Esensi Penerapan Pembelajaran
-
Upload
muhammad-al-fatih -
Category
Documents
-
view
256 -
download
1
description
Transcript of Esensi Penerapan Pembelajaran
Proposal ptk
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISON UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XII
IPA SMA YAPIP MAKASSAR
OLEH
NAMA : ADI JUFRIANSAH
NIM : 105360383310
KELAS : V C
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Langkah kemajuan suatu negara adalah bagiamana kemudian memanivestasi apa yang ada pada
negara tersbut, demikian halnya dengan kata belajar sebagai penopang apakah langkah yang di
ambil sudah sesuai dengan kaidah kaidah yang di tetapkan atau belum mencapai estimasi-
estimasinya,dalam artian pencapaian target yang maksimal dan optimal.
Tidak ada pencapain jika pranata-pranata pendidik di bangku pendidikan hanyalah sebatas mengajar
bukan mengajarkan, berarti bahwa implikasi dari kemajuan suatu negara tidak tarlepas dari
pendidikan terkhusus ilmu pengetahuan yang harus di miliki dan di kembangkan.
Belajar akan mempunya arti atau makana apabila apa yang di pelajari relevan dengan kebutuhan
dan maksud,dalam artian belajar yang mempunyai arti baginya.
Sebagai pendidik haruslah beranggapan bahwa arti dan makna tidak terlekat dari apa yang telah di
ajarkannya, tetapi bagaimana kemudian mencerna dan menyerap arti dan makna yang terkandung
dari pengulasan yang akan di berikan kepada anak muridnya, sehingga aksi-reaksi dapat saling
korespondensi dan relevan akan suatu maksud.
Di setiap almamater-almamater baik dari tingkat TK(Taman kanak-Kanak), SD(Sekolah Dasar),
SMP(Sekolah Menengah Pertama), SMA(Sekolah Menegah Atas), bahkan PerguruanTinggi, hirarki
kebutuhan manusia tersebut mempunyai implikasi yang penting yang harus di perhatikan oleh
seorang tokoh pendidik sewaktu proses belajar. pendidik akan mengalami kesulitan jika anak
didiknya tidak mengetahui apa yang telah di ajarkan, ini berarti ke ekstraan untuk memenipulasi
keadaan bagaimana kemudian sehingga proses pembelajaran efektif dengan hasil yang
memauaskan.
Berbicara pada konteks yang lebih terkhususkan lagi adalah kajian ilmu pendidikan yang salah
satunya adalah empiris secience contohnya matematika. Bagaimana anak didik dapat memahami
jikalau guru atau dosennya saja belum memahami konsep dari definisi materi yang di ajarkan, ini
membuktikan bahwa akan menurunnya daya kemauan dari anak didiknya, sehingga dampak yang di
berikan akan terlekat pada pribadi anak didik yang mengarah pada hasil proses dan kondisi psikoligi
anak yang memandang mata pelajaran matematika sangatlah sulit.
Pola,cara pengajaran yang salah sebelum memahami kondisi-kondisi anak didik sebagai salah satu
dampak keterpurukan nilai akhir dari suatu proses, dengan kata lain metode yang di gunakan oleh si
pendidik tidak sesuai dengan apa yang ada pada anak didiknya. Akibatya adalah keterpurukan suatu
hasil dari proses belajar
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen.
Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya fikir
manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini tidak
terlepas dari hasil perkembangan matematika. Untuk menguasai dan mengembangkan teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Permendiknas No.11 Tahun
2009: 337 ).
Penguasaan matematika sejak dini sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara guru memilih dan
menerapkan metode pembelajaran di sekolah khususnya di kelas. Menurut Suprijono ( 2009 : 55)
berawal dari pendekatan kontruktivisme Piaget yang menyatakan peserta didik mengonstruksi
pengetahuan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan
sebelumnya serta teori Vigotsky yang menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan
melalui interaksi sosial dengan orang lain. Maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang didapat
siswa berasal dari pengontruksian pengetahuannya sendiri yang didukung dengan interaksi sosial
dengan orang lain sehingga dapat tercapainya penguasaan materi pelajaran secara maksimal
khususnya dalam penguasaan materi pelajaran matematika.
Kenyataan dilapangan khususnya di SMA YAPIP MAKASSAR pembelajaran matematika tidak
menggunakan apersepsi untuk memancing motivasi siswa, metode ceramah yang berlangsung dari
awal sampai akhir pembelajaran dengan siswa hanya mendengar penjelasan dari guru, tidak ada
penguatan dari guru dan tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan apabila ada yang belum jelas
dalam materi, serta tidak ada tindak lanjut seusai evaluasi. Keadaan yang demikian mengakibatkan
interaksi sosial dengan siswa lain tidak terjadi, metode yang demikian membuat kualitas
pembelajaran yang kurang baik sehingga nilai hasil belajar yang dicapai siswa rendah, hal ini dapat di
lihat dari hasil nilai rata-rata Matematika yang rendah.
Oleh karena itu harus ada perbaikan untuk guru dalam memilih metode pengajaran , metode
pengajaran yang dipilih harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bekerjasama
antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan
kemampuan akademik secara kelompok. Sehingga konsep yang diajarkan oleh guru akan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa sehingga tercapainya kualitas pembelajaran lebih baik. Melalui
pembelajaran seperti ini siswa akan selalu mengingat tentang materi yang diajarkan. Selain itu,
pembelajaran dengan teknik ini mempunyai keunggulan yaitu meningkatkan pencapaian prestasi
para siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang
lemah dalam bidang studi akademik, meningkatkan rasa harga diri, dan mengembangkan hubungan
antar siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus
terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka (Slavin, 2005 : 4-5).
Salah satu tipe pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dan kualitas
pembelajaran pada mata pelajaran matematika adalah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Gagasan utama dari Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) adalah memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Dalam STAD siswa belajar dalam
kelompok, mereka akan dapat bekerjasama dan membantu teman satu timnya untuk memahami
materi yang diberikan oleh guru sehingga mereka mempunyai kesempatan sukses yang sama.
Belajar dalam tim ini sangat cocok untuk membangkitkam motivasi dan peran aktif siswa selama
pembelajaran berlangsung. Adapun penyebabnya antara lain karena mareka boleh bekerja
berpasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap tidak kesesuaian,
dan saling membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami. Mereka bekerja dengan
teman satu timnya, menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk mambantu mereka berhasil
dalam kuis (Slavin, 2005 : 12).
Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) sangat baik
untuk anak didik karena sangat sederhana. Pembelajaran matematika dengan metode ini
memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan langsung dalam pembelajaran,
mengembangkan kemampuan individual, serta untuk melatih siswa untuk bertanggung jawab.
Pembelajaran tipe STAD memungkinkan terciptanya suasana kelas yang kondusif untuk belajar dan
secara individu siswa akan secara aktif. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran
sehingga akan berdampak positif terhadap pencapaian hasil belajar yang lebih baik.
Dengan pendekatan kooperatif tipe STAD aktifitas siswa dapat meningkat, yang dapat dipastikan
kualitas pembelajaran lebih baik dari pada tanpa menggunakan STAD. Maka diharapkan dengan
Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas XII IPA
SMA YAPIP MAKASSAR dapat ditingkatkan.
1. Identifikasi Masalah
1. Sistem pembelajaran yang monoton.
2. Kurangnya sesi tanya jawab pada mata pelajaran yang di maksudkan.
3. Tingkat kebosanan yang tinggi pada siswa pada mata pelajaran matematika.
4. Keterpurukan nilai akhir (nilai tes)
2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Rumusan Masalah
Pentinglah bahwa pemahaman akan suatu konsep dan bagaimana kemudian menjalankan konsep
tersebut dengan metode yang sesuai dengan kondisi anak didik, sebagai implikasi dari sasaran yang
telah di perbandingkan, dalam artian cetakan akhir dari suatu proses yang maksimal dan optimal.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII IPA YAPIP MAKASSAR?
Pemecahan Masalah
Merencanakan pemecahan masalah dengan tahapan-tahapan pendekatan kooperatif tipe STAD
yaitu :
1. Membentuk kelompok siswa yang anggotanya kurang lebih 4 orang;
2. Presentasi kelas : guru menyajikan materi pelajaran;
3 Belajar tim : guru memberi tugas untuk dikerjakan dengan anggota timnya, anggota tim yang
mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok;
4. Kuis individual : guru memberikan pertanyaan /kuis dan siswa menjawab pertanyaan atau kuis
dengan tidak saling membantu;
5. Pembahasan kuis;
6. Rekognisi tim : guru mencatat skor kemajuan individual dan memberikan penghargaan kepada
tim.
7. Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan Kualitas pembelajaran matematika materi kelas XII IPA
SMA YAPIP MAKASSAR
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
1. Dapat meningkatkan pemahaman materi yang diajarkan.
2. Dapat meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial dan tanggung jawab siswa.
3. Dapat membantu siswa untuk lebih aktif, berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Bagi Guru
1. Sebagai bahan masukan bagi Guru khususnya guru mata pelajaran dalam peningkatan kualitas
pembelajaran matematika.
2. Guru memperoleh pengalaman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas.
3. Dapat meningkatkan aktifitas guru dalam mengajar.
c. Bagi Sekolah
1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik dengan penggunaan pendekatan
penbelajaran inovatif.
2. Memberikan masukan dalam metode pembelajaran terutama metode Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa
khususnya kelas XII IPA YAPIP MAKASSAR.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN TEORI
1. Pegertian Belajar
Manusia selalu identik dengan proses belajar, manusia belajar dari dalam kandungan sampai akhir
hayatnya. Belajar memegang peranan penting dalam proses perkembangan psikologis manusia
dalam menjalani kehidupan.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :
Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance
sebagai hasil latihan).
Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).
(Agus Suprijono, 2009 : 2).
Menurut Wittig (Muhibbin 1995) proses belajar berlangsung dalam tiga tahap :
Acquasistion (tahap perolehan informasi), pada tahap ini seseorang mulai menerima
informasi sebagai stimulus dan memberikan respon sehingga ia memiliki pemahaman
atau perilaku baru.
Storage (penyimpanan informasi), pemahaman dan perilaku baru yang diterima siswa
secara otomatis akan tersimpan dalam memorinya yang disebut shortterm atau longterm
memori.
Retrival (mendapat kembali informasi), apabila seseorang mendapatkan pertanyaan
mengenai materi yang telah diperolehnya maka ia akan mengaktifkan kebali fungsi-fungsi
sistem memorinya untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
Thorndike
Belajar adalah peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang di sebut stimulus dengan respon.
Ivan Petrovich Pavlov
Belajar adalah dimana peransang asli dan netral di pasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang di ingnkan.
B.F. Skinner
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skinner dalam belajar di temukan hal-hal berikut:
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,2. Respon si belajar,3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik itu hadiah atau hukuman.
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana menjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus (Suparno, 1997)
Ausubelseseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punyai
Sehingga dapat si simpulkan bahwa belajar adalah proses di mana ada aksi-reaksi antara impuls dan respon sebagai penerjemah dari sesatu yang belum di ketahui menjadi tahu.
2. Kualitas Pembelajaran
Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang di miliki oleh tiap individu
kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita ketahui akan sangat menentukan apa
yang yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat, ataupun di lupakan. Pengetahuan
bukan hanya proses dari hasil belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar
berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan
bahwa pengetaahuan dasar yang luas ternyata lebih penting di banding strategi belajar yang terbaik
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini di sertai dengan strategi yang baik
tentu akan membawah hasil lebih baik lagi tentunya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677 ) menyatakan kualitas adalah (ukuran ), baik
buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb) . Selanjutnya Lalu Sumayang
( 2003 : 322) menyatakan quality (mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk
barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah tingkat di
mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya. Menurut Glazer
dalam Uno Hamzah (2007:153) kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik.
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa ( Uno Hamzah,2007:153). Menurut Agus Suprijono
(2009:13) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru
mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran dan
subyek pembelajaran adalah peserta didik.
Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini
berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Uno Hamzah,2007:153). Menurut
Uno Hamzah (2007:154) untuk mengukur kualitas pembelajaran terdapat tiga strategi yang menjadi
pusat perhatian yang meliputi : strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi
pengelolaan
Jadi yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah upaya untuk mengorganisir
lingkungan terjadinya pembelajaran yang meliputi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian
dan strategi pengelolaan dengan subyek peserta didik agar bejalan serta menghasilkan output yang
lebih baik.
3. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi untuk mengasah kemampuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing (Robert E. Slavin,
2009:4).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono:
54)
Jadi inti dari metode pembelajaran kooperatif yaitu beberapa siswa akan duduk bersama dalam
suatu kelompok yang beranggotakn kurang lebih empat orang untuk menguasai materi yang
diberikan oleh guru.
Lima unsur pembelajaran kooperatif menurut Bennet dalam Isjoni (2009:60) yaitu:
1. Positive Interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang
sama atau perasaan diantara anggota kelompok diman keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2. Interaction face to face
yaitu interaksi yang
langsung terjadi antar
siswa tanpa adanya
perantara.
3. Adanya tanggung
jawab pribadi mengenai
materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
4. Membutuhkan
keluwesan.
5. Meningkatkan
ketrampilan bekerja sama
dalam memecahkan
masalah (proses kelompok)
Sintak pembelajaran
kooperatif terdiri dari 6
(enam) fase (Agus
Suprijono, 2009: 65) yaitu:
FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa.
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi.
Fase 3: Organize student into
learning teams
Mengorganisasir peserta
didik ke dalam tim tim
belajar.
Fase 4 : Asist team wok and
study
Membantu kerja tim dan
belajar.
Fase 5: Test on materials
Mengevaluasi.
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan
atau penghargaan.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan peserta didik
siap belajar
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara verbal.
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien.
Membantu tim – tim belajar selama
peserta didik mengerjakan
tugasnya.
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya..
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok.
d. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas 5 komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor
kemajuan individual, rekognisi tim (Slavin, 2005 : 143)
1. Presentasi kelas
Pertama- tama bahan ajar atau materi yang akan dipelajari harus dipresentasikan oleh guru didalam
kelas. Guru dapat mempresentasikan materi dengan ceramah- diskusi, audio visual maupun kegiatan
penemuan kelompok. Dengan cara ini , siswa akan menyadari bahwa mereka dituntut untuk
sungguh- sunguh memperhatikan presentasi guru dikelas yang akan membantu mereka dalam
mengerjakan kuis dengan baik yang skor mereka yang akan menentukan skor dalam tim.
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang memiliki seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin dan suku. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, untuk mempersiapkan anggotanya untuk
bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar-kegiatan atau meteri lainya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu
melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap
kesalahan pahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3. kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua
periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan
saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya.
4.Skor kemajuan individual
Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran, namun
tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkkan perbaikan atas kinerja
masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada
kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa
banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
5.rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu
Menurut Slavin ( 2005: 151) STAD terdiri atas sebuah siklus interaksi kegiatan regular, sebagai
berikut:
Mengajar. Menyampaikan pelajaran
Belajar Tim. Para siswa bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk
menguasai materi
Tes. Para siswa mengerjakan kuis individual.
Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor kemajuan.
1. Mengajar
Ide utama : mempresentasikan pelajaran
Materi yang dibutuhkan : rencana pelajaran
Pendahuluan. Katakan kepada siswa apa yang akan dipelajarinya dan mengapa itu penting.
Bangkitkan keingintahuan siswa dengan sebuah demonstrasi yang mengundang pertanyaan,
masalah kehidupan sehari-hari yang nyata atau dengan cara-cara yang lain.secara singkat bahas
ulang setiap ketramoilan atau informasi prasyarat.
Presentasi. Upayakan tidak menyimpang dari tujuan yang akan diujikan. Fokus pada makna, bukan
pada hafalan. Cara aktif demontrasikan konsep-konsep atau ketrampilan-ketrampilan, dengan
menggunakan alat bantu visual, manipulatif dan banyak contoh.
Buatlah agar para siswa mengerjakan soal atau contoh- contoh soal aatau membahasjawaban atas
pertanyaan guru. Dapat mengijinkan semua tim berdiskusi diantara mereka sendiri tentang jawaban
atas pertanyaan guru. Kemudian tunjuklah secara acak untuk menyajikan kesepakatan jawaban tim
mereka.
2. Belajar tim
Ide utama : para siswa belajar pada tim mereka.
Materi yang dibutuhkan : dua lembar jawaban untuk tiap tim
Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan
didalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa
mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih
kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya.
Pada hari pertama kerja tim dalam STAD, guru harus menjelaskan kepada para siswa apa artinya
bekerja dalam tim. Sebelum mulai kerja tim bahaslah aturan tim sebagai berikut.
1. Para siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim mereka telah
mempelajari materinya.
2. Tidak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman satu tim menguasai pelajaran
tersebut.
3. Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu temanya sebelum teman mereka
bertanya kepada guru.
4. Teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan cara pelan.
Lanjutkan dengan langkah – langkah belajar tim sebagai berikut :
1. Mintalah tim bersama-sama mengatur meja mereka atau pindah ke meja-meja tim yang tersedia.
Berikan tim waktu sekitar 10 menit untuk memilih nama tim apabila tim yang tidak dapat
mencapai kesepakatan mengenai nama tim saat itu dapat menentukannya kemudian.
2. Bagikan lembar kegiatan dan lembar jawaban (dua untuk masing-masing tim).
3. Katakan kepada siswa untuk bekerja secara berpasangan atau bertiga. Apa bila ada soal (seperti
dalam matematika atau sains), setiap siswa dalam sebuah pasangan atau yang bertiga harus
mengerjakan sosl itu secara individual,baru kemudian mengecek pada mitranya. Apa bila ada
siswa yang tidak dapat mengerjakan soal, teman satu timnya bertanggung jawab untuk
menjelaskan soal tersebut.apabila siswa mengerjakan sosal-soal jawaban singkat, mereka dapat
saling tanya jawab dengan mitra yang bergantian memegang kunci jawaban atau berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan iti sendiri.
4. Tekankan kepada para siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin bahwa
teman satu tim mereka akan mendapatkan poin 100 untuk kuisnya.
5. Pastikan para siswa memahami bahwa lembar kegiatan adalah untuk belajar bukan sekedar
untuk diisi dan dipindah tangankan.
6. Buatlah para siswa saling menjelaskan jawaban satu sama lain daripada hanya sekedar saling
mencocokkan jawaban.
7. Ingatkan para siswa bahwa apabila mereka mempunyai pertanyaan, mereka harus bertanya pada
semua teman satu timnya terlebih dahulu sebelum bertanya kepada guru.
8. Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam tim, guru harus berkeliling kelas, pujilah tim yang
bekerja dengan baik, duduklah dengan tiap tim untuk mendengar para anggota tim bekerja, dan
sebagainya.
3. Tes (ujian)
Gagasan utama : kuis individual
Materi yang dibutuhkan: satu kuis tiap anak.
Bagikan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada para siswa untuk menyelesaikannya.
Jangan biarkan para siswa bekerjasama mengerjakan kuis tersebut : pada sat ini para siswa
harus memperlihatkan apa yang mereka telah pelajari secara individual. Buatlah para siswa
memindahkan mejanya supaya terpisah jika memungkinkan.
Biarkan siswa bertukar kertas dengan anggota tim lain ataupun mengumpulkan kuisnya
untuk dinilai setelah kelas selesai. Pastikan skor kuis dan skor tim dihitung tepat pada
waktunya untuk digunakan pada kelas selanjutnya.
4. rekognisi tim
Gagasan utama : menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau
bentuk penghargaan tim lainnya.
Poin kemajuan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor
kuis mereka
Skor Kuis Poin kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah
skor awal
5
10-1 poin dibawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin
diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin diatas
skor awal
30
Kertas jawaban sempurna
(terlepas dari skor awal)
30
Skor tim. Untuk menghitung skor tim, catatlah setiap poin kemajuan semua anggota tim pada
lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah
anggota tim yang hadir bulatkan semua pecahan. Untuk diingat bahwa skor tim lebih tergantung
pada skor kemajuan dari pada skor awal.
Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan disini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim,
sebagai berikut:
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
15 TIM BAIK
16 TIM SANGAT BAIK
17 TIM SUPER
KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran Matematika dikelas ditekankan pada penguasaan konsep matematika dengan
pengalaman sehari-hari atau keadaan real dilapangan, oleh karena itu dalam pembelajaran
matematika harus dirasakan mudah dan menyenangkan bagi siswa. Maka guru dituntut untuk
menciptakan suatu model pembelajaran yang menyenangkan. Dalam model pembelajaran yang
menyenangkan siswa dituntut untuk aktif.
Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif adalah pembelajaran tim siswa
kelompok prestasi ( Student Teams Achievement Division). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan STAD yang memberikan kesempatan siswa bekerjasama dengan teman dalam satu
tim.
Pembelajaran matematika dengan metode ini memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan
langsung dalam pembelajaran, mengembangkan kemampuan individual, serta untuk melatih siswa
untuk bertanggung jawab. Pembelajaran tipe STAD memungkinkan terciptanya suasana kelas yang
kondusif untuk belajar dan secara individu siswa akan secara aktif. Hal ini akan berpengaruh pada
kualitas pembelajaran sehingga akan berdampak positif terhadap pencapaian hasil belajar yang
lebih baik.
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan menggunakan dan menerapkan pendekatan
kooperatif tipe STAD maka kualitas pembelajaran matematika siswa kelas XII IPA YAPIP dapat
ditingkatkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Observasi
B. LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN
Lokasi : SMA YAPIP MAKASSARKelas : Kelas XII IPASemester : I (satu)
SUBYEK PENELITIANGuru yang di teliti : Guru Mata Pelajaran MatematikaSiswa yang di teliti : Siswa kelas XII IPA
Penelitian PTK dilaksanakan
di SMA YAPIP MAKASSAR, tempat di mana peneliti bekerja sehingga tidak
mengganggu efektivitas belajar mengajar.
Subyek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas
XII IPA YAPIP semester I tahun pelajaran 2012/2013
C. FAKTA YANG DI SELIDIKI
Banyak siswa yang menyatakan belum paham akan materi ajar sehingga faktor penyokokong
kemauan untuk belajar berkurang, apalagi menurut hasil pengamatan yang kami lakukan tepat
sasaranya pada mata pelajaran matematika banyak siswa yang merasa ngantuk dan tidak konsen
menerima materi ajar oleh guru mata pelajarannya.
Metode yang di gunakan oleh guru mata pelajaran menurut hasil penelitia adalah metode
wawancara yang monoton sehingga banyak siswa terserang kantuk dan tingkat kebosanan yang
tinggi. Adapun draft hasil penelitian di antaranya:
1. Metode yang di gunakan adalah metode wawancara yang monoton.
2. Volume suara yang kecil, yang di maksudkan adalah kepada guru mata pelajaran.
3. Terdapat siswa yang acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar.
4. Kurangnya sesi tanya jawab pada mata pelajaran yang di maksudkan.
5. Kurangnya INTERMEZO yang di lakukukan sehingga banyak siswa yang kaku dan malas mengikuti
mata pelajaran yang di maksud.
6. Menurunnya hasil belajar siswa
D. PROSEDUR PENELITIAN
Planning
Reflection Action
Observasi
Planning
Dimana pada tahap ini adalah proses penyiapan diri baik itu secara materi dan non materi sehingga
pada saat prosesi belajar mengajar dapat terlaksana sesuai sasaran yang sudah di tentukan dalam
artian pembahasan sasaran keberhasilan yang maksimal. Di antaranya:
1. Persiapan batin
2. Mempersisapkan materi ajar dengan baik
3. Dapat menguasia materi ajar secara keseluruhan
4. Persiapan aksesoris yang ingin di kenakan yang di maksud adalah pakaian yang akan di gunakan
5. Pemilihan metode yang akan di gunakan, terkhusus guru mata pelajaran
6. Persiapan media yang akan di gunakan
7. Mempersiapkan tes evaluasi sebelumnya dari materi yang di maksud dalam bentuk tanya jawab
dan selainnya.
Action
Adalah tahap di mana aksiologi yang di perankan di sini, pengimplementasian dari materi atau
dengan kata lain bagaimana kemudian menerapkan atau menjelaskan materi ajar dengan implikasi
siswa yang di tuju atau sasarannya dapat menerima dengan baik apa yang di bahas di materi ajar,
pada tahapan ini guru lah yang berperan aktif dalam menentukan apakah keaktifan kelas akan
berjalan sebagaimana mestinya atau tidak, aksi-reaksi yang perlu di butuhkan pada saat prosesi
belajar mengajar berlangsung.
Observasi
Tahapan penelitian, apakah sasarannya baik subyek dan obyeknya saling korespondensi atau belum
mencapai pencapaian yang maksimal.
Reflection
Melakukan perbandingan antara siklus, pertanyaannya di manakah yang terbaik untuk penerapan
atau metode yang akan di gunakan, perbandingan di lakukan dengan jalan meneliti dari apa yang
telah di ajarkan sebelumnya dengan masing masing metode, sehingga konklusi yang di butuhkan
sebagai cetakan akhir dapat di tentukan.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
sumber data primer dan berupa data kuantitatif yaitu berupa nilai-nilai yang
berasal dari subyek penelitian. Data-data tersebut meliputi :
1. Data kondisi awal
Data kondisi awal dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata dari tiga kali ulangan
harian siswa kelas XII IPA semester I tahun pelajaran
2012/2013.
2. Data siklus I
Data siklus I dalam penelitian ini adalah nilai tes pada siklus I dengan instrumen
berupa soal tes yang telah disiapkan untuk siklus I.
3. Data siklus II
Data siklus II dalam penelitian ini adalah nilai tes pada siklus II dengan instrumen
berupa soal tes yang telah disiapkan untuk siklus II.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Evaluasi tanya jawab dari materi ajar kepada beberapa kelompok oleh guru mata pelajaran yang
terkait dengan teknik metode BELAJAR KOOPERATIF, STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Teknik ini menggunakan tim yang terdiri dari kelompok kecil dengan saling bertanya selama lima
belas menit, dimana pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan terlebih dulu disusun oleh tim. Skor-skor
pertanyaan di ubah menjadi skor-skor tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada
skor-skor yang lebih rendah, di samping itu juga ada skor perbaikan.
Kelompok Pertanyaan AtauKuis (tes)
Jawaban Skor Perbaikan
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelomppok V
Catatan:Perolehan skor berdasar rekognisi tim
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pada teknik pengumpulan data, data di olah dari perolehan skor masing masing kelompok berdasar
pertanyaan pertanyaan yang di anggap paling bagus dengan beberapa perbandingan perbandingan
yang di lakukan oleh guru mata pelajaran untuk hasil sasaran pencapain akhir.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes.
Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan
membandingkan nilai sebelum tindakan / pra penelitian dengan nilai siklus 1 dan
nilai siklus 2.
Alat pengumpulan datanya adalah butir soal tes. Butir soal tes dalam
penelitian ini ada dua yaitu butir soal tes siklus I dan butir soal tes siklus II.
.G. TEKNIK ANALISIS DATA
Pada teknik analisis data di gunakan dengan statistik deskriptif, dimana penganalisian data dari
tingkat pertanyaan pertanyaan yang di ajukan oleh beberapa kelompok atau kuis kemudian di
analisa sehingga konklusinya dapat tercapai.
Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, yaitu
membandingkan nilai tes pada kondisi awal dengan nilai tes setelah siklus I dan
nilai tes setelah siklus I dengan nilai tes setelah siklus II.
Prosedur Penilaian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu : Planning (perencanaan), Acting (tindakan), Observing
(observasi), Reflecting (refleksi).
Tindakan yang diterapkan adalah pada siklus 1 peneliti menggunakan model
STAD pada siswa kelompok besar dengan jumlah siswa 7-8 anak. Tindakan siklus
2 adalah menerapkan model STAD pada siswa kelompok kecil dengan anggota 4 - 5
siswa.
H. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan mengacu pada sasaran yakni anak didik dengan pencapain 85% - 90%
keberhasilan dengan landasan mengacu pada manfaat BELAJAR KOOPERATIF, Student Team
Achievement Division (STAD). Mendorong anak didik (murid) lebih aktif dalam proses belajar
mengajar sehingga pencapaian sasaran lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
www.ensiklopedia.com “metode-metode pembelajaran”
Nasrullah.2011.teori belajar matematika.
remenmaos.blogspot.com
Djoko Moesono & Sujono, 1998. Matematika 4, Jakarta: Depdibud.
Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.
Depdiknas, 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Jakarta.
Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan, Jakarta
Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran, Jakarta.