Esensi Penerapan Pembelajaran

31
Proposal ptk PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISON UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XII IPA SMA YAPIP MAKASSAR OLEH NAMA : ADI JUFRIANSAH NIM : 105360383310 KELAS : V C

description

Esensi Penerapan Pembelajaran

Transcript of Esensi Penerapan Pembelajaran

Proposal ptk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISON UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XII

IPA SMA YAPIP MAKASSAR

OLEH

NAMA : ADI JUFRIANSAH

NIM : 105360383310

KELAS : V C

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2012

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Langkah kemajuan suatu negara adalah bagiamana kemudian memanivestasi apa yang ada pada

negara tersbut, demikian halnya dengan kata belajar sebagai penopang apakah langkah yang di

ambil sudah sesuai dengan kaidah kaidah yang di tetapkan atau belum mencapai estimasi-

estimasinya,dalam artian pencapaian target yang maksimal dan optimal.

Tidak ada pencapain jika pranata-pranata pendidik di bangku pendidikan hanyalah sebatas mengajar

bukan mengajarkan, berarti bahwa implikasi dari kemajuan suatu negara tidak tarlepas dari

pendidikan terkhusus ilmu pengetahuan yang harus di miliki dan di kembangkan.

Belajar akan mempunya arti atau makana apabila apa yang di pelajari relevan dengan kebutuhan

dan maksud,dalam artian belajar yang mempunyai arti baginya.

Sebagai pendidik haruslah beranggapan bahwa arti dan makna tidak terlekat dari apa yang telah di

ajarkannya, tetapi bagaimana kemudian mencerna dan menyerap arti dan makna yang terkandung

dari pengulasan yang akan di berikan kepada anak muridnya, sehingga aksi-reaksi dapat saling

korespondensi dan relevan akan suatu maksud.

Di setiap almamater-almamater baik dari tingkat TK(Taman kanak-Kanak), SD(Sekolah Dasar),

SMP(Sekolah Menengah Pertama), SMA(Sekolah Menegah Atas), bahkan PerguruanTinggi, hirarki

kebutuhan manusia tersebut mempunyai implikasi yang penting yang harus di perhatikan oleh

seorang tokoh pendidik sewaktu proses belajar. pendidik akan mengalami kesulitan jika anak

didiknya tidak mengetahui apa yang telah di ajarkan, ini berarti ke ekstraan untuk memenipulasi

keadaan bagaimana kemudian sehingga proses pembelajaran efektif dengan hasil yang

memauaskan.

Berbicara pada konteks yang lebih terkhususkan lagi adalah kajian ilmu pendidikan yang salah

satunya adalah empiris secience contohnya matematika. Bagaimana anak didik dapat memahami

jikalau guru atau dosennya saja belum memahami konsep dari definisi materi yang di ajarkan, ini

membuktikan bahwa akan menurunnya daya kemauan dari anak didiknya, sehingga dampak yang di

berikan akan terlekat pada pribadi anak didik yang mengarah pada hasil proses dan kondisi psikoligi

anak yang memandang mata pelajaran matematika sangatlah sulit.

Pola,cara pengajaran yang salah sebelum memahami kondisi-kondisi anak didik sebagai salah satu

dampak keterpurukan nilai akhir dari suatu proses, dengan kata lain metode yang di gunakan oleh si

pendidik tidak sesuai dengan apa yang ada pada anak didiknya. Akibatya adalah keterpurukan suatu

hasil dari proses belajar

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen.

Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya fikir

manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini tidak

terlepas dari hasil perkembangan matematika. Untuk menguasai dan mengembangkan teknologi di

masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Permendiknas No.11 Tahun

2009: 337 ).

Penguasaan matematika sejak dini sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara guru memilih dan

menerapkan metode pembelajaran di sekolah khususnya di kelas. Menurut Suprijono ( 2009 : 55)

berawal dari pendekatan kontruktivisme Piaget yang menyatakan peserta didik mengonstruksi

pengetahuan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan

sebelumnya serta teori Vigotsky yang menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan

melalui interaksi sosial dengan orang lain. Maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang didapat

siswa berasal dari pengontruksian pengetahuannya sendiri yang didukung dengan interaksi sosial

dengan orang lain sehingga dapat tercapainya penguasaan materi pelajaran secara maksimal

khususnya dalam penguasaan materi pelajaran matematika.

Kenyataan dilapangan khususnya di SMA YAPIP MAKASSAR pembelajaran matematika tidak

menggunakan apersepsi untuk memancing motivasi siswa, metode ceramah yang berlangsung dari

awal sampai akhir pembelajaran dengan siswa hanya mendengar penjelasan dari guru, tidak ada

penguatan dari guru dan tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan apabila ada yang belum jelas

dalam materi, serta tidak ada tindak lanjut seusai evaluasi. Keadaan yang demikian mengakibatkan

interaksi sosial dengan siswa lain tidak terjadi, metode yang demikian membuat kualitas

pembelajaran yang kurang baik sehingga nilai hasil belajar yang dicapai siswa rendah, hal ini dapat di

lihat dari hasil nilai rata-rata Matematika yang rendah.

Oleh karena itu harus ada perbaikan untuk guru dalam memilih metode pengajaran , metode

pengajaran yang dipilih harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bekerjasama

antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan

kemampuan akademik secara kelompok. Sehingga konsep yang diajarkan oleh guru akan mudah

ditangkap dan dipahami oleh siswa sehingga tercapainya kualitas pembelajaran lebih baik. Melalui

pembelajaran seperti ini siswa akan selalu mengingat tentang materi yang diajarkan. Selain itu,

pembelajaran dengan teknik ini mempunyai keunggulan yaitu meningkatkan pencapaian prestasi

para siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang

lemah dalam bidang studi akademik, meningkatkan rasa harga diri, dan mengembangkan hubungan

antar siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus

terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka (Slavin, 2005 : 4-5).

Salah satu tipe pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dan kualitas

pembelajaran pada mata pelajaran matematika adalah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Gagasan utama dari Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) adalah memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama

lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Dalam STAD siswa belajar dalam

kelompok, mereka akan dapat bekerjasama dan membantu teman satu timnya untuk memahami

materi yang diberikan oleh guru sehingga mereka mempunyai kesempatan sukses yang sama.

Belajar dalam tim ini sangat cocok untuk membangkitkam motivasi dan peran aktif siswa selama

pembelajaran berlangsung. Adapun penyebabnya antara lain karena mareka boleh bekerja

berpasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap tidak kesesuaian,

dan saling membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami. Mereka bekerja dengan

teman satu timnya, menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk mambantu mereka berhasil

dalam kuis (Slavin, 2005 : 12).

Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) sangat baik

untuk anak didik karena sangat sederhana. Pembelajaran matematika dengan metode ini

memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan langsung dalam pembelajaran,

mengembangkan kemampuan individual, serta untuk melatih siswa untuk bertanggung jawab.

Pembelajaran tipe STAD memungkinkan terciptanya suasana kelas yang kondusif untuk belajar dan

secara individu siswa akan secara aktif. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran

sehingga akan berdampak positif terhadap pencapaian hasil belajar yang lebih baik.

Dengan pendekatan kooperatif tipe STAD aktifitas siswa dapat meningkat, yang dapat dipastikan

kualitas pembelajaran lebih baik dari pada tanpa menggunakan STAD. Maka diharapkan dengan

Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas XII IPA

SMA YAPIP MAKASSAR dapat ditingkatkan.

1. Identifikasi Masalah

1. Sistem pembelajaran yang monoton.

2. Kurangnya sesi tanya jawab pada mata pelajaran yang di maksudkan.

3. Tingkat kebosanan yang tinggi pada siswa pada mata pelajaran matematika.

4. Keterpurukan nilai akhir (nilai tes)

2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Rumusan Masalah

Pentinglah bahwa pemahaman akan suatu konsep dan bagaimana kemudian menjalankan konsep

tersebut dengan metode yang sesuai dengan kondisi anak didik, sebagai implikasi dari sasaran yang

telah di perbandingkan, dalam artian cetakan akhir dari suatu proses yang maksimal dan optimal.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII IPA YAPIP MAKASSAR?

Pemecahan Masalah

Merencanakan pemecahan masalah dengan tahapan-tahapan pendekatan kooperatif tipe STAD

yaitu :

1. Membentuk kelompok siswa yang anggotanya kurang lebih 4 orang;

2. Presentasi kelas : guru menyajikan materi pelajaran;

3 Belajar tim : guru memberi tugas untuk dikerjakan dengan anggota timnya, anggota tim yang

mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok;

4. Kuis individual : guru memberikan pertanyaan /kuis dan siswa menjawab pertanyaan atau kuis

dengan tidak saling membantu;

5. Pembahasan kuis;

6. Rekognisi tim : guru mencatat skor kemajuan individual dan memberikan penghargaan kepada

tim.

7. Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan Kualitas pembelajaran matematika materi kelas XII IPA

SMA YAPIP MAKASSAR

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

1. Dapat meningkatkan pemahaman materi yang diajarkan.

2. Dapat meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial dan tanggung jawab siswa.

3. Dapat membantu siswa untuk lebih aktif, berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

b. Bagi Guru

1. Sebagai bahan masukan bagi Guru khususnya guru mata pelajaran dalam peningkatan kualitas

pembelajaran matematika.

2. Guru memperoleh pengalaman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas.

3. Dapat meningkatkan aktifitas guru dalam mengajar.

c. Bagi Sekolah

1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik dengan penggunaan pendekatan

penbelajaran inovatif.

2. Memberikan masukan dalam metode pembelajaran terutama metode Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa

khususnya kelas XII IPA YAPIP MAKASSAR.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN TEORI

1. Pegertian Belajar

Manusia selalu identik dengan proses belajar, manusia belajar dari dalam kandungan sampai akhir

hayatnya. Belajar memegang peranan penting dalam proses perkembangan psikologis manusia

dalam menjalani kehidupan.

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :

Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

alamiah.

Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan

perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance

sebagai hasil latihan).

Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar

adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

(Agus Suprijono, 2009 : 2).

Menurut Wittig (Muhibbin 1995) proses belajar berlangsung dalam tiga tahap :

Acquasistion (tahap perolehan informasi), pada tahap ini seseorang mulai menerima

informasi sebagai stimulus dan memberikan respon sehingga ia memiliki pemahaman

atau perilaku baru.

Storage (penyimpanan informasi), pemahaman dan perilaku baru yang diterima siswa

secara otomatis akan tersimpan dalam memorinya yang disebut shortterm atau longterm

memori.

Retrival (mendapat kembali informasi), apabila seseorang mendapatkan pertanyaan

mengenai materi yang telah diperolehnya maka ia akan mengaktifkan kebali fungsi-fungsi

sistem memorinya untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang dihadapi.

Thorndike

Belajar adalah peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang di sebut stimulus dengan respon.

Ivan Petrovich Pavlov

Belajar adalah dimana peransang asli dan netral di pasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang di ingnkan.

B.F. Skinner

Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skinner dalam belajar di temukan hal-hal berikut:

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,2. Respon si belajar,3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik itu hadiah atau hukuman.

Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana menjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus (Suparno, 1997)

Ausubelseseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punyai

Sehingga dapat si simpulkan bahwa belajar adalah proses di mana ada aksi-reaksi antara impuls dan respon sebagai penerjemah dari sesatu yang belum di ketahui menjadi tahu.

2. Kualitas Pembelajaran

Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang di miliki oleh tiap individu

kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita ketahui akan sangat menentukan apa

yang yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat, ataupun di lupakan. Pengetahuan

bukan hanya proses dari hasil belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar

berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan

bahwa pengetaahuan dasar yang luas ternyata lebih penting di banding strategi belajar yang terbaik

sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini di sertai dengan strategi yang baik

tentu akan membawah hasil lebih baik lagi tentunya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677 ) menyatakan kualitas adalah (ukuran ), baik

buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb) . Selanjutnya Lalu Sumayang

( 2003 : 322) menyatakan quality (mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk

barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah tingkat di

mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya. Menurut Glazer

dalam Uno Hamzah (2007:153) kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik.

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa ( Uno Hamzah,2007:153). Menurut Agus Suprijono

(2009:13) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru

mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran dan

subyek pembelajaran adalah peserta didik.

Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini

berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Uno Hamzah,2007:153). Menurut

Uno Hamzah (2007:154) untuk mengukur kualitas pembelajaran terdapat tiga strategi yang menjadi

pusat perhatian yang meliputi : strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi

pengelolaan

Jadi yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah upaya untuk mengorganisir

lingkungan terjadinya pembelajaran yang meliputi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian

dan strategi pengelolaan dengan subyek peserta didik agar bejalan serta menghasilkan output yang

lebih baik.

3. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para

siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi untuk mengasah kemampuan yang mereka

kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing (Robert E. Slavin,

2009:4).

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok

termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono:

54)

Jadi inti dari metode pembelajaran kooperatif yaitu beberapa siswa akan duduk bersama dalam

suatu kelompok yang beranggotakn kurang lebih empat orang untuk menguasai materi yang

diberikan oleh guru.

Lima unsur pembelajaran kooperatif menurut Bennet dalam Isjoni (2009:60) yaitu:

1. Positive Interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang

sama atau perasaan diantara anggota kelompok diman keberhasilan seseorang merupakan

keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2. Interaction face to face

yaitu interaksi yang

langsung terjadi antar

siswa tanpa adanya

perantara.

3. Adanya tanggung

jawab pribadi mengenai

materi pelajaran dalam

anggota kelompok.

4. Membutuhkan

keluwesan.

5. Meningkatkan

ketrampilan bekerja sama

dalam memecahkan

masalah (proses kelompok)

Sintak pembelajaran

kooperatif terdiri dari 6

(enam) fase (Agus

Suprijono, 2009: 65) yaitu:

FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi.

Fase 3: Organize student into

learning teams

Mengorganisasir peserta

didik ke dalam tim tim

belajar.

Fase 4 : Asist team wok and

study

Membantu kerja tim dan

belajar.

Fase 5: Test on materials

Mengevaluasi.

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan

atau penghargaan.

Menjelaskan tujuan pembelajaran

dan mempersiapkan peserta didik

siap belajar

Mempresentasikan informasi

kepada peserta didik secara verbal.

Memberikan penjelasan kepada

peserta didik tentang tata cara

pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien.

Membantu tim – tim belajar selama

peserta didik mengerjakan

tugasnya.

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya..

Mempersiapkan cara untuk

mengakui usaha dan prestasi

individu maupun kelompok.

d. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan

merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas 5 komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor

kemajuan individual, rekognisi tim (Slavin, 2005 : 143)

1. Presentasi kelas

Pertama- tama bahan ajar atau materi yang akan dipelajari harus dipresentasikan oleh guru didalam

kelas. Guru dapat mempresentasikan materi dengan ceramah- diskusi, audio visual maupun kegiatan

penemuan kelompok. Dengan cara ini , siswa akan menyadari bahwa mereka dituntut untuk

sungguh- sunguh memperhatikan presentasi guru dikelas yang akan membantu mereka dalam

mengerjakan kuis dengan baik yang skor mereka yang akan menentukan skor dalam tim.

2. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang memiliki seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja

akademik, jenis kelamin dan suku. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, untuk mempersiapkan anggotanya untuk

bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk

mempelajari lembar-kegiatan atau meteri lainya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu

melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap

kesalahan pahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

3. kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua

periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan

saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya.

4.Skor kemajuan individual

Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran, namun

tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkkan perbaikan atas kinerja

masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada

kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa

banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

5.rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka

mencapai kriteria tertentu

Menurut Slavin ( 2005: 151) STAD terdiri atas sebuah siklus interaksi kegiatan regular, sebagai

berikut:

Mengajar. Menyampaikan pelajaran

Belajar Tim. Para siswa bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk

menguasai materi

Tes. Para siswa mengerjakan kuis individual.

Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor kemajuan.

1. Mengajar

Ide utama : mempresentasikan pelajaran

Materi yang dibutuhkan : rencana pelajaran

Pendahuluan. Katakan kepada siswa apa yang akan dipelajarinya dan mengapa itu penting.

Bangkitkan keingintahuan siswa dengan sebuah demonstrasi yang mengundang pertanyaan,

masalah kehidupan sehari-hari yang nyata atau dengan cara-cara yang lain.secara singkat bahas

ulang setiap ketramoilan atau informasi prasyarat.

Presentasi. Upayakan tidak menyimpang dari tujuan yang akan diujikan. Fokus pada makna, bukan

pada hafalan. Cara aktif demontrasikan konsep-konsep atau ketrampilan-ketrampilan, dengan

menggunakan alat bantu visual, manipulatif dan banyak contoh.

Buatlah agar para siswa mengerjakan soal atau contoh- contoh soal aatau membahasjawaban atas

pertanyaan guru. Dapat mengijinkan semua tim berdiskusi diantara mereka sendiri tentang jawaban

atas pertanyaan guru. Kemudian tunjuklah secara acak untuk menyajikan kesepakatan jawaban tim

mereka.

2. Belajar tim

Ide utama : para siswa belajar pada tim mereka.

Materi yang dibutuhkan : dua lembar jawaban untuk tiap tim

Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan

didalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa

mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih

kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya.

Pada hari pertama kerja tim dalam STAD, guru harus menjelaskan kepada para siswa apa artinya

bekerja dalam tim. Sebelum mulai kerja tim bahaslah aturan tim sebagai berikut.

1. Para siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim mereka telah

mempelajari materinya.

2. Tidak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman satu tim menguasai pelajaran

tersebut.

3. Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu temanya sebelum teman mereka

bertanya kepada guru.

4. Teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan cara pelan.

Lanjutkan dengan langkah – langkah belajar tim sebagai berikut :

1. Mintalah tim bersama-sama mengatur meja mereka atau pindah ke meja-meja tim yang tersedia.

Berikan tim waktu sekitar 10 menit untuk memilih nama tim apabila tim yang tidak dapat

mencapai kesepakatan mengenai nama tim saat itu dapat menentukannya kemudian.

2. Bagikan lembar kegiatan dan lembar jawaban (dua untuk masing-masing tim).

3. Katakan kepada siswa untuk bekerja secara berpasangan atau bertiga. Apa bila ada soal (seperti

dalam matematika atau sains), setiap siswa dalam sebuah pasangan atau yang bertiga harus

mengerjakan sosl itu secara individual,baru kemudian mengecek pada mitranya. Apa bila ada

siswa yang tidak dapat mengerjakan soal, teman satu timnya bertanggung jawab untuk

menjelaskan soal tersebut.apabila siswa mengerjakan sosal-soal jawaban singkat, mereka dapat

saling tanya jawab dengan mitra yang bergantian memegang kunci jawaban atau berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan iti sendiri.

4. Tekankan kepada para siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin bahwa

teman satu tim mereka akan mendapatkan poin 100 untuk kuisnya.

5. Pastikan para siswa memahami bahwa lembar kegiatan adalah untuk belajar bukan sekedar

untuk diisi dan dipindah tangankan.

6. Buatlah para siswa saling menjelaskan jawaban satu sama lain daripada hanya sekedar saling

mencocokkan jawaban.

7. Ingatkan para siswa bahwa apabila mereka mempunyai pertanyaan, mereka harus bertanya pada

semua teman satu timnya terlebih dahulu sebelum bertanya kepada guru.

8. Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam tim, guru harus berkeliling kelas, pujilah tim yang

bekerja dengan baik, duduklah dengan tiap tim untuk mendengar para anggota tim bekerja, dan

sebagainya.

3. Tes (ujian)

Gagasan utama : kuis individual

Materi yang dibutuhkan: satu kuis tiap anak.

Bagikan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada para siswa untuk menyelesaikannya.

Jangan biarkan para siswa bekerjasama mengerjakan kuis tersebut : pada sat ini para siswa

harus memperlihatkan apa yang mereka telah pelajari secara individual. Buatlah para siswa

memindahkan mejanya supaya terpisah jika memungkinkan.

Biarkan siswa bertukar kertas dengan anggota tim lain ataupun mengumpulkan kuisnya

untuk dinilai setelah kelas selesai. Pastikan skor kuis dan skor tim dihitung tepat pada

waktunya untuk digunakan pada kelas selanjutnya.

4. rekognisi tim

Gagasan utama : menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau

bentuk penghargaan tim lainnya.

Poin kemajuan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor

kuis mereka

Skor Kuis Poin kemajuan

Lebih dari 10 poin dibawah

skor awal

5

10-1 poin dibawah skor awal

10

Skor awal sampai 10 poin

diatas skor awal

20

Lebih dari 10 poin diatas

skor awal

30

Kertas jawaban sempurna

(terlepas dari skor awal)

30

Skor tim. Untuk menghitung skor tim, catatlah setiap poin kemajuan semua anggota tim pada

lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah

anggota tim yang hadir bulatkan semua pecahan. Untuk diingat bahwa skor tim lebih tergantung

pada skor kemajuan dari pada skor awal.

Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan disini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim,

sebagai berikut:

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

15 TIM BAIK

16 TIM SANGAT BAIK

17 TIM SUPER

KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran Matematika dikelas ditekankan pada penguasaan konsep matematika dengan

pengalaman sehari-hari atau keadaan real dilapangan, oleh karena itu dalam pembelajaran

matematika harus dirasakan mudah dan menyenangkan bagi siswa. Maka guru dituntut untuk

menciptakan suatu model pembelajaran yang menyenangkan. Dalam model pembelajaran yang

menyenangkan siswa dituntut untuk aktif.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif adalah pembelajaran tim siswa

kelompok prestasi ( Student Teams Achievement Division). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan STAD yang memberikan kesempatan siswa bekerjasama dengan teman dalam satu

tim.

Pembelajaran matematika dengan metode ini memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan

langsung dalam pembelajaran, mengembangkan kemampuan individual, serta untuk melatih siswa

untuk bertanggung jawab. Pembelajaran tipe STAD memungkinkan terciptanya suasana kelas yang

kondusif untuk belajar dan secara individu siswa akan secara aktif. Hal ini akan berpengaruh pada

kualitas pembelajaran sehingga akan berdampak positif terhadap pencapaian hasil belajar yang

lebih baik.

HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan menggunakan dan menerapkan pendekatan

kooperatif tipe STAD maka kualitas pembelajaran matematika siswa kelas XII IPA YAPIP dapat

ditingkatkan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Observasi

B. LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN

Lokasi : SMA YAPIP MAKASSARKelas : Kelas XII IPASemester : I (satu)

SUBYEK PENELITIANGuru yang di teliti : Guru Mata Pelajaran MatematikaSiswa yang di teliti : Siswa kelas XII IPA

Penelitian PTK dilaksanakan

di SMA YAPIP MAKASSAR, tempat di mana peneliti bekerja sehingga tidak

mengganggu efektivitas belajar mengajar.

Subyek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas

XII IPA YAPIP semester I tahun pelajaran 2012/2013

C. FAKTA YANG DI SELIDIKI

Banyak siswa yang menyatakan belum paham akan materi ajar sehingga faktor penyokokong

kemauan untuk belajar berkurang, apalagi menurut hasil pengamatan yang kami lakukan tepat

sasaranya pada mata pelajaran matematika banyak siswa yang merasa ngantuk dan tidak konsen

menerima materi ajar oleh guru mata pelajarannya.

Metode yang di gunakan oleh guru mata pelajaran menurut hasil penelitia adalah metode

wawancara yang monoton sehingga banyak siswa terserang kantuk dan tingkat kebosanan yang

tinggi. Adapun draft hasil penelitian di antaranya:

1. Metode yang di gunakan adalah metode wawancara yang monoton.

2. Volume suara yang kecil, yang di maksudkan adalah kepada guru mata pelajaran.

3. Terdapat siswa yang acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar.

4. Kurangnya sesi tanya jawab pada mata pelajaran yang di maksudkan.

5. Kurangnya INTERMEZO yang di lakukukan sehingga banyak siswa yang kaku dan malas mengikuti

mata pelajaran yang di maksud.

6. Menurunnya hasil belajar siswa

D. PROSEDUR PENELITIAN

Planning

Reflection Action

Observasi

Planning

Dimana pada tahap ini adalah proses penyiapan diri baik itu secara materi dan non materi sehingga

pada saat prosesi belajar mengajar dapat terlaksana sesuai sasaran yang sudah di tentukan dalam

artian pembahasan sasaran keberhasilan yang maksimal. Di antaranya:

1. Persiapan batin

2. Mempersisapkan materi ajar dengan baik

3. Dapat menguasia materi ajar secara keseluruhan

4. Persiapan aksesoris yang ingin di kenakan yang di maksud adalah pakaian yang akan di gunakan

5. Pemilihan metode yang akan di gunakan, terkhusus guru mata pelajaran

6. Persiapan media yang akan di gunakan

7. Mempersiapkan tes evaluasi sebelumnya dari materi yang di maksud dalam bentuk tanya jawab

dan selainnya.

Action

Adalah tahap di mana aksiologi yang di perankan di sini, pengimplementasian dari materi atau

dengan kata lain bagaimana kemudian menerapkan atau menjelaskan materi ajar dengan implikasi

siswa yang di tuju atau sasarannya dapat menerima dengan baik apa yang di bahas di materi ajar,

pada tahapan ini guru lah yang berperan aktif dalam menentukan apakah keaktifan kelas akan

berjalan sebagaimana mestinya atau tidak, aksi-reaksi yang perlu di butuhkan pada saat prosesi

belajar mengajar berlangsung.

Observasi

Tahapan penelitian, apakah sasarannya baik subyek dan obyeknya saling korespondensi atau belum

mencapai pencapaian yang maksimal.

Reflection

Melakukan perbandingan antara siklus, pertanyaannya di manakah yang terbaik untuk penerapan

atau metode yang akan di gunakan, perbandingan di lakukan dengan jalan meneliti dari apa yang

telah di ajarkan sebelumnya dengan masing masing metode, sehingga konklusi yang di butuhkan

sebagai cetakan akhir dapat di tentukan.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

sumber data primer dan berupa data kuantitatif yaitu berupa nilai-nilai yang

berasal dari subyek penelitian. Data-data tersebut meliputi :

1. Data kondisi awal

Data kondisi awal dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata dari tiga kali ulangan

harian siswa kelas XII IPA semester I tahun pelajaran

2012/2013.

2. Data siklus I

Data siklus I dalam penelitian ini adalah nilai tes pada siklus I dengan instrumen

berupa soal tes yang telah disiapkan untuk siklus I.

3. Data siklus II

Data siklus II dalam penelitian ini adalah nilai tes pada siklus II dengan instrumen

berupa soal tes yang telah disiapkan untuk siklus II.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Evaluasi tanya jawab dari materi ajar kepada beberapa kelompok oleh guru mata pelajaran yang

terkait dengan teknik metode BELAJAR KOOPERATIF, STAD (Student Teams Achievement Divisions).

Teknik ini menggunakan tim yang terdiri dari kelompok kecil dengan saling bertanya selama lima

belas menit, dimana pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan terlebih dulu disusun oleh tim. Skor-skor

pertanyaan di ubah menjadi skor-skor tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada

skor-skor yang lebih rendah, di samping itu juga ada skor perbaikan.

Kelompok Pertanyaan AtauKuis (tes)

Jawaban Skor Perbaikan

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok IV

Kelomppok V

Catatan:Perolehan skor berdasar rekognisi tim

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada teknik pengumpulan data, data di olah dari perolehan skor masing masing kelompok berdasar

pertanyaan pertanyaan yang di anggap paling bagus dengan beberapa perbandingan perbandingan

yang di lakukan oleh guru mata pelajaran untuk hasil sasaran pencapain akhir.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes.

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan

membandingkan nilai sebelum tindakan / pra penelitian dengan nilai siklus 1 dan

nilai siklus 2.

Alat pengumpulan datanya adalah butir soal tes. Butir soal tes dalam

penelitian ini ada dua yaitu butir soal tes siklus I dan butir soal tes siklus II.

.G. TEKNIK ANALISIS DATA

Pada teknik analisis data di gunakan dengan statistik deskriptif, dimana penganalisian data dari

tingkat pertanyaan pertanyaan yang di ajukan oleh beberapa kelompok atau kuis kemudian di

analisa sehingga konklusinya dapat tercapai.

Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, yaitu

membandingkan nilai tes pada kondisi awal dengan nilai tes setelah siklus I dan

nilai tes setelah siklus I dengan nilai tes setelah siklus II.

Prosedur Penilaian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri

dari 4 tahapan yaitu : Planning (perencanaan), Acting (tindakan), Observing

(observasi), Reflecting (refleksi).

Tindakan yang diterapkan adalah pada siklus 1 peneliti menggunakan model

STAD pada siswa kelompok besar dengan jumlah siswa 7-8 anak. Tindakan siklus

2 adalah menerapkan model STAD pada siswa kelompok kecil dengan anggota 4 - 5

siswa.

H. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan mengacu pada sasaran yakni anak didik dengan pencapain 85% - 90%

keberhasilan dengan landasan mengacu pada manfaat BELAJAR KOOPERATIF, Student Team

Achievement Division (STAD). Mendorong anak didik (murid) lebih aktif dalam proses belajar

mengajar sehingga pencapaian sasaran lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

www.ensiklopedia.com “metode-metode pembelajaran”

Nasrullah.2011.teori belajar matematika.

remenmaos.blogspot.com

Djoko Moesono & Sujono, 1998. Matematika 4, Jakarta: Depdibud.

Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.

Depdiknas, 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Jakarta.

Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan, Jakarta

Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran, Jakarta.