Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan...

130
BAB VII RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR 7.1. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pengembangan Ekonomi Sektoral Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion dengan beberapa stakeholder seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pusat Statistik, Dinas Parawisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, dapat diketahui beberapa permasalahan yang bersifat umum maupun khusus beserta strategi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Rancangan strategi atas permasalahan pada sektor ekonomi di Kabupaten Blitar akan menentukan rencana pengembangan ekonomi yang akan disusun pada Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kabupaten Blitar. Uraian permasalahan dan strategi alternatif tersebut akan diuraikan per sektor sebagai berikut. 1. SEKTOR PERTANIAN Kabupaten Blitar merupakan salah satu lumbung pangan provinsi Jawa Timur, yang memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional di subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Dengan potensi sumberdaya lahan yang ada, Kabupaten Blitar mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya (swasembada) dan memberikan kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan Jawa Timur seperti beras, jagung dan gula. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 1

Transcript of Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan...

Page 1: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

BAB VII RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN

BLITAR

7.1. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pengembangan Ekonomi SektoralBerdasarkan hasil wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion

dengan beberapa stakeholder seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas

Peternakan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pusat Statistik, Dinas

Parawisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini, dapat diketahui beberapa permasalahan yang bersifat umum

maupun khusus beserta strategi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut. Rancangan strategi atas permasalahan pada sektor ekonomi di

Kabupaten Blitar akan menentukan rencana pengembangan ekonomi yang akan

disusun pada Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kabupaten Blitar. Uraian

permasalahan dan strategi alternatif tersebut akan diuraikan per sektor sebagai

berikut.

1. SEKTOR PERTANIANKabupaten Blitar merupakan salah satu lumbung pangan provinsi Jawa

Timur, yang memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan

kebutuhan pangan nasional di subsektor tanaman pangan dan hortikultura.

Dengan potensi sumberdaya lahan yang ada, Kabupaten Blitar mampu

memenuhi kebutuhan pangan penduduknya (swasembada) dan memberikan

kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan Jawa Timur seperti beras,

jagung dan gula.

Namun dibalik baiknya pencapaian tersebut, Kabupaten Blitar masih

dihadapkan pada persolan mendasar di sektor pertanian, antara lain:

meningkatnya jumlah penduduk, terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi

lahan nonpertanian (industri, pemukiman, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan

lain sebagainya). Pesatnya laju pertumbuhan pembangunan di berbagai bidang

yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya lahan berimplikasi pada

pelanggaran tata ruang dan pemanfaatan lahan untuk ketahanan pangan. Pada

kondisi ini, penggunaan lahan untuk pertanian sebagai prioritas terakhir selalu

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 1

Page 2: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

dikorbankan. Konverasi lahan pertanian terutama persawahan produktif dengan

sistem irigasi yang baik tidak dapat dihindari. Permasalahan selanjutnya adalah

tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan

informasi, perkembangan dinamika sosial budaya masyarakat, kecilnya status

dan luas kepemilikan lahan (rata-rata 0,36 hektar), terbatasnya kemampuan

pembenihan dan pembibitan nasional, terbatasnya akses petani terhadap

permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh,

masih rawannya ketahanan pangan dan energi, rendahnya nilai tukar petani dan

kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait.

Secara lebih spesifik berdasarkan hasil wawancara dengan dinas

pertanian, dinas perkebunan, dinas perikanan, dan dinas kehutanan terdapat

berbagai masalah seperti yang dimuat dalam tabel 7.1.

Tabel 7.1. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Pertanian

No Permasalahan Rancangan Strategi

1 Semakin terbatasnya lahan pertanian produktif

Menerapkan kebijakan strategis pengendalian konverasi lahan pertanian produktif, persawahan, dan lain sebagainya, ke arah perlindungan lahan pertanian produktif.

2

Rendahnya nilai tukar produk-produk pertanian dan linkages antara sektor pertanian dan industri yang cenderung asimetris.

Pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura untuk semakin mengoptimalkan potensi melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan petani.

3

Lemahnya tata niaga produk dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian yang menyebabkan pemasaran tidak efisien dan merugikan petani.

Menciptakan kebijakan harga (pricing policies) atau regulasi perlindungan harga yang proporsional untuk produk-produk pertanian khusus dan sistem pemasarannya.

4Kurang berkembangnya aspek kelembagaan yang mendukung pengembangan sektor pertanian.

Memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif di pedesaan.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 2

Page 3: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

5Mutu produk pertanian belum terstandarisasi dan kemasan produk tidak market friendly.

Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian melalui standarisasi dan well packaging

6Kurangnya sarana dan prasarana wilayah pendukung pengembangan sistem agribisnis.

Memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur lahan dan air serta pembenihan dan pembibitan. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida, alsintan).

7

Degradasi sumberdaya alam, lahan, air. Turunnya tingkat kesuburan dan kandungan bahan organik yang semakin rendah akibat pemakaian pupuk kimia terus-menerus (dan terkadang berlebihan), dan faktor alam yakni ancaman global waming.

Membudayakan penggunaan pupuk organik dan kimia secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah.

8

Tingkat kehilangan hasil yang masih tinggi (15%) akibat serangan hama dan penyakit, dan penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik.

Upaya untuk meminimalkan kehilangan hasil baik melalui pemeliharaan dan penanganan panen dan pascapanen yang baik dan benar

9

Menurunnya produksi rokok dalam beberapa tahun terakhir berdampak pada turunnya daya serap produksi tembakau petani oleh pabrik rokok

Mengupayakan agar terjadi keseimbangan antara produksi tembakau dan kebutuhan pabrikan, melalui inventarisasi kebutuhan masing-masing pabrikan

10

Peraturan daerah tentang rokok menurunkan harga tembakau yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan petani

Pengembangan diversifikasi usaha tani di wilayah yang kurang sesuai dan kurang diminati oleh pabrikan dengan tanaman potensial selain tembakau

11

Animo petani yang tinggi untuk menanam komoditas kakao dan potensi lahan untuk pengembangan yang lebih besar masih belum terfasilitasi.

Mengembangkan tanaman kakao rakyat dengan memberikan bantuan benih, polybag, pupuk, dan obat-obatan dalam areal yang masih terbatas

12 Masih beragamnya persepsi masyarakat terhadap keberadaan, fungsi, dan peran hutan dalam pembangunan ekonomi, ekologi, dan

Meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai keberadaan, fungsi, dan peran hutan dalam

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 3

Page 4: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

sosial budaya masyarakat.pembangunan ekonomi, ekologi, dan sosial budaya.

13Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

Mewujudkan kawasan hutan yang mantap melalui koordinasi dan sinkronisasi tata ruang, pengukuhan, dan optimalisasi tata guna hutan.

14

Kelembagaan yang belum optimum sehingga jangkauan pembangunan kehutanan bagi masyarakat masih terbatas.

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara proporsional. Mengembangkan aneka usaha kehutanan oleh pelaku usaha kecil, menengah, koperasi, dan masyarakat, serta terjalinnya hubungan antara pelaku usaha skala besar, menengah, kecil, koperasi dan masyarakat yang makin integrasi dan harmonis.

15

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta produk dari hutan rakyat secara struktural belum secara nyata mendorong pengembangan/pemberdayaan perekonomian masyarakat.

Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada bidang pemanfaatan hutan, industri pengolahn hasil hutan, konservasi, dan jas lingkungan. Meningkatkan pendapatan ril masyarakat yang berusaha dalam pemanfaatan produk dan jasa hutan dan kehutanan, terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan.

16

Minat investasi di bidang kehutanan yang kurang kondusif karena sering terhambat oleh permasalahan tenurial, tumpang tindih peraturan (Pusat dengan daerah), dan kurangnya insentif permodalan, perpajakan, dan retribusi.

Mewujudkan reformasi birokrasi Kementrian Kehutanan dan Instansi kehutanan pemerintah daerah, sehingga organisasi berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya.

17 Pengembangan iptek kehutanan belum secara optimal menunjang kebutuhan informasi dalam menetapkan kebijakan dan operasionalisasi teknis pengelolaan hutan di lapangan.

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kehutanan dapada sektor pemerintah dan masyarakat. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 4

Page 5: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

kehutanan dapada sektor pemerintah dan masyarakat.

18 Belum terintegrasinya perikanan dan industri perikanan

Meningkatkan ekspor produk perikanan unggulan dalam rangka pemantapan dan pengembangan kawasan agropolitan. Pembentukan dan pengembangan klaster komoditas perikanan unggulan berpotensi ekspor. Meningkatkan kegiatan budidaya perikanan di kawasan agropolitan dengan memberikan fasilitas pengembangan kawasan agropolitan dibidang budidaya ikan.

Berdasarkan permasalahan umum diatas, secara lebih spesifik permasalahan

dan strategi sektor pertanian dalam arti luas adalah sebagai berikut

1.1 Subsektor PeternakanKonsentrasi yang seharusnya dilakukan pemerintah daerah Kab.

Blitar adalah pada peternakan rakyat. Seperti penjelasan sebelumnya,

bahwa tipikal peternak rakyat adalah bersifat survival yang dihadapkan

pada kerentanan. Di satu sisi, posisi pemerintah, khususnya Dinas

Peternakan dapat dikatakan lebih baik. Maka, penyelamat tunggal yang

diharapkan dari keadaan yang survival dari peternakan rakyat saat ini

adalah pemerintah. Hal ini disandingkan dengan kekuatan dan peluang

yang ada.

Dari sini, pemerintah diharapkan mengangkat kelemahan dari

peternak rakyat menjadi sesuatu kekuatan. Dari kekuatan ini, langkah

berikutnya adalah mendesain agar berdaya saing tinggi hingga

mengantarkan pada titik pertumbuhan.

Dalam hal ini, strategi yang bisa dilakukan sesuai dengan

penjelasan sebelumnya adalah: (1) memposisikan ternak sesuai dengan

fungsi pemanfaatan dan pengembangan. Posisi ternak dalam buddaya

yakni ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas, dan ternak

sebagai produk. (2) pemenuhan kebutuhan dasar ternak, yang dalam hal

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 5

Page 6: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

ini adalah pakan dan ketersediaan air. Pemenuhan pakan dalam hal ini

bisa mendorong pada tercapainya industri yang dapat tumbuh dan

berkembang dengan sendirinya. Maka, penyediaan pakan bisa dilakukan

dengan penyediaan lahan khusus bagi pakan hijauan ternak. Dinas

Peternakan bisa menjamin ketersediaan pakan ternak melalui investasi

publik sebagaimana pada ketersediaan lahan irigasi dan pupuk pada

sektor pertanian. (3) usaha pengendalian penyakit, yakni penyakit dalam

hal ini bukan hanya berbahaya bagi keberlangsungan ternak, namun juga

manusia itu sendiri. Berbagai elemen yang bisa mengatasinya adalah

teknologi, instensitas penyuluhan, serta kapasitas SDM (baik penyuluh

maupun peternak). (4) Pengembangan agribisnis peternakan, yang dalam

hal ini sebenarnya dibedakan menjadi tiga, yakni: agribisnis usaha rakyat,

agribisnis usaha menengah, dan agribisnis usaha besar.

Tabel 7.2 Analisis SWOT Subsektor Peternakan

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL

PELUANG

1. Laju konsumsi hewani yang terus melonjak di pasaran dunia, nasional, maupun regional.

2. Banyaknya permintaan produk hasil ternak, khususnya industri pengolahan produk ternak tingkat lanjut.

3. Kebijakan pada pengembangan peternakan nasional, khususnya regulasi komoditas ternak unggulan.

4. Rangsangan dari investor yang semakin banyak, khususnya produk makanan berbahan produk ternak.

5. Semakin sadarnya masyarakat dan pengusaha ternak akan usaha ternak yang ramah lingkungan, sehingga resiko hambatan eksternal usaha ternak menjadi berkurang (bahkan bisa 0%).

KEKUATAN

1. Keunggulan sebagai penghasil komoditas telur hasil produk ternak yang mampu memenuhi 70% kebutuhan telur Jawa Timur, dan 30% kebutuhan nasional.

2. Terdapat tiga kawasan yang mempunyai keunggulan komparatif penghasil ternak unggas, ternak besar dan kecil (Kec. Srengat, Ponggok, dan Gandusari).

3. Meratanya produktivitas komoditas ternak, khususnya ternak unggas, sapi potong, dan ternak nonunggulan.

4. Budaya masyarakat (sosiokultural) yang menjadikan peternakan sebagai tradisi mata pencaharian karena sudah tersistem secara turun-temurun.

5. Kondisi geografis dan topografis yang mendukung usaha peternakan, khususnya dalam kecukupan pakan hijauan ternak dan iklim untuk sapi perah.

6. Jaringan pemasaran yang sudah terbentuk begitu kuat (khususnya interlinkage seperti kemitraan dan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 6

Page 7: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

rekanan bisnis).7. Sudah terbentuknya interlinkage

permodalan antara perbankan dan peternak yang dimediasi Dinas Peternakan.

8. Peran asosiasi pengusaha ternak dalam menularkan informasi input, output, dan pasar.

9. Penyerapan tenaga kerja sektor peternakan yang selalu mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.

ANCAMAN

1. Standardisasi global yang cukup sulit untuk dipenuhi produk peternakan rakyat sebagai pelaku mayoritas.

2. Kerentanan harga yang sering jatuh dalam waktu singkat, khususnya komoditi ternak sebagai komoditas dan penghasil produk.

3. Daerah lain yang mempunyai kesamaan sumberdaya dan sosiokultural masyarakat seputar peternakan akan menjadi pesaing perebutan pasar.

4. Sifat dari komoditi ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, khususnya ternak unggas dengan flu burung.

5. Resiko usaha peternakan yang tinggi seperti permodalan, harga, pasar, dan penyakit yang bisa mengurangi rangsangan usaha ternak, khususnya peternakan rakyat.

KELEMAHAN

1. Belum memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangannya, seperti antara ternak sebagai sumberdaya, sebagai komoditas, dan ternak sebagai penghasil produk.

2. Sifat kemadirian usaha ternak masih belum terwujud karena belum ada model manajemen satu atap (aglomerasi) yang memanajemen sektor hulu hingga hilir.

3. RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang masih minim (belum mencukupi standar kebutuhan minimal.

4. Jumlah UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari Dinas Peternakan hanya ada di dua kecamatan.

5. Fasilitas pengembangan seperti pengadaan bibit dan inseminasi ternak masih kurang.

6. Keterbatasan klasik seputar dana pengembangan yang berimbas pada sarana dan prasarana penunjang performa SKPD Dinas Peternakan.

7. SDM Peternak kecil (rakyat) yang rata-rata rendah, serta karakter peternak yang masih konvensional.

8. SDM tenaga penyuluh yang masih kurang.

9. Pakan ternak masih impor, sedangkan pakan hijauan ternak malah menimbulkan inefisiensi karena tersedot pada pengupahan tenaga kerja pencari pakan yang mahal.

10.Penerapan teknologi yang konvensional.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 7

Page 8: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

11.Sulitnya pengadaan bibit ternak unggul.12.Rendahnya pengolahan tahap lanjut

pada komoditas hasil ternak.13.Penentu harga masih dipegang oleh

peran pedagang

Berdasarkan permasalahan dan analisisi SWOT diatas, maka dapat disimpulkan

strategi pengembangan sebagai berikut :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 8

Page 9: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Tabel 7.3 Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Stengths-S

1. Keunggulan sebagai penghasil komoditas telur hasil produk ternak yang mampu memenuhi 70% kebutuhan telur Jawa Timur, dan 30% kebutuhan nasional.

2. Terdapat tiga kawasan yang mempunyai keunggulan komparatif penghasil ternak unggas, ternak besar dan kecil (Kec. Srengat, Ponggok, dan Gandusari).

3. Meratanya produktivitas komoditas ternak, khususnya ternak unggas, sapi potong, dan ternak nonunggulan.

4. Budaya masyarakat (sosiokultural) yang menjadikan peternakan sebagai tradisi mata pencaharian karena sudah tersistem secara turun-temurun.

5. Kondisi geografis dan topografis yang mendukung usaha peternakan, khususnya dalam kecukupan pakan hijauan ternak dan iklim untuk sapi perah.

6. Jaringan pemasaran yang sudah terbentuk begitu kuat (khususnya interlinkage seperti kemitraan dan rekanan bisnis).

7. Sudah terbentuknya interlinkage permodalan antara perbankan dan peternak yang dimediasi Dinas Peternakan.

8. Peran asosiasi pengusaha ternak dalam menularkan

Weaknesses-W

1. Belum memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangannya, seperti antara ternak sebagai sumberdaya, sebagai komoditas, dan ternak sebagai penghasil produk.

2. Sifat kemandirian usaha ternak masih belum terwujud karena belum ada model manajemen satu atap (aglomerasi) yang memanajemen sektor hulu hingga hilir.

3. RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang masih minim (belum mencukupi standar kebutuhan minimal.

4. Jumlah UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari Dinas Peternakan hanya ada di dua kecamatan.

5. Fasilitas pengembangan seperti pengadaan bibit dan inseminasi ternak masih kurang.

6. Keterbatasan klasik seputar dana pengembangan yang berimbas pada sarana dan prasarana penunjang performa SKPD Dinas Peternakan.

7. SDM Peternak kecil (rakyat) yang rata-rata rendah, serta karakter peternak yang masih konvensional.

8. SDM tenaga penyuluh yang masih kurang.

9. Pakan ternak masih impor, sedangkan pakan hijauan ternak malah menimbulkan inefisiensi karena tersedot pada pengupahan tenaga kerja pencari pakan yang mahal.

10.Penerapan teknologi yang konvensional.

11.Sulitnya pengadaan bibit ternak unggul.

12.Rendahnya pengolahan tahap

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 9

Page 10: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

informasi input, output, dan pasar.

9. tenaga kerja sektor peternakan yang selalu mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.

lanjut pada komoditas hasil ternak.

13.Penentu harga masih dipegang oleh peran pedagang

Opportunities-O

1. Laju konsumsi hewani yang terus melonjak di pasaran dunia, nasional, maupun regional.

2. Banyaknya permintaan produk hasil ternak, khususnya industri pengolahan produk ternak tingkat lanjut.

3. Kebijakan pada pengembangan peternakan nasional, khususnya regulasi komoditas ternak unggulan.

4. Rangsangan dari investor yang semakin banyak, khususnya produk makanan berbahan produk ternak.

5. Semakin sadarnya masyarakat dan pengusaha ternak akan usaha ternak yang ramah lingkungan, sehingga resiko hambatan eksternal usaha ternak menjadi berkurang (bahkan bisa 0%).

Strategi SO

1. Penguatan mediasi dari Dinas Peternakan kepada peternakan rakyat dan pihak permodalan seperti perbankan.

2. Pembentukan koperasi peternak usaha rakyat, khususnya di pedesaan.

3. Pengembangan dan penguatan model kemitraan kelompok peternak dengan pengusaha.

4. Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha ternak menjadi kelembagaan formal berbadan hukum.

5. Penguatan model kontrak farming antara peternak dan perusahaan swasta/negara.

6. Penguatan konsolidasi kelembagaan di tingkat petani.

7. Penguatan jaringan pemasaran dengan Dinas Peternakan sebagai pusat informasi dan fasilitator, maupun mediator.

8. Pembentukan konsultasi usaha ternak di Dinas Peternakan.

9. Melakukan promosi sektor peternakan dari Dinas Peternakan dalam berbagai ajang dalam rangka menarik minat investor.

Strategi WO

1. Pengadaan UPT (unit pelaksana teknis) di setiap kecamatan.

2. Pemenuhan kebutuhan dasar ternak, yakni penyediaan lahan pakan hijauan ternak dan ketersediaan air dengan dukungan investasi publik.

3. Prioritas alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur, teknologi, pengadaan sarana dan prasarana peternakan.

4. Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang.

5. Intensitas sosialisasi usaha peternakan ramah lingkungan dari Dinas Peternakan.

Treaths-T Strategi ST Strategi WT

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 10

Page 11: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

1. Standardisasi global yang cukup sulit untuk dipenuhi produk peternakan rakyat sebagai pelaku mayoritas.

2. Kerentanan harga yang sering jatuh dalam waktu singkat, khususnya komoditi ternak sebagai komoditas dan penghasil produk.

3. Daerah lain yang mempunyai kesamaan sumberdaya dan sosiokultural masyarakat seputar peternakan akan menjadi pesaing perebutan pasar.

4. Sifat dari komoditi ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, khususnya ternak unggas dengan flu burungnya.

5. Resiko usaha peternakan yang tinggi seperti permodalan, harga, pasar, dan penyakit yang bisa mengurangi rangsangan usaha ternak, khususnya peternakan rakyat.

1. Pengembangan agribisnis peternakan dalam sektor agribisnis usaha rakyat, agribisnis usaha menengah, dan agribisnis usaha besar.

2. Sebaiknya mengadakan regulasi penerapan pilihan komoditas atau kelompok komoditas disesuaikan dengan potensi dan keunggulan komparatif wilayah.

1. Diperlukan pembangunan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi berstandar SNI dan bersertifikasi halal dalam rangka memenuhi lonjakan permintaan pasar.

2. Memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangan, yakni ternak sebagai sumberdaya, komoditas, dan penghasil produk.

3. Usaha pengendalian penyakit secara intens melalui teknologi, intensitas penyuluhan, dan pembangunan kapasitas SDM penyuluh dan peternak.

4. Penerapan model manajemen satu atap yang mengatur dari sektor hulu hingga hilir.

5. Menciptakan kebijakan dan perlindungan harga pada produk-produk peternakan.

6. Mengusulkan penyediaan alokasi anggaran DIPA-APBN dalam perbaikan dan peningkatan jumlah RPH (Rumah Pemotongan Hewan).

7. Penguatan aspek permodalan, kelembagaan peternak, harga, pemasaran, dan informasi pasar dalam bentuk regulasi dan eksekusi.

1.2 Subsektor Kehutanan dan PerkebunanSektor kehutanan dan perkebunan tak bisa dipisahkan dari gambaran

geografis maupun topografis dari suatu wilayah. Luas Kabupaten Blitar

sendiri mencapai 1.588,79 km2 yang habis terbagi dalam 22 kecamatan, 248

desa/kelurahan atau lebih tepatnya 28 kelurahan dan 220 desa. Kabupaten

Blitar merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata diatas

100 meter di atas permukaan air laut. Dan sekitar 6 daerah di pegunungan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 11

Page 12: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

yang mempunyai ketinggian wilayah diatas 300 meter di atas permukaan

laut, yakni: Kecamatan Wates, Wonotirto, Doko, Gandusari, Nglegok, dan

Kecamatan Panggungrejo. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas

wilayah diatas 100 km2 adalah Kecamatan Wonotirto, Kecamatan

Panggungrejo, Bakung, Kademangan, serta Kecamatan Ponggok. Dari data

ini, dengan demikian yang mempunyai luas wilayah diatas 100 km2 dan

dengan ketinggian diatas 300 meter adalah Kecamatan Wonotirto dan

Kecamatan Panggungrejo.

Sedangkan daerah pegunungan adalah bagian sebelah selatan

hingga ke timur. Di bagian selatan Kabupaten Blitar juga terbentang daerah

pantai. Sedangkan gunung yang tidak aktif dan dapat dijadikan lahan hutan

rakyat atau konservasi adalah Gunung Betet, Klitik, Gunung Gede, serta

Gunung Pegat. Sedangkan gunung yang aktif adalah Gunung Kelud. Sungai yang membentang mendapatkan Kabupaten Blitar terbagi menjadi

dua bagian, yakni utara dan selatan. Bagian utara mempunyai struktur tanah

yang lebih subur dibandingkan dengan wilayah bagian selatan.

Sedangkan luas lahan berdasarkan tata guna hutan yakni

digolongkan atas hutan tetap dan hutan yang dikonfersikan. Hutan tetap

menurut fungsinya dibedakan menjadi empat kategori, yakni hutan lindung,

hutan suaka alam, hutan wisata, serta hutan produksi tetap. Sedangkan

perkebunan digolongkan kedalam dua kategori, yakni jenis perkebunan

rakyat dan perkebunan besar. Perkebunan besar terdiri dari perkebunan milik

pemerintah dan perkebunan swasta.

Luas hutan secara umum di Kabupaten Blitar dari tahun ke tahun

terus mengalami penurunan. Terkecuali untuk tahun 2006 mengalami

peningkatan menjadi 43.968,9 Ha yang sebelumnya tahun 2005 masih

34.969,6 Ha. Untuk tahun selanjutnya, yakni 2007 hingga tahun 2009 terus

mengalami penurunan hingga menjadi 27.312,2 Ha yang sebelumnya di

tahun 2006 sebesar 43.968,9. Dapat dikatakan, selama kurun waktu empat

tahun luas hutan mengalami degradasi lahan hingga mencapai 16.656,7 Ha.

Komoditas unggulan untuk kehutanan sendiri di Kabupaten Blitar

meliputi komoditas sengon, jabon, dan jati. Sedangkan komoditas

perkebunan meliputi kakao, kelapa, kopi, cengkeh, tebu, dan tembakau. Bila

dihubungkan dengan luas lahan yang semakin berkurang, akan berdampak

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 12

Page 13: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

pada produktivitas komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan dalam

jangka panjangnya.

Tanaman semusim dibedakan menjadi komoditas tebu, tembakau

lokal, dan tembakau virginia. Dimana luas areal terbanyak adalah komoditas

tebu yang mencapai 6.715,00 Ha. Sedangkan untuk tanaman tahunan yang

mempunyai luas lahan terbanyak adalah kakao dengan total luas lahan

2.263,20 Ha, dimana terdiri dari tanaman yang sudah tua (tidak lagi produktif)

sebesar 53,75 Ha (proporsi 2,4%), kemudian tanaman yang sudah

menghasilkan (produktif) seluas 1.173,25 Ha (proporsi 51,8%), dan sisanya

adalah tanaman yang belum menghasilkan (bakal produktif) seluas 1.036,20

Ha atau dengan proporsi 45,8%. Dapat dikatakan, komoditas kakao di

Kabupaten Blitar mayoritas lahan masih produktif dengan regenerasi yang

cukup baik, begitu juga untuk komoditas unggulan lain untuk tanaman

tahunan seperti kopi, kelapa, cengkeh. Bila dilihat, untuk tanaman semusim

juga demikian, dimana untuk komoditas tebu mempunyai cakupan lahan

yang luas, terkecuali untuk tembakau yang mungkin karena sifatnya pada

pergantian pola tanam.

Pada tabel diatas, komoditas subsektor kehutanan yang mempunyai

produksi terbanyak adalah komoditas sengon dengan produktivitas yang

terus menunjukkan peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan

subsektor perkebunan yang mempunyai produksi terbanyak adalah

komoditas tebu, dimana di tahun 2010 mencapai 499.712,85 ton dengan

produktivitas mencapai 78.600 kg/ha. Komoditas sengon dan jabon bila dapat

dikembangkan lagi akan berdampak posistif dalam pengembangan ekonomi

rakyat. Hal ini disebabkan permintaan kedua komoditas tersebut untuk bahan

baku industri, khususnya sebagai bahan kayu plafon dan sekat rumah,

maupun furniture. Apalagi data dari sebuah penelitian menyebutkan

Indonesia masih kekurangan sekitar 9 juta m3 kayu per tahun. Sehingga

menyebabkan terus naiknya harga kayu. Dari data di lapangan tercatat dalam

9 tahun terakhir kenaikan harga kayu mencapai 300% atau sekitar naik 30%

per tahun.

Namun demikian, yang sebenarnya juga mempunyai nilai jual tinggi

adalah seperti komoditas kakao, kopi, tembakau, dan cengkeh, namun

selama ini belum menunjukkan produktivitas yang maksimal. Maka,

peningkatan produktivitas pada komoditas ini perlu dilakukan. Hasil olahan ini

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 13

Page 14: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

harus disyaratkan adanya teknologi pengolahan dan tempat penjualan yang

berprinsip pada aglomerasi berdasarkan keunggulan spasial. Bila hal ini tidak

memungkinkan karena keterbatasan anggaran, yang perlu dilakukan adalah

optimalisasi peran kelompok tani, seperti gapoktan tanaman kakao, dan

sejenisnya. Bila belum terdapat kelompok asosiasi, yang perlu dilakukan oleh

Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah membentuk wadah sebagai media

orientasi pemasaran, pengolahan, dan pembinaan. Hal ini bisa

dikonsentrasikan pada masing-masing daerah yang notabene mempunyai

keunggulan per komoditas.

Namun demikian, produksi dan produktivitas pada komoditas

kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Blitar belum diimbangi dengan hasil

olahan yang terintegrasi yang juga tinggi. Pada tabel diatas, wujud produksi

yang mempunyai produksi tinggi adalah tanaman tebu yang mencapai

527.127,50 ton, kemudian diikuti kelapa sebesar 22.062,23 ton. Begitupun

dengan produktivitas, komoditas tebu masih menempati peringkat pertama

sebesar 78.500,00 kg/ha/thn. Sedangkan komoditas yang mempunyai jumlah

petani terbanyak adalah kelapa dengan jumlah 33.713 petani, diikuti kakao

sejumlah 3.466, dan kemudian sebesar tebu 3.415.

Selain olahan komoditas utama kehutanan dan perkebunan, yang

perlu untuk dilihat adalah potensi berbagai produk hutan yang bisa

dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, serta diharapkan

dapat mereduksi tekanan pengangguran dan kontribusinya terhadap

pembangunan daerah.

Selain itu, jumlah hutan lindung dan produksi pada tiap BKPH (Bagian

Kesatuan Pemangkuan Hutan) juga begitu beragam. Dengan total luas lahan

untuk kedua jenis hutan tersebut di Kabupaten Blitar mencapai 57.327,1 Ha,

BKPH terbesar adalah Wlingi dengan total 12.380,1 Ha (atau sebesar

21,5%), diikuti Campurdarat sebesar 10.381,6 Ha atau sebesar 18,1%,

kemudian yang terbesar ketiga adalah BKPH LodoyoBarat dengan angka

7.983,8 Ha.

Sedangkan luas tanah kosong (Ha) di KPH (Kesatuan Pemangkuan

Hutan) di tahun 2009 mencapai 1.106,4 Ha. Namun angka ini sudah menurun

drastis dibanding tahun 2008 yang masih 10.703,9 Ha. Dengan demikian

dapat dikatakan selama satu tahun dari 2008 ke 2009 telah terjadi

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 14

Page 15: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

pemanfaatan lahan kosong di KPH Blitar mencapai 9.597,5 Ha. Angka di

tahun 2009 untuk lahan kosong dimana kecamatan penyumbang terbesar

adalah BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) LodoyoBarat sebesar

340,4 Ha, kemudian Kalidawir (274,8 Ha), dan Kesamben (258,4 Ha).

Dari uraian penjelasan berbagai data diatas, sebenarnya beberapa

tujuan dalam arah strategi pengembangan sektor kehutanan dan perkebunan

adalah mewujudkan fungsi dan manfaat hutan yang optimal dan

berkelanjutan, meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya

saing, serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan pendapatan asli

daerah. Strategi yang apat diusulkan dari berbagai pernyataan dari uraian

data kehutanan dan perkebunan Kabupaten Blitar dengan demikian adalah

mengupayakan rehabilitasi hutan dan lahan kritis atau kosong, pemntapan

kawasan hutan, tertib dalam pengelolaan dan pengusahaan hutan, serta

meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan.

Selain itu, menyangkut permasalahan klasik seputar kehutanan dan

perkebunan adalah sarana dan prasarana yang masih sangat kurang.

Ditunjang dengan terbatasanya anggaran dalam pengembangan komoditi

hasil hutan dan perkebunan yang ada di Kabupaten Blitar.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 15

Page 16: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Tabel 7.4 Analisis SWOT Subsektor Kehutanan dan Perkebunan

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL

PELUANG

1. Peluang aspek politis berupa UU No. 22 Tahun 1999 sebagai landasan kemandirian daerah, termasuk pengelolaan sektor kehutanan dan perkebunan.

2. Banyaknya permintaan pasar hasil kayu. Dimana market potensial lebih mendominasi karena demand yang belum diimbangi dengan supply hasil kayu.

3. Terus meroketnya harga kayu di pasaran hingga 30%/tahun dapat mengotimalkan profit dari hasil hutan.

4. Pengaruh sosiokultur dan semakin tertariknya masyarakat dengan komoditas perkebunan, khususnya kakao.

5. Pengembangan hutan lindung sebagai kawasan hutan wisata.

6. Potensi kawasan perkebunan sebagai konsep kawasan agrowisata perkebunan.

7. Potensi lahan kawasan selatan Kab. Blitar yang cocok dengan komoditas kelapa sawit.

KEKUATAN

1. Faktor wilayah geografis yang mendukung, seperti terdapatnya enam (6) pegunungan yang dapat menjadi hutan rakyat atau konversi.

2. Lahan luas yang mayoritas masih produktif dengan regenerasi yang cukup/sangat baik, sangat potensial untuk spasial pengembangan komoditas unggulan, khususnya perkebunan

3. Banyaknya varian jenis komoditas perkebunan yang mempunyai demand market yang tinggi.

4. Tingginya swadaya kelompok tani perkebunan yang berperan signifikan dalam kesejahteraan anggota.

5. Potensi komoditas hutan nonkayu yang bernilai ekonomi tinggi.

6. Teknik bercocok tanam masyarakat yang sudah mumpuni.

7. Luasnya lahan perkebunan di Kabupaten Blitar.

8. Terus menyusutnya lahan kritis di berbagai KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan).

9. Potensi penghasil atsiri yang bernilai ekonomi tinggi di Kab. Blitar.

ANCAMAN

1. Ancaman degradasi lahan hutan yang terus menurun dalam tahun-tahun mendatang. Dalam kurun empat tahun terakhir sudah mencapai 16.656,7 Ha.

2. Ancaman terhadap produktivitas berbagai komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan seiring dengan ancaman degradasi lahan.

3. Penebangan dan pembalakan hutan yang sulit dikontrol.

4. Lemahnya penegakan peraturan seputar kehutanan yang dapat mengancam produktivitas dan kelestarian hutan.

KELEMAHAN

1. Masih rendahnya produktivitas komoditas yang sebenarnya mempunyai potensial value added dan harga mentah yang tinggi.

2. Rendahnya hasil pengolahan produk kehutanan dan perkebunan.

3. Minimnya sentuhan teknologi pengolahan pasca produksi (hasil tebangan dan panen).

4. Belum optimalnya bantuan (seperti saprodi komoditi perkebunan) dari Pemerintah Daerah Tingkat II.

5. Pola pembinaan yang tidak intensif dari Pemerintah Daerah Tingkat II.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 16

Page 17: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

5. Peningkatan emisi global yang tinggi dan kerentanan perubahan iklim mengancam keberlangsungan sektor kehutanan dan perkebunan.

6. Rendahnya kondisi sarana dan prasarana penunjang kinerja dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Juga kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki petani.

7. Keterbatasan dana berimbas pada target kinerja yang sulit untuk tercapai. Seperti program rehabilitasi hutan dan lahan, serta program peningkatan produk perkebunan.

8. Rendahnya asosiasi kelompok penghasil komoditas kehutanan dan perkebunan (saat ini hanya asosiasi tembakau, tebu, dan kakao).

9. Lemahnya peraturan dan eksekusi penebangan hutan ilegal.

10.Sinergisitas yang masih rendah antara kehutanan, perkebunan dan pariwisata.

11.Masih rendahnya produksi hutan nonkayu yang sebenarnya potensial dalam segi harga dan pasar.

12.Pelaksanaan pembangunan kehutanan masih kurang memperhatikan kaitan antar sektor dan subsektor untuk keberhasilan seluruh sistem.

Berdasarkan pemaparan dan analisis SWOT diatas, maka dapat

disimpulkan strategi pengembangan sebagai berikut :

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 17

Page 18: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Tabel 7.5 Startegi Pengembangan Subsektor Kehutanan dan Perkebunan

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Stengths-S

1. Faktor wilayah geografis yang mendukung, seperti terdapatnya enam (6) pegunungan yang dapat menjadi hutan rakyat atau konversi.

2. Lahan luas yang mayoritas masih produktif dengan regenerasi yang cukup/sangat baik, sangat potensial untuk spasial pengembangan komoditas unggulan, khususnya perkebunan.

3. Banyaknya varian jenis komoditas perkebunan yang mempunyai demand market yang tinggi.

4. Tingginya swadaya pada kelompok tani yang ada yang berperan signifikan dalam kesejahteraan anggota.

5. Potensi komoditas hutan nonkayu yang bernilai ekonomi tinggi.

6. Teknik bercocok tanam masyarakat yang sudah mumpuni.

7. Luasnya lahan perkebunan di Kabupaten Blitar.

8. Terus menyusutnya lahan kritis di berbagai KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan).

9. Potensi penghasil atsiri yang bernilai ekonomi tinggi di Kab. Blitar.

Weaknesses-W

1. Masih rendahnya produktivitas komoditas yang sebenarnya mempunyai potensial value added dan harga mentah yang tinggi.

2. Rendahnya hasil pengolahan produk kehutanan dan perkebunan.

3. Minimnya sentuhan teknologi pengolahan pasca produksi (hasil tebangan dan panen).

4. Belum optimalnya bantuan (seperti saprodi komoditi perkebunan) dari Pemerintah Daerah Tingkat II.

5. Pola pembinaan yang tidak intensif dari Pemerintah Daerah Tingkat II.

6. Rendahnya kondisi sarana dan prasarana penunjang kinerja dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Juga kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki petani.

7. Keterbatasan dana berimbas pada target kinerja yang sulit untuk tercapai. Seperti program rehabilitasi hutan dan lahan, serta program peningkatan produk perkebunan.

8. Rendahnya asosiasi kelompok penghasil komoditas kehutanan dan perkebunan (saat ini hanya asosiasi tembakau, tebu, dan kakao).

9. Lemahnya peraturan dan eksekusi penebangan hutan ilegal.

10.Sinergisitas yang masih rendah antara kehutanan, perkebunan dan pariwisata.

11.Masih rendahnya produksi hutan nonkayu yang sebenarnya potensial dalam segi harga dan pasar.

12.Pelaksanaan pembangunan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 18

Page 19: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

kehutanan masih kurang memperhatikan kaitan antar sektor dan subsektor untuk keberhasilan seluruh sistem.

Opportunities-O

1. Peluang politis berupa UU No. 22 Tahun 1999 sebagai landasan kemandirian daerah, termasuk sektor kehutanan dan perkebunan.

2. Banyaknya permintaan pasar hasil kayu. Dimana market potensial lebih mendominasi karena demand yang belum diimbangi dengan supply hasil kayu.

3. Terus meroketnya harga kayu di pasaran hingga 30%/tahun dapat mengotimalkan profit dari hasil hutan.

4. Pengaruh sosiokultur dan semakin tertariknya masyarakat dengan komoditas perkebunan, khususnya kakao.

5. Pengembangan hutan lindung sebagai kawasan hutan wisata.

6. Potensi kawasan perkebunan sebagai konsep kawasan agrowisata perkebunan.

7. Potensi lahan kawasan selatan Kab. Blitar yang cocok dengan komoditas kelapa sawit.

Strategi SO

1. Penegasan program pembangunan hutan rakyat sebagai program prioritas.

2. Diberlakukan diversifikasi pola tanam (sistem wanatani) dalam menurunkan resiko usaha petani.

3. Pembentukan atau pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan di tiap-tiap kecamatan penghasil komoditi mayoritas.

4. Menciptakan jaringan kelembagaan agribisnis perkebunan serta klinik konsultasi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

5. Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha perkebunan menjadi kelembagaan formal berbadan hukum.

6. Pembangunan dan pengembangan kapasitas SDM petani melalui pendidikan formal maupun informal.

7. Pemantapan kawasan-kawasan sentra produksi komoditas unggulan pada wilayah potensial.

8. Rehabilitasi lahan kritis melalui kegiatan penghijauan dan pengembangan hutan rakyat.

Strategi WO

1. Peningkatan produktivitas petani melalui penguatan kelembagaan kelompok tani, manajemen teknis lapangan (penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan), serta pola pembinaan yang bottom up dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

2. Pengintegrasian program pembangunan hutan rakyat dengan berbagai program pembangunan hutan yang ada (PHBM, GNRHL, PBSN, dll).

3. Pemantapan kawasan hutan dalam efisiensi produksi komoditas kehutanan dan perkebunan di Kab. Blitar.

4. Membangun kemitraan dengan perusahaan pengolah komoditas yang ada (konsep agroforestry).

5. Bantuan teknologi sederhana tepat guna pada petani yang tidak memerlukan biaya tinggi.

6. Pembentukan asosiasi pada masing-masing komoditas oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang bersifat bottom up dalam rangka penguatan kelembagaan (saat ini masih asosiasi tebu, kakao, dan tembakau).

7. Pemantapan, pembentukan dan Pengembangan kawasan perkebunan (agro) wisata dan hutan wisata (hutan lindung).

8. Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk pengembangan teknologi tepat

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 19

Page 20: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

dan berdaya guna.Treaths-T

1. Ancaman degradasi lahan hutan yang terus menurun dalam tahun-tahun mendatang. Dalam kurun empat tahun terakhir sudah mencapai 16.656,7 Ha.

2. Ancaman terhadap produktivitas berbagai komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan seiring dengan ancaman degradasi lahan.

3. Penebangan dan pembalakan hutan yang sulit dikontrol.

4. Lemahnya penegakan peraturan seputar kehutanan yang dapat mengancam produktivitas dan kelestarian hutan.

6. Peningkatan emisi global yang tinggi dan kerentanan perubahan iklim mengancam keberlangsungan sektor kehutanan dan perkebunan.

Strategi ST

1. Prioritas pengupayaan rehabilitasi hutan dan lahan kritis.

2. Pengembangan Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan.

3. Produksi peratuan dalam mendorong iklim usaha di bidang kehutanan secara sah dan benar.

4. Mengintensifkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (TNI-Polisi) dalam penanganan perlindungan dan pencurian hutan (khususnya illegal logging dan illegal trade).

5. Meningkatkan produk peraturan dalam pengelolaan dan fungsi DAS (Daerah Aliran Sungai), khususnya pembentukan unit pengelolaan.

6. Menyediakan eks kawasan hutan yang tidak berhutan untuk usaha pertanian tanaman pangan/komoditi hasil hutan nonhutan.

Strategi WT

1. Tertib adminsitrasi dalam pengelolaan dan pengusahaan program kehutanan dan perkebunan.

2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan ruang kelola dalam pengelolaan hutan (konsep masyarakat sekitar hutan).

3. Monitoring dan evaluasi yang bersifat multipihak terhadap program kegiatan kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan.

4. Pengembangan hasil hutan nonkayu dengan upaya perbanyakan vegetatif.

5. Peningkatan pasar domestik/ekspor hasil hutan melalui promosi, kerjasama pemasaran, dan misi dagang (harus dibentuk unit pengelolaan).

1.3 Subsektor PertanianSektor pertanian di Kabupaten Blitar merupakan prioritas.

Dikatakan prioritas karena sumbangan terhadap PDRB begitu besar

dibandingkan dengan sektor lain mengingat kultur dan kondisi geografi di

Kabupaten Blitar sangat mendukung perkembangan sektor pertanian.

Sedangkan kajian menarik dari sektor pertanian adalah ketersediaan

lahan. Dalam hal ini, di Kabupaten Blitar tanah atau lahan menurut

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 20

Page 21: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

penggunaannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni tanah sawah

dan tanah bukan sawah. Penggunaan tanah sawah menurut jenis

pengairannya terdiri dari sawah dengan pengairan teknis dan pengairan

sederhana. Sedangkan tanah nonsawah terdiri atas pekarangan dan

halaman, tegalan/kebun/juma, padang rumput, tambak, kolam, dan hutan.

Kabupaten Blitar sendiri mempunyai luas lahan sebesar 158.879

Ha yang terbagi menjadi lahan sawah dan nonsawah. Untuk lahan sawah

sebesar 19,98%, dan selebihnya sebesar 80,02 adalah lahan nonsawah.

Dari total lahan sawah tersebut, 69,41 persen merupakan lahan sawah

berpengairan teknis, sedangkan 11,42 persen berpengairan setengah

teknis, berpengairan sederhana sebesar 13,83 persen, dan sisanya

sebesar 1,96 persen pada desa/Non PU, dan 3,38 persen merupakan

tadah hujan. Dapat dikatakan, sistem pengairan di Kabupaten Blitar

terbilang cukup bagus dengan dominannya berpengairan teknis dan

setengah teknis. Namun demikian, proporsi yang sedikit dari lahan sawah

daripada lahan nonsawah di satu sisi cukup berpengaruh signifikan

terhadap produksi tanaman pangan strategis.

Untuk lahan nonsawah dilihat dari penggunaannya tampak bahwa

luas tegal/kebun menduduki luas terbesar yakni 35,37 persen, diikuti

rumah dan pekarangan sebesar 27 persen, sedangkan sisanya untuk

penggembalaan/padang rumput, tambak, kolam, sementara tidak

diusahakan, hutan perkebunan dan lainnya.

Sehubungan dengan itu dalam pembahasan ini, yang perlu untuk

dikaji adalah tanaman pangan dan holtikultura. Sebagian dari komoditas

yang tercakup dalam subsektor tanaman bahan makanan adalah

kelompok padi yang merupakan komoditas unggulan utama selain

jagung.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 21

Page 22: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Tabel 7.6 Analisis SWOT Subsektor Pertanian

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL

PELUANG

1. Kebijakan revitalisasi pertanian secara nasional, pemerintah daerah tingkat I, dan pemerintah daerah tingkat II.

2. Kebijakan ketahanan pangan nasional.3. Penemuan-penemuan kultivar-kultivar

unggul yang mempunyai potensi keunggulan produktivitas dan kualitas pada tiap-tiap komoditi.

4. Tingginya permintaan produk-produk pertanian, khususnya dari tanaman holtikultura di pasaran nasional maupun global.

5. Tingginya inovasi produk olahan tanaman pangan.

6. Iklim investasi di Indonesia yang kondusif dan prospektif, termasuk untuk terjun ke sektor pertanian.

7. Maraknya pembangunan dan pengembangan pertanian berbasis sebagai objek wisata

KEKUATAN

1. Faktor sosiokultural dan kondisi geografis yang sangat mendukung dalam perkembangan sektor pertanian (seperti budaya pertanian dan struktur kondisi kesuburan tanah, khususnya di kawasan utara).

2. Sistem pengairan yang cukup bagus dengan mayoritas berpengairan teknis dan setengah teknis pada total lahan sawah.

3. Teknik budidaya petani holtikultura lokal yang sudah dapat mengendalikan masa panen.

4. Terus meningkatnya laju produksi tanaman padi dan palawija.

5. Banyak produk pertanian memiliki nilai ekonomi tinggi, khususnya subsektor tanaman holtikultura.

6. Sudah terbentuknya brand image pada beberapa komoditas unggulan, seperti rambutan dan nanas.

ANCAMAN

1. Ancaman aspek politis berupa penggenjotan pendapatan daerah yang berdampak pada produk peraturan yang tidak memihak sektor pertanian, khususnya mengenai lahan.

2. Ancaman krisis air yang berimbas pada produksi pertanian akibat maraknya konversi lahan pertanian.

3. Kerentanan konversi jenis tanaman sayur-sayuran oleh petani karena harga yang sangat fluktuatif di pasaran dapat mengancam ketidakstabilan produksi.

4. Acaman hawa wereng yang bersifat menyebar di Jawa Timur dapat berimbas pada gagal panen dalam jumlah besar.

5. Semakin kecilnya minat masyarakat untuk terjun ke sektor pertanian, khususnya generasi muda.

KELEMAHAN

1. Masifnya konversi lahan pertanian menjadi kawasan bisnis dan perumahan hingga rata-rata 100 Ha/ tahun di Kab. Blitar.

2. Belum adanya kebijakan tata ruang yang jelas di Kabupaten Blitar yang menyebabkan penyusutan lahan pertanian akibat konversi semakin membesar.

3. Luas lahan pertanian yang sempit (hanya 10% dari total luas wilayah Kab. Blitar).

4. Minoritasnya lahan sawah yang didasarkan atas penggunaannya (hanya 19,98% dari total).

5. Proporsi yang terus menurun pada produksi komoditi ubi jalar yang dijadikan sebagai komoditi potensial dan andalan di Kabupaten Blitar.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 22

Page 23: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

6. Iklim yang tidak menentu dapat menjadi kendala secara teknis.

7. Mahalnya biaya pengembangan produksi dan pengolahan, khususnya pengolahan komoditi sektor pertanian.

8. Persaingan produk sejenis pada konteks sektor unggulan wilayah dengan daerah/kabupaten lain.

9. Kebijakan liberalisai berbagai sektor, termasuk sektor pertanian yang mengadakan impor dan dapat menekan harga lokal.

10.Lemahnya sistem perbenihan dan pembibitan nasional (deptan.go.id).

11.Belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, khususnya karena pengaruh kultural masyarakat yang sulit beralih dari komoditi beras.

12.Ketergantungan terhadap bahan baku impor bagi industri pengolah produk agribisnis.

6. Tingkat pengolahan produk pertanian yang masih rendah (masih dalam satu tahap pengolahan).

7. Belum adanya industri pengolahan bahan baku komoditi unggulan/potensial.

8. Keterbatasan SDM pengolahan sektor pertanian yang tepat guna.

9. Keterbatasan anggaran dalam pengembangan produk prioritas pengembangan (umbi-umbian) di Kabupaten Blitar.

10.Kondisi sarana dan prasarana pengembangan dan pengolahan produk prioritas pengembangan masih terpusat pada desa (pada program P2KP di tiap-tiap desa).

11.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat monopsoni di tingkat hulu (petani).

12.Kapasitas sarana distribusi petani yang terbatas, bahkan sebagian tidak mempunyai sarana distribusi.

13.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat oligopsoni di tingkat hilir (pengepul).

14.Sifat penyuluhan pertanian oleh para PPL yang masih bersifat top down.

15.Sempitnya kepemilikan lahan budidaya oleh petani (mayoritas masih buruh dan penyakap).

16.Lemahnya kekuatan kelompok tani sebagai wadah penyuluhan secara teknis dan aspek pasar.

17.Akses gerak yang terbatas dari para petani dalam mengembangkan usaha tani karena faktor terbatasnya akses permodalan dengan bunga lunak.

18.Keperluan pengadaan bibit dan pupuk yang rentan diselewengkan oleh para pelaku pasar.

19.Belum adanya asosiasi yang memayungi komoditi umbia-umbian sebagai produk pengembangan Kab. Blitar.

20.Belum optimalnya pemanfaatan lahan, seperti tegalan yang masih ditanami tanaman musiman, dan jika musim kemarau akan berubah menjadi lahan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 23

Page 24: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

kritis.21.Belum padunya berbagai elemen (Dinas

Pertanian, BP4K, Disperindag, Dinas Koperasi, dan masyarakat) dalam pengembangan komoditas andalan, khususnya subsektor pengembangan ketahanan pangan.

Berdasarkan pemaparan diatas dan hasil analisis SWOT diatas, maka dapat

disimpulkan strategi pengembangan sebagai berikut :

Tabel 7.7 Strategi Pengembangan Subsektor Pertanian

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Stengths-S

1. Faktor sosiokultural dan kondisi geografis yang sangat mendukung dalam perkembangan sektor pertanian (seperti budaya pertanian dan struktur kondisi kesuburan tanah, khususnya di kawasan utara).

2. Sistem pengairan yang cukup bagus dengan mayoritas berpengairan teknis dan setengah teknis pada total lahan sawah.

3. Teknik budidaya petani holtikultura lokal yang sudah dapat mengendalikan masa panen.

4. Terus meningkatnya laju produksi tanaman padi dan palawija.

5. Banyak produk pertanian memiliki nilai ekonomi tinggi, khususnya subsektor tanaman holtikultura.

6. Sudah terbentuknya brand image pada beberapa komoditas unggulan, seperti rambutan dan nanas.

Weaknesses-W

1. Masifnya konversi lahan pertanian menjadi kawasan bisnis dan perumahan hingga rata-rata 100 Ha/ tahun di Kab. Blitar.

2. Belum adanya kebijakan tata ruang yang jelas di Kabupaten Blitar yang menyebabkan penyusutan lahan pertanian akibat konversi semakin membesar.

3. Luas lahan pertanian yang sempit (hanya 10% dari total luas wilayah Kab. Blitar).

4. Minoritasnya lahan sawah yang didasarkan atas penggunaannya (hanya 19,98% dari total).

5. Proporsi yang terus menurun pada produksi komoditi ubi jalar yang dijadikan sebagai komoditi potensial dan andalan di Kabupaten Blitar.

6. Tingkat pengolahan produk pertanian yang masih rendah (masih dalam satu tahap pengolahan).

7. Belum adanya industri pengolahan bahan baku komoditi unggulan/potensial.

8. Keterbatasan SDM pengolahan sektor pertanian yang tepat guna.

9. Keterbatasan anggaran dalam pengembangan produk

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 24

Page 25: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

prioritas pengembangan (umbi-umbian) di Kabupaten Blitar.

10.Kondisi sarana dan prasarana pengembangan dan pengolahan produk prioritas pengembangan masih terpusat pada desa (pada program P2KP di tiap-tiap desa).

11.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat monopsoni di tingkat hulu (petani).

12.Kapasitas sarana distribusi petani yang terbatas, bahkan sebagian tidak mempunyai sarana distribusi.

13.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat oligopsoni di tingkat hilir (pengepul).

14.Sifat penyuluhan pertanian oleh para PPL yang masih bersifat top down.

15.Sempitnya kepemilikan lahan budidaya oleh petani (mayoritas masih buruh dan penyakap).

16.Kesenjangan yang cukup tinggi antara potensi produksi dan capaian produksi yang telah dilakukan.

17.Lemahnya kekuatan kelompok tani sebagai wadah penyuluhan secara teknis dan aspek pasar.

18.Akses gerak yang terbatas dari para petani dalam mengembangkan usaha tani karena faktor terbatasnya akses permodalan dengan bunga lunak.

19.Keperluan pengadaan bibit dan pupuk yang rentan diselewengkan oleh para pelaku pasar.

20.Belum adanya asosiasi yang memayungi komoditi umbia-umbian sebagai produk pengembangan Kab. Blitar.

21.Belum optimalnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 25

Page 26: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

pemanfaatan lahan, seperti tegalan yang masih ditanami tanaman musiman, dan jika musim kemarau akan berubah menjadi lahan kritis.

22.Belum padunya berbagai elemen (Dinas Pertanian, BP4K, Disperindag, Dinas Koperasi, dan masyarakat) dalam pengembangan komoditas andalan, khususnya subsektor pengembangan ketahanan pangan.

Opportunities-O

1. Kebijakan revitalisasi pertanian secara nasional, pemerintah daerah tingkat I, dan pemerintah daerah tingkat II.

2. Kebijakan ketahanan pangan nasional.

3. Penemuan-penemuan kultivar-kultivar unggul yang mempunyai potensi keunggulan produktivitas dan kualitas pada tiap-tiap komoditi.

4. Tingginya permintaan produk-produk pertanian, khususnya dari tanaman holtikultura di pasaran nasional maupun global.

5. Tingginya inovasi produk olahan tanaman pangan.

6. Iklim investasi di Indonesia yang kondusif dan prospektif, termasuk untuk terjun ke sektor pertanian.

7. Maraknya

Strategi SO

1. Mentransformasikan peran gapoktan menjadi lembaga koperasi tingkat desa.

2. Strategi promosi untuk lebih memperkenalkan brand komoditi unggulan Kab. Blitar sebagai langkah value creation.

3. Pembentukan konsep agrowisata, khususnya di kecamatan penghasil komoditas unggulan seperti Kecamatan Wonotirto dan Panggungrejo yang berdataran tinggi.

4. Penyediaan klinik konsultasi dan sistem data dan informasi pembangunan pertanian yang integratif dan mudah diakses oleh petani (personal/gapoktan).

Strategi WO

1. Pembentukan peraturan sebagai landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang.

2. Penyediaan layanan informasi perijinan usaha dan konsultasi usaha bidang pertanian oleh Dinas Pertanian yang meliputi usaha pengolahan dan penyimpanan pasca panen.

3. Intensifikasi pembinaan terhadap gapoktan/poktan, khususnya dalam merangsang kegiatan kelompok seperti mendirikan kios saprotan yang menyediakan sarana produksi yang dikelola gapoktan/poktan.

4. Pengembangan SDM petani melalui gapoktan/poktan melalui pendidikan informal.

5. Menyediakan jaringan usaha antara gapoktan dengan pihak swasta ataupun pemerintah daerah dalam orientasi kerjasama antar pelaku agribisnis.

6. Pengembangan infrastruktur fisik dab kelembagaan di tiap-tiap kecamatan.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 26

Page 27: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

pembangunan dan pengembangan pertanian berbasis sebagai objek wisata.

7. Sistem pengemasan dan standarisasi produk untuk orientasi ekspor.

8. Pengadaan peralatan alsintan tepat guna dan berbiaya murah.

9. Pengadaan dan pembinaan pengembangan teknologi tepat guna berbiaya murah di tingkat gapoktan/poktan.

10. Penyediaan benih unggul tanaman.

11. Optimalisasi pelayanan perijinan dan investasi di sektor pertanian.

12. Pembentukan asosiasi/gapoktan yang belum terwujud (khususnya komoditi umbi-umbian).

13. Pengembangan sistem distribusi melalui penguatan lembaga distribusi pangan tingkat desa.

14. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian berskala kecil maupun menengah.

15. Mengembangkan sentra usaha pertanian di tiap-tiap titik kawasan potensial.

Treaths-T

1. Ancaman aspek politis berupa penggenjotan pendapatan daerah yang berdampak pada produk peraturan yang tidak memihak sektor pertanian, khususnya mengenai lahan.

2. Ancaman krisis air yang berimbas pada produksi pertanian akibat maraknya konversi lahan pertanian.

3. Kerentanan konversi

Strategi ST

1. Perlunya lembaga pusat informasi dan pelayanan produk agribisnis sebagai penguatan posisi tawar terhadap berbgai sumberdaya seperti pasar eksternal, permodalam, teknologi, dan hubungan kemitraan.

2. Peningkatan produktivitas lahan dengan cara pemupukan rasional dengan mendominasi penambahan bahan organik seperti pupuk hasil sektor peternakan.

Strategi WT

1. Pembangunan saluran permanen dan rehabilitasi jaringan irigasi di tiap-tiap kecamatan.

2. Pengadaan alat pembuat pupuk organik sebagai kemandirian input usahatani petani.

3. Pembentukan/pengembangan jaringan kemitraan usaha antara gapoktan dan pihak swasta.

4. Pembuatan peraturan/kebijakan sebagai patokan hukum pengaturan tata ruang yang jelas.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 27

Page 28: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

jenis tanaman sayur-sayuran oleh petani karena harga yang sangat fluktuatif di pasaran dapat mengancam ketidakstabilan produksi.

4. Acaman hawa wereng yang bersifat menyebar di Jawa Timur dapat berimbas pada gagal panen dalam jumlah besar.

5. Semakin kecilnya minat masyarakat untuk terjun ke sektor pertanian, khususnya generasi muda.

6. Iklim yang tidak menentu dapat menjadi kendala secara teknis.

7. Mahalnya biaya pengembangan produksi dan pengolahan, khususnya pengolahan komoditi sektor pertanian.

8. Persaingan produk sejenis pada konteks sektor unggulan wilayah dengan daerah/kabupaten lain.

9. Kebijakan liberalisai berbagai sektor, termasuk sektor pertanian yang mengadakan impor dan dapat menekan harga lokal.

10.Lemahnya sistem perbenihan dan pembibitan nasional (deptan.go.id).

11.Belum berjalannya diversifikasi pangan

3. Rehabilitasi kerusakan daerah hulu sungai melalui penghijauan dan reboisasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

4. Optimalisasi/maksimalisasi penggunaan sumberdaya lokal dalam proses bahan baku/input teknis manufakturing komoditi pertanian.

5. Mengembangkan penganekaragaman (diversifikasi) pengolahan dan konsumsi pangan di tiap-tiap kecamatan.

6. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani dan peternak (kerjasama dengan Dinas Peternakan).

7. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan/merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda dalam berwirausaha tani.

5. Pembatasan ijin peruntukan lahan dan pendirian bangunan di kawasan lahan pertanian.

6. Pengendalian, pengawasan, serta dvokasi tentang mutu, standarisasi, dan keamanan produk hasil pertanian.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 28

Page 29: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

dengan baik, khususnya karena pengaruh kultural masyarakat yang sulit beralih dari komoditi beras.

12.Ketergantungan terhadap bahan baku impor bagi industri pengolah produk agribisnis.

1.4 Sektor Perikanan dan KelautanDalam konteks ini, perikanan dibedakan atas perikanan laut dan

perikanan darat. Perikanan darat dirinci menjadi penangkapan ikan di

perairan umum dan budidaya pemeliharaan ikan di tambak, kolam,

kerambah, dan sawah. Sedangkan perikanan laut ditangkap secara

bebas ataupun juga dengan budidaya. Yang perlu diketahui, Kabupaten

Blitar sendiri memiliki pantai terbentang sepanjang 45 km dengan luas 4

mil laut = 26.100 ha luas 12 mil laut = 63.330 hektar dan luas Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) = 1.305.500 ha. Ini berarti potensi sumberdaya

laut yang ada di Kabupaten Blitar untuk 4 mil laut mencapai 1.044

ton/tahun, untuk 12 mil laut mencapai 3.133 ton/tahun dan ZEE sebesar

52.220 ton/tahun.

Namun begitu sampai sekarang pemanfaatan oleh nelayan

Kabupaten Blitar atas potensi tersebut baru mencapai 10 % dari potensi

laut yang ada. Pada tahun 2008 jumlah tangkapan ikan yang paling

banyak adalah Cakalang sebanyak 178.808 Kg, tongkol (64.310 Kg),

lemuru (28.722 Kg), layang (9.187 Kg), Cucut (3.755 Kg), tuna (3.311

Kg), Kue (2.983 Kg), udang barong (2.791 Kg), pari 92.443 Kg),

bambangan (2.305 Kg), cendro (966 Kg) dan kerapu (568 Kg). Armada

atau kapal yang dipergunakan para nelayan masih sangat sederhana

dengan ukuran relatif kecil dengan perlengkapan sederhana sehingga

belum mampu menjaga fishing-ground yang luas dari Zona Ekonomi

Ekslusif (ZEE). Selain potensi laut yang ada di Pantai Tambakrejo juga

sedang dikembangkan budidaya rumput laut yang melibatkan nelayan

sekitar dengan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Kelautan. Potensi lain

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 29

Page 30: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

yang mempunyai nilai produktif adalah budidaya tambak udang didaerah

serang.

Salah satu kendala pengembangan potensi sektor perikanan

khususnya perikanan laut di Kabupaten Blitar disebabkan sangat

terbatasnya sarana perasarana dan infrastruktur diantaranya adanya

Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI). Nelayan Blitar masih ragu untuk

mengembangkan usahanya karena belum ada tempat pendaratan yang

memadahi dan memberikan rasa aman sehingga nelayan Blitar yang

memperoleh hasil tangkapan yang banyak lebih memilih mendaratkan

hasil tangkapannya di PPI Sendang Baru (Kabupaten Malang) dan PPI

Prihi (Kabupaten Trengalek) yang memiliki fasilitas lengkap.

Oleh sebab itu mulai Tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Blitar

secara bertahap membangun Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang

berlokasi di Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto. Pembagunan PPI

Tambakrejo diharapkan akan mampu mengungkit perekonomian di

Kabupaten Blitar khususnya wilayah Blitar Selatan yang selama ini relatif

tertinggal. PPI Tambakrejo dimasa mendatang akan sangat stategis bagi

pengembangan Kabupaten Blitar apalagi dengan dibangunnya

(dibukanya Jalur lintas selatan (JLS) di Kabupaten Blitar.

Komitmen Pemerintah Daerah untuk segera merealisasikan

pembangunan PPI Tambakrejo terbentur oleh kondisi penganggaran

yang relatif kecil setiap tahunnya baik dari APBN, APBD I maupun APBD

II. Agar proses tersebut dapat dipercepat, Kabupaten Blitar sangat

membutuhkan dukungan dan partisipasi dari investor domestik maupun

mancanegara yang memiliki proyeksi jangka panjang pembangunan

sektor maritime di Indonesia, khususnya di Kabupaten Blitar. Beberapa

peluang yang ditawarkan antara lain: pembangunan pabrik pembuatan

kapal, pabrik pengolahan/pengalengan ikan, pergudangan dan

pendinginan ikan, fasilitas perparkiran, fasilitas perumahan/hotel/restoran,

peningkatan sarana jalan, air bersih dan kelistrikan, dll sesuai dengan

kesepakatan dengan Pemerintah Daerah.

Pemerintah Daerah telah memiliki 2 (dua) Balai Benih Ikan (BBI)

di Kecamatan Wlingi, namun karena belum mampu memenuhi seluruh

permintaan benih ikan jadi masih sangat dimungkinkan beberapa investor

untuk masuk menggarap sub sektor ini. Untuk mencukupi kekurangan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 30

Page 31: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

benih ikan, petani ikan di Kabupaten Blitar harus mendatangkan benih

dari luar seperti Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang sehingga

memakan ongkos biaya transportasi yang tidak sedikit secara kontinyu.

Sedangkan untuk ekspor ikan hias Koi, sebagai produsen utama

ikan hias Koi di Indonesia, bisnis ini pernah mencapai puncaknya pada

tahun 2000-an kemudian secara drastis turun karena wabah penyakit

yang membuat ikan Koi Kabupaten Blitar terisolasi. Sekarang setelah

penyakit ini bisa teratasi dan produksi ikan Koi mulai menanjak,

dibutuhkan eksportir – eksportir yang kompeten dan memiliki jaringan

pemasaran yang luas.

Tabel 7.8 Analisis SWOT Subsektor Perikanan dan Kelautan

FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL

PELUANG

1. Tingginya permintaan global hasil ikan, baik jenis ikan konsumsi maupun ikan hias .

2. Dicanangkannya pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan berbasis masyarakat.

3. Akses pasar yang sangat luas dari sektor perikanan.

4. Penggalakan industri berbasis sumberdaya alam, khususnyaa industri berbasis perikanan (fisheries-based industries) oleh pemerintah.

5. Semakin gencarnya dunia perbankan dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan, khususnya program kredit.

6. Potensi laut selatan yang begitu besar, dan belum digali secara optimal.

7. Banyaknya industri subsektoral yang dapat dibangun/dikembangkan melalui sektor perikanan dan kelautan (seperti pengalengan, galangan, pengolahan per komoditi, dll).

KEKUATAN

1. Kabupaten Blitar mempunyai bentangan pantai yang panjang dengan potensi yang sangat besar pada perikanan laut.

2. Potensi ikan darat yang juga begitu besar, khususnya ditinjau dari sosiokultural masyarakat serta tipikal lahan yang mempunyai sumber air dangkaldi kawasan utara.

3. Sudah terbentuknya brand image Kabupaten Blitar sebagai penghasil ikan hias koi terbaik di Indonesia.

4. Cukup tingginya jumlah masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan dan buruh nelayan.

5. Tingginya potensi rumput laut berkualitas tingi di sepanjang pantai pesisir selatan Kab. Blitar.

6. Jaringan pemasaran yang luas dan sudah terbentuk dari para eksportir ikan koi di Kab. Blitar.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 31

Page 32: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

ANCAMAN

1. Kebanyakan nelayan masih menyerahkan hasil tangkapan ke Pelabuhan Pendaratan Ikan di Malang (PPI sendang biru) dan Trenggalek (PPI Prihi).

2. Penurunan hasil produksi karena faktor anomali iklim yang tak menentu menyebabkan migrasi ikan di Samudera Hindia.

3. Daya beli masyarakat sekitar/dalam negeri yang rendah terhadap produk perikanan.

4. Ancaman produksi perikanan darat budidaya ikan karena faktor anomali iklim, berkurangnya tingkat kesuburan lahan, menyusutnya luas lahan ikan, serta masih mahalnya harga pakan ikan.

5. Aspek politis berupa otonomi daerah dapat memperumit perbatasan wilayah laut antar daerah/kabupaten.

6. Semakin ketatnya persyaratan ekspor hasil perikanan terkait mutu dan keamanan pangan.

7. Tingkat persaingan produk perikanan di pasaran global makin tinggi.

KELEMAHAN

1. Masih rendahnya pemanfaatan ikan laut oleh nelayan lokal yang sampai saat ini masih sekitar 10%.

2. Armada atau kapal yang dipergunakan para nelayan masih sangat sederhana dengan ukuran relatif kecil dengan perlengkapan sederhana sehingga belum mampu menjaga fishing-ground yang luas dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

3. Terbatasnya sarana prasarana, serta infrastruktur seperti Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo.

4. Terbatasnya anggaran untuk pegadaan infrastruktur, baik APBN, APBD I dan APBD II.

5. Sistem pemasaran masih perorangan dan sulit diorganisasi, khususnya pemantauan dari pemerintah.

6. Masih rendahnya jumlah kapal perasional nelayan (masih 400 kapal) jika dibandingkan dengan jumlah nelayan.

7. Skala kepemilikan budidaya ikan tawar rata-rata sangat kecil (kurang lebih 0,1 Ha) yang bersifat terpencar.

8. Hasil ikan tangkap sulit berkembang karena faktor alam seperti ombak besar dan angin kencang yang berdampak pendeknya hari operasional nelayan.

9. Sarana perahu nelayan yang rata-rata masih di bawah standar, seperti kekuatan perahu yang masih kurang dari 2 GT (grasston).

10.Kurang ayaknya tempat berlabuh kapal yang ada.

11.Kerentanan proses produksi

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 32

Page 33: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

pembudidaya karena keterbatasan permodalan kredit, sarana produksi, informasi pasar, serta teknologi.

12.Rendahnya konsep penangkapan ikan yang ramah lingkungan di lingkungan nelayan.

13.Masih mahalnya harga pakan ikan.14.Masih awamnya nelayan lokal dengan

permodalan dunia perbankan.15.Kondisi Balai Benih Ikan (BBI) di

Kecamatan Wlingi belum mampu memenuhi seluruh permintaan benih ikan.

16.Kerentanan penyakit pada komoditas ikan hias karena peredaran ikan dari berbagai daerah.

Berdasarkan pemaparan di atas dan analisis SWOT, maka dapat dirumuskan

strategi pengembangan sebagai berikut :

Tabel 7.9 Strategi Pengembangan Subsektor Perikanan dan Kelautan

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Stengths-S

1. Kabupaten Blitar mempunyai bentangan pantai yang panjang dengan potensi yang sangat besar pada perikanan laut.

2. Potensi ikan darat yang juga begitu besar, khususnya ditinjau dari sosiokultural masyarakat serta tipikal lahan yang mempunyai sumber air dangkal di kawasan utara.

3. Sudah terbentuknya brand image Kabupaten Blitar sebagai penghasil ikan hias koi terbaik di Indonesia.

4. Cukup tingginya jumlah

Weaknesses-W

1. Masih rendahnya pemanfaatan ikan laut oleh nelayan lokal yang sampai saat ini masih sekitar 10%.

2. Armada atau kapal yang dipergunakan para nelayan masih sangat sederhana dengan ukuran relatif kecil dengan perlengkapan sederhana sehingga belum mampu menjaga fishing-ground yang luas dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

3. Terbatasnya sarana prasarana, serta infrastruktur seperti Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo.

4. Terbatasnya anggaran untuk pegadaan infrastruktur, baik APBN, APBD I dan APBD II.

5. Sistem pemasaran masih perorangan dan sulit diorganisasi,

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 33

Page 34: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan dan buruh nelayan.

5. Tingginya potensi rumput laut berkualitas tingi di sepanjang pantai pesisir selatan Kab. Blitar.

6. Jaringan pemasaran yang luas dan sudah terbentuk dari para eksportir ikan koi di Kab. Blitar.

khususnya pemantauan dari pemerintah.

6. Masih rendahnya jumlah kapal perasional nelayan (masih 400 kapal) jika dibandingkan dengan jumlah nelayan.

7. Skala kepemilikan budidaya ikan tawar rata-rata sangat kecil (kurang lebih 0,1 Ha) yang bersifat terpencar.

8. Hasil ikan tangkap sulit berkembang karena faktor alam seperti ombak besar dan angin kencang yang berdampak pendeknya hari operasional nelayan.

9. Sarana perahu nelayan yang rata-rata masih di bawah standar, seperti kekuatan perahu yang masih kurang dari 2 GT (grasston).

10.Kurang layaknya tempat berlabuh kapal yang ada.

11.Kerentanan proses produksi pembudidaya karena keterbatasan permodalan kredit, sarana produksi, informasi pasar, serta teknologi.

12.Rendahnya konsep penangkapan ikan yang ramah lingkungan di lingkungan nelayan.

13.Masih mahalnya harga pakan ikan.

14.Masih awamnya nelayan lokal dengan permodalan dunia perbankan.

15.Kondisi Balai Benih Ikan (BBI) di Kecamatan Wlingi belum mampu memenuhi seluruh permintaan benih ikan.

16. Kerentanan penyakit pada komoditas ikan hias karena peredaran ikan dari berbagai

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 34

Page 35: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

daerah.

Opportunities-O

1. Tingginya permintaan global hasil ikan, baik jenis ikan konsumsi maupun ikan hias .

2. Dicanangkannya pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan berbasis masyarakat.

3. Akses pasar yang sangat luas dari sektor perikanan.

4. Penggalakan industri berbasis sumberdaya alam, khususnyaa industri berbasis perikanan (fisheries-based industries) oleh pemerintah.

5. Semakin gencarnya dunia perbankan dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan, khususnya program kredit.

6. Potensi laut selatan yang begitu besar, dan belum digali secara optimal.

7. Banyaknya industri subsektoral yang dapat dibangun/dikembangkan melalui sektor perikanan dan kelautan (seperti pengalengan, galangan, pengolahan per komoditi, dll).

Strategi SO

1. Memperbesar skala usaha dengan membangun dan mengembangkan kawasan sentra berpola intensifikasi dan diversifikasi usaha perikanan dan kelautan.

2. Pengembangan kawasan agrobisnis dan agroindustri sesuai dengan komoditas unggulan spesifik lokal.

3. Pengembangan kluster rumput laut di kawasan pesisir.

4. Program peningkatan kualitas, produktivitas serta penganekaragaman hasil dan produk olahan perikanan melalui promosi ke investor dalam rangka memenuhi permintaan pasar.

5. Pola pembudidayaan dengan kemitraan usaha seperti pengembangan Anti Proverty Program (APP) yang sudah dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Blitar.

6. Memperluas jaringan pemasaran ikan hias di antara kelompok pecinta ikan hias,

Strategi WO

1. Prioritas pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan sarana prasarana penunjang dalam membantu nelayan mengatasi ruang gerak produksi.

2. Transfer teknologi tepat guna dan berbiaya murah, dan ketrampilan budidaya, penangkapan dan pengolahan ikan/bahan olahan asal ikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan/rekanan hasil kemitraan.

3. Pembentukan Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) dan Nelayan (KPN), serta koperasi dengan manajemen modern dalam menunjang ketangguhan inisiasi, bergaining power, akses permodalan, sarana produksi, teknologi, jaringan pemasaran, serta lobi kebijakan pemerintah.

4. Intensifikasi penyuluhan pada pengetahuan dan ketrampilan masyarakat terhadap pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit ikan.

5. Pelatihan penganekaragaman usaha perikanan dan kelautan.

6. Pengembangan usaha perikanan dan kelautan melalui usaha pemberian modal serta pemberian sarana dan prasarana kerja lunak.

7. Optimalisasi keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi, khususnya menyangkut prasarana kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 35

Page 36: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

breeder, dan pelaku pemasaran.

7. Pengembangan wilayah minapolitan budidaya koi seluas 30 Ha di Desa Kemloko.

8. Pemanfaatan luas lahan budidaya rumput laut yang belum tergarap (sekitar 196 Ha) di Pantai Tumpakkepuh dan Peh Pulo.

Treaths-T

1. Kebanyakan nelayan masih menyerahkan hasil tangkapan ke Pelabuhan Pendaratan Ikan di Malang (PPI sendang biru) dan Trenggalek (PPI Prihi).

2. Penurunan hasil produksi karena faktor anomali iklim yang tak menentu menyebabkan migrasi ikan di Samudera Hindia.

3. Daya beli masyarakat sekitar/dalam negeri yang rendah terhadap produk perikanan.

4. Ancaman produksi perikanan darat budidaya ikan karena faktor anomali iklim, berkurangnya tingkat kesuburan lahan, menyusutnya luas lahan ikan, serta masih mahalnya harga pakan

Strategi ST

1. Mengadakan kontak komunikasi antar daerah dalam menyelesaikan konflik dan mengadakan kesepakatan bersama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah administratif masin-masing.

2. Optimalisasi dan revitalisasi sub raiser ikan hias yang berfungsi sebagai karantina, penampungan, serta pengembangan sebelum proses penjualan/pengiriman ke luar daerah.

3. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau, dan air tawar, khususnya di kawasan agropolitan.

Strategi WT

1. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap mutu hasil perikanan asal Kab. Blitar.

2. Reproduksi peraturan larangan peredaran ikan asal Kab. Blitar.

3. Sosialisasi/pembinaan/penyuluhan pada pelaku perikanan dan kelautan tentang pengelolaan sumberdaya ikan berwawasan lingkungan.

4. Program rehabilitasi dalam menyeimbangkan pengelolaan antara pemanfaatan sumber daya dan sumber hayati.

5. Bantuan induk ikan pada kelompok-kelompok pembudidaya ikan.

6. Kegiatan restoking sumberdaya ikan di perairan umum pada tiap desa/kelurahan.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 36

Page 37: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

ikan.5. Aspek politis berupa

otonomi daerah dapat memperumit perbatasan wilayah laut antar daerah/kabupaten.

6. Semakin ketatnya persyaratan ekspor hasil perikanan terkait mutu dan keamanan pangan.

7. Tingkat persaingan produk perikanan di pasaran global makin tinggi.

2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIANKabupaten Blitar memiliki potensi tambang Golongan B dan C sangat

menjanjikan terutama terdapat di wilayah Blitar Selatan apabila dapat

dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal. Deposit bahan tambang tersebut

meliputi: pasir besi, trass, bentonit, kaolin, feldspar, zeolit, ballclay, sirtu, batu

kapur, andesit, dan pirophiliyt. Potensi-potensi tersebut belum tergarap optimal

karena keterbatasan akses jalan, infrastruktur daerah bersangkutan. Masyarakat

dunia usaha enggan berinvestasi karena biaya investasi yang sangat tinggi.

Secara umum, daerah potensial yang terletak di pelosok yang tidak memiliki

sarana dan prasaran serta modal yang cukup untuk meningkatkan dan

mengoptimalkan sumberdaya pertambangan dan penggalian.

Sesuai hasil FGD dan wawancara mendalam dengan dinas

pertambangan diperoleh beberapa permasalahan dan rancangan solusi

alternatifnya dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 7.2. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Pertambangan dan Penggalian

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 37

Page 38: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

1

Potensi produk unggulan sumberdaya mineral, penggalian dan pertambangan belum terpetakan dan termanfaatkan secara optimal

Mengembangkan dan memanfaatkan potensi produk unggulan sumberdaya mineral, penggalian dan pertambangan.

2

Potensi pertambangan dan penggalian baru yang belum tereksplorasi secara optimal dan efisien dengan harus memperhatikan wawasan lingkungan yang berkelanjutan

Membangun pertambangan dan penggalian, meningkatkan efisiensi produksi.

3Masih rumit dan lamanya proses dan prosedur perijinan tambang

Mengoptimalkan pelayanan Dinas ESDM di bidang perizinan pertambangan umum

4Terbatasnya informasi dan data pertambangan yang potensial

Mengoptimalkan pelayanan Dinas ESDM dalam penyediaan data dan informasi khususnya dibidang pertambangan umum, minyak dan gas bumi, dan air tanah. Membangun sistem informasi yang mudah diakses oleh pelaku usaha sektor sumberdaya pertambangan dan penggalian secara cepat, tepat, dan akurat.

5

Kurangnya peran masyarakat dalam usaha pertambangan dikarenakan keterbatasan akses dan permodalan

Meningkatkan usaha pertambangan rakyat dengan memberikan bantun teknis kepada usaha kecil menegah (UKM) di sektor sumberdaya mineral, pertambangan dan penggalian.

6Masih rendahnya tingkat konservasi lingkungan pasca tambang

Konservasi sumberdaya mineral dan pemulihan lingkungan pasca tambang yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sektor lain (pertanian, industri pengolahan, dll).

7

Kurangnya monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap industri pertambangan sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan

Pengandalian, pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan.

8 Belum optimal dan konsistennya penerapan

Menegakkan peraturan perundangan yang terkait dengan sektor sumberdaya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 38

Page 39: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

peraturan terkait sumberdaya pertambangan dan penggalian

pertambangan dan penggalian secara konsisten.

3. SEKTOR INDUSTRI PEGOLAHANIndustri pengolahan di kabupaten Blitar memiliki konstribusi yang relatif

lebih kecil dibandingkan sektor pertanian, restoran dan perdagangan. Berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan masih rendahnya sektor industri di

kabupaten Blitar diantaranya adalah masih banyaknya peraturan daerah yang

tidak pro business policy, meningkatnya isu lingkungan, standarisasi dan HKI,

rendahnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk dalam

negeri, membanjirnya produk impor terlebih yang ilegal, dan cepatnya

perkembangan teknologi.

Dalam upaya mewujudkan peningkatan konstribusi sektor industri,

berbagai langkah telah dilakukan oleh khususnya dinas Perindustrian dan

Perdagangan dengan terus berkoordinasi dan bersinergi dengan semua stake

holder terkait. Secara lebih detail permasalahan dan rancangan strategi dalam

upaya meningkatkan konstribusi sektor industri sesuai dengan hasil wawancara

dengan dinas industri dan perdagangan kabupaten Blitar serta pelaku usaha

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 7.3. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Industri

No Permasalahan Rancangan Strategi

1

Belum termotivasinya pengusaha khususnya UMKM untuk menghasilkan produk yang berorientasi pasar dan berdaya saing tinggi.

Meningkatkan pemahaman dan pelatihan kepada pelaku usaha dengan memberikan potensi dan keuntungan untuk menghasilkan produk berkualitas dan berdaya saing

2 Terbatasnya modal UKMMeningkatan fasilitas kredit bagi UKM melalui model kemitraan dan penjaminan dari pemerintah

3Rendahnya pemahaman dan pemanfaatan teknologi bagi UKM

Meningkatkan sosialisasi dan pelatihan untuk menggunakan teknologi terapan

4 Rendahnya kualiatas SDM Meningkatkan kualitas sdm bidang

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 39

Page 40: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

dibidang industri dan perdagangan

industri dan perdagangan melalui pendidikan formal, informal maupun vokasi.

5 Lemahnya akses terhadap teknologi informasi

Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan teknologi

6 Lemahnya akses terhadap pasar

Meningkatkan kemitraan usaha UKM dengan usaha besar dalam hal pemasaran, dan melaksanakan promosi produk didalam dan luar negeri malului pameran atau eksibisi yang difasilitasi oleh pemerintah

7Lemahnya pemasaran dan informasi pengembangan usaha UKM

Meningkatkan peran UKM dalam perekonomian dengan model kemitraan

8Rendahnya penerapan standarisasi dan HKI bagi produk-produk industry

Menyederhanakan prosedur dan pembiayaan untuk HKI serta peningkatan kesadaran pelaku usaha untuk menerapkan standarisasi produknya

9 Kurangnya pengawasan produk dan perlindungan konsumen

Meningkatkan peran serta Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLKI) dan peningkatan kesadaran masyarakat akan hak mereka sebagi konsumen. Pengawasan yang ketat dari pemerintah dengan pemberian sanksi yang tegas

10

Kurang sinergisnya kebijakan pembangunan industri dan perdagangan antara pusat, Provinsi, dan kabupaten/kota.

Sinkronisasi kebijakan dan strategi yang sejalan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di bidang industri

4. SEKTOR LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIHBeberapa hal telah dilakukan oleh Kabupaten Blitar dalam upaya

memenuhi kebutuhan energi diantaranya adalah program pengembangan dan

pemerataan pemenuhan kebutuhan air bersih, sumberdaya energi dan

pemerataan pasokan listrik untuk wilayah-wilayah pedesaan, melalui dua sisi

ekonomi, yakni meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi di

berbagai sektor perekonomian.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 40

Page 41: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara dengan dinas terkait seperti

Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Perusahaan Daerah Air Minum, ada

beberapa permasalahan krusial yang dihadapi oleh sektor Listrik, Gas dan Air

Tabel 7.4. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Listrik, Air, dan Gas

No Permasalahan Rancangan Strategi

1Ketersediaan energi khususnya berbahan bakar minyak yang terbatas

Mengembangkan dan memeratakan sumber energi listrik melealui pengembangan desa mandiri energi, pengembangan dan pemanfaatan sumber energi baru terbaharukan, pembinaan dan pengawasan hemat energi

2

Masih rendahnya kinerja pembangunan kelistrikan, energi, mineral dan migas, fasilitas kerja sama dan koordinasi pengembangan kelistrikan

Mengembangkan dan meningkatkan kinerja pengelolaan kelistrikan dengan meningkatkan kinerja pembangunan kelistrikan, fasilitas kerja sama dan koordinasi pengembangan kelistrikan, sosialisasi dan publikasi pengelolaan kelistrikan, pendataan dan sistematisasi data kelistrikan

3Masih belum stabilnya penyediaan listrik bagi dunia usaha dan masyarakat

Mengoptimalkan penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik industri, masyarakat pedesaan dan kepulauan (salah satunya dengan mengembangkan pembangkit listrik skala kecil tersebar untuk wilayah pedesaan terpencil dan kepulauan, pembinaan dan pengawasan pemanfaatan listrik).

4

Terbatasnya ketersediaan air bersih bagi dunia usaha dan masyarakat serta daerah-daerah sulit air

Mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri, masyarakat, dan daerah-daerah sulit air.

5Masih minimnya pembinaan dalam hal pengelolaan air tanah

Melakukan pembinaan pengelolaan air tanah (inventarisasi potensi air tanah, pemberdayaan, penggalian, dan pengawasan pemanfaatan air tanah)

6Masih rendahnya penegakan aturan terkait sektor listrik gas dan air

Menegakkan peraturan perundangan yang terkait dengan sektor listrik gas dan air bersih secara konsisten.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 41

Page 42: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

bersih

5. SEKTOR KONSTRUKSIMeskipun sektor konstruksi termasuk dalam sektor terbelakang tipologi

Klassen, namun tetap memegang peranan yang sangat penting dalam

menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi di kabupaten Blitar. Sektor

konstruksi setidaknya berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan dan lain

sebagainya. Untuk menciptakan kondisi jalan propinsi yang ideal, kemantapan

jalan provinsi, Dinas Pekerjaan Umum membutuhkan dana yang cukup

memadai.

Selain permasalahan dana yang terbatas dari pihak pemerintah

Kabupaten Blitar, beberapa permasalahan di sektor konstruksi dapat dilihat

dalam tabel berikut.

Tabel 7.5. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Konstruksi

No Permasalahan Rancangan Strategi

1Masih terbatasnya sarana dan prasarana jalan serta jembatan yang memadai di khususny pedesaan

Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana jalan dan jembatan

2

Kondisi Jalan dan jembatan yang perlu untuk diperbaiki dalam memperlancar aksesibilitas masyarakat dan perekonomian

Melakukan perbaikan dan pemeliharaan secara rutin sarana dan prasarana jalan dan jembatan yang kondisinya kurang baik

3

Masih banyak penyimpangan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan masterplan tata ruang dan wilayah berwawasan lingkungan

Menyempurnakan/merevisi masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan

Melaksanakan dan menegakan aturan secara tegas mengenai pembebasan lahan untuk infrastruktur publik

6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 42

Page 43: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Sektor perdagangan hotel dan restoran merupakan sektor utama kedua

dalam perekonomian Kabupaten Blitar. Namun, seiring dengan kondisi

perekonomian baik nasional maupun internasional yang ditandai oleh krisis

keuangan global tahun 2008 – 2009, sektor perdagangan mengalami

perlambatan pertumbuhannya terhadap PDRB Kabupaten Blitar. Selain

permasalahan eksternal, sektor tersebut juga masih mengalami permasalahan

internal seperti flutuasi tingkat inflasi yang cenderung meningkat, kondisi

bencana alam yang sering terjadi menyebabkan jumlah wisatawan menurun.

Selain hal tersebut, berbagai permasalahan lainnya disektor ini sesuai dengan

hasil wawancara mendalam dengan dinas perindustrian dan perdagangan serta

dinas pariwisata Kabupaten Blitar dapat diketahui dalam tabel berikut.

Tabel 7.6. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

No Permasalahan Rancangan Strategi

1Produk barang dan jasa Kabupaten Blitar masih belum dikenal olah pasar domestik dan internasional

Meningkatkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan promosi daerah sesuai kebutuhan

2Sektor UMKM masih kurang mendapat perhatian dari Pemerintah

Memformulasikan pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan serta memberikan kemudahan dalam perijinan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk perijinan, lokasi usaha, serta perlindungan usaha dari pungutan liar.

3Kurangnya sarana dan prasarana pemasaran serta pembiayaan di tingkat lokal maupun regional

Mengoptimalkan dan mengembangkan pasar lelang lokal dan regional, serta sarana alternatif pembiayaan.

4

Masih lemahnya peran swasta dan masyarakat dalam mengembangkan sektor kepariwisataan

Meningkatkan dan mengembangkan daya tarik wisata unggulan di setiap kabupaten/kota, secara terpadu dan komprehensif dengan melibatkan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, untuk membuka lapangan kerja, dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 43

Page 44: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

5 Masih minimnya promosi wisata yang terpadu di Kabupaten Blitar

Mengembangkan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata daerah dengan melibatkan biro/agen travel parawisata.

7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASISektor ini merupakan pendukung utama dalam hal kelancaran distribusi

barang dan jasa. Semakin berkembangnya perekonomian suatu daerah maka

peranan sektor ini akan semakin tinggi. Beberapa permasalahan terkait sektor ini

diantaranya adalah masih kurangnya pelayanan angkutan khususnya angkutan

antar daerah. Secara lebih detail berbagai permasalahan di sektor ini

berdasarkan hasil wawancara dengan dinas perhubungan Kabupaten Blitar

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 7.7. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

No Permasalahan Rancangan Strategi

1

Belum tersedianya sistem data base jalan dan jembatan yang komprehensif dan terpadu antar wilayah

Membangun sistem informasi/data base jalan dan jembatan dan peningkatan pelayanan angkutan umum

2

Sarana dan prasarana transportasi dan telekomunikasi belum merata khususnya di daerah pedesaan

Mengembangkan dan meningkatkan Kualitas sarana dan prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa secara merata dalam mendukung pengembangan ekonomi desa

3

Banyaknya kendaraan kurang laik pakai dan kesemerawutan kendaraan roda dua

Meningkatkan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor serta pengaturan kendaraan bermotor roda dua

4 Kurangnya penelitian dan pengkajian bidang transportasi, komunikasi dan informasi yang dapat diimplementasikan dengan

Mengkaji dan melakukan penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 44

Page 45: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

tepat

5

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

Memberdayakan masyarakat melalui pembelajaran dan pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya

8. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAAN, DAN JASA PERUSAHAANKrisis keuangan global tahun 2009 tidak hanya berimplikasi bagi

perekonomian nasional tetapi juga perekonomian regional Jawa Timur beserta

daerah seperti Kabupaten Blitar khususnya sektor keuangan yang memang

bersinggungan langsung dengan krisis keuangan. Data BPS menyebutkan

bahwa krisis tersebut menyebabkan sektor keuangan menurun meskipun

penurunannya tidak separah yang terjadi pada tahun 1997 ketika terjadi krisis

ekonomi. Semakin kuatnya fundamental ekonomi makro menyebabkan krisis

tersebut tidak berdampak hebat bagi sektor keuangan.

Selain sektor keuangan khususnya yang berkaitan dengan perbankan,

sub sektor persewaan dan jasa perusahaan memiliki konstribusi lebih besar

dalam menyumbang sektor tersebut seperti yang telah diuraikan dalam bab

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sub sektor persewaan dan jasa

perusahaan menjadi sub sektor utama ditengah krisis keuangan global. Namun

demikian terdapat beberapa permasalahan terkait sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan yang ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 7.8. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan

No Permasalahan Rancangan Strategi

1

Kredit perbankan untuk sektor riil masih sangat terbatas khususnya di sektor pertanian dan usaha kecil menengah

Mengembangkan lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa-desa strategis untuk memudahkan akses permodalan khususnya bagi petani/nelayan dan usaha mikro dan kecil

2Masih rendahnya kredit bagi pengembangan usaha rakyat khususnya

Mengembangkan kredit usaha rakyat bagi penduduk miskin, dan pembentukan lembaga keuangan mikro untuk melayani

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 45

Page 46: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

penduduk miskinkebutuhan modal usaha orang miskin dengan pinjaman lunak

3Sektor persewaan dan jasa perusahaan masih terbatas di daerah perkotaan

Mengembangkan dan meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan di daerah yang potensial melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya

9. SEKTOR JASA-JASA Semakin berkembang dan majunya perekonomian suatu daerah,

biasanya akan perkembangan yang pesat di sektor jasa-jasa khususnya sektor

jasa yang dilakukan oleh swasta. Sesuai dengan uaraian pada bab sebelumnya,

sektor jasa pemerintahan masih memegang konstribusi yang dominan dibanding

jasa swasta. Kedepan diperlukan berbagai langkah dan strategi untuk

meningkatkan peran swasta dan masyarakat dalam meningkatkan jasa-jasa.

Perumusan langkah dan strategi yang dilakukan tentu saja harus sesuai dengan

permasalahan yang terjadi di sektor ini. Sehingga rancangan strategi dapat

dilakukan dan diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan pengambilan kebijakan.

Permasalahan dan rancangan strategi di sektor jasa-jasa dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 7.9. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Jasa-jasa

No Permasalahan Rancangan Strategi

1Masih rendahnya konstribusi jasa sosial kemasyarakatan

Meningkatkan peran jasa sosial kemasyarakatan melalui pendidikan dan pelatihan

2Belum optimalnya pengembangan jasa hiburan dan kebudayaan

Mengoptimalkan jasa hiburan dan kebudayaan dengan inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif

3Masih lemahnya kelembagaan ekonomi khususnya dibidang jasa-jasa

Mengembangkan kelembagaan ekonomi dan jangkauan layanan lembaga penyedia jasa pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal

4Masih belum tertatanya jasa perorangan dan rumah tangga secara komprehensif

Membuat suatu peraturan yang komprhensif untuk menata jasa perorangan dan RT dengan melibatkan seluruh stakeholders

5 Masih terbatasnya intitusi yang menyediakan pendidikan

Meningkatkan peran institusi pendidikan termasuk perguruan tinggi untuk

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 46

Page 47: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Permasalahan Rancangan Strategi

vokasi untuk meningkatkan jasa pelayanan

menyelenggarakan program vokasi

7.2. Kebijakan Strategis dan Program PrioritasSesuai dengan permasalahan dalam sembilan sektor menurut lapangan

usaha diatas, dan rancangan strategi berdasarkan permasalahan tersebut, maka

langkah selanjutnya adalah membuat kebijakan dan program strategis yang

dapat dilaksanakan oleh setiap dinas yang terkait di Kabupaten Blitar. Kebijakan

dan program per sektor lapangan usaha dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut.

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 47

Page 48: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Tabel 7.10. Kebijakan Strategis dan Program Prioritas Pengembangan Ekonomi Kabupaten Blitar

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15

1 PertanianPeningkatan produktivitas pertanian secara luas

1. Intensifikasi budidaya, panen dan penanganan pasca panen

2. Diversifikasiproduk pertanian secara luas, dan menggunakan bibit unggul

Terwujudnyapengembanganpeningkatanproduksi danproduktivitas pertanian secara luas

Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian secara luas

Dinas PertanianDinas PerkebunanDinas Perikanan dan kelautanDinas Kehutanan

Pembangunan pertanian melalui agribisnis terpadu

Pengembangan Agribisnis di kecamatan/desa

Terwujudnyaindustri pertanianperdesaan.

Meningkatnya nilai tambah produk pertanian

Restrukturisasi tata niaga pertanian mulai dari proses tanam (ketersediaan pupuk, bibit dan lainnya) , panen/produksi, dan pasca produksi (distribusi / pemasaran) begitupula

Penataan kembali tata niaga produk pertanian dan perikanan

1. Terwujudnya tata niaga pertanian dan perikanan yang saling menguntungkan

2. Terwujudnya akses permodalan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian secara luas.

Meningkatnya pendapatan petani dan nelayan serta kestabilan harga

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 48

Page 49: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15dengan tata niaga perikanan

Perbaikan sarana dan prasarana pertanian secara luas

1. Pemberian bantuan sarana dan prasarana produksi dengan sistem kemitraan baik bagi petani maupun nelayan

2. Peningkatan layanan informasi teknologi, perkreditan, sarana produksi kepada petani dan nelayan seperti permodalan, sarana dan prasarana pertanian

Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dan perikanan disebabkan oleh memadainya sarana dan prasarana

Meningkatnya produktifitas usahatani dan nelayan maupunusaha pengolahan hasil pertanian dan perikanan

Penguatan kelembagaan petani dan nelayan

Pengembangan kelembagaan petani dan nelayan dengan sistem kemitraan

1. Meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan

2. Meningkatnya aksesibilitas petani dan nelayan terhadap inovasi teknologi, perkreditan, sarana prodduksi, maupun informasi pasar melalui penguatan kelembagaan

1. Adanya kelembagan petani dan nelayanan yang kuat dan mandiri

2. Adanya jalinan kerjasama kelompok tani dan nealyan dengan pengusaha yang saling menguntungkan

Pengembangan Pengembangan teknologi Terwujudnya 1. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 49

Page 50: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15

inovasi teknologi agribisnis maupun penangkapan ikan

peningkatanproduksi danproduktivitaspangan melalui pemanfaatan teknologi

mutu produk usahatani maupun usaha pengolahan hasil pertanian serta usaha tangkap ikan

2. Adanya pusat-pusat layanan teknologi agribisnis dan nelayan

PeningkatanKesejahteraanPetani dan nelayan

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani dan nelayan melalui penyuluhan /sekolahpertanian lapang dan perikanan bagi nelayan.

Terwujudnyafasilitasi, bimbingandan pembinaanpetani dan nelayan.

1. Meningkatnya nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan

2. Menurunnya jumlah petani dan nelayan miskin

Pertanian (Subsektor Peternakan)

Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha ternak menjadi kelembagaan formal berbadan

Pemrosesan asosiasi/kelompok usaha ternak yang ada menjadi lembaga formal berbadan hukum

1.Terwujudnya kelompok usaha ternak berbadan hukum

2.Terwujudnya peran kelembagaan yang kuat dalam

1. Tercapainya/meningkatnya asosiasi/kelompok usaha peternak yang berbadan hukum.

2. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 50

Page 51: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15hukum mengakomodir

kebutuhan peternak.3. Terwujudnya posisi

tawar peternak yang lebih baik

peran kelembagaan dalam mengakomodir kebutuhan peternak.

3. Meningkatnya posisi tawar peternak bila dihadapkan dengan stakeholder lain

Penguatan mediasi dari Dinas Peternakan kepada peternak kecil (peternakan rakyat) dengan pihak permodalan seperti perbankan

1. Pemetaan peternakan usaha kecil yang potensial

2. Fasilitasi dan penjamin kredit usaha sektor peternakan berbunga lunak.

Terwujudnya fasilitasi dan penjamin kredit bunga lunak bagi para peternak kecil

Meningkatnya jumlah peternak kecil yang mendapat bantuan kredit dari pihak perbankan dengan bunga lunak

Penerapan model manajemen satu atap yang mengatur dari sektor hulu hingga hilir

Pembentukan wilayah manajemen satu atap sektor pertanian sebagai daerah percontohan di wilayah yang mempunyai kekuatan komparatif komoditas tertentu

Tewujudnya efisiensi dan efektivitas usaha peternakan mulai dari budidaya hingga perlakuan pasca panen dalam satu wilayah tertentu dan

1. Turunnya biaya produksi, pengolahan, pemasaran, dan pengelolaan usaha ternak mulai dari sektor hulu hingga

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 51

Page 52: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15

terintegrasi hilir2. Waktu yang relatif

singkat perihal pengelolaan pemasaran dan perlakuan usaha ternak

Pembangunan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi berstandar SNI dan bersertifikasi halal dalam rangka memenuhi lonjakan permintaan pasar

Penambahan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi dari RPH yang sudah ada pada standar SNI dan bersertifikasi halal

Tersedianya RPH dalam jumlah cukup dengan standar SNI dan bersertifikasi halal

Adanya RPH dengan jumlah standar minimal dengan standar SNI dan bersertifikasi halal di Kab. Blitar

Pengembangan 1. Layanan informasi bagi 1. Menciptakan 1. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 52

Page 53: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15dan penguatan konsolidasi model kemitraan kelompok peternak kecil dengan pengusaha

berbagai pihak kepentingan dan pemetaan jumlah peternak kecil Kab. Blitar dengan pengusaha calon mitra

2. Fasilitasi dan mediasi kemitraan antara para peternak kecil dengan pengusaha

ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.

2. Terwujudnya kesejahteraan peternak kecil dengan minimalisasi resiko ketidakpastian pasar.

ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.

2. Meningkatnya pendapatan rata-rata dan lebih terjaminnya usaha peternak kecil

Memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangan, yakni ternak sebagai sumberdaya, komoditas, dan penghasil produk.

1. Pemetaan komoditas ternak sesuai dengan klasifikasi ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas, dan ternak sebagai penghasil produk.

2. Produk kebijakan dasar pengaturan tata niaga berdasarkan status fungsi pemanfaatan ternak.

Terwujudnya kebijakan dasar pemanfaatan komoditas ternak berdasarkan fungsi pemanfaatan ternak

Klasifikasi usaha ternak berdasarkan fungsi pemnafaatan ternak di tiap-tiap wilayah penghasil ternak.

Pengembangan dan penguatan konsolidasi model kemitraan kelompok peternak kecil dengan

3. Layanan informasi bagi berbagai pihak kepentingan dan pemetaan jumlah peternak kecil Kab. Blitar dengan pengusaha calon mitra

4. Fasilitasi dan mediasi kemitraan antara para

3. Menciptakan ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.

4. Terwujudnya kesejahteraan peternak kecil

3. Meningkatnya ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.

4. Meningkatnya pendapatan rata-rata dan lebih

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 53

Page 54: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15pengusaha peternak kecil dengan

pengusahadengan minimalisasi resiko ketidakpastian pasar.

terjaminnya usaha peternak kecil

Pembentukan koperasi peternak usaha rakyat, khususnya di pedesaan

Pembentukan dan pengembangan koperasi peternak di tiap kelurahan/ kecamatan.

1. Penguatan swadaya kemandirian peternakan rakyat.

2. Terwujudnya peran kelembagaan yang kuat dalam mengakomodir kebutuhan peternak.

3. Meningkatnya kualitas anggota koperasi (peternak), khususnya karena pengaruh modal sosial dalam wadah koperasi

1. Terbentuknya koperasi peternak di tiap kecamatan.

2. Meningkatnya peran kelembagaan dalam mengakomodir kebutuhan peternak.

3. Meningkatnya kualitas SDM peternak kecil, khususnya menyangkut pengelolaan usaha ternak

Pembangunan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi berstandar SNI

Penambahan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi dari RPH yang sudah ada pada standar SNI dan bersertifikasi halal

Tersedianya RPH dalam jumlah cukup dengan standar SNI dan bersertifikasi halal

Adanya RPH dengan jumlah standar minimal dengan standar SNI dan bersertifikasi halal di Kab. Blitar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 54

Page 55: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15dan bersertifikasi halal dalam rangka memenuhi lonjakan permintaan pasarPengembangan agribisnis peternakan dalam sektor agribisnis usaha rakyat, agribisnis usaha menengah, dan agribisnis usaha besar.

1. Pemetaan wilayah berdasarkan usaha ternak dalam skala usaha

2. Strategi pengembangan kawasan padat ternak sesuai dengan struktur usaha dala tiap-tiap kelurahan/kecamatan

1. Tersedianya informasi usaha ternak berdasarkan skala usaha di tiap-tiap daerah

2. Terwujudnya nilai manfaat, nilai tambah, dan daya saing produk peternakan untuk mencapai kemandirian

3. Terwujudnya koordinasi kelembagaan seluruh agribisnis dalam kawasan tertentu

1. Meningkatnya nilai manfaat, nilai tambah, dan daya saing produk peternakan untuk mencapai kemandirian

2. Meningkatnya koordinasi kelembagaan seluruh agribisnis dalam kawasan tertentu

Memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan

3. Pemetaan komoditas ternak sesuai dengan klasifikasi ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas, dan

Terwujudnya kebijakan dasar pemanfaatan komoditas ternak berdasarkan fungsi

Klasifikasi usaha ternak berdasarkan fungsi pemnafaatan ternak di tiap-tiap

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 55

Page 56: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15dan pengembangan, yakni ternak sebagai sumberdaya, komoditas, dan penghasil produk.

ternak sebagai penghasil produk.

4. Produk kebijakan dasar pengaturan tata niaga berdasarkan status fungsi pemanfaatan ternak.

pemanfaatan ternak wilayah penghasil ternak.

Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang

Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan

Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Pengadaan UPT (unit pelaksana teknis) di setiap kecamatan

Pembangunan/ penambahan UPT setidaknya di setiap kecamatan atau berdasarkan angka jumlah minimal berdasarkan data populasi ternak dan peternak.

1. Tersedianya pelayanan maksimal dari Dinas Peternakan terhadap peternak

2. Berkembangnya usaha peternakan rakyat di setiap kecamatan

1. Meningkatnya pelayanan maksimal dari Dinas Peternakan terhadap peternak

2. Meningkatnya usaha peternakan rakyat di setiap kecamatan

Pengembangan inovasi teknologi tepat guna dan berbiaya rendah

1. Bantuan teknologi tepat guna bagi para peternak/asosiasi ternak, khususnya peternak kecil

2. Pengembangan inovasi teknologi peternakan

1. Tersedianya teknologi tepat guna yang bersifat menyeluruh ke peternak maupun asosiasi ternak

1. Meningkatnya penggunaan teknologi tepat guna oleh peternak.

2. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 56

Page 57: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 152. Terwujudnya

peningkatak produksi dan produktivitas ternak melalui teknologi tepat guna

produksi dan produktivitas usaha ternak

3. Meningkatnya kualitas komoditas usaha ternak

4. Adanya pusat-pusat pengembangan teknologi tepat guna.

5. Berkurangnya penyakit ternak yang dapat diatasi

Peningkatan produktivitas peternakan dari berbagai jenis komoditas

1. Fasilitas pengembangan seperti pengadaan bibit unggul dan intensifikasi inseminasi ternak

2. Program peningkatan lahan pakan hijauan ternak yang dapat dikelola oleh manajemen khusus.

3. Ketersediaan air bersih sebagai dasar kebutuhan ternak dengan program investasi publik

4. Menyediakan klinik konsultasi usaha ternak, baik

1. Tercapainya pengembangan produksi dan produktivitas ternak melalui bantuan bibit unggul dan intensifikasi inseminasi ternak

2. Terwujudnya ketersediaan lahan khusus pakan hijauan ternak dan saluran air bersih yang dikelola

1. Meningkatnya produksi dan produktivitas ternak di setiap wilayah penghasil ternak

2. Meningkatnya lahan khusus pakan hijauan ternak

3. Ketersediaan air bersih sebagai dasar kebutuhan ternak

4. Tersedianya klinik

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 57

Page 58: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15pengelolaan maupun informasi pemasaran

berdasarkan swadaya asosiasi peternak dan investasi publik

3. Terpenuhinya klinik usaha ternak sebagai media pelayanan berbasis konsumen

usaha ternak dari Dinas Peternakan kepada peternak sebagai konsumen.

Intensitas sosialisasi usaha peternakan ramah lingkungan

1. Sosialisasi usaha peternakan ramah lingkungan yang dilakukan rutin per satuan waktu

2. Insentif pada peternak yang memenuhi usaha ternak ramah lingkungan

1. Meningkatnya sosialisasi rutin perihal usaha peternakan ramah lingkungan

2. Terwujudnya usaha peternakan ramah lingkungan di Kab. Blitar

Meningkatnya usaha peternakan rakyat yang sesuai dengan standar ramah lingkungan di Kab. Blitar

Pertanian (Kehutanan dan Perkebunan)

Program prioritas pada pembangunan hutan rakyat dan perkebunan

9. Pembentukan atau pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan di tiap-tiap kecamatan penghasil komoditi mayoritas.

10. Pemantapan kawasan hutan dalam efisiensi produksi komoditas di Kab. Blitar

11. Meningkatkan peran serta masyarakat dan ruang kelola dalam pengelolaan

1. Efisiensi produksi komoditas hutan dan perkebunan rakyat yang dikelola oleh peran serta masyarakat dalam konsep masyarakat sekitar hutan.

2. Terwujudnya kawasan perkebunan agrowisata dan

1. Terbentuknya kawasan industri masyarakat perkebunan di tiap-tiap kecamatan penghasil komoditi mayoritas.

2. Meningkatnya kawasan hutan dalam efisiensi produksi komoditas di Kab. Blitar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 58

Page 59: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15

hutan (konsep masyarakat sekitar hutan).

12. Pemantapan, pembentukan dan Pengembangan kawasan perkebunan (agro) wisata dan hutan wisata (hutan lindung).

hutan wisata (hutan lindung).

3. Meningkatnya peran serta masyarakat dan ruang kelola dalam pengelolaan hutan (konsep masyarakat sekitar hutan).

4. Tersedianya kawasan perkebunan agrowisata dan hutan wisata (hutan lindung).

Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha perkebunan menjadi kelembagaan formal berbadan hukum

Pemrosesan asosiasi/kelompok usaha perkebunan yang ada menjadi lembaga formal berbadan hukum

1. Terwujudnya kelompok usaha perkebunan berbadan hukum

2. Terwujudnya peran kelembagaan yang kuat dalam mengakomodir kebutuhan petani.

3. Terwujudnya posisi tawar petani yang lebih baik

1. Tercapainya/meningkatnya asosiasi/kelompok usaha petani yang berbadan hukum.

2. Meningkatnya peran kelembagaan dalam mengakomodir kebutuhan petani.

3. Meningkatnya posisi tawar petani bila dihadapkan dengan stakeholder lain

Pembentukan Pembentukan asosiasi komoditas 1. Terciptanya Adanya kelompok tani

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 59

Page 60: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15asosiasi pada masing-masing komoditas yang belum terbentuk oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang bersifat bottom up dalam rangka penguatan kelembagaan (saat ini masih asosiasi tebu, kakao, dan tembakau).

strategis yang belum terbentuk (selain kakao, tebu, dan tembakau)

kelompok tani usaha komoditas strategis

2. Terwujudnya kekuatan asosiasi sebagai wadah kekuatan petani

komoditas strategis di Kab. Blitar

Pembangunan dan pengembangan kapasitas SDM petani melalui pendidikan formal maupun informal

Pelatihan dan pembinaan bagi petani melalui pendidikan formal dan nonformal

Terwujudnya kapasitas SDM petani yang lebih baik

1. Meningkatnya kapasitas SDM petani secara keseluruhan

2. Semakin meningkatnya tata cara budidaya petani yang lebih bervariasi dan inovatif

Pengembangan diversifikasi pola tanam (sistem

1. Intensifikasi sosialisasi sistem wanatani kepada kelompok tani

2. Pengembangan Pengelolaan

1. Terwujudnya sistem wanatani dalam pengelolaan usaha hasil hutan

1. Terbentuknya sistem wanatani dalam pengelolaan hasil hutan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 60

Page 61: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15wanatani) dalam menurunkan resiko usaha petani.

Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan

2. Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan di Kab. Blitar

2. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan di Kab. Blitar

Pengintegrasian program pembangunan hutan rakyat dengan berbagai program pembangunan hutan yang ada (PHBM, GNRHL, PBSN, dll).

Produk/pengembangan peraturan pembangunan hutan rakyat yang integratif dengan pembangunan hutan yang sudah ada

Terciptanya produk peraturan pembangunan hutan rakyat yang terintegrasi dengan program pembangunan hutan yang lain

Pengelolaan hutan yang lebih baik dengan aturan yang terintegratif

Mengintensifkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (TNI-Polisi) dalam penanganan perlindungan dan pencurian hutan

Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (TNI-Polisi) dalam penanganan perlindungan dan pencurian hutan (khususnya illegal logging dan illegal trade).

Terwujudnya pengembangan kebijakan dan peraturan terhadap perlindungan dan pencurian hutan

Berkurangnya angka pencurian hutan dan perdagangan kayu ilegal di kawaan administrasi Kab. Blitar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 61

Page 62: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15(khususnya illegal logging dan illegal trade).

Peningkatan usaha produksi dan produktivitas komoditas nonhutan

1. Menyediakan eks kawasan hutan yang tidak berhutan untuk usaha pertanian tanaman pangan/komoditi hasil hutan nonhutan.

2. Pengembangan hasil hutan nonkayu dengan upaya perbanyakan vegetatif

1. Memaksimalkan kawasan hutan nonproduktif

2. Terwujudnya peningkatan produktivitas komoditas nonhutan yang bernilai ekonomi tinggi

1. Berkurangnya kawasan hutan nonproduktif di Kab. Blitar

2. Meningkatnya produk dan produktivitas komoditas nonhutan yang bernilai ekonomi tinggi

Membangun kemitraan dengan perusahaan pengolah komoditas yang ada (konsep agroforestry).

1. Peningkatan kemitraan usaha petani dengan perusahaan pengolah komoditas

2. Fasilitasi mediasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Terwujudnya petani yang kuat dan tangguh dengan model kemitraan

Meningkatnya produk yang berhasil di pasarkan dan di jual oleh petani

Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh

Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan

Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 62

Page 63: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15lapangPeningkatan produktivitas hutan dan perkebunan di tiap-tiap wilayah penghasil komoditas di Kab. Blitar

1. Pengembangan jaringan kelembagaan agribisnis perkebunan dan kehutanan

2. Pembentukan klinik konsultasi budidaya oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

3. Pemantapan kawasan-kawasan sentra produksi komoditas unggulan pada wilayah potensial (kelurahan/kecamatan)

4. Rehabilitasi lahan kritis melalui kegiatan penghijauan dan pengembangan hutan rakyat.

5. Peningkatan produktivitas petani melalui penguatan kelembagaan kelompok tani, manajemen teknis lapangan (penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan), serta pola pembinaan yang bottom up dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

6. Meningkatkan produk peraturan dalam pengelolaan dan fungsi DAS (Daerah Aliran Sungai), khususnya pembentukan unit pengelolaannya

Terciptanya peningkatan produksi dan produktivitas hasil hutan dan perkebunan yang dikembangkan dalam rehabilitasi lahan dan air, kelembagaan, budidaya teknis, dan pemasaran.

Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil hutan dan perkebunan dalam spasial per kawasan penghasil komoditas

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 63

Page 64: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 157. Bantuan teknologi sederhana

tepat guna pada petani yang tidak memerlukan biaya tinggi

Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk pengembangan teknologi tepat dan berdaya guna bagi sektor kehutanan dan perkebunan

Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional dalam multisektor untuk pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya guna bagi sektor kehutanan dan perkebunan

Terwujudnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha kehutanan dan perkebunan

1. Meningkatnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha kehutanan dan perkebunan di Kab. Blitar

2. Meningkatnya produktivitas usaha hasil hutan dan perkebunan

3. Meningkatnya mutu produk usaha hasil hutan dan perkebunan

Peningkatan pasar domestik/ekspor hasil hutan melalui promosi, kerjasama pemasaran, dan misi dagang (harus dibentuk unit

1. Intensitas promosi komoditas dasar/olahan usaha hasil hutan Kab. Blitar dalam berbagai ajang dan kesempatan

2. Kerjasama pemasaran dengan berbagai pihak di dalam/luar negeri

3. Dibentuknya unit pengelolaan khusus dalam peningkatan

Terwujudnya jaringan pemasaran yang luas dalam/luar negeri dalam pemasaran usaha hasil hutan dan perkebunan

1. Meningkatnya jaringan pemasaran yang luas dalam/luar negeri dalam pemasaran usaha hasil hutan dan perkebunan

2. Meningkatnya jumlah

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 64

Page 65: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15pengelolaan) dan pengembangan

pemasaran usaha hasil hutan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan

penjualan/permintaan pasar hasil hutan dan perkebunan

Pertenian (Subsektor Tanaman Pangan)

Pembentukan asosiasi/gapoktan yang belum terwujud (khususnya komoditi umbi-umbian).

Membentuk asosiasi komoditas pengembangan sebagai komoditas pengembangan di Kab. Blitar

3. Terciptanya kelompok tani usaha komoditas pengembangan

4. Terwujudnya kekuatan asosiasi sebagai wadah kekuatan petani

Adanya kelompok tani komoditas sektor pengembangan di Kab. Blitar

Penyediaan layanan informasi dan perijinan usaha serta konsultasi usaha bidang pertanian oleh Dinas Pertanian

16. Optimalisasi pelayanan perijinan dan investasi di sektor pertanian.

17. Menyediakan klinik konsultasi usaha tani

1. Menciptakan iklim investasi yang baik

2. Menciptakan ketangguhan para petani dalam usaha tani

3. Terwujudnya pelayanan prima terhadap para petani

1. Meningkatnya iklim usaha/usaha di bidang pertanian

2. Meningkatnya ketangguhan para petani dalam mengelola usaha tani

3. Meningkatnya pelayanan optimal seputar usaha tani kepada parapetani

Menyediakan jaringan usaha antara gapoktan dengan pihak swasta ataupun pemerintah daerah dalam

1. Layanan informasi bagi berbagai pihak kepentingan dan pemetaan jumlah gapoktan Kab. Blitar dengan pengusaha calon mitra

2. Peningkatan jaringan usaha petani

3. Peningkatan kemitraan usaha

1. Terwujudnya peningkatan jaringan usaha petani secara luas

2. Terwujudnya petani yang kuat dan tangguh dengan model kemitraan

1. Meningkatnya ketangguhan para petani dalam usaha tani

2. Meningkatnya preferensi petani dalam menjual produknya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 65

Page 66: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15orientasi kerjasama antar pelaku agribisnis.

petani dengan perusahaan pengolahan

4. Fasilitasi dan mediasi kemitraan antara para petani dengan pengusaha

3. Terwujudnya kesejahteraan petani dengan minimalisasi resiko ketidakpastian pasar.

3. Meningkatnya produk yang berhasil di pasarkan dan di jual oleh petani

4. Meningkatnya pendapatan rata-rata dan lebih terjaminnya usaha petani

Pembentukan peraturan sebagai landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang.

1. Produksi peraturan sebagai landasan hukum pengembangan kawasan agropolitan

2. Kebijakan tata ruang yang jelas di Kab. Blitar

1. Terwujudnya kawasan agropolitan di Kab. Blitar

2. Mereduksi angka konversi lahan pertanian

1. Terciptanya kawasan agropolitan di Kab. Blitar

2. Semakin berkurangnya angka konversi lahan pertanian untuk kepentingan bisnis

Intensifikasi pembinaan terhadap gapoktan/poktan, khususnya

1. Insentif pendirian kios saprotan yang menyediakan sarana produksi yang dikelola oleh gapoktan/poktan

2. Peningkatan pembinaan dan

Terwujudnya peranan gapoktan secara optimal, khususnya sebagai penunjang kegiatan usaha tani

1. Meningkatnya kegiatan gapoktan dalam menunjang usaha tani

2. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 66

Page 67: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15dalam merangsang kegiatan kelompok

penyuluhan peran gapoktan dalam produktivitas petani

Peningkatan kualitas SDM petani

1. Pengembangan SDM petani dalam gapoktan/poktan melalui pendidikan informal

2. Pelatihan pengemasan dan standarisasi produk untuk orientasi ekspor.

Terwujudnya kapasitas SDM petani yang lebih baik, baik budidaya maupun pengolahan dan pemasaran

3. Meningkatnya kapasitas SDM petani secara keseluruhan

4. Semakin meningkatnya tata cara budidaya petani yang lebih bervariasi dan inovatif

5. Semakin baiknya standar produk, khususnya orientasi ekspor

Pengembangan sistem distribusi melalui penguatan lembaga distribusi pangan tingkat desa.

Membentuk /mengembangkan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) pada tiap-tiap gapoktan

1. Memberdayakan gapoktan dalam meningkatkan unit usaha melalui pengembangan unit-unit usaha distribusi

2. Membangun sarana penyimpanan sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani

1. Meningkatnya unit usaha distribusi pada masing-masing gapoktan

2. Meningkatnya sarana penyimpanan pada tiap gapoktan di Kab. Blitar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 67

Page 68: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15

Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian berskala kecil maupun menengah.

1. Peningkatan industri pengolahan hasil pertanian

2. Peningkatan sumberdaya lokal dalam proses bahan baku/input teknis manufakturing komoditi pertanian.

1. Terciptanya persebaran industri pengolahan hasil komoditas pertanian

2. Optimalnya penggunaan sumberdaya lokal dalam proses industri pertanian

1. Meningkatnya persebaran industri komoditas pertanian

2. Meningkatnya smberdaya lokal dalam perkembangan industri pertanian

Pengendalian, pengawasan, serta advokasi tentang mutu, standarisasi, dan keamanan produk hasil pertanian.

1. Sosialisasi tentang standardisasi mutu produk hasil pertanian

2. Mengembangkan penganekaragaman (diversifikasi) pengolahan dan konsumsi pangan di tiap-tiap kecamatan.

1. Terwujudnya produk hasil pertanian standar ekspor

2. Terwujudnya diversifikasi pengolahan dan konsumsi pangan di Kab. Blitar

1. Meningkatnya produk hasil pertanian standar ekspor

2. Meningkatnya diversifikasi pengolahan dan konsumsi pangan di Kab. Blitar

Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang

Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan

Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Pengembangan inovasi teknologi tepat guna dan berbiaya rendah

1. Bantuan teknologi tepat guna bagi para peternak/asosiasi ternak, khususnya peternak kecil

3. Pengembangan inovasi teknologi peternakan

1.Tersedianya teknologi tepat guna yang bersifat menyeluruh ke peternak maupun asosiasi ternak

1. Meningkatnya penggunaan teknologi tepat guna oleh peternak.

2. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 68

Page 69: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 152. Terwujudnya

peningkatak produksi dan produktivitas ternak melalui teknologi tepat guna

produksi dan produktivitas usaha ternak

3. Meningkatnya kualitas komoditas usaha ternak

4. Adanya pusat-pusat pengembangan teknologi tepat guna.

5. Berkurangnya penyakit ternak yang dapat diatasi

3. 3. 6.Promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan/merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda dalam berwirausaha tani.

Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan/merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda dalam berwirausaha tani.

Meningkatnya jumlah masyarakat yang berwirausaha pertanian/petani

Meningkatnya jumlah masyarakat yang berwirausaha pertanian/petani

Peingkatan produksi dan produktivitas usaha tani di Kab. Blitar

1. Pengadaan peralatan alsintan tepat guna dan berbiaya murah.

2. Pembinaan dan pelatihan pengembangan teknologi tepat guna berbiaya murah di

Terwujudnya produksi dan produktivitas capaian usaha tani, khususnya menyangkut pengadaan saprodi,

Meningkatnya produksi dan produktivitas berbagai komoditas pertanian di Kab. Blitar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 69

Page 70: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15tingkat gapoktan/poktan

3. Penyediaan benih unggul tanaman

4. Mengembangkan sentra usaha pertanian di tiap-tiap titik kawasan potensial.

5. Peningkatan produktivitas lahan dengan cara pemupukan rasional dengan mendominasi penambahan bahan organik seperti pupuk hasil sektor komoditas peternakan.

6. Rehabilitasi kerusakan daerah hulu sungai melalui penghijauan dan reboisasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

7. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani dan peternak

pelatihan dan pembinaan, pengembangan sentra produksi, rehabilitasi dan peremajaan berorientasi organik

Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk pengembangan teknologi tepat dan berdaya

Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional dalam multisektor untuk pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya guna bagi sektor pertanian

Terwujudnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian

4. Meningkatnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian di Kab. Blitar

5. Meningkatnya produktivitas usaha hasil pertanian

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 70

Page 71: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15guna bagi sektor pertanian

6. Meningkatnya mutu produk usaha hasil pertanian

Pertanian (Subsektor Perikanan dan Kelautan)

Prioritas pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan sarana prasarana penunjang dalam membantu nelayan mengatasi ruang gerak produksi.

1. Pengembangan pembangunan dan rehabilitasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang sudah ada

2. Penambahan sarana dan prasarana penunjang Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang sudah ada

Terwujudnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dapat memenuhi kebutuhan nelayan Kab.. Blitar

Mulai banyaknya nelayan Blitar yang sudah menyerahkan tangkapannya ke Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo

Optimalisasi keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi, khususnya menyangkut prasarana kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.

Pengembangan infrastruktur penunjang seperti kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.

Terwujudnya peningkatan peran keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) yang sudah ada

Meningkatnya peran Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi dalam memenuhi permintaan benih ikan

Penguatan kelembagaan nelayan

1. Pembentukan dan pengembangan Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) dan

1. Terwujudnya kekuatan kelembagaan di

1. Meningkatnya kekuatan kelembagaan di

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 71

Page 72: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15Nelayan (KPN)

2. Pembentukan koperasi nelayan dengan manajemen modern dalam menunjang

tingkat nelayan2. Terwujudnya

ketangguhan inisiasi, bergaining power, akses permodalan, sarana produksi, teknologi, jaringan pemasaran, serta lobi kebijakan pemerintah

tingkat nelayan, khususnya menyangkut akses permodalan, sarana budidaya, jaringan usaha, dan kekuatan tawar

Meningkatkan kerjasama antar daerah dalam meminimalisasi konflik perbatasan perikanan

Mengadakan kontak komunikasi antar daerah dalam menyelesaikan konflik dan mengadakan kesepakatan bersama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah administratif masin-masing.

1. Terwujudnya pengelolaan kelautan yang berkesinambungan

2. Meminimalkan konflik horizontal antar nelayan

3. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas pelayan publik, khususnya menyangkut sektor perikanan

Berkurangnya konflik horizontal antar nelayan

Peningkatan akses pasar para pembudidaya ikan

1. Menyediakan layanan informasi akses pasar ikan konsumsi.

2. Memperluas jaringan pemasaran ikan hias di antara kelompok pecinta ikan hias, breeder, dan pelaku pemasaran

3. Peningkatan promosi komoditas unggulan

1. Terwujudnya penyedia layanan informasi akses pasar ikan konsumsi

2. Terwujudnya perluasan pemasaran ikan hias

Volume penjualan komoditi perikanan yang meningkat dan menyebar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 72

Page 73: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15perikanan dalam berbagai ajang

Pengembangan kawasan komoditas unggulan

1. Pengembangan kawasan agrobisnis dan agroindustri sesuai dengan komoditas unggulan spesifik lokal

2. Pengembangan wilayah minapolitan budidaya koi seluas 30 Ha di Desa Kemloko.

3. Pengembangan kluster rumput laut di kawasan pesisir.

1. Terwujudnya kawasan pemusatan budidaya komoditas unggulan

2. Terwujudnya peningkatan produktivitas dan kualitas komoditas unggulan

1. Meningkatnya kawasan pemusatan budidaya komoditas unggulan

2. Meningkatnya produktivitas dan kualitas komoditas unggulan

Optimalisasi keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi, khususnya menyangkut prasarana kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.

Pengembangan infrastruktur penunjang seperti kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.

Terwujudnya peningkatan peran keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) yang sudah ada

Meningkatnya peran Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi dalam memenuhi permintaan benih ikan

Peningkatan mutu hasil produksi komoditi perikanan orientasi

1. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap mutu hasil perikanan orientasi ekspor asal Kab. Blitar.

2. Optimalisasi dan revitalisasi

Terwujudnya peningkatan mutu produk/produksi komoditi hasil perikanan untuk orientasi ekspor

Meningkatnya mutu produk/produksi komoditi hasil perikanan untuk orientasi ekspor

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 73

Page 74: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15ekspor sub raiser ikan hias yang

berfungsi sebagai karantina, penampungan, serta pengembangan sebelum proses penjualan/pengiriman

Peningkatan pengelolaan sumberdaya ikan berwawasn lingkungan

1. Sosialisasi/pembinaan/penyuluhan pada pelaku perikanan dan kelautan tentang pengelolaan sumberdaya ikan berwawasan lingkungan

2. Program rehabilitasi dalam menyeimbangkan pengelolaan antara pemanfaatan sumber daya dan sumber hayati.

1. Terwujudnya pengelolaan sumberdaya ikan berwawasan lingkungan

2. Terciptanya rehabilitasi penunjang dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan

1. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya ikan berwwasan lingkungan oleh pelaku perikanan

2. Meningkatnya rehabilitasi penunjang dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan

Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang

Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan

Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang

Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk

Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional dalam multisektor untuk pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya guna bagi sektor pertanian

Terwujudnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian

7. Meningkatnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian di Kab. Blitar

8. Meningkatnya

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 74

Page 75: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15pengembangan teknologi tepat dan berdaya guna bagi sektor pertanian

produktivitas usaha hasil pertanian

9. Meningkatnya mutu produk usaha hasil pertanian

Pengembangan dan peningkatan produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan darat

8. Transfer teknologi tepat guna dan berbiaya murah kepada nelayan dan pembudidaya ikan darat,

9. Penyuluhan ketrampilan budidaya, penangkapan dan pengolahan ikan/bahan olahan asal ikan.

10. Intensifikasi penyuluhan pada pengetahuan dan ketrampilan masyarakat terhadap pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit ikan

11. Bantuan induk ikan pada kelompok-kelompok pembudidaya ikan.

12. Kegiatan restoking sumberdaya ikan di perairan umum pada tiap desa/kelurahan.

13. Program pelatihan peningkatan kualitas, produktivitas serta penganekaragaman hasil dan produk olahan perikanan

Terwujudnya peningkatan produktivitas perikanan di Kab. Blitar

Meningkatnya produktivitas perikanan di Kab. Blitar

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 75

Page 76: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 1514. Peningkatan pola

pembudidayaan dengan kemitraan usaha seperti pengembangan Anti Proverty Program (APP)

2 Pertambangan dan Penggalian

Pengembangan dan Pemanfaatan potensi produk unggulan sumberdaya mineral, penggalian dan pertambangan

1. Pemetaan potensi unggulan secara komprehensif

2. Pemanfataan potensi unggulan pertambangan dan penggalian berwawasan lingkunga

Tersedianya peta potensi unggulan yang dapat dimanfaatkan dengan bijak dan berwawasan lingkungan

Meningkatnya jumlah pertambangan dan penggalian unggulan di berbagai daerah

Dinas Pertambangan dan energi

Pembangunan pertambangan dan penggalian, meningkatkan efisiensi produksi

Peningkatan efisiensi produksi dengan mengeksplorasi sumur – sumur yang baru sesuai dengan kepentingan daerah

Terciptanya efisiensi produksi dengan mengeksplorasi sumur baru sesuai dengan kebutuhan daerah

Meningkatkannya kapasitas produksi minyak dan hasil tambang lainnya

Peningkatan usaha pertambangan rakyat dengan memberikan bantun teknis

Pemberian bantun teknis kepada usaha kecil menegah (UKM) di sektor sumberdaya mineral pertambangan dan penggalian sebagai bagian dari pertambangan rakyat.

Terwujudnya UKM yang memiliki kemampuan teknis dalam pertambangan rakyat

Meningkatnya kemampuan UKM dalam mengelola pertambangan rakyat

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 76

Page 77: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15kepada usaha kecil menegah (UKM) di sektor sumberdaya mineral pertambangan dan penggalian.Membangun sistem informasi yang mudah diakses oleh pelaku usaha sektor sumberdaya pertambangan dan penggalian secara cepat, tepat, dan akurat.

Penyediaan informasi pertambangan dan penggalian yang aksesibel dan akurat serta online.

Tersedianya informasi yang mudah diakses oleh pelaku usaha sektor sumberdaya pertambangan dan penggalian secara cepat, tepat, dan akurat.

Meningkatnya jumlah investor untuk berinvestasi di sektor pertambangan dan penggalian

Pengandalian, pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian

Peningkatan Pengandalian, pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian

Terciptanya sistem pengendalian pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian

Meningkatnya pengendalian pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 77

Page 78: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 153 Industri

PengolahanPeningkatan industri berbasis bahan lokal dan alternatif penyediaan bahan tersebut dari dalam negeri

Penggiatan kesadaran kepada dunia usaha untuk menggunakan bahan baku lokal

Terwujudnya suatu produksi barang berbahan lokal

Meningkatnya produksi barang berbahan lokal

Dinas Perindustrian Dinas Kopersai dan UMKM

Peningkatan fasilitas kredit bagi UKM melalui model kemitraan dan penjaminan dari pemerintah

Fasiilitasi dan penjamin kredit bagi UKM dengan model kemitraan

Terwujudnya fasiilitasi dan penjamin kredit bagi UKM dengan model kemitraan

Meningkatnya jumlah UKM yang mendapat fasilitas dan penjaminan kredit

Peningkatan kemitraan usaha UKM dengan usaha besar dalam hal pemasaran, dan melaksanakan promosi produk didalam dan luar negeri malului pameran atau

3. Peningkatan kemitraan usaha UKM dengan usaha besar

4. Fasilitasi eksibisi/pameran produk di dalam maupun luar negeri

Terwujudnya UKM yang kuat dan tangguh dengan model kemitraan

Meningkatnya produk yang berhasil di pasarkan dan di jual oleh UKM

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 78

Page 79: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15eksibisi yang difasilitasi oleh pemerintahPenyederhanaan perijinan dan jaminan pemerintah untuk peningkatan iklim industri yang kondusif seperti faktor perburuhan, gaji dan lain sebagainya

Peningkatan iklim industri yang kondusif melalui penyederhaan ijin dan jaminan pemerintah

Terciptanya iklim yang kondusif bagi pengembangan industri

Meningkatnya jumlah industri dalam perekonomian

Penyederhanaan prosedur dan pembiayaan untuk HKI serta peningkatan kesadaran pelaku usaha untuk menerapkan standarisasi produknya

1. Peningkatan standarisasi produk

2. Penyederhanaan prosedur dan pembiayaan untuk HKI

Terwujudnya kesadaran pelaku usaha untuk menstandarisasi produknya dan mendaptarkannya di HKI

Meningkatnya jumlah produk yang terstandar dan berlabel HKI

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 79

Page 80: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15Sinkronisasi kebijakan dan strategi yang sejalan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di bidang industri

Peningkatan dan sinkronisasi kebijakan antar level pemerintahan dalam dunia industri

Terwujudnya kebijakan yang harmonis antar level pemerintahan dalam bidang industri

Meningkatnya iklim kondusif bagi industri dikarenakan adanya dukungan kebijakan dari pemerintah di berbagai level

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

Pengembangan dan pemerataan sumber energi (pengembangan desa mandiri energi, pengembangan dan pemanfaatan sumber energi baru terbaharukan)

Pengembangan desa mandiri energi

Terwujudnya desa mandiri energi

Meningkatnya jumlah desa mandiri energi

PDAMDinas PU

Pengembangan infrastruktur jaringan dan

Pembanguann jaringan infrastruktur seperti pembangkit listrik dengan menggunakan

Terwujudnya pembangkit listrik bersumber energi

Bertambahnya jumlah pembangkit listrik bersumber energi

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 80

Page 81: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15penyediaan pembangkit listrik menggunakan sumber energi alternatif

sumber energi alternatif alternatif alternatif

Pengembangan dan peningkatan kinerja pengelolaan kelistrikan gas dan air bersih

Peningkatan efisiensi pengelolaan kelistrikan, gas, dan air bersih

Terwujudnya pengelolaan yang efisien dalam kelistrikan, gas dan air bersih

Meningkatnya efisiensi pengelolaan kelistrikan, gas dan air bersih

Pengoptimalan penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik industri, masyarakat pedesaan dan rumah tangga

Penyediaan listrik yang optimal bagi industri, rumah tangga dan masyarakat pedesaan

Terwujudnya berbagai infrastruktur listrik untuk pengadaan listrik bagi dunia industri, rumah tangga dan masyarakat pedesaan

Bertambahnya kapasistas listrik bagi dunia industri, rumah tangga, dan masyarakat pedesaan

Pembinaan pengelolaan air tanah (inventarisasi potensi air

Penginventarisirani potensi air tanah, pemberdayaan, penggalian, dan pengawasan pemanfaatan air tanah

Tersedianya potensi air tanah, dan terlaksananya pemberdayaan penggalian, dan

Meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk memanfaatkan air

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 81

Page 82: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15tanah, pemberdayaan, penggalian, dan pengawasan pemanfaatan air tanah)

pengawasan pemanfaatan air tanah

tanah secara bijak

5 Konstruksi

Peningkatan dan pembangunan infrastruktur perdesaan

Pembangunan infrastruktur pedesaan yang lebih merata

Tersedianya infrastruktur pedesaan yang lebih merata

Meningkatnya jumlah infrastruktur dasar di pedesaan

Dinas Bina marga dan PU

Penyempurnaan dan revisi masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan

Penyempurnaan masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan

Meningkatnya masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan

Meningkatnya kesadaran pemerintah untuk membuat/merevisi masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Peningkatan dan penguatan kapasitas kelembagaan

Peningkatan promosi daerah untuk meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri

Terciptanya peningkatan dan penguatan kelembagaan promosi

Meningkatnya jumlah produk yang dikenal dan dijual di dalam maupun luar negeri

DisperindagDinas Koperasi dan UMKM

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 82

Page 83: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15promosi daerah sesuai kebutuhanReformulasi pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan serta memberikan kemudahan dalam perijinan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk perijinan, lokasi usaha, serta perlindungan usaha dari pungutan liar.

Pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan

Terciptanya usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan

Meningkatnya kuantitas dan kualitas usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 83

Page 84: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15Peningkatan dan pengembangan daya tarik wisata unggulan dengan melibatkan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, untuk membuka lapangan kerja, dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pengembangan daya tarik wisata unggulan secara terpadu dan komprehensif

Terwujudnya daya tarik wisata unggulan secara terpadu dan komprehensif

Meningkatnya jumlah objek wisata unggulan

Peningkatan investasi di sektor industri pariwisata,melalui penyederhanaan perijinan, dan insentif perpajakan, dan

Peningkatan investasi di sektor kepariwisataan dengan berbagai kemudahannya

Terwujudnya peningkatan investasi sektor industri pariwisata

Meningkatnya jumlah wisata diberbagai daerah

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 84

Page 85: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15kemudahan lainnya bagi investor.Pengembangan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata daerah dengan melibatkan biro/agen travel parawisata.

Peningkatan peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif

Terwujudnya peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif

Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung diberbagai obejk wisata

Pengembangan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata daerah dengan melibatkan biro/agen travel parawisata.

Peningkatan peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif

Terwujudnya peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif

Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung diberbagai obejk wisata

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 85

Page 86: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 157 Pengangkut

an dan Komunikasi

Pengembangan, Pemerataan dan Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa dalam mendukung pengembangan ekonomi desa

Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa dalam mendukung pengembangan ekonomi desa

Tersedianya Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa dalam mendukung pengembangan ekonomi desa

Meningkatnya jumlah Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa

Dinas PerhubunganDinas Bina Marga

Pengkajian dan penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi

Peningkatan penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi

Tersedianya hasil penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi yang dapat digunakan dalam pengemabilan kebijakan

Meningkatnya jumlah penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi

Pemberdayaan pembelajaran dan pelatihan Terwujudnya Meningkatnya jumlah

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 86

Page 87: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15masyarakat melalui pembelajaran dan pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat

masyarakat melek teknologi dan informasi

masyarakat melek teknologi dan informasi

8 Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pengembangan lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa-desa strategis untuk memudahkan akses permodalan khususnya bagi petani/nelayan dan usaha mikro dan kecil

Peningkatan akses permodalan bagi petani/nelayan dan usaha mikro dan kecil melalui lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa

Terbentuknya lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa

Meningkatnya jumlah lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa

Pengembangan Peningkatan akses modal/kredit Terwujudnya lembaga Meningkatnya jumlah

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 87

Page 88: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15kredit usaha rakyat bagi penduduk miskin, dan pembentukan lembaga keuangan mikro untuk melayani kebutuhan modal usaha orang miskin dengan pinjaman lunak

bagi penduduk miskinkeuangan mikro untuk memberikan kredit bagi penduduk miskin

penduduk miskin yang memperoleh modal

Pengembangan dan peningkatan sektor persewaan dan jasa perusahaan di daerah yang potensial melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi

Peningkatan kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan

Terwujudnya kerjasama yang terpadu dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan

Meningkatnya konstribusi sektor persewaan dan jasa perusahaan

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 88

Page 89: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15lainnyaPengembangan dan peningkatan sektor persewaan dan jasa perusahaan di daerah yang potensial melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya

Peningkatan kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan

Terwujudnya kerjasama yang terpadu dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan

Meningkatnya konstribusi sektor persewaan dan jasa perusahaan

9 Jasa-jasa Pengoptimalan jasa hiburan dan kebudayaan dengan inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif

Peningkatan inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif untuk meningkatkan jasa hiburan dan kebudayaan

Terciptanya inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif untuk meningkatkan jasa hiburan dan kebudayaan

Meningkatnya inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif oleh masyarakat

Pengembangan kelembagaan

Peningkatan layanan lembaga penyedia jasa pengembangan

Tersedianya lembaga penyedia jasa

Meningkatnya jumlah lembaga penyedia

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 89

Page 90: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15ekonomi dan jangkauan layanan lembaga penyedia jasa pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal

usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal

pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal

jasa pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal

Peningkatan peran institusi pendidikan termasuk perguruan tinggi untuk menyelenggarakan program vokasi

Penyelenggaraan program vokasi untuk meningkatkan skill masyarakat

Terwujudnya program vokasi untuk meningkatkan skill masyarakat

Meningkatnya program vokasi untuk meningkatkan skill masyarakat

Peningkatan peran serta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan

Penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas pelayanannya bagi peningkatan peran serta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan teknologi,

Terwujudnya sistem insentif , kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas pelayanannya bagi peningkatan peran serta dunia

Bertambahnya peran dunia usaha dan masyarakat sebagai penyedia jasa layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 90

Page 91: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator

Time Schedule SKPD Penanggung

Jawab11 12 13 14 15teknologi, manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha melalui penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas pelayanannya

manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha

usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha

dan konsultan usaha

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 91

Page 92: Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pen. gembangan Ekonomi Sektoral. Berdasarkan hasil wawancara

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016

VII - 92