sebuah bangunan, karena bangunan yang dirawat

tentunya akan lebih bisa bertahan lama dibandingkan dengan bangunan yang tidak dirawat

serta dibiarkan begitu saja. Jika bangunan rutin dirawat maka, jika ada kesalahan atau

kerusakan sedikit akan langsung dibereskan dengan cepat berbeda dengan bangunan yang

tidak diperhatikan.

Selain itu, perawatan bangunan sangat penting untuk menjaga kondisi fisik bangunan serta

menjaga fungsi bangunan sehingga dapat meningkatkan niai asset bangunan tersebut.

Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan akan membuat umur bangunan tersebut

menjadi lebih panjang, ditinjau dari aspek : kekuatan, keamanan, dan penampilan

(performance) bangunan. Bahwa berhasil atau tidaknya suatu pembangunan gedung dapat

dilihat dari usia pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara

pemeliharaan terhadap bangunan itu sendiri didalam manajemen proyek.

D. KONSEKUENSI DAN KORELATIF

Dari tiga poin diatas yang sudah dibahas secara panjang lebar maka ada beberapa konsekuensi yang

berhubungan dengan eksistensi, prospek, dan sustainability bangunan yang nantinya akan

memberikan sebuah komplementer dan akan diterapkan dalam objek rancang bangun. Dari poin

diatas, beberapa konsekuensi pada perencanaan pusat terapi dan rehabilitasi narkoba berbasis

therapeutic community dengan pendekatan healing environment adalah :

1. Mencari sebuah lokasi di Surakarta yang sesuai dengan kriteria pusat rehabilitasi dan

mempunyai lingkungan hijau serta udara yang segar. Tentunya lokasi yang dicari akan

berada di pinggir kota Surakarta. Beberapa kriteria lokasi pusat rehabilitasi adalah sebagai

berikut :

a. Lokasi berada di daerah yang sejuk, dimana daerah yang sejuk merupakan daerah

yang ideal untuk upaya pemulihan (recovery).

b. Daerah yang jauh dari pusat keramaian kota. Keuntungannya adalah pasien akan

terkonsentrasi pada kegiatan penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan

kota.

c. Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan akan menimbulkan

banyak efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila memasuki musim

liburan.

Page 9: Esensi Pre Title

9

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

d. Lokasi dan site memiliki udara yang sejuk, yaitu sekitar 190-200 C .

2. Desain tata ruang luar yang berkonteks pada healing environment yaitu perencanaan

lingkungan yang nyaman dan hijau dengan penggunaan healing garden. Healing garden

harus mempertimbangkan adanya tata lansekap dan memanfaatkan vegetasi yang berupa

pohon yang bertekstur, baik daun, dahan dan batangnya. Bunga-bungaan seperti kamboja,

melati, maupun tanaman wangi lain yang dapat merangsang indera penciuman.

Penambahan elemen lansekap lain, khususnya air karena air mempunyai efek menenangkan

bagi manusia.

3. Peruangan untuk proses penyembuhan residen harus dipertimbangkan dan dipirkan dengan

baik karena sangat mempengaruhi kesembuhan residen terutama saat menjalani kegiatan

terapi di dalam ruangan. Beberapa faktor-faktor peruangan yang harus diperhatikan adalah :

a. Organisasi ruang

Pola organisasi ruang yang diaplikasikan berdasarkan kebutuhan dan kegiatan yang

akan berlangsung ada pola cluster. Pola ini akan membagi penggunaan tiap area

berdasarkan rangkaian proses kegiatan yang akan berada di dalamnya sehingga

sirkulasi kegiatan akan berlangsung secara linier untuk memudahkan kontrol

terhadap pasien. Pengorganisasian ruang di area rehabilitasi juga ditetapkan sesuai

dengan tahapan dan proses yang dijalani oleh residen sesuai dengan program

standar yang telah ditetapkan dalam terapi.

b. Interior ruangan

Konsep interior ruangan lebih mengarah pada penggunaan warna dan material.

Warna yang dipakai haruslah warna-warna yang bersifat hangat dan memberikan

efek yang menenangkan. Sementara, penggunaan warna-warna sangat terang

seperti warna merah atau kuning harus dihindari karena dapat memicu stress

residen. Selain warna, material juga harus diperhatikan seperti penggunaan lantai

kayu atau penggunaan material pintu yang tidak dapat melukai residen.

Selain warna dan material, view keluar bangunan yang sejuk akan memberikan efek

sejuk dan menenangkan bagi residen. Sehingga desain ruangan harus memiliki

banyak bukaan pada view-view alam dengan menggunakan material kaca sehingga

residen merasa nyaman karena dekat dengan alam.

Page 10: Esensi Pre Title

10

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

c. Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan akan berpengaruh pada kenyamanan thermal dan sustainability

bangunan,orientasi bangunan harus diperhatikan dengan baik yaitu dengan cara

mendesain sisi panjang bangunan pada sisi utara selatan dan sisi pendek bangunan

menghadap pada sisi barat timur sehingga bangunan yang terkena matahari

sepanjang hari adalah pada sisi pendek bangunan sehingga kenyamanan thermal di

dalam bangunan dapat terjaga. Selain itu untuk menghindari silau dan sinar

matahari pada saat pagi dan siang hari maka digunakan secondary skin agar silau

tidak langsung masuk ke dalam bangunan.

d. View dan Bukaan

Estetika ruangan dapat mempengaruhi psikis seseorang. Estetika ruangan dapat

diciptakan dengan memasukkan pemandangan alam ke dalam ruangan. Akses ke

alam diperlukan untuk menstimulus kesehatan dan mengurangi stres. Perbanyak

view ke arah luar dan taman dengan bukaan jendela.

Selain view, bukaan pada sebuah ruangan juga sangat penting untuk

mengoptimalkan udara segar yang masuk ke dalam ruangan sehingga udara di

dalam ruangan dapat terpenuhi dengan optimal dan sirkulasi udara bisa berjalan

dengan lancar.

4. Bahan bangunan

Pemilihan bahan bangunan yang tepat baik untuk bahan struktur maupun non struktur

akan menentukan kualitas dan daya tahan bangunan. Penggunaan bahan bangunan pada

objek rancang bangun ini akan lebih menggunakan material-material alam yang

memberikan efek hangat dan alami sehingga memberikan rasa tenang dan nyaman bagi

residen. Penggunaan material alam akan dikombinasi juga dengan fabrikasi salah satunya

adalah bahan kaca, namun kaca yang digunakan adalah kaca yang mempunyai daya serap

panas yang rendah namun mempunyai daya pantul yang tinggi sehingga kenyamanan

thermal dan suhu udara yang ada akan lebih terjaga.

Page 11: Esensi Pre Title

11

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

RELEVANSI / KEBUTUHAN KONSEP

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT

A. KONSEP MAKRO

1. Lokasi berada di daerah yang sejuk, dimana daerah yang sejuk merupakan daerah yang ideal

untuk upaya pemulihan (recovery).

2. Daerah yang jauh dari pusat keramaian kota. Keuntungannya adalah pasien akan

terkonsentrasi pada kegiatan penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.

3. Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan akan menimbulkan banyak

efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila memasuki musim liburan.

4. Lokasi dan site memiliki udara yang sejuk, yaitu sekitar 190-200 C .

B. KONSEP MIKRO

1. Aktivitas

Aktivitas pada pusat terapi dan rehabilitasi melingkupi aktivitas terapi dan aktivitas rehabilitasi,

namun rehabilitasi yang direncanakan digabung dengan sebuah terapi yang menyembuhkan

secara psikologis dengan metode therapeutic community sebagai metode terapi untuk para

residen. Aktivitas yang terjadi di dalamnya adalah sebagai berikut :

a. Perbaikan Perilaku Sehari-hari (Behavior Management)

Setiap hari, residen diharuskan beraktivitas mengikuti jadwal yang telah ditentukan,

kecuali ada kendala seperti residen dalam keadaan sakit. Setiap kegiatan sudah dijadwal

secara padat dan teratur. Tujuannya agar pasien diberi kesibukan sehingga tidak

memiliki waktu untuk berdiam diri dan berkhayal. Semua aktivitas dilakukan secara

bersama – sama, antara para residen dan staf yang bertugas. Tujuannya untuk

meningkatkan kedisiplinan dan rasa kebersamaan dalam suatu komunitas.

b. Pertemuan

Pada terapi komunitas pertemuan berdasarkan tujuannya, dibedakan menjadi 4 (empat)

macam, yaitu :

1) Morning meeting

2) Seminar

3) House Meeting

4) General Meeting

Page 12: Esensi Pre Title

12

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

c. Permainan

Berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam

kelompok, mengasah kreativitas dan intelektual, mengembangkan kemampuan untuk

mengungapkan pendapat dan lain-lain.

d. Ibadah

Perbaikan mental spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien. Memiliki hubungan yang

dekat dengan Tuhan dapat membantu pasien dalam mengendalikan perilaku dan pola

berpikir. Beribadah secara rutin akan dapat membantu proses penyembuhan. Kegiatan

beribadah dilakukan bersama-sama.

e. Keterampilan untuk bertahan mandiri lepas dari ketergantungan dengan narkoba

(Vocational/Survival Skill)

Pelatihan yang diberikan untuk mampu bertahan mandiri lepas dari ketergantungan

narkoba dengan pemberian tugas secara bertahap mulai dari yang mudah hingga

kompleks dan menuntut tanggung jawab dari setiap individu. Pelatihan kepemimpinan

dan penerapannya di lingkungan komunitas, meliputi evaluasi dan pengambilan

keputusan yang telah dibuat dalam komunitas.

2. Perwadahan / Peruangan

Peruangan atau perwadahan sangat penting untuk proses penyembuhan residen harus

dipertimbangkan dan dipirkan dengan baik karena sangat mempengaruhi kesembuhan residen

terutama saat menjalani kegiatan terapi di dalam ruangan. Beberapa faktor-faktor peruangan

yang harus diperhatikan adalah :

a. Organisasi ruang

Pola organisasi ruang yang diaplikasikan berdasarkan kebutuhan dan kegiatan yang akan

berlangsung ada pola cluster. Pola ini akan membagi penggunaan tiap area berdasarkan

rangkaian proses kegiatan yang akan berada di dalamnya sehingga sirkulasi kegiatan

akan berlangsung secara linier untuk memudahkan kontrol terhadap pasien.

Pengorganisasian ruang di area rehabilitasi juga ditetapkan sesuai dengan tahapan dan

proses yang dijalani oleh residen sesuai dengan program standar yang telah ditetapkan

dalam terapi.

b. Interior ruangan

Konsep interior ruangan lebih mengarah pada penggunaan warna dan material. Warna

yang dipakai haruslah warna-warna yang bersifat hangat dan memberikan efek yang

Page 13: Esensi Pre Title

13

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

menenangkan. Sementara, penggunaan warna-warna sangat terang seperti warna

merah atau kuning harus dihindari karena dapat memicu stress residen. Selain warna,

material juga harus diperhatikan seperti penggunaan lantai kayu atau penggunaan

material pintu yang tidak dapat melukai residen.

Selain warna dan material, view keluar bangunan yang sejuk akan memberikan efek

sejuk dan menenangkan bagi residen. Sehingga desain ruangan harus memiliki banyak

bukaan pada view-view alam dengan menggunakan material kaca sehingga residen

merasa nyaman karena dekat dengan alam.

c. View dan Bukaan

Estetika ruangan dapat mempengaruhi psikis seseorang. Estetika ruangan dapat

diciptakan dengan memasukkan pemandangan alam ke dalam ruangan. Akses ke alam

diperlukan untuk menstimulus kesehatan dan mengurangi stres. Perbanyak view ke arah

luar dan taman dengan bukaan jendela.

Selain view, bukaan pada sebuah ruangan juga sangat penting untuk mengoptimalkan

udara segar yang masuk ke dalam ruangan sehingga udara di dalam ruangan dapat

terpenuhi dengan optimal dan sirkulasi udara bisa berjalan dengan lancar.

3. Permassaan

Berbagai macam bentuk dasar akan dipilih dalam perancangan yang mengusungkan tema

Natural Meditative dengan pengeliminasian pada sudut-sudut untuk mencegah resiko cedera

pada pasien. Penggunaan kotak akan mendominasi karena bentuknya yang fungsional, mudah

diatur, serta menyimpan banyak ruang tanpa terbuang. Bentuk-bentuk melengkung akan

digunakan untuk membuat sensasi alam yang tidak beraturan masuk ke dalam ruangan tanpa

menimbulkan terlalu banyak bentuk-bentuk rumit yang dapat membuat pasien menjadi tidak

fokus.

Selain itu bentukan massa pada pusat rehabilitasi narkoba haruslah mengesankan kesan

terbuka, mengayomi, homy, namun tetap tegas dan berkarakter. Bentuk yang tidak terlalu

formal akan dapat mengurasi rasa tertekan/stress yang timbul dalam pikiran calon rehabilitan.

karakter bangunan yang homy akan menimbulkan kesan seolah-olah mereka sedang berada di

sebuah rumah, bahkan diharapkan seperti berada dalam rumah sendiri.

Page 14: Esensi Pre Title

14

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

4. Komplementer

a. Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan akan berpengaruh pada kenyamanan thermal dan sustainability

bangunan,orientasi bangunan harus diperhatikan dengan baik yaitu dengan cara mendesain

sisi panjang bangunan pada sisi utara selatan dan sisi pendek bangunan menghadap pada

sisi barat timur sehingga bangunan yang terkena matahari sepanjang hari adalah pada sisi

pendek bangunan sehingga kenyamanan thermal di dalam bangunan dapat terjaga. Selain

itu untuk menghindari silau dan sinar matahari pada saat pagi dan siang hari maka

digunakan secondary skin agar silau tidak langsung masuk ke dalam bangunan.

b. Bahan Bangunan

Pemilihan bahan bangunan yang tepat baik untuk bahan struktur maupun non struktur

akan menentukan kualitas dan daya tahan bangunan. Penggunaan bahan bangunan pada

objek rancang bangun ini akan lebih menggunakan material-material alam yang

memberikan efek hangat dan alami sehingga memberikan rasa tenang dan nyaman bagi

residen. Penggunaan material alam akan dikombinasi juga dengan fabrikasi salah satunya

adalah bahan kaca, namun kaca yang digunakan adalah kaca yang mempunyai daya serap

panas yang rendah namun mempunyai daya pantul yang tinggi sehingga kenyamanan

thermal dan suhu udara yang ada akan lebih terjaga.

c. Landscaping

Untuk lansekap objek rancang bangun ini akan menggunakan healing garden atau taman

penyembuh, yaitu taman yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membuat orang

merasa lebih baik. Tujuan dari taman ini adalah membuat orang merasa nyaman, aman,

rileks dan bersemangat. Keberadaan taman ini juga sebagai sarana terapi alam bagi residen

karena taman dapat menghadirkan elemen-elemen alam sehingga memungkinkan manusia

untuk berinteraksi langsung dengan alam.