Eksistensi TUHAN

109
MASALAH EXISTENCE TUHAN Setiap orang memerlukan suatu bentuk kepercayaan, kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna meneropong hidup budayanya. Sikap tanpa kepercayaan atau ragu-ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Karena kepercayaan itu dianut untuk kebutuhan, maka dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi berbahaya. Didalam kenyataannya kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam antara lain seperti: Hindu, Budha, Animisme, Politeisme, Kristen, Islam, Komurisme dan lain sebagainya. Didalam kenyataan ini secara objektif kita melihat hanya ada dua kemungkinan yaitu semuanya itu salah atau salah satu saja yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang bercampur baur. Semua kepercayaan-kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai yang mana kemudian nilai-nilai tersebut melembaga dalam tradisi-tradisi yang diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mencakupinya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan- kemungkinan perubahan tata nilai, maka dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisional sering menghambat perkembangan peradaban dan kemajuan, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, serta menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh merupakan kebenaran. Maka satu- satunya sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala sesuatu/kenyataan. Kebenaran tersebut merupakan kebenaran mutlak, Universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sejak dahulu kala sangat sulit sekali untuk menentukan kebenaran mutlak mana yang paling benar. Masing-masing golongan menganut kepercayaan menganggap ajarannyalah yang paling benar. Golongan Islam menganggap agamanya merupakan yang haq dan sempurna untuk mengatur ummat manusia. Golongan kristen menganggap ajaran Yesus Kristuslah yang benar dan dan ajaran agama lainnya dianggap salah. Demikian pula oleh golongan-golongan lainnya. Masing-masing golongan tidak mau mengalah dan bila dipertemukan masing- masing mereka mengatakan ajarannya yang paling benar. Seringkali kita melihat bentrokan-bentrokan physik terjadi karena persaingan nilai kebenaran mutlak tadi. Sebagai contoh kita kemukakan: Perang Salib, Perang Badar dan lain sebagainya. 1

description

Masalah Eksistensi TUHAN

Transcript of Eksistensi TUHAN

Page 1: Eksistensi TUHAN

MASALAH EXISTENCE TUHAN

Setiap orang memerlukan suatu bentuk kepercayaan, kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna meneropong hidup budayanya.Sikap tanpa kepercayaan atau ragu-ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Karena kepercayaan itu dianut untuk kebutuhan, maka dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi berbahaya.Didalam kenyataannya kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam antara lain seperti: Hindu, Budha, Animisme, Politeisme, Kristen, Islam, Komurisme dan lain sebagainya.Didalam kenyataan ini secara objektif kita melihat hanya ada dua kemungkinan yaitu semuanya itu salah atau salah satu saja yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang bercampur baur.Semua kepercayaan-kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai yang mana kemudian nilai-nilai tersebut melembaga dalam tradisi-tradisi yang diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mencakupinya.Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan perubahan tata nilai, maka dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisional sering menghambat perkembangan peradaban dan kemajuan, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, serta menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri.

Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala sesuatu/kenyataan. Kebenaran tersebut merupakan kebenaran mutlak, Universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sejak dahulu kala sangat sulit sekali untuk menentukan kebenaran mutlak mana yang paling benar. Masing-masing golongan menganut kepercayaan menganggap ajarannyalah yang paling benar. Golongan Islam menganggap agamanya merupakan yang haq dan sempurna untuk mengatur ummat manusia. Golongan kristen menganggap ajaran Yesus Kristuslah yang benar dan dan ajaran agama lainnya dianggap salah. Demikian pula oleh golongan-golongan lainnya. Masing-masing golongan tidak mau mengalah dan bila dipertemukan masing-masing mereka mengatakan ajarannya yang paling benar.Seringkali kita melihat bentrokan-bentrokan physik terjadi karena persaingan nilai kebenaran mutlak tadi. Sebagai contoh kita kemukakan: Perang Salib, Perang Badar dan lain sebagainya.Ketidakmampuan golongan agama untuk menjawab tantangan kehidupan masa kita dimana kalau kita boleh menyebutnya sebagai terikatnya ummat beragama dalam arena kemiskinan, penyakit dan kesengsaraan, yang mana hal ini menambah kesuraman dalam hal keyakinan akan kebenaran yang sedang dianut.Ternyata agama tidak mampu memberikan alternatif tentang bagaimana kehidupan ini agar kelak baik. Malahan agama Kristen secara tegas akhirnya memisahkan antara agama dan politik.Agama dianggap sebagai urusan pribadi, sedangkan urusan kenegaraan tiada campur tangan ajaran-ajaran agama. Pola ini sistimnya disebut sebagai pola sekular. Dengan munculnya berbagai kepercayaan yang masing-masing mengandung kebenaran-kebenaran nilai dan terdapat

1

Page 2: Eksistensi TUHAN

pertentangan diantaranya maka timbullah keraguan seseorang tentang apakah asal dan tujuan segala sesuatu?Memang sejak 2500 tahun yang lalu telah banyak ummat manusia tiada percaya akan adanya Tuhan, karena di zaman sekarang ini ketidak percayaan seseorang karena telah munculnya metode ilmu pengetahuan dalam mencapai keberhasilan. Para ilmiahan banyak menganut cara-cara scientic dalam menjawa tantangan hidup tidak berdasarkan pandangan-pandangan sakral/ritual yang sungguh tak dapat diterima oleh akal.Kalau seseorang harus melahirkan seorang anak, maka tak perlu pergi ke dukun atau memuja para roh nenek moyang, tetapi cukup pergi ke dokter dan memakan obat yang dibeli di apotik dengan memakai resep dokter.Karena persoalan melahirkan adalah persoalan kenyataan yang objektif dan berhubungan dengan masalah pengembang biakan sel-sel manusia, bukan merupakan campur tangan kekuatan ghaib yang tak dapat dibuktikan secara akal sehat. Kalangan ilmuwan berpendapat bahwa yang dikatakan suatu kebenaran adalah bahwa ia memiliki kriteria sebagai berikut:

Objektif Sistimatis Empiris Konsistence.

Melihat kriteria diatas maka apa yang dinamakan Tuhan oleh golongan Agama tidaklah dapat diterima sebagai kebenaran, karena Tuhan itu sendiri diluar Empiris manusia dan tak pernah ada yang melakukan research atas kebenarannya. Berikut ini kita kemukakan pandangan dan argumentasi ilmiah tentang ada tidaknya yang disebut Tuhan / Azas segala sesuatu.1. Kalaupun Tuhan itu ada, maka apakah Tuhan :

- Bersatu dengan alam?- Menjaring alam?- Di dalam alam?Secara ilmiah tak dapat dijawab ketiga pertanyaan tersebut di atas, karena belum ada reaserch yang terpercaya dan berhasil menemukan posisi Tuhan yang sebenarnya.1. Kebanyakan ummat beragama menjawab bahwa :

Tuhan melihat kita, tetapi kita tak melihat Tuhan.Memperhatikan dua pertanyaan di atas maka sampailah kita pada kesimpulan bahwa antara pernyataan pertama dan kedua sungguh bertentangan (non konsistence) berarti tidak memenuhi kriteria obyektif dan ilmiah. Tentu saja demikian, sebab kalau kita tidak melihat Tuhan, bagaimana kita tahu Tuhan melihat kita?Apalagi kalau kita menyatakan bahwa Tuhan ada di mana-mana. Pernahkah kita melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum pernyataan tersebut di keluarkan ……?

2. Golongan Islam menyatakan bahwa Muhammad itu menerima wahyu di gua Hira’ pada malam 17 Ramadhon dari malaikat Jibril. Dapatkah kita mempercayainya sedang pada waktu itu tidak ada seorang saksi yang dapat menguatkan pernyataan Muhammad tersebut.Apalagi kalau kita melihat bahwa Muhammad itu berdimensi ruang dan waktu (materi) sedangkan menurut golongan islam Jibril berdimensi Ruh / Ghaib. Bagaimana mungkin terjadi komunikasi kedua dimensi tersebut. Alat apakah yang dipakai Muhammad pada waktu itu ? Kalau kita ikuti jalan pemikiran di atas, boleh jadi Muhammad itu sebagai seorang penghayal tingkat tinggi yang berhasil

2

Page 3: Eksistensi TUHAN

menuliskan imaginasinya melalui sahabatnya yang kebetulan pandai menulis. Maka terciptalah sebuah buku yang berjudul Al-Qur’an.Tindakan ini sama saja halnya dengan Karl Marx seorang penulis ide komunisme dengan bukunya yang terkenal MANIFESTO OF COMMUNIST (1864). Malahan dia lebih banyak menulis buku dari pada Muhammad. Antara lain bukunya yang tiga jilid itu adalah DAS CAPITAL yang merupakan gambaran teori ekonomi dan sungguh baik sekali dan cukup kongkrit isinya. Dalam bukunya tersebut Karl Max tak pernah membicarakan hal-hal yang tidak mungkin seperti Syorga, Neraka, Pahala dan Dosa. Yang ia jelaskan adalah bagaimana agar semua orang dapat hidup layak sebagai manusia.

3. Yesus Kristus yang di sebut sebagai Tuhan dan mempunyai sifat ke Tuhanan dan manusiawi, baru terumuskan pada Tahun 325 Masehi (295) setelah ia wafat. Oleh kaisar Constatin dengan mengadakan kongres di Nicaso (Turki sekarang).1)

Dari sinilah maka muncullah istilah (TRINITAS).Munculnya istilah Trinitas itupun dilalui oleh perdebatan-perdebatan dan pertentangan-pertentangan sengit antara golongan Athanasius dan Arius. Pertentangan antara golongan Cyril dan Mestorius tahun 431 M. Golongan Cyril menekankan bahwa yesus mempunyai satu kepribadian keTuhanan dan Maryam ibu Yesus bukan ibu Tuhan.Demikianlah keadaannya, bahwa persoalan Trinitas bukan muncul atas keterangan Isa Almasih melainkan hasil keterangan manusia. Berarti

1) Rasyidi, HM, Prof, Dr, Empat kuliah agama, Bulan Bintang, Jakarta, th. 1997……,cd. 1, hal. 89-98.

manusia menciptakan Tuhan tersebut melalui kongres (Ibid. hal 93). Kalaulah Yesus itu benar-benar Tuhan dan maha kuasa, mengapa ia tidak mampu menolong dirinya sendiri pada waktu di salib ? Meskipun ia akan bangkit kembali, hanyalah berupa berita kosong yang belum dapat di buktikan.

4. Terjadilah krisis nilai dimana umat beragama tidak lagi ajaran yang di anutnya dan malahan menuding-nuding Tuhan sebagai penyebab penghambat pembangunan umat manusia karena ajaran-ajarannya yang sesat.Dan juga timbulnya keaneka ragaman pendapat tentang existence Tuhan yang bersamaan dengan lahirnya berbagai corak kepercayaan, sehingga sulit menentukan Tuhan mana yang benar atau memang apakah Tuhan itu banyak ?Terhadap masalah ini para politisi lebih senang menyatakan bahwa semua agama itu sama dan kebenarannya di dapat sesudah kita mati.Tentu saja pernyataan tersebut didasari atas kepentingan stabilitas sekelompok elite politik untuk tujuan Status Cue.Keaneka ragaman penafsiran kebenaran mutlak berakibat pada keraguan dan ketidak pastian tentang bagaimana sebenarnya wujud amal dan tujuan segala sesuatu atau Tuhan itu ?Apakah Tuhan itu tetap satu dan sengaja membuat keaneka ragaman ajarannya agar terjadi pertentangan / pertengkaran diantara sesama manusia ? Terhadap pertayaan ini kalangan umat beragama menjawab selalu tidak obyektif tetapi emosional dan berpegang pada pendirian masing-masing. Tentunya kalangan ilmiahwan terpaksa menolak ulasan yang demikian, dan berakhir dengan

3

Page 4: Eksistensi TUHAN

pendapat “Bahwa semuanya tiada yang benar” karena fakta subyektif tersebut mempengaruhi pembahasannya.

5. Pandangan Naturalisme (Yunus, Sulchan, Drs, Kuliah Pengantar Filsafat pada Fakultas Sospol Universitas Jayabaya, Tingkat Sarjana Muda I, th 1978, menyatakan bahwa realitas itu bersifat kodrat).Kategori dasar menerangkan suatu realitas ialah kejadian di dalam ruang dan waktu yang dapat di jumpai oleh manusia dan dapat di selidiki dengan metode ilmiah.Segala sesuatu yang di dalam ruang dan waktu, ditentukan oleh faktor-faktor sebab akibat dalam rangka suatu sistim alam kodrat yang mencakup segala-galanya. Jadi suatu yang nyata itu tejadi melalui faktor-faktor proses kwalitas dan relasi.Misalnya : gumpalan salju mengalami proses yang terus menerus yang terdiri dari sifat-sifat tertentu dan berhubungan dengan barang-barang yang lain. Segala pengetahuan kita yang real itu ialah pengetahuan yang di selidiki dengan methode ilmiah.Memandang pendapat ini, bahwa alam ini berada karena proses kwalitas dan relasi tanpa adanya apa yang dinamakan Dzat Yang Maha Kuasa.

6. Di Inggris sejak abad ke XVI ada aliran Empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan harus berdasarkan pada Indra.Thomas Hobbes (1588-1679) Rusyidi, HM, Prof, Dr, Opcit, hal 7) menyatakan bahwa dasar pemikiran pengetahuan adalah MECHANISTIC MATERIALISM yakni : bahwa yang ada dalam alam ini materi dan cara bergabung dan berprosesnya

adalah secara mekanis tanpa memerlukan adanya Dzat Yang Maha Kuasa.Hobbes terpengaruh oleh pemikiran materialism, dimana filsafat ini menjelaskan bahwa Realitas pada hakekatnya bersifat materi asli yang anorganis. Adanya materi tersebut mendahului organisme yang hidup. Organisme ini berkembang melalui proses Evolusi yang komplek.Segala sesuatu yang berkembang dalam bentuk terakhir, berasal dari satu zat yang disebut materi. Orang yang menganut faham ini biasanya seorang MONIS ( Tuhan kesatuan). Dan golongannya di sebut Kominis (Yunus Sulchan, Drs, Op.Cit).Aliran ini berkembang di Jerman dipelopori oleh Feore Bach (Foore Bach The Essence of Christianity). Ia mengatakan satu-satunya yang ada adalah alam semesta dan manusia adalah bagian dari alam semesta. Pengetahuan manusia adalah agama dan meta-fisika. Menurut Bach kebahagiaan hanya ada di dunia dan kesusilaan adalah alat untuk mencapai kebahagiaan tersebut dan dapat dibuat oleh manusia bergantung kepunyaannya.

7. Jhon Lock menyatakan bahwa pikiran manusia itu merupaka tabula rasa (papan tulis kosong). Dan segala pengetahuannya berasal dari kesan-kesan yang diperoleh melalui panca indera (Sence of Perecution / Rusyidi , Prof, Dr, Op.Cit hal. 8)

8. David Home (1711-1776) yang / pikirannya merupakan puncak jelmaan Empirism, selagi mengandung unsur-unsur positifism naturalism.Pokok-pokok pikirannya adalah bahwa kita tidak berhak menyatakan sesuatu hal jika hal tersebut tidak dapat di buktikan dengan panca indera. Sesungguhnya tidak ada yang dinamakan sebab.

4

Page 5: Eksistensi TUHAN

Timbulnya kata, sebab karena kita secara berulang-ulang menyaksikan berlangsungnya suatu kejadian yang di susul dengan kejadiaan lain. (Ibid).Contoh : Jika B terjadi setelah peristiwa A, maka kita

menyimpulkan B sebab dari A.A B

Yang dimaksud : “Kita tak dapat menyatakan kata sebab disini “, adalah persoalan awal segala sesuatu, bukan pengertian kwalitas dan relasi sebagaimana yang dimaksud dalam filsafat Naturalism.Kalaulah kita selalu melihat hubungan sebab akibat di dalam proses perkembangan alam, maka kita tak dapat menyatakan bahwa proses sebab akibat-akibat tersebut menjadi landasan pemikiran bahwa di balik alam ini atau sebab kejadian awal alam adalah ADA yaitu Tuhan. Hal ini disebabkan karena pertalian antara sebab awal dengan alam merupakan lompatan yang tidak masuk akal.Bagaimana mungkin manusia tahu bahwa di balik kejadian ini adalah Tuhan penyebabnya ? Bukanlah ini merupakan konsep pelarian karena ketidak mampuan kita memikirkan siapa sebenarnya yang berpredikat Sebab Awal?

9. Scerold Uray dan Oparing juga memanut filsafat Naturalism dimana mereka berpendapat bahwa suatu materi berasal dari materi lain dan berproses terus menerus. Kejadian diawali oleh za organis dengan susunan sebagai berikut:

C H O N S P------Di atmosferaCO2 H2 O2 N2 S2 PO2

10. Darwin (Darwin, Prof, The Origin Of Species), dia penyelidik cacing-cacing tanah, mengemukakan bahwa manusia berasal kera, disini di tekankan proses evolusi kejadian manusia dari tingkat yang rendah kepada tingkat yang tinggi. Hal ini berarti bukanlah Nabi Adam sebagai manusia pertama sebab belum ada orang yang mampu menarik garis keturunan dari Adam hingga manusia sekarang berikut perhitungan waktunya.Namun juga mempengaruhi perkembangan filsafat positifism yang menjadi ciri khas bagi pertengahan kedua abad ke XIX.

11. Penganjur dan pemimpin besar aliran positifism pada abad ke XIX adalah Auguste Comte (1795-1857) yang di kenal sebagai bapak sosiologi dimana sampai sekarang patung marmernya didirikan di salah satu pintu Universitas Paris.

5

Asam aminoAsam lemakGlicerolGlukosaAsam Posfat

KarbohidratLemakProteinAsam Nucleat

“Organisme hidup yang paling sederhana susunannya”

Page 6: Eksistensi TUHAN

Proses cara berpikir manusia berkembang melalui tiga tingkatan yang ia namakan Laloi dan Trois Etats yang dapat kita uraikan sebagai berikut:2)

Pertama : Tahap Teologis atau fiktif yaitu suatu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang di kendalikan Roh dewa-dewa atau Tuhan. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk melindunginya dari faktor-faktor alam yang tak terduga dan juga penafsiran tersebut berguna bagi penyesuaian diri.Kedua : Tahap metafisik yaitu manusia menganggap setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang akhirnya dapat diungkapkan, pada tahap ini manusia masih terikat pada cita-cita tanpa verifikasi. Setiap gejala tetap di anggap adanya pengaruh roh-roh oleh karena belum ada usaha manusia mengembangkan suhu-suhu alam yang seragam. Sesajian terhadap semua gangguan.Pada tahap ini manusia selalu memberikan sesajian terhadap setiap gangguan.Ketiga : Tahap positif yaitu dimana manusia dapat menguasai alam dengan methode ilmu pengetahuan tanpa perlu adanya pemujaan pada roh-roh atau Tuhan-tuhan.

2 ) Auguste Comte, The Positive Phylosofi, translated and Condensed by H. Martinoau, George Boll & Sons, London, th. 1896, dalam Soejono Soekarno, Pengantar Sosiologi, Universitas Indonesia, hal. 55

Di Amerika Utara dan Eropa Barat, manusia telah maju cara berpikirnya, karena berpikir positif buka metafisik atau teologis.Kemajuan berpikir ini dimulai sejak revolusi industri, kesulitan negara-negara miskin di Asia, Afrika dan Amerika Latin untuk berkembang adalah karena pengaruh pola berpikir teologis dan metafisik.Mengapa orang bisa sampai ke bulan ? Tentu saja karena bukan hanya manusia menemukan pemecahan teori inti atom dan pengembangan teknologi. Komunikasi yang sama modern, bukan karena peranan Gatot Kaca yang pandai terbang di dalam dongeng orang-orang Jawa.Orang-orang California dapat menghasilkan buah-buahan apel, jeruk, anggur, semangka karena keberhasilan memompakan air sungai Colorado. Padahal dulunya daerah tersebut merupakan padang tandus. Air sungai Colorado di pompa dan dialirkan ke tanah tandus tersebut, dan suburlah tanah itu tanpa saji-sajian metafisik.

12. Mengapa orang mengatakan sesuatu itu indah atau jelek ?Kenapa ada sesuatu yang sama tetapi terdapat perbedaan bentuk rupanya. Misalnya orang sering melihat rumah yang satu dengan lainnya. Ada yang besar dan ada yang bagus, ada yang kurang bagus dan kecil atau gubuk.Keindahan dan kejelekan tetap ada dalam ide seseorang dan tak pernah di ketemukan benda konkrit yang sebenarnya, kali ini orang kagum dengan rumah di Pulo Mas, besok lusa orang ketemu lagi rumah di Pondok Indah yang bentuknya lebih indah dibanding dengan yang di pulo Mas. Indah tersebut tergantung patokan-patokan seseorang

6

Page 7: Eksistensi TUHAN

dalam memandangnya. Patokan-patokan tersebut berdasarkan pengalaman terdahulu. Dalam hal ini Descartes menyatakan COGITO ERGO SUM : Aku ada karena aku berpikir.Berarti semua yang ada merupakan hasil pemikiran manusia karena manusia menaruh perhatian pada ide.Misalnya, segala sesuatu yang baik, bagus dan jelek merupakan ide, pikiran menaruh perhatian pada ide itu dan membuat hal-hal yang kongkrit sesuai dengan idenya.Contoh : Rumah bagus, Istri cantik, Mobil bagus.Namun demikian tak ada yang namanya mobil bagus yang mutlak. Semua relatif bergantung patokan-patokan semula. Dengan demikian manusia selalu mengejar keindahan demi keindahan, kebaikan demi kebaikan dengan tiada puas-puasnya. Demikianlah halnya manusia memandang alam yang luas ini dan berpikir tentang hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, maka sampailah manusia kepada suatu pendapat bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan ini yang menciptakan alam ini. Bukankah ini merupakan proses berpikir ? Berarti manusialah yang menciptakan Tuhan, bukan sebaliknya. Coba saudara bayangkan bagaimana seandainya manusia telah musnah seluruhnya. Adakah lagi tentang pendapat bahwa Tuhan itu ada ? Mungkinkah binatang akan menyatakan bahwa Tuhan itu ada ?

13. Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggaran masyarakat (E.B. Taylor, Prisitive

Culture, Breatamo’s, New York, th.1942), demikianlah E.B Taylor seorang antropolog terkenal yang berbicara tentang agama dan kebudayaan.Pendapat di atas di kuatkan pula oleh R.M. Mac. Iver dimana beliau menyatakan bahwa sivilisasi menyatakan dirinya dalam politik, ekonomi, teknologi, sedangkan kultur menyatukan dirinya dalam seni, kesusasteraan, dalam agama, moral. Relegion termasuk dalam Culture. (Mac. Iver R.M Modern State, Oxford proses University, London, th.1950, hal 325). Baik E.B Taylor maupun Mac. Iver sama-sama berpendapat bahwa agama merupakan kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa, dan karya manusia. Kalau kita melihat pendapat sebelumnya tersebut di atas maka terlihat kesamaan pandangan bahwa pikiranlah yang menciptakan Tuhan, bukan sebaliknya.Pendapat di atas di kuatkan oleh Dr. Mohammad Hatta (ex Wapres RI) yang menyatakan : agama dan kebudayaan bagi saya bukan soal. Agama adalah bagian dari kebudayaan, begitupun bahasa, seni ……(Hatta Mohammad, Dr, Indonesia, Nomor Kongres, No. I-II, Juli-Agustus, th.1950, th, ke I, hal.16).

KESIMPULANExistence Tuhan yang selalu di puja-puja ummat beragama ternyata berakibat kepada merosotnya kepercayaan orang kepada-Nya akibat Tuhan di luar Empiris manusia. Tuhan tak dapat di buktikan dengan methode ilmiah.

7

Page 8: Eksistensi TUHAN

Disamping itu muncul pula teori evolusi perkembangan manusia dan penemuan teknologi modern serta terjadi pula bentrokan-bentrokan pendapat antara golongan-golongan agama yang satu dengan yang lain, mengenai kebenaran ajarannya, maka nasib existence Tuhan menjadi terkatung-katung, belum lagi ini ditambah dengan tidak ke-konsisten-an penganut agama terhadap ajarannya. Betapa banyaknya ummat beragama yang melakukan pelacuran, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dan korupsi.Keadaan yang demikian lebih mudah membawa seseorang untuk sama sekali tidak mau tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak ?Sebab seandainya seseorang berpendapat bahwa Tuhan itu ada, maka ia akan menanggung beban psychologis untuk menjawab dengan argumentasi yang obyektif mengenai Tuhannya. Kiranya lebih baik masa bodoh tentang ada atau tidak adanya Tuhan, karena tidak akan menimbulkan beban psychologis bagi dirinya. Demikianlah adanya, bahwa ummat beragama mendapat tantangan besar untuk membuktikan kebenaran ajarannya di abad modern seperti sekarang ini. Krisi nilai terjadi karena ke-tidak mampuan ummat beragama menjawab tantangan yang ada berdasarkan kitab yang dianutnya.Upaya apakah yang harus dilakukan oleh mereka ? Kalangan ummat beragama baru mengkaji ulang ajarannya dan berusaha mencari kelemahan disana sini secara obyektif dalam menemukan kebenaran-kebenaran, mereka harus bersedia meninggalkan ajarannya bila ternyata salah dan harus membuka diri terhadap ajaran yang benar. Unsur obyektif terpaksa dikesampingkan dan pergunakanlah akal yang baik.Mempertahankan tradisi-tradisi masa lalu yang sesat, tiada gunanya, membiarkan munculnya ratusan kepercayaan-

pun tiada hasilnya. Tak mungkin semuanya benar, pasti hanya satu yang benar dan yang lainnya salah.Bagaimanakah mencari kebenaran mutlak itu? Untuk ini ikutilah keterangan dalam bab-bab selanjutnya dengan pikiran yang benar-benar terbuka dan objektif serta bersedia meninggalkan tradisi-tradisi yang membeku dan menyesatkan.Ikutilah secara perlahan-lahan keterangan selanjutnya dalam tulisan ini.

8

Page 9: Eksistensi TUHAN

BAB IIMENCAPAI KEPERCAYAAN

EXISTENCE TUHAN

1. MEMPERHATIKAN DAN MEMBANDINGKANMengagumkan dan sungguh mengagumkan dari

berbagai anggapan tersebut di atas, berbagai hipotesis yang telah dilakukan dengan kesimpulan bahwa Existence Tuhan sungguh diragukan kebenarannya atau kalau tidak disebut nonsen sama sekali. Kalangan ummat beragama pasti tetap mempunyai pendapat bahwa Tuhan tetap ada. Akhirnya sampailah / muncullah dua kesimpulan kita mengenai hal ini yaitu : pertama, bahwa Tuhan tidak ada, dan kedua, bahwa Tuhan tetap ada secara mutlak.

Dari kesimpulan ini, manakah yang benar ? suadah barang tentu kita hanya tahu bahwa hanya satu yang benar. Cuma saja entah pendapat yang mana yang kita anggap benar, dan pasti tidak mungkin kedua-duanya.

Membahas kedua pendapat diatas, bagi kita yang mau berpikir jernih tidak perlu seperti politikus berdebat. Kalau kedua-duanya menuju pada pertentangan yang tajam, maka diambil jalan akomodasi yakni kedua-duanya benar dan tidak perlu dipertantangkan lagi. Inilah pendapat politikus ulung yang selalu berpendapat bahwa semua agama itu sama, kebenarannya di dapat setelah anda itu mati. Pendapat ini jelas untuk tujuan quo bukan pendapat yang ilmiah. Memang demikianlah adanya, bahwa politik hanya melihat segi keamanannya dan kepentingannya. (Bacalah riwayat empat orang buta menebak bentuk gajah yang pernah diceritakan Dr. Soekarno tahun 1955 di Universitas Indonesia, dan Prof. HM. Rasyidi, hal 24-25, Op Cit).

Memang sungguh merepotkan bagi kita yang mau berpikir obyektif bila berhadapan dengan politikus, apalagi

bila kita berhadapan dengan alim ‘ulama, pendeta-pendeta ortodox. Mereka sama sekali bertindak apriori dan sangat emosional bila dikatakan bahwa ajarannya tidak masuk akal dan dianggap salah padahal Issav Newton, Huxley, Darwin dan Leek telah mengajarkan kepada kita agar jangan mau ditipu oleh anggapan-anggapan.

Banyak yang disebut perguruan tinggi yang mengajarkan para pelajarannya supaya jangan terlalu banyak memperbandingkan. Mereka melakukan para pelajarnya sebagai tempat menyimpan ingatan-ingatan diktat kuliah yang terkadang kebenarannya diragukan. Bukankah akhirnya mesin foto copy lebih pintar dari si pelajar ? Sepandai-pandainya kita menghafal, lebih pandai mesin foto copy.

Inilah bahayanya sistim pengajaran “One Way Traffic”, karena akan mematikan kreativitas berpikir seseorang dan sekaligus menghilangkan kepribadiannya. Kalangan pendeta selalu puas dengan indoktrinasi yang mereka lakukan.

Jangan mau ditipu oleh anggapan-anggapan dan lihatlah, perhatikanlah, bandingkanlah semua kenyataan-kenyataan yang anda hadapi. Kita harus memulainya dari suatu keadaan yang skeptis ( Skeptifism merupakan salah satu methode berpikir yang valid dan selalu menjadi methode berpikir para filosof. Skeptifism merupakan salah satu aliran filsafat yang dipelopori oleh Phyrho pada abad ke 4 M). Inilah pekerjaan mulia untuk menghargai diri sendiri. Kalau kita mau berbuat demikian, maka marilah kita kaji ulang semua pandangan-pandangan tersebut di atas. Kita teliti dan kita bandingkan tentu saja belum tentu semuanya benar apa-apa yang kita terima dari orang lain.

“Dua buah garis sejajar tidak akan berpotongan pada suatu titik”. Inilah dalil ilmu pasti yang merupakan salah satu yang mendasari semua ahli teknologi bangunan.

9

Page 10: Eksistensi TUHAN

Tetapi dalil ini belum pernah di buktikan secara empiris. Coba anda bayangkan bila kedua garis sejajar tersebut di tarik sejauh jarak tidak terbatas sepanjang luasnya alam ini. Dapatkah kita melihat ujung kanan garis itu bertemu atau tidak pada satu titik ?

Adalah tidak mungkin untuk menjelajahinya, melihat betapa jauhnya jarak yang ditempuh. Tentunya dalil tersebut bukan pembuktian empiris, tetapi hanya suatu axioma saja dan memang ternyata ada dan benar tetapi tidak empiris. Berarti tidak semua yang diluar empiris manusia lantas dianggap tidak ada. Dengan demikian gagallah apa yang dikatakan Jhon Lock, David Home penganut faham empiris. Memang pembuktian empiris adalah penting dalam pembuktian ilmu pengetahuan, tetapi tidak semuanya pembuktian kebenaran harus demikian.

Tiga tingkatan pemikiran manusia oleh Auguste Comte, bukanlah merupakan evolusi perkembangan pemikiran, tetapi hanya suatu jenis mental manusia. Di zaman modern seperti sekarang ini masih banyak orang yang telah berpikir pada tingkat positif malahan terkadang berlaku metafisis. Betapa banyaknya seorang profesor yang seharusnya berada di tingkat positif tetapi masih gemar saja pergi ke dukun (metafisis) dan menganut aliran kebatinan. Bahkan negara kita yang sedang giat-giatnya membangun, malahan menganut aliran kebatinan oleh sementara para perancang pembangunan tersebut. Bukankah ini merupakan pola berpikir secara dua tingkatan sekaligus ?

Dan terkadang ada pula yang berpikir tiga tingkatan sekaligus. Suatu hal yang dapat kita terima dari Anggota Comte adalah bahwa pada waktu sekarang pembangunan tidak dapat berjalan tanpa peranan science dan teknologi. Bidang kesehatan, jalan raya, pertanian, industri dan

sebagainya, semua itu harus dikembangkan dengan teknologi bukan dengan bertapa di Gunung Kawi.

Mengenai persoalan peranan science dan teknologi dalam perkembangan akan kita bicarakan secara khusus dalam bab pembicaraan tentang existence Alam serta kegunaannya bagi manusia. Untuk selanjutnya marilah kita amati secara seksama alam semesta ini secara keseluruhan (seutuhnya).

Kalau kita hendak menggambarkan sesuatu yang tidak terbatas sebagaimana luasnya alam semesta ini, paling mudah dengan lingkaran, dimana jari-jarinya tidak terbatas (r = ~ )

GAMBAR I :

Adakah semua itu dibalik alam ini atau adakah sesuatu di balik yang tidak terbatas ?

Terhadap pertanyaan ini tak ada jawaban yang dapat diberikan. Kita tak dapat menerka ada atau tidaknya sesuatu tempat di balik alam yang tidak terbatas ini.

Adanya sesuatu di balik alam ini apabila kita dapat mengukur batasnya. Garis pemisah sebagai suatu batas, dapat menunjukkan apa di balik apa. Berarti patokan-patokan atau batas-batas sesuatu hanya ada didalam ruang dan waktu (perubahan).

10

r

r = ~= r2

= ~ = = ~= 2 r= 2 ~ = ~

Page 11: Eksistensi TUHAN

Menyatakan ada sesuatu di balik alam semesta yang luas ini, berarti tidak konsisten dengan pernyataan pertama yaitu R =

Kalau demikian analis kita tentang kenyataan alam semesta dalam seutuhnya, maka apakah wujud alam semesta ini dalam seutuhnya ?

Baik filsafat Materialism dan Naturalism ada kesamaan pendapat dimana dikatakannya bahwa alam ini berhakekat kodrat yang berada dalam ruang dan waktu. Kejadian-kejadian yang tampak nyata hanyalah melalui proses kwalitas dan relasi.

Satuan terkecil diantara yang ada adalah atom. Atom merupakan suatu jenis substansi (zat) yang terdalam atau realitas yang terdalam. Bagi faham materialisme, alam semesta tersusun dari atom –atom dan dapat diterangkan dengan hukum dinamika.

Terhadap pernyataan Materialisme dan Naturalisme, bila kita hubungkan dengan analisa kita diatas ini, maka apakah susunan alam semesta ini terdiri dari atom-atom seluruhnya ?

Tadi telah kita terangkan bahwa alam semesta ini luas tidak terbatas, maka berarti kita tidak dapat melihat wujud kongkrit dari suatu realitas yang tidak terbatas. Karena melihat suatu wujud kongkrit dari suatu realitas yang terbatas, haruslah ada jarak antara kita dengan yang menjadi objek penglihatan atau pengamatan. Bagaikan kita mengamati sebuah Mobil Civic dimana kita harus berdiri dalam suatu posisi berjarak pandang antara satu dengan yang lainnya. Kejadian ini tidaklah mungkin, sebab jangankan mengambil jarak dengan alam secara keseluruhan, ada atau tidaknya sesuatu dibalik yang nyata ini kita tidak mengetahuinya. (ingat prinsip r = ~).

r = ~

Suatu posisi manusia memandang yang salah, karena r = tak terhingga.

Manusia merupakan integral dari suatu kesatuan totalitas alam semesta secara keseluruhan. Manusia dengan alam adalah satu, tetapi berjarak. Maksudnya adalah bahwa manusia dapat memandang alam, bisa mempunyai pendapat terhadapnya, bisa merobah dan mengolahnya dalam suatu kerangka sistim ruang dan waktu. (Prof. Dr. N. Drijarkara SJ, Filsafat Manusia, Yayasan Kanisius, 1969, hal. 7).Artinya manusia dengan alam berjarak dalam sub-sub sistim alam semesta, bukan berjarak dalam arti satu posisi manusia dengan alam secara keseluruhan di posisi lain, sebagaimana pada gambar II tersebut.Manusia tidak dapat memandang atau menjangkau bagian terbesar dan terkecil tak terbatas, tetapi hanya dapat mengamati antara keduanya.

Meskipun percobaan JJ Thomson (1897) mengukur massa sebuah electron dengan tabung gelas (oscilograf sinar katoda) sebagai alat experiment, dimana ditemukan massa sebuah elecatron kira-kira 1/1860 massa atau H (Hydrogen) = 1,6731 x 10; hanyalah dengan ukuran atau patokan tertentu yakni masa sebuah atom H. Dari semua ukuran melalui aksioma matematika. Belum pernah diketemukan Elektron secara nyata dan ditimbang dengan alat timbangan biasa. Elektron akan bergerak terus bila kena cahaya.

Kalaupun benar atom merupakan bagian terkecil dari alam semesta atau alam semesta terdiri dari atom – atom. Pernakah kita melihat susunan atom tersebut secara keseluruhan sedangkan luasnya alam ini tidak terbatas? Tentu saja jawabnya: tidak bisa dan tidak mungkin! Dalam hal ini terpaksa kita meragukan teori Naturalisme dan

11

Page 12: Eksistensi TUHAN

Materialisme tadi. Untuk dapat melihat bagaimana proses mencari massa otom, kami persilahkan anda membaca tentang proses percobaan tetes minyak dari milikan dan pengukuran e/m sebuah elektron oleh JJ.Thomson sebagai pelengkap keterangan ini. (Francis weston sears, fisika Universitas, Dhiwantara Bandung, disadura oleh Drs. Soemitro 1954, Hal. 454-467 dan 579-581).

Pendapat yang ada hanyalah materi, yang berarti hanyalah badan saja yang ada pada manusia. Pendapat ini tidaklah riel. Sebab pada manusia ada hal-hal yang tidak dapat diterangkan atas dasar materi, misalnya cintanya, sedihnya, kemampuan berfikir, perasaan dan sebagainya. (Prof Dr. Driajarakara SJ, Op Cit, Hal. 9).

Kumpulan fikiran, perasaan, dan kemauan, berada di Cerebrum (otak besar) di atas Medulla Oblongata (ujung sum-sum tulang belakang sebelah atas).3) Lantas apakah pikiran, perasaan, dan kemauan terdiri dari partikel-partikel kecil?

Hubungan antara pikiran dan otak adalah bagaikan pakaian yang tersangkut di paku, (otak) maka pakaian (pikiran) juga ikut bergerak. Apabila paku tidak bergerak, kemungkinan pakaian bergerak atau kalau pakaian bergerak maka paku tidak ikut bergerak. Jadi pikiran tidak belum teantu otak rusak, tetapi otak rusak turut meampengaruahi pikiran. (H.Bergson, Matie’re et Ke’moiro/1869) dalam Prof. Dr. Rf. Beeraling, Filsafat Dewasa ini. PN Balai Pustaka Jakarta, 1969, hal.129).

Dengan demikian tidaklah berarti bahwa otak bersatu dengan pikiran sebagaimana Casson mengatakannya. Kesadaran memang menguntungkan pada sistim otak, tetapi dari hal ini tidaklah dapat bahwa otak

3) Herbert N Casson, Akhlak Manusia, NV Penerbitan W Van Houve, Bandung, S-Gravenhage, 1953, hal. 68-69.

mencerminkan tiap-tiap keistimewaan kesadaran, pun tidaklah dapat kesadaran menjadi fungsi otak.

Akhirnya sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwa hakekat terdapatnya dari alam semesta ini adalah materai yang berkembang melalui proses kwalitas dan relasi, tidaklah dapat dipertahankan. Karena apa yang kita jangkau hanyalah berupa realitas yang bersifat kodrat atau dalam sistim ruang dan waktu, yang berarti melalui patokan-patokan tertentu. Kita dapat menjangkau apakah ruang dan waktu itu dalam seutuhnya? Apakah kebenaran mutlak? Yang ada hanyalah kebenaran, keindahan, gerak dan waktu yang relative. Yang kita jangkau selama ini hanyalah berupa realiatas yang fana atau ada dalam arti relative (potensiel being). Apa yang kita lihat suatu saat ada dan suatu saat tidak ada. Pengertian potensiil being ini dikatakan juga sebagai yang Mumkinul wujud (baru), bukanlah haqi-qatul wujud atau Actual being atau benda yang bergerak teratur adalah suatu yang mustahil. Kemustahilan ini berlaku untuk diam mutlak. (diambil dari DR.Mustafa Mahmud. Einsten dan Teori Relativitas, Al hidayah, Hal 94 – 96).

Terhadap hasil pikirannya itu akhirnya ia menyarankan kepada para ahli filsafat dan ahli agama tentang: Apakah sebenarnya totalitas alam semesta ini dalam seutuhnya.

Darwin yang tekun dalam experiment biologis akhirnya tidak dapat selalu mempertahankan hasil pendapatnya bahwa ada hubungan manusia dengan kera sebagai asal usul manusia tersebut. Perkawinan dua ekor tikus putih yang dipotong ekornya ternyata melahirkan tikus putih yang panjang ekornya. Memang hasil penyelidikannya banyak membantu usaha manusia dalam bidang pengetahuan biologi.

12

Page 13: Eksistensi TUHAN

2. KESIMPULAN YANG MENAKJUBKANYang menjadi pusat perhatian kita kali ini dalam

menemukan kebenaran mutlak adalah pertanyaan yang sangat mendalam yaitu apakah ruang dan waktu itu dalam seutuhnya? Atau apakah pengertian tentang hakekat terdalam dari realitas yang tidak terbatas ini? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita menela’ah sedikit pengertian ADA (Drs. Yunus Sulchan, Op City)

“ADA” adalah suatu yang dapat dipergunakan sebagai sebutan bagi segala sesuatu. Pembicaraan tentang ADA termasuk cabang filsafat ontologi. Pengertian ADA dibedakan dalam arti Actual Being (arti sesungguhnya) dan Potensiil Being (ada dalam tahap kemungkinan)Yang dimaksud ADA tidak selalu dalam ruang dan waktu, tetapi sesuatu yang ada dalam ruang dan waktu pasti termasuk hal yang ADA. Segala sesuatu yang real maupun yang appearance (penampakan) termasuk hal yang ADA. Misalnya sebuah tongkat dimasukan dalam air maka panjang tongkat tersebut lebih pendek dibandingkan pada waktu di udara. Tongkat yang didalam air dikatakan sebagai ADA dalam arti penampakan dan tongkat yang di udara dinamakan ADA secara nyata.

Demikian pula bahwa apa yang kita namakan Es, Air, dan Gas yang berada dalam tiga fase (padat, cair dan gas hanyalah ada dalam arti potensiil being). Sedangkan secara actual being ketiganya adalah merupakan molekul-molekul H2O. Pada fase padat (ES) jarak antara partikel-partikel dari H2O lebih dekat dibanding dengan jarak partikel-partikel itu pada fase cair dan jarak partikel-partikel pada fase cair lebih dekat dibandingkan jarak partikel-partikel pada fase gas, perubahan jarak partikel-partikel tadi, membuat existence H dan O dalam tiga keadaan yaitu padat, cair dan gas.

Illusi kita tentang gajah merah termasuk pengertian ada dalam pengertian penampakan. Maka apabila kita memandang sesuatu yang ada, maka ia kita kategorikan dalam beberapa pengertian tersebut di atas.Mengikuti jalan pemikiran di atas marilah kita menganalisa pertanyaan tentang: APAKAH RUANG DAN WAKTU INI DALAM SEUTUHNYA? Realitas yang kita lihat ini yang terdiri dari materi dan non materi merupakan suatu sistem ruang dan waktu yang menyeluruh yang kita namakan UNIVERSE. Universe adalah suatu kesatuan tata tulis tak terbatas, ruang dan waktu yang menyeluruh.

Karena ketidak terbatasan Universe maka kita tidak dapat apakah sebelum dan sesudah Universe? (Dr. Mustafa Mahmud, Op Cit hal. 94).Setiap segala sesuatu totalitas yang tak terbatas, tak ada pengertian sebelum dan sesudah (di luar atau di dalam).Yang dapat kita pertanyakan adalah existence dan substansiil yang fana ini. Karena existence dan substansial yang fana ini berproses (bersebab akibat) terikat oleh ruang dan waktu.

Kalaulah demikian yang kita pikirkan, maka apakah hakekat terdalam dari Universe ini (kita misalkan saja X)? Siapa si X itu?Ketidak terbatasan si X menunjukkan bahwa ia ber-existence Absolut (mutlak), Distinct (berlainan dengan yang baru) dan Esa (tunggal menyeluruh).Tidak sesudah dan sebelum si X itu, dia-lah yang awal dan yang akhir dan semua realitas yang kita lihat terintegrasi pada-Nya. Ia disebut sebagai Causa Prima (Tuhan), asal dan tujuan sesuatu dan IA-lah yang disebut kebenaran mutlak.Substansiilnya tidak dapat kita lihat. Ingat prinsip pada gb. II.

Kesimpulan ini adalah merupakan bantahan terakhir terhadap semua teori atau pendapatan terdahulu yang

13

Page 14: Eksistensi TUHAN

mengatakan Tuhan tidak ada. Yang jelas adalah tidak ada yang dikatakan tidak ada secara mutlak. Sebab tidak adapun itu sebenarnya ada, ada dalam ketidak ada-an. Demikianlah pula tak ada yang dikatakan relative secara mutlak, karena bila kita katakan semua relatif termasuk yang kita katakan itupun relatif. Apa-apa yang kita amati selama ini hanyalah keadaan-keadaan yang berada dalam ruang dan waktu.

Pendekatan subjektif antar golongan agama seperti yang kita katakan terdahulu, dikarenakan mereka tidak mau berpikir objektif dan mau mencoba meninggalkan tradisi yang telah usang dan yang tidak dapat diterima oleh akal sehat.Kalaulah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan berexistence atau berkepribadian manusia, wajarlah bila ia berpredikat Totalitas tak terbatas, (Absolut, Distinct dan Unique)?

Demikianlah pula ajaran Budha dan Hindu yang mempercayai Sang Hyang Widhi sebagai Tuhan YME, tetapi tetap mempercayai adanya para Dewa sebagai penjelmaan Sang Hyang tadi. Seolah-olah Tuhan mempunyai pembagian kerja diantara-Nya. Penafsiran ini sangat terpengaruh oleh keadaan ruang dan waktu. Apalagi Budha mengajarkan kepada kita supaya manusia dapat mencapai nirwana harus membasmi keinginannya. “Tidak ada damai sebelum manusia membasmi keinginannya”.Ini boleh jadi benar. Siapa tahu? Akan tetapi sudah pasti bahwa setiap pendeta Budha itu selagi hidupnya dapat mencapai nirwana? Segala apa yang hidup dan sadar mempunyai keinginan. Sama sekali tak mempunyai keinginan berarti mati.

Semua orang butuh/ingin. Butuh makan, pakaian, perumahan, cinta, sex dan sebagainya. Kegiatan industri dan pertanian adalah merupakan akibat dari keinginan/kebutuhan manusia tadi. Dan benarlah bahwa

dunia berputar di atas perut. Kegiatan perusahaan, perdagangan adalah untuk menyediakan keinginan/ kebutuhan manusia tadi. Dan benarlah bahwa dunia berputar di atas perut. Kegiatan perusahaan, perdagangan adalah untuk menyediakan keinginan-keinginan manusia. Jika anda mempunyai toko yang besar, maka tulislah dipintu gerbangnya:

“Inilah tempat Tuan membeli segala apa yang Tuan kehendaki” (Herbert N Casson, Op Cit, hal. 19-20).

Bukanlah kita yang membuat diri kita kaya dan sukses melainkan masyarakat. Semboyan di atas menurut Casson memang cukup ideal dan saya kira pedagang India yang beragama Budha pasti setuju dengan pendapat ini.

Terdapat kesimpulan kita diatas tentang hakekat segala sesuatu, bisa saja kita mengatakan bahwa semua itu hanyalah pikiran manusia saja. Dan memang pendapat demikian! Tetapi bukanlah pikiran yang membentuk Tuhan, berfikir adalah pekerjaan sentrifugal (mengembang, meluas dan menolak). Makin banyak kita berfikir, makin kurang kita meniru dan makin berkembang diri kita. Kita berfikir berarti makin banyak berbeda kita dengan orang lain dan makin jauh analisa kita serta banyak manfaatnya bagi khalayak ramai.Semakin jauh kita berfikir maka semakin dapat kita jalan menuju kebenaran mutlak, memang sepertinya terdapat alat komunikasi kita dengan Tuhan. Pikiran-pikiran subjektif dan tradisional adalah pekerjaan meniru (Sentripetal), inilah kelemahan manusia tidak berfikir.

Memang terkadang khalayak ramai merasa takut pula terhadap ahli pikir, sehingga tidak segan-segan mereka mencapnya sebagai anti sosial. Ingat Galilei! Bila pendapat ahli pikir tak dapat diterima khalayak ramai, cara mereka mengeroyoknya dan membunuhnya. Tetapi setelah

14

Page 15: Eksistensi TUHAN

mengerti pikirannya, baru mereka mendirikan patung untuk memperingatinya.Berpikir berarti memperhatikan dan membandingkan. Dapat membangun perasaan pikiran-pikiran dan pikiran-pikiran menjadi dasar-dasar. Berfikir itu bersifat kritis dan konstruktif, berfikir akhirnya akan membangkitkan kekuatan dan menemukan kebaikan dan kebenaran, matangnya manusia. (Herbert N Casson, Ibid, hal. 72-73).

3. KEBENARAN MUTLAK ADALAH ALLAHMembanding-bandingkan ajaran agama

sebagaimana yang kita lakukan tadi, maka siapakah si X yang berexistence absolut, distinct dan unique atau Tuhan itu? Apa yang dijelaskan dalam ajaran Kristen dan Hindu Budha tidaklah sesuai dengan pandangan objektif.

Didalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4 dikatakan: (Al Qur’an, surah 122, Tafsir A Hassan, Dewan Da’wah Islamiyah):

1. Dia itu adalah ALLAH.2. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh

segala harapan.3. Tiada Ia berputra dan tiada Ia ber-Bapa.4. Serta tiada sesuatupun yang bagi-NYA sepadan.

Pembuktian Tuhan secara objektif dan membandingkannya dengan Al-Qur’an ternyata terdapat penyesuaian. Pekerjaan pertama ini sekaligus memperlihatkan kepada kita bahwa Islam-lah sebagai ajaran yang benar. Sebab yang namanya kitab suci tiada pertentangan atau kesalahan dalam keterangannya. Suatu ayat yang benar berarti semuanya benar. Ini pekerjaan axioma. Kalau anda masih meragukannya kami persilahkan me-RESEARCH-nya sampai tuntas.

Dan memang di dalam Islam ada perumusan kalimat persaksian (Syahadah) namanya. Kalimat ini mengandung pengertian gabungan antara peniadaan dan pengecualian.Peniadaan berarti meniadakan segala bentuk kepercayaan (kebenaran relative). Pengecualian (selain ALLAH) agar manusia membebaskan dirinya dari kungkungan segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan kepercayaan itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk kepada ukuran-ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai. Hal ini berarti tunduk, ta’at, patuh kepada ALLAH, pencipta segala sesuatu termasuk manusia. Tunduk, ta’at dan patuh disebut Islam.

Allah itulah totalitas. Benda-benda alam hanyalah atribut-atribut atau tanda-tanda keberadaan-NYA dan kekuasaan-NYA. Semua benda-benda alam ini fana (relatif) dan terikat oleh sistim ruang dan waktu atau berubah-ubah. (Q, S).DIA-lah yang awal dan yang akhir (Causa Prima) yang nyata dan yang tidak nyata (Totalitas). Segala sesuatu tiada yang terlepas dari pada-NYA. IA tiada terikat oleh ruang dan waktu. Q.S. 57: 3 – 4).DIA-lah yang mengetahui yang nyata dan yang tidak nyata (ghaib). (Q.S 6 : 73 - …..).DIA-lah ruang dan waktu yang mutlah dan DIA bersemayam di ‘ARSY (Q.S 27: 25 –26).

‘ARSY adalah menunjukkan lingkungan kekuasaan atau ruang yang mutlak, tak terhingga, tunggal menyeluruh. ‘ARSY menghendaki wujud dan waktu berarti menandakan wujud.Tuhan bersemayam di ‘ARSY tidak berarti DIA menghendaki ruang, melainkan DIA-lah ruang dan waktu yang mutlak, itu artinya bahwa Tuhan meliputi semua benda-benda yang ada dan waktu (potensiil being). Allah itu adalah Totalitas yang terintegrasi pada diri-Nya tiap-tiap sesuatu.

15

Page 16: Eksistensi TUHAN

Apakah Tuhan terpisah dengan alam dan manusia? Kalau jawabnya YA, maka apa artinya ESA?ESA berarti tiada sesuatu yang terlepas dari padanya, bahkan ALLAH lebih dekat dari urat leher manusia.

Apakah sifat-sifat dan perbuatan Tuhan terlepas dari sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan manusia dan alam?Kalau jawabnya YA, maka apa artinya Tuhan itu ESA

Tiap-tiap sesuatu tak terlepas dari sifat-sifat dan perbuatan Tuhan. Semua realitas ada karena kehendak-NYA. Segala sesuatu yang bersifat ruang dan waktu atau wujud alam ini, bila ia sirna tidak berarti dia hilang. Karena tiada tempat lain sesudah ini, yang ada hanyalah ALLAH. Semua kembali kepada-NYA. Ia menjadi raja di hari yang kemudian. (Q.S 1:3; 50:16; 81:29).

Sebagai yang pertama dan penghabisan, maka sekaligus Tuhan adalah asa dan tujuan segala sesuatu termasuk tata nilai, artinya: sebagaimana tata nilai bersumberkan pada kebenaran dan berdasarkan pada kecintaan kepada-NYA, iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan menyerah kepada persetujuan atau ridho-NYA.Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya. Bagaimana kita melihat tata nilai yang bersumber dari pada-NYA?

4. URUTAN LOGIS RUKUN IMANKalau di atas tadi kita telah melakukan pekerjaan

pertama, yaitu dengan membentuk-benturkan pembuktian kita secara objektif tentang hakekat segala sesuatu dengan ajaran agama. Hasilnya kita lihat bahwa Islam merupakan ajaran yang Haq dan Sempurna, sesuai dengan pembuktian objektif tersebut tadi. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak mungkin menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan

yang sebenarnya. Namun demikian, demi kelengkapan kepercayaan kita kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahun secukupnya tentang ke-Tuhan-an dan tata nilai yang bersumber dari pada-NYA dan tidak bertentangan dengan akal.

Tetapi sebagaimana kemampuan menerima ilmu pengetahuan sampai ke tingkat yang tertinggi tidak dimiliki manusia atau setiap orang, demikian pula WAHYU tidak diberikan kepada semua orang. Wahyu diberikan kepada orang-orang tertentu saja yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri, yaitu para NABI dan RASUL atau utusan Allah dengan kewajiban bagi para RASUL untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia. NABI dan RASUL adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka itu menerima Wahyu Tuhan.

Untuk memahami ke-Tuhan-an YME dan tata nilai yang bersumber dari pada-NYA, manusia harus terlabih dahulu mempercayai MUHAMMAD sebagai RASUL dan berpegang kepada AL-QUR’AN.AL-QUR’AN berarti bacaan, kumpulan yaitu kopilasi dari segala keterangan. Disini diterangkan segala sesuatu mulai dari manusia dan alam sampai hal-hal yang ghaib.

Karena Al-Qur’an cocok dengan apa yang kita pikirkan tentang kebenaran mutlak secara objektif, maka pengakuan terhadap Muhammad adalah penting dan kalimat persaksian yang kedua dalam Islam memuat essensi yang kedua yaitu kepercayaan umat manusia kepada “MUHAMMAD adalah UTUSAN ALLAH”.

MUHAMMAD SAW membawa keterangan tentang segala petunjuk dalam hidup dan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akherat nanti.Hari akherat (kiyamat) tidak lagi merupakan kehodupan yang bersifat sejarah atau manusiawi, tetapi merupakan pertanggung jawaban manusia terhadap Tuhan atas

16

Page 17: Eksistensi TUHAN

perbuatannya di dunia. (Q.S ). Segala sesuatu atas/tentang keadaan hari Qiamat tidaklah dapat kita selidiki secara terperinci, selain apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an. Manusia hanya harus percaya pada hari Qiamat tanpa menyelidikinya lebih dalam.

ALLAH SWT telah memberikan Wahyu kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dan memberitahukan tentang persoalan hidup dan kehidupan manusia (Qadar baik dan buruk) sampai tentang hari Qiamat. Maka oleh karenanya didalam ajaran Islam dapat kita lihat urutan logis Rukum Iman, yakni:

1. Beriman kepada Allah.2. Beriman kepada Malaikat.3. Beriman kepada Kitab-kitab.4. Beriman kepada Rasul-rasul.5. Beriman kepada Qadar Baik dan Buruk.6. Beriman kepada Hari Qiamat.

GAMBAR III: ALLAHMALAIKATWAKYURASULMANUSIA --------QADAR BAIK, BURUK

HARI YANG KEMUDIAN.

Akhirnya perlu disini kita sebutkan bahwa Allah SWT merupakan kebenaran mutlak sebagaimana telah kita buktikan tadi dan tata nilai yang bersumber dari pada-NYA ada tertulis dalam Al-Qur’an yang merupakan keterangan tentang segala sesuatu secara garis besar.Kesesuaian dengan pembuktian Exsistance Tuhan secara objektif sekaligus berarti menyingkirkan kebenaran lainnya yang tidak sesuai dengan pandangan objektif, dan hanya Islamlah yang layak hidup di permukaan bumi ini sebagai

petunjuk hidup manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya yaitu paduan harmonis antara aspek duniawi dan ukhrawi, individual dan sosial, iman dan ilmu dalam rangka pengabdian diri kepada Allah SWT.

Mempunyai pendapat bahwa: “Semua agama itu sama”, berarti tidak menghargai konsep berfikir spektis, analitis dan kritis (landasan berfikir ilmiah). Tidak menghargai konsep berfikir ilmiah berarti membunuh diri sendiri. Membunuh diri sendiri berarti sama halnya bertingkah laku seperti segerombolan semut yang mengejar genangan air gula dimana si semut tadi tidak menyadari bahwa apabila ia berusaha mengejar air gula tersebut, berarti ia mati tergenang air.

Saya kira kita semuanya bukanlah semut-semut yang kehausan gula, tetapi manusia yang mempunyai otak dan kesadaran berfikir.

17

Page 18: Eksistensi TUHAN

TAQDIR

Sepenting-penting pengetahuan yang wajib diketahui oleh tiap-tiap mukallaf, ialah ajaran-ajaran yang berhubungan dengan “Taqdir”. Beriman terhadap Taqdir adalah sendi atau pokok Tauhid, itulah salah satu dari Qoidah agama dan asasnya.

Masalah taqdir adalah masalah yang membahas kekuasaan ALLAH, yang manifestasinya sebagian dapat dilihat dalam alam ini, asal kata Taqdir dari kata Qoddaro; yuqoddiru; taqdiiron; yang artinya kekuasaan.

Tetapi justru karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak mungkin menjangkau kepada pengertian tentang “kekuasaan” ALLAH, oleh sebab itu untuk mengetahui tentang “kekuasaan” ALLAH, maka harus menggali Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan pemberitahuan ALLAH kepada manusia melalui Rasul-Nya, yang berisi keterangan-keterangan tentang segala hal yang berhubungan dengan ALLAH manusia dan alam. Al-Qur’an selain berarti bacaan juga berarti kumpulan, yaitu kumpulan segala keterangan tentang hukum dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di alam ini. Untuk memudahkan, pembahasan ini dibagi:I. Nilai TuhanII. Nilai Manusia

I. Nilai Tuhan ALLAH SWT adalah zat yang Maha merajai seluruh

alam semesta ini, dia mengatur segala sesuatu yang ada didalam kerajaanNya itu dengan kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri. Maka dari itu apa saja yang terjadi di alam ini semuanya berjalan sesuai dengan kehendak yang telah direncanakan sejak semula oleh ALLAH SWT dan juga mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dalam alam ini.1.

“Katakanlah : Ya ALLAH yang Maha Memiliki Kerajaan. Engkau memberikan Kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau mencabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki, Engkau memuliakan orang yang Engkau kehendaki dan merendahkan orang yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaanMulah segala kebaikan, sesunguhnya Engkau adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau memasukkan siang kedalam malam, Engkau keluarkan yang hidup daria yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup dan Engkau memberikan rezeki kepada orang yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan”.(Surat Ali Imron, ayat 26-27).

a. ALLAH SWT adalah Maharaja yang sebenar-benarnya yang berhak menguasai seluruh kerajaan dalam alam semesta ini.

b. Dia berhak memberikan kerajaan atau kekuasaan memerintah itu kepada siapa saja yang dikehendaki.

c. Dia berhak pula mencabut kerajaan atau kekuasaan memerintah itu kepada siapa saja yang dikehendaki.

18

Page 19: Eksistensi TUHAN

d. Dia berhak pula mencabut kerajaan atau kekuasaan memerintah itu kepada siapa saja yang dikehendaki.

e. Dia berhak memuliakan siapa saja yang dikehendaki dengan menakdirkan ia menjadi orang yang hina dina.

f. Didalam kekuasaan Allah ta’ala pulalah letak segala kebaikan atau keburukan.

g. Dia berhak memberi dan mengambil kembali, berhak memberikan kemuliaan dan kehinaan, juga berhak memberikan kemanfaatan atau kemudaratan kepada siapa saja yang dikehendakiNya, serta Dia memang Maha Kuasa untuk melakukan segala sesuatu itu sesuai dengan kehendak yang telah ditetapkan.

h. Bahwa sebagai tanda kekuasaan Allah ta’ala ialah apa yang dapat disaksikan dialam semesta ini yakni dengan adanya waktu yang berganti-ganti, malam dimasukkan dalam siang dan siang dimasukkan dalam malam, dari yang mati dikeluarkan makhluk yang hidup dan dari yang hidup dikeluarkan yang mati.

i. Bahwa Allah ta’ala berhak melimpahkan rizki sebanyak-banyaknya kepada siapa saja yang dikehendaki tanpa ada perhitungan sama sekali, juga tanpa penyelidikan dan lain-lain, sebab segala urusan itu hanyalah dalam kekuasaananya sendiri secara mutlak, tiada sekutu yang berupa apapun berhak mencampuri wewenangNya itu.

Kesemuanya itu memberikan keterangan bahwa Allah SWT adalah Maha Kuasa dan dengan kekuasaannya Allah adalah pembuat yang bebas.

2.

“Dan Tuhanmu itu menciptakan apa yang dikehedaki dan dipilihnya sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka”.(Surat Al Qashah ayat 68).

Jadi Allah ta’ala itulah yang menciptakan dan oleh sebab itu bebas pula memilih siapapun dari makhlukNya sesuai dengan apa yang telah dikehendaki, sebab memang DIA adalah Pengatur secara mutlak. Tidak seorang pun yang memiliki hak untuk memilih yang sesuai dengan kehendaknya sendiri.

3.

“Jikalau Allah menghendaki menimpakan bahaya kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkan selain dari Dia dan jikalau Allah menghendaki kebaikan untukmu, maka tidak ada yang dapat menghalang-halangi karuniaNya. Kebaikan itu diberikan olehnya kepada orang yang dikehendaki dari hamba-hambanya. Dia adalah Maha Pengampun dan Penyayang”.(Surat Yunus, ayat: 107)Oleh karena itu apabila seseorang itu terkena bencana pasti tidak ada yang dapat menyelamatkannya selain Allah ta’ala. Tetapi sebaliknya apabila Allah ta’ala menghendaki seseorang memperoleh kebaikan, juga tidak seorangpun yang dapat menghalang-halangi atau menolaknya. Itulah kekuasaan Allah yang mutlak.

4.

19

Page 20: Eksistensi TUHAN

“Apa saja yang berupa kerahmatan yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia, maka tidak seorangpun yang dapat menghambatnya dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat melepaskannya, selain dari dia sendiri. Allah adalah Maha Mulia dan Bijaksana.(Surat Fathir ayat 2).Bahwa ALLAH Ta’ala mengatur dalam lingkungan kerajaan ini, menurut kehendakNya sendiri berdasarkan kebijaksanaan dan kerahmatan. Ini adalah kehendakNya yang mutlak tidak dapat diganggu gugat.

“Dan suatu tanda (kekuasaan) untuk mereka itu ialah adanya waktu malam. Kami tanggalkan siang dari padanya, kemudian serta merta mereka dalam kegelapan. Dan matahari itu berjalan di tempat peredarannya. Itulah taqdir (kekuasaan) yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, juga bulan telah kami tetapkan tempat-tempatnya sampai kembalilah dia sebagai bentuk dan malam tidak dapat mendahului siang. Masing-masing berjalan dalam garis edarnya.(Surat Yasin ayat 37, 38, 39, 40).

Berdasarkan ayat di atas Taqdir (kekuasaan) ALLAH dengan ibaratnya dapat nampak dalam alam ini, yaitu berupa ketentuan kepastian yang meliputi alam itu sendiri. Ketentuan kepastian yang telah dibuat oleh ALLAH SWT untuk segala yang ada dalam alam ini berdasarkan hukum sebab dan akibat yang senantiasa berlaku bagi siapapun, dan senantiasa berlangsung tanpa perubahan. Ketentuan dan kepastian ini disebut juga Sunnatullah.

Taqdir ALLAH memberikan suatu “ketentuan” yang berlangsung dialam ini.

6.

“Katakanlah (hai Muhammad): “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh ALLAH bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada ALLAH orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (Surat at-Tauabah ayat 51).

Segala sesuatu yang menimpa manusia telah ditetapkan sebelumnya, tidak dapat lagi menghindar. Itulah gambaran kekuasaan ALLAH yang mutlak dan tidak terbelah ruang, waktu dan oleh apapun juga.

7.

“Tiadalah suatu bencana yang terjadi di bumi dan tiada pula yang terjadi pada diri kamu, melainkan itu ada dalam kitab sebelum Kami laksanakan terjadinya. Bahwasannya yang demikian itu mudah bagi ALLAH”.(Surat Al Hadid, ayat 22).

Kekuasaan ALLAH yang mutlak, sangat pelik untuk dapat diketahui oleh manusia yang penuh dengan kenisbian. Oleh karena itu ALLAH memberikan gambaran

20

Page 21: Eksistensi TUHAN

yang proses berlakunya “kekuasaan” tersebar dengan kata “kitab”; yaitu kitab tentang hukum yang berlaku dialam semesta ini, disebut juga Lauful Mahfudz. Sehingga manusia dapat mengerti tentang kekuasaan ALLAH itu secara bertahap.

Kekuasaan ALLAH itu berlaku sejak zaman azali, sekarang dan seterusnya tanpa mengalami pasang dan surut. Sehingga segala sesuatu yang terjadi tak pernah lepas dari taqdir (kekuasaan) Allah. Oleh karena itu disebutkan; apa yang terjadi didunia ini, termasuk musibah-musibah yang terjadi pada diri kita, semuanya sudah ditaqdirkan Allah lebih dahulu dan sudah dituliskan Nya pada lauh Mahfudz, jauh sebelum hal itu terjadi.

Dalam menafsirkan ayat ini Ibnu Abbas, seorang sahabat yang sangat dekat kepada Nabi berkata: “Sudah dituliskan sebelum terjadi musibah. Kata “sebelum” dan “sesudah” adalah merupakan ketertarikan sesuatu oleh ruang dan waktu. Dan itu adalah berlaku bagi manusia.

Oleh karena itu dalam membahas takdir (kekuasaan) Allah harus berpegang teguh kepada Al Qur’an dan sunnah Rasul, dengan menggunakan segala kemampuan yang ada. Sehingga didapat suatu pemahaman yang menyeluruh, sejauh dan sedapat kemampuan manusiawi.

“Dari Ibnu Mas’ud ada beliau berkata: mengabarkan kepada kami Rasulullah SAW: bahwasannya setiap kata dikumpulkan kejadiannya didalam perut Ibunya, selama 40 hari berupa nutfah (air mani), serupa itu adalah berupa segumpal darah, dan serupa itu pula segumpal daging. Lalu dikirim kepadanya malaikat dan ditiupkan kepada ruh. Dan diperintah malaikat itu supaya menuliskan empat perkara yaitu rizkinya, ajalnya, pekerjaannya dan beruntung buruk atau beruntung baik.Demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, sesungguhnya seseorang kamu bisa beramal serupa alam penduduk surga, sehingga jarak antara dia dan surga sejaran sehasta lagi, tetapi suratannya (taqdirnya) mendahuluinya lalu dia berbuat perbuatan penduduk neraka masuk kesana. Dan salah seorang kamu ada yang beramal serupa amal ahli neraka, sehingga jarak antara dia dan neraka sehasta lagi, tetapi suratannya (taqdirnya) mendahului dia, maka dia beramal serupa amal penduduk surga dan dia dimasukkan disana.(HR: BUHARI MUSLIM).Keterangan dari Muhammad Rasullah SAW ini memberikan gambaran kekuasaan Allah yang berlaku pada manusia sejak dari alam rahim, alam fana dan alam baqa.Bahwasannya manusia itu tidak pernah terlepas sesaatpun dari “kekuasaan Allah. Yaitu “kekuasaan” Allah yang dengan iradatnya dinyatakan dalam bentuk ketentuan yang ada pada manusia.

Setelah itu dapat kita simpulkan, karena ……………… manusia maka Allah memberitahukan kepada manusia tentang kekuasaannya melalui Muhammad Rasulullah

21

Page 22: Eksistensi TUHAN

bahwasannya: ALLAH adalah kuasa mutlak. Inilah yang dimaksudkan NILAI TUHAN.

Manusia menerima pemberitahuan bahwasannya ALLAH adalah kuasa mutlak, tetapi hakekat kuasanya ALLAH yang mutlak itu tidak dapat dicapainya. Bagaimana proses kuasa tersebut; bagaimana perinciannya, manusia tidak mampu menjangkaunya. Karena itu hanyalah semata hak ALLAH. Manusia bisa tahu tentang “NILAI TUHAN” karena diberitahu, kalau tidak ada keterangan dari ALLAH maka hal itu merupakan yang muskil.

“Tuhan tidak dapat dicapai oleh penglihatan-penglihatan dan Dia dapat mencapai penglihatan-penglihatan itu. Dia adalah Maha Halus lagi Waspada”.(Surat Al An’am, ayat 103).

“ALLAH Maha Mengetahui apa yang ada dihadapan dan dibelakang mereka. Mereka (manusia) itu tidak dapat meliputi (mengetahui) Tuhan dengan pengetahuannya”.(Surat Thaha ayat 110).

II. Nilai Manusiawi Manusia kalau dipandang dari jasmaninya termasuk

dalam golongan hewan akan tetapi kalau dipandang dari segi rohani maka manusia mempunyai dua sifat keadaan yang sangat menakjubkan bagi dirinya; yaitu ILMU (RATIO) dan KEMAUAN (RASA). Yang dimaksud dengan ilmu ialah

kekuatan uantuk membina, mempunyai daya cipta yang tidak bisa diraba dan memiliki hakikat kecerdasan.Yang dimaksud dengan kemauan atau kehendak ialah nafsu, keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan setelah dipertimbangkan segala akibatnya.

Keadaan dan sifat inilah yang membawa perbedaan antara manusia dengan hewan; walaupun pada binatang mempunyai keinginan, namun binatang tidak bisa dan tidak mempunyai pertimbangan.1.

“Demi jiwa serta apa yang disempurnakan untuknya. Kemudian ALLAH mengilhamkan padanya yang salah dan yang benar (taqwa).(Surat Asy Syams ayat 7,8).

ALLAH SWT setelah menciptakan manusia lalu diberi suatu kemampuan yang dapat digunakan untuk alat penyempurnaan manusia itu sendiri. Kemampuan itu mengandung ILMU (RATIO) dan KEMAUAN (RASA). Kemampuan ini sering disebut AKAL atau FIKIRAN.

Dengan kemampuan itu manusia dapat menyatakan sesuatu yang benar sebagai kebenaran, juga sesuatu yang bathil sebagai kebathilan. Dan dengan pertimbangan kemampuannya pula manusia dapat melaksanakan tercapainya sesuatu kebaikan atau meninggalkan kejahatan, juga dapat berkata yang benar, menjauhi yang dusta, bahkan juga dapat menggariskan jalan yang benar, hak dan baik sesuai dengan perintah-perintah yang terdapat dalam Al Qur’an dan sesuai pula dengan ajakan-ajakan yang diberikan oleh para Rasulnya.

Jadi selama manusia itu masiah mempunyai akal fikiran yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, mempunyai kekuasaan untuk berbuat mana saja yang baik dan yang buruk, mempunyai kekuasaan untuk

22

Page 23: Eksistensi TUHAN

berbuat mana saja yang disukai, juga mengetahui jalan mana yang akan ditempuhnya sesuai dengan kehendaknya dan semua itu benar-benar mempunyai kebebasan berkehendak dan mempunyai hak pilih dalam segala perbuatan dan tindakannya.

Maka dari itu manusia tentunya secara sukarela hendak mengarahkan kekuatannya sesuai dengan pilihan jiwanya, apakah itu benar atau salah, haq atau buruk dusta atau bukan.2.

“Dan manusia tidak akan suatu apapun, melainkan apa yang diusahakannya. (Surat An Najm ayat 39).

Hujjatul islam Iman Gozali dalam bukunya Ayyahul walad (oh Anak) jika pun seratus tahun engkau duduk membaca menuntut ilmu dan seribu buku engkau himpunkan, tidaklah engkau akan dapat bersedia menerima rahmat Allah, melainkan dengan amal (usaha) jua.

Hai anak! Ilmu yang tidak disertakan dengan amal itu gila, dan amal tak pakai ilmu itu akan sia-sia. Dan ketahuilah, bahwa semata-mata ilmu saja tidak akan menjauhkanmu dari ma’siat didunia ini, dan tidak akan membawakan kepada ta’at, dan kelakpun diakhirat tiada memeliharakanmu daripada neraka jahanam.3.

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah yang Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhanmu maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah

ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.(Surat Al Kahfi ayat 110).

Amal saleh atau amal kebajikan yaitu amal (usaha) yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah, baik yang ada dalam Al Qur’an yang berupa cegahan dan suruhan, maupun yang ada dalam alam; yaitu berupa hukum-hukum alam atau sunnatullah yang berdasarkan hubungan sebab akibat.

Hijjatul Islam Imam Ghozali dalam bukunya Ayyahul Walad (oh anak).

Hai anak! Selama engkau beramal (berusaha), tidaklah engkau akan mendapat pahala. Tersebut dalam hikayat, bahwa seorang laki-laki Bani Israil telah beribadat kepada Allah tujuh puluh tahun lamanya. Allah menghendaki akan menyatakan perkara itu kepada Malaikat, maka diutusnyalah oleh Malaikat kepada laki-laki itu membawa khabar, “Tidaklah akan layak ia masuk surga dengan ibadatnya itu”.

Maka ketika telah sampai kepadanya khabar demikian, berkatalah ia: “Kami dijadikan Allah untuk beribadat, maka sepatutnyalah kami beribadat kepadanya.” Maka tatkala Malaikat yang diutus itu telah kembali, berkatalah: “Ia Tuhanku, engkau lebih tahu tentang apa yang dikatakan orang itu. Maka berkatalah Allah:” Apabila ia tidak berpaling dari pada beribadat kepada Kami, maka kami dengan sifat kemuliaan Kami, tidak akan berpaling dari padanya. Jadi saksilah, hai Malaikatku! Bahwasannya Aku telah mengampuni kesalahannya.Dari kisah ini dapat kita simpulkan bahwasannya manusia yang hanya melakukan ibadat tanpa melakukan suatu amal saleh adalah merupakan suatu kesalahan. Karena ibadat yang dilakukan itu semata hanyalah untuk dirinya sendiri, jadi hakikatnya orang tersebut lebih mementingkan dirinya sendiri, jadi hakikatnya orang tersebut lebih mementingkan

23

Page 24: Eksistensi TUHAN

dirinya sendiri, oleh karena itu ia telah melakukan kesalahan.4.

“Sesungguhnya kami telah memberikan petunjuk kepada manusia itu akan jalan yang dapat ditempuhnya (untuk mencapai kebaikan) tetapi ada kalanya manusia itu berterima kasih dan ada kalanya ia bersikap kufur (menutupi kenikmatan yang dilimpahkan padanya)”.(Surat Al Ihsan ayat 3)

Allah SWT sudah memberikan petunjuk dan bimbingan ada yang menjurus kearah yang hak yang kebathil, kepada kebaikan dan keburukan, kearah benar dan dusta. Maka manusia itu sendiri yang berhak memilihnya untuk menempuh salah satu dari keduanya. Jikalau ia menempuh jalan yang berupa petunjuk yang lurus, berartilah mensyukuri kenikmatan hidayat yang diberikan padanya dan jikalau ia menempuh jalan yang bengkok, maka berarti ia menutupi kenikmatan ini.

5.

“Apa saja musibah (bencana) yang menimpa dirimu semua itu adalah disebabkan oleh perbuatanmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosa itu.(Surat Asy Syura, ayat 30).

Jadi keburukan-keburukan atau bencana-bencana yang diderita oleh seseorang itu hanyalah sebagai bekas atau kesan dari hasial perbuatannya sendiri dan itu pulalah

yang merupakan buah dari cara pilihan dan pemikirannya yang merdeka bebas.6.

“Hai orang-orang mu’min apabila ada panggilan untuk mengerjakan sembahyang dihari jum’at maka bersegeralah kamu pergi dan tinggalkan jual beli. Itu yang baik bagimu, kalau kamu mengetahui. Maka bila selesai sembahyang kamu boleh bertebaran dimuka bumi dan carilah kurnia Tuhan. Ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(Surat Al Jumu’ah ayat 9,10)

Maksud dari bertebaran di muka bumi ialah untuk berusaha, dan maksud Kurnia Tuhan ialah rizki yang disediakan Allah”.

Kalau kamu sudah sembahyang berusahalah mencari rizki, dengan bertani, berdagang, bertukang, menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta, menjadi guru dan sebagainya. Tetapi ingat, dalam berusaha itu dengan jangan dilupakan Tuhan. Ingatlah dia banyak-banyak, mudah-mudahan diberi karuniaNya dan diberi kemenangan dunia akhirat.7.

“Kami jadikan malam sebagai pakaian kesenangan dan kami jadikan siang untuk mencapai penghidupan”.(Surat An Naba’ ayat 10, 11).

Allah menjadikan siang dan malam, malam untuk istirahat dan siang berusaha mencari rizki. Adanya siang dan malam, salah satunya dijadikan saaat untuk istirahat sedangkan yang lainnya untuk berusaha.

24

Page 25: Eksistensi TUHAN

“Bahwasannya orang yang beriman dan beramal saleh itulah orang yang sebaik-baik manusia. Balasan dari Tuhan ialah surga dan yang mengalir sungai didalamnya, kekal abadi mereka dalam surga. Tuhan senang kepada mereka dan mereka senang kepada Tuhan. Itulah orang bertaqwa kepada Tuhan.(Surat Al Bayyinah ayat 7,8)Orang yang beriman dan beramal saleh itulah manusia yang paling baik. Ini berarti bahwa iman saja tetapi tidak beramal, tidak berusaha, tidak-tidak mengerjakan pekerjaan, maka itu bukan baik.

9.

“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberikanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,” (Surat At Taubah ayat 105).Islam bukan saja menganjurkan beriman dan berilmu, tetapi juga menganjurkan beramal dan bekerja, bukan memangku tangan dan menunggu taqdir saja.

”Dari Saidina Ali beliau berkata: “Adalah Rasulullah SAW, pada satu hari duduk, di tangan beliau ada sepotong kayu untuk menggores tanah, beliau mengangkat kepala dan lalu berkata: “Setiap orang sudah diketahui (oleh Tuhan) tempatnya didalam surga atau didalam neraka. Sahabat-sahabat bertanya: Apa gunanya lagi kita berusaha ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita berpangku tangan menunggu taqdir saja? Nabi menjawab: jangan! Bekerjalah maka setiap kamu akan dimudahkan Tuhan bekerja sesuai dengan apa taqdirnya! Lalu Nabi membaca ayat Al Qur’an: Barang siapa yang suka memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa kepada Tuhan dan membenarkan adanya surga, maka kami akan memudahkan baginya jalan yang mudah, sampai akhir hayatnya. (HR MUSLIM).Nabi Muhammad Rasulullah SAW melarang berpangku tangan menunggu taqdir, tetapi mengarahkan kita supaya beramal, supaya berusaha.

Al Qur’an sebagai pedoman bagi setiap muslim memberikan keterangan sejelas-jelasnya bahwasannya manusia tidak akan memperoleh sesuatu apapun kecuali apa yang diusahakannya. Jadi manusia dinilai dari usahanya. NILAI MANUSIA yaitu Usaha.

Pengetahuan tentang taqdir adalah pengetahuan tentang kekuasaan ALLAH yang mutlak, yang tidak dipengaruhi atau dibatasi oleh apapun. Kekuasaan ALLAH yang mutlak itu hanya ALLAH semata yang mengetahui hakikatnya secara terperinci, sedangkan manusia hanya tahu sejauh yang pernah diberikan melalui RasulNya; yang terdapat dalam Al Qur’an.

Pengetahuan manusia terhadap segala sesuatu yang pernah dilihat dan dialami, semuanya itu hanya kesan-kesan yang mampu diserapnya. Kemudian kesan-kesan itu diungkapkannya dalam bentuk ucapan tingkah dan laku. Sedangkan komponen setiap individu untuk menyerap

25

Page 26: Eksistensi TUHAN

segala sesuatu yang pernah dilihat dan dialaminya itu berbeda, yang mengakibatkan satu objek yang pernah dilihat dan ………… oleh beberapa individu akan menghasilkan kesan-kesan yang berbeda bagi setiap individu, sehingga untuk objek yang satu akan memberikan pengetahuan yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan individunya masing-masing.

Inilah yang dilema yang dihadapi manusia dan senantiasa membayangi kehidupan manusia. Yang diharapkan adalah penelitian satu objek akan didapatkan satu kesamaan diantara kesan-kesan yang dihadapi oleh setiap individu.Memang kejadian yang demikian ini senantiasa ada dalam kehidupan, karena itu memang merupakan hakikat manusiawi yang penuh dengan kenisbian. Sehingga manusia itu terpenjara oleh imagenya (imajinasinya) sendiri.

Oleh karena itu, untuk mengenal sesuatu yang tak pernah dialami; yaitu tentang kekuasaan ALLAH, manusia harus melepaskan dirinya dari penjara imajinasinya, dan menerima bisikan, rahmat serta ilham yang diberikan oleh yang memiliki “kekuasaan” yang mutlak; yaitu ALLAH SWT.

Al Qur’an dan Sunnah Rasul menerangkan:Bahwasannya ALLAH adalah KUASA; sedangkan manusia bersifat USAHA.

KESIMPULAN:Walaupun semuanya sudah ada taqdirnya, tetapi

manusia diperintah oleh ALLAH dan Rasul supaya berusaha, tidak menunggu taqdir saja.

Soal taqdir adalah hak ALLAH dan soal usaha adalah kewajiban manusia, tetapi manusia diperintah pula; sesudah berusaha supaya menerima dengan senang hati sekalian taqdir yang ditentukan untuknya.

Insya ALLAH! Dengan pengertian taqdir sebagaimana yang telah diuraikan, umat Islam akan menjadi umat yang tangguh, umat yang akan menguasai alam ini, sebagaimana yang telah dijanjikan ALLAH dalam Al Qur’an.

Setiap muslimin yang telah meresap dalam kalbunya akan makna tentang taqdir, maka dia akan dapat menelaah, menggubah dan membina semua persoalan yang dihadapinya. Dia akan dapat masuk keujung bumi yang paling dalam dan akan melambung kepetala langit yang paling tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya dan dengan hidayat dari ALLAH yang senantiasa bersamanya.

TINGKATAN-TINGKATAN TAQDIRBeriman terhadap taqdir adalah suatu keharusan

bagi setiap muslim sebagaimana diajarkan oleh Muhammad Rasullah SAW, dalam sabdanya:

Iman itu ialah: percaya kepada ALLAH, MalaikatNya, kitab-kitabnya, Rasul-rasulNya, ……….. kesudahan dan percaya kepada qadar baik dan buruk. (HR MUSLIM)Tetapi pemahaman terhadap taqdir ini adalah merupakan kondisi subjektif bagi setiap insan, yang mengakibatkan perbedaan tanggap terhadap yang diterangkan. Sehingga menimbulkan tingkatan-tingkatan pemahaman mereka terhadap taqdir.Tingkatan pertama:

26

Page 27: Eksistensi TUHAN

“Beriman bahwasannya ALLAH itu mengetahui akan segala perkara, sebelum adanya (munculnya) perkara itu”.Al Qur’an dan sunnah Rasul menetapkan bahwa

ALLAH mengetahui akan segala kejadian sebelum kejadian-kejadian itu dilaksanakan (diwujudkan) kealam lahir, alam ajsam dan alam arwah. Tertulisnya segala sesuatu itu sebelum terjadinya, menegaskan bahwa ALLAH mengetahui akan segala perkara yang terjadi pada saat sebelum terjadinya.

“Disisi ALLAH adalah kunci-kunci perkara gaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain dari Dia sendiri. ALLAH Maha Mengetahui apa yang ada didarat dan dilaut dan tidak sehelai daunpun yang gugur, melainkan Dia pasti mengetahuinya. Tidak ada sebutir biji dalam kegelapan bumi pula yang basah dan yang kering, melainkan semua tertulis dalam kitab yang terang”.(Surat Al An’am ayat 59)

ALLAH sungguh mengetahui akan segala sesuatu sebelum terjadianya, sebelum manusia dijadikan, sebelum langit dan bumi dijadikan, sebelum ALLAH menetapkan ketentuan (taqdir) Nya, sebelum ALLAH menyuruh para Malaikat menulis taqdir itu.

Pengetahuan ALLAH perihal keseluruhannya adalah sebagaimana pengetahuan Nya perihal perinciannya. Sebenarnya tampak di dalam alam semesta ini yang demi dan rapi susunannya, indah tat tertibnya, kokoh buatannya dan elok serta dipandangnya, semuanya itu tidak lain hanyalah sebagai bukti-bukti yang terang dan yang jelas, betapa ke Maha Pengetahuannya ALLAH serta betapa besar kebijaksananNYA.

Tingkatan kedua:“Beriman bahwasannya adalah segala rupa kejadian itu telah ditulis dengan serba sempurna, telah dicatata dengan serba lengkap oleh ALLAH tuhan seru sekalian alam, sebelum sesuatu itu terjadi berwujud dialam wujud ini”.

“Apakah kamu tiada mengetahui bahwa ALLAH mengetahui apa yang dilangit dan dibumi. Bahwasannya yang demikian itu tertulis dalam kitabNya. Sesunggunya yang demikian itu tiada sukar, tiada sulit bagi ALLAH melakukannya”.(Surat Al Hajj ayat 60)

Segala sesuatu itu telah tertulis keadaannya sebelum ia ditakdirkan. Yang ditulis adalah Ilmu ALLAH terhadap makhluk yang dijadikan.Segala hal ihwal, gerak-gerik manusia dan apa yang akan mereka kerjakan, segala rancangan yang akan terjadi pada makhluk, semuanya terjadi sesuai dengan apa yang tertulis di Kitab tersebut.

Tingkatan ketiga:“Beriman bahwa segala sesuatu itu adalah dengan kehendakNya”ALLAH SWT itu adalah Maha Kehendak. Maksudnya adalah Dia menentukan sesuatu yang mungkin dengan sebagian

27

Page 28: Eksistensi TUHAN

dari apa yang pantas berlaku untuknya. Oleh sebab itu ada yang dijadikannya panjang atau pendek, elok atau buruk, pandai atau bodoh, ditempat ini atau ditempat lain dan sebagainya. Jadi ALLAH itu berhak untuk mengurus segala sesuatu yang wujud ini sesuai dengan apa yang telah menjadi kehendaknya, keinginanNya atau yang cocok dengan kebijaksanaanNya.

“Sesungguhnya perkataan Kami pada sesuatu itu apabila Kami menghendaki adanya. Kami berkata: Jadilah” maka benda itu terjadi”.(Surat An Nahl ayat 40)

Tingkatan keempat:“beriman bahwa segala sesuatu itu berwujud dengan ALLAH menjadikannya, ALLAH sendiri menciptakannya, dengan kekuasaanNya”.

“Merekalah yang diciptakan dari tiadanya sesuatu ataukah mereka sendiri yang menciptakan? Atau mereka yang menciptakan langit dan bumi? (Tidak) melainkan mereka tidak yakin dalam kepercayaannya?. (Surat Ath Thur ayat 35, 36)

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan ALLAH Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Surat Al Hadid ayat 4)

“ Bahwasannya kami telah menjadikan segala sesuatu menurut qodar”. (Surat Al Qomar ayat 49)

“Dan ALLAH yang menjadikan kamu dan segala yang kamu kerjakan”.(Surat Ash Shafat ayat 49)

yang menjadikan, yang menciptakan dan yang mengadakan segala sesuatu yang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati. Dan ALLAH juga menjadikan segala perbuatan manusia, maksudnya semuanya tidak pernah lepas dari kekuasaan (takdir) ALLAH. Segala sesuatu itu terjadi dengan irodat ALLAH, kurodat ALLAH.Tingakatan keempat inilah yang dibahas secara terperinci tentang takdir, seperti yang telah diuraikan.

TAQDIR SEBAGAI SUATU PENDEKATAN

28

Page 29: Eksistensi TUHAN

Manusia bisa melakukan segala aktifitas apapun, kalau dia hidup; dengan kata lain segala perbuatan dapat dilakukan kalau manusia itu masih ada nyawanya, itu tidak bisa diadakan oleh manusia sendiri; jika nyawa hendak melayang tidak mampu dan tidak kuasa menahannya. Jika sudah hilang tidak mampu dan tidak kuasa manusia mengembalikannya atau menggantinya.

Manusia lahir ke dunia tidak memilih ibu dan bapak, tidak memilih bangsa dan tanah air. Sedang ibu dan bapak, bangsa dan tanah air merupakan faktor terpenting yang menentukan nasib dan kehidupan manusia. Dan semuanya itu lepas dari kemampuan manusia. Setelah lahir maka didalam perkembangannya akan dialaminya masa kanak-kanak. Dimana kanak-kanak tersebut pemeliharaan dan pendidikan terserah kepada ibu dan bapak, kepada orang-orang serumah, sehalaman dan sekampung. Semuanya bukan pilihan manusia itu sendiri.

Suka atau tidak, manusia harus menurut dan meniru. Perangai dan karakter manusia tumbuh disitu dengan tanpa pilihan. Budi bahasa manusia tumbuh sambil meniru contoh yang pernah dialami dan yang didapatinya dengan tanpa pilihan.

Begitu pula paham dan pikiran serta pengetahuan dan keyakinan tumbuh dari diri manusia dengan menerima, dengan meniru dan menurut kepada yang pernah dialami yaitu contoh dan teladan yang pernah dijumpai didalam masa perkembangan dan seterusnya manusia dalam pertumbuhnnya sampailah ke masa dimana manusia tersebut sudah dapat membanding, memilih dan menetapkan segala tindak dan perbuatan yang dilakukannya serta mengerti dan sadar akan segala akibat yang dihadapi dari perbuatan yang dilakukannya; tetapi pada kenyataannya semua paham, pengetahuan serta kehendaknya semuanya berdasarkan pada pengalaman

dan kejadian yang dialaminya pada saat dimana manusia tidak bisa menentukan pilihannya. Manusia tidak bisa melepaskan kesan-kesan yang pernah dialaminya karena kesan itu sendiri sudah menyatu dan tumbuh bersama dengan pertumbuhan manusia itu sendiri. Kesan-kesan itu mengalir dan menyusup kedalam pembuluh-pembuluh darah ………. Dengan keluar masuknya nafas serta mendampingi segala aktifitas yang dilakukan oleh manusia.

Dalam kehidupannya manusia tidak melepaskan ketergantungannya pada sekitarnya dan pada individu manusia yang lain. Pekerjaan yang dilakukan dan yang dijalankan senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, dengan sesama manusia, dengan jauh dan dekat. Didapatinya pergaulan yang teratur, masyarakat tersusun dengan segala hukum dan adat istiadat. Faham, pengertian, pengetahuan dan pemikiran senantiasa bertemu dan bercampur dengan yang ada pada individu yang lainnya. Kadang-kadang bertentangan, kadang-kadnag bertikaian, kadang-kadang bersesuaian, tetapi tetap selamanya saling pengaruh mempengaruhi. Manusia dengan ilmu dan kehendaknya, merasa bahwa ia memiliki segala perbuatan yang dilakukannya dengan ikhtiarnya. Ia sendiri yang menimbulkan pekerjaan dengan neraca akalnya. Ia sendiri yang menentukan pekerjaannya dengan kehendak yang ada padanya. Sesudah itu semua bagian dinyatakan dengan kemampuan yang ada padanya.Kadang-kadang manusia bermaksud menyatakan kecintaannya, tetapi pekerjaan dimaksudkan untuk menyenangkan, kiranya terjadi sebaliknya; yakni mengamati orang yang dicintainya. Kadang-kadang ia mencari keselamatan, tapi bukan keselamatan yang didapatnya tetapi sebaliknya ia terjerumus dalam kancah bencana. Pada itu ia melihat kembali kepada dirinya, kalau-kalau dia kurang cermat, kurang teliti dan kurang pikir.

29

Page 30: Eksistensi TUHAN

Lalu kegagalannya dijadikan sebagai cambuk untuk sukses dan dijadikan sebagai petunjuk dan pelajaran untuk melaksanakan pekerjaan itu kedua kalinya. Ia bekerja lagi tapi kadang kala hasil dan kadang kala gagal. Kalau gagal lagi ia melihat kepada orang lain, barangkali kegagalannya karena ulah dari orang tersebut. Ia marah kepada orang yang disangkanya menjadi sebab gagalnya, karena orang ini melakukan kerja yang sama. Padahal kegagalannya karena perencanaan yang dibuatnya, berbenturan dengan kenyataan yang tidak bisa dijangkau perhitungannya. Akan tetapi kadangkala perencanaannya berjalan dengan lancar tetapi terjadi kecelakaan, kebakaran, atau kapalnya tertiup angin putting beliung. Maka dikala itulah ia merasa bahwa di alam ini ada kekuatan, ada kekuasaan, ada ketentuan yang paling penting, yang tak dapat diliputi oleh kekuatannya sendiri.

Manusia tidak sanggup untuk memberhentikan perputaran planet-planet, mengganti musim semi di musim panas, menukar hujan di musim rontok, membuat gaya tarik menarik bumi tidak bekerja lagi, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu manusia yang melakukan gerak-geraknya, pekerjaan-pekerjaannya didalam alam, terbenturlah dia dengan beberapa perkara yang diluar kemampuannya, yang tidak dalam genggamannya atau kekuasaannya. Ketentuan yang ada pada alam, melingkupi manusia dan selainnya. Dengan sebab itu apabila manusia bergerak, gerakannya itu tentulah dengan ikhtiarnya. Tetapi dikala bergerak ia dilingkupi oleh beberapa hal yang tidak dalam ikhtianya. Mengingat hal ini tidaklah sempurna perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia kalau tidak bersesuaian dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di alam.

Jadi terdapat ketentuan yang berlaku secara umum, yang berlaku berdasar sebab dan akibat. Ketentuan-

ketentuan ini membatasi dan melingkupi kemampuan manusia. Ketentuan ini mengakibatkan adanya “Keharusan Universal” atau kepastian umum atau takdir. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam alam adalah suatu bukti nyata tentang takdir, dengan irodatNya maka takdir dinyatakan dalam bentuk ketentuan yang meliputi alam. Maka ketentuan-ketentuan yang ada itu sering juga disebut Sunnatullah. Ketentuan ALLAH; yang dengan sifat Rahman dan RahimNya memberi tahukan dan menyatakan tentang kekuasaanNya dengan cara yang dapat terjangkau oleh manusia.

HIKMAH AJARAN TAQDIR

Adapun hikmahnya iman kepada Taqdir itu ialah supaya kekuatan dan kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan ALLAH, kemudian dilaksanakan untuk membina dan membangun dengan bersendikan itu, juga untuk mengeluarkan harta dan benda yang terdapat dalam perbendaraan bumi agar dapat diambil manfaatnya. Selain itu agar dapat diolah pula segala kebaikan yang dapat digali dari benda-benda yang terdapat dalam alam semesta ini.

Dengan demikian maka keimanan kepada Taqdir itu adalah merupakan suatu kekuatan yang dapat membangkitkan kegiatan bekerja dan kegairahan sesuatu, malahan dapat merupakan dorongan yang positif untuk memperoleh kehidupan yang layak dan pantas di dunia ini. Sebagaimana juga halnya keimanan kepada Taqdir ini akan menghubungkan manusia dengan ALLAH yang Maha Menguasai seluruh yang ada. Demikianlah sehingga manusia itu akan dapat mengangkat dirinya kepada sifat-sifat yang luhur dan mulia. Akhirnya ia akan menjadi

30

Page 31: Eksistensi TUHAN

seorang yang enggan diperintah, tabah menghadapi kesukaran, berani membela yang hak, berhati baja untuk menyatakan hal-hal yang benar serta menetapi segala kewajiban yang dipikulkan kepadanya.

Sedangkan orang yang tidak percaya kepada takdir, kehidupannya tidak akan tenang. Segala sesuatunya diukur dengan kemampuan rationya, tetapi rationya tidak pernah memberi jawab yang konstan. Karena tabiat ratio memang demikian. Misalnya, seorang suami yang kematian istrinya yang tercinta secara mendadak, tentu akan hilang akal dan memukulkan kepalanya ke dinding sambil meratap meraung panjang, sedih atas istri yang dikasihinya. Sehari, du hari, sebulan, dua bulan ia akan murung, pitam, pusing selalu memikirkan kekasihnya itu. Akhirnya keadaan itu mengakibatkan goncangan batin sehingga terjadi gangguan kejiwaan pada dirinya. Begitu juga seorang dokter yang pandai, mempunyai keahlian spesialis anak tetapi suatu ketika anaknya sakit dan wafat. Ia akan bertanya pada kemampuannya, kenapa anak saya mati kalau sakit, kenapa anak orang lain tidak, wah percuma aku ini sebagai dokter. Akhirnya ia tidak percaya pada kemampuannya; dan karena keahliannya itu adalah berhubungan dengan dunia yang riil, dunia yang exact, akibatnya ia mengambil kesimpulan, semua yang ada ini hanyalah dusta belaka. Oleh karena itu ia membunuh diri.

Tetapi orang yang percaya kepada takdir akan berkata: ini adalah taqdir dari ALLAH yang Maha Kuasa, semuanya harus diterima dengan sabar dan tawakal kepada ALLAH yang menjadikannya.

Dan segi lain orang bisa sombong, angkuh dan takabur apabila ia kaya melagak kesana kemari, bahwa ia seorang yang pintar mencari kekayaan, sehingga kaya raya melebihi orang lain.

Adapun orang yang percaya kepada taqdir, kalau mendapat kekayaan mereka akan berkata: inilah nikmat ALLAH yang dilimpahkan kepada hambaNya. Orang lain bisa juga mendapat rahmat serupa ini kalau ALLAH sudah membuka pintu rizkinya, ALLAH itu pemurah dan penyayang.

Jadi beriman kepada taqdir itu akan memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini hanyalah berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh zat yang Maha Tinggi. Oleh sebab itu jikalau ia tertimpa oleh kemelaratan, ia tidak menyesal, tetapi sebaliknya jikalau ia dilimpahi pertolongan dan keuntungan ia pun tidak gembira sampai lupa daratan. Manakala seseorang itu sudah tidak bersifat kedua hal itu; yakni tidak menyesal, lemah atau lumpuh karena timbulnya keburukan yang tidak diharapkan, juga tidak gembira yang melampui batas karena mendapat pertolongan dan keuntungan, maka itulah seorang manusia yang lurus, terpuji dapat mencapai arah keluhuran dan ketinggian yang teratas sekali.

Orang yang telah sampai kepada tingkatan yang demikian itulah yang akan merasakan kemanisan serta kelezatan iman.

Sebagai disabdakan oleh Muhammad SAW:

“Dari Ibnu Mas’ud R dan beliau berkata bahwasannya Nabi Muhammad SAW berkata: “Tidak akan merasa seseorang kelezatan Iman, kecuali kalau ia sudah yakin, bahwa

31

Page 32: Eksistensi TUHAN

sesuatu yang ditentukan baginya mesti ia dapat dan sesuatu yang tidak ditentukan baginya pasti tidak didapatinya”.

IMAN KEPADA ALLAH

Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang.Mengenal Allah adalah pengetahuan yang tertinggi

dan terpokok, menjadi sendi dasar tempat berdirinya seluruh kehidupan. Dari mengenal Allah timbullah cabang-cabang pengertian untuk mengenal kitabullah, para Nabi, Rasul-rasul dari segala yang bersangkut paut dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu, seperti persoalan terpeliharanya mereka dari dosa, tugas kewajiban mereka. Sifat-sifat mereka, betapa perlunya risalah mereka dan segala yang bersangkut paut dengan kekuatan risalah itu seperti: mu’jizat, pembelaan Allah kepemimpinan, keistimewaan dan timbul pengertian untuk mengenal kitab yang turun dari langit.

Kemudian bercabang kepada mengenal hal-hal yang di luar alam fisik biasa (tidak dapat dikenal dengan mata, telinga, dan panca indera lain) seperti persoalan Malaikat, Jin dan Roh.

Selanjutnya ditambah lagi dengan pengertian tentang ujung dari hidup itu, ke mana, sampai di mana, hidup barzakh (antara hari kematian sampai hari kiamat), kehidupan di akhirat nanti seperti persoalan hari berbangkit di alam baru, hari perhitungan, pahala, surga dan neraka.

ALAM DAN ISINYA MEMBERIKAN KEYAKINAN TENTANG ADANYA ALLAH

Adanya Allah, adalah hakikat (kebenaran) yang tidak perlu diragukan lagi dan gambling. Seperti pati, jelas dan

gamblangnya matahari di siang cerah. Segala isi alam merupakan bukti yang nyata meyakinkan bahwa mesti ada Khalik yang mengadakan dan mengatur pengurusnya.

Alam angkasa luar (langit), tempat beredarnya matahari, bulan dan bintang yang gemerlapan dan bumi yang didiami manusia dan berisi binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda beku dan cair. Itu semuanya merupakan perimbangan ukuran dan ketelitian yang terjadi dalam penyusunan tempat dan waktu, sehingga segala-galanya teratur rapi, sistematis dan cermat, tidak lain merupakan bukti yang nyata tentang pastinya ada ALLAH. Dan yang menjelaskan “bahwa ALLAH sajalah yang mengadakan”. Tidaklah masuk akal, bahwa alam itu menjadi ada tanpa ada yang mengadakan, sebagaimana tidak masuk akal pula ada mesin tanpa ada yang membuatnya.

MAHA SUCI ALLAH DENGAN SEGALA SIFAT DAN KEAGUNGANNYA

Dan bukanlah wujud yang mempunyai rupa, bukan pula unsure yang dibatasi ruang tak serupa dengan semua makhluk yang diikat ukuran dan takaran. Dia bukanlah unsure dan tidak pula ditempati unsur bukan pula bentuk dan dimensi atau ditempati bentuk dan dimensi. Bahkan dia tidak serupa dengan semua yang ada, dan tidak pula ada sesuatu yang menyerupaiNya.

Dia tidak dibatasi ukuran,tidak dilingkung oleh tepi, tidak dibatasi arah dan tidak terangkum oleh bumi dan langit. Dia bersemayam di atas arasy menurut cara yang difirmankanNya dan arti yang dikehendakiNya akan tetapi persemayamanNya itu maha sucilah dari bersentuh dan menetap, bertenang dan bertempat, ataupun berpindah letak. Arasy tidaklah mendukungNya tetapi arasy dan para

32

Page 33: Eksistensi TUHAN

Malaikat pendukung Arasylah yang dibawa dengan kodratNya dan berada di dalam genggamannya.

Bila mengetahui Arasy dari langit, dan mengetahui segala sesuatu ………. pada ujung semesta. Mengatas tanpa mendekat ke Arasy dan langit, pun tanpa menjauh dari bumi dan pusat bumi. Bahkan meninggi derajatNya dari bumi dan pusat bumi. Dalam pada itu,- Dia Maha dekat dari segala yang ada, lebih dekat kepada hambaNya dari urat leher sang hamba sendiri. Dia menyaksikan segala sesuatu. KehampiranNya tidaklah dengan kehampiran benda, sebagaimana tidak serupa zatNya denga zat benda. Dia tidak bertempat pada sesuatu dan tidak ada sesuatu yang bertempat padaNya.

Maha tinggi Dia dari dilingkungi oleh tempat, sebagai MahasuciNya dari dibatasi zaman. Bahkan Dia telah ada sebelum ruang dan waktu itu diciptakanNya. Dia sekarang menurut wujudnya dahulu juga.

Sekalian sifatnya berlainan dari makhluknya. Tiada unsur lain dalam zatNya di dalam yang lain. Maha sucilah Dia dari segala perubahan dan perpindahan. Dia tidak ditempati oleh segala peristiwa dan tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat yang mendatang. Bahkan Dia senantiasa dalam semua sifat kebesaranNya, bersih dari kehilangan sifat-sifat itu,. Dia selalu dalam segala kesempurnaan sifatnya, tanpa memerlukan tambahan sifat kesempurnaan itu.

SIFAT-SIFAT ALLAH

Segala puji bagi ALLAH yang telah mengistimewakan para pengikut Sunnah Nabi dengan nur keyakinan, dan mengutamakan pendukung kebenaran dengan petunjuk pengokoh sendi Agama. Mereka dijauhkan dari tiupan kaum

penyeleweng dan kebejatan para Atheis. Diberikannya taufik kepada mereka untuk mengikuti jejak langkah penghulu segala Rasul, ditunjukiNya mereka supaya dapat meneladani para sahabat yang mulia dan dimudahkanNya bagi mereka mengikuti cara hifup Ulama Salaf (ulama yang terdahulu), sehingga mendapat pegangan yang kuat dikiranya melalui jalan terang dalam kepercayaan sepanjang hidup para Ulama itu. Lalu mereka berhasil menyelaraskan buah pikiran ilmiah dengan hukum syariat dan memastikan bahwa mengucapkan kalimat pengabdian “LA ILAHA ILLA ….MUHAMMADARRASULULLAH”, adalah tanpa hasil dan faedah; selama belum dikuasai kandungan isi dan pokok-pokok KALIMAT SYAHADAT INI.

Mereka dapat meresapkan bahwa KALIMAT SYAHADAT yang pokok ini mengandung pe….tentang sifat ALLAH dan perbuatanNya serta kebenaran RasulNya.

Jadi, ALLAH itu AWAL dan ABADI (tidak didahului dan tidak diakhiri). ALLAH sendiri menerangkan sifatnya ini:

“ALLAH itulah yang awal (paling dahulu), yang paling akhir, yang nyata jelas karena jelas bukti ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Dia ada, dan yang bathin (tidak bisa ditanggapi dengan panca indera dan tidak sanggup akal mengenal seluruh hakikatNya Yang Maha Luas dan Yang Maha Tinggi). Dan Allah itu mengetahui segala-galanya.”(Surat Al-Hidayat 3)

33

Page 34: Eksistensi TUHAN

“Segala yang di langit dan di bumi akan fana, dan yang kekal ialah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (Surat Ar-Rahman ayat 26-27)

II. TIDAK SATUPUN YANG MENYAMAINYAALLAH itu Maha suci dan sempurna, tiada

sesuatupun yang bisa menyamaiNya dan Dia tidak serupa dengan sesuatu apa jua. Bila hatimu membayangkan sesuatu tentang ALLAH, maka Dia tidak sama dengan apa yang engkau bayangkan di hatimu itu. ALLAH sendiri menerangkan siapa Dia, katanya:

“Tidak ada sesuatupun yang menyamaiNya, dan Dia selalu mendengar lagi melihat segala-galanya.” (Surat As-Syura ayat 11)

Kalau ada pada makhluk sebagian sifat yang sama seperti melihat, mendengar, berbicara dan sebagainya, maka itu hanya nama sifat yang sama bukan hakikatnya.

Bila dikatakan orang: Si Anu mengetahui, hidup, wujud, kuasa, penyayang, bijaksana, maka itu hanya menurut lahirnya saja.

Apalagi keadaaan ilmu, hidup, wujud, kuasa rahmat dan bijaksana. ALLAH bersifat sempurna, benar-benar sempurna, sedangkan wujud sifat pada manusia –dan makhluk, amat dangkat dan kurang sekali, kalau dibandingkan dengan sifat-sifat yang dipunyai ALLAH yang Maha Besar Sempurna.

“Dan ALLAH lah yang mempunyai sifat yang Maha Tinggi, dan Dia Maha Perkasa dan Bijaksana”. (Surat An-Nahl ayat 60)

Kejadian manusia lemah, sedang ALLAH Maha Kuasa dan Perkasa (yang dikehendakiNya jalan terus, tidak terpatahkan).

Manusia selalu memerlukan yang lain, sedangkan ALLAH Maha Cukup dan Maha Terpuji (tidak memerlukan bantuan).

Manusia menjadi Bapak dan Anak, sedangkan ALLAH tidak memerlukan anak yang melanjutkan urusanNya dan tidak memerlukan Bapak untuk mengambil asal kekuatan.

Manusia pelupa sedangkan ALLAH tidak pernah lupa dan tersesat.

Manusia bersifat kekurangan, sedang ALLAH sempurna mutlak.

Manusia pasti akan mati, sedangkan ALLAH terus hidup dan tidak pernah akan mati.

ALLAH menerangkan lagi tentang siapa Dia:

“ALLAH itu Tuhan tidak ada Tuhan selain Dia, yang Hidup lagi menghidupkan, yang berdiri sendiri, Dia lah yang menegakkan bumi, langit dan seluruh alam. Dia tidak pernah dipengaruhi rasa kantuk dan lupa, karena hidupNya suci bersi, tidak sama dengan kehidupan yang lain, yang dipengaruhi oleh kelemahan karena mengantuk, tidur dan lupa. Dia yang mempunyai/ menguasai seisi langit dan bumi. Tidak seorangpun yang bisa memberikan syafa’at (bantuan di sisiNya kecuali dengan ijinNya yang

34

Page 35: Eksistensi TUHAN

dikehendakiNya). Dia lah yang mengetahui apa yang telah atau sedang mereka hadapi dan apa yang bakal terjadi. Makhluk-makhluk tidak mungkin bisa mengetahui seluruh ilmu ALLAH itu. Kecuali sekedar yang dikehendakiNya menurut kekuatan jangkauan akal dan keperluan makhluk-makhluk itu. Kursi kekuasaan yang Maha Tiggi dan Maha Besar (dihormati, disayangi, ditakuti dan dikagumi karena kesempurnaan ketinggian, kemuliaan, kesucian, kedaulatan, dan kesanggupanNya yang tidak ada bandingnya).” (Surat Al-Baqarah ayat 255)

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah: “Harap jelaskan kepada kami sifat Tuhanmu!” Maka turunlah ayat berikut:

“Jelaskanlah hai Muhammad ! Dia itu ALLAH. Dia esa, tunggal. ALLAH itu yang dituju untuk memajukan permohonan karena Dialah yang menyediakan segala keperluan. Dia tidak beranak, karena berdiri sendiri, tidak memerlukan anak untuk melanjutkan urusanNya. Dia tidak beranak dari yang lain karena Dia berdiri sendiri tidak ada yang mendahuluiNya. Dia tidak satupun yang jadi sekutuNya (yang menyamaiNya) atau sederajat dengan Dia, ataupun yang diseru bersamaNya).”

( Surat Al-Ikhlas)

Dengan menelaah ayat itu, sampailah kita kepada firman “Tidak ada sesuatu pun yang menyamai ALLAH.”

Maka kita mengabdi kepada ALLAH saja, tidak dikurangi dan ditambah dengan yang lain dantidak dipersamakan dengan yang lain dan tidak dimasuki subhat yang datang dari luar Islam. Bagi kita cukup beriman menurut yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah SAW.

III. ALLAH ITU MAHA ESA (TUNGGAL)ALLAH adalah Esa tanpa sekutu. Sendirian tanpa

tara. Dia sendiri Mencipta dan Mengatur, sesukaNya menandakan dan membentuk, tak ada kawan yang menyamainya dan tak ada lawan yang menyaingiNya. Sebagaimana terbukti dalam firmanNya:

“Kalau ada Tuhan lain selain ALLAH, di langit dan di bumi, maka langit dan bumi itu pasti akan binasa. ” ( Surat Anbiya ayat 22 )ALLAH……

a) Zat ALLAH Esa, berarti zat ALLAH bukan tersusun dari bagian-bagian dan tidak ada yang menyertaiNya/menjadi sekutuNya dalam kekuasaanNya:

35

Page 36: Eksistensi TUHAN

“Maha Suci ALLAH dari segala kekurangan. Dia lah ALLAH yang Esa menguasai segala-galanya.( Surat Az-Zumar ayat 4 )

b) Sifat ALLAH itu satu, berarti tidak ada sifat lain yang menyamai sifat ALLAH.

c) Af’al ALLAH satu berarti: tidak ada satu pun selainNya yang benar-benar melakukan perbuatan, ALLAH lah yang menjadikan segala sesuatu sesuatu dan yang menyempurnakan bikinan segala sesuatu, ALLAH sendirilah yang mewujudkan dan yang mengadakan.

IV. KUASA

Dia berkuasa, Maha Perkasa, tidak mengalami kekuarangan dan kelemahan, tidak merasai kantuk dan tidur, tidak ditangani kebinasaan dan maut. Dia mempunyai Kekuasaan Keperkasaan, Kuasa Cipta dan Kuasa Printah. Langit serta isinya dilipat tangan kananNya dan seluruh makhluk tunduk dalam genggamanNya. Dia sendirian yang menjadikan dan menciptakan segala sesuatu, tunggal dalam menjadikan dan men…..Dialah yang menciptakan makhluk dan sekalian perbuatan yang mereka serta menentukan rezeki dan ajal mereka. Tak ada kejadian yang keluar dari genggamanNya dan semua pertukaran keadaan tidak lenyap dari kodratNya. Tak dapat dihitung segala yang dikuasainya dan tidak berkesudahan segala yang diketahuiNya.

“Dan Dia menguasai segala sesuatu”( Surat Al-Maidah ayat 120 )

V. BERKEHENDAK MENENTUKAN SENDIRI (IRADAH)Dia berkodrat-Iradat terhadap semuanya yang ada,

Mengatur segalanya. Maka sekalian yang berlaku di alam yang nyata dan yang gaib (alam malaikat) hanyalah dengan kekuatan dan takdirNya beserta himah, kehendak dan kebijaksanaanNya, meskipun sedikit atau banyak, besar-kecil, baik jahat, berfaedah-berbahaya, iman kafi, mengakui – mengingkari, berlaba atau merugi, bertambah-berkurang, taat-ma’siat.

Apa saja yang dikehendakiNya terjadi, apa yang tidak dikehendakiNya takkan terjadi. Tak keluar dari kehendakNya satu kerdipan mata ataupun getaran hati. Bahkan Dia lah yang memulai kejadian dan mengulangnya serta berbuah sekehendakNya, tak ada yang dapat menolak perintahNya, tak ada yang bias mengingkari putusanNya, tak mungkinkah seseorang hamba terhindar dari mendurhakainya; kecuali dengan Taufiq dan RahmatNya, tak ada pula daya untuk mentaatiNya hanya dengan kehendak dan Iradatnya semata.

Kalaulah manusia, jin, malaikat dan syaithan berkumpul hendak menggerakkan atau menghentikan sebutir debu di alam ini tanpa Iradah dan kehendakNya, pastilah takkan mungkin mereka lakukan.IradatNya berdiri dengan zatNya dalam kumpulan sifat-sifatNya.Dia senantiasa bersifat dengan IradatNya dala azal itu tanpa terdahulu atau terkemudian; bahkan semua terjadi sesuai dengan Ilmu dan IradatNya tanpa pertukaran dan perobahan. Dia lah yang mengurus segala urusan tanpa urutan fikiran atau memakan waktu. Oleh karenanya, tak ada satu jua pun yang dapat merintanginya.

36

Page 37: Eksistensi TUHAN

“Bicara Kami, terhadap sesuatu bila Kami menghendaki (tentukan) tidak lain dari mengatakan ”KUN” -Jadilah! - maka terjadilah sesuatu itu menurut yang kami tentukan!”( Surat An-Nahl ayat 40 )

“Tuhanmu menjadikan yang dikehendakiNya dan Dia lah yang memilih-menentukan. Mereka tidak akan bisa menentukan. Maha Suci dan Maha jauh ALLAH dari –segala yang mereka perkatakan kepada ALLAH.”( Surat Al-Qashash ayat 68)

VI. MENGETAHUI (AL-ILMU)Bila

mengetahui segala, meliputi IlmuNya akan semua yang terjadi sejak dari ( …?…..) sampai bumi sempadan puncak, sepadan langit. Dia Mengetahui, dan tidak luput dari IlmuNya seberat atompun, di bumi dan di langit. Bahkan diketahuiNya gerak langkah titik hitam di atas batu hitam dalam malam yang gelap kelam. DiketahuiNya pula gerak ( … ?….) di angkasa; demikian juga semua rahasia yang tersembunyi. Dia mengetahui detak hati nurani semua gerak dari lintasan bathin yang tersembunyi. Semua yang terjadi diketahuiNya dengan ilmu yang qidam serta Azali, senantiasa Dia bersifat demikian sedari zaman antah-berantah, bukan dorongan ilmu baru yang terjadi pada zatNya sehingga timbul dan hilang.

“Apa engkau tidak melihat bahwa ALLAH mengetahui apa isi langit dan bumi. Tidak berbisik tiga orang, melainkan ALLAH yang keempatnya, tidak berlima melainkan Dia lah yang keenamnya, tidak lebih kurang dan tidak lebih banyak dari itu melainkan ALLAH bersama mereka, di mana saja mereka berada, kemudian ALLAH memberitakan apa yang mereka perbuat itu pada hari kiamat. Sungguh Allah mengetahui segala-galanya.”( Surat Mujadalah ayat 7 )

“Di sisiNyalah kunci hal yang gaib, dan tidak ada yang mengetahui selain Dia mengetahui yang di darat, di laut, tidak selembar daunpun yang jatuh, melainkan Dia ketahui juga. Tidak satu biji pun, sekalipun terletak di bumi, gelap, begitu juga yang basah atau kering melainkan “setiapnya” tercatat dalam kitab dengan jelasnya.”( Surat An’am ayat 59 )

VII. MENDENGAR DAN MELIHATDia Mendengar dan Melihat tanpa ada yang luput

dari pendengaranNya suatu apapun meski tersembunyi bagaimanapun, dan tak ada yang luput dari penglihatannya suatu apa walaupun betapa halusnya. Pendengarannya tak terhalang karena jauh dan Penglihatannnya tak tertutup

37

Page 38: Eksistensi TUHAN

karena gelap. Dia melihat tanpa indera mata. Mendengar tanpa telinga, bagaimanapun Dia Mengetahui tanpa alat dan otak, bertindak tanpa anggota dan Mencipta tanpa alat. Karena segala sifat-sifatNya taklah serupa dengan sifat-sifat makhluk sebagai mana zatNya pun tak serupa pula dengan zat makhluk.

“ALLAH mendengar perkataan perempuan yang membicarakan keadaan suaminya dengan engkau. Perempuan itu mengadu kepada ALLAH. Dan ALLAH mendengar buah percakapan itu.ALLAH itu selalu mendengar dan melihat”.( Surat Mujadalah ayat 1)

“Dia mengetahui curian gerak mata dan tersembunyi di dalam dada.”( Surat Ghafir ayat 19 )

VIII. HIDUP (HAYAT)Sifat hidup inilah yang membenarkan sifat-sifat

Kuasa, Menentukan, Mengetahui, Mendengar, dan Melihat. Tanpa sifat Hidup, sifat-sifat tersebut tidak ada sama sekali.Hidup ALLAH hidup yang sempurna, tidak ada yang lebih sempurna daripadaNya, betapa besar keadaan dan hakikatnya tidak bisa dicapai dan diketahui oleh akal manusi, sebab tenaga akal manusia tidak mampu untuk menjangkau hakikat yang sebenarnya dari sifat ALLAH.Hidup ALLAH itu tidak diiringi oleh fana dan mati atau “tidak ada”. Dan alam ini tidak mungkin ada tanpa diadakan oleh yang bersifat hidup.

“Dan percayakanlah dirimu kepada urusan Tuhan Yang Hidup yang tidak akan pernah mati.”( Surat Al Furgon ayat 58 )

X. BERKATA (KALAM) ALLAH berfirman, Menyuruh dan Melarang kita,

membujuk dan mengancam kita dengan tutur kata yang Azali, Qadim, berdiri sendiri, tidak serupa dengan perkataan makhluk. Bicaranya tanpay suara yang terjadi dari keluarnya udara atau getaran benda. Juga tanpa huruf yang berhenti oleh menopangnya bibir atas bergeraknya lidah. Qur’an, Taurat, Injil, dan Zabur adalah kitab-kitab Nya yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya alaihimussalam.

Qur’an dibaca dengan lidah, dituliskan di mashaf dan dapat dihafal dalam hati. Dalam pada itu, Ia bersifat qadim, berdiri pada zat ALLAH, tidak dapat dipisahkan dan diceraikan disebabkan berpindahnya ke dalam hati dan kertas. Nabi Musa AS telah pernah mendengar firman ALLAH yang tanpa suara dan huruf itu sebagaimana orang-orang utama dapat melihat zat ALLAH di akhirat tanpa unsur dan Dimensi.

Dengan sekalian sifat-sifat ALLAH tersebut, adalah ALLAH yang hidup dengan kehidupanNya, yang Berilmu dengan pengetahuanNya, yang Berkuasa dengan QodratNya, yang Berkehendak dengan IrodatNya, yang Mendengar dengan PendengaranNya , yang Melihat dengan PenglihatanNya dan yang Berfirman dengan KalamNya. Jadi bukanlah zat semesta.

“ ALLAH benar-benar berkata kepada Musa.”( Surat An-Nisa’ ayat 164 )

38

Page 39: Eksistensi TUHAN

“ Katakanlah! Kalau kiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis “Kalimat Tuhanku” niscaya habislah air laut itu sebelum habis Kalimat Terbaku (yang menunjukkan kebesaran dan kesempurnaan ALLAH) dituliskan, bahkan walaupun air laut itu ditambah lagi dengan sebanyak yang ada.”( Surat Al-Kahfi ayat 189)

“ Dan andaikata semua pohon yang ada di bumi dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta dengan ditambah lagi sesudah itu tujuh lautan yang lain, maka belum akan habislah Kalimat-kalimat ALLAH yang akan ditulisNya.”

ASPEK IDEOLOGI DARI ISLAM

(Pokok-pokok pikiran ini disampaikan oleh Dahlan Ranuwiharjo, S.H. kepada pertemuan Diskusi yang diselenggarakan oleh alumni/KAHMI/HMI Surabaya-Malang-Jember. Tanggal 22-23 Agustus 1981 di Malang.)

I. Permasalahan

1. Adakah Islam itu suatu ideology? Jika demikian apakah Islam itu lalu berdiri sama tinggi sejajar dengan ideolog-ideologi di dunia? Bukankah Islam

itu Dienullah, agama wahyu Illahi, sedangkan ideologi-ideologi itu adalah hasil pemikiran manusia?

2. Apakah Islam itu bukanlah ideologi? Lalu apa peranan Islam di dalam pertarungan dan percaturan ideologi-ideologi di dunia dewasa ini dan di masa yang akan datang? Apakah hanya sekedar menentang sesuatu ideologi yang anti-Tuhan?

3. Ideologi berfungsi untuk mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat; Jika Islam bukanlah ideologi atau tidak mengandung ajaran-ajaran ideologi, lalu bagaimana Islam akan mengurus kehidupan bernegara dan bermasyarakat, karena Islam selain mengurus ibadat, juga mengurus kehidupan negara dan masyarakat?

4. Benarkah pendapat seorang orientalis bahwa di kalangan kaum muslimin terdapat kelompok yang mengidealisir “Islam sebagai satu-satunya alternatif terhadap segala macam isme dan ideology” (Abdurrahman Wahid, Majalah TEMPO, 20 Juni 1981).

5. Menurut hakikat ajaran Islam – bukannya menurut pendapat orientalis – bagaimana sebenarnya hubungan antara Islam dan ideologi, bagaimana sikap Islam terhadap ideologi dan bagaimana kedudukan ideologi terhadap Islam?

6. Bagaimana kondisi ideologis dari negara-negara yang rakyatnya beragama Islam dewasa ini?

II. Latar Belakang Permasalahan 1. Sejak bulan-bulan pertama setelah Proklamasi ,

khususnya dalam tahun-tahun lima puluhan, Partai-

39

Page 40: Eksistensi TUHAN

partai Islam di Indonesia menganut apa yang sering didengung-dengungkan sebagai ‘Ideologi Islam” tanpa memberikan perincian yang lengkap dan komprehensif apa isinya mengenai semua segi kehidupan negara dan masyarakat, sehingga sampai sekarangpun perumusan isi ideologi itu belum pernah diberikan. Dapatlah dikatakan bahwa selama 35 tahun, ummat Islam Indonesia hanyut dalam slogan

(Al-Qur-an S.34:15) dan dalam bahasa verbalisme :”Berlakunya Hukum dan ajaran Islam di dalam kehidupan orang perseorangan, masyarakat dan negara”.

Terhadap gerakan mendirikan NII dari almarhum Kartosuwiryo, partai-partai Islam tidak menyikapinya dari sudut ajaran Islam sendiri, melainkan sekadar menyatakan bahwa berbeda dengan Kartosuwiryo, partai-partai Islam menempuh jalan yang legal parlementer.

Partai NU-lah yang pada tahun 1953 menyatakan sikap agamis terhadap gerakan Kartosuwiryo yaitu dengan mengangkat Soekarno sebagai

(pemegang pemerintahan darurat berkekuasaan penuh), dengan demikian memberi “legitimasi agamis” kepada pemerintah RI untuk menumpas garakan Kartosuwiryo sebagai telah melakukan “ … .” (pemberontakan); Kyai Masykur, Tempo, 2 Mei 1981.Catatan: Kata bughoh tercantum di dalam surat Al Hujurat (S.49:9).

Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, partai-partai Islam telah melepaskan aspirasi “Negara Islam”, namun persoalan ini kadang-kadang muncul di dalam arena politik di Indonesia , sampai-samapi di kalangan ummat Islam di Indonesia ada yang merasakan seakan-akan persoalan ini akan dijadikan semacam “hutang abadi” yang setiap waktu dapat saja ditagih kepada generasi-generasi penerus ummat yang notabene tidak tahu menahu apalagi bertanggung-jawab atas persoalan tersebut.

Di balik itu dari kalangan Ummat Islam sendiri atau tepatnya dari kalangan kepemimpinan (politik) Ummat Islam di Indonesia tidak tampak adanya usaha atau bimbingan untuk membuat Ummat Islam Indonesia immun kebal terhadap aspirasi “Negara Islam” itu, meskipun disadari bahwa aspirasi ini tidak boleh tidak akan membentur kepada tembok beton dasar Negara: Pancasila, terlepas dari persoalan Pancasila-nya sendiri.

Belakangan ini dengan munculnya gerakan Warman dan Imran, terlepas pula dari soal bonafiditasnya gerakan kedua orang ini, namun yang terang adalah bahwa ada kalangan generasi muda Islam yang terpikat dan terbawa oleh gerakan itu. Kemungkinan selalu ada akan munculnya gerakan serupa, bagaimana mencegahnya, hal ini terutama tugas kepemimpinan (politik) Ummat Islam di Indonesia dan di dalam hal ini kaum intelektual muslim harus pula memberikan sahamnya.

2. Perkembangan di luar Indonesia menunjukkan bahwa negara-negara yang (mayoritas) rakyatnya beragama Islam dan sebagian besar memperoleh kemerdekaan setelah usainya Perang Dunia II,

40

Page 41: Eksistensi TUHAN

negara-negara luar tersebut tidak atau belum mengatur kehidupannya menurut ajaran-ajaran Islam, walaupun negara-negara tersebut – secara tidak tepat – sering disebut sebagai “Negara Islam”.Di dalam tempo tiga puluh tahun kita menyaksikan tumbangnya kerajaan-kerajaan “Islam” (Islamnya antara tanda kutip) di mulai dengan Kerajaan Mesir pada tahun 1952, disusul dengan kerajaan Irak pada tahun 1958, Yaman Utara pada tahun 1962, Libya pada tahun 1969, Afganistan pada tahun 1973 dan Iran pada tahun 1979.

Di dalam tempo sepuluh tahun terakhir kita menyaksikan republik-republik “Islam” bergelimpangan jatuh, yaitu Yaman Selatan pada tahun 1969, Sudan pada tahun 1969, Irak pada tahun 1969, Syria pada tahun 1970, Pakistan pada tahun 1971 (dengan munculnya Republik Bangladesh), dan Afganistan pada tahun 1978 (dengan digulingkannya Presiden Daud oleh tokoh Marxis Taraki).

Pakistan adalah negara pertama di dunia yang secara formal dapat disebut Negara/Republik Islam setelah konstitusinya yang disyahkan pada tahun 1956 disebut “The Constitution of the Islamic Republic of Pakistan”, di mana tercantum di antaranya :

“…. That Pakistan would be a democratic statis based on Islamic principles of social justice;”“Where in the principles of democracy, freedom, equality, tolerance and social justice as enunciated by Islam, should be fully observed;”“Where in Muslims of Pakistan should be enabled individually and collectively to order

their lives ini accordance with the teachings and requirements of Islam, as set out – ini the Holy Quran and Sunnah;”

Tetapi di dalam perkembangannya sejak didirikan, Republik Islam Pakistan itu di dalam praktek politiknya telah hanyut di dalam demokrasi liberal ala demokrasi barat dan di dalam ekonominya tenggelam di dalam oligarchaal kapitalisme, di mana penguasaan ekonomi Pakistan berada di tangan 21 keluarga muslim (Pakistan Barat), yang semuanya itu mengakibatkan disintegrasi Republik Islam Pakistan.Republik “Islam” Pakistan ala Jendral Zia u’lhaq masih merupakan tanda tanya besar, karena ungkapan Islamnya baru pada pelaksanaan hukum cambuk bagi yang kedapatan mabuk di tempat umum, sedang system politik negara “Islam” (Islamnya antara tanda kutip) ini adalah diktatur militer yang tidak dapat justified dari sudut ajaran Islam.

3. Kaum Muslimin Iran yang telah berhasil dalam sikap radikal revolusioner menghadapi persekongkolan kapitalisme dan neo-feodalisme dengan telah terusirnya begundal-begundal kapitalis Amerika dan ditumbangkannya rejim otoriter feodal Syah, rakyat Iran di dalam Republik Islam sekarang ini berada di dalam dilemma besar antara keharusan melanjutkan revolusinya dengan memberi isi yang dapat memenuhi kebutuhan rokhani dan jasmani rakyat dan kenyataan berlakunya (menurut UUD RII) system pemerintahan yang bertumpu pada Immah (pasal 2 sub. 5 : “Everlasting leadership of Immah and its role in giving permanence to the Revolution

41

Page 42: Eksistensi TUHAN

of Islam” ); yang Immah ini diemban oleh faghih yaitu Ayatullah Khomeini yang jika berhalangan akan diemban oleh Dewan Kepemimpinan yang terdiri dari sejumlah faghih yang cakap (pasal 5); system Immah ini dengan perkembangan revolusi Iran dewasa ini menjadi diragukan kemampuannya meneruskan dan menyelesaikan tugas-tugas Revolusi , apalagi setelah system Immah berubah menjadi diktatur partai Republik Islam yang di dalam prakteknya menjadi diktatur kaum Mullah, meskipun dalam Introduction dari Konstitusi RII tercantum dalam bab “Method of Government in Islam”:

From the view point of Islam, government is net the product of any class distinction or the supremacy of one particular group or class in society…..

4. Di dalam pertarungan sengit yang sampai sekarang masih berkecamuk antara dua ideology – dunia yang besar yaitu liberalisme/kapitalisme/demokrasi dan variasi-variasinya pada pihak yang satu dan marxisme/sosialisme/komunisme dan variasi-variasinya pada pihak yang lain, orang menuju pula pada alamat Islam dan bertanya sejauh mana Islam dapat menyajikan ideology yang lebih baik dari kedua ideology tersebut. Tantangan kepada Islam ini tentulah tidak dapat dijawab hanya dengan keterangan bahwa Islam adalah sempurna melebihi isme-isme dan ideology-ideologi lain. Betapapun yakinnya seorang muslim terhadap kesempurnaan Islam – dan seorang muslim memang harus berkeyakinan demikian – namun jawaban serupa itu tidaklah membuat seorang muslim – apalagi yang bukan muslim – lalu memperoleh pegangan yang

kongkrit tentang bagaimana Islam mengatur kehidupan negara dan masyarakat khususnya yang menyangkut ciri-ciri khas suatu ideology yang membedakan dengan ideology lain yaitu tentang bagaimana hubungan warga negara dan penguasa c.q. hak/kewajiban warga negara vis-à-vis hak/kewajiban penguasa, jadi mengenai apa yang lazim dikenal tentang hak-hak asasi atau hak-hak politik , serta hak/kewajiban warga negara vis-à-vis penguasa dalam bidang ekonomi, jadi mengenai hak berusaha berikut hak pemililikan atas sumber ekonomi (tanah, kekayaan alam, dan alat-alat produksi) berikut pembatasan-pembatasannya.

5. Ummat Islam di seluruh dunia berhasrat menjadikan

abad XV H. sebagai abad Kebangkitan Islam, tetapi baik dari Organisasi-organisasi Internasional maupun nasional c.q. DPP Partai Persatuan Pembangunan dan MUI Pusat tidak mau mau atau belum ada rencana bagaimana akan mencapai Kebangkitan Kembali itu. Dengan kegiatan-kegiatan tradisional dan rutin saja, walaupun kegiatan tradisional ini sudah ditambah dengan penyelenggaraan MTQ setiap dua tahun, Kebangkitan itu tidaklah akan tercapai. Propanen approach kekuasaan akan mengedepankan tentang perlunya lebih dahulu kekuasaan berada di tangan kembali tanpa menyerang bagaimana akan memperoleh kekuasaan itu. Kekuasaan politik di negara-negara yang rakyat (mayoritas) nya beragama Islam berada di tangan orang-orang Islam, tetapi sebagian – khususnya di Timur Tengah – dalam kondisi sekedar mempertahankan status quo dengan mengadakan reform kecil-kecilan setidak-tidaknya tidak

42

Page 43: Eksistensi TUHAN

menyeluruh secara fundamental. Di Indonesia partai-partai Islam pernah beberapa kali memegang kekuasaan politik tetapi tidak lepas tanpa bekas. Apakah dari fakta-fakta ini tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan Ummat Islam khususnya di Indonesia belum mempunyai konsep ideology untuk mengatur kehidupan di negara di dalam segala seginya, sedangkan ummat lainnya yaitu pihak Barat (Kapitalis) dan pihak Timur (Komunis) masing-masing sudah mempunyai “being in and ready for use”. Dapatkah Kebangkitan Kembali Islam dicapai tanpa adanya konsep ideology yang bersumberkan kepada ajaran-ajaran Islam?

Latar belakang permasalahan-permasalahan tersebut di atas lah yang mendorong tulisan ini mencoba menelaah aspek ideology dari Islam.

III. Pengertian danFungsi Ideologi 1. Ideologi ialah : Seperangkat ajaran-ajaran atau

gagasan-gagasan berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara/masyarakat di dalam segi-seginya serta yang disusun di dalam sebuah system berikut aturan-aturan operasionalnya.

Beberapa implikasi terdapat di dalam pengertian tersebut:

a. Penyusunan seperangkat gagasan/ajaran menjadi sebuah sistem adalah pemikiran manusia, sedangkan ajaran-ajarannya sendiri dapat berasal dari

Allah bagi yang berdasarkan pandangan hidup Islam dan berasal dari pemikiran manusia. Dengan demikian, ideologi itu adalah hasil pemikiran manusia

b. Ideologi hanya untuk kehidupan di dunia

c. Ideologi adalah untuk negara tertentu (karena belum adanya negara dunia).

d. Ideologi dapat berubah menurut tempat dan waktu.

2. Fungsi Ideologi : adalah untuk mengatur kehidupan negara di dalam segala segi-seginya. Yang mengatur sebuah segi saja dari kehidupan negara misalnya mengenai sistem politiknya disebut sub ideologi.Di dalam negara yang terdiri dari berbagai golongan rakyat yang masing-masing berideologi sendiri, jika saling bertentangan dinamakan counter ideologi, jika tidak bertentangan dinamakan co ideology. (Misalnya Islam terhadap Pancasila.

IV. Islam dan Ideologi 1. a. Islam adalah wahyu Illahi, bukan hasil pemikiran manusia.

b. Islam mengatur kehidupan dunia dan akhirat.c. Islam adalah universal, ajaran-ajarannya berlaku

kapan saja, di mana saja, dan bagi rakyat atau bangsa mana saja.

Kesimpulan Islam bukanlah ideologi, tetapi lebih tinggi dari ideologi.

43

Page 44: Eksistensi TUHAN

2. Islam mengandung seperangkat ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang jika disusun di dalam satu sistem serta diproyeksikan ke dalam suatu negara akan dapat merupakan ideologi bagi negara itu.Ideologi demikian disebut ideologi yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam, atau yang bersumberkan Islam atau yang diwarnai oleh Islam.

V. Keharusan Ummat Islam berideologi Al An’am (S.6) : 165

(Dan Dia lah yang menjadikan kamu manusia penguasa di bumi….).

An-Nur (S.24): 55

(ALLAH menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh di antara kamu, mereka akan menjadi penguasa di bumi, sebagaimana orang-orang sebelum mereka….)

Al-Maidah(S. 5): 44,45,47

(Barangsiapa tidak berhukum – mengatur dunia – dengan apa yang telah diturunkan oleh ALLAH, mereka adalah kafir atau dholim atau fasiq).

Hadis Nabi:

(Kutinggalkan kepadamu dua perkara yang jika kalian berpegang kepada kedua-duanya tidak akan menyesal selama-lamanya : Kitab ALLAH dan Sunnah Rasul).

Keharusan berideologi adalah konsekuensi dari pengangkatan dari manusia menjadi khalifah di muka bumi , karena ideologi berfungsi untuk mengatur bumi atau dunia yang terdiri dari negara-negara dan masyarakat-masyarakat. Dan kedudukan khalifah itu dijanjikan oleh ALLAH kepada manusia yang beriman dan beramal sholeh, jadi kepada kaum muslimin. Dan ideologi itu mestilah bersumber kepada Al Qur-an dan Al-Hadis.

VI. Syari’at dan Fiqh Bagaimana kedudukan fiqh terhadap syari’at, hal ini

disinggung oleh Sayid Qutb di dalam bukunya “Masyarakat Islam”, terjemahan H.A. Mu’ti Nurdin, SH, terbitan yayasan at Taufiq, PT Al Ma’arif, Bandung cetakan II, 1978.Sayid Qutb di antaranya menerangkan :

“Syari’at adalah ciptaan Allah bersumberkan Qur’an dan Sunnah, sedang Fiqh adalah ciptaan manusia yang terbit dari upaya memahami, menafsirkan dan menerapkan Syari’at di dalam suasana tertentu.”

“…..Hasil-hasil yang disimpulkan (oleh Fiqh) tidak akan naik martabatnya menjadi “bagian yang suci” dalam syari’at”. (hal. 38).

Mengenai fiqh ibadah dan Fiqh muamalat, Qutb berkata bahwa fiqh ibadah adalah tetap dan stabil karena menyangkut peribadatan yang tidak akan

44

Page 45: Eksistensi TUHAN

terpengaruh oleh perubahan jaman. Sedang fiqh muamalah banyak berubah dan berkembang., karena lebih banyak terpengaruh oleh keperluan manusia…..(hal. 39).

Menurut Sayid Qutb, kebijaksanaan pemerintah sudah mengalami penyimpangan dari prinsip Islam sejak berakhirnya zaman Khulafaurrasidin dan adanya kericuhan kekuasaan di zaman Mu’awiyah. Akibatnya ialah membesarnya fiqh ibadah dan menciutnya fiqh muamalat. (Hal 44).

Mengapa ulama-ulama pada masa raja-raja muslim dulu tidak menulis tentang soal-soal politik (yang termasuk muamalat), menurut Prof. Dr. A.Shalaby ialah karena:

“Membahas tentang pemerintahan Islam sebetulnya berarti membatasi kekuasaan khalifah-khalifah itu, dan memperkecil pengaruh mereka, serta menggariskan syarat-syarat yang tentu saja menjadikan kebanyakan di antara khalifah-khalifah itu akan kehilangan kekuasaannya, dan tidak dapat mewariskan kerajaannya itu kepada puteranya. Karena khawatirnya ulama akan pembalasan yang kejam dari raja-raja itu diabaikanlah oleh mereka membahas dan mengatur (muamalah) yang amat penting ini”.

(“Negara dan pemerintahan dalam Islam”, oleh Prof. Dr. A. Shalaby, terjemahan Prof. Muchtar Jahja, Penerbit Salim Nabhan, Surabaya, 1957, hal 17).

VII. Usaha Memahami Aspek Ideologi dari Islam 1. Menurut yang lazim diajarkan, Islam adalah

terdiri dari aqidah, syariat dan akhlaq. Sedang syari’at terbagi atas ibadah dan muamalah. Muamalah sebenarnya masih dapat dibagi atas muamalah dalam arti sempit yaitu yang terbatas

kepada hubungan antara orang perseorangan dan muamalah yang menyangkut pengaturan kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan atau ideologi. Dengan demikian, isi dari Islam dapat dibagi atas :a. Aqidah; b. Ibadah;c. Akhlak; d. Muamalah;e. Ideologi.

2. Islam mempunyai satu kaidah yaitu :“….yang mengenai soal ibadah yakni mengenai hubungan manusia dengan Tuhan” semua terlarang kecuali yang diperintahkan”; dan mengenai hidup keduniaan: “semua boleh, kecuali yang terlarang”. Menurut istilah yurisprudensi, kaidah ini dinamakan: “Albaraatul- ashliyah”. (Dikutip dari pidato Muhammad Natsir di sidang konstituante dimuat dalam buku “ Tentang Dasar Negara Republik Indonesia dalam konstituante”, Jilid I, hal. 130)Bagi keperluan usaha memahami aspek ideologi dari Islam, yang harus diketahui ialah mana-mana yang terlarang, karena yang tidak dilarang adalah boleh. Hanya saja menemukan “mana-mana yang terlarang” tidaklah mudah, karena Al Qur’an mengandung ketentuan (Nash) yang baru dipahami setelah dipahami setelah diberikan interpretasi ataupun setelah dikaitkan dengan Nash lain.

3. Jadi, dalam rangka usaha menemukan aspek ideologi dari Islam perlu lebih dahulu diusahakan

45

Page 46: Eksistensi TUHAN

untuk menemukan metodologi memahami isi Al-Qur’an sebagai berikut: a. Ayat-ayat Al Qur’an terdiri dari:

- Ayat muhkam; - Ayat mutasyabih yang tidak dapat

ditakwilkan (diinterpreter); - Ayat mutasyabih yang dapat ditakwilkan (Ali Imron, ayat 7, terjemahan Departemen Agama RI ) Menurut Sayid Qutb (Masyarakat Islam, hal. 41): perincian dan penerapan syariat yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menampung keperluan-keperluan yang temporer dan selalu berubah itu tidak keluar dari empat kemungkinan:Pertama:

Syariat telah menetapkannya denga nash (teks) yang tegas (uitdrukkkelijk) suatu hukum tertentu. Dalam hal ini hukum itu mesti diterapkan menurut hurufnya betul, tanpa perubahan atau penyimpangan sedikitpun.

KeduaSyariat tampil dalam bentuk satu nash

atau lebih yang menurut materi dan susunan katanya dapat ditakwilkan. Dalam hal ini kesempatan untuk ijtihad terbuka luas untuk tarjih (menguatkan) atau taufiq (mencocokkan) pelbagai nash yang berbeda-beda. Kalau nashnya hanya satu, maka penerapannya dapat disesuaikan dengan keadaan, seraya mengambil petunjuk praktek penerapan yang dilakukan pada permulaan islam, - jika ada, dengan memanfaatkan buah

fikiran ahli hukum dalam perkara-perkara itu. Namun demikian, kita tidak perlu mengikuti praktek dan pendapat mereka itu secara dogmatis. Sebab pendapat mereka pada hakekatnya hanyalah berupa tanggapan yang sepadan dengan tuntutan keperluan dimasa mereka. (Hal. 42) Ketiga

Ada kalanya, syariat membawakan suatu prinsip umum yang menyinggung suatu masalah yang terkandung dalam prinsip umum itu. Hukumnya tidak disebutkan dalam bentuk nash yang tegas. Jika demikian duduknya, maka hukumnya termasuk kedalam masalah Ijtihadiyah, yakni: mempergunakan rasio ketika menerapkan prinsip umum tadi menghadapi masalah yang konkrit. (Ibid. Hal. 43)

KeempatBisa juga kita ketemukan masalah yang tidak disinggung oleh syariat. Dalam hal ini, keputusan hukumnya semata-mata bergantung kepada hasil ijtihad dengan syarat tidak bertabrakan dengan salah satu prinsip Agama-Islam atau salah satu hukum pokok syariat. (Ibid. Hal. 43)

b. Ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung nash (ketentuan = regel) pada umumnya tetap berlaku sepanjang masa, tetapi ada nash yang sudah merupakan fakta sejarah yang tidak muncul lagi (misalnya tentang budak

46

Page 47: Eksistensi TUHAN

dan tentang cara memperoleh harta rampasan perang; yang terakhir tercantum didalam Al Khasr ayat:7).

a. Nash dapat diangkat dari ayatnya tanpa terikat kepada sebab turunnya ayat itu, tetapi (tentunya) tanpa meninggalkan jiwa dari nash itu.

b. Ada nash yang maknanya dapat dipahami secara tepat hanya jika dihubungkan dengan nash dalam ayat lain.

c. Mengkaitkan/melengkapi nash-nash Al Qur’an dengan Hadis-hadis yang relevan.

d. Melakukan ijtihad dengan mempergunakan kaidah-kaidah usul fiqh dan rasio asalkan tidak bertentangan dengan ketentuan Al Qur’an dan Sunnah Rasul.

4. Di dalam Bab IV dimuka disinggung bahwa Islam mengandung ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang jika disusun dalam satu sistim dapat merupakan suatu ideologi.

Ajaran atau nilai itu disebut oleh Sayid Quth prinsip global, kaidah umum atau pokok dasar; oleh Shalaby disebut patokan umum; oleh Rodyidi disebut prinsip umum; oleh Abdurrahman Azzam disebut “general principle” yang semuanya ini mempunyai arti sama.Sayydi Qutb:

“Dia (syariat) tampil dalam bentuk prinsip-prinsip yang global dan kaedah-kaedah umum sehingga di bawah naungannya dapat memancar puluhan bentuk masyarakat yang hidup dan aktif bergerak dalam lingkarannya yang luas, tetapi tetap berpegang kepada pokok dasarnya”. (Ibid. Hal. 37)

Shalaby:

“Adapun urusan duniawi, Tuhan telah menggariskan pokok-pokok yang penting. Manusia berkewajiban memperluas memperkembangkannya, agar sesuai dengan kehidupan mereka dalam segenap tempat dan masa, dalam batas-batas patokan umum yang telah dipancangkan oleh Tuhan, sesuai dengan sabda Rasul:

“Ideologi dan Pemerintahan dalam Islam”, Hal. 18)Prof. Dr. H.M. Rasyidi:

“Oleh karena yang terdapat dalam Qur’an dan Hadis kebanyakan mengenai ibadah pribadi, sedangkan yang mengenai kemasyarakatan dan ketata-negaraan pada umumnya hanya terdapat garis-garis besar serta principe-principe umum”. (Islam dan Sosialisme, Hal. 66)

Abdurrahman Azzam:“Upon perusal of the holy Book and Islamic traditions (sunnah) and upon examination of Islamic history during the are of the orthodox caliphs, we find that Islam is definite and conclusive on all general principle are implemented, therefore, one can witness the flexibility of the Shariah and its disposition to independent reasoning”. (The Eternal Message of Muhammad, Hal 105).

Bandingkan pendapat para penulis diatas dengan pendapat Nurcholis Madjid:

“Kecuali nilai-nilai dasar yaitu rasa taqwa yang terbit dari iman kepada All ah dan ibadat kepada-Nya (didalam Islam) tidak ada nilai-nilai yang tetap”. (Pembaharuan Pemikiran Islam, Penerbit Islamis Research Centre Jakarta, Hal. 10).Bandingkan pula dengan pendapat Abdurrahman

Wahid tentang adanya sekelompok Muslim “yang

47

Page 48: Eksistensi TUHAN

mengidealisir Islam sebagai alternatif satu-satunya terhadap segala macam isme dan ideologi” (TEMPO, 20 Juni 1981). Jadi menurut Abdurrahman Wahid, Islam itu pada hakekatnya tidak mengandung ajaran ideologi dan pendapat bahwa Islam adalah mengandung ideologi hanyalah diidealisir saja, jadi hanya diangan-angan saja. Menurut Abdurrahman Wahid, “Islam difungsikan terutama dalam pergaulan sosio-kultural”.

Karakteristik suatu ideologi yang membedakannya dengan ideologi lain ialah terutama terletak pada sistem politik dan sistem ekonomi, sedangkan segi-segi lainnya (budaya, pendidikan, militer dan lain-lain) adalah refleksi atau penunjang dari kedua sistim ini. karena itu di dalam paper ini hanya akan dikemukakan beberapa prinsip umum dalam Al Qur’an dan Hadis mengenai sistim politik dan sistim ekonomi saja.

VIII. Prinsip-prinsip Umum Sistim Politik Menurut Islam1. Sistim politik dalam islam adalah berdasarkan

prinsip-prinsip umum yang terdapat di dalam Al Qur’an dan Hadits. Orang boleh saja memperbandingkan sistim politik dalam Islam dengan yang terdapat diluar Islam, tetapi orang tidak dapat menilai apa-apa yang terdapat di dalam sistim politik lain. Misalnya mengenai lembaga “kedaulatan rakyat” hampir semua manusia gandrung (rindu dendam) kepada kedaulatan rakyat, sampai-sampai dikalangan kaum intelektual Muslim yang dalam berfikir bernafaskan Islam yaitu bertitik tolak dari dan melakukan pemikiran menurut garis ajaran-ajaran Islam tentulah tidak akan menilai jauh dekatnya isme lain dari / dengan Islam, karena

jarak dekat atau jauh sukar diukur, sebab sistim politik menurut Islam mempunyai dasar dan sistimnya yang secara fundamental berbeda dengan yang ada di dalam sistim-sistim lain.

Jika kepada seorang intelektual yang bernafaskan Barat ditegaskan bahwa sistim politik dalam Islam tidaklah didasarkan kepada “kedaulatan rakyat”, melainkan kepada “kedaulatan Tuhan”, ia akan skeptis, apabila jika diingat bahwa “Kedaulatan Tuhan” itu yang pernah menjadi dasar sistim politik dari Abad Pertengahan sudah dicampakkan oleh negara-negara Barat sejak Revolusi Perancis. Tetapi yang dicampakkan di Barat itu adalah “kedaulatan Tuhan” yang dipraktekkan oleh gereja dalam kombinasinya dengan feodalisme-Nya Abad Pertengahan; kombinasi demikian tidak pernah dikenal dan tidak ada di dalam Islam.

2. Menurut Abul A’la Maududi, sistim politik Islam berdasarkan atas tiga prinsip, yaitu Taukhid (Ke-Maha Esa-an Tuhan), Risalah(Ke-Rasulan Muhammad), dan Khilafah. (pokok-pokok pandangan hidup muslim), terjemahan Prof. Osman Raliby, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, Cetakan Ketiga, 1979, Hal. 50).Catatan: Khalifah artinya wakil, khalafah artinya perwakilan.

Menutur Maududi, sebagai wakil dari Allah harus dipenuhi empat syarat: pertama, pemilik dari bumi seluruhnya adalah tetap Tuhan dan bukan wakil-Nya yang bertugas mengelola; kedua, pengelola itu akan mengelola milik Allah (bumi) sesuai dengan instruktsi-instruksiNya;

48

Page 49: Eksistensi TUHAN

ketiga, pengelola bumi akan melaksanakan kekuasaannya dalam batas-batas yang Allah telah tetapkan baginya; keempat, dalam mengelola itu ia akan melaksanakan kehendak Allah dan bukan kehendak sendiri. (Ibid, Hal. 52)

Selanjutnya Maududi menegaskan bahwa tidak ada perorangan manusia atau kelas atau dinasti dapat menjadi khalifah, dan bahwa kekuasaan khalifah itu dianugerahkan kepada seluruh golongan rakyat, kepada masyarakat sebagai satu keseluruhan, yang memang bersedia memenuhi syarat-syarat perwakilan atau setelah menyetujui prinsip-prinsip Tauhid dan Risalah. (Ibid. Hal 53).

Implikasi dari khilafah ialah bahwa setiap apa yang didalam Al Qur’an disebut sebagai milik Allah atau sebagai kekuasaan Allah maka yang mewakiliNya adalah manusia sebagai satu keseluruhan.

Selanjutnya Maududi berkata:“Setiap orang yang menikmati hak-hak dan kekuasaan-kekuasaan dari perwakilan ketuhanan itu dan dalam hal ini semua perorangan adalah sama”.“Badan-badan untuk melaksanakan soal-soal negara dibentuk sesuai dengan kehendak-hendaknya dari orang-orang itu…..pendapat mereka adalah menentukan (decisive) dalam pembentukan pemerintah yang harus dijalankan sesuai dengan kehendak mereka. Barang siapa memperoleh kepercayaan mereka ia akan menjalankan tugas dan kewajiban-

kewajiban daria Khilafah atas nama mereka; jika ia kehilangan kepercayaan itu, ia harus berhenti dan tunduk terhadap kemauan mereka. Dalam hal ini sistim politik Islam adalah suatu bentuk Demokrasi yang sempurna”.Mengenai perbedaan antara Demokrasi

Barat dan Demokrasi Islam, Maududi mengatakan:

“Dalam Demokrasi Barat rakyat yang berdaulat, dalam Demokrasi Islam kedaulatan berada pada Tuhan dan rakyat adalah Khalifah atau wakil-Nya. Dalam Demokrasi Barat rakyat membuat undang-undang sendiri sedang dalam Demokrasi Islam rakyat harus mentaati undang-undang Syariat yang diberikan lewat Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW”. (Ibid, Hal. 54)

Mengenai khilafah Shalaby berkata:

“Khilafah itu mulai dari pagi-pagi telah kehilangan corak keagamaannya, yaitu sejak berdirinya Kerajaan Umawiyah. Islam tidak mengenal sistim mewarisi kekuasaan (sistim berputra mahkota). Sejak sistim mewarisi kekuasaan itu dipakai pada Kerjaan Umawiyah, jadilah jabatan Khalifah yang diwarisi itu suatu jabatan yang asing dari sistim Islam”. (Negara dan Pemerintahaan dalam Islam, Hal 11).

49

Page 50: Eksistensi TUHAN

Di dalam pelajaran “Sejarah Islam”, kerajaan serupa itu biasanya dimasukkan kedalam ke-Khalifahan (didalam Islam) sistim politik monarkhal, sehingga kerajaan serupa itu tepatnya disebut Pseudo-Islam, karena menurut Shalaby kerjaan serupa itu adalah asing dari Islam, atau dengan kata lain telah menyimpang dari syariat dan tidaklah mencerminkan Masyarakat Islam. Bagaimana dapat diharapkan dari masyarakat Preudo Islam seperti itu akan keluar fiqh-fiqh yang melaksanakan dan menegakkan syariat. Yang terang dari padanya tidak akan muncul fiqh muamalat yang lengkap menyangkut pengaturan kehidupan kenegaraan/kemasyarakatan. Memang sebagai mana yang dikatakan oleh Sayid Quth.: “….. bukan masyarakat Islam yang menciptakan syariat, tetapi syariatlah yang menciptakan masyarakat Islam”.

3. Menurut Maududi, tujuan dari Negara menurut syariat adalah menegakkan, memelihara dan memperkembangkan ma’rufat (virtues) yang dikehendaki oleh Allah dan mencegah serta membasmi mungkarat (vices). Syariat membagi ma’rufat kedalam tiga kategori: fardhu (wajib), sunat (mandub) dan Mubah; sedang munkarat dibagi atas haram dan makruh.

“……. Yang mubah itu, yakni yang diperbolehkan, yang permissible, adalah sangat luas, sehingga terkecuali buat hal-hal yang memang secara khusus dilarang oleh syariat, segala sesuatu di bawah matahari adalah mubah buat setiap Muslim”. (Ibid. hal. 32).

Monarkhi adalah bertentangan dengan prinsip persamaan antara hamba Allah, bertentangan dengan prinsip musyawarah (untuk memilih Kepala Negara) dan bertentangan dengan prinsip menyerahkan pimpinan kepada yang lebih cakap. Karena itu monarkhi bukanlah mubah, melainkan bertentangan dengan syariah.

Bagi umat Islam di Indonesia yang di dalam negara non sekuler Pancasila berkesempatan sepenuhnya menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, aspirasi “Negara Islam” adalah amat tidak relevan, juga melanggar Kesepakatan Bangsa 22 Juni 1945 yang didalam doktrin Islam dikenal sebagai (Negara kesepakatan).

4. Adapun mengenai hak-hak azasi manusia, di bawah ini tertera beberapa ayat Al Qur’an dan Hadis yang saya kutip dari buku “hak-hak Azasi dalam Islam”, Hasil Seminar Riyadh, 22 Maret 1972, terjemahan A. Rakhman Zainuddin MA, Penerbit Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 1979, Hal 39-41:Al Israa (S. 17:70):

(Sesungguhnya telah kami muliakan anak Adam).Al Khujurat (S. 49:13):

(Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling taqwa).

50

Page 51: Eksistensi TUHAN

Al Mumtahanah (S. 60:8):

(Terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam masalah agama dan tidak pula mengusir kamu dari kampung halamanmu, Tuhan tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka, karena Allah mengasihi orang-orang yang berbuat adil). Al Baqarah (S. 2:256):

(Tidak boleh ada paksaan dalam hal agam).Yunus (S. 10:99):

(Adakah engkau akan membenci manusia sampai dia menjadi mukmin?).An Nur (S. 24:……):

(Orang-orang yang didalam harta benda mereka terdapat hak-hak tertentu: bagi orang yang meminta dan yang tidak punya).Al Maidah (S. 5:8):

(Hai orang-orang yang beriman jadilah orang-orang yang berdiri tegak karena Allah sebagai saksi atas keadilan. Janganlah karena benci kepadamu lalu engkau tidak bersikap adil; karena ini lebih dekat kepada taqwa. Takutlah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dengan apa yang kamu lakukan).Hadits-hadits Nabi:

(Orang Arab tidak mempunyai kelebihan atas orang Non-Arab. Tidak pula orang putih atas orang hitam kecuali dengan taqwa).

Hadits Nabi

(Kaum wanita adalah saudara kandung kaum lelaki)

Hadits Nabi

(Harta dan darah saudaramu haram bagimu).

Hadits Nabi

(Menuntut ilmu adalah wajib bagi seorang muslim dan muslimat).

Hadits Nabi

51

Page 52: Eksistensi TUHAN

(Semua makhluk ini adalah anggota keluarga Allah. Makhluk yang paling dicintai Allah adalah makhluk yang paling berguna bagi anggota keluarganya).

IX. Prinsip-prinsip Umum Sistem Ekonomi Menurut Islam.

1. Suatu sistem ekonomi (dari ideologi manapun) mengatur hubungan antara warga negara dan penguasa/negara dalam bidang ekonomi: c.q. hak milik warga negara, hak pemilikan warganegara atas sumber-sumber ekonomi (tanah, kekayaan alam, alat-alat produksi) – vis-à-vis penguasaan/pemilikan sumber-sumber ekonomi oleh negara, serta hak berusaha warga negara vis-à-vis wewenang negara dengan perusahaan negara.Kapitalisme dan Marxisme/Socialisme mempunyai pengaturan-nya masing-masing mengenai persoalan-persoalan tersebut di atas; Islam bagaimana?

2. Menurut Islam, tugas negara di antaranya adalah membasmi mungkarat dan di dalam sistem ekonomi termasuk mungkarat adalah setiap bentuk penghisapan (exploitation), kedholiman dan ketidakadilan (Maududi, Ibid. Hal. 55………). Hal ini dikonkritkan oleh Muhammad Qutb dalam sikapnya terhadap kapitalisme:

“They (orientalists) argue that as Islam permitted individual ownership it must likewise permit capitalism. In answer to tis accusition it might suffice to point out that

capitalism can not prosper or grow without usury and monopoly both of which were prohibited by Islam about one thousand years before the existence of capitalism”.(Muhammad Qutb, “Islam the Misundestood Religion”, 1964, Hal. 132).

Terhadap laba yang diperoleh si kapitalis berkat kerja si buruh, Muhammad Qutb berkata:

“The Islamic principle which was laid in this respect entities the warman to share the profit with their employers. The employer profides yhe capital and the workman does the work, the two effort are equal and accordingly they are entitie d to an equal share in the profit“. (Ibid. Hal. 135). Secara implisit, Muhammad Qutb menerima

pendapat Karl Marx tentang adanya surplus-value, hak buruh yang dirampas oleh si kapitalis.

3. Mengenai riba yang dilarang oleh Islam (Al-Baqarah : 275 dan Ali Imron : 130), Syafruddin Prawiranegara di dalam sebuah ceramahnya “Hakikat Ekonomi Islam” memberi interpretasi terhadap arti riba. Menurut beliau, riba tidaklah identik dengan bunga pinjaman uang yang biasa disebut di dalam dunia bank sebagai interest. Menurut Syafruddin, riba adalah segala bentuk keuntungan yang diperoleh dengan: a. Exploitation de l’homme par l’home

(penindasan dan pemerasan oleh manusia atas manusia), dan

b. Abuse de la nature par l homme (penyalahgunaan alam oleh manusia).

52

Page 53: Eksistensi TUHAN

Jadi, riba adalah segala bentuk kedholiman dalam bidang ekonomi, di antaranya adalah exessive profit, exessive interest, pengerukan hasil hutan yang merusak lingkungan alam, dll.

4. Interpretasi a la Safruddin di atas adalah sesuai dengan jiwa Syariat, karena dengan melarang segala bentuk kedholiman c.q. dalam bidang ekonomi, masyarakat atau kepentingan umum akan terlindungi. Dan tugas syariat di antaranya ialah melindungi kepentingan umum.” ……. “. Sebagaimana diterangkan oleh Akhmad Zaki Yamani:

“Semua hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan Hadits, kecuali hukum peribadatan, mesti didasarkan atas sesuatu kepentingan umum bagi masyarakat yang dikehendaki Allah”. (Syariat Islam yang Kekal dan Persoalan Masa Kini”, Terjemahan K.M.S. Agustjik, Penerbit yayasan Bhinneka Tunggal Ika, cetakan II, 1979, Hal. 19).

Meninjau hak milik perseorangan yang di dalam Islam diakui dan dilindungi mestilah juga mengaitkannya dalam keseimbanganya dengan kepentingan umum. Selanjutnya Yamani:

“…jika di luar bidang peribadatan dikatakan sesuatu hak adalah sebagai hak Allah, yang dimaksud adalah hak jama’ah atau hak umum”.

(Ibid. Hal. 44).Hubungan ini dengan ajaran khilafah yaitu

bahwa yang menjadi wakil (kholifah) Allah di muka bumi, bukanlah orang seorang, bukan dinasti melainkan masyarakat Muslim secara keseluruhan (vide bab VIII, Sub 2).

Jadi terhadap hak milik ada pembatasannya yaitu sepanjang tidak menimbulkan kerugian kepada orang lain, sehingga keluarlah Hadis Nabi:

………..(Tidak boleh merugikan atau dirugikan) Ahmad dan Ibnu Majah.Dari prinsip di atas, Yamani sampai pad teori

“Kesewenang-wenangan dalam Penggunaan Hak” yang isinya adalah sebagai berikut:a. Penggunaan hak (milik) hanya diperbolehkan

untuk mewujudkan- maksud yang dituju sesuai dengan adanya hak itu.

b. Penggunaan hak dapat dianggap tidak menurut Syara’ bila menimbulkan kerugian yang luar biasa.

c. Penggunaan tidak dibenarkan kecuali untuk mendapat sesuatu faedah dan bukan merugikan orang lain.(Ibid. Hal. 48-9).

Pada halaman 51 dari bukunya itu, Yamani mengemukakan bahwa pemilik hak dianggap telah berlaku sewenang-wenang kalau melakukan hal-hal sebagai berikut:- Jika tindakannya ditujukan untuk merugikan

orang lain;- Jika tindakannya itu tidak membawa faedah

kepadanya, tapi malahan merugikan orang lain, dan

- Jika tindakannya itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum seperti halnya monopoli.

53

Page 54: Eksistensi TUHAN

Menurut Yamani, teori tersebut telah dimuat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Turki Usmani.

5. Dalam prinsip khilafah terletak prinsip kolektivitas

dalam Islam, karena yang menjadi khilafah, adalah ummat hamba Allah secara keseluruhan.Jadi jika di dalam Al-Qur’an disebut bahwa sesuatu itu milik Allah, maka implikasinya adalah bahwa milik Allah itu diserahkan pengelolaannya kepada ummat hamba-hamba Allah secara keseluruhan.

III. Thooha (S.20): 6

(Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di angkasa, yang ada di bumi, dan di antara keduanya serta yang ada di bawah tanah).

Mengenai ayat tersebut Yamani mengatakan, bahwa kata-kata “apa” dalam ayat Al-Qur’an tadi memberikan pengertian bahwa “semua” yang ada di bumi seluruhnya” diciptakan untuk manusia semuanya.Tidak ada seorangpun yang diistimewakan untuk melebihi yang lain (Ibid. Hal. 45).

Ayat tersebut dikonkretisir oleh sebuah sebuah hadits Nabi:

(Manusia memiliki bersama tiga benda, yaitu air, rumput dan api – dalam suatu riwayat ditambah “dan garam”).

Mustafa Husni Assiba’i menunjuk kepada hadits di atas yang hanya menyebutkan tiga benda itu, bukan sekali-kali dimaksudkan membatasi (hanya tiga benda itu saja yang boleh dinasionalisasikan). tetapi dapat dimaksudkan di dalamnya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan bersama bagi manusia umumnya.”(Sosialisme Islam, Terjemahan M. Abdai Ratomy, Penerbit CV. Diponegoro, Bandung, Cetakan I, 1969, Hal. 215).

Pada hemat saya, yang dimaksudkan di dalam hadis tersebut tentulah bukan sekedar air, rumput dan api, melainkan sumbernya. Dari ayat dan hadis tersebut terlihat adanya paralellisme dengan pasal 33 UUD 45.

6. 1400 tahun yang lalu di mana masyarakat Arab masih dalam tahap ekonomi yang dapat dikatakan baru berupa subsistence-economy- atau stadswirtschaft, belum ada perdagangan inter-kontinental, industripun belum ada sama sekali, pada waktu itu boleh dikata belum ada masalah hubungan perburuhan, namun Al-Qur’an dan Hadits telah menggariskan beberapa prinsip umum yang tampak sekali relevansi untuk masa kini juga untuk masa depan.

Bertolak dari prinsip ……. (Al-Baqarah: 279).

54

Page 55: Eksistensi TUHAN

Dan Hadits …. . , hubungan perburuhan

adalah untuk memelihara keseimbangan (keadilan) antara buruh dan pemilik modal. Beberapa prinsip umum dalam bidang ini terkandung di dalam sejumlah ayat Al-Qur’an dan Hadis di bawah ini yang dikutip dari buku “Sosialisme Islam”, Assiba’I, Hal: 207-214:

Al-Ahqoof (S.46): 19

(Bagi setiap orang apa yang dikerjakan mempunyai nilai imbalannya hendaknya dipenuhi dan jangan ada yang teraniaya).

Al-Imran (S.3): 195

(Sesungguhnya aku tidak mengabaikan amal dari kamu masing-masing baik lelaki maupun perempuan).

Al-A’raf (S.7): 85

(Dan janganlah kamu mengurangi barang-barang orang).

Al-Qashash (S.28): 5

(Dan Kami akan memberi pertolongan kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi…..).

Hadis-hadis Nabi :1.

(Setiap orang dari kamu adalah penggembala dan setiap penggembala bertanggung jawab atas gembalanya).

2.

(Buruh adalah penggembala atas harta majikannya dan harus bertanggung jawab atas gembalaannya itu)

(Bukhari-Muslim)

3.

55

Page 56: Eksistensi TUHAN

(Ada tiga orang yang akan menjadi lawanku di akhirat….seseorang di antara mereka itu adalah orang yang mempekerjakan buruh tetapi tidak memenuhi upahnya).

4.

(Bayarlah upah si buruh sebelum keringatnya kering).

5.

(Kepada buruh yang tidak mempunyai tempat tinggal berilah tempat tinggal, yang belum kawin kawinkanlah, yang belum mempunyai kendaraan sediakanlah kendaraan).

(Imam Ahmad dan Abu Dawud)

7. Demikian banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis-hadis yang menyinggung soal kemiskinan, sehingga timbul pertanyaanapakah di dalam Islam, kemiskinan itup merupakan lembaga tersendiri, artinya yang tidak dapat dihapuskan dan karena itu harus dibantu?

Melihat prinsip-prinsip umum sistem politik dan sistem ekonomi di dalam Islam yang sebagiannya telah disinggung di muka, sebenarnya dapat ditarik

kesimpulan bahwa di dalam Islam tidak mungkin terjadi kekayaan struktural.

Kekayaan struktural ialah kekayaan yang dimungkinkan oleh struktur kekuasaan. Feodalisme, monarki, kapitalisme, fasisme, oligarkhi, dan kombinasi-kombinasi lain antara struktur kekuasaan dan struktur ekonomi, masing-masing membawa kekayaan strukturalnya sendiri. Karena Islam menolak setiap sistem politik/ ideologi tersebut. Islam karenanya juga menolak kekayaan struktural dalam setiap manifestasinya.

Kekayaan struktural menghasilkan kemiskinan struktural. Karena Islam menolak setiap bentuk kekayaan struktural, Islam juga tidak mengenal kemiskinan struktural. Karena itu kemiskinan yang dimaksud di dalam Al-Qur’an dan Hadis bukanlah kemiskinan struktural dan karena itu juga bukan merupakan lembaga.

Kemiskinan yang dimaksud di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis adalah kemiskinan karena musibah, karena kecelakaan, karena kemalasan, karena kebodohan, dan lain-lain yang semuanya dapat dikatagorikan ke dalam kemiskinan dhoruri.

Kemiskinan struktural harus dan dapat diberantas, tetapi yang tidak dapat dihapus, setidak-tidaknya yang selalu saja dapat terjadi adalah kemiskinan dhoruri.

X. Kesimpulan

1. Islam bukanlah ideologi, tetapi mengandung prinsip-prinsip umum yang universal tentang bagaimana mengatur kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan.

56

Page 57: Eksistensi TUHAN

2. Dari prinsip-prinsip umum tersebut dapat lah diyakini bahwa Islam adalah menolak feodalisme, monarki, kapitalisme, fasisme, diktator, totaliterisme, otoriterisme, oligarkhi, dan setiap bentuk kombinasi antara kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomi. Sudah barang tentu Islam menolak atheisme dan sekularisme dan setiap sistem politik yang didasarkan kepada kedua-dua isme tersebut.

3. Prinsip-prinsip umum tersebut yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis jika disusun di dalam satu sistem dapat merupakan sebuah ideologi yang aplikabel dalam suatu negara.

4. Prinsip-prinsip umum tersebut jika diproyeksikan ke alam Indonesia akan menunjukkan adanya paralellisme dengan prinsip-prinsip Pancasila, Pembukaan, dan Batang Tubuh UUD 45.

5. Bagi Ummat Islam di Indonesia tidaklah relevan untuk menyusun ideologinya sendiri, melainkan dapat mengusahakan agar pelaksanaan Pancasila, pembukaan dan pasal-pasal UUD 45 diwarnai oleh prinsip-prinsip umum yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis tentang kehidupan bernegara dan masyarakat; bersama-sama dengan kaum Pancasila-is lainnya. Ummat Islam Indonesia lainnya hendak memperjuangkan agar Pancasila, Pembukaan dan pasal-pasal UUD 45 terlaksana secara riil operasional, sehingga Pancasila benar-benar akan menjadi “living ideology”.

6. Kegiatan memperdalam pengkajian isi Al-Qur’an dan Hadis akan membawa kepada pemahaman prinsip-prinsip umum yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis tentang pengaturan kehidupan negara dan masyarakat (aspek ideologi) dan peningkatan

pemahaman aspek ideologi dari Islam ini justur dapat menimbulkan dan meningkatkan harmoni dalam penghayatan ajaran-ajaran muamalah (Islam) dan penghayatan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Pancasila, Pembukaan dan batang tubuh UUD 45, sehingga apa yang di sementara kalangan Islam di Indonesia terasa sebagai “hutang turun-temurun” setidak-tidaknya apa yang masih merupakan “psychological barrier” dapat hapus. Demi ketahanan Nasional, demi kelestarian Republik Pancasila Indonesia.

57

Page 58: Eksistensi TUHAN

Literatur:1. Al Qur’anul karim.2. Abul A’la Maudidi, “Pokok-pokok Pandangan Hidup

Muslimin”.3. Abul A’la Maudidi, “Dasar-dasar Ekonomi Islam”.4. Sayid Qutb, “Masyarakat Islam”.5. Sayid Qutb, “Islam the Misunderstood Religion”.6. Dr. A. Shalaby, “Negara dan Pemerintahan dalam

Islam”.7. Dr. A. Shalaby, “Masyarakat Islam”8. Dr. Ahmad Zaki Yamani, “Syari’at Islam yang Kekal

dan Persoalan Masa Kini”.9. Abdurrahman Azzam, The Eternal Message of

Muhammad”.10.11. +Dr. Mustapha Husni Assiba’I, “Sosialisme Islam”.12. Dr. H.M. Rasyidi, “Islam dan Sosialisme”.13. Prof. Dr. Harun Nasution, “Islam Ditinjau dari Berbagai

Aspeknya”.14. Prof. Dr. H. M. Rasyidi, “Koreksi terhadap Dr. Harun

Nasution”15. Drs. Nurcholish Madjid, “Pembaharuan Pemikiran

Islam”16. Prof. Dr.H. M. Rasjidi, “Koreksi Terhadap Drs.

Nurcholish Madjid”.17. A. Rahman Zainuddin M.A.(terj.), “Hak-hak Asasi

dalam Islam”.18. Drs. Miftah Faridl, “Pokok-pokok Ajaran Islam”.19. Abdul Razak Naufal, “Al-Qur’an dan Masyarakat

Modern”.20. Syekh Ibnu Taimyah, “Pedoman Islam Bernegara”21. H. Zainal Abidin Ahmad, “Dasar-dasar Ekonomi Islam”.22. H. Syafruddin Prawiranegara, “Hakikat Ekonomi Islam

(paper)”.

23. Imam Al Ghazali, “Ihya ‘ulumuddin”, jilid I.24. PB. HMI., Nilai-nilai Dasar Perjuangan”.25. Sekretariat Konstituante, “Tentang Dasar Negara RI

dalam Konstituante”, Jilid I.26. Harsja W. Bachtiar, (peny.). “Percakapan dengan

Sidney Hook”.27. Wilfred Cantwell Smith, “Islam in Modern History”.

----ooOoo----

58

Page 59: Eksistensi TUHAN

ISLAM VERSUS ISME-ISME(Penyusun Ahmad Zainal Abidin Urru)

1. Muqaddimah Bawalah bukti-bukti (argumentasi)-mu, bila adalah orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Raml 64).

Dan jangan kamu ikut sesuatu yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya, (karena) sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati —tiap-tiap satu daripadanya – akan ditanya (diminta pertanggungjawabannya) tentang hal itu. (Q.S. Al-Isra : 36).

Allah telah mewahyukan Islam kepada Muhammad Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam – untuk segenap Ummat manusia dan alam semesta.1) Islam yang beresensi ajaran tauhid—yakni mengesakan Allah—telah dipeluk dan ditegakkan oleh para Nabi dan Rasul terdahulu.2)

Sesungguhnya pula, Islam merupakan al-Din yang benar, sempurna dan satu-satunya Din yang diridhai Allah.3) Oleh karena itu, siapa jua kapan dan di mana pun berada—sejak kerasulan Muhammad—tidak memeluk Islam, maka agama yang dipeluknya filsafat yang dianutnya, isme-isme apa pun juga yang dipeganginya, kepercayaan yang diyakininya, adalah bertolak dan tidak diterima oleh Allah—mereka termasuk insan yang rugi.4)

1) Al-Qur’an, 34: 28; 21: 107; 4: 79.2) Ibid, 2:136.3) Ibid, 35: 24; 5: 3; 4: 125; 3: 19.4) Ibid, 3:85.

Hanya Islam saja yang pada hakikatnya yang tumbuh dan berkembang dalam keadaan terang sejarah , tiada satu dogma maupun satu takhayul pun mampu menyelinap dalam ajaran Islam. Seluruh ajaran Islam mempunyai sumber yang jelas, baik dalam wahyu Allah (Al-Qur’an) maupun Sunnah Rasul; bahkan Rasulullah secara prefentif bersabda, “Siapa pun yang melakukan amal ibadah tidak menurut perintah/ Sunnahku, maka tertolak”. (Hadits Shahih riwayat Bukhari). Namun apabila tiada suatu keterangan yang pasti di dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rassul, maka seorang muslim dapat mengambil hukum dengan kemampuan analisisnya berdasar Qur’an dan Sunnah. Hal inilah yang disebut sebagai ijtihat. Dengan sistem (uslub) seperti ini, Islam mempunyai garansi objektif dapat sesuai dan serasi di semua tempat dan waktu, dan pasti selaras dengan kebutuhan/kemajuan serta fitrah eksistensi manusia.5)

Sungguhpun demikian, bahwa Islam benar, sempurna, dan universal; tetapi banyak di antara manusia tidak mengetahuinya bahkan tidak mau percaya.6)

Untuk menganalisa/ menelaah isme-isme atau ideologi yang “man made” ( buatan manusia) dan relatif mudah rapuh, dapat kita perhatikan firman Allah Q.S. Al Ghatsiyah: 23, Al-Naml: 64, Al-Isra : 36, Al-Nisa 150-151.

2. Masalah Umat Islam yang memiliki ajaran yang benar dan

sempurna itu, pada waktu yang sama berhadapan serta hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya yang memiliki faham dan isme-isme yang menurutnya adalah

5) Al-Qur’an, 30: 30.6) Ibid., 30: 30; 34:28.

59

Page 60: Eksistensi TUHAN

benar pula. Jadi meskipun umal Islam menyatakan bahwa agamanyalah yang paling benar, maka pihak lain juga berpendapat bahwa pendapat serta isme yang dianutnyalah yang paling benar. Sehingga dengan fakta itu, umat Islam menjadi paham, mengapa pihak-pihak di luar Islam dengan segala strategi dan taktiknya berusaha menyeret umat Islam untuk mengikuti isme mereka.7) Atau setidak-tidaknya ummat Islam diproses agar kehilangan identitasnya, dan bersikap lemah dan kalah menghadapi barisan non Islami itu.

Pihak di luar Islam menuduh Islam sebagai agama yang ‘usang atau out of date.” Islam tidak punya konsep ekonomi, Islam tidak punya konsep budaya, politik, pendidikan, hukuman dan sebagainya; begitu kecaman mereka. Bahkan lebih dari itu, Islam dicap sebagai agama yang tidak mampu menghadapi tantangan zaman; Islam dianggap sebagai sumber fanatisme dan kejumudan (kebekuan). Islam dianggap agama Impor dari Arab. Islam dituduh tidak mampu mempersatukan bangsa.8)

Benarkah tuduhan dan anggapan mereka itu? Apa sebenarnya yang menjadi esensi faham/isme mereka, sehingga mereka mampu melancarkan tuduhan terhadap Islam semacam itu? Dalam pada itu, apakah Islam sanggup menjawab tantangan-tantangan yang dihadapkannya?5. Meluruskan Istilah dari Kekacauan Semantik

Akhir-akhir ini ada sebagian masyarakat yang secara sengaja dan terencana maupun yang ikut-ikutan mempergunakan istilah secara tidak tepat dan menyimpang dari makna sebenarnya. Istilah-istilah yang

7) Al-Qur’an, 2: 1208 ) Perhatikan misalnya Turki pada pemerintahan Mustafa Kamal

Attaturk dan Iran ketika di bawah rejim Reza Shah Pahlevi; di mana sekularisme berjalan lancar dan legal.

menyesatkan itu misalnya; kata modernisasi diberi makna melaksanakan pembangunan dengan segala konsekuensinya – termasuk eliminasi aqidah. Hak-hak asasi bermakna setiap individu bebas melakukan kehendaknya, meskipun penuh kekejian dan amoral.9) Jihat dicemarkan untuk pengertian orang-orang Islam yang menegakkan kebenaran dengan teror dan kebengisan. Manusiawi dipraktekkan sebagai pemenuhan selera (nafsu bersama). Keluarga Berencana diartikan pembatasan kelahiran, penghalalan seluruh alat pirantinya, takut beranak banyak, takut susah dan sedih melarat—seakan sudah tahu sebelumnya secara pasti bahwa anak yang akan lahir pasti membuat miskin. Ideologi dan falsafah yang benar, adalah rumusan sang kaisar dan kelompoknya. Keadilan dan kebenaran adalah untuk baginda yang dipertuan agung, rakyat adalah sumber keresahan,. Demokrasi adalah suara rakyat yang diatur untuk mengesahkan tirani. Musyawarah adalah usaha untuk sepakat (mufakat) meskipun zhalim, dan penuh kontradiksi.10)

Dewasa ini banyak istilah yang “jungkir-balik” tidak semestinya. Dengan kekacauan semantik itu – terbuka kemungkinan kepada siapa pun untuk memberi arti semuanya terhadap suatu konsep. Pada waktu yang sama, bagi mereka yang tidak peka akan terjerat dengan sematik “udang di balik batu.” Kekacauan semantik yang telah membudaya, akan mengakibatkan meski seseorang tahu arti yang sebenarnya, ia tidak berani dan enggan mengatakannya, karena akan berhadapan dengan maha

9 ) Perhatikan misalnya, kasus Kusni Kasdut (perampok pembunuh) yang dibela olah beberapa orang di Indonesia agar bebas dari eksekusi hukuman mati.(1979-1980).

1 0) Perhatikan misalnya system pemerintahan di Uni Soviet, RRC dan negeri-negeri yang semisal dengan itu.

60

Page 61: Eksistensi TUHAN

dahsyatnya kekuatan serangan balik. Serangan balik itu biasanya struktur politik yang didukung oleh kekuatan-kekuatan yang zhalim pula. Hatta, siapa jua yang menegakkan kebenaran dan keadilan(dan menentang sang zhalim itu), akan diidentikkan dengan ekstrim, fanatik, dan subversib, serta dianggap merusak serta dianggap merusak stabilitas alam semesta!10a)

Pada lazimnya di negara komunislah kekacauan semantic disebarluaskan, atau di negara yang yang penguasanya sering cenderung status quo -mempertahankan kekuasaan- sangat rajin membuat penjungkirbalikan kata dan kalimat untuk bela diri. Penguasa atau elite kekuasaan yang sejenis itu, memang benar mempersilakan rakyat untuk memberi nasihat, tetapi juga penjara dibuka lebar; kritik diharapkan tetapi juga kekejian dilakukan untuk pemberi kritik.

Apabila kita melakukan kajian falsafah, pada masa Yunani disebutlah suatu aliran falsafah Sofistik ( abad ke-5 Sebelum Masehi). Aliran Sofistik ini beranggapan bahwa kebenaran itu relatif, menurut keperluannya. Semua dinyatakan benar dan baik menurut keperluannya dalam konterks dengan manusia. Dan ketika Sokrates tampil “meluruskan kekacauan pikiran” masyarakat Athena –

1 0a) Apabila kita amati secara seksama, baik masa pemerintahan Soekarno maupun Soeharto; banyak terlihat para penegak kebenaran dan keadilan barus berhadapan dengan kekuatan yang sungguh hebat. Penegak kebenaran harus berhadapan dengan kekuatan yang sungguh hebat. Penegak kebenaran harus menerima nasib terisolir dari kancah politik. Seakan-akan yang disebut benar adalah rumusan kelompok yang paling besar. Perhatikan ketika Soekarno memaksakan NASAKOM, dan perhatikan pula ketika Soeharto memproses Aliran Kepercayaan melalui voting Sidang MPR 1978; maupun pengesahan asas tunggal Pancasila.

secara benar, sistematis, dan penuh kejujuran- justru dianggap “pengacau” dan harus menerima hukuman meminum racun sampai mati!

Dalam hubungan makalah ini, kita perlu memberikan penafsiran secara tepat terhadap kata “isme.” Sementara pihak mengacaukan istilah (sufiks) isme, sebagai ajaran, pendapat atau faham seseorang atau kelompok termasuk ajaran agama. Dari kerancuan istilah ini, maka pihak orientalist menyebut Islam sebagai Mohammadanisme (H.A.R.Gibb, a Mentor Book, 1955). Kelanjutan dari istilah itu, maka orang dapat secara semaunya pula menyebut Islamisme. Istilah itu tidak tepat , perlu kita luruskan.

Isme berarti doktrin/ajaran, teori atau sesembahan. Misalnya Budhisme, Calvinisme, Platonisme. Isme berarti juga kesetiaan kepada suatu prinsip-prinsip. Misalnya Realisme, Stoikisme, Sosialisme.11) Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa dalam penyebutan isme menunjuk pada pengertian yang khusus, yakni teori, prinsip ajaran yang dirumuskan oleh hasil pemikiran manusia. Dengan pengertian ini kita dapat menyebut Zionisme, Komunisme, Kapitalisme, Pragmatisme, Sekularisme dan sebagainya.

Apabila kata “isme” menunjuk kepada pengertian hasil akal budi manusia semata-mata, tanpa ada dasarnya dengan Kitab Suci yang shahih dan otentik; maka Islam sebagai Din-Allah (yang diwahyukan oleh Allah) tidaklah tepat disebut Islamisme atau Muhammadinisme. Dengan memberikan imbuhan “isme” kepada Islam berarti telah membawa Islam kepada pengertian yang kabur –seakan-

1 1) Philip Babcock Gove, Ph.D. (ed.). Webster’s Third New International Dictionary, G & C Meriam Company, Massachussets, USA, 1971, hal. 1198.

61

Page 62: Eksistensi TUHAN

akan Islam sebagai ajaran buah piker manusia atau doktrin Muhammad.

Dari pengistilahan di atas, seakan-akan Islam telah sama saja dengan Kristen maupun Yahudi, Hindu, Budha dan sebagainya. Sementara sejarah telah membuka mata ummat manusia dewasa ini, bahwa agama-agama termaksud lebih banyak dipengaruhi oleh ajaran pimpinannya sehingga kehilangan esensi dan orisinalitasnya. Para ahli telah memberikan kesaksian yang cukup valid tentang itu, misalnya Maurice Bucaille (Paris, 1976), Roger Garaudy (Paris, 1981). Muhammad Rasyid Ridha memberikan keterangan yang cukup terperinci dalam bukunya “Al-wahyu al-Muhammady”. 12)

Islam sebagai Din-Allah berarti wahyu Allah kepada Muhammad untuk rahmat ummat manusia dan seluruh alam semesta. (Al-Nisa’ : 79; Al-Anbiya’: 107; Saba’: 28). Muhammad Rasulullah menjelaskan arti Islam sebagai penyerahan diri mutlak dalam kesaksian iman bahwa Tidak Tuhan-Tak Tuhan- kecuali Allah dan pengakuan kesaksian bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan shiam (puasa) Ramadhan, dan mengerjakan ibadah Hajji ke Bait-Allah (Mekkah) apabila mampu. (Hadits shahih riwayat Muslim).

Seluruh syariat ajaran Islam terjaga penuh, tidak akan seseorang atau sekelompok mampu menyelipkan suatu tatacara ibadah baru di dalam Islam, karena usaha penambahan atau pengurangan syariat yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya berarti batal atau tidak sah. Rasulullah menegaskan “Siapa yang mengada-adakan sesuatu (ibadah) yang baru dalam urusan kami (Rasul),

1 2) Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Josef C.D. berjudul “Wahyu Ilahi Kepada Muhammad”, Pustaka Jaya, 1983.

yang tidak kami perintahkan, maka hal itu, ditolak (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Mengaku Muslim tidak cukup sekadar ingat kepada Allah, tetapi harus bertanggung-jawab untuk menunaikan syariatnya; karena Nabi pun juga melakukan seluruh syariat Islam (shalat, puasa, zakat, hajji dan sebagainya secara lengkap). Tiada khilafiyah (perbedaan) ajaran dalam Islam. Syariat Islam tetap satu dan utuh serta terjaga keasliannya. Apabila terjadi perbedaan (khilafiyah) hanya pemeluknyalah yang berbeda cara menafsirkan dan (mungkin) belum mendapatkan bukti otentik sumber rujukan utamanya yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rassul. Apabila telah nyata tuntunan menurut Al-Qur’an dan Sunnah Rassul, maka pelaksanaan syariat itu pun satu bentuk. Syariat Islam yang utuh ini terjaga sampai akhir zaman. (Al-Maidah:3).

Dengan demikian, Islam benar-benar memiliki garansi keaslian ajaran dan keotentikan wahyu. (Al-Hajr: 9). Islam bukanlah isme atau ajaran pemikiran manusia. Sampai kini dan akan datang, hanya Islamlah yang merupakan Din-Allah yang lengkap dan sempurna serta sah. (Ali Imran: 19; 85; Al-Maidah: 3; Al-An’am:115). Selain Islam telah tenggelam menjadi faham serta ajaran pemimpin-pemimpinnya.

6. Isme-isme di Hadapan Islam

Islam sebagai agama wahyu, di mana seluruh ajarannya dapat dibuktikan otentisitasnya melalui Al-Qur’an dan Sunnah Rassul; dan siapa jua yang melakukan studi ilmiah secara objektif terhadap Islam akan berkesimpulan serupa. Perhatian kita dapat tertegun tentunya, ketika para orientalis yang membenarkan Islam, misalnya A. J. Toynbee, Harry G. Dorman, J.W. Von Goethe, bahkan tokoh semisal Mahatma Gandhi dan Napoleon Bonaparte – juga

62

Page 63: Eksistensi TUHAN

menyatakan kepositifannya terhadap Islam. Meski mereka tiada sampai memeluk Islam.

Namun juga, fakta menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat dunia banyak terdapat faham-faham lain. Isme-isme lain itu bukan saja berbeda isi dan prinsipnya dengan Islam, tetapi juga diametral bertentangan dan bahkan pada waktu-waktu tertentu justru menghancurkan sendi-sendi Islami. Contoh konkrit isme-isme yang melemahkan masyarakat Islam dan sekaligus menhancurkan Islam itu misalnya Zionisme Yahudi ketika mencaplok Palestina, Komunisme ketika ditegakkan di Rusia (di mana masyarakatnya banyak yang Islam), Kapitalisme/Kolonialisme ketika mengembangkan sayapnya baik baik di Afrika maupun di kawasan Asia. Kita banyak menyibak ulang sejarah Kolonial Belanda di Indonesia yang kita kenal bukan saja sebagai penjajah fisik – lebih dari itu telah meracuni bangsa Indonesia dengan Sekulerisme dan berbagai kehancuran moral warisan Belanda lainnya.

Bandingkan dengan Islam ketika diminta masyarakat Kristen Koptik di Mesir untuk terlepas dari imperiun Heraklius. Dan ketika Mesir di bawah kekuasaan Islam, maka kehidupan Kristen tetap aman dan damai. Semisal juga tatkala Islam diminta bantuan oleh masyarakat Andalusia (Graaf Yulian dan putera Witiza) untuk melepaskan diri dari genggaman Roderik. Musa bin Nushair sebagai Gubernur Jenderal Afrika Utara di zaman khalifah Walid bin Abdul Malik, memenuhi permohonan Graaf tersebut. Arkian, Andalusia dalam kekuasaan Islam, tetapi sejarah pun secara terang mencatat bahwa kehidupan beragama non Islam terjamin dan tidak diganggu.12) Justru ummat Kristen dan Yahudi mendapat

12) A. Latif Osman, Ringkasan Sejarah Islam II, Penerbit Wijaya Jakarta, cet. ke-16, 1981, halaman 8 –11.

kemajuan pesat dari sinar kebudayaan Islam, serta mendapat posisi yang bagus dalam pemerintahan Islam itu.

Namun, pada waktu kaum Kristen menyerang balik tahun 1507 M ke Spanyol, maka Kardinal Francisco Ximenes de Cisneros secara vandalisme membakar punah buku-buku Ilmiah dalam perpustakaan Islam di Spanyol itu.13)

Demikian pula, tentara Kristen di bawah Panglima Amalrik tatkala memasuki Mesir tahun 1168 M dan menyerang kota Bilbis – yang secara kejam menyerang kota Bilbis – yang secara kejam melakukan penyembelihan terhadap masyarakat setempat.14) Kejujuran sejarah tidak dapat dipungkiri (meskipun orang dapat saja memalsu sejarah), betapa sepanjang kawasan Afrika, Asia, bahkan kaum Indian di di Amerika yang mendapat perlakuan biadap dari Kapitalis-Kolonialis Spanyol-Portugis, Inggris, Perancis dan Belanda.

Di bawah ini kita berikhtiar mengenal isme-isme yang berkembang dewasa ini:

1) Zionisme. Kata Zionisme diangkat dari nama sebuah gunung Zion, yang dianggap histories oleh kaum Yahudi. Dasar pijakannya adalah Kitab Talmud, namun telah diubah sedemikian rupa sehingga hilang dari keasliannya. Pihak Zionis menolak anggapan bahwa dirinya biadab, maka semboyannya berbunyi: kemerdekaan, keadilan dan persamaan. Organisasi ini didirikan 37 M oleh 9 tokoh Yahudi. Dan badan ini tidak dapat dipisahkan dengan gerakan Mashaniyah (Free Masonry). Tujuan pokoknya adalah mengembalikan keagungan Yahudi

13) Edwin R.A. Seligmen (ed.), Encyclopedia of Social Sciences, vol. XV, New York, 1957, hal. 510. 14) A. Latif Osman, Op.cit., hal. 101 – 103.

63

Page 64: Eksistensi TUHAN

pada ‘Haikal Sulaiman’. Organisasi ini menguasai pelbagai lapangan kehidupan (persenjataan, ekonomi dan pemerintahan). Pusatnya sulit sekali dikenali, hanya saja banyak berada khususnya di wilayah Commonwealth Inggris dan Amerika serta Perancis. Organisasi ini memakai satelit-satelit badan operasional, dengan aktifitas social, misalnya Bhay Birth, Rotary Club, Saksi Yahova, Freedoom Association, Lion Serves Lions.15)

Zionisme termasuk Free Masonry dalam gerak operasionalnya mempunyai tujuan kejayaanYahudi dan sekaligus bermaksud menghancurkan Islam dan Masehi.

Banyak para pengusaha, pejabat pemerintahan, tokoh-tokoh masyarakat yang terjebak dalam perangkap Zionisme itu. Servis Zionis terhadap orang yang dijebaknya adalah membuat seseorang popular (exist), jaminan keuangan, dan kelestarian jabatan. Dengan teknik itu, maka pejabat maupun tokoh masyarakat tersebut tidak akan mampu menyampaikan misi yang sebenarnya harus ditegakkan. Sepanjang sejarah kemanusiaan, Zionisme menghalalkan segala cara, demi kepentingan Yahudi.

Dalam Al-Qur’an banyak sekali tanda-tanda aktivitas Yahudi, cenderung kepada kebatilan (Maidah: 64), memusuhi Islam dan merusak masyarakat (Al-Nur:19); perbankan dengan system riba (Al-Nisa: 160-162), melegalisasi maksiat, haram (Al-Maidah:62); melakukan serangkaian strategi makar (bathil) (Ibrahim: 46); penghasung fitnah, perusak sistem ekonomi (Al-

15) Dr. Muhammad al-Za’by, Free Masonry (Organisasi Rahasia Yahudi), terjemah LPPA Muhammadiyah, Penerbit Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1978(?).

Taubah: 8, 9, 34); sering merobek perjanjian (Al-Anfal: 55-56).

Oleh sebab sifat-sifat Yahudi yang tidak lagi taat kepada Allah dan Rasul Allah, maka Allah memperingatkan kepada segenap ummat beriman (Islam) agar siap menghadapinya dengan segenap kekuatan (strategi dan operasinya (Al-Anfal: 60-61).

Yang Perlu adalah Kewaspadaan Zionisme tampil ke percaturan internasional

dengan segala bentuk organisasi. Orang yang terperangkap di dalamnya, pada umumnya tidak menyadari- atau sadar tanpa tahu akibat dibelakangnya, yang akan merenggut martabat kemanusiaannya. Itu sebabnya, bagi setiap Muslim perlu meningkatkan kewaspadaan bila menjalin hubungan bisnis, pengembangan karier ataupun kerangka pengembangan lainnya. Apabila salah langkah tidak ayal dan serba mungkin akan terjebak jaring Zionisme.

Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kerja sama dengan semua bentuk organisasi Zionis adalah kemustahilan. Artinya, hasil akhir dari kerja sama itu, tidak lain kehancuran Muslim itu sendiri. Sejarah mencatat tentang ini. Zionisme adalah kecongkakan dan keserakahan.

2) KomunismeFilsafat komunisme bersendi pada tiga unsur, yaitu:(1) Unsur ilmiah, di mana sains memegang

peranan tertinggi dari sistem komunisme. Itu sebabnya di dalam dunia mereka ada istilah Utopian Comunism and Scientific Comunism).

64

Page 65: Eksistensi TUHAN

Unsur sainstisme ini sebenarnya pengaruh dari ajaran Positivisme August Comte (1798-1857). Positivisme meletakkan fakta sebagai acuan dasar bagi pengetahuan manusia. Dengan demikian, metafisika harus ditepikan. Dari paham ini muncul ketegasan bahwa Tuhan itu khayali karena tidak faktual secara ilmiah melalui laboratoris.

(2) Unsur Materialisme Unsur ini dikenalkan oleh Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Dua sekawan inilah yang menulis konsepsi Komunis. Marx menulis Das Capital (1867) dan Engels menerbitkannya jilid kedua dan ketiganya (1885-1894). Dari sini muncul istilah materialisme dialektis dan materialisme histories. Marx dan Engels memang kagum dengan metode dialektik CWF Hegel (1770-1831). Hanya saja Marx menyempurnakannya untuk kepentingan praktik. Bagi Marx, sebagai bapak Materialisme histories beranggapan bahwa akhir suatu sejarah adalah bahwa manusia menuju pada keadaan ekonomis tertentu yaitu komunisme (sirnanya hak pribadi menjadi hak bersama) dengan cara ini maka suatu bangsa baru dapat bahagia. Kemudian Engels sebagai Bapak materialisme dialektis menekankan titik tekan kehidupan manusia adalah materi. Dari paham ini (materialisme) akan mengarah pada kehidupan yang determinisme.

(3) Unsur dialektik , pada paham ini dijelaskan oleh Marx dan Lenin bahwa dengan kemenangan materi, maka jiwa (mind) timbul

di dalam materi tanpa proses supernatural creation.

Bagi Leninisme, perputaran atau pun perjalanan alam semesta tidak lain dari proses dialektik, di mana terjadi suatu gerakan dari tesis menjadi antitesis, yang kemudian berujung pada sintesis. Dari paham ini mempunyai maksud, bahwa jiwa adalah terbatas aktivitasnya karena hanya reaksi dari motivasi materi belaka. Dengan demikia, bagi komunisme determinisme sejarah adalah suatu hal yang berlangsung secara independen. Namun perlu dipahami lebih jauh, baik Marx maupun Lenin hanya menerima dialektika materialisme dan paham mereka menolak mekanistik materialisme. Hal ini dapat kita pahami, karena paham komunis justru bertumpu pada ketiga unsur di atas.

Lebih dari itu, bahwa paham komunis juga menolak eksistensi Tuhan dan sekaligus menyebut agama sebagai candu masyarakat.

Bagi orang yang tidak memiliki pemahaman agama, maka komunisme memang sangat realistik untuk dijadikan pijakan dalam kehidupannya; karena secara nyata materi merupakan kebutuhan manusia yang vital. Namun juga, meskipun seseorang yang beragama – tetapi memiliki pemahaman bahwa materi merupakan esensi kehidupan, maka sebenarnya juga seseorang itu telah komunis. Suatu bangsa atau negara yang meletakkan dasar pijakan pembangunannya pada titik tekan ekonomi saja, pada hakikatnya membenarkan prinsip-prinsip komunis. Pada

65

Page 66: Eksistensi TUHAN

umumnya kebijakan ekonomi akan berkaitan dengan kebijakan politik, dan untuk melancarkannya akan dibarengi dengan mengikis kehidupan beragama. Sikap Islam

Di dalam Al-Qur’an, ummat Islam mendapat peringatan akan identitas komunis. Ayat-ayat itu misalnya: ingkar kepada Allah dan Rasul Allah (Al-Maidah: 86); ingkar dimensi akhirat dan perusak kehidupan beragama (Al-A’raf: 44-45); menyesatkan ummat manusia (31: 6).

Untuk menghadapi kaum yang hanya mempercayai dimensi duniawi, Islam mengajarkan agar mengingatkannya dengan Al-Qur’an (Al-An’am: 70). Tentu saja harus disertai strategi dan taktiknya, misalnya dengan dialog yang sistematik (Al-Naml: 125) dengan menunjukkan bukti-bukti bahwa ISLAM itu benar. (Al-Isra: 36; Al-Naml: 64), dengan pembangunan yang nyata pula (Al-Qashash: 77).

Dengan kata lain, menyelesaikan persoalan komunisme, tidak cukup dengan diskusi atau seminar atau pembangunan fisik, tetapi harus penyelesaian yang terpadu baik duniawi maupun ukhrawi (Al-Qashash: 77).

3) Kristianisme

Kristianisme timbul sejak tahun 325 M, ketika Konsili Nicea mengesahkan konsep Trinitas dalam dunia Kristen. Sebenarnya pula dengan konsep itu, pihak Nasrani telah memalsukan konsep Tuhannya. Itulah sebabnya, karena Nasrani (yang mengajarkan

keesaan Tuhan) telah diubah oleh pemeluknya, maka hilanglah validitas tauhidnya – barulah menjadi musyrik. Dengan demikian kemurnian Nasrani telah diubah menjadi Kristianisme sekaligus menunjuk pada pengertian bahwa Kristen adalah konsep manusia. Kristen adalah isme (Kristianisme).

Kegiatan Kristen di Indonesia adalah seiring dengan kaum kolonialis Portugis dan Belanda datang di Indonesia. Kehadiran Belanda di Indonesia sekaligus menancapkan pondasi kolonialisme, imperialisme, materialisme, kapitalisme, dan sekulerisme serta individualisme. Isme-isme itu pada prakteknya dibarengi dengan missi maupun zending Kristianisme. Kegiatan Kristianisme itu sendiri merupakan doktrin yang berkembang di Eropa, yakni orientalisme.

Kehadiran kolonialis Belanda di Indonesia tidak dapat dipisahkan sejarahnya dengan Kristianisme di Indonesia. Pada faktanya ummat Islam merupakan sasaran utama dari aktivitas itu. Semboyan yang dicanangkan masa itu, “Cucius regio illius et religio” (Rakyat harus sama agamanya dengan Penguasa Negara. Tidak mengherankan bahwa Pastur Van Lith tahun 1897 menekankan konsep “Politik devide et impera” politik pecah belah terhadap umat Islam. Van Lith sendir menetapkan pusat Yesuit di Jawa (Muntilan, Jawa Tengah), dan markas besar itu disebut ‘Betlehem Jawa”.

Orientalisme itu pun bergerak pada lapangan yang sama, yakni perdagangan (kapitalisme), penjajahan (kolonialisme), penyebaran agama Kristen (Kristianisme), politik dan ilmu pengetahuan (sekularisme). Tampak luar dari orientalisme adalah sarjana barat yang studi tentang bahasa maupun

66

Page 67: Eksistensi TUHAN

agama orang-orang timur, atau disebut juga “ahli ketimuran”. Namun semua itu adalah sekadar pandangan sekilas. Di Indonesia kita kenal Christian Snouck Hurgronje (1857-1936), seorang orientalist yang mengabdikan ilmunya untuk kepentingan politik kolonialis Belanda.

Baik Portugis maupun Belanda, keduanya meninggalkan jejak Kristianisme. Portugis membawa Katolik dan Belanda mengembangkan Protestan. Meskipun keduanya berbeda prinsip ajaran tentang Yesus, tetapi berakibat sama untuk ummat Islam, yakni pengikisan ummat Islam (deislamisasi).Strategi Kristianisme

Program kerja Kristenisasi adalah tiga bidang garapan, yaitu: pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Ketiga praktek ini tampak pada badan-badan pendidikan Kristen, rumah sakit maupun bentuk-bentuk bantuan sosial untuk masyarakat ekonomi lemah.

Kasus tentang sistem pendidikan pada lembaga-lembaga Kristen untuk melakukan proses deislamisasi (melarang shalat, puasa dan memaksa berdoa secara Kristen) adalah hal yang umum terjadi di Indonesia.16) Demikian pula praktek rumah sakit Kristen yang membabtis pasien Muslim, maupun pemberian bantuan uang dan materi lainnya dengan imbalan agar kaum Muslim menukar agamanya, fakta yang otentik.

Strategi tersebut diikuti dengan serangkaian proses penguasaan pelbagai badan pemerintahan

16) Wawancara dengan murid-murid di SMA BOPKRI dan SMA Colese de Brito di Yogyakarta, 1982.

dan militer.17) Kristenisasi di Indonesia bukan saja persoalan ajaran keimanan, tetapi lebih dari itu adalah kekuasaan/politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan militer.

Akhir-akhir ini bidang penerbitan Kristen (Arnoldus Ende Flores, Kanisius Yogyakarta, Gramedia Jakarta), cukup gencar melakukan serangan terhadap Islam. Buku-buku tulisan JMW Bakker SJ ALIAS Rahmat Subagya, Dr. K. Bertens, Dr. Verkuyl, buku-buku keluaran Katekis Surakarta, tidak perlu menutup lagi serangannya terhadap Islam. Belum lagi pernyataan-pernyataan politis dari T.B. Simatupang, Fridolin Ukur yang sering dimuat pada Surat Kabar harian Sinar Harapan maupun Kompas.

Tema KristianismeGuna mempermudah operasi Kritenisasi

terhadap ummat Islam di Indonesia, pihak missi maupun zending mempergunakan tema-tema sebagai berikut:1) Mempergunakan istilah yang sama (untuk

mengaburkan): iman, imam, bait Allah, Jemaat Jum’at, Rasul, dan sebagainya.

2) Tiap agama adalah fajar iman (JMW Bakker SJ).3) Merebut kelupaan Masa Silam (Stb. N.I. 1895:

Bakker SJ).4) Melakukan dialog tematis dan dialog kerja. Hal

ini untuk mencapai tingkat toleransi, yang

17) Tentang ini, perhatikanlah jumlah komposisi pejabat tinggi di Indonesia pada Departemen, badan-badan maupun organ militer. Bandingkan antara jumlah pemeluk Kristen dan jumlah mereka yang menduduki jabatan penting. Lihat misalnya komposisi anggota DPR/MPR.

67

Page 68: Eksistensi TUHAN

ujungnya hanyalah mencari legalisasi Kristenisasi.

5) Ajaran Alkitab, yakni perintah Kristus: Jadikanlah semua orang itu muridku

(Matius 28: 18; Markus 16 :16).18)

Segalanya halal. (Titus 1: 15; Korintus 6:12; Filipus 4: 8)

Segala sesuatu suci untuk orang suci (Titus 1: 15)

Jaminan dan kebenaran Injil (1 Korintus 15: 14-15)

Persekutuan orang Kristen, adalah dengan Bapa dan Anaknya (1 Yoh 1: 3; Segala makhluk sorgawi (Ibr 12: 22-24); sesama manusia (1 Yoh: 3, 7). Dianjurkan oleh Paulus (Ef 4: 1- 3) Dipererat dalam: doa (2Kor 1: 11; Ef 6: 18); Perjamuan Kudus (1 Kor 10: 16-17); Perhimpunan bersama (Mzm 34: 4; 55: 15; Kis 1: 14; Ibr 10: 25).Saling: mengajar dan menasihati (Kol 3: 16, Ibr 10: 25)

menghibur dan membangun ( 1Tes 4: 18, 5: 11)menanggung dan mengampuni (Rm 12: 15; Er 4: 32).19)

18) Bandingkan dengan Matius 15: 24 “Maka jawab Yesus, katanya: tiadalah aku disuruhkan kepada yang lai, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani Israil.” Jelas kepada kita bahwa Kristen hanya untuk Bani Israil, bukan seluruh ummat manusia. 19) Lihat selanjutnya D.M. Miller (ed.), Topical Concordance of Vital Doctrines (Mini Konkordansi Ajaran-ajaran Pokok dalam Alkitab, Terjemah Ny. M.Th. Sidjabat dan Nn. L. Humes, BMK Gunung Mulia,

Mereka mengasihi sesama manusia (1 Yoh 3: 14, 23; 4:7, 11-12).

Sikap IslamDalam Al-Qur’an disebut bahwa

sebenar-benar kafir adalah anggapan bahwa Allah ialah Al-Masih putera Maryam, Allah adalah salah satu dari yang tiga (Al-Maidah : 72-73). Baik Nasrani maupun Yahudi saling bertelingkah menyatakan dirinya benar, padahal mereka salah (Al-Baqarah: 113), bahkan Nasrani, Yahudi itu adalah musyrik (Al-Baqarah: 113). Mereka menyangka telah menyalib Isa, padahal tidak benar (Al-Nisa: 156-158). Nashrani memalsu ayat-ayat Allah (Ali Imran: 98). Menghalangi orang beriman untuk berjalan lurus kepada Allah, dibelokkannya (sesat) (Ali Imran : 99). Baik Nashrani maupun Yahudi berkehendak agar orang Islam mengikuti ajarannya. (Al-Baqarah: 120).20)

Menghadapi kaum Nashrani, tidak lain haruslah tetap teguh dan tidak meniru cara kerja (modus operandi) keimanan mereka, karena dengan itu ummat Islam akan tersesat. (Ali Imran: 100). Nashrani atau disebut juga Ahli Kitab, di antara mereka untuk menyesatkan ummat manusia,

Jakarta, 1980.20) Dapat dianalisis selanjutnya pada klasifikasi ayat-ayat Al-Qur’an tentang Nashrani. Lihat Jules La Beaume, Le Koran Analyse (Tafsil Ayat Al-Qur’an Al-Hakim) terjemah dari bahasa Perancis ke bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dari al-kitab al-Araby, Beirut-Libanon, 1969, halaman 108-117).

68

Page 69: Eksistensi TUHAN

mengingkari ayat Allah, mencampuraduk yang hak dan yang batil, menyembunyikan kebenaran – padahal mengetahuinya (Ali Imran: 69:71). Taktik mereka untuk memurtadkan ummat Islam, dengan berpura-pura iman yang sama sebagai muslihat agar orang Islam dapat kafir (Ali Imran: 72).

Allah memberi garansi kepada ummat Islam, bahwa argumentasi kaum Muslimin tidak akan kalah menghadapi pihak ahli kitab. (Ali Imran: 73). Namun tentunya harus dibarengi dengan kualifikasi ummat Islam itu sendiri secara konsisten dan konsekuen melaksanakan petunjuk Allah dan Sunnah Rasul dan Islam secara totalitas (Al-An’am: 153; Al-Baqarah 208; Al-Hasyr: 7).

4) Sekularisme

Menentukan pengertian sekularisme tidak dapat dipisahkan dari etimologik kata itu dan sejarah pertumbuhannya. Istilah tersebut dari bahasa Grako-Latin “saeculum” yang berarti ”kehidupan duniawi, kemateriilan dunia, masa sejarah, seabad, kekafiran”. Kemudian “seocularisatio” berarti “ hal yang menjadikan profan/kafir”.21) Dari makna leksikal ini dapat dipahami bahwa secular menunjuk pada pengertian yang khusus “masa” dan “tempat”, yakni tempat di dunia dan waktu yang terbatas “masa kini di dunia ini”.22)

21) Dr. Th. Verhoeven, Kamus Latin Indonesia , Nusa Indah, Ende, Flores, 1969, hal.1108.22) Lihat juga Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Islam dan Secularism, Muslim Youth Movement of Malaysia (ABIM), Kuala Lumpur, 1978.

Esensi sekular ditekankan pada konotasi ruang dan waktu yang terbatas dalam hubungan keduniawian. Dari ini dapat ditelusuri lebih jauh, bahwa sekular “memutuskan hubungan manusia dengan Tuhannya” memisahkan nilai agama dan ihwal supranatural. Paham secular (sekularisme) muncul di kawasan Eropa ketika perkembangan sains dipasung oleh gereja. Gereja memiliki otoritas kebenaran ilmu, siapa yang menentangnya harus menerima hukuman (kasus Galileo, G. Bruno dsb.). Itu sebabnya sains harus otonom dan terpisah dari lingkungan agama. Sebenarnya pula paham selular adalah lahir dari perkawinan silang antara kebiasaan masyarakat cendekia Crako-Roma dan kebiasaan Yudeokristiani (Yahudi-Kristen). Untuk kehidupan sains maupun filsafat Yunani menunjuk pada situasi yang tidak integral dalam memahami realitas Tuhan, alam dan manusia. Filsafat Yunani mengidentifikasi diri secara parsial. Adapun penurunan konsep Yudeokristiani secara tampak luar agak aneh, satu sisi terdapat prinsip Yahudi dan di pihak lain terdapat prinsip kristiani. Tentang peleburan Yudeokristiani, bermula dari ajaran Paul (Saul, Paulus) sebagai orang Yahudi penganut filsafat Hellenistik dan Stoik yang dalam banyak hal berperan terhadap ajaran-ajaran Kristen dewasa ini. Konsep Trinitas pada dasarnya adalah buah karya Paul yang secara historis dikukuhkan dalam konsili Nicea tahun 325 Miladiyyah. Baik Yahudi maupun Kristen yang kemudian perkembangannya mampu menyentuh dunia Eropa, adalah ajaran-ajaran yang penuh cemar noda (diskonsenkrasi) – khususnya pencemaran konsep tentang Tuhan – termasuk ajaran-ajarannya yang telah ditambah dan dikurangi oleh tokoh-tokohnya. Maurice Bucaille dalam penelitiannya sampai pada suatu

69

Page 70: Eksistensi TUHAN

pembahasan-pembahasan yang cukup jelas, betapa Bibel mengandung banyak kontradiksi dan penyimpangan, “impafait” (tidak sempurna) dan “caduc” (lemah). Kekuasaan gereja yang sedemikian otoriter di satu pihak, dan munculnya gerakan ilmu pengetahuan modern Eropa (renaissance), merupakan dua kutub yang saling bertentangan dan menjadi awal kelahiran sekularisme. Kehidupan Kristiani abad pertengahan mengalami kehancuran di pelbagai sendi-sendi ajarannya (termasuk institusinya). Relasi antara gereja dan masyarakat ibarat raja dan rakyat dan sering berubah menjadi situasi hubungan antara majikan dan buruh. Bukan kesadaran yang diajarkan, tetapi ketaatan tanpa kritis sedikitpun. Bibel pun hanya boleh dibaca oleh kalangan pendeta, itu sebabnya muncul Reformasi Martin Luther untuk menjebol tembok kebekuan gereja. Reformasi membawa dampak perkembangan Kristen Protestan, Rennaisance membawa benih-benih sekularisme.

Kristen Barat menarik garis pembeda antara “sekularisme” dan “sekularisasi”. Kristen Barat menolak Sekularisme yang dianggap sebagai ideology antikrist, tetapi mereka menerima sekularisasi. Sekularisasi dimaksudkan sebagai suatu proses evolusi kesadaran manusia dari keadaan “terbelakang” ke arah “kemajuan”, melenyapkan sikap ketergantungan dalam makna melepaskan pilar-pilar agama dan metafisika serta meletakkan eksistensi manusia pada dirinya sendiri. Dengan ini Barat menafsirkan sekularisasi sebagai metode (batin) manusia melakukan evolusi kesadaran berpikir. Bagi Barat, sekularisme adalah ancaman sekularisasi. Mereka menganggap bahwa sekularisasi justru mempunyai basis pada Injil (Alkitab). Pernyataan tersebut tentu tidak mempunyai bukti-bukti

sejarah, karena Alkitab penuh kontradiksi dengan sains modern.

Naquib Al-Attas menegaskan, bahwa paham sekularisasi bukanlah didasarkan atas pemahaman Kristen Barat terhadap Injil, tetapi terhadap tafsiran atas kepercayaan terhadap Injil dan hasil dari sengketa filsosofis Barat dan teologi Kristen yang dibarengi dengan munculnya paham sains Barat yang rasionalistis.24) Dalam Injil memang tidak memang tidak terdapat prinsip-prinsip pengembangan sains yang memuaskan dan telah mencemarkan teks-teksnya. Bagi Kristen Barat, sekularisasi diperlukan karena faktor ketidaksempurnaan Injil itu dan karena otoritas gereja.Sikap Islam

Bila Kristen Barat menolak dogma gereja dan totalitas Alkitabnya, maka mereka praktis menerima sekularisasi. Hal itu mereka perlukan karena memang Alkitabnya tidak orisinil dan penuh kontradiksi.

Paham bahwa perlu sekularisasi itu sering terbawa-bawa pula di kalangan ummat Islam yang terpukau dengan kemajuan Barat dalam hal sains dan teknologinya. Apabila terdapat ummat Islam yang berpandangan perlu sekularisasi, nasibnya dapat sedikit banyak mirip atau mungkin persis dengan dunia Kristen Barat itu, yakni ketiadaaan pemahaman terhadap agamanya dan tergelincir pikirannya dalam filsafat

24) Syed Muhammad Al Naquib Al Attas, op.cit., khususnya Bab I. Paham rasionalis yang dibawa Rene Descartes (1596-1650), yang dikembangkan lebih lanjut oleh Nicolas Palebranche, B.De Spinoza, Leibniz, Blaise Pascal, adalah tantangan langsung terhadap dogma gereja. Lebih dari itu, paham empirisme Thomas Hobbes (1588-1679) yang memuncak pada masa David Hume (171101776) dengan paham skeptisisme, telah mengaburkan esensi dan ekosistem tentang makna kebenaran.

70

Page 71: Eksistensi TUHAN

(yang belum mampu dicernanya) – terburu-buru berkiblat ke Barat: Perlu Sekularisasi dalam Islam. Padahal Barat sendiri saat ini telah meninggalkan sekularisasi itu. Perhatikan misalnya karya-karya besar dari Dr. Maurice Bucaille (Bible, Qur’an dan Sains Modern). Dr. Marcel A. Boisard (Humanisme dalam Islam), Dr. Roger Garaudy (Promeses De L-Islam – Janji-janji Islam), dan banyak tokoh-tokoh lainnya yang membuktikan kebobrokan Barat karena sekularnya itu.

Islam secara total menolak sekular, sekularisasi, dan sekularisme. Penolakan Islam didasarkan pada histories dan isi dari sekuler itu sendiri. Sekularisasi bermakna menerima Islam sebagian dan menolak Islam sebagian, yang secara tegas hal ini adalah profan (kafir sebenarnya) (Al-Nisa: 150-151). Sekular bermakna juga mendewa-dewakan akal menolak eksistensi Islam secara totalitas – yang berarti juga menyesatkan ummat Islam (Luqman: 6,20). Sekular, sekularisasi dan sekularisme pada dasarnya adalah hawa nafsu, keangkuhan akal (Yunus: 3236; Al-Hajj: 3,8; Al-Rum: 29, 30; Al-Jatsiyah: 18; Al Qashash: 50). Sekular, sekularisasi dan sekularisme adalah prinsip-prinsip sistem yang menyesatkan ummat Islam bahkan menyesatkan ummat manusia untuk mengingkari Allah (Al-Maidah: 44,45,47,50: Al-A’raf:3; Al-Nur: 21). Kaca sekularis adalah jahiliyah modern yang menyesatkan ummat manusia dan mereka juga tidak akan bertanggung-jawab bila dunia hancur – terputus hubungan antara manusia, alam dan Allah-nya. Sekularis persis syaitan, yang mengajak dan menjerumuskan umat manusia sesat dari jalan Allah yang integral, meninggalkan petunjuk Allah (Al-An’am: 112; Al-Jatsiyah: 18-19).

Bagi muslim, kehidupan adalah integral antara hubungan manusia, alam dan Allah. Itu sebabnya seorang muslim wajib mengikuti petunjuk Allah agar tidak tersesat (Al-An’am: 153), dan Islam secara totalitas (Al-Baqarah: 208). Konsep apapun dapat diterima oleh Islam, asal tidak bertentangan dengan ajaran Islami.

Sejarah menjadi fakta, bahwa ummat Islam mampu membuktikan dirinya membangun sains dan teknologi tanpa sekular, sekularisasi dan sekularisme. Islam serta ummat Islam telah tampil ke gelanggang meletakkan perkembangan sains dan teknologi berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Pihak sarjana Barat pun membenarkan fakta ini, lihat misalnya tulisan Robert Briffault, The Making of Humanity, George Sarton, Introduction to the History of Science.

Prestasi ummat Islam yang gemilang dan telah membangunkan Eropa dari tidurnya, adalah fakta sejarah. Mengenai ini perhatikan misalnya tulisan Roger Garaudy (Promesses De L’Islam), M.M. Syarif (Muslim Thought, Its Origin and Achievement); M.M. Sharif (ed.). (A History of Muslim Philosophy vol I, II, Otto Marrassowitz, Wiesbaden, Germany, 1966).

5) Scientism Positive Istilah ini menunjuk pada pengertian serta sikap

hidup mengagung-agungkan sains secara berlebihan, melewati proporsi, status dwi fungsi sains yang sebenarnya bagi manusia. Sains bukan lagi berkedudukan sebagai alat, tetapi telah dijadikan tujuan. Ilmu adalah segala-galanya untuk mengukur kemajuan dan kebenaran. Inilah ciri pertumbuhan dan perkembangan ilmu di Barat, yang tumbuh dan berkembang di atas asas logical positivism, yakni bahwa

71

Page 72: Eksistensi TUHAN

sains harus dibangun di atas empiris (bukti-bukti nyata), sehingga konsepsi mengenai Tuhan yang immanent dan transcendent maupun mengenai hari akhirat tidak dapat diterima oleh penganutnya. Aliran ini kemudian menganggap, bahwa agama tidak lain dan tidak lebih dari suatu fenomena social belaka – sejenis kebudayaan maupun adat dalam masyarakat. Agama dianggap sebagai hal yang relatif. Menurutnya, manusia dengan segala potensinya adalah mutlak dalam kancah kehidupannya.

Paham seperti ini tidak lain adalah warisan filsafat Yunani yang dikemukakan oleh Sokrates (470-399 Sb.M), Aristoteles(384-322 Sb.M) hingga rasionalisme yang dikembangkan Rene Descartes (1596-1650) dan J.P. Sartre. Demikian ihwalnya, bahwa positivisme bermula dari pemikiran “ulang” Auguste Comte (1798-1857, yang mengajarkan bahwa sains harus dibangun atas empiris dan menolak metafisis.

Paham-paham yang seiring, dapat disebut misalnya: pragmatisme yang dikembangkan oleh Charles S. Pierce (1839-1914), William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952) dan George Herbert Mead (1863-1931). Kemudian yang justru menjadi juru bicaranya, adalah empirisme yang secara radikal dikembangkan oleh David Hume (1711-1776), di mana ia tidak menerima substansi dan hanya menerima kesan-kesan (bukti) yang nyata benar-benar ada.25)

Aliran-aliran di atas sama wujud hadirnya, yakni menafikan hubungan manusia (makhluk) dan Tuhannya (Khalik). Kehancuran dunia Barat dewasa ini, tidak lain

25) Lebih lengkap dapat ditelaah, Harold H.Titus (et.all)., Living Issues in Philosophy, 7 th edition, D.Van Kostrand Company, New York, 1979, khususnya halaman 307-309.

disebabkan ketiadaan kemampun dirinya dalam merumuskan sains secara terpadu dan mulia, yakni sains yang disusun secara tepat – di mana kemajuan ilmu adalah justru untuk menambah dedikasi dan ketaatan kepada Al-Khalik (Tuhan) – tetapi di Barat perkembangan ilmu justru mengarah dan membentuk “manusia yang angkuh penuh kesombongan dengan akalnya.”26)

Scientism positivive pada hakikatnya adalah saudara kembar dari sekularisme, di mana tumbuhnya dilatarbelakangi oleh suasana kekuasaan gereja yang otoriter, sehingga para ilmuwan Barat menjebol dinding gereja itu – mencari alternasi dan modifikasi baru terhadap perkembangan sains.

Barat pula esensinya adalah “kegelapan” dan mendapat “kecerahan” justru dari khasanah sains Islami. Bukti tentang ini bertumpuk-tumpuk, tetapi Barat tetap berdiri pada keangkuhannya.Sikap Muslim

Islam memberikan kesempatan pemeluknya untuk mempergunakan akalnya seluas-luasnya. Namun dengan itu bukanlah berarti kebebasan tanpa batas, karena ketakterbatasan akan berakibat anarki, kehancuran dan melanggar kebebasan pihak lainnya. Setiap muslim meyakini bahwa hidupnya- tiada lain adalah karena pemberian atau rahmat Allah. Islam sajalah yang memiliki toleransi yang besar dalam pemberian kebebasan itu. Perhatikan misalnya tentang sikap Islam terhadap kebebasan beragama Al-Baqarah: 256; Al-Kahfi: 29); kebebasan berpikir, menyatakan

26) Mengenai ini dapat lebih luas dibaca pada karya Roger Garaudy (Promesses De L’Islam (Janji-janji Islam), terjemah Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Bulan Bintang Jakarta, 1982.

72

Page 73: Eksistensi TUHAN

pendapat, kebebasan hak milik dan pencarian harta yang halal, kebebasan ketenteraman atas diri dan harta benda, kebebasan umum lainnya. Islam memberikan kebebasan individu itu dalam rangka kemahaslatan umum serta mengajak individu bersangkutan untuk menghormati kebebasan pihak lain. (Lihat karya Prof. Dr. Omar El-Tomy El Syuibany, Konsep Kebebasan dalam Islam, dalam Beberapa Pikiran tentang Pendidikan Islam, Prof. Dr. Hasan Langgulung (ed.) Al-Ma’arif, Bandung, 1979: 60).

Mengenai anjuran berpikir sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya di dalam Islam, dapat dilihat dari firman Allah sebagai berikut. Gunakan secara maksimal akal, hati, mata, dan telinga agar berfungsi dan tidak”buta”. (Al-Haj: 46). Insan yang berakal itulah yang cendekia (Al-Zumar: 9). Allah meninggikan derajat insane yang berilmu pengetahuan (Al-Mujadallah: 11). Para malaikat dan ahli ilmu mengakui keesaaan Allah. (Ali Imran: 18).

Namun demikian, Islam secara tegas menolak kebebasan berpikir yang mengarah kepada “mempertuhankan” akal. (Al-Jatsiyah: 23; Luqman: 6,7, 20; Yunus: 32; Al-Hajj: 3; Al-Qashas: 50; Al-Rum: 29). Sikap mendewa-dewakan akal, adalah juga mengingkari fakta bahwa akal manusia dan manusia itu sendiri adalah ciptaan (makhluk) Allah. Islam mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kurnia atau petunjuk Allah. (Al-Baqarah: 31; Al-‘Alaq: 5; Al-Rahman: 4)27) Jadi yang dimaksud dengan hikmah adalah menunjuk kepada pengertian bahwa ilmu pengetahuan

27) Hasanain M. Makhluf, Al-Qur-an al-Karim wa Ma’ahu Shafwat al-Bayab li Ma’aniy al-Qur’an, Juz I dan II, Dar al-Kitab al-‘Arabiy, Mesir, 1377/1957.

merupakan kurnia Allah. 28) Dengan kebijaksanaan (al-hikmah) itulah manusia mampu memilih antar yang benar (al-haq) dan yang salah (al-bathil). Karena sesungguhnya pula Allah sajalah yang Maha Mengetahui, Maha Berilmu, sedangkan manusia sedikit saja.

Inilah sikap muslim, yang menempatkan akal sesuai proporsinya, dan melihat manusia sebagai manusia – makhluk Allah. Sehingga tidak terjadi penghilangan makna hakikat dan status manusia sebagai ciptaan Allah, seperti dikemukakan di muka, Yunani maupun Barat, telah gagal dalam memahami hakikat manusia, karena menganggap manusia otonom dalam semua gerak hidupnya. Manusia Muslim, dalam setiap gerak hidupnya diasaskan kepada Tauhid, dikembalikan kepada AL-Qur’an dan Al-Sunnah. Dengan cara ini maka sikap hidup Muslim menjadi terjamin, terbimbing untuk senantiasa dalam ayoman rahmat, taufiq dan hidayah-Nya.

6) SinkretismeSinkretisme merupakan suatu paham atau ajaran

keyakinan terhadap pandangan hidup secara menyatakan aliran atau pelbagai ajaran menjadi keyakinannya. Misalnya, seorang yang mengaku melakukan shalat, tetapi juga mengerjakan kebaktian di gereja, dan semadhi di kuil. Seseorang yang mempercayai Yesus anak Allah, mempercayai Brahma dan percaya juga kepada Adhi Budha sebagai Tuhannya; ini kepercayaan sinkretis.

28) Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, The Concept of Education in Islam of Frame Islamic Philosophy of Education, ABIM, Kuala Lumpur, Malaysia 1980: 20 - 21.

73

Page 74: Eksistensi TUHAN

Dalam kenyataan social di Indonesia, kita dapatkan orang yang mengaku memeluk Islam, tetapi juga ia mengerjakan amalan hidup sehari-harinya meninggalkan syariat Islam dan digantinya dengan semadhi, eling (Jawa- ingat); selamatan kematian (7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari) yang dikombinasi dengan bacaan tahlil, yasinan dan do’a-do’a. Inilah sinkretis (penganut sinkretisme). Aliran-aliran kebatinan atau kepercayaan di Indonesia (atau apa pun nama mereka), menunjuk pada fakta sinkretisme itu. Penganut kepercayaan beranggapan bahwa segala pengabdian hamba (manusia) tanpa memandang agama, suku, adat, ras, pengkat maupun golongan pasti diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. 29) Paham atau ajaran seperti itulah disebut sinkretisme.

Para penganut sinkretisme pada mulanya beranggapan bahwa sikap hidup yang benar adalah “netral” – tidak memihak (bersifat akomodatif). Dari sikap ini melangkah lebih maju dengan meninggalkan keyakinannya semula, sehingga seluruh ajaran agama, falsafah, adat “dilebur” menjadi fahamnya.

Sikap MuslimSinkretisme yang mencampuradukkan pelbagai

ajaran dalam diri seseorang, di dalam Islam secara tegas tidak dibenarkan. (Al-Baqarah: 42; Hud: 16; Al-Hajj: 62; Luqman 30; Al-An’am: 115-117). Mencampur Islam yang benar dengan pelbagai ajaran lainnya dan merusak hakikat kesucian Islam berarti membatalkan seluruh amal seseorang. (Al-Nur: 39). Seseorang yang

29) Ahmad Zainal Abidin Urra, Kerancuan Semantik Berakibat Sekularisasi Bahasa, dalam Bulettin Gema Ramadhan. Masjid Arief Rahman Hakim Universitas Indonesia, Jakarta: 1403: 3.

muslim, kemudian dalam hidupnya bersikap menerima Islam sebagian dan menolak/menggantikannya dengan menerima ajaran lain (yang bertentangan dengan Islam), maka sikap atau pandangan hidup seperti itu – Allah – menetapkannya sebagai kafir yang sebenar-benarnya. (Al-Nisa’: 150-151).

Seorang muslim hendaklah menerima dan masuk Islam secara utuh-bulat (kaffah) dan tidak mengikuti metodologi (hidup) syaitan (bathin), (Al-Baqarah: 208). Seluruh hidup muslim diasaskan kepada Allah dan Rasulnya, dan manakala ada pertikaian haruslah kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah Rassul (Al-Nisa’: 59). Islam itulah jalan tengah yang adil dan lurus, dengan menempuh cara ini umat Islam akan mencapai taqwa dan tidak akan pecah belah (Al-Baqarah: 143; Al-An’am: 153). Ummat Islam justru wajib menjadi juri (ummatan wasatha) dengan mengomando yang haq dan mendiskomando yang batil; dengan ini akan tercapai kemenangan. (Al-Baqarah: 143; Ali Imran; 104, 110).

7. Pandangan Hidup Muslim Seorang muslim dalam menetapkan pilihan

Pandangan Hidupnya, tentulah dilihar dari esensi dari keyakinan yang dianutnya. Islam sebagai Din-Allah yang benar dan sempurna dan merupakan petunjuk untuk seluruh alam semesta telah cukup menjadi Pandangan Hidup Muslim.30) Oleh sebab itu, perlulah kaum Muslimin menyibak kembali sejarah isme-isme yang ada di dalam masyarakat. Kita telah maklum, bahwa falsafah idealisme

30) Lihat Al-Qur’an, 5: 3; 35: 24; 4: 125; 3: 19; 21: 107; 4: 79; 34: 28. Lihat pula karya Muhammad Qutb, Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat yang Keliru tentang Al-Islam (Terjemah Alwi: AS) Diponegoro, Bandung, 1981)

74

Page 75: Eksistensi TUHAN

telah mendorong tumbuhnya liberalisme, yang kemudian mengesahkan faham individualisme, yang membangkitkan kapitalisme dan melahirkan kolonialisme dengan ciri MENGHALALKAN SEMUA CARA. Adapun masyarakat yang menganut materialisme, adalah mereka yang berfalsafah sosialisme, yang kemudian mengukuhkan komunisme dengan ciri MENGHALALKAN SEMUA CARA. Hatta, jelaslah kepada kaum muslimin bahwa segala isme yang ada saat ini tiada lai telah kehilangan esensi, kehilangan kepribadian yang suci, telah mengubur sendiri harga diri, kemuliaan, keteguhan dan kesuciannya masing-masing dengan pelbagai “pengotorann” ajarannya sehingga terpatahkannya makna Tuhan, kaburnya hakikat manusia dan sia-sianya hakikat alam. Masing-masing isme telah gagal menampilkan dirinya untuk mampu membawa manusia mencapai derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat sekaligus. Mereka hanya mampu tampil secara parsial (sebagian) saja, dan mereka hancur ke lembah kekaburan dan kontradiktif serta kehilangan alternatif yang utuh.

Segenap faham-faham, falsafah dan ajaran yang kini hidup di seputar masyarakat pemeluk Islam – hakikatnya telah menyatakan dirinya secara gambling bahwa dirinya sekadar daya kreasi manusia yang relatif dan fana. Dimensi ukhrawi tiada terjangkau – karena mereka telah dengan sendirinya melumuri ajarannya dengan segala manipulasi syari’at. (Al-Maidah: 72, 73; Al-Baqarah 113; 135; Al-Nisa’: 156-158; Ali Imran: 98). Seorang muslim tidak dibenarkan mengikuti cara beriman dan pandangan hidup isme-isme – Zionisme maupun Kristianisme – (Al-Baqarah: 120; Ali Imran 100); karena hal itu akan menyesatkan dan mengkufurkan kaum muslimin. Demikian pula terhadap isme-isme lainnya dikukuhkan suatu isyarat, agar kaum muslimin menghindarinya. (Luqman, 6, 7, 20; Al-An’am: 115-117).

Sebenarnya pula, bagi muslimin dapat menerima ajaran atau faham serta falsafah apapun dalam hidupnya, dengan syarat tidak bertentangan dengan asas Islami. Namun juga apalah artinya mengambil suatu falsafah atau ideology lain, padahal di dalam Islam telah mencukupinya. (Al-An’am: 115-117). Kurang apakah di dalam Islam ini? Kalau ada dugaan bahwa Islam kurang memenuhi hati seseorang, perlulah hati seseorang itu lebih arif mendalami Al-Qur’an dan Al-Sunnah Rasul (yang terjamin shahih); sehingga akan mendapatkan hakikat Islam secara utuh. (Al-Baqarah: 2-5, Al-An’am: 153, Al-Maidah: 3).

Seorang muslim wajib menerima Islam secara utuh (Al-Baqarah: 208) dan wajib pula mengikuti seluruh titah Allah; dan teladan Rasulullah (Al-Nisa’: 59). Dengan cara mengikuti petunjuk Allah secara totalitas inilah, kaum muslimin akan mendapat kejayaan dan derajat taqwa. (Al-An’am: 153). Konsekuensi hidup muslim memang diukur dari tingkat iman dan tiada ragu sedikitpun jua untuk menegakkan Al-Islam dengan berjuang; sungguh-sungguh (al-jihad) dengan harta benda maupun jiwa di jalan Allah. Inilah cara hidup yang benar. (A-Hujurat: 15). Cara hidup yang benar adalah melaksanakan iman kepada Allah itu penuh konsekuen dalam bentuk-bentuk amal shalih tugas kerja kemanusiaan dalam ayoman ridha-nya. (Al-Baqarah: 177). Kesalahan fatal isme-isme lain, adalah melihat dunia ini final, sementara bagi kaum muslimin akhiratlah yang lebih utama (Al-A’la: 16,17). Dan ketika muslim itu menata hidupnya, maka dimensi duniawi dan ukhrawi adalah utuh serta harmonis (Al-Qashash: 77); namun dimensi ukhrawi lebih utama karena sifatnya kehidupan yang kekal.

Pandangan hidup muslim diasaskan kepada kalimah penyerahan diri total kepada Allah dalam semua aspek kehidupan, perjuangan, ibadah bahkan kematian (Al-An’am: 162). Al-Fajr: 27- 30. Dengan ini mempunyai konsekuensi

75

Page 76: Eksistensi TUHAN

logis, bahwa hidup muslim adalah mengikuti seluruh petunjuk Allah dan Rasulnya; sehingga Al-Qur’an dan Al-Sunnah merupakan Pedoman Hidup Muslim (Al-Baqarah: 2-5; Al-Nisa’: 59; Al-Maidah: 132; Al-A’raf: 158; Saba’: 28).

Arkian, status dan fungsi muslim sebagai hamba Allah – khalifah fil Ardh dan sebagai pengemban risalah Al-Islam – merupakan jawaban langsung atas kesalahpahaman pihak di luar Islam. Tuduhan bahwa Islam atau ummatnya hanya memikirkan “dirinya” adalah tuduhan yang tidak beralasan. Karena justru Islam mewajibkan ummatnya untuk hidup secara muttaqin. Muttaqin artinya mengemban semua petunjuk Allah dan Rasulnya, menghilangkan segala larangan-Nya dengan penuh tanggung-jawab terhadap dirinya atar menjadi insan pengabdian (Al-Baqarah: 207, 265, Al-An’am: 162-163; Al-Qari’ah: 6,7, Al-Dzariyat: 56; Al-Bayyinah: 5). Tanggung jawab pada diri itu dikembangkan menjadi tanggung jawab terhadap keluarga agar tercipta keluarga pengabdian (Al-Tahrim: 6; Al-Rum: 21), dengan bertanggung jawab kepada ekosistem/lingkungan (Al-A’raf: 96). Kemudian pertanggungjawaban itu diikatkan kepada bangsa dan negaranya (Saba: 15; kepada segenap ummat manusia (Al-Baqarah: 201, Al-Qashash : 77; Al A’raf: 156) serta kepada/untuk kesejahteraan alam semesta (Al-Anbiya’: 107). Seluruh tanggung jawab kemanusiaan dan alam itu, dibaktikan, diabdikan semata-mata mencari ridha Allah, karena ridha Allah itulah tujuan hidup muslim yang hakiki. (Al-Baqarah: 207; Al-An’am 162-163).

Agama manakah, falsafah apakah, ajaran siapakah yang memiliki kelengkapan dimensi pengabdian seutuh Al-Islam ini? Itu sebabnya pihak-pihak yang berprasangka bahwa kaum muslimin tidak toleran, tidak berpartisipasi, dan segala tuduhan negatif lainnya – adalah tidak memiliki dasar kebenaran, kaum muslimin di belahan bumi manapun mempunyai tanggung-jawab yang utuh ituk tanpa dipisah-

pisahkan, karena hal itu merupakan ibadah dan kemuliaan kaum muslimin. Apabila dalam kehidupan kaum muslimin terdapat bukti-bukti tidak wujudnya dimensi taqwa itu, maka yang khilaf atau salah adalah kaum muslimin itu sendiri. Al-Islam tetap benar, sempurna dan kekal sepanjang masa, dalam kuasa-Nya.

8. Khatimah Bagi kaum muslimin, sampailah pada suatu prinsip

(al-mabda’: ……. ), bahwa sumber dari segala sumber hukum kebenaran adalah dari Allah; selain itu adalah cenderung palsu dan batal. (Al-Maidah: 60; Luqman: 30; Al-Syura: 117). Asas maupun pandangan hidup Muslim berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah Rasul itulah kaum muslimin menjelaskan samudera kehidupan menjawab tantangan zaman. Manakala di dalam keduanya tidak ditemukan pedoman yang eksplisit, maka kaum muslimin melakukan ijtihat (pengambilan keputusan bersumber serta berasas Al-Qur’an dan Sunnah). Hadits tentang kasus Mu’adz bin Jabal, diriwayatkan oleh Bukhari).

Prinsip yang kukuh itu ternyata penuh keluwesan, sehingga kaum muslimin akan selalu mampu memberi alternatif terhadap tantangan yang dihadapkannya. Untuk itu maka kaum muslimin mempergunakan metode (al-manhaj: …. ……), bahwa Al-Qur’an dan Sunnah Rasul senantiasa dijadikan dasar metoda dalam seluruh aspek kehidupan (Al-An’am: 153; Al-Nisa: 58 s/d70; Al-Baqarah: 208; Yunus: 108-109). Metoda jahili – termasuk profan-kafir, sekular, sekularisasi, sekularisme, logical positivisme – wajib ditolak, karena akan menghancurkan serta merusak kesucian ibadah, bahkan membatalkan seluruh bentuk aktivitas. (Al-Nisa’ 150-151, Al-Nur: 39; Al-Kahfi: 103-106, Luqman: 6-7, 20; Muhammad: 8-9; Al-Syura: 15-16). Dengan itu berarti, bagi muslim akan mubazir apabila

76

Page 77: Eksistensi TUHAN

beramal tanpa manhaj/metoda Islami (Luqman: 6 s/d 30; Muhammad: 8-9; Al-Mina: 150-151). Bahkan Muhammad Rasullullah bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang dari kamu sehingga hawa nafsunya tunduk (sesuai) dengan apa yang telah aku sampaikan. ” (Hadits Arba’in Nawawiy No. 41). Oleh sebab itu, kaum muslimin berkewajiban membangun metodologi Islami dalam segenap aspek kehidupan. (Ali Inran: 100-101; 103-10; Al-An’am: 153). Manusia, akalnya, hatinya dan anggota badannya tidaklah otonom. Semua persoalan kemanusiaan dan alam semesta akan kembali dan ada dalam kuasa Allah (Ali Imron: 109).

Pola hidup muslim yang telah dibangun atas asas Islam di atas, mempunyai tujuan (Al-ghayah: ….. ), bahwa seiring dengan Risalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya iman kebenaran. (Al-Thalaq: 11-12). Dengan metoda Islami, seorang muslim dibimbing untuk terbina menjadi insan muttaqin (Al-Baqarah: 177; Al-Hujurat: 13; Al-An’am: 153) – sehingga menjadi insan akademik yang rasional-objektif, kritis-kreatif, logik-sistematik (Al-Isra’: 36; Al-Naml: 64); berpandangan luas (Al-Zumar: 17;18), Istiqamah, konsisten dan konsekuen (Al-Ahqaf: 13-14; Fushshilat: 30-31) serta senantiasa cenderung mencari kebenaran hakiki (Rum: 30; Ali Imran: 60), sehingga dengan metoda Islami itu akan gembira insan muslim daya-daya pencarian ingin tahu (curiosity), daya cipta (creativity), daya innovatif, daya konstruktif maupun pengembangan untuk kemajuan. (Al-Ra’du: 11; Yunus: 101; Fathir: 28). Pola hidup dengan prinsip (al-mabda’), metoda (al-manhaj) dan tujuan (al-ghayah) secara Islami inilah akan membuahkan ibadah yang benar dan di sinilah tujuan pengabdian hidup yang benar. (Al-Hasyr: 18 – 24).Ya Allah A’lamu bi’ al-Shawabi.

77

Page 78: Eksistensi TUHAN

MARAJI’/REFERENSI

Abduh, Al-Syaikh, Muhammad, Tafsir Al-Qur’an al-Hakim: Tafsir al-Fanar (ta’lif). Sayd Muhammad Rasyid Ridha, II, Beirut, Libanon, tt.

Abdalat, Mahmudah: Islam in Focus, Muslim Youth Assembly, 4th. Printing, Singapura, 1980.

Ibrahim, Muhammad Ismail; Mu’jam al- Fazhi wa al-‘A’lami Al-Qur’aniyah, Bar al-Fikri al-‘Arabi, Kairo, 1388M/1968M.

Cadhar, Altaf (ed), The Challenged Islam, Islamic Council of Europe, London, 1970.

Naquib Al-Attas, Syed Muhammad A.; Islam dan Secularism, Muslim Youth Movement of Malaysia (ABIM), Kuala Lumpur, 1978.

Magge, Bryan; Man of Ideas, The Viking Press, Madison Avenue, New York. 1979.

Mahmud, Mustafa, Dr. Dialog Muslim dan Atheis (Hiwar Ma’a Shadiqi al Mulhid). Terjemah Abdullah Said, Al-Ikhlas, Surabaya. 1982.

Qutb, Sayyid, Islam the Religion of the Future, HPSD, Damascus, tt.

Garaudy, Roger. Promesses De L’Islam (Janji-janji Islam), terjemah Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Bulan Bintang, Jakarta: 1982.

Rasyidi, Prof. Dr.H.M. Filsafat Agama, Bulan Bintang , Jakarta, cet. 3, 1975

Saligman, Edwin R.A. Encyclopedia of Social Sciences, The Mcmillan Company, New York, 1957.

Titus, Harold, H., Living Yesus in Philosophy, 7th edition, New York, 1979.

78

Page 79: Eksistensi TUHAN

LIBERALISME / KAPITALISME(uraian singkat untuk keperluan Kelompok Diskusi)

1. Pengertian Liberalisme a. Liberalisme adalah sikap menjunjung tinggi nilai-

nilai kebebasan perorangan (individual liberty) terhadap campur tangan penguasa atas kehidupan pribadi orang seorang.Dari paham liberalisme ini muncul doktrin kontrak sosial, hasil pemikiran Jean Jacques dalam tulisannya “Contract Social ou Principes du droit politique” (The Social Contract or Principles of Political Right) yang ditulis pada tahun 1762.Doktrin ini mengandung sebuah postulat yaitu bahwa kekuasaan yang berada di tangan penguasa adalah berdasarkan perjanjian kemasyarakatan (kontrak sosial) antara rakyat dan penguasa; pada pihak yang satu rakyat menyerahkan sebagian dari hak-hak perorangannya masing-masing kepada penguasa, pada pihak yang lain haruslah dipergunakan kekuasaannya itu demi kepentingan dan demi melindungi hak-hak perorangan rakyat; jika penguasa tidak menunaikan kewajibannya itu, ia melanggar perjanjian dan karenanya harus turun panggung.

b. Doktrin kontrak sosial adalah merupakan lawan terhadap doktrin absolutisme kekuasaan raja pada abad pertengahan yang mengandung postulat bahwa raja mempunyai hak-tuhani (divine right) dan merasa memperoleh kekuasaan berdasarkan hak yang diberikan oleh Tuhan. Menjelang dan setelah Revolusi Perancis, liberalisme di Perancis adalah sinonim dengan sikap anti gereja Katolik, karena Katolikisme dengan peristiwa-peristiwa inkwisisinya

adalah identik dengan feodalisme dengan penghisapan, eksploitasi dan penindasan-nYa.

c. Di Jerman, liberalisme adalah identik dengan sikap menentang Prussianisme yang dengan Junkertumnya merupakan perpaduan antara kekuasaan absolut raja dan aristokrasi Prussia (Jungkertum). Setelah usianya Perang Dunia ke-II, atas kesepakatan Amerika dan Sovyet Uni demi mencegah bangkit-kembalinya Jerman, Prussianisme itu dibasmi konon seakar-akarnya, diantaranya dengan memecah-mecah daerah Prussia dan dengan mengkikis-habis aristokrasi Prussia.

d. Liberalisme mengandung asumsi bahwa manusia lahir dalam kebebasan (man is born free) dan bahwa setiap bayi yang baru lahir adalah bagaikan secarik kertas yang bersih (tabula rasa).- Dalam bidang politik, liberalisme

mengumandangkan hak-hak asasi rakyat;- Dalam bidang ekonomi, liberalisme adalah

identik dengan free enterprice, free competition sampai-sampai kepada free exploitation dengan semboyannya: laisse faire laisse passe (biarkanlah orang mengerjakan apa yang ia sukai dan sanggupi……..)

- Dalam bidang sosial budaya, liberalisme yang anti-gereja itu mengumandangkan freedom of religion yang saking liberalnya lalu berkembang menjadi free from religion (securalisme) sedang dalam bidang “budaya”, liberalisme menghendaki freedom of culture dengan semboyan l’art pour l’art; freedom of culture itu lalu berkembang menjadi free love dan free-sex-nya

79

Page 80: Eksistensi TUHAN

- Dalam bidang intelektualisme, liberalisme itu pararel dengan sikap free from religion menghendaki free thingking (berpikir bebas) artinya tidak terikat oleh akidah iman.

2. Pengkaitan liberalisme dengan kapitalisme a. Mengapa liberalisme dikaitkan dengan kapitalisme

ialah karena kapitalisme adalah hasil terbesar dari liberalisme (dalam bidang ekonomi) serta yang amat memberi warna tebal kepada sejarah dunia dan manusia.

b. Kapitalisme tidaklah selalu inheren dengan liberalisme atau demokrasi; kapitalisme memang berkembang dalam negara-negara demokrasi, tetapi kapitalisme juga berkembang dan bertahan dalam alam fasisme/ militerisme serta dalam alam neo-kolonialisme.

c. Fasisme yang selalu inheren dengan militerisme – adalah kapitalisme – nya negara-negara kapitalis yang tidak mempunyai jajahan (the have nots) yang dikepung oleh negara-negara kapitalis yang mempunyai jajahan (the haves). Sebagai besieged capitalism, fasisme tidaklah mungkin hidup kecuali militerisme.

d. Neo-kolonialisme yang sinonim dengan imperialisme ekonomi adalah kapitalisme yang merajalela dalam negara-negara yang baru merdeka yang biasanya disebut negara-negara berkembang.

3. Mengapa menjadi isme, menjadi sistima. Mengapa kegiatan dalam bidang ekonomi itu sampai

menjadi isme, menjadi sebuah sistem, bahkan sebuah pandangan hidup; kapitalisme, ialah karena nafsu mencari untung dengan mempergunakan modal (capital) telah menimbulkan keuntungan yang besar dan menumpuk menjadi modal baru yang

selanjutnya membawa keuntungan yang besar dan menumpuk lagi menjadi modal baru dan demikian seterusnya; dan cara mencari untung sedemikian itu hanyalah dapat berjalan dan bertahan jika dipadukan dengan dengan kekuatan-kekuatan politik dan militer dalam sebuah sistim yaitu kapitalisme.

b. Merkantilisme yang merupakan pra-kapitalisme, karena masih terbatas dalam bidang industri pertanian dan perdagangannya, merkantilisme itupun hanya dapat berjalan dengan dukungan politik dan militer. Ingat perang rempah-rempah antara sesama imperialis: Spanyol, Portugal, Inggris dan Belanda; “perang salib” sebenarnya hanya dalih bagi Inggris untuk menguasai jalur daratan menuju sumber rempah-rempah disebelah Timur, jadi apa yang dikenal sebagai “perang salib” itu sebenarnya termasuk “perang rempah-rempah” bagi si-Inggris, tetapi merupakan perang-suci bagi Ummat Islam Palestina.

4. Unsur-unsur kapitalismea. Unsur-unsur kapitalisme adalah: a. 1. Modal

a. 2. Eksploitasia. 3. Political

power

b. Bentuk modal adalah: b. 1. Uangb. 2. Pemilikan tehnologib. 3. Managerial skill

c. Bentuk eksploitasi: c. 1. Nilai-nilai dari tenaga si-buruh yang terampil dalam proses produksi

c. 2. Nilai-nilai dari tanah si-orang-kecil yang

80

Page 81: Eksistensi TUHAN

disewa-paksa atau dijual-paksa (digusur tanpa melewati undang-undang).

c. 3. Kekayaan alam – milik negara – yang disediakan bagi si-investor dengan imbalan yang tidak seimbang.

5. Definisi kapitalismea. Bung Karno memberi definisi mengenai kapitalisme

sebagai “sistim pergaulan hidup yang memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi” (Indonesia menggugat hal. 14).Definisi tersebut pada hemat saya masih terlalu sempit karena terbetas pada lapangan produksi (pabrik) dan tidak menonjolkan usnur eksploitasi yang didukung oleh kekuasaan politik.Dengan definisi Bung Karno, koperasi tani yang adalah koperasi produksi tidaklah merupakan sebuah mata-rantai kapitalisme, karena para petani yang mengerjakan sawahnya adalah juga pemilih sawah, jadi tidak terpisah dari alat produksinya. Tetapi dalam mekanisme-nya ekonomi-kapitalis-internasional, desa adalah hanya merupakan enclave dan koperasi-tani didesa adalah obyek penghisapan dari kapitalisme. Dan penghisapan atas koperasi-koperasi tani tidaklah dapat berjalan tanpa dukungan atau partisipasinya birokrasi.

b. Karena itu, saya mencoba membuat definisi tentang kapitalisme sebagai berikut:

“sebuah sistim (politik) yang memberi peluang berikut dukungan kepada usaha ekonomi dengan keuntungan melimpah-limpah yang bersifat eksploitatif”kekayaan yang ditimbulkan oleh usaha ekonomi demikian itu dinamakan kekayaan struktural, dan kemiskinan yang diakibatkannya dinamakan kemiskinan struktural.

6. Karakteristik Koonialisme dan Neo-Kolonialismeb. Sebagai hasil dari kapitalisme, kolonialsime

(modern) mempunyai ciri-ciri (karakteristik) sebagai berikut:a.1 Daerah jajahan merupakan sumber bahan

mentah bagi industri negara kapitalis;a.2 Idem daerah pemasaran bagi barang-barang

hasil industri negara kapitalis;a.3 Idem sumber tenaga kerja murah.

Dalam masa pasca kapitalisme, hubungan ekonomi antara negara yang baru merdeka (negara berkembang) dengan negara kapitalis masih menunjukkan karakteristik tersebut dengan segala akibatnya; eksploitasi negara berkembang oleh dan dependensinya kepada negara industrialis-kapitalis; kondisi demikian menunjukkan adanya imperialisme ekonomi atau neo-kolonialisme.

c. Lenin dalam bukunya “Impelialism as the last stage of capitalism” (1917) meramalkan bahwa dengan hapusnya imperialisme (kolonialisme), kapitalisme akan menurun menuju saat keruntuhannya. Ternyata ramalan Lenin itu meleset, karena neo-kolonialisme yang merupakan wajah dari sebagian besar negara berkembang malahan merupakan kolonialisme baru dalam skala yang jauh lebih besar dari pada dalam masa kolonialisme.

81

Page 82: Eksistensi TUHAN

7. Perubahan cara berproduksi dalam era non-kolonialismeDalam era neo-kolonialisme dewasa ini telah muncul cara-cara baru berproduksi yang tidak terdapat dalam era kolonialisme dulu, seperti:a. Internasionalisasi proses produksi lewat perakitan

barang-jadi dinegara berkembang dengan tenaga buruhnya yang murah;

b. Idem lewat “free tade zone” (di Indonesia: “bonded wharehouse”);

c. Memproduksi barang atas pembayaran lisensi kepada negara industrialis

8. Variasi dan jalur-jalur kapitalismee. Variasi-variasi kapitalisme adalah pragmatisme,

welfare-state, sosialisme demokrasi.f. Jalur-jalur kepitalisme yang berbentuk non-ekonomis

adalah Rotary-club Lion’s club, pandangan kosmopolitisme, humanisme universal, sedang sikap-sikap hidup penunjang kapitalisme adalah hedonisme dan konsumerisme.

Kepustakaan:1. Ir. Soekarno: Indonesia Menggugat2. Ir. Sukarno: Camkan Pancasila (kumpulan ceramah)3. Richard J. Barnet: Intervention and Revolution4. Louis L. Snyder: The Imperialism Reader5. John M. Swomley Jr: American Empire6. Raymond Vernon: Sovereignty at Bay7. Noam Chomsky: For Reasons of State8. Teresa Hayter: Aid as Imperialism9. Jan Halliday-Gavan Mc Cormack: Japanese

Imperialism Today. Co-Prosperity in Greater East Asia.

10. Neil Sheehan: The Pentagon Papers11. Daniel Ellsberg: Pepers on the War

12. Robert E. Osgood c.s.: Retreat from Empire?13. Francis A. East: Alliances, Latent War Communities

in the Contemporary World14. Richard B. Morris: Basic Documents in American

History15. A. Dahlan Ranuwihardjo: Bacaan tentang Neo-

kolonialisme (seri lima tulisan dalam harian Jurnal Ekuin Maret-Mei 1982).

82

Page 83: Eksistensi TUHAN

83

SYAHADAH GENERATIO SPONTANEAEvolusi secara kimia organik

Sebelum terjadinya manusia71:1 --------------- tidak dikenal71:14+17 --------- Evolusi diciptakan melalui beberapa tingkatan

55:14 ------------- Shal-shal = zat pembakar (oksigen)15:28 ------------- Hama-in = zat lemas (nitrogen)nb:

15:29 --------------- ALLAH menyempurnakan kejadiannya

4:1 ------------- Hawa diciptakan oleh ALLAH setelah Adam2:35:39 -------- Kehidupan Adam & Hawa di Syurga hingga diperintahkan oleh ALLAH

keluar dari Syurga karena melanggar larangannya

Terjadinya manusia setelah Adam23:12, 13 jo 86:7 ------ Sari pati tanah (sperma + ovum)23:14 -------------------- Proses terjadinya di dalam rahim32:9 --------------------- Dilengkapi dengan roh (penyempurnaan)3:6 ----------------------- ALLAH yang membentuk manusia dalam rahim16:78 --------------------Manusia lahir dari perut ibunya dalam keadaan tak mengetahui sesuatupun32:8 --------------------- Proses kelanjutan keturunan

76:2 ---------------------Manusia dicipta ALLAH hanya untuk diuji dengan perintah dan larangan

GHAIB

MANUSIAALAMALLAH

NB:Jika ragu terhadap proses terjadinya manusia seperti yang diterangkan dimuka 23:12 jo 86:6,7 56:58, 59.Jika pertanyaan tersebut (56:58:59) tidak bisa dijawab maka lihatlah jawabnya pada surat 75:37:-40 jo 22:5

Page 84: Eksistensi TUHAN

PANDANGAN ISLAM TENTANG STRUKTUR MANUSIA

84

Menurut pandangan Islam A. Ciptaan Tuhan yang muliaB. Khalifah ALLAH di bumi fungsi Islam menjalankan

amanah

2:30 jo 6:165 jo 24:55Dalam diri manusiaA. Hanif ------ kecenderungan 7:172 kepada

kebenaran 30:30B. Fitrah ----- 90:8-10 jo 3:14C. Freewiil--- 2:256 jo 33:72 jo 10:99 tanggung jawabD. Pengabdian kepada ALLAH, tugas hidup 6:162-163 jo

51:56E. Individu yang berkomunal 49:13

Untuk memenuhi syarat (18:10 jo 98:7,8 maka ia layak di Syurga /hidup dengan penuh kesenangan/keseimbanganKewenangan 92:4 Tanggung jawab 17:21 jo

24:614:48 jo 24:2499:7-8

Dalam perjalanan hidupnya bagi se-orang muslim:1. Meng-Imani Islam (4:136;2:147,123,

24,28; 18:35; 3:8)2. Meng-Ilmui Islam (6:125; 38:22; 9:122)3. Mengamalkan Islam (9:108; 2:296)4. Menda’wahkan Islam/memperjuangkan

Islam (5:67; 3:110; 3:104 jo 3:142 jo 9:13, 14, 24, 38, 41, 111)

5. Sabar dalam ber-Islam (29:2,3, 2:155-157,214; 3:200

Perjalanan akhir hidup manusia

Seluruh manusia pasti berjumpa dengan ALLAH 84:6

Untuk yang tidak memenuhi syarat masuk neraka/ jauh dari keseimbangan (98:6)

Dalam perjalanan hidupnya menempuh dengan pola kemusyrikanKafir (5:44; 45:24); zhalim (5:45)Fasik (5:47)Munafiq (9:45, 49, 58, 62, 64, 67, 75, 65,

77, 81, 86)Musyrik (45: 23; 25:43, 44; 2:165)Tidak ada ampun (4:116)Dengan pola hidup kemusyrikan ini, ia jauh dari keseimbangan jiwa (kontradiksi) sehingga ia selalu dalam kondisi gelisah dan tidak menentu tanpa tujuan hidup

Existence Ego 70:19-21 jo 21:37 alam bawah sadar

Ciri-ciri Ego+ negatif17:11 ------- tergesa-gesa18:54 ------- suka membantah100:6 ------- ingkat dan tidak berterima

kasih10:12 ------- melampaui batas70:19-21--- keluh kesah dan kikir 90:4 -------- susah payah+ positif (untuk mengatasi itu semua)70:22, 24, 23, 27, 29 jo 30, 32, 33, 342:2,4 ------ Iman13:28 ----- Ingat ALLAH23:1-5 jo 6, 8, 9 ------ kesempurnaan

Iman65:2-5 ----- Hadiah untuk orang taqwa89:27-30--- Penghargaan ALLAH

terhadap iman

Page 85: Eksistensi TUHAN

85

Jadi dengan konsep hidup tauhid, maka tujuan hidup yang hakiki, tidak lain hanyalah untuk mencapai ridho ALLAH SWT dan dengan dasar Ikhlas (2:262; 4:125). Ikhlas dalam arti bersih/murni dan tidak mencampuradukkan nilai tauhid dengan adanya Riya (2:265), Sub’ah (2:263) serta takabur (49:17) karena dengan hidup ikhlas, maka ia sampai pada taraf jiwa tenang (mutmainah) atau penuh keseimbangan/ harmonis, hidup dan sadar

Jadi upaya jalan keluarnya, hanya satu jalan yaitu Taubat (11:90 jo 7:153) taubat dalam arti yang sebenarnya (4:17, 18 jo: 146) oleh karena itu dalam pola hidup ia hanya berlandaskan Tauhid, sehingga mempunyai konsekuensi sebagai berikut: menolak semua sumber nilai, budaya, politik, ekonomi, hukum dan segala macam sistem yang bertentang dengan ajaran Islam (2:177 jo 4:58, 59 jo 9:71, 73 jo 3:159 jo 42:38)Menyatakan kebulatan tekad setia kepada ALLAH SWTa, dalam arti selalu menghadapi segala masalah (berpihak pada ALLAH / ajaranNya) (4:103 jo 22:62 jo 9:23, 24)Berusaha memaksimalkan mungkin melaksanakan norma-norma ajaran Islam baik berguna bagi dirinya sendiri maupun berguna untuk masyarakat sekelilingnya (64:16 jo 22:78)