Erich Fromm
-
Upload
bellailionora -
Category
Documents
-
view
830 -
download
2
description
Transcript of Erich Fromm
MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
TEORI ERCIH FROMM
OLEH:
ANISAH NI’MATURROHMAN 125120307111055
ANDRI PUTRI ARISANTI 125120301111008
SALLISA ANNISA R 125120305111001
BELLA ILLIONORA 12512030
FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam makalah ini akan membahas lebih jelas mengenai teori kepribadian Erich Fromm.
Sebelumnya kita telah mengetahui tentang teori-teori kepribadian dilihat dari berbagai
pandangan, baik itu secara konstitusi, tempramen, dan budaya. Teori kepribadian milik Erich
Fromm kali ini lebih dilihat dari sudut pandang psikoanalisis humanistik. Erich Fromm ingin
menunjukkan perhatiannya terhadap perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah untuk
memperoleh martabat dan kebebasan, dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan orang lain. Dia mencoba menggabungkan teori Freud dengan teori
Marx. Fromm yakin bahwa banyak temuan Freud, seperti peran ketidaksadaran dalam
tingkah laku manusia, sangat signifikan unutk memahami kepribadian manusia, tetapi
menurutnya Freud melakukan kesalahan dalam beberapa hal, khusunya mengenai
penekanannya terhadap fungsi individual melebihi pentingnya interelasi antara individu
dengan lingkungan, dan mengenai asal-mula tingkah laku seksual.
1.2 Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan baik untuk pembaca maupun penulis.
2. Untuk memahami bagaimana teori kepribadian milik Erich Fromm.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang teori kepribadian Erich Fromm?
2. Bagaimana Psikoterapi yang diterapkan oleh Erch Fromm?
3. Apa Kritik terhadap teori Erich Fromm?
BAB 2
PEMBAHASAN
Fromm dapat digelari sebagai teoritis kepribadian Marxian, karena pandangannya
sangat dipengaruhi oleh Karl Marx (bukan sebagai politik atau ekonomi, tetapi Marx sebagai
pakar sosial dan filsuf). Namun dia sendiri memilih nama teorinya “humanis dialektik”.
2.1 Kondisi Eksistensi Manusia
Dilema Eksistensi
Mengikuti filsafat dualisme, semua gerak di dunia dilatarbelakangi oleh pertentangan
dua kelompok ekstrim, tesa, dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang
pada dasarnya dapat dipandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang lain.
Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak.
Menurut Fromm,hakekat manusia juga bersifat dualistik. Paling tidak ada empat
dualistik di dalam diri manusia:
1. Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik yang harus
dipuaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusi sebagai
manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berpikir, dan berimajinasi. Kebutuhan
manusia itu maujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut,
cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih, transendensi,
kebebasan, nilai, dan norma.
2. Hidup dan mati
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi
manusia berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan
usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan
kematian.
3. Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan
Manusia mampu mengkonsepkan realisasi-diri yang semourna, tetapi karena hidup itu
pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini
melalui mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang kemanusiaan, dan
ada pula yang meyakini dalil kelanjutan perkembangannya sesudah mati.
4. Kesendirian dan kebersamaan
Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa
menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada
saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya tergantung pada kebersamaan
dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan, namun orang harus berusaha
menjembatani dualisme ini, agar tidak menjadi gila. Dualisme-dualisme itu, aspek
binatang dan manusia, kehidupan dan kematian, ketidaksempurnaan dan kesempurnaan,
kesendirian dan kebersamaan, merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Pemahaman
tentang jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia
yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia.
Konflik yang dibawa dari lahir antara tesa-antitesa eksistensi manusia disebut dilema
eksistensi. Di suatu sisi manusia berjuang untuk bebas, menguasai lingkungan dengan
hakekat kemanusiannya, di sisi lain kebebasan itu memperbudak manusia dengan
memisahkan hakekat kebinatangan dari akar-akar alaminya. Dinamika kehidupan
bergerak tanpa henti seolah-olah manusia bakal hidup abadi, setiap orang tanpa sadar
mengingkari kematian yang baka dan berusaha bertahan di dunia yang fana. Mereka
menciptakan cita-cita yang ideal yang tidak pernah dapat dicapai, mengejar
kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan ketidaksempurnaan. Anak yang berjuang
untuk memperoleh otonomi diri mungkin menjadi dalam kesendirian yang membuatnya
merasa tidak berdaya dan kesepian; masyarakat yang berjuang untuk merdeka mungkin
merasa lebih terancam oleh isolasi dari bangsa lain. Dengan kata lain, kemandirian dan
kebebasan yang diinginkan malahan menjadi beban. Seseorang mungkin bisa bebas,
tetapi untuk apa? “Untuk menghadapi hidup sendirian.” Manusia menjadi semakin bebas
dari abad ke abad, maka mereka juga makin kesepian.
Ada dua cara menghindari dilema eksistensi, pertama dengan menerima otoritas dari
luar – tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia
menjadi budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan perlindungan/rasa aman. Cara
kedua, orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama,
menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.
2.2 Kebutuhan Manusia
Pada umumnya, kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh
Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan
makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan
sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok
kebutuhan; pertama kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom,
yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity.
Kedua, kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik
manusia yang terdiri dari kebutuhan Frame of orientation, Frame of devotion, Excitation-
stimulation, dan Effectiveness.
Kebutuhan Kebebasan dan Keterikatan
1. Keterhubungan (relatedness): Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan
terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan
makhluk lain yang dicintai, menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk
mempertahankan hubungan yang pertama, yakni hubungannya dengan ibu, kemudian
diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling
memuaskan bisa positif yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian,
tanggungjawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain, bisa negatif yakni
hubungan yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
2. Keberakaran (rootedness): Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk
memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa krasan di dunia (merasa seperti di
rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan; pertama, dia
direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, dia
menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya), kedua, fikiran dan kebebasan
yang dikembangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan
menimbulkanperasaan isolasi/tak berdaya. Keberakaran adalah kebutuhan untuk
mengikatkan diri dengan kehidupan. Setiap saat orang dihadapkan dengan dunia baru,
di mana dia harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian
yang intergal dari dunia. Dengan demikian dia akan tetap merasa aman, tidak cemas,
berada di tengah-tengah dunia yang penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan
fiksasi yang tidak sehat, yakni mengidentifikasi diri dengan satu situasi, dan tidak
mau bergerak maju untuk membuat ikatan baru dengan dunia baru.
3. Menjadi pencipta (transcendency): Karena individu menyadari dirinya sendiri dan
lingkungannya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam
semesta itu, yang membuatnya menjadi merasa tak berdaya. Orang ingin mengatasi
perasaan takut dan ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan
semesta. Orang membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif
ciptaan menjadi pencipta. Seperti pada keterhubungan, transendensi bisa positif
(menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu).
4. Kesatuan (unity): Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat
binatang dan non binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan isolasi
semuanya bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan “untuk apa orang mengejar
kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi?”bDari
dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh
kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalua hakekat kebinatangan
dan kemanusiaan itu bisa didamaikan, dan hanya dengan berusaha untuk menjadi
manusia seutuhnya,melalui berbagi cinta dan kerjasama dengan orang lain.
5. Identitas (identity): Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan
dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat
mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa
hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Orang primitif mengidentifikasikan diri
dengan sukunya, dan tidak melihat dirinya sendiri sebagai yang terpisah dari modern
mengidentifikasikan diri dengan negara, agama, pekerjaan, sehat, tidak banyak
membutuhkan menyesuaikan diri dengan kelompok, individualnya untuk bisa
diterima lingkungan. Orang sehat memiliki perasaan identitas yang otentik.
Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
1. Kerangka orientasi (frame of orientation): Orang membutuhkan peta mengenai
dunia sosial dan dunia alaminya; tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu
bertingkah laku yang ajeg-mempribadi. Manusia selalu dihadapkan dengan fenomena
alam yang membingungkan dan relitas yang menakutkan, mereka membutuhkan
hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas
eksistensi. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi
hidup, perjalanan hidup-tingkahlaku bagaimanan yang harus dikerjakannya, yang
mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
2. Kerangka kesetiaan (frame of devotion): Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup
yang mutlak; Tuhan. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh
pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka
pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar
dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
3. Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation): Kebutuhan untuk melatih
sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan
sekedar stimulus sederhana (misalnya: makanan), tetapi stimuli yang mengaktifkan
jiwa (misalnya: puisi atau hukum fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu,
tetapi harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.
4. Keefektivan (efectivity): Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri-melawan
perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.
2.3 Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan
Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari
pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan mandiri dengan ketidak-berjayaan
dapat merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang yang normal atau yang
mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan
lingkungansosialnya, sekaligus mapu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta.
Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan
kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Pada dasarnya, ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam
kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain,
tanpa mengorbankan kebebasan dan intregritas pribadi. Ini adalah pendekatan yang
optimistik dan altruistik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta
– melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Oleh Fromm
disebut pendekatan humanistik, yang membuat orang tida merasa kesepian dan tertekan,
karena semua menjadi saudara dari yang lain.
Cara kedua, memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan
menyerahkan bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau
lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan
kecemasan karena kesendirian dan ketakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak
mengijinkan orang mengekspresikan diri dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa
aman dengan berlindung dibawah kekuatan lain, disebut Fromm mekanisme pelarian.
Mekanisme pelarian sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada
semua orang, baik individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting,
yakni otoritarianisme, destuktif, dan konformitas.
Otoritarianisme (authoritarianism)
Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan
seseorang atau sesuatu diluar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak
dimilikinya. Kebutuhan untuk menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa
berupa masokisme ata sadism. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak
berdaya, lemah dan inferior yang dibawa saat menggabunkan diri dengan orang atau institusi
yang memiliki power, sehingga kekuatan itu tertuju atau menindas dirinya. Masoksme
merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan memperoleh cinta dan kesetiaan, tetapi tidak
memberi sumbangan positif kekemandirian.
Sadisme, seperti masokisme dipakai untuk meredakan ecemasan dasar melalui
penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Ada tiga jenis sadism yang saling berkaitan
yakni ; membuat orang lain tergantun pada dirinya sehingga memperoleh kekuatan dari orang
lain yang lebih lemah, mengeksploitasi dan mengambil keuntungan dari orang lain, dan
kecenderungan melihat orang lain sengsara secara fisik atau psikis. Sadisme merupakan
bentuk neurotic yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengancam orang lain)
dibanding masokisme.
Perusakan (destructiveness)
Seperti otoritarianisme,destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak
berdaya. Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar,
tetapi melalui usaha membalas/merusak kekuatan orang lain. Individu, bahkan Negara dapat
memakai strategi destruktif, merusak orang atau obyek, dalam rangka memperoleh perasaan
kuat yang hilang. Pembunuh berantai adalah khas orang yang kesepian, yang membunuh
untuk memeroleh kekuatan, kebanggan bahwa dirinya lebih dari orang lain. Dia ingin
membangun hubungan tetapi dia merasa tertolak, sehingga muncul tindakan destruktif. Kalau
orang terhambat sehingga tidak dapat mengarahkan destruktif keluar, dia mungkin
menjadikan dirinya sendiri menjadi target. Psikoneurosis dan bunuh diri adalah strategi
pelarian dari ketakutan menjadi manusia bebas.
Penyesuaian (conformity)
Bentuk pelarian dari prasaan kesepian dan isolasi berupa penyerahan individualitas
dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot,
mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang lain.
Konformis tidak pernah mengekspresikn opini dirinya, menyerahkan diri kepada standar
tingkah laku yang diharapkan, dan sering tampil diam dan mekanis.
Orang modern merasa bebas dari ikatan luar, dan bebas bertingkah laku sesuai dengan
kemauan sendiri, tetapi pada saat yang sama mereka tidak tahu dengan keinginan, fikiran, dan
perasaannya sendiri. Akhirnya mereka menyesuaikan diri menjadi esin otomat kepada
otoritas yang anonym dan mengadopsi kekuatan self yang tidak nyata. Smakin mereka
menyesuaikan diri, semakin mereka merasa tidak berdaya. Dan semakin tak berdaya mereka
harus semakin menyesuaikan diri. Orang hanya dapat memecah lingkaran penyesuaian
dengan ketakberdayaan ini kalau bisa mencapai realisasi diri atau kebebasan yang positif.
2.4 Tipologi Sosial
Karakter Sosial
Menurut Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan kebutuha mengganti
insting kebinatangan yag hilang ketika mereka berkembang tahap demi tahap. Binatang
tingkat rendah sejak lahir hidup diatur oleh instingnya. Bayi manusia, lahir tak berdaya
sekaligus dengan insting minimal; jadi manusia harus belajar bagaimana bertngkah laku.
Karakter, yang tidak berubah lintas waktu, membuat manusia mampu berfungsi di dunia yang
terus menerus memberi stimulus tanpa harus berhenti memikirkan apa yang harus dikerjakan.
Misalnya, orang yang hemat tidak perlu berpikir apakah uangnya akan disimpan atau akan
dibelanjakan, dikatakan orang itu secara “instingtif” otomatis kan menyimpan/ menghemat.
Menurut Fromm karakter berkembang dan dbentuk oleh “ social arrangement” 9pengaturan
sosial) dimana orang itu hidup. Ini mirip dengan Freud, tetapi karaker itu bukan dihasilkan
oleh penyaluran eergi seksual masa anak-anak, tetapi dihasilkan dari tekanan sosial untuk
bertingkah laku dengan cara tertentu.
Fromm membedakan 2 karakter sosial dalam pasangan, yakni productiveness (hidup
yang berorientasi positif) dan nonproductiveness ( hidup yang berorientasi negative). Masing-
masing diuraika menjadi 5 pasangan kategori, dimana antar kategori itu bisa saling
berkombinasi. Tidak ada orang yang murni/ekstrem produktif atau murni nonproduktif;
semua orang berada dalam satu kontinum. Pada table 10 kelihatan, psikoterapis karakternya
dekat dengan accepting, sedang pekerja kantor dekat dengan receptive. Kombinasi yang
banyak terjadi misalnya antara receptive-hoarding (guru, pekerja kasar), dan antara
exploitative-marketing (politikus).
Karakter dan Masyarakat
Fromm mencoba menjelaskan model masyarakat dengan pendekatan sejarah.
Orientasi reseptif pertama-tama dikembangkan dalam masyarakat kuno dengan kekuatan
feudal, tuan-bruh. Orientasu eksploitasi dikembangkan pada abad ke 18-19 dalam konteks
mentalitas perampok dan penguasa daerah yang korup. Orientasi hoarding (menimbun0
dikembangkan bersama-sama dengan orientasi ekploitatif pada kelompok menengah yang
rajin menabung untuk keamanan hari tua. Orientasi market adalah produk masyarakat dewasa
ini yang peluang interprenernya dikurangi, dan orang harus menyesuaikan diri ke dalam
organisasi yang besar dan memerankan peran yang dikehendaki organisasi.
Masyarakat membentuk karakter pribadi melalui orang tua dan pendidik yang
membuat anak bersedia bertingkah laku seperti yang dikehendaki masyarakat. Pada
masyarakat kapitalis, anak diajar menabung sehingga cukup modal untuk mengembangkan
ekonomi. Di Cina anak diajar menempatkan kebutuhan kelompok di atas kebutuhan pribadi
untuk mencapai tujuan Negara. Tetapi masyarakat dan membuat frustasi orang dengan
tuntutan untuk bertingkah laku yang bertentangan dengan hakekat manusia.
Karakter Sosial
A. Produktif
(Loving, Sharing, Creative, Independent, Reasoning)
a. Accepting
Yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, independen, aktif, berpikir
positif. Menerima keberadaan diri dan orang lain apa adanya. Contohnya,
seorang psikoterapis ketika merespon dan menerima kliennya.
b. Preserving
Kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukan, memanfaatkan segala
sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi dirinya
sendiri dan orang lain. Contohnya, pengusaha yang terus menerus
mendirikan perusahaan baru di ranah yang berbeda.
c. Taking
Bekerja sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran,
dan sikap rasional. Contohnya, wiraswasta yang mengembangkan
waralaba-memberi keuntungan pada orang lain.
d. Exchanging
Kepribadian pedagang, yang memperoleh keuntungan tanpa merugikan
orang lain. Memberi kepuasan dari layanan dan dari produk yang dijual.
Contohnya, marketing yang mampu menyesuaikan diri sehingga bisa
menjual kepada konsumen yang berbeda-beda sifat dan kebutuhannya.
e. Biophilous
Mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain.
Tidak mengambil jarak, selalu bersama dengan orang lain. Contohnya,
para pekerja sosial pengasuh anak jalanan.
B. Non Produktif
(Narcistic, Selfish, Conforming, Dependent, Unreasoning)
a. Receptive
Keyakinan bahwa semua orang yang baik itu datang dari “atas”. Orang
yang dependen, pasif, tidak mampu melihat hubungan antara perbuatannya
dengan hasilnya dan biasanya senang “merengek-rengek”. Contohnya,
pegawai negeri yang kurang inisiatif, terus menerus meminta bantuan dan
saran.
b. Hoarding
Menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri
sendiri. Mementingkan diri sendiri, curiga, kikir dan semaunya sendiri.
Contohnya, mengumpulkan harta dan tidak menginvestasikan dalam
ekonomi umum.
c. Exploitative
Mengambil dari orang lain dengan kekuatan atau tipu muslihat. Mereka
tidak menghasilkan sesuatu dengan keringatnya sendiri, tetapi
memanfaatkan orang lain. Contohnya, petambang yang mengambil
mineral tanpa bisa memperbarui sumber alam itu.
d. Marketing
Kepribadian jual-beli, menjaga penampilan tetap menarik agar layak jual.
Tidak benar-benar peduli dengan orang lain, yang hanya dipandang
sebagai sumber potensial yang memberi keuntungan. Contohnya, actor
yang menjual penampilannya atau kemampuannya pada penonton.
e. Necrophilous
Orang yang tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan dan
kehancuran. Menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Contohnya,
perampok yang minum sampai mabuk sebelum melakukan kejahatan.
Masyarakat yang disarankan Fromm adalah humanistic communitarian socialism
(sosialisme komunitarian humanistik), masyarakat dimana orang-orang bergaul dengan cinta,
yang berakar dalam hubungan persaudaraan dan solidaritas. Dalam masyarakat semacam itu
orang mencapai perasaan diri dan mampu berbuat kreatif alih-alih destruktif. Setiap orang
berpartisipasi aktif dalam pemerintahan. Ada “humanistic management” dimana individu
anggota masyarakat berkumpul dalam kelompok kecil membahas isu politik dan sosial dan
menyarankan kebijakan kepada pemerintah (sistem yang mirip dengan temu kota di New
England). Ide Fromm mungki bagus, tetapi banyak yang tidak dapat dilaksanakan.
Investigasi Fromm
Pada tahun 1957, Fromm melakukan penelitian disebuah desa di Meksiko mengenai
karakter masyarakat. Ada dua kesimpulan penting, pertama ternyata masyarakat memiliki
tiga jenis karakter:
1. Productive-hoarding: pemilik tanah yang memegangi nilai tradisonal dalam praktek
pengerjaan pertanian skala kecil-kekuasaan, tanggungjawab dan memertahankan tradisi,
2. Nonproductive-receptive: petani tak punya tanah yang tunduk kepada kekuasaan, taat
beragama bahkan sampai fatalistik, menerima nasibnya yang tidak berkekuatan.
3. Productie-exploitative: enterprener yang menyesuaikan diri dengan masyarakat industri
baru, nilai pendidikan, teknologi dan mobilitas sosial.
Kedua, dari perkembangan karakter-karakter masyarakat itu dapat disimpulkan bahwa
karakter pribadi dan karakter sosial berhubungan timbal balik. Karakter pribadi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur sosial dan perubahan-perubahan sosial.
2.5 Psikoterapi: Psikoanalisis Humanistik
Fromm mengembangkan sistem terapi sendiri, yang dinamakannya: psikoanalisis
humanistik. Dibanding dengan psikoanalisis Freud,’Fromm lebih peduli dengan aspek
interpersonal dari hubungan teraputik. Menurutnya, tujuan klien dalam terapi adalah untuk
memahami diri sendiri. Tanpa pengetahuan tentang diri sendiri, orang tidak akan tahu orang
lain. Fromm juga yakin bahwa klien mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan
dasar kemanusiaannya, yakni keterhubungan, keberakaran, transendensi, perasaan identitas
dan kerangka orientasi. Karena itu terpi harus dibangun melalui hubungan pribadi antara
terapis dengan kliennya. Komunikasi yang tepat sangat dalam perkembangan teraputik, dan
terapis harus menghubungkan dirinya sebagai manusia kepada manusia lain dengan penuh
konsentrasi dan kasih sayang. Perasaan keterlibatan yang murni akan mengembalikan
perasaan klien sebagai manusia yang independen. Menurut Fromm, terapistidak seharus nya
terlalu ilmiah dalam memahami kliennya. Hanya dengan sikap keterhubungan orang lain
dapat benar-benar dimengerti. Klien hendaknya tidak dilihat sebagai orang sakit, tetapi
diterima sebagai manusia dengan kebutuhan-kebutuhannya yang tidak berbeda dengan
kebutuhan terapis.
Evaluasi
Erick Fromm mungkin penulis yang paling brilian dari semua teoritis kepribadian.
Dia menulis esay yang sangat bagus di ranah politik internasional, masalah keagamaan,
masalah psikologi dan hari tua, mengenai Hitler, Freud, dan Kristus, dan banyak lagi topik
lainnya. Inti dari semua tulisannya adalah mengungkap hakekat manusia.
2.6 Kritik terhadap Teori Erich Fromm
Erich Fromm mungkin salah satu penulis essai paling cerdas dari semua teoritikus
kepribadian. Ia menulis essai-esaai yang indah mengenai politik internasional (Fromm,
1961); kaitan dengan kitab nabi-nabi bagi manusia di masa ini (Fromm, 1986); masalh-
masalah psikologis akan penuaan (Fromm, 1981); mengenai Marx, Hitler, Freud, dan Kristus;
serta sejumlah besar topik-topik lainnya. Terlepas dari topik yang dikemukakannya, dalam
inti semua tulisan Fromm dapat ditemukan esensi dari sifat manusia yang belum terungkap.
Sebagaimana teoritikus teori psikodinamika lainnya, Fromm cenderung menggunakan
pendekatan global untuk konstruksi teori, menegakkan bentuk abstrak yang tinggi dan megah
yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah. Pemahamannya akan sikap manusia disambut
gembira oleh banyak orang, terbukti dengan popularitas buku-bukunya. Sayangnya, essai-
essai dan argumen-argumennya tidak sepopuler seperti 50 tahun yang lalu. Paul Roazen
(1996) menyatakan bahwa, seseorang tidak dianggap terdidik bila ia tidak membaca tulisan
Fromm, yaitu Escape from Freedom yang ditulis secara fasih. Akan tetapi sekarang ini, buku-
buku Fromm bukan bacaan wajib di kampus-kampus perguruan tinggi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tesis dasar Erich Fromm menyatakan bahwa manusia pada masa modern ini telah
terpisah dari kesatuan pra sejarah mereka dengan alam dan juga satu sama lain, namun
mereka memiliki kekuatan akal, antisipasi, dan imajinasi. Paduan akan kurangnya insting
kebinatangan dan adanya pikiran rasional menjadikan manusia sebagai suatu keganjilan
dalam alam semesta. Kesadaran diri ambil bagian dalam adanya perasaan kesendirian,
isolasi, dan kehilangan tempat berpulang. Dengan latar belakang pendidikan ajaran
psikoanalisis Freud dan dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney, dan teoritikus
berorientasi sosial lainnya, Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menenkankan
pengaruh faktor sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Fromm menegakkan
bentuk abstrak yang tinggi dan megah yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Feist, Jess & Feist, Gregory, J. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika