ESAI SIP

5
ISMAFARSI Jembatan Informasi Masalah Kefarmasian di Indonesia Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong maraknya kasus pemalsuan obat di Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 242 Tahun 2000, yang dikategorikan sebagai obat palsu adalah obat yang diproduksi pihak yang tak berhak menurut Undang-Undang. Ada lima macam obat palsu, yaitu : 1. Produk mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang memenuhi syarat, diproduksi, dikemas dan diberi label seperti produk aslinya, tetapi bukan dibuat oleh pabrik aslinya. 2. Obat yang mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang tidak memenuhi syarat. 3. Produk dibuat dengan bentuk dan kemasan seperti produk asli, tetapi tidak mengandung bahan berkhasiat. 4. Produk yang menyerupai produk asli, tapi mengandung bahan berkhasiat yang berbeda. 5. Produk yang diproduksi tidak berijin. Selain yang disebutkan diatas, produk impor yang tidak resmi dapat dikelompokkan sebagai obat palsu sebab tanpa memiliki izin edar yang dikeluarkan Badan POM sesuai dengan Peraturan Menkes No 949/Menkes/SK/VI/2000 (gelgel-wirasuta.blogspot.com, 5 November 2013). Dalam kurun waktu 1999-2006 BPOM menemukan 89 merek obat yang dipalsukan di pasar domestik. Obat-obat tersebut tergolong laku di pasaran diantaranya antibiotik Super Tetra, obat analgetika Ponstan, antibiotik Amoxan, sirup Tempra dan lain-lain. Data Badan POM menunjukkan, tahun 2003 sebanyak 268 kasus pelanggaran obat yang ditindaklanjuti kepolisian (projustisia). Pelanggaran itu meliputi peredaran obat keras di sarana tidak resmi (toko obat), obat palsu, maupun obat tanpa izin edar, tahun 2004 terdapat 219 kasus, tahun 2005 terdapat 266 kasus, dan tahun 2006 terjadi sebanyak 146 kasus (farmasikepolisian.com, 6 November 2013). Semakin merajalelanya tindak pemalsuan obat ini disebabkan karena penanggulangan tindak pemalsuan obat belum dikoordinasikan secara sistematis, sehingga belum berdampak nyata terhadap kasus pemalsuan dan peredaran obat palsu itu sendiri. Hukuman maupun denda yang dijatuhkan pada tersangka pemalsu obat pun masih tergolong ringan, terkadang hanya berupa masa percobaan, sehingga hal ini tidak membuat mereka

Transcript of ESAI SIP

Page 1: ESAI SIP

ISMAFARSI Jembatan Informasi Masalah Kefarmasian di Indonesia

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong maraknya kasus pemalsuan obat di Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 242 Tahun 2000, yang dikategorikan sebagai obat palsu adalah obat yang diproduksi pihak yang tak berhak menurut Undang-Undang. Ada lima macam obat palsu, yaitu :

1. Produk mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang memenuhi syarat, diproduksi, dikemas dan diberi label seperti produk aslinya, tetapi bukan dibuat oleh pabrik aslinya.

2. Obat yang mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang tidak memenuhi syarat.3. Produk dibuat dengan bentuk dan kemasan seperti produk asli, tetapi tidak

mengandung bahan berkhasiat.4. Produk yang menyerupai produk asli, tapi mengandung bahan berkhasiat yang

berbeda.5. Produk yang diproduksi tidak berijin.

Selain yang disebutkan diatas, produk impor yang tidak resmi dapat dikelompokkan sebagai obat palsu sebab tanpa memiliki izin edar yang dikeluarkan Badan POM sesuai dengan Peraturan Menkes No 949/Menkes/SK/VI/2000 (gelgel-wirasuta.blogspot.com, 5 November 2013).

Dalam kurun waktu 1999-2006 BPOM menemukan 89 merek obat yang dipalsukan di pasar domestik. Obat-obat tersebut tergolong laku di pasaran diantaranya antibiotik Super Tetra, obat analgetika Ponstan, antibiotik Amoxan, sirup Tempra dan lain-lain. Data Badan POM menunjukkan, tahun 2003 sebanyak 268 kasus pelanggaran obat yang ditindaklanjuti kepolisian (projustisia). Pelanggaran itu meliputi peredaran obat keras di sarana tidak resmi (toko obat), obat palsu, maupun obat tanpa izin edar, tahun 2004 terdapat 219 kasus, tahun 2005 terdapat 266 kasus, dan tahun 2006 terjadi sebanyak 146 kasus (farmasikepolisian.com, 6 November 2013).

Semakin merajalelanya tindak pemalsuan obat ini disebabkan karena penanggulangan tindak pemalsuan obat belum dikoordinasikan secara sistematis, sehingga belum berdampak nyata terhadap kasus pemalsuan dan peredaran obat palsu itu sendiri. Hukuman maupun denda yang dijatuhkan pada tersangka pemalsu obat pun masih tergolong ringan, terkadang hanya berupa masa percobaan, sehingga hal ini tidak membuat mereka jera karena keuntungan yang diperoleh dari memalsukan obat begitu menggiurkan.

Peredaran obat palsu yang sedang terjadi ini dapat mengancam jutaan jiwa masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, obat yang semestinya berfungsi untuk mengobati suatu penyakit (memberi efek terapeutik), justru berbalik arah membuat sakit yang diderita seseorang semakin parah (memberi efek yang tidak diinginkan bahkan dapat memberi efek toksik) apabila yang dikonsumsi adalah obat palsu. Dapat dibayangkan berapa juta masyarakat yang terancam jiwanya apabila peredaran obat palsu ini tidak segera dihentikan. Kasus ini merupakan kasus kefarmasian yang harus mendapatkan perhatian dari pihak-pihak pemangku kekuasaan dan segera dicarikan solusinya, karena jika tidak, akan membuat semakin merajalelanya praktik-praktik pengadaan obat palsu.

Ironinya, ditengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang ternyata belum mengetahui perihal peredaran obat palsu yang tengah marak terjadi dan tersebar secara bebas dipasaran. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang diterima masyarakat dan sosialisasi dari pihak terkait. Bahkan masyarakat cendrung lebih memilih membeli obat-obatan di sarana tidak resmi (toko obat) yang memang menawarkan harga lebih murah, dari pada membeli obat di apotek yang sudah memiliki izin. Fenomena ini sangat sering terjadi terutama dikalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah karena ketidaktahuan mereka dan minimnya informasi yang mereka terima mengenai kesehatan utamanya dalam bidang kefarmasian (obat-obatan).

Page 2: ESAI SIP

Hal-hal vital yang demikian sudah seharusnya mendapatkan perhatian lebih dan seharusnya ditangani sesegera mungkin. Disinilah diperlukannya sinergisitas seluruh pihak yang terkait dengan bidang farmasi, termasuk para mahasiswa yang tengah menempa ilmu di jurusan farmasi untuk mencarikan suatu solusi nyata yang dapat diterapkan secara optimal sehingga dapat memberikan hasil yang optimal pula. Disinilah mahasiswa dituntut untuk dapat mengenal dan mengetahui permasalahan kefarmasian yang tengah terjadi dan bagaimana peran mereka dalam menanggulangi dan menanggapi hal tersebut secara dini.

ISMAFARMASI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) adalah organisasi mahasiswa yang terdiri dari lembaga-lembaga kemahasiswaan dari institusi farmasi di Indonesia dan merupakan organisasi intra universitas yang berbasis keprofesian, bertujuan untuk menyatukan opini dan ajang silaturahmi mahasiswa farmasi. Pada tahun 2007 yang lalu ISMAFARSI telah mendapat legalisasi melalui surat keputusan Direktur Kelembagaan DIKTI. Pada tahun yang sama ISMAFARSI berhasil menjadi anggota Full Member IPSF (organisasi advokasi international terkemuka untuk mahasiswa farmasi seluruh dunia) yang berarti ISMAFARSI memiliki hak voting sebagai anggota selama ISMAFARSI dapat memenuhi kewajiban sebagai anggota seperti yang telah ditentukan dalam konstitusi IPSF. Lahirnya ISMAFARSI berdasarkan keberadaan profesi farmasi, ISMAFARSI dan profesi farmasi merupakan satu kesatuan simbiosis, selain merupakan wadah pengontrol sosial, ISMAFARSI juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang besar terhadap dunia kesehatan di Indonesia utamanya dalam bidang kefarmasian.

Melihat realitas yang terjadi, maka sudah sepantasnya ISMAFARSI bergerak di tatanan sosial yang tidak lagi berbicara tentang eksistensinya, ketika ISMAFARSI memfungsikan kader-kadernya untuk bergerak di tatanan pengontrol sosial. Itu artinya ketika terjadi ketimpangan-ketimpangan dimasyarakat, ISMAFARSI menjadi garda terdepan, mengawal aspirasi masyarakat terlepas dari tujuan awal terbentuknya organisasi ini. Farmasi di Indonesia adalah salah satu jantung kesehatan dalam bidang kefarmasian yang berperan penting terhadap kemajuan dunia kesehatan di Indonesia. Maka dari itu sangat di butuhkan sosok-sosok farmasis yang punya idealisme yang tinggi.

Berkaitan dengan permasalahan yang tengah marak terjadi belakangan ini yaitu peredaran obat palsu yang melanda Indonesia, ISMAFARSI dapat mengambil peran penting dengan menjadi jembatan informasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang mempunyai wewenang dalam bidang kefarmasian dengan masyarakat luas. Tujuannya tidak lain adalah untuk meneruskan informasi-informasi penting dan isu-isu penting mengenai dunia kefarmasian kepada masyarakat, agar semua masyarakat tahu, utamanya mengenai perihal pemalsuan obat. Masyarakat menjadi tahu, kalau ternyata ada obat-obat yang lumrah dikonsumsi sangat rentan dengan praktik pemalsuan obat, sehingga masyarakat dapat lebih waspada lagi dalam menggunakan dan membeli obat-obatan.

Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih seperti saat ini, sudah seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat lagi. Kemajuan teknologi inilah yang sudah seharusnya dimanfaatkan oleh ISMAFARSI sebagai salah satu media komunikasi yang dapat menjembatani ISMAFARSI dengan masyarakat untuk meneruskan informasi-informasi penting dari pihak yang berwenang dalam bidang kefarmasian, salah satunya adalah dengan memanfaatkan sosial media. Ada beragam media sosial yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi, seperti Facebook, Twitter, ataupun Instagram. Dalam menyampaikan suatu informasi, kader-kader ISMAFARSI dapat menuliskan informasi-informasi mengenai obat, seperti memberi informasi kepada masyarakat tentang daftar obat yang dipalsukan dan diilegalkan di Indonesia. Tidak terbatas pada hal tersebut, ISMAFARSI juga dapat mengunggah gambar-gambar yang memuat mengenai perbedaan obat asli dengan obat yang dipalsukan baik melalui Facebook, Twitter maupun Instagram. Hal tersebut dipandang efektik, karena sebagian besar masyarakat sudah mulai memanfaatkan internet dan memiliki akun sosial media.

Page 3: ESAI SIP

Selain itu, ISMAFARSI juga dapat memanfaatkan media elektronik dan media cetak untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada masyarakat mengenai obat-obatan yang dipalsukan melaui iklan di televisi maupun di koran atau majalah-majalah. Cara yang lebih konvensional dapat dilakukan dengan cara sosialisai yang langsung diberikan oleh pihak-pihak terkait seperti BPOM kepada masyarakat, utamanya masyarakat yang berada di daerah pedesaan dan masih minim fasilitas informasi dan komunikasi. Cara ini lebih efektif digunakan diderah-daerah karena minimnya akses informasi diserah tersebut dan masyarakat akan lebih memahami jika diberikan sosialisasi secara langsung. Cara yang dapat dilakukan selain sosialisasi dan menyasar kalangan intelektual yaitu dengan mengadakan seminar-seminar yang membahas mengenai obat-obatan palsu yang beredar dipasaran dan bagaimana cara mengenali dan membekan obat-obatan tersebut. Dimana nantinya, kalangan intelektual yang mengikuti seminar ini dapat menyebarkan informasinya dan membagikan wawasan yang mereka miliki kepada masyarakat yang berada di lingkungan mereka sehingga penyampaian informasi dapat berjalan lebih cepat dan tepat sasaran.

Peranan ISMAFARSI sebagai jembatan informasi dalam masalah kefarmasian di Indonesia dalam menanggapi isu peredaran obat palsu yang semakin merajalela diharapkan dapat berjalan optimal dengan dukungan dari semua pihak yang terkait. Serta masyarakat yang sudah terlebih dahulu mengetahui informasi-informasi penting mengenai kesehatan utamanya dalam bidang kefarmasian seperti daftar obat-obatan palsu yang beredar diharapkan mau turut serta untuk meneruskan informasi tersebut ke lingkungannya untuk memperlancar proses informasi sehingga dapat cepat diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, isu-isu vital yang sedang terjadi seperti peredaran obat palsu di kalangan masyarakat dapat sampai dan diterima oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih waspada dengan obat-obatan palsu yang beredar bebas dan tahu dimana harus membeli obat agar terhindar dari obat-obatan palsu tersebut.

Nama : I Gusti Agung Ayu Santhi RahmaryaniNIM : 1308505014Asal Komisariat : Universitas Udayana