Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

31
ESENSI DAN EKSISTENSI MAHASISWA Sebuah kalimat dikemukakan oleh seorang filsuf yang sangat terkenal yaitu Rene Des Cartes, yang berbunyi: "Cogoti Ergo Sum" yang berarti: "Aku Berpikir Maka Aku Ada". Kalimat ini sudah sangat dikenal oleh kita kebanyakan. Rene Des Cartes merupakan Filsuf kaum rasionil barat yang berpengaruh pada cara pikir para filsuf-filsuf setelah dia. Dia berpendapat bahwa berpikir merupakan kepastian dan akal merupakan sebuah kebenaran yang mutlak atau yang hakiki. Kebenaran hanya dapat diperoleh melalui suatu proses berpikir (akal). Hal senada juga dikemukakan oleh Aurelius Augustinus, Dia mengemukakan bahwa "meskipun berpikir dalam diri manusia ada batasnya namun melalui berpikir orang dapat

description

Bacaan Penting

Transcript of Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

Page 1: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

ESENSI DAN EKSISTENSI MAHASISWA

Sebuah kalimat dikemukakan oleh seorang filsuf yang sangat terkenal yaitu Rene Des Cartes, yang berbunyi: "Cogoti Ergo Sum" yang berarti: "Aku Berpikir Maka Aku Ada". Kalimat ini sudah sangat dikenal oleh kita kebanyakan. Rene Des Cartes merupakan Filsuf kaum rasionil barat yang berpengaruh pada cara pikir para filsuf-filsuf setelah dia. Dia berpendapat bahwa berpikir merupakan kepastian dan akal merupakan sebuah kebenaran yang mutlak atau yang hakiki. Kebenaran hanya dapat diperoleh melalui suatu proses berpikir (akal).

Hal senada juga dikemukakan oleh Aurelius Augustinus, Dia mengemukakan bahwa "meskipun berpikir dalam diri manusia ada batasnya namun melalui berpikir orang dapat mencapai kebenaran yang tiada batasnya. Pandangan ini menentang pemikiran atau sikap skeptis (ragu-ragu). Orang dapat meragukan sesuatu, tetapi satu hal yang tidak dapat diragukan olehnya, yaitu bahwa ia ragu-ragu".

Page 2: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

Itulah sebagian pendapat dan bagaimana para filsuf ketika itu sudah bisa mengembangkan pikiran mereka untuk mencari suatu kebenaran yang hakiki dalam hidup. Mereka berupaya sedemikian rupa untuk mejawab segala "keanehan-keanehan" yang terjadi di lingkungan sekitar pada masanya. Mereka menganggapnya sebagai problem yang sangat perlu untuk segera diatasi dengan memberikan jawaban yang pasti.

Saudara pembaca yang budiman, apa relevansinya dari pandangan-pandangan filsafati yang dikemukakan di atas dengan realita aktivitas dari setiap individu sebagai manusia-pada umumnya-dan mahasiswa-pada khususnya? Pada kesempatan ini saya hendak mengemukakan pandangan mengenai esensi dan eksistensinya mahasiswa yang seharusnya dapat memberikan arti dan dampak yang positif, bukan hanya berpengaruh pada diri pribadinya untuk kesuksesan di perguruan tinggi tapi juga jauh dari pada itu bagaimana menjadi seorang mahasiswa, yang juga dapat memperhatikan hal-hal di luar dirinya secara pribadi untuk dikembangkan.

Page 3: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

Saudara, ketika kita masih sebagai seorang yang berstatus siswa, sejak TK, SD, SLTP, SLTA sampai pada tingkat perguruan tinggi, ilmu pengetahuan diajarkan kepada kita, juga ilmu-ilmu tentang budi pekerti, yang semuanya hanya untuk satu tujuan, yaitu: kalau nantinya ketika kita menyelesaikan studi, diharapkan kita dapat menerapkan atau mempergunakan ilmu yang kita dapat tersebut untuk diri pribadi dan terlebih untuk orang lain. Pada tingkat perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk menguasai ilmu semaksimal mungkin atau dengan kata lain seorang mahasiswa harus menjadi seorang yang professional, bahkan jika mungkin dapat menjadi seorang yang inofator untuk mengembangkan ilmu yang digelutinya dengan tujuan demi pengembangan ilmu dan juga untuk pencapaian kesejahteraan secara pribadi. Intinya bahwa esensi dari seorang mahasiswa adalah pelajar yang memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan yang luas yang mampu menjaga kepribadian yang posistif dan terarah, sehingga dapat memberikan konsekwensi yang positif bagi dirinya terlebih untuk lingkungan sosialnya. Karena itulah mahasiswa sering

Page 4: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

disebut dengan kaum muda yang terpelajar atau kaum cendekiawan yang perlu mendapatkan penghormatan.

Saudara pembaca yang budiman, tapi sangat disayangkan, sangat ironis memang bahwa pemahaman tentang dirinya sebagai seorang yang berilmu namapaknya tidak disadari ataupun kalau disadari tidak mendapatkan perhatian yang dalam untuk dihormati. Apa maksudnya? Sebenarnya jika kita sadarai bahwa proses beraktifitas dalam perjuangan sebagai mahasiswa dalam menuntut ilmu selama bertahun-tahun, terjadi ketidak-seimbangan antara tujuan secara pribadi-keberhasilan dan kesejahteraan-dengan tujuan diluar diri pribadi-lingkungan sosial. Yang saya maksudkan di sisni, bahwa ini bicara mengenai soal bagaimana memperhatikan tentang masalah-masalah "secara pribadi" dengan bagaimana memperhatikan mengenai masalah-masalah pada "lingkungan sekitar". Dengan kata lain bahwa, di samping kita sebagai mahasiswa dalam menjalankan studi dikampus, kita juga harus mampu melihat dan memperhatikan serta mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal kita. Inilah yang saya

Page 5: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

katakana di atas bahwa terjadi ketidak-seimbangagn antara dua hal tersebut, bahwa mahasiswa pada umumnya hanya terlalu banyak memperhatikan kepentingannya secara pribadi ketimbang masalah orang lain.

Perlu kita pahami bahwa, seorang mahasiswa dalam aktivitasnya diperhadapkan dengan dua lingkungan yang berbeda, dua situasi yang berlainan, dan dua keadaan dengan berbagai persoalan yang berbeda. Dua lingkungan ini saya sebut lingkungan sosial internal-pada kampus-dan lingkungan sosial eksternal-tempat dimana mahasiswa itu tinggal/berasal. Kedua lingkungan ini memiliki persoalan-persoalan sosial yang unik dan rumit.

Kenyataan yang terjadi, kita dapat melihat bahwa pada umumnya mahasiswa hanya lebih mementingkan kesejahteraannya secara pribadi ketimbang masalah-masalah sosial yang terjadi diluar dari padanya secara umum. Ada hal-hal umum yang seharusnya perlu dikritisi hanya mala dibiarkan, yang sebenarnya masalah-masalah itu sangat merugikan bagi dirinya, hanya dibiarkan tanpa mempertanyakannya. Memang mengenai prinsip fleksibilitas

Page 6: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

menjadi roh yang tak bisa dihindari, namum hal itulah yang melenyapkan konsistensi diri yang pada dasarnya ada dalam diri setiap mahasiswa yang berwujud sebagai hati nurani, dimana hati nurani ini dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Apalagi kalau bicara mengenai mahasiswa pada tingkat akhir, wah…bicara mengenai kritik-mengkritik seolah-olah menjadi "setan" yang hendak memusnahkannya yang harus secepatnya untuk dihindari (saya yakin saudara pembaca dapat memahami maksud saya). Yang ada hanya fleksibilitasnya saja. Memang dalam hal ini masalah fleksibel pada mahasiswa itu sangat perlu, (saya bukan seorang yang anti fleksibilitas) tetapi yang menjadi keanehan di sisini bahwa, pada awal menjadi seorang mahasiswa, tingkat kekritisan sangat tinggi, sampai-sampai kadangkala ada persoalan yang tak perlu dikritisi, eh malah dipersoalkan dan bahkan dilakukan secara berlebihan. Biaya administrasi yang naik seribu-dua ribu rupiah, dikritik habis-habisan. Tetapi kalau sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir yang super sibuk, sifat kritikusnya "loyoh" sudah!!. Biaya ujian yang banyak dipunguti meskipun tidak jelas, tidak pernah digugat.

Page 7: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

Harusnyakan paling tidak-meskipun akan tetap dipenuhi oleh mahasiswa-tapi dipertanyakan dulu dong!!, diperdebatkan terlebih dahulu dong!! aneh juga ya!?

Jika begini kita dapat menginterpelasi sifat kritis yang pernah ada pada mahasiswa, jangan-jangan hanya sebuah kepura-puraan demi popularitasnya.

Saudara, itu hanya sebagaian kecil dari persoalan-persoalan yang ada di lingkungan kampus (internal) yang tak mampu untuk diatasi. Bagaimana dengan keunikan dan kerumitan dalam lingkungan sosial kemasyarakatan yang merupakan bagian komprehensif dari aktivitas mahasiswa tersebut? Bisakah dia melihat dan masuk untuk menjadi salah satu bagian dari solusi atas segala persoalan-persoalan yang rumit itu? Sejauh mana mahasiswa saat ini membangun daerahnya dengan jalan mengatasi persoalan-persoalan yang sangat penting untuk diatasi?. (Di sini saya dapat mengambil contoh mengenai masalah-masalah dalam bidang pendidikan). Bisakah sebagai

Page 8: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

mahasiswa yang berintelektual yang tinggi dapat menfokuskan sebagian aktivitasnya pada masalah ini?

Masalah yang urgen ini seharusnya segera diatasi dan dalam hal ini membutuhkan kita sebagai mahasiswa untuk dapat melakukannya. Sebab soal pendidikan, masih banyak persoalan yang nyata yang kita dapat saksikan, yang menyimpang dari apa yang diharapkan oleh kita semua sebagai warga mayarakat. Pemerintah nampaknya belum sepenuhnya atau belum dengan sungguh-sungguh memperhatikan mengenai kesejahteraan dalam bidang pendidikan. Mulai dari masih adanya anak-anak yang masih usia sekolah namun tidak bersekolah, sampai pada penyediaan berbagai fasilitas persekolahan yang belum tersedia. Ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dan ketekunan oleh kita semua terutama sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiswa seharusnya mampu untuk masuk jauh ke dalam persoalan-persoalan tersebut dan menyentuhnya serta menjadi pencari solusi sebagai kontribusi atasnya.

Page 9: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

Bagaimana mungkin kita akan mencapai suatu kebenaran yang hakiki seperti yang dikemukakan oleh kedua tokoh filsuf di atas (Rene Des Carten dan Aurelius Augustinus), sehingga eksistensi kita sebagai kaum cendekiawan akan diperhitungkan ditengah-tengah masyarakat kalau kita tidak mampu menujukkan pola pikir yang posiktif untuk mengatasi segala persoalan-persoalan yang pelik?. Jika kita adalah sebagai cendekiawan berarti kita adalah juga kaum pecinta kebijaksanaan, dimana kita meng-upayakan kebijaksanaan itu dapat kita raih dengan jalan mempertanyakan dan memberikan jawaban-solusi atas masalah yang terjadi-serta melaksanakan solusi tersebut. Sebagaiman para filsuf terdahulu mempertanyakan segala sesuatu yang ada di luar dari padanya sebagai suatu masalah yang perlu diberikan jawabannya, demikian pula seharusnya kita sebagai mahasiswa yang adalah bagian dari segala persoalan yang ada di luar dari pada kita, berbuat demikian.

Memang bicara mengenai masalah pendidikan berarti kita bicara mengenai masalah yang kompleks. Tetapi ingat!! Tujuan akhir dari pendidikan itu akan

Page 10: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

berdampak pada kemajuan suatu daerah. Artinya berbagai bidang tidak bisa lepas dari sumber daya manusia yang hebat, sedangkan sumber daya yang hebat ini merupakan output dari pendidikan. Jadi, jika bidang pendidikan masih bermasalah, berarti masalah itu adalah masalah yang utama yang harus secepatnya mendapatkan perhatian yang serius dalam arti mencarikan solusinya.

Pemerintah yang merupakan leader untuk solusi atas persoalan-persoalan itu nampaknya belum secara maksimal atau belum memuaskan memberikan dampak yang langsung menjawab kepada masyarakat. Nampaknya pemerintah belum serius memperhatikannya, sebab nyatanya masih banyak keanehan atau penyimpangan yang terjadi seperti yang saya sampaikan di atas.

Saudara pembaca yang saya hormati, untuk melihat masalah ini seharusnya sebagai mahasiswa, dengan mempergunakan sumber daya yang dimiliki-ilmu pengetahuan yang di kuasai-harus berani menjadikan ini sebagai sebuah

Page 11: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

kewajiban yang mutlak untuk diatasi. Namun sangat disayangkan, umumnya mahasiswa membentuk kelompok yang mengatasnamakan kelompok atau perhimpunan atau organisasi kemahasiswaan, namun tujuan utamanya jauh dari garisnya sebagai mahasiswa. Atas nama organisasi kemahasiswaan, tapi masalah-masalah sosial seperti ini tidak pernah disentuh sebagai tujuan organisasi yang terutama. Ini dikarenakan-seperti yang saya utarakan pada awal tulisan ini-karena mahasiswa pada umumnya tidak memahami dengan benar akan esensi dan eksistensinya sebagai mahasiswa.

Saudara pembaca, teman-teman mahasiswa, pada kesempatan ini saya dapat katakana bahwa "berjuanglah terus memperjuangkan segala persoalan-persoalan sosial yang terjadi, berjuanglah dan perhatikanlah mengenai masalah-masalah pendidikan yang ada". Buatlah itu sebagai bagian pokok di tengah aktifitas teman-teman dalam menuntut ilmu. Lihat dan masuklah lebih jauh ke dalam persoalan-persoalan itu serta berikanlah jalan keluar bagi itu semua. Karena semua itu demi kemajuan kita bersama. Dengan demikian kita akan layak disebut sebagai kaum-kaum cendekiawan, kaum-kaum intelektual

Page 12: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

yang hebat dan memiliki kekuatan untuk membendung segala pembodohan-pembodohan yang membudaya sampai sejauh ini. Dimana mata hati kita sering dibutakan dengan fleksibilitas yang terlalu berlebihan tanpa memperhatikan esensi hati nurani yang sebenarnya yang dimiliki, yakni kemampuan untuk mengetahui dan memahami mengenai hal yang benar dan hal yang salah, mana yang patut dikerjakan dan mana yang patut dihindari. Jangan ada ketidak-seimbangan lagi antara pemenuhan secara pribadi dengan apa yang namanya kepentingan orang banyak. Jangan mendiskreditkan masalah-masalah sosial itu, perhatikanlah itu teman-teman, sebab itu sangat penting menjadi bagian dari aktivitas sebagai mahasiswa.

Mahasiswa Sebagai Solusi : Refleksi Eksistensi Mahasiswa Masa KiniKetika istilah mahasiswa terdengar di telinga, adalah sebuah asosiasi mengenai reformasi serta motivator penggerak yang terlintas di benak masyarakat. Ada kalanya pula mahasiswa sebagai komunitas yang dianggap

Page 13: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

penting sebagai stakeholders perubahan, namun belumlah memiliki kekuatan yang signifikan untuk merubah kebijakan, sehingga terkadang terhenti pada proses advokasi kebijakan, namun tidak berlanjut pada tahap penyelesaian. Stigma masyarakat terhadap mahasiswa pada masa kekinianpun menjadi bermacam- macam, mulai dari kaidah murni sebagai akademisi, hingga kaum anarkis yang berujung pada apiori negatif terhadap segelintir mahasiswa.

Problematika yang menerpa Republik Indonesia seakan berturbulensi pada pekatnya faktor- faktor “ X “ yang menbidani krisis multidevresional bangsa, yang notabene telah berakar pada situasi yang menggugah masyarakat untuk berteriak, bahkan menceracau pada garis- garis permasalahan yang semakin merambah ke berbagai sektor kehidupan. Sebutlah Indeks Pembangunan Manusia yang memprihatinkan, pendapatan perkapita yang jauh tertinggal, birokrasi yang nakal serta korupsi yang telah berakar pada berbagai institusi negara.

Page 14: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

Kemudian mulailah kita bertanya- tanya, apakah korelasi mahasiswa dengan permasalahan bangsa ini? Berbagai pernyataan sampai spekulasi mengantarkan kita pada sebuah rangkaian alamiah mengenai peran mahasiswa sebagai motivator perubahan, yakni penggerak utama pada berbagai titik yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas, yang didasari oleh cita- cita luhur golongan pelajar pada generasi perintis kemerdekaan, yang menjadi inspirator pada berbagai titik perjuangan, demi eksistensi sebuah kemerdekaaan pada awal kemunculan Republikanisme Indonesia.

Kini, kedudukan mahasiswa menjadi bergeser sedikit di hati masyarakat, seiring dengan berbagai penyimpangan yang terjadi pada segolongan mahasiswa tertentu, yang seakan ditunggangi oleh oknum yang agaknya menginginkan keterpurukan Republik ini semakin menjadi saja. Kini, adalah misi utama mahasiswa untuk mengembalikan kepercayaan publik mengenai

Page 15: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

tujuan luhur mahasiswa yang sebenarnya, yang secara harfiah memiliki persamaan cita- cita dengan masyarakat, yang jauh dari kesan ekstremisme maupun demonstrasi tak berarah. Mulailah menilik isu- isu kemanusiaan yang terkadang terpinggirkan karena kedahsyatan isu poliotik yang menjadi prioritas mahasiswa untuk bergerak. Mulailah menata posisi kembali sebagai generasi muda yang memiliki loyalitas sebagai anak negeri, yang memiliki semangat serta jiwa pemuda untuk berkarya dan menjadi motivator pada berbagai situasi yang sepatutnya, sehingga eksistensi mahasiswa sebagai kalangan akademisi, penggerak masyarakat, serta pembawa solusi bagi problematika negara, menjadi sebuah rumusan yang memberi pencerahan pada lerikui permasalahan bangsa yang semakin membuncah di masa kini. Mahasiswa dan perubahan, layaknya pena yang menari di atas kertas. Begitu ideal dan murni diupayakan. Berkacalah pada realita yang mendasari kepribadian mahasiswa. Cukuplah momen nasional detik- detik proklamasi

Page 16: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

kemerdekaan serta reformasi 1998 menjadi bukti nyata teguhnya prinsip mahasiswa, yang menjadi kunci utama bagi mahasiswa untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat sebagai motivator perubahan yang berkepribadian mantap, sebagai akademisi yang memiliki empati pada problematika kehidupan bangsa ini.

TTD

Pinoer’Z

Arti MahasiswaBerbicara tentang mahasiswa , hal pertama yang harus kita kritisi dan pertanyakan kembali adalah ” benarkah kita ini Mahasiswa ? jika iya,

Page 17: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

dimanakah eksistensi kita sebagai seorang mahasiswa ? atau bahkan kita pun belum mengetahui arti dari mahasiswa itu sendiri ?”. Betapa naifnya kita, apabila tidak mengenal diri kita sendiri.Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya “ mahasiswa ” itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/ murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi dan ” Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.Namun jika kita memaknai “ mahasiswa ” sebagai subyek pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia ( baca : Mahasiswa ) diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan

Page 18: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

selanjutnya, “ mahasiswa ” tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek pembelajar ( study ), akan tetapi ikut mengisi definisi learning.Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian Akhir semester. “ mahasiswa ” dituntut untuk menjadi seorang ikon-ikon pembaharu dan pelopor-pelopor perjuangan yang respect dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat dan bangsa.Apabila kita flash back melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. “ mahasiswa ” bukan hanya menggendong tas yang berisi buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia. Dan telah menjadi rahasia umum, bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi tampuk kepemimpinan NKRI pada saat reformasi 1998. Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga sendi-sendi bangsa yang

Page 19: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

telah rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar dan dihancurkan oleh Mahasiswa.Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari peran mahasiswa, oleh karena itu ” mahasiswa ” dapat dikategorikan sebagai ” Agent of social change ” ( Istilah August comte dalam pengantar sosiologi ) yaitu perubah dan pelopor ke arah perbaikan suatu bangsa.Kendatipun demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi kesepakatan bersama antar mahasiswa ( Plat form ), sebab masih ada sebagian madzhab mahasiswa yang apriori ( cuek ) terhadap eksistensi dirinya sebagai seorang mahasiswa , bahkan ia tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri. Yang terpenting buat mereka adalah duduk dibangku kuliah menjadi kambing conge dosen , lantas pulang duluan ke rumah, titik.Inikah ” mahasiswa ” ? Padahal, mahasiswa adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali

Page 20: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

( keberanian yang tinggi ) untuk menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Dengan Konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada suatu kemauan untuk mengembangkan civitas / perguruan tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta / aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa.Oleh karena itu, Dengan uraian inilah mari kita sama – sama memaknai hal ini dengan senatiasa menginsafi dan selalu berintrospeksi diri kita sebagai seorang ” mahasiswa ”, dan juga kita jadikan hal ini sebagai Moment ” hijrah ”,

Page 21: Esensi Dan Eksistensi Mahasiswa

yaitu hijrah dari kemalasan menuju kerja keras, hijrah dari sikap pesimis menuju sikap optimis, berani keluar dari kenyamanan untuk mendaki dan menempuh kesulitan, respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa , sehingga endingnya kita layak dan pantas untuk disebut sebagai seorang ” mahasiswa ”. TTdAkhir kata “Salam Pembebasan” PioNer’Z