Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan...
Transcript of Web viewBAB VII . RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN BLITAR. Identifikasi Permasalahan dan...
BAB VII RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN
BLITAR
7.1. Identifikasi Permasalahan dan Strategi Pengembangan Ekonomi SektoralBerdasarkan hasil wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion
dengan beberapa stakeholder seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas
Peternakan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pusat Statistik, Dinas
Parawisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini, dapat diketahui beberapa permasalahan yang bersifat umum
maupun khusus beserta strategi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Rancangan strategi atas permasalahan pada sektor ekonomi di
Kabupaten Blitar akan menentukan rencana pengembangan ekonomi yang akan
disusun pada Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kabupaten Blitar. Uraian
permasalahan dan strategi alternatif tersebut akan diuraikan per sektor sebagai
berikut.
1. SEKTOR PERTANIANKabupaten Blitar merupakan salah satu lumbung pangan provinsi Jawa
Timur, yang memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan
kebutuhan pangan nasional di subsektor tanaman pangan dan hortikultura.
Dengan potensi sumberdaya lahan yang ada, Kabupaten Blitar mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduknya (swasembada) dan memberikan
kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan Jawa Timur seperti beras,
jagung dan gula.
Namun dibalik baiknya pencapaian tersebut, Kabupaten Blitar masih
dihadapkan pada persolan mendasar di sektor pertanian, antara lain:
meningkatnya jumlah penduduk, terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi
lahan nonpertanian (industri, pemukiman, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan
lain sebagainya). Pesatnya laju pertumbuhan pembangunan di berbagai bidang
yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya lahan berimplikasi pada
pelanggaran tata ruang dan pemanfaatan lahan untuk ketahanan pangan. Pada
kondisi ini, penggunaan lahan untuk pertanian sebagai prioritas terakhir selalu
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 1
dikorbankan. Konverasi lahan pertanian terutama persawahan produktif dengan
sistem irigasi yang baik tidak dapat dihindari. Permasalahan selanjutnya adalah
tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan
informasi, perkembangan dinamika sosial budaya masyarakat, kecilnya status
dan luas kepemilikan lahan (rata-rata 0,36 hektar), terbatasnya kemampuan
pembenihan dan pembibitan nasional, terbatasnya akses petani terhadap
permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh,
masih rawannya ketahanan pangan dan energi, rendahnya nilai tukar petani dan
kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait.
Secara lebih spesifik berdasarkan hasil wawancara dengan dinas
pertanian, dinas perkebunan, dinas perikanan, dan dinas kehutanan terdapat
berbagai masalah seperti yang dimuat dalam tabel 7.1.
Tabel 7.1. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Pertanian
No Permasalahan Rancangan Strategi
1 Semakin terbatasnya lahan pertanian produktif
Menerapkan kebijakan strategis pengendalian konverasi lahan pertanian produktif, persawahan, dan lain sebagainya, ke arah perlindungan lahan pertanian produktif.
2
Rendahnya nilai tukar produk-produk pertanian dan linkages antara sektor pertanian dan industri yang cenderung asimetris.
Pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura untuk semakin mengoptimalkan potensi melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan petani.
3
Lemahnya tata niaga produk dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian yang menyebabkan pemasaran tidak efisien dan merugikan petani.
Menciptakan kebijakan harga (pricing policies) atau regulasi perlindungan harga yang proporsional untuk produk-produk pertanian khusus dan sistem pemasarannya.
4Kurang berkembangnya aspek kelembagaan yang mendukung pengembangan sektor pertanian.
Memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif di pedesaan.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 2
No Permasalahan Rancangan Strategi
5Mutu produk pertanian belum terstandarisasi dan kemasan produk tidak market friendly.
Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian melalui standarisasi dan well packaging
6Kurangnya sarana dan prasarana wilayah pendukung pengembangan sistem agribisnis.
Memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur lahan dan air serta pembenihan dan pembibitan. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida, alsintan).
7
Degradasi sumberdaya alam, lahan, air. Turunnya tingkat kesuburan dan kandungan bahan organik yang semakin rendah akibat pemakaian pupuk kimia terus-menerus (dan terkadang berlebihan), dan faktor alam yakni ancaman global waming.
Membudayakan penggunaan pupuk organik dan kimia secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah.
8
Tingkat kehilangan hasil yang masih tinggi (15%) akibat serangan hama dan penyakit, dan penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik.
Upaya untuk meminimalkan kehilangan hasil baik melalui pemeliharaan dan penanganan panen dan pascapanen yang baik dan benar
9
Menurunnya produksi rokok dalam beberapa tahun terakhir berdampak pada turunnya daya serap produksi tembakau petani oleh pabrik rokok
Mengupayakan agar terjadi keseimbangan antara produksi tembakau dan kebutuhan pabrikan, melalui inventarisasi kebutuhan masing-masing pabrikan
10
Peraturan daerah tentang rokok menurunkan harga tembakau yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan petani
Pengembangan diversifikasi usaha tani di wilayah yang kurang sesuai dan kurang diminati oleh pabrikan dengan tanaman potensial selain tembakau
11
Animo petani yang tinggi untuk menanam komoditas kakao dan potensi lahan untuk pengembangan yang lebih besar masih belum terfasilitasi.
Mengembangkan tanaman kakao rakyat dengan memberikan bantuan benih, polybag, pupuk, dan obat-obatan dalam areal yang masih terbatas
12 Masih beragamnya persepsi masyarakat terhadap keberadaan, fungsi, dan peran hutan dalam pembangunan ekonomi, ekologi, dan
Meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai keberadaan, fungsi, dan peran hutan dalam
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 3
No Permasalahan Rancangan Strategi
sosial budaya masyarakat.pembangunan ekonomi, ekologi, dan sosial budaya.
13Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Mewujudkan kawasan hutan yang mantap melalui koordinasi dan sinkronisasi tata ruang, pengukuhan, dan optimalisasi tata guna hutan.
14
Kelembagaan yang belum optimum sehingga jangkauan pembangunan kehutanan bagi masyarakat masih terbatas.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara proporsional. Mengembangkan aneka usaha kehutanan oleh pelaku usaha kecil, menengah, koperasi, dan masyarakat, serta terjalinnya hubungan antara pelaku usaha skala besar, menengah, kecil, koperasi dan masyarakat yang makin integrasi dan harmonis.
15
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta produk dari hutan rakyat secara struktural belum secara nyata mendorong pengembangan/pemberdayaan perekonomian masyarakat.
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada bidang pemanfaatan hutan, industri pengolahn hasil hutan, konservasi, dan jas lingkungan. Meningkatkan pendapatan ril masyarakat yang berusaha dalam pemanfaatan produk dan jasa hutan dan kehutanan, terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan.
16
Minat investasi di bidang kehutanan yang kurang kondusif karena sering terhambat oleh permasalahan tenurial, tumpang tindih peraturan (Pusat dengan daerah), dan kurangnya insentif permodalan, perpajakan, dan retribusi.
Mewujudkan reformasi birokrasi Kementrian Kehutanan dan Instansi kehutanan pemerintah daerah, sehingga organisasi berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya.
17 Pengembangan iptek kehutanan belum secara optimal menunjang kebutuhan informasi dalam menetapkan kebijakan dan operasionalisasi teknis pengelolaan hutan di lapangan.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kehutanan dapada sektor pemerintah dan masyarakat. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 4
No Permasalahan Rancangan Strategi
kehutanan dapada sektor pemerintah dan masyarakat.
18 Belum terintegrasinya perikanan dan industri perikanan
Meningkatkan ekspor produk perikanan unggulan dalam rangka pemantapan dan pengembangan kawasan agropolitan. Pembentukan dan pengembangan klaster komoditas perikanan unggulan berpotensi ekspor. Meningkatkan kegiatan budidaya perikanan di kawasan agropolitan dengan memberikan fasilitas pengembangan kawasan agropolitan dibidang budidaya ikan.
Berdasarkan permasalahan umum diatas, secara lebih spesifik permasalahan
dan strategi sektor pertanian dalam arti luas adalah sebagai berikut
1.1 Subsektor PeternakanKonsentrasi yang seharusnya dilakukan pemerintah daerah Kab.
Blitar adalah pada peternakan rakyat. Seperti penjelasan sebelumnya,
bahwa tipikal peternak rakyat adalah bersifat survival yang dihadapkan
pada kerentanan. Di satu sisi, posisi pemerintah, khususnya Dinas
Peternakan dapat dikatakan lebih baik. Maka, penyelamat tunggal yang
diharapkan dari keadaan yang survival dari peternakan rakyat saat ini
adalah pemerintah. Hal ini disandingkan dengan kekuatan dan peluang
yang ada.
Dari sini, pemerintah diharapkan mengangkat kelemahan dari
peternak rakyat menjadi sesuatu kekuatan. Dari kekuatan ini, langkah
berikutnya adalah mendesain agar berdaya saing tinggi hingga
mengantarkan pada titik pertumbuhan.
Dalam hal ini, strategi yang bisa dilakukan sesuai dengan
penjelasan sebelumnya adalah: (1) memposisikan ternak sesuai dengan
fungsi pemanfaatan dan pengembangan. Posisi ternak dalam buddaya
yakni ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas, dan ternak
sebagai produk. (2) pemenuhan kebutuhan dasar ternak, yang dalam hal
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 5
ini adalah pakan dan ketersediaan air. Pemenuhan pakan dalam hal ini
bisa mendorong pada tercapainya industri yang dapat tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya. Maka, penyediaan pakan bisa dilakukan
dengan penyediaan lahan khusus bagi pakan hijauan ternak. Dinas
Peternakan bisa menjamin ketersediaan pakan ternak melalui investasi
publik sebagaimana pada ketersediaan lahan irigasi dan pupuk pada
sektor pertanian. (3) usaha pengendalian penyakit, yakni penyakit dalam
hal ini bukan hanya berbahaya bagi keberlangsungan ternak, namun juga
manusia itu sendiri. Berbagai elemen yang bisa mengatasinya adalah
teknologi, instensitas penyuluhan, serta kapasitas SDM (baik penyuluh
maupun peternak). (4) Pengembangan agribisnis peternakan, yang dalam
hal ini sebenarnya dibedakan menjadi tiga, yakni: agribisnis usaha rakyat,
agribisnis usaha menengah, dan agribisnis usaha besar.
Tabel 7.2 Analisis SWOT Subsektor Peternakan
FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL
PELUANG
1. Laju konsumsi hewani yang terus melonjak di pasaran dunia, nasional, maupun regional.
2. Banyaknya permintaan produk hasil ternak, khususnya industri pengolahan produk ternak tingkat lanjut.
3. Kebijakan pada pengembangan peternakan nasional, khususnya regulasi komoditas ternak unggulan.
4. Rangsangan dari investor yang semakin banyak, khususnya produk makanan berbahan produk ternak.
5. Semakin sadarnya masyarakat dan pengusaha ternak akan usaha ternak yang ramah lingkungan, sehingga resiko hambatan eksternal usaha ternak menjadi berkurang (bahkan bisa 0%).
KEKUATAN
1. Keunggulan sebagai penghasil komoditas telur hasil produk ternak yang mampu memenuhi 70% kebutuhan telur Jawa Timur, dan 30% kebutuhan nasional.
2. Terdapat tiga kawasan yang mempunyai keunggulan komparatif penghasil ternak unggas, ternak besar dan kecil (Kec. Srengat, Ponggok, dan Gandusari).
3. Meratanya produktivitas komoditas ternak, khususnya ternak unggas, sapi potong, dan ternak nonunggulan.
4. Budaya masyarakat (sosiokultural) yang menjadikan peternakan sebagai tradisi mata pencaharian karena sudah tersistem secara turun-temurun.
5. Kondisi geografis dan topografis yang mendukung usaha peternakan, khususnya dalam kecukupan pakan hijauan ternak dan iklim untuk sapi perah.
6. Jaringan pemasaran yang sudah terbentuk begitu kuat (khususnya interlinkage seperti kemitraan dan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 6
rekanan bisnis).7. Sudah terbentuknya interlinkage
permodalan antara perbankan dan peternak yang dimediasi Dinas Peternakan.
8. Peran asosiasi pengusaha ternak dalam menularkan informasi input, output, dan pasar.
9. Penyerapan tenaga kerja sektor peternakan yang selalu mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
ANCAMAN
1. Standardisasi global yang cukup sulit untuk dipenuhi produk peternakan rakyat sebagai pelaku mayoritas.
2. Kerentanan harga yang sering jatuh dalam waktu singkat, khususnya komoditi ternak sebagai komoditas dan penghasil produk.
3. Daerah lain yang mempunyai kesamaan sumberdaya dan sosiokultural masyarakat seputar peternakan akan menjadi pesaing perebutan pasar.
4. Sifat dari komoditi ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, khususnya ternak unggas dengan flu burung.
5. Resiko usaha peternakan yang tinggi seperti permodalan, harga, pasar, dan penyakit yang bisa mengurangi rangsangan usaha ternak, khususnya peternakan rakyat.
KELEMAHAN
1. Belum memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangannya, seperti antara ternak sebagai sumberdaya, sebagai komoditas, dan ternak sebagai penghasil produk.
2. Sifat kemadirian usaha ternak masih belum terwujud karena belum ada model manajemen satu atap (aglomerasi) yang memanajemen sektor hulu hingga hilir.
3. RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang masih minim (belum mencukupi standar kebutuhan minimal.
4. Jumlah UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari Dinas Peternakan hanya ada di dua kecamatan.
5. Fasilitas pengembangan seperti pengadaan bibit dan inseminasi ternak masih kurang.
6. Keterbatasan klasik seputar dana pengembangan yang berimbas pada sarana dan prasarana penunjang performa SKPD Dinas Peternakan.
7. SDM Peternak kecil (rakyat) yang rata-rata rendah, serta karakter peternak yang masih konvensional.
8. SDM tenaga penyuluh yang masih kurang.
9. Pakan ternak masih impor, sedangkan pakan hijauan ternak malah menimbulkan inefisiensi karena tersedot pada pengupahan tenaga kerja pencari pakan yang mahal.
10.Penerapan teknologi yang konvensional.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 7
11.Sulitnya pengadaan bibit ternak unggul.12.Rendahnya pengolahan tahap lanjut
pada komoditas hasil ternak.13.Penentu harga masih dipegang oleh
peran pedagang
Berdasarkan permasalahan dan analisisi SWOT diatas, maka dapat disimpulkan
strategi pengembangan sebagai berikut :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 8
Tabel 7.3 Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Stengths-S
1. Keunggulan sebagai penghasil komoditas telur hasil produk ternak yang mampu memenuhi 70% kebutuhan telur Jawa Timur, dan 30% kebutuhan nasional.
2. Terdapat tiga kawasan yang mempunyai keunggulan komparatif penghasil ternak unggas, ternak besar dan kecil (Kec. Srengat, Ponggok, dan Gandusari).
3. Meratanya produktivitas komoditas ternak, khususnya ternak unggas, sapi potong, dan ternak nonunggulan.
4. Budaya masyarakat (sosiokultural) yang menjadikan peternakan sebagai tradisi mata pencaharian karena sudah tersistem secara turun-temurun.
5. Kondisi geografis dan topografis yang mendukung usaha peternakan, khususnya dalam kecukupan pakan hijauan ternak dan iklim untuk sapi perah.
6. Jaringan pemasaran yang sudah terbentuk begitu kuat (khususnya interlinkage seperti kemitraan dan rekanan bisnis).
7. Sudah terbentuknya interlinkage permodalan antara perbankan dan peternak yang dimediasi Dinas Peternakan.
8. Peran asosiasi pengusaha ternak dalam menularkan
Weaknesses-W
1. Belum memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangannya, seperti antara ternak sebagai sumberdaya, sebagai komoditas, dan ternak sebagai penghasil produk.
2. Sifat kemandirian usaha ternak masih belum terwujud karena belum ada model manajemen satu atap (aglomerasi) yang memanajemen sektor hulu hingga hilir.
3. RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang masih minim (belum mencukupi standar kebutuhan minimal.
4. Jumlah UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari Dinas Peternakan hanya ada di dua kecamatan.
5. Fasilitas pengembangan seperti pengadaan bibit dan inseminasi ternak masih kurang.
6. Keterbatasan klasik seputar dana pengembangan yang berimbas pada sarana dan prasarana penunjang performa SKPD Dinas Peternakan.
7. SDM Peternak kecil (rakyat) yang rata-rata rendah, serta karakter peternak yang masih konvensional.
8. SDM tenaga penyuluh yang masih kurang.
9. Pakan ternak masih impor, sedangkan pakan hijauan ternak malah menimbulkan inefisiensi karena tersedot pada pengupahan tenaga kerja pencari pakan yang mahal.
10.Penerapan teknologi yang konvensional.
11.Sulitnya pengadaan bibit ternak unggul.
12.Rendahnya pengolahan tahap
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 9
informasi input, output, dan pasar.
9. tenaga kerja sektor peternakan yang selalu mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
lanjut pada komoditas hasil ternak.
13.Penentu harga masih dipegang oleh peran pedagang
Opportunities-O
1. Laju konsumsi hewani yang terus melonjak di pasaran dunia, nasional, maupun regional.
2. Banyaknya permintaan produk hasil ternak, khususnya industri pengolahan produk ternak tingkat lanjut.
3. Kebijakan pada pengembangan peternakan nasional, khususnya regulasi komoditas ternak unggulan.
4. Rangsangan dari investor yang semakin banyak, khususnya produk makanan berbahan produk ternak.
5. Semakin sadarnya masyarakat dan pengusaha ternak akan usaha ternak yang ramah lingkungan, sehingga resiko hambatan eksternal usaha ternak menjadi berkurang (bahkan bisa 0%).
Strategi SO
1. Penguatan mediasi dari Dinas Peternakan kepada peternakan rakyat dan pihak permodalan seperti perbankan.
2. Pembentukan koperasi peternak usaha rakyat, khususnya di pedesaan.
3. Pengembangan dan penguatan model kemitraan kelompok peternak dengan pengusaha.
4. Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha ternak menjadi kelembagaan formal berbadan hukum.
5. Penguatan model kontrak farming antara peternak dan perusahaan swasta/negara.
6. Penguatan konsolidasi kelembagaan di tingkat petani.
7. Penguatan jaringan pemasaran dengan Dinas Peternakan sebagai pusat informasi dan fasilitator, maupun mediator.
8. Pembentukan konsultasi usaha ternak di Dinas Peternakan.
9. Melakukan promosi sektor peternakan dari Dinas Peternakan dalam berbagai ajang dalam rangka menarik minat investor.
Strategi WO
1. Pengadaan UPT (unit pelaksana teknis) di setiap kecamatan.
2. Pemenuhan kebutuhan dasar ternak, yakni penyediaan lahan pakan hijauan ternak dan ketersediaan air dengan dukungan investasi publik.
3. Prioritas alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur, teknologi, pengadaan sarana dan prasarana peternakan.
4. Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang.
5. Intensitas sosialisasi usaha peternakan ramah lingkungan dari Dinas Peternakan.
Treaths-T Strategi ST Strategi WT
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 10
1. Standardisasi global yang cukup sulit untuk dipenuhi produk peternakan rakyat sebagai pelaku mayoritas.
2. Kerentanan harga yang sering jatuh dalam waktu singkat, khususnya komoditi ternak sebagai komoditas dan penghasil produk.
3. Daerah lain yang mempunyai kesamaan sumberdaya dan sosiokultural masyarakat seputar peternakan akan menjadi pesaing perebutan pasar.
4. Sifat dari komoditi ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, khususnya ternak unggas dengan flu burungnya.
5. Resiko usaha peternakan yang tinggi seperti permodalan, harga, pasar, dan penyakit yang bisa mengurangi rangsangan usaha ternak, khususnya peternakan rakyat.
1. Pengembangan agribisnis peternakan dalam sektor agribisnis usaha rakyat, agribisnis usaha menengah, dan agribisnis usaha besar.
2. Sebaiknya mengadakan regulasi penerapan pilihan komoditas atau kelompok komoditas disesuaikan dengan potensi dan keunggulan komparatif wilayah.
1. Diperlukan pembangunan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi berstandar SNI dan bersertifikasi halal dalam rangka memenuhi lonjakan permintaan pasar.
2. Memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangan, yakni ternak sebagai sumberdaya, komoditas, dan penghasil produk.
3. Usaha pengendalian penyakit secara intens melalui teknologi, intensitas penyuluhan, dan pembangunan kapasitas SDM penyuluh dan peternak.
4. Penerapan model manajemen satu atap yang mengatur dari sektor hulu hingga hilir.
5. Menciptakan kebijakan dan perlindungan harga pada produk-produk peternakan.
6. Mengusulkan penyediaan alokasi anggaran DIPA-APBN dalam perbaikan dan peningkatan jumlah RPH (Rumah Pemotongan Hewan).
7. Penguatan aspek permodalan, kelembagaan peternak, harga, pemasaran, dan informasi pasar dalam bentuk regulasi dan eksekusi.
1.2 Subsektor Kehutanan dan PerkebunanSektor kehutanan dan perkebunan tak bisa dipisahkan dari gambaran
geografis maupun topografis dari suatu wilayah. Luas Kabupaten Blitar
sendiri mencapai 1.588,79 km2 yang habis terbagi dalam 22 kecamatan, 248
desa/kelurahan atau lebih tepatnya 28 kelurahan dan 220 desa. Kabupaten
Blitar merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata diatas
100 meter di atas permukaan air laut. Dan sekitar 6 daerah di pegunungan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 11
yang mempunyai ketinggian wilayah diatas 300 meter di atas permukaan
laut, yakni: Kecamatan Wates, Wonotirto, Doko, Gandusari, Nglegok, dan
Kecamatan Panggungrejo. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas
wilayah diatas 100 km2 adalah Kecamatan Wonotirto, Kecamatan
Panggungrejo, Bakung, Kademangan, serta Kecamatan Ponggok. Dari data
ini, dengan demikian yang mempunyai luas wilayah diatas 100 km2 dan
dengan ketinggian diatas 300 meter adalah Kecamatan Wonotirto dan
Kecamatan Panggungrejo.
Sedangkan daerah pegunungan adalah bagian sebelah selatan
hingga ke timur. Di bagian selatan Kabupaten Blitar juga terbentang daerah
pantai. Sedangkan gunung yang tidak aktif dan dapat dijadikan lahan hutan
rakyat atau konservasi adalah Gunung Betet, Klitik, Gunung Gede, serta
Gunung Pegat. Sedangkan gunung yang aktif adalah Gunung Kelud. Sungai yang membentang mendapatkan Kabupaten Blitar terbagi menjadi
dua bagian, yakni utara dan selatan. Bagian utara mempunyai struktur tanah
yang lebih subur dibandingkan dengan wilayah bagian selatan.
Sedangkan luas lahan berdasarkan tata guna hutan yakni
digolongkan atas hutan tetap dan hutan yang dikonfersikan. Hutan tetap
menurut fungsinya dibedakan menjadi empat kategori, yakni hutan lindung,
hutan suaka alam, hutan wisata, serta hutan produksi tetap. Sedangkan
perkebunan digolongkan kedalam dua kategori, yakni jenis perkebunan
rakyat dan perkebunan besar. Perkebunan besar terdiri dari perkebunan milik
pemerintah dan perkebunan swasta.
Luas hutan secara umum di Kabupaten Blitar dari tahun ke tahun
terus mengalami penurunan. Terkecuali untuk tahun 2006 mengalami
peningkatan menjadi 43.968,9 Ha yang sebelumnya tahun 2005 masih
34.969,6 Ha. Untuk tahun selanjutnya, yakni 2007 hingga tahun 2009 terus
mengalami penurunan hingga menjadi 27.312,2 Ha yang sebelumnya di
tahun 2006 sebesar 43.968,9. Dapat dikatakan, selama kurun waktu empat
tahun luas hutan mengalami degradasi lahan hingga mencapai 16.656,7 Ha.
Komoditas unggulan untuk kehutanan sendiri di Kabupaten Blitar
meliputi komoditas sengon, jabon, dan jati. Sedangkan komoditas
perkebunan meliputi kakao, kelapa, kopi, cengkeh, tebu, dan tembakau. Bila
dihubungkan dengan luas lahan yang semakin berkurang, akan berdampak
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 12
pada produktivitas komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan dalam
jangka panjangnya.
Tanaman semusim dibedakan menjadi komoditas tebu, tembakau
lokal, dan tembakau virginia. Dimana luas areal terbanyak adalah komoditas
tebu yang mencapai 6.715,00 Ha. Sedangkan untuk tanaman tahunan yang
mempunyai luas lahan terbanyak adalah kakao dengan total luas lahan
2.263,20 Ha, dimana terdiri dari tanaman yang sudah tua (tidak lagi produktif)
sebesar 53,75 Ha (proporsi 2,4%), kemudian tanaman yang sudah
menghasilkan (produktif) seluas 1.173,25 Ha (proporsi 51,8%), dan sisanya
adalah tanaman yang belum menghasilkan (bakal produktif) seluas 1.036,20
Ha atau dengan proporsi 45,8%. Dapat dikatakan, komoditas kakao di
Kabupaten Blitar mayoritas lahan masih produktif dengan regenerasi yang
cukup baik, begitu juga untuk komoditas unggulan lain untuk tanaman
tahunan seperti kopi, kelapa, cengkeh. Bila dilihat, untuk tanaman semusim
juga demikian, dimana untuk komoditas tebu mempunyai cakupan lahan
yang luas, terkecuali untuk tembakau yang mungkin karena sifatnya pada
pergantian pola tanam.
Pada tabel diatas, komoditas subsektor kehutanan yang mempunyai
produksi terbanyak adalah komoditas sengon dengan produktivitas yang
terus menunjukkan peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan
subsektor perkebunan yang mempunyai produksi terbanyak adalah
komoditas tebu, dimana di tahun 2010 mencapai 499.712,85 ton dengan
produktivitas mencapai 78.600 kg/ha. Komoditas sengon dan jabon bila dapat
dikembangkan lagi akan berdampak posistif dalam pengembangan ekonomi
rakyat. Hal ini disebabkan permintaan kedua komoditas tersebut untuk bahan
baku industri, khususnya sebagai bahan kayu plafon dan sekat rumah,
maupun furniture. Apalagi data dari sebuah penelitian menyebutkan
Indonesia masih kekurangan sekitar 9 juta m3 kayu per tahun. Sehingga
menyebabkan terus naiknya harga kayu. Dari data di lapangan tercatat dalam
9 tahun terakhir kenaikan harga kayu mencapai 300% atau sekitar naik 30%
per tahun.
Namun demikian, yang sebenarnya juga mempunyai nilai jual tinggi
adalah seperti komoditas kakao, kopi, tembakau, dan cengkeh, namun
selama ini belum menunjukkan produktivitas yang maksimal. Maka,
peningkatan produktivitas pada komoditas ini perlu dilakukan. Hasil olahan ini
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 13
harus disyaratkan adanya teknologi pengolahan dan tempat penjualan yang
berprinsip pada aglomerasi berdasarkan keunggulan spasial. Bila hal ini tidak
memungkinkan karena keterbatasan anggaran, yang perlu dilakukan adalah
optimalisasi peran kelompok tani, seperti gapoktan tanaman kakao, dan
sejenisnya. Bila belum terdapat kelompok asosiasi, yang perlu dilakukan oleh
Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah membentuk wadah sebagai media
orientasi pemasaran, pengolahan, dan pembinaan. Hal ini bisa
dikonsentrasikan pada masing-masing daerah yang notabene mempunyai
keunggulan per komoditas.
Namun demikian, produksi dan produktivitas pada komoditas
kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Blitar belum diimbangi dengan hasil
olahan yang terintegrasi yang juga tinggi. Pada tabel diatas, wujud produksi
yang mempunyai produksi tinggi adalah tanaman tebu yang mencapai
527.127,50 ton, kemudian diikuti kelapa sebesar 22.062,23 ton. Begitupun
dengan produktivitas, komoditas tebu masih menempati peringkat pertama
sebesar 78.500,00 kg/ha/thn. Sedangkan komoditas yang mempunyai jumlah
petani terbanyak adalah kelapa dengan jumlah 33.713 petani, diikuti kakao
sejumlah 3.466, dan kemudian sebesar tebu 3.415.
Selain olahan komoditas utama kehutanan dan perkebunan, yang
perlu untuk dilihat adalah potensi berbagai produk hutan yang bisa
dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, serta diharapkan
dapat mereduksi tekanan pengangguran dan kontribusinya terhadap
pembangunan daerah.
Selain itu, jumlah hutan lindung dan produksi pada tiap BKPH (Bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan) juga begitu beragam. Dengan total luas lahan
untuk kedua jenis hutan tersebut di Kabupaten Blitar mencapai 57.327,1 Ha,
BKPH terbesar adalah Wlingi dengan total 12.380,1 Ha (atau sebesar
21,5%), diikuti Campurdarat sebesar 10.381,6 Ha atau sebesar 18,1%,
kemudian yang terbesar ketiga adalah BKPH LodoyoBarat dengan angka
7.983,8 Ha.
Sedangkan luas tanah kosong (Ha) di KPH (Kesatuan Pemangkuan
Hutan) di tahun 2009 mencapai 1.106,4 Ha. Namun angka ini sudah menurun
drastis dibanding tahun 2008 yang masih 10.703,9 Ha. Dengan demikian
dapat dikatakan selama satu tahun dari 2008 ke 2009 telah terjadi
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 14
pemanfaatan lahan kosong di KPH Blitar mencapai 9.597,5 Ha. Angka di
tahun 2009 untuk lahan kosong dimana kecamatan penyumbang terbesar
adalah BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) LodoyoBarat sebesar
340,4 Ha, kemudian Kalidawir (274,8 Ha), dan Kesamben (258,4 Ha).
Dari uraian penjelasan berbagai data diatas, sebenarnya beberapa
tujuan dalam arah strategi pengembangan sektor kehutanan dan perkebunan
adalah mewujudkan fungsi dan manfaat hutan yang optimal dan
berkelanjutan, meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya
saing, serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan pendapatan asli
daerah. Strategi yang apat diusulkan dari berbagai pernyataan dari uraian
data kehutanan dan perkebunan Kabupaten Blitar dengan demikian adalah
mengupayakan rehabilitasi hutan dan lahan kritis atau kosong, pemntapan
kawasan hutan, tertib dalam pengelolaan dan pengusahaan hutan, serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan.
Selain itu, menyangkut permasalahan klasik seputar kehutanan dan
perkebunan adalah sarana dan prasarana yang masih sangat kurang.
Ditunjang dengan terbatasanya anggaran dalam pengembangan komoditi
hasil hutan dan perkebunan yang ada di Kabupaten Blitar.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 15
Tabel 7.4 Analisis SWOT Subsektor Kehutanan dan Perkebunan
FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL
PELUANG
1. Peluang aspek politis berupa UU No. 22 Tahun 1999 sebagai landasan kemandirian daerah, termasuk pengelolaan sektor kehutanan dan perkebunan.
2. Banyaknya permintaan pasar hasil kayu. Dimana market potensial lebih mendominasi karena demand yang belum diimbangi dengan supply hasil kayu.
3. Terus meroketnya harga kayu di pasaran hingga 30%/tahun dapat mengotimalkan profit dari hasil hutan.
4. Pengaruh sosiokultur dan semakin tertariknya masyarakat dengan komoditas perkebunan, khususnya kakao.
5. Pengembangan hutan lindung sebagai kawasan hutan wisata.
6. Potensi kawasan perkebunan sebagai konsep kawasan agrowisata perkebunan.
7. Potensi lahan kawasan selatan Kab. Blitar yang cocok dengan komoditas kelapa sawit.
KEKUATAN
1. Faktor wilayah geografis yang mendukung, seperti terdapatnya enam (6) pegunungan yang dapat menjadi hutan rakyat atau konversi.
2. Lahan luas yang mayoritas masih produktif dengan regenerasi yang cukup/sangat baik, sangat potensial untuk spasial pengembangan komoditas unggulan, khususnya perkebunan
3. Banyaknya varian jenis komoditas perkebunan yang mempunyai demand market yang tinggi.
4. Tingginya swadaya kelompok tani perkebunan yang berperan signifikan dalam kesejahteraan anggota.
5. Potensi komoditas hutan nonkayu yang bernilai ekonomi tinggi.
6. Teknik bercocok tanam masyarakat yang sudah mumpuni.
7. Luasnya lahan perkebunan di Kabupaten Blitar.
8. Terus menyusutnya lahan kritis di berbagai KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan).
9. Potensi penghasil atsiri yang bernilai ekonomi tinggi di Kab. Blitar.
ANCAMAN
1. Ancaman degradasi lahan hutan yang terus menurun dalam tahun-tahun mendatang. Dalam kurun empat tahun terakhir sudah mencapai 16.656,7 Ha.
2. Ancaman terhadap produktivitas berbagai komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan seiring dengan ancaman degradasi lahan.
3. Penebangan dan pembalakan hutan yang sulit dikontrol.
4. Lemahnya penegakan peraturan seputar kehutanan yang dapat mengancam produktivitas dan kelestarian hutan.
KELEMAHAN
1. Masih rendahnya produktivitas komoditas yang sebenarnya mempunyai potensial value added dan harga mentah yang tinggi.
2. Rendahnya hasil pengolahan produk kehutanan dan perkebunan.
3. Minimnya sentuhan teknologi pengolahan pasca produksi (hasil tebangan dan panen).
4. Belum optimalnya bantuan (seperti saprodi komoditi perkebunan) dari Pemerintah Daerah Tingkat II.
5. Pola pembinaan yang tidak intensif dari Pemerintah Daerah Tingkat II.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 16
5. Peningkatan emisi global yang tinggi dan kerentanan perubahan iklim mengancam keberlangsungan sektor kehutanan dan perkebunan.
6. Rendahnya kondisi sarana dan prasarana penunjang kinerja dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Juga kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki petani.
7. Keterbatasan dana berimbas pada target kinerja yang sulit untuk tercapai. Seperti program rehabilitasi hutan dan lahan, serta program peningkatan produk perkebunan.
8. Rendahnya asosiasi kelompok penghasil komoditas kehutanan dan perkebunan (saat ini hanya asosiasi tembakau, tebu, dan kakao).
9. Lemahnya peraturan dan eksekusi penebangan hutan ilegal.
10.Sinergisitas yang masih rendah antara kehutanan, perkebunan dan pariwisata.
11.Masih rendahnya produksi hutan nonkayu yang sebenarnya potensial dalam segi harga dan pasar.
12.Pelaksanaan pembangunan kehutanan masih kurang memperhatikan kaitan antar sektor dan subsektor untuk keberhasilan seluruh sistem.
Berdasarkan pemaparan dan analisis SWOT diatas, maka dapat
disimpulkan strategi pengembangan sebagai berikut :
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 17
Tabel 7.5 Startegi Pengembangan Subsektor Kehutanan dan Perkebunan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Stengths-S
1. Faktor wilayah geografis yang mendukung, seperti terdapatnya enam (6) pegunungan yang dapat menjadi hutan rakyat atau konversi.
2. Lahan luas yang mayoritas masih produktif dengan regenerasi yang cukup/sangat baik, sangat potensial untuk spasial pengembangan komoditas unggulan, khususnya perkebunan.
3. Banyaknya varian jenis komoditas perkebunan yang mempunyai demand market yang tinggi.
4. Tingginya swadaya pada kelompok tani yang ada yang berperan signifikan dalam kesejahteraan anggota.
5. Potensi komoditas hutan nonkayu yang bernilai ekonomi tinggi.
6. Teknik bercocok tanam masyarakat yang sudah mumpuni.
7. Luasnya lahan perkebunan di Kabupaten Blitar.
8. Terus menyusutnya lahan kritis di berbagai KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan).
9. Potensi penghasil atsiri yang bernilai ekonomi tinggi di Kab. Blitar.
Weaknesses-W
1. Masih rendahnya produktivitas komoditas yang sebenarnya mempunyai potensial value added dan harga mentah yang tinggi.
2. Rendahnya hasil pengolahan produk kehutanan dan perkebunan.
3. Minimnya sentuhan teknologi pengolahan pasca produksi (hasil tebangan dan panen).
4. Belum optimalnya bantuan (seperti saprodi komoditi perkebunan) dari Pemerintah Daerah Tingkat II.
5. Pola pembinaan yang tidak intensif dari Pemerintah Daerah Tingkat II.
6. Rendahnya kondisi sarana dan prasarana penunjang kinerja dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Juga kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki petani.
7. Keterbatasan dana berimbas pada target kinerja yang sulit untuk tercapai. Seperti program rehabilitasi hutan dan lahan, serta program peningkatan produk perkebunan.
8. Rendahnya asosiasi kelompok penghasil komoditas kehutanan dan perkebunan (saat ini hanya asosiasi tembakau, tebu, dan kakao).
9. Lemahnya peraturan dan eksekusi penebangan hutan ilegal.
10.Sinergisitas yang masih rendah antara kehutanan, perkebunan dan pariwisata.
11.Masih rendahnya produksi hutan nonkayu yang sebenarnya potensial dalam segi harga dan pasar.
12.Pelaksanaan pembangunan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 18
kehutanan masih kurang memperhatikan kaitan antar sektor dan subsektor untuk keberhasilan seluruh sistem.
Opportunities-O
1. Peluang politis berupa UU No. 22 Tahun 1999 sebagai landasan kemandirian daerah, termasuk sektor kehutanan dan perkebunan.
2. Banyaknya permintaan pasar hasil kayu. Dimana market potensial lebih mendominasi karena demand yang belum diimbangi dengan supply hasil kayu.
3. Terus meroketnya harga kayu di pasaran hingga 30%/tahun dapat mengotimalkan profit dari hasil hutan.
4. Pengaruh sosiokultur dan semakin tertariknya masyarakat dengan komoditas perkebunan, khususnya kakao.
5. Pengembangan hutan lindung sebagai kawasan hutan wisata.
6. Potensi kawasan perkebunan sebagai konsep kawasan agrowisata perkebunan.
7. Potensi lahan kawasan selatan Kab. Blitar yang cocok dengan komoditas kelapa sawit.
Strategi SO
1. Penegasan program pembangunan hutan rakyat sebagai program prioritas.
2. Diberlakukan diversifikasi pola tanam (sistem wanatani) dalam menurunkan resiko usaha petani.
3. Pembentukan atau pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan di tiap-tiap kecamatan penghasil komoditi mayoritas.
4. Menciptakan jaringan kelembagaan agribisnis perkebunan serta klinik konsultasi oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
5. Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha perkebunan menjadi kelembagaan formal berbadan hukum.
6. Pembangunan dan pengembangan kapasitas SDM petani melalui pendidikan formal maupun informal.
7. Pemantapan kawasan-kawasan sentra produksi komoditas unggulan pada wilayah potensial.
8. Rehabilitasi lahan kritis melalui kegiatan penghijauan dan pengembangan hutan rakyat.
Strategi WO
1. Peningkatan produktivitas petani melalui penguatan kelembagaan kelompok tani, manajemen teknis lapangan (penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan), serta pola pembinaan yang bottom up dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
2. Pengintegrasian program pembangunan hutan rakyat dengan berbagai program pembangunan hutan yang ada (PHBM, GNRHL, PBSN, dll).
3. Pemantapan kawasan hutan dalam efisiensi produksi komoditas kehutanan dan perkebunan di Kab. Blitar.
4. Membangun kemitraan dengan perusahaan pengolah komoditas yang ada (konsep agroforestry).
5. Bantuan teknologi sederhana tepat guna pada petani yang tidak memerlukan biaya tinggi.
6. Pembentukan asosiasi pada masing-masing komoditas oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang bersifat bottom up dalam rangka penguatan kelembagaan (saat ini masih asosiasi tebu, kakao, dan tembakau).
7. Pemantapan, pembentukan dan Pengembangan kawasan perkebunan (agro) wisata dan hutan wisata (hutan lindung).
8. Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk pengembangan teknologi tepat
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 19
dan berdaya guna.Treaths-T
1. Ancaman degradasi lahan hutan yang terus menurun dalam tahun-tahun mendatang. Dalam kurun empat tahun terakhir sudah mencapai 16.656,7 Ha.
2. Ancaman terhadap produktivitas berbagai komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan seiring dengan ancaman degradasi lahan.
3. Penebangan dan pembalakan hutan yang sulit dikontrol.
4. Lemahnya penegakan peraturan seputar kehutanan yang dapat mengancam produktivitas dan kelestarian hutan.
6. Peningkatan emisi global yang tinggi dan kerentanan perubahan iklim mengancam keberlangsungan sektor kehutanan dan perkebunan.
Strategi ST
1. Prioritas pengupayaan rehabilitasi hutan dan lahan kritis.
2. Pengembangan Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan.
3. Produksi peratuan dalam mendorong iklim usaha di bidang kehutanan secara sah dan benar.
4. Mengintensifkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (TNI-Polisi) dalam penanganan perlindungan dan pencurian hutan (khususnya illegal logging dan illegal trade).
5. Meningkatkan produk peraturan dalam pengelolaan dan fungsi DAS (Daerah Aliran Sungai), khususnya pembentukan unit pengelolaan.
6. Menyediakan eks kawasan hutan yang tidak berhutan untuk usaha pertanian tanaman pangan/komoditi hasil hutan nonhutan.
Strategi WT
1. Tertib adminsitrasi dalam pengelolaan dan pengusahaan program kehutanan dan perkebunan.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan ruang kelola dalam pengelolaan hutan (konsep masyarakat sekitar hutan).
3. Monitoring dan evaluasi yang bersifat multipihak terhadap program kegiatan kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan.
4. Pengembangan hasil hutan nonkayu dengan upaya perbanyakan vegetatif.
5. Peningkatan pasar domestik/ekspor hasil hutan melalui promosi, kerjasama pemasaran, dan misi dagang (harus dibentuk unit pengelolaan).
1.3 Subsektor PertanianSektor pertanian di Kabupaten Blitar merupakan prioritas.
Dikatakan prioritas karena sumbangan terhadap PDRB begitu besar
dibandingkan dengan sektor lain mengingat kultur dan kondisi geografi di
Kabupaten Blitar sangat mendukung perkembangan sektor pertanian.
Sedangkan kajian menarik dari sektor pertanian adalah ketersediaan
lahan. Dalam hal ini, di Kabupaten Blitar tanah atau lahan menurut
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 20
penggunaannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni tanah sawah
dan tanah bukan sawah. Penggunaan tanah sawah menurut jenis
pengairannya terdiri dari sawah dengan pengairan teknis dan pengairan
sederhana. Sedangkan tanah nonsawah terdiri atas pekarangan dan
halaman, tegalan/kebun/juma, padang rumput, tambak, kolam, dan hutan.
Kabupaten Blitar sendiri mempunyai luas lahan sebesar 158.879
Ha yang terbagi menjadi lahan sawah dan nonsawah. Untuk lahan sawah
sebesar 19,98%, dan selebihnya sebesar 80,02 adalah lahan nonsawah.
Dari total lahan sawah tersebut, 69,41 persen merupakan lahan sawah
berpengairan teknis, sedangkan 11,42 persen berpengairan setengah
teknis, berpengairan sederhana sebesar 13,83 persen, dan sisanya
sebesar 1,96 persen pada desa/Non PU, dan 3,38 persen merupakan
tadah hujan. Dapat dikatakan, sistem pengairan di Kabupaten Blitar
terbilang cukup bagus dengan dominannya berpengairan teknis dan
setengah teknis. Namun demikian, proporsi yang sedikit dari lahan sawah
daripada lahan nonsawah di satu sisi cukup berpengaruh signifikan
terhadap produksi tanaman pangan strategis.
Untuk lahan nonsawah dilihat dari penggunaannya tampak bahwa
luas tegal/kebun menduduki luas terbesar yakni 35,37 persen, diikuti
rumah dan pekarangan sebesar 27 persen, sedangkan sisanya untuk
penggembalaan/padang rumput, tambak, kolam, sementara tidak
diusahakan, hutan perkebunan dan lainnya.
Sehubungan dengan itu dalam pembahasan ini, yang perlu untuk
dikaji adalah tanaman pangan dan holtikultura. Sebagian dari komoditas
yang tercakup dalam subsektor tanaman bahan makanan adalah
kelompok padi yang merupakan komoditas unggulan utama selain
jagung.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 21
Tabel 7.6 Analisis SWOT Subsektor Pertanian
FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL
PELUANG
1. Kebijakan revitalisasi pertanian secara nasional, pemerintah daerah tingkat I, dan pemerintah daerah tingkat II.
2. Kebijakan ketahanan pangan nasional.3. Penemuan-penemuan kultivar-kultivar
unggul yang mempunyai potensi keunggulan produktivitas dan kualitas pada tiap-tiap komoditi.
4. Tingginya permintaan produk-produk pertanian, khususnya dari tanaman holtikultura di pasaran nasional maupun global.
5. Tingginya inovasi produk olahan tanaman pangan.
6. Iklim investasi di Indonesia yang kondusif dan prospektif, termasuk untuk terjun ke sektor pertanian.
7. Maraknya pembangunan dan pengembangan pertanian berbasis sebagai objek wisata
KEKUATAN
1. Faktor sosiokultural dan kondisi geografis yang sangat mendukung dalam perkembangan sektor pertanian (seperti budaya pertanian dan struktur kondisi kesuburan tanah, khususnya di kawasan utara).
2. Sistem pengairan yang cukup bagus dengan mayoritas berpengairan teknis dan setengah teknis pada total lahan sawah.
3. Teknik budidaya petani holtikultura lokal yang sudah dapat mengendalikan masa panen.
4. Terus meningkatnya laju produksi tanaman padi dan palawija.
5. Banyak produk pertanian memiliki nilai ekonomi tinggi, khususnya subsektor tanaman holtikultura.
6. Sudah terbentuknya brand image pada beberapa komoditas unggulan, seperti rambutan dan nanas.
ANCAMAN
1. Ancaman aspek politis berupa penggenjotan pendapatan daerah yang berdampak pada produk peraturan yang tidak memihak sektor pertanian, khususnya mengenai lahan.
2. Ancaman krisis air yang berimbas pada produksi pertanian akibat maraknya konversi lahan pertanian.
3. Kerentanan konversi jenis tanaman sayur-sayuran oleh petani karena harga yang sangat fluktuatif di pasaran dapat mengancam ketidakstabilan produksi.
4. Acaman hawa wereng yang bersifat menyebar di Jawa Timur dapat berimbas pada gagal panen dalam jumlah besar.
5. Semakin kecilnya minat masyarakat untuk terjun ke sektor pertanian, khususnya generasi muda.
KELEMAHAN
1. Masifnya konversi lahan pertanian menjadi kawasan bisnis dan perumahan hingga rata-rata 100 Ha/ tahun di Kab. Blitar.
2. Belum adanya kebijakan tata ruang yang jelas di Kabupaten Blitar yang menyebabkan penyusutan lahan pertanian akibat konversi semakin membesar.
3. Luas lahan pertanian yang sempit (hanya 10% dari total luas wilayah Kab. Blitar).
4. Minoritasnya lahan sawah yang didasarkan atas penggunaannya (hanya 19,98% dari total).
5. Proporsi yang terus menurun pada produksi komoditi ubi jalar yang dijadikan sebagai komoditi potensial dan andalan di Kabupaten Blitar.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 22
6. Iklim yang tidak menentu dapat menjadi kendala secara teknis.
7. Mahalnya biaya pengembangan produksi dan pengolahan, khususnya pengolahan komoditi sektor pertanian.
8. Persaingan produk sejenis pada konteks sektor unggulan wilayah dengan daerah/kabupaten lain.
9. Kebijakan liberalisai berbagai sektor, termasuk sektor pertanian yang mengadakan impor dan dapat menekan harga lokal.
10.Lemahnya sistem perbenihan dan pembibitan nasional (deptan.go.id).
11.Belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, khususnya karena pengaruh kultural masyarakat yang sulit beralih dari komoditi beras.
12.Ketergantungan terhadap bahan baku impor bagi industri pengolah produk agribisnis.
6. Tingkat pengolahan produk pertanian yang masih rendah (masih dalam satu tahap pengolahan).
7. Belum adanya industri pengolahan bahan baku komoditi unggulan/potensial.
8. Keterbatasan SDM pengolahan sektor pertanian yang tepat guna.
9. Keterbatasan anggaran dalam pengembangan produk prioritas pengembangan (umbi-umbian) di Kabupaten Blitar.
10.Kondisi sarana dan prasarana pengembangan dan pengolahan produk prioritas pengembangan masih terpusat pada desa (pada program P2KP di tiap-tiap desa).
11.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat monopsoni di tingkat hulu (petani).
12.Kapasitas sarana distribusi petani yang terbatas, bahkan sebagian tidak mempunyai sarana distribusi.
13.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat oligopsoni di tingkat hilir (pengepul).
14.Sifat penyuluhan pertanian oleh para PPL yang masih bersifat top down.
15.Sempitnya kepemilikan lahan budidaya oleh petani (mayoritas masih buruh dan penyakap).
16.Lemahnya kekuatan kelompok tani sebagai wadah penyuluhan secara teknis dan aspek pasar.
17.Akses gerak yang terbatas dari para petani dalam mengembangkan usaha tani karena faktor terbatasnya akses permodalan dengan bunga lunak.
18.Keperluan pengadaan bibit dan pupuk yang rentan diselewengkan oleh para pelaku pasar.
19.Belum adanya asosiasi yang memayungi komoditi umbia-umbian sebagai produk pengembangan Kab. Blitar.
20.Belum optimalnya pemanfaatan lahan, seperti tegalan yang masih ditanami tanaman musiman, dan jika musim kemarau akan berubah menjadi lahan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 23
kritis.21.Belum padunya berbagai elemen (Dinas
Pertanian, BP4K, Disperindag, Dinas Koperasi, dan masyarakat) dalam pengembangan komoditas andalan, khususnya subsektor pengembangan ketahanan pangan.
Berdasarkan pemaparan diatas dan hasil analisis SWOT diatas, maka dapat
disimpulkan strategi pengembangan sebagai berikut :
Tabel 7.7 Strategi Pengembangan Subsektor Pertanian
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Stengths-S
1. Faktor sosiokultural dan kondisi geografis yang sangat mendukung dalam perkembangan sektor pertanian (seperti budaya pertanian dan struktur kondisi kesuburan tanah, khususnya di kawasan utara).
2. Sistem pengairan yang cukup bagus dengan mayoritas berpengairan teknis dan setengah teknis pada total lahan sawah.
3. Teknik budidaya petani holtikultura lokal yang sudah dapat mengendalikan masa panen.
4. Terus meningkatnya laju produksi tanaman padi dan palawija.
5. Banyak produk pertanian memiliki nilai ekonomi tinggi, khususnya subsektor tanaman holtikultura.
6. Sudah terbentuknya brand image pada beberapa komoditas unggulan, seperti rambutan dan nanas.
Weaknesses-W
1. Masifnya konversi lahan pertanian menjadi kawasan bisnis dan perumahan hingga rata-rata 100 Ha/ tahun di Kab. Blitar.
2. Belum adanya kebijakan tata ruang yang jelas di Kabupaten Blitar yang menyebabkan penyusutan lahan pertanian akibat konversi semakin membesar.
3. Luas lahan pertanian yang sempit (hanya 10% dari total luas wilayah Kab. Blitar).
4. Minoritasnya lahan sawah yang didasarkan atas penggunaannya (hanya 19,98% dari total).
5. Proporsi yang terus menurun pada produksi komoditi ubi jalar yang dijadikan sebagai komoditi potensial dan andalan di Kabupaten Blitar.
6. Tingkat pengolahan produk pertanian yang masih rendah (masih dalam satu tahap pengolahan).
7. Belum adanya industri pengolahan bahan baku komoditi unggulan/potensial.
8. Keterbatasan SDM pengolahan sektor pertanian yang tepat guna.
9. Keterbatasan anggaran dalam pengembangan produk
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 24
prioritas pengembangan (umbi-umbian) di Kabupaten Blitar.
10.Kondisi sarana dan prasarana pengembangan dan pengolahan produk prioritas pengembangan masih terpusat pada desa (pada program P2KP di tiap-tiap desa).
11.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat monopsoni di tingkat hulu (petani).
12.Kapasitas sarana distribusi petani yang terbatas, bahkan sebagian tidak mempunyai sarana distribusi.
13.Sifat dari pasar pertanian di Kabupaten Blitar yang masih bersifat oligopsoni di tingkat hilir (pengepul).
14.Sifat penyuluhan pertanian oleh para PPL yang masih bersifat top down.
15.Sempitnya kepemilikan lahan budidaya oleh petani (mayoritas masih buruh dan penyakap).
16.Kesenjangan yang cukup tinggi antara potensi produksi dan capaian produksi yang telah dilakukan.
17.Lemahnya kekuatan kelompok tani sebagai wadah penyuluhan secara teknis dan aspek pasar.
18.Akses gerak yang terbatas dari para petani dalam mengembangkan usaha tani karena faktor terbatasnya akses permodalan dengan bunga lunak.
19.Keperluan pengadaan bibit dan pupuk yang rentan diselewengkan oleh para pelaku pasar.
20.Belum adanya asosiasi yang memayungi komoditi umbia-umbian sebagai produk pengembangan Kab. Blitar.
21.Belum optimalnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 25
pemanfaatan lahan, seperti tegalan yang masih ditanami tanaman musiman, dan jika musim kemarau akan berubah menjadi lahan kritis.
22.Belum padunya berbagai elemen (Dinas Pertanian, BP4K, Disperindag, Dinas Koperasi, dan masyarakat) dalam pengembangan komoditas andalan, khususnya subsektor pengembangan ketahanan pangan.
Opportunities-O
1. Kebijakan revitalisasi pertanian secara nasional, pemerintah daerah tingkat I, dan pemerintah daerah tingkat II.
2. Kebijakan ketahanan pangan nasional.
3. Penemuan-penemuan kultivar-kultivar unggul yang mempunyai potensi keunggulan produktivitas dan kualitas pada tiap-tiap komoditi.
4. Tingginya permintaan produk-produk pertanian, khususnya dari tanaman holtikultura di pasaran nasional maupun global.
5. Tingginya inovasi produk olahan tanaman pangan.
6. Iklim investasi di Indonesia yang kondusif dan prospektif, termasuk untuk terjun ke sektor pertanian.
7. Maraknya
Strategi SO
1. Mentransformasikan peran gapoktan menjadi lembaga koperasi tingkat desa.
2. Strategi promosi untuk lebih memperkenalkan brand komoditi unggulan Kab. Blitar sebagai langkah value creation.
3. Pembentukan konsep agrowisata, khususnya di kecamatan penghasil komoditas unggulan seperti Kecamatan Wonotirto dan Panggungrejo yang berdataran tinggi.
4. Penyediaan klinik konsultasi dan sistem data dan informasi pembangunan pertanian yang integratif dan mudah diakses oleh petani (personal/gapoktan).
Strategi WO
1. Pembentukan peraturan sebagai landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang.
2. Penyediaan layanan informasi perijinan usaha dan konsultasi usaha bidang pertanian oleh Dinas Pertanian yang meliputi usaha pengolahan dan penyimpanan pasca panen.
3. Intensifikasi pembinaan terhadap gapoktan/poktan, khususnya dalam merangsang kegiatan kelompok seperti mendirikan kios saprotan yang menyediakan sarana produksi yang dikelola gapoktan/poktan.
4. Pengembangan SDM petani melalui gapoktan/poktan melalui pendidikan informal.
5. Menyediakan jaringan usaha antara gapoktan dengan pihak swasta ataupun pemerintah daerah dalam orientasi kerjasama antar pelaku agribisnis.
6. Pengembangan infrastruktur fisik dab kelembagaan di tiap-tiap kecamatan.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 26
pembangunan dan pengembangan pertanian berbasis sebagai objek wisata.
7. Sistem pengemasan dan standarisasi produk untuk orientasi ekspor.
8. Pengadaan peralatan alsintan tepat guna dan berbiaya murah.
9. Pengadaan dan pembinaan pengembangan teknologi tepat guna berbiaya murah di tingkat gapoktan/poktan.
10. Penyediaan benih unggul tanaman.
11. Optimalisasi pelayanan perijinan dan investasi di sektor pertanian.
12. Pembentukan asosiasi/gapoktan yang belum terwujud (khususnya komoditi umbi-umbian).
13. Pengembangan sistem distribusi melalui penguatan lembaga distribusi pangan tingkat desa.
14. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian berskala kecil maupun menengah.
15. Mengembangkan sentra usaha pertanian di tiap-tiap titik kawasan potensial.
Treaths-T
1. Ancaman aspek politis berupa penggenjotan pendapatan daerah yang berdampak pada produk peraturan yang tidak memihak sektor pertanian, khususnya mengenai lahan.
2. Ancaman krisis air yang berimbas pada produksi pertanian akibat maraknya konversi lahan pertanian.
3. Kerentanan konversi
Strategi ST
1. Perlunya lembaga pusat informasi dan pelayanan produk agribisnis sebagai penguatan posisi tawar terhadap berbgai sumberdaya seperti pasar eksternal, permodalam, teknologi, dan hubungan kemitraan.
2. Peningkatan produktivitas lahan dengan cara pemupukan rasional dengan mendominasi penambahan bahan organik seperti pupuk hasil sektor peternakan.
Strategi WT
1. Pembangunan saluran permanen dan rehabilitasi jaringan irigasi di tiap-tiap kecamatan.
2. Pengadaan alat pembuat pupuk organik sebagai kemandirian input usahatani petani.
3. Pembentukan/pengembangan jaringan kemitraan usaha antara gapoktan dan pihak swasta.
4. Pembuatan peraturan/kebijakan sebagai patokan hukum pengaturan tata ruang yang jelas.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 27
jenis tanaman sayur-sayuran oleh petani karena harga yang sangat fluktuatif di pasaran dapat mengancam ketidakstabilan produksi.
4. Acaman hawa wereng yang bersifat menyebar di Jawa Timur dapat berimbas pada gagal panen dalam jumlah besar.
5. Semakin kecilnya minat masyarakat untuk terjun ke sektor pertanian, khususnya generasi muda.
6. Iklim yang tidak menentu dapat menjadi kendala secara teknis.
7. Mahalnya biaya pengembangan produksi dan pengolahan, khususnya pengolahan komoditi sektor pertanian.
8. Persaingan produk sejenis pada konteks sektor unggulan wilayah dengan daerah/kabupaten lain.
9. Kebijakan liberalisai berbagai sektor, termasuk sektor pertanian yang mengadakan impor dan dapat menekan harga lokal.
10.Lemahnya sistem perbenihan dan pembibitan nasional (deptan.go.id).
11.Belum berjalannya diversifikasi pangan
3. Rehabilitasi kerusakan daerah hulu sungai melalui penghijauan dan reboisasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
4. Optimalisasi/maksimalisasi penggunaan sumberdaya lokal dalam proses bahan baku/input teknis manufakturing komoditi pertanian.
5. Mengembangkan penganekaragaman (diversifikasi) pengolahan dan konsumsi pangan di tiap-tiap kecamatan.
6. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani dan peternak (kerjasama dengan Dinas Peternakan).
7. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan/merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda dalam berwirausaha tani.
5. Pembatasan ijin peruntukan lahan dan pendirian bangunan di kawasan lahan pertanian.
6. Pengendalian, pengawasan, serta dvokasi tentang mutu, standarisasi, dan keamanan produk hasil pertanian.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 28
dengan baik, khususnya karena pengaruh kultural masyarakat yang sulit beralih dari komoditi beras.
12.Ketergantungan terhadap bahan baku impor bagi industri pengolah produk agribisnis.
1.4 Sektor Perikanan dan KelautanDalam konteks ini, perikanan dibedakan atas perikanan laut dan
perikanan darat. Perikanan darat dirinci menjadi penangkapan ikan di
perairan umum dan budidaya pemeliharaan ikan di tambak, kolam,
kerambah, dan sawah. Sedangkan perikanan laut ditangkap secara
bebas ataupun juga dengan budidaya. Yang perlu diketahui, Kabupaten
Blitar sendiri memiliki pantai terbentang sepanjang 45 km dengan luas 4
mil laut = 26.100 ha luas 12 mil laut = 63.330 hektar dan luas Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) = 1.305.500 ha. Ini berarti potensi sumberdaya
laut yang ada di Kabupaten Blitar untuk 4 mil laut mencapai 1.044
ton/tahun, untuk 12 mil laut mencapai 3.133 ton/tahun dan ZEE sebesar
52.220 ton/tahun.
Namun begitu sampai sekarang pemanfaatan oleh nelayan
Kabupaten Blitar atas potensi tersebut baru mencapai 10 % dari potensi
laut yang ada. Pada tahun 2008 jumlah tangkapan ikan yang paling
banyak adalah Cakalang sebanyak 178.808 Kg, tongkol (64.310 Kg),
lemuru (28.722 Kg), layang (9.187 Kg), Cucut (3.755 Kg), tuna (3.311
Kg), Kue (2.983 Kg), udang barong (2.791 Kg), pari 92.443 Kg),
bambangan (2.305 Kg), cendro (966 Kg) dan kerapu (568 Kg). Armada
atau kapal yang dipergunakan para nelayan masih sangat sederhana
dengan ukuran relatif kecil dengan perlengkapan sederhana sehingga
belum mampu menjaga fishing-ground yang luas dari Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE). Selain potensi laut yang ada di Pantai Tambakrejo juga
sedang dikembangkan budidaya rumput laut yang melibatkan nelayan
sekitar dengan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Kelautan. Potensi lain
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 29
yang mempunyai nilai produktif adalah budidaya tambak udang didaerah
serang.
Salah satu kendala pengembangan potensi sektor perikanan
khususnya perikanan laut di Kabupaten Blitar disebabkan sangat
terbatasnya sarana perasarana dan infrastruktur diantaranya adanya
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI). Nelayan Blitar masih ragu untuk
mengembangkan usahanya karena belum ada tempat pendaratan yang
memadahi dan memberikan rasa aman sehingga nelayan Blitar yang
memperoleh hasil tangkapan yang banyak lebih memilih mendaratkan
hasil tangkapannya di PPI Sendang Baru (Kabupaten Malang) dan PPI
Prihi (Kabupaten Trengalek) yang memiliki fasilitas lengkap.
Oleh sebab itu mulai Tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Blitar
secara bertahap membangun Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang
berlokasi di Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto. Pembagunan PPI
Tambakrejo diharapkan akan mampu mengungkit perekonomian di
Kabupaten Blitar khususnya wilayah Blitar Selatan yang selama ini relatif
tertinggal. PPI Tambakrejo dimasa mendatang akan sangat stategis bagi
pengembangan Kabupaten Blitar apalagi dengan dibangunnya
(dibukanya Jalur lintas selatan (JLS) di Kabupaten Blitar.
Komitmen Pemerintah Daerah untuk segera merealisasikan
pembangunan PPI Tambakrejo terbentur oleh kondisi penganggaran
yang relatif kecil setiap tahunnya baik dari APBN, APBD I maupun APBD
II. Agar proses tersebut dapat dipercepat, Kabupaten Blitar sangat
membutuhkan dukungan dan partisipasi dari investor domestik maupun
mancanegara yang memiliki proyeksi jangka panjang pembangunan
sektor maritime di Indonesia, khususnya di Kabupaten Blitar. Beberapa
peluang yang ditawarkan antara lain: pembangunan pabrik pembuatan
kapal, pabrik pengolahan/pengalengan ikan, pergudangan dan
pendinginan ikan, fasilitas perparkiran, fasilitas perumahan/hotel/restoran,
peningkatan sarana jalan, air bersih dan kelistrikan, dll sesuai dengan
kesepakatan dengan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah telah memiliki 2 (dua) Balai Benih Ikan (BBI)
di Kecamatan Wlingi, namun karena belum mampu memenuhi seluruh
permintaan benih ikan jadi masih sangat dimungkinkan beberapa investor
untuk masuk menggarap sub sektor ini. Untuk mencukupi kekurangan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 30
benih ikan, petani ikan di Kabupaten Blitar harus mendatangkan benih
dari luar seperti Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang sehingga
memakan ongkos biaya transportasi yang tidak sedikit secara kontinyu.
Sedangkan untuk ekspor ikan hias Koi, sebagai produsen utama
ikan hias Koi di Indonesia, bisnis ini pernah mencapai puncaknya pada
tahun 2000-an kemudian secara drastis turun karena wabah penyakit
yang membuat ikan Koi Kabupaten Blitar terisolasi. Sekarang setelah
penyakit ini bisa teratasi dan produksi ikan Koi mulai menanjak,
dibutuhkan eksportir – eksportir yang kompeten dan memiliki jaringan
pemasaran yang luas.
Tabel 7.8 Analisis SWOT Subsektor Perikanan dan Kelautan
FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL
PELUANG
1. Tingginya permintaan global hasil ikan, baik jenis ikan konsumsi maupun ikan hias .
2. Dicanangkannya pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan berbasis masyarakat.
3. Akses pasar yang sangat luas dari sektor perikanan.
4. Penggalakan industri berbasis sumberdaya alam, khususnyaa industri berbasis perikanan (fisheries-based industries) oleh pemerintah.
5. Semakin gencarnya dunia perbankan dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan, khususnya program kredit.
6. Potensi laut selatan yang begitu besar, dan belum digali secara optimal.
7. Banyaknya industri subsektoral yang dapat dibangun/dikembangkan melalui sektor perikanan dan kelautan (seperti pengalengan, galangan, pengolahan per komoditi, dll).
KEKUATAN
1. Kabupaten Blitar mempunyai bentangan pantai yang panjang dengan potensi yang sangat besar pada perikanan laut.
2. Potensi ikan darat yang juga begitu besar, khususnya ditinjau dari sosiokultural masyarakat serta tipikal lahan yang mempunyai sumber air dangkaldi kawasan utara.
3. Sudah terbentuknya brand image Kabupaten Blitar sebagai penghasil ikan hias koi terbaik di Indonesia.
4. Cukup tingginya jumlah masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan dan buruh nelayan.
5. Tingginya potensi rumput laut berkualitas tingi di sepanjang pantai pesisir selatan Kab. Blitar.
6. Jaringan pemasaran yang luas dan sudah terbentuk dari para eksportir ikan koi di Kab. Blitar.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 31
ANCAMAN
1. Kebanyakan nelayan masih menyerahkan hasil tangkapan ke Pelabuhan Pendaratan Ikan di Malang (PPI sendang biru) dan Trenggalek (PPI Prihi).
2. Penurunan hasil produksi karena faktor anomali iklim yang tak menentu menyebabkan migrasi ikan di Samudera Hindia.
3. Daya beli masyarakat sekitar/dalam negeri yang rendah terhadap produk perikanan.
4. Ancaman produksi perikanan darat budidaya ikan karena faktor anomali iklim, berkurangnya tingkat kesuburan lahan, menyusutnya luas lahan ikan, serta masih mahalnya harga pakan ikan.
5. Aspek politis berupa otonomi daerah dapat memperumit perbatasan wilayah laut antar daerah/kabupaten.
6. Semakin ketatnya persyaratan ekspor hasil perikanan terkait mutu dan keamanan pangan.
7. Tingkat persaingan produk perikanan di pasaran global makin tinggi.
KELEMAHAN
1. Masih rendahnya pemanfaatan ikan laut oleh nelayan lokal yang sampai saat ini masih sekitar 10%.
2. Armada atau kapal yang dipergunakan para nelayan masih sangat sederhana dengan ukuran relatif kecil dengan perlengkapan sederhana sehingga belum mampu menjaga fishing-ground yang luas dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).
3. Terbatasnya sarana prasarana, serta infrastruktur seperti Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo.
4. Terbatasnya anggaran untuk pegadaan infrastruktur, baik APBN, APBD I dan APBD II.
5. Sistem pemasaran masih perorangan dan sulit diorganisasi, khususnya pemantauan dari pemerintah.
6. Masih rendahnya jumlah kapal perasional nelayan (masih 400 kapal) jika dibandingkan dengan jumlah nelayan.
7. Skala kepemilikan budidaya ikan tawar rata-rata sangat kecil (kurang lebih 0,1 Ha) yang bersifat terpencar.
8. Hasil ikan tangkap sulit berkembang karena faktor alam seperti ombak besar dan angin kencang yang berdampak pendeknya hari operasional nelayan.
9. Sarana perahu nelayan yang rata-rata masih di bawah standar, seperti kekuatan perahu yang masih kurang dari 2 GT (grasston).
10.Kurang ayaknya tempat berlabuh kapal yang ada.
11.Kerentanan proses produksi
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 32
pembudidaya karena keterbatasan permodalan kredit, sarana produksi, informasi pasar, serta teknologi.
12.Rendahnya konsep penangkapan ikan yang ramah lingkungan di lingkungan nelayan.
13.Masih mahalnya harga pakan ikan.14.Masih awamnya nelayan lokal dengan
permodalan dunia perbankan.15.Kondisi Balai Benih Ikan (BBI) di
Kecamatan Wlingi belum mampu memenuhi seluruh permintaan benih ikan.
16.Kerentanan penyakit pada komoditas ikan hias karena peredaran ikan dari berbagai daerah.
Berdasarkan pemaparan di atas dan analisis SWOT, maka dapat dirumuskan
strategi pengembangan sebagai berikut :
Tabel 7.9 Strategi Pengembangan Subsektor Perikanan dan Kelautan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Stengths-S
1. Kabupaten Blitar mempunyai bentangan pantai yang panjang dengan potensi yang sangat besar pada perikanan laut.
2. Potensi ikan darat yang juga begitu besar, khususnya ditinjau dari sosiokultural masyarakat serta tipikal lahan yang mempunyai sumber air dangkal di kawasan utara.
3. Sudah terbentuknya brand image Kabupaten Blitar sebagai penghasil ikan hias koi terbaik di Indonesia.
4. Cukup tingginya jumlah
Weaknesses-W
1. Masih rendahnya pemanfaatan ikan laut oleh nelayan lokal yang sampai saat ini masih sekitar 10%.
2. Armada atau kapal yang dipergunakan para nelayan masih sangat sederhana dengan ukuran relatif kecil dengan perlengkapan sederhana sehingga belum mampu menjaga fishing-ground yang luas dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).
3. Terbatasnya sarana prasarana, serta infrastruktur seperti Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo.
4. Terbatasnya anggaran untuk pegadaan infrastruktur, baik APBN, APBD I dan APBD II.
5. Sistem pemasaran masih perorangan dan sulit diorganisasi,
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 33
masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan dan buruh nelayan.
5. Tingginya potensi rumput laut berkualitas tingi di sepanjang pantai pesisir selatan Kab. Blitar.
6. Jaringan pemasaran yang luas dan sudah terbentuk dari para eksportir ikan koi di Kab. Blitar.
khususnya pemantauan dari pemerintah.
6. Masih rendahnya jumlah kapal perasional nelayan (masih 400 kapal) jika dibandingkan dengan jumlah nelayan.
7. Skala kepemilikan budidaya ikan tawar rata-rata sangat kecil (kurang lebih 0,1 Ha) yang bersifat terpencar.
8. Hasil ikan tangkap sulit berkembang karena faktor alam seperti ombak besar dan angin kencang yang berdampak pendeknya hari operasional nelayan.
9. Sarana perahu nelayan yang rata-rata masih di bawah standar, seperti kekuatan perahu yang masih kurang dari 2 GT (grasston).
10.Kurang layaknya tempat berlabuh kapal yang ada.
11.Kerentanan proses produksi pembudidaya karena keterbatasan permodalan kredit, sarana produksi, informasi pasar, serta teknologi.
12.Rendahnya konsep penangkapan ikan yang ramah lingkungan di lingkungan nelayan.
13.Masih mahalnya harga pakan ikan.
14.Masih awamnya nelayan lokal dengan permodalan dunia perbankan.
15.Kondisi Balai Benih Ikan (BBI) di Kecamatan Wlingi belum mampu memenuhi seluruh permintaan benih ikan.
16. Kerentanan penyakit pada komoditas ikan hias karena peredaran ikan dari berbagai
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 34
daerah.
Opportunities-O
1. Tingginya permintaan global hasil ikan, baik jenis ikan konsumsi maupun ikan hias .
2. Dicanangkannya pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan berbasis masyarakat.
3. Akses pasar yang sangat luas dari sektor perikanan.
4. Penggalakan industri berbasis sumberdaya alam, khususnyaa industri berbasis perikanan (fisheries-based industries) oleh pemerintah.
5. Semakin gencarnya dunia perbankan dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan, khususnya program kredit.
6. Potensi laut selatan yang begitu besar, dan belum digali secara optimal.
7. Banyaknya industri subsektoral yang dapat dibangun/dikembangkan melalui sektor perikanan dan kelautan (seperti pengalengan, galangan, pengolahan per komoditi, dll).
Strategi SO
1. Memperbesar skala usaha dengan membangun dan mengembangkan kawasan sentra berpola intensifikasi dan diversifikasi usaha perikanan dan kelautan.
2. Pengembangan kawasan agrobisnis dan agroindustri sesuai dengan komoditas unggulan spesifik lokal.
3. Pengembangan kluster rumput laut di kawasan pesisir.
4. Program peningkatan kualitas, produktivitas serta penganekaragaman hasil dan produk olahan perikanan melalui promosi ke investor dalam rangka memenuhi permintaan pasar.
5. Pola pembudidayaan dengan kemitraan usaha seperti pengembangan Anti Proverty Program (APP) yang sudah dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Blitar.
6. Memperluas jaringan pemasaran ikan hias di antara kelompok pecinta ikan hias,
Strategi WO
1. Prioritas pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan sarana prasarana penunjang dalam membantu nelayan mengatasi ruang gerak produksi.
2. Transfer teknologi tepat guna dan berbiaya murah, dan ketrampilan budidaya, penangkapan dan pengolahan ikan/bahan olahan asal ikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan/rekanan hasil kemitraan.
3. Pembentukan Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) dan Nelayan (KPN), serta koperasi dengan manajemen modern dalam menunjang ketangguhan inisiasi, bergaining power, akses permodalan, sarana produksi, teknologi, jaringan pemasaran, serta lobi kebijakan pemerintah.
4. Intensifikasi penyuluhan pada pengetahuan dan ketrampilan masyarakat terhadap pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit ikan.
5. Pelatihan penganekaragaman usaha perikanan dan kelautan.
6. Pengembangan usaha perikanan dan kelautan melalui usaha pemberian modal serta pemberian sarana dan prasarana kerja lunak.
7. Optimalisasi keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi, khususnya menyangkut prasarana kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 35
breeder, dan pelaku pemasaran.
7. Pengembangan wilayah minapolitan budidaya koi seluas 30 Ha di Desa Kemloko.
8. Pemanfaatan luas lahan budidaya rumput laut yang belum tergarap (sekitar 196 Ha) di Pantai Tumpakkepuh dan Peh Pulo.
Treaths-T
1. Kebanyakan nelayan masih menyerahkan hasil tangkapan ke Pelabuhan Pendaratan Ikan di Malang (PPI sendang biru) dan Trenggalek (PPI Prihi).
2. Penurunan hasil produksi karena faktor anomali iklim yang tak menentu menyebabkan migrasi ikan di Samudera Hindia.
3. Daya beli masyarakat sekitar/dalam negeri yang rendah terhadap produk perikanan.
4. Ancaman produksi perikanan darat budidaya ikan karena faktor anomali iklim, berkurangnya tingkat kesuburan lahan, menyusutnya luas lahan ikan, serta masih mahalnya harga pakan
Strategi ST
1. Mengadakan kontak komunikasi antar daerah dalam menyelesaikan konflik dan mengadakan kesepakatan bersama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah administratif masin-masing.
2. Optimalisasi dan revitalisasi sub raiser ikan hias yang berfungsi sebagai karantina, penampungan, serta pengembangan sebelum proses penjualan/pengiriman ke luar daerah.
3. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau, dan air tawar, khususnya di kawasan agropolitan.
Strategi WT
1. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap mutu hasil perikanan asal Kab. Blitar.
2. Reproduksi peraturan larangan peredaran ikan asal Kab. Blitar.
3. Sosialisasi/pembinaan/penyuluhan pada pelaku perikanan dan kelautan tentang pengelolaan sumberdaya ikan berwawasan lingkungan.
4. Program rehabilitasi dalam menyeimbangkan pengelolaan antara pemanfaatan sumber daya dan sumber hayati.
5. Bantuan induk ikan pada kelompok-kelompok pembudidaya ikan.
6. Kegiatan restoking sumberdaya ikan di perairan umum pada tiap desa/kelurahan.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 36
ikan.5. Aspek politis berupa
otonomi daerah dapat memperumit perbatasan wilayah laut antar daerah/kabupaten.
6. Semakin ketatnya persyaratan ekspor hasil perikanan terkait mutu dan keamanan pangan.
7. Tingkat persaingan produk perikanan di pasaran global makin tinggi.
2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIANKabupaten Blitar memiliki potensi tambang Golongan B dan C sangat
menjanjikan terutama terdapat di wilayah Blitar Selatan apabila dapat
dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal. Deposit bahan tambang tersebut
meliputi: pasir besi, trass, bentonit, kaolin, feldspar, zeolit, ballclay, sirtu, batu
kapur, andesit, dan pirophiliyt. Potensi-potensi tersebut belum tergarap optimal
karena keterbatasan akses jalan, infrastruktur daerah bersangkutan. Masyarakat
dunia usaha enggan berinvestasi karena biaya investasi yang sangat tinggi.
Secara umum, daerah potensial yang terletak di pelosok yang tidak memiliki
sarana dan prasaran serta modal yang cukup untuk meningkatkan dan
mengoptimalkan sumberdaya pertambangan dan penggalian.
Sesuai hasil FGD dan wawancara mendalam dengan dinas
pertambangan diperoleh beberapa permasalahan dan rancangan solusi
alternatifnya dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 7.2. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Pertambangan dan Penggalian
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 37
No Permasalahan Rancangan Strategi
1
Potensi produk unggulan sumberdaya mineral, penggalian dan pertambangan belum terpetakan dan termanfaatkan secara optimal
Mengembangkan dan memanfaatkan potensi produk unggulan sumberdaya mineral, penggalian dan pertambangan.
2
Potensi pertambangan dan penggalian baru yang belum tereksplorasi secara optimal dan efisien dengan harus memperhatikan wawasan lingkungan yang berkelanjutan
Membangun pertambangan dan penggalian, meningkatkan efisiensi produksi.
3Masih rumit dan lamanya proses dan prosedur perijinan tambang
Mengoptimalkan pelayanan Dinas ESDM di bidang perizinan pertambangan umum
4Terbatasnya informasi dan data pertambangan yang potensial
Mengoptimalkan pelayanan Dinas ESDM dalam penyediaan data dan informasi khususnya dibidang pertambangan umum, minyak dan gas bumi, dan air tanah. Membangun sistem informasi yang mudah diakses oleh pelaku usaha sektor sumberdaya pertambangan dan penggalian secara cepat, tepat, dan akurat.
5
Kurangnya peran masyarakat dalam usaha pertambangan dikarenakan keterbatasan akses dan permodalan
Meningkatkan usaha pertambangan rakyat dengan memberikan bantun teknis kepada usaha kecil menegah (UKM) di sektor sumberdaya mineral, pertambangan dan penggalian.
6Masih rendahnya tingkat konservasi lingkungan pasca tambang
Konservasi sumberdaya mineral dan pemulihan lingkungan pasca tambang yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sektor lain (pertanian, industri pengolahan, dll).
7
Kurangnya monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap industri pertambangan sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan
Pengandalian, pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan.
8 Belum optimal dan konsistennya penerapan
Menegakkan peraturan perundangan yang terkait dengan sektor sumberdaya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 38
No Permasalahan Rancangan Strategi
peraturan terkait sumberdaya pertambangan dan penggalian
pertambangan dan penggalian secara konsisten.
3. SEKTOR INDUSTRI PEGOLAHANIndustri pengolahan di kabupaten Blitar memiliki konstribusi yang relatif
lebih kecil dibandingkan sektor pertanian, restoran dan perdagangan. Berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan masih rendahnya sektor industri di
kabupaten Blitar diantaranya adalah masih banyaknya peraturan daerah yang
tidak pro business policy, meningkatnya isu lingkungan, standarisasi dan HKI,
rendahnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk dalam
negeri, membanjirnya produk impor terlebih yang ilegal, dan cepatnya
perkembangan teknologi.
Dalam upaya mewujudkan peningkatan konstribusi sektor industri,
berbagai langkah telah dilakukan oleh khususnya dinas Perindustrian dan
Perdagangan dengan terus berkoordinasi dan bersinergi dengan semua stake
holder terkait. Secara lebih detail permasalahan dan rancangan strategi dalam
upaya meningkatkan konstribusi sektor industri sesuai dengan hasil wawancara
dengan dinas industri dan perdagangan kabupaten Blitar serta pelaku usaha
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 7.3. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Industri
No Permasalahan Rancangan Strategi
1
Belum termotivasinya pengusaha khususnya UMKM untuk menghasilkan produk yang berorientasi pasar dan berdaya saing tinggi.
Meningkatkan pemahaman dan pelatihan kepada pelaku usaha dengan memberikan potensi dan keuntungan untuk menghasilkan produk berkualitas dan berdaya saing
2 Terbatasnya modal UKMMeningkatan fasilitas kredit bagi UKM melalui model kemitraan dan penjaminan dari pemerintah
3Rendahnya pemahaman dan pemanfaatan teknologi bagi UKM
Meningkatkan sosialisasi dan pelatihan untuk menggunakan teknologi terapan
4 Rendahnya kualiatas SDM Meningkatkan kualitas sdm bidang
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 39
No Permasalahan Rancangan Strategi
dibidang industri dan perdagangan
industri dan perdagangan melalui pendidikan formal, informal maupun vokasi.
5 Lemahnya akses terhadap teknologi informasi
Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan teknologi
6 Lemahnya akses terhadap pasar
Meningkatkan kemitraan usaha UKM dengan usaha besar dalam hal pemasaran, dan melaksanakan promosi produk didalam dan luar negeri malului pameran atau eksibisi yang difasilitasi oleh pemerintah
7Lemahnya pemasaran dan informasi pengembangan usaha UKM
Meningkatkan peran UKM dalam perekonomian dengan model kemitraan
8Rendahnya penerapan standarisasi dan HKI bagi produk-produk industry
Menyederhanakan prosedur dan pembiayaan untuk HKI serta peningkatan kesadaran pelaku usaha untuk menerapkan standarisasi produknya
9 Kurangnya pengawasan produk dan perlindungan konsumen
Meningkatkan peran serta Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLKI) dan peningkatan kesadaran masyarakat akan hak mereka sebagi konsumen. Pengawasan yang ketat dari pemerintah dengan pemberian sanksi yang tegas
10
Kurang sinergisnya kebijakan pembangunan industri dan perdagangan antara pusat, Provinsi, dan kabupaten/kota.
Sinkronisasi kebijakan dan strategi yang sejalan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di bidang industri
4. SEKTOR LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIHBeberapa hal telah dilakukan oleh Kabupaten Blitar dalam upaya
memenuhi kebutuhan energi diantaranya adalah program pengembangan dan
pemerataan pemenuhan kebutuhan air bersih, sumberdaya energi dan
pemerataan pasokan listrik untuk wilayah-wilayah pedesaan, melalui dua sisi
ekonomi, yakni meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi di
berbagai sektor perekonomian.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 40
Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara dengan dinas terkait seperti
Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Perusahaan Daerah Air Minum, ada
beberapa permasalahan krusial yang dihadapi oleh sektor Listrik, Gas dan Air
Tabel 7.4. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Listrik, Air, dan Gas
No Permasalahan Rancangan Strategi
1Ketersediaan energi khususnya berbahan bakar minyak yang terbatas
Mengembangkan dan memeratakan sumber energi listrik melealui pengembangan desa mandiri energi, pengembangan dan pemanfaatan sumber energi baru terbaharukan, pembinaan dan pengawasan hemat energi
2
Masih rendahnya kinerja pembangunan kelistrikan, energi, mineral dan migas, fasilitas kerja sama dan koordinasi pengembangan kelistrikan
Mengembangkan dan meningkatkan kinerja pengelolaan kelistrikan dengan meningkatkan kinerja pembangunan kelistrikan, fasilitas kerja sama dan koordinasi pengembangan kelistrikan, sosialisasi dan publikasi pengelolaan kelistrikan, pendataan dan sistematisasi data kelistrikan
3Masih belum stabilnya penyediaan listrik bagi dunia usaha dan masyarakat
Mengoptimalkan penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik industri, masyarakat pedesaan dan kepulauan (salah satunya dengan mengembangkan pembangkit listrik skala kecil tersebar untuk wilayah pedesaan terpencil dan kepulauan, pembinaan dan pengawasan pemanfaatan listrik).
4
Terbatasnya ketersediaan air bersih bagi dunia usaha dan masyarakat serta daerah-daerah sulit air
Mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri, masyarakat, dan daerah-daerah sulit air.
5Masih minimnya pembinaan dalam hal pengelolaan air tanah
Melakukan pembinaan pengelolaan air tanah (inventarisasi potensi air tanah, pemberdayaan, penggalian, dan pengawasan pemanfaatan air tanah)
6Masih rendahnya penegakan aturan terkait sektor listrik gas dan air
Menegakkan peraturan perundangan yang terkait dengan sektor listrik gas dan air bersih secara konsisten.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 41
No Permasalahan Rancangan Strategi
bersih
5. SEKTOR KONSTRUKSIMeskipun sektor konstruksi termasuk dalam sektor terbelakang tipologi
Klassen, namun tetap memegang peranan yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi di kabupaten Blitar. Sektor
konstruksi setidaknya berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan dan lain
sebagainya. Untuk menciptakan kondisi jalan propinsi yang ideal, kemantapan
jalan provinsi, Dinas Pekerjaan Umum membutuhkan dana yang cukup
memadai.
Selain permasalahan dana yang terbatas dari pihak pemerintah
Kabupaten Blitar, beberapa permasalahan di sektor konstruksi dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 7.5. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Konstruksi
No Permasalahan Rancangan Strategi
1Masih terbatasnya sarana dan prasarana jalan serta jembatan yang memadai di khususny pedesaan
Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana jalan dan jembatan
2
Kondisi Jalan dan jembatan yang perlu untuk diperbaiki dalam memperlancar aksesibilitas masyarakat dan perekonomian
Melakukan perbaikan dan pemeliharaan secara rutin sarana dan prasarana jalan dan jembatan yang kondisinya kurang baik
3
Masih banyak penyimpangan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan masterplan tata ruang dan wilayah berwawasan lingkungan
Menyempurnakan/merevisi masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan
Melaksanakan dan menegakan aturan secara tegas mengenai pembebasan lahan untuk infrastruktur publik
6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 42
Sektor perdagangan hotel dan restoran merupakan sektor utama kedua
dalam perekonomian Kabupaten Blitar. Namun, seiring dengan kondisi
perekonomian baik nasional maupun internasional yang ditandai oleh krisis
keuangan global tahun 2008 – 2009, sektor perdagangan mengalami
perlambatan pertumbuhannya terhadap PDRB Kabupaten Blitar. Selain
permasalahan eksternal, sektor tersebut juga masih mengalami permasalahan
internal seperti flutuasi tingkat inflasi yang cenderung meningkat, kondisi
bencana alam yang sering terjadi menyebabkan jumlah wisatawan menurun.
Selain hal tersebut, berbagai permasalahan lainnya disektor ini sesuai dengan
hasil wawancara mendalam dengan dinas perindustrian dan perdagangan serta
dinas pariwisata Kabupaten Blitar dapat diketahui dalam tabel berikut.
Tabel 7.6. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
No Permasalahan Rancangan Strategi
1Produk barang dan jasa Kabupaten Blitar masih belum dikenal olah pasar domestik dan internasional
Meningkatkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan promosi daerah sesuai kebutuhan
2Sektor UMKM masih kurang mendapat perhatian dari Pemerintah
Memformulasikan pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan serta memberikan kemudahan dalam perijinan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk perijinan, lokasi usaha, serta perlindungan usaha dari pungutan liar.
3Kurangnya sarana dan prasarana pemasaran serta pembiayaan di tingkat lokal maupun regional
Mengoptimalkan dan mengembangkan pasar lelang lokal dan regional, serta sarana alternatif pembiayaan.
4
Masih lemahnya peran swasta dan masyarakat dalam mengembangkan sektor kepariwisataan
Meningkatkan dan mengembangkan daya tarik wisata unggulan di setiap kabupaten/kota, secara terpadu dan komprehensif dengan melibatkan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, untuk membuka lapangan kerja, dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 43
No Permasalahan Rancangan Strategi
5 Masih minimnya promosi wisata yang terpadu di Kabupaten Blitar
Mengembangkan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata daerah dengan melibatkan biro/agen travel parawisata.
7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASISektor ini merupakan pendukung utama dalam hal kelancaran distribusi
barang dan jasa. Semakin berkembangnya perekonomian suatu daerah maka
peranan sektor ini akan semakin tinggi. Beberapa permasalahan terkait sektor ini
diantaranya adalah masih kurangnya pelayanan angkutan khususnya angkutan
antar daerah. Secara lebih detail berbagai permasalahan di sektor ini
berdasarkan hasil wawancara dengan dinas perhubungan Kabupaten Blitar
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 7.7. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
No Permasalahan Rancangan Strategi
1
Belum tersedianya sistem data base jalan dan jembatan yang komprehensif dan terpadu antar wilayah
Membangun sistem informasi/data base jalan dan jembatan dan peningkatan pelayanan angkutan umum
2
Sarana dan prasarana transportasi dan telekomunikasi belum merata khususnya di daerah pedesaan
Mengembangkan dan meningkatkan Kualitas sarana dan prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa secara merata dalam mendukung pengembangan ekonomi desa
3
Banyaknya kendaraan kurang laik pakai dan kesemerawutan kendaraan roda dua
Meningkatkan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor serta pengaturan kendaraan bermotor roda dua
4 Kurangnya penelitian dan pengkajian bidang transportasi, komunikasi dan informasi yang dapat diimplementasikan dengan
Mengkaji dan melakukan penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 44
No Permasalahan Rancangan Strategi
tepat
5
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
Memberdayakan masyarakat melalui pembelajaran dan pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya
8. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAAN, DAN JASA PERUSAHAANKrisis keuangan global tahun 2009 tidak hanya berimplikasi bagi
perekonomian nasional tetapi juga perekonomian regional Jawa Timur beserta
daerah seperti Kabupaten Blitar khususnya sektor keuangan yang memang
bersinggungan langsung dengan krisis keuangan. Data BPS menyebutkan
bahwa krisis tersebut menyebabkan sektor keuangan menurun meskipun
penurunannya tidak separah yang terjadi pada tahun 1997 ketika terjadi krisis
ekonomi. Semakin kuatnya fundamental ekonomi makro menyebabkan krisis
tersebut tidak berdampak hebat bagi sektor keuangan.
Selain sektor keuangan khususnya yang berkaitan dengan perbankan,
sub sektor persewaan dan jasa perusahaan memiliki konstribusi lebih besar
dalam menyumbang sektor tersebut seperti yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sub sektor persewaan dan jasa
perusahaan menjadi sub sektor utama ditengah krisis keuangan global. Namun
demikian terdapat beberapa permasalahan terkait sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan yang ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 7.8. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan
No Permasalahan Rancangan Strategi
1
Kredit perbankan untuk sektor riil masih sangat terbatas khususnya di sektor pertanian dan usaha kecil menengah
Mengembangkan lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa-desa strategis untuk memudahkan akses permodalan khususnya bagi petani/nelayan dan usaha mikro dan kecil
2Masih rendahnya kredit bagi pengembangan usaha rakyat khususnya
Mengembangkan kredit usaha rakyat bagi penduduk miskin, dan pembentukan lembaga keuangan mikro untuk melayani
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 45
penduduk miskinkebutuhan modal usaha orang miskin dengan pinjaman lunak
3Sektor persewaan dan jasa perusahaan masih terbatas di daerah perkotaan
Mengembangkan dan meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan di daerah yang potensial melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya
9. SEKTOR JASA-JASA Semakin berkembang dan majunya perekonomian suatu daerah,
biasanya akan perkembangan yang pesat di sektor jasa-jasa khususnya sektor
jasa yang dilakukan oleh swasta. Sesuai dengan uaraian pada bab sebelumnya,
sektor jasa pemerintahan masih memegang konstribusi yang dominan dibanding
jasa swasta. Kedepan diperlukan berbagai langkah dan strategi untuk
meningkatkan peran swasta dan masyarakat dalam meningkatkan jasa-jasa.
Perumusan langkah dan strategi yang dilakukan tentu saja harus sesuai dengan
permasalahan yang terjadi di sektor ini. Sehingga rancangan strategi dapat
dilakukan dan diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan pengambilan kebijakan.
Permasalahan dan rancangan strategi di sektor jasa-jasa dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 7.9. Permasalahan dan Rancangan Strategi Peningkatan Sektor Jasa-jasa
No Permasalahan Rancangan Strategi
1Masih rendahnya konstribusi jasa sosial kemasyarakatan
Meningkatkan peran jasa sosial kemasyarakatan melalui pendidikan dan pelatihan
2Belum optimalnya pengembangan jasa hiburan dan kebudayaan
Mengoptimalkan jasa hiburan dan kebudayaan dengan inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif
3Masih lemahnya kelembagaan ekonomi khususnya dibidang jasa-jasa
Mengembangkan kelembagaan ekonomi dan jangkauan layanan lembaga penyedia jasa pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal
4Masih belum tertatanya jasa perorangan dan rumah tangga secara komprehensif
Membuat suatu peraturan yang komprhensif untuk menata jasa perorangan dan RT dengan melibatkan seluruh stakeholders
5 Masih terbatasnya intitusi yang menyediakan pendidikan
Meningkatkan peran institusi pendidikan termasuk perguruan tinggi untuk
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 46
No Permasalahan Rancangan Strategi
vokasi untuk meningkatkan jasa pelayanan
menyelenggarakan program vokasi
7.2. Kebijakan Strategis dan Program PrioritasSesuai dengan permasalahan dalam sembilan sektor menurut lapangan
usaha diatas, dan rancangan strategi berdasarkan permasalahan tersebut, maka
langkah selanjutnya adalah membuat kebijakan dan program strategis yang
dapat dilaksanakan oleh setiap dinas yang terkait di Kabupaten Blitar. Kebijakan
dan program per sektor lapangan usaha dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 47
Tabel 7.10. Kebijakan Strategis dan Program Prioritas Pengembangan Ekonomi Kabupaten Blitar
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15
1 PertanianPeningkatan produktivitas pertanian secara luas
1. Intensifikasi budidaya, panen dan penanganan pasca panen
2. Diversifikasiproduk pertanian secara luas, dan menggunakan bibit unggul
Terwujudnyapengembanganpeningkatanproduksi danproduktivitas pertanian secara luas
Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian secara luas
Dinas PertanianDinas PerkebunanDinas Perikanan dan kelautanDinas Kehutanan
Pembangunan pertanian melalui agribisnis terpadu
Pengembangan Agribisnis di kecamatan/desa
Terwujudnyaindustri pertanianperdesaan.
Meningkatnya nilai tambah produk pertanian
Restrukturisasi tata niaga pertanian mulai dari proses tanam (ketersediaan pupuk, bibit dan lainnya) , panen/produksi, dan pasca produksi (distribusi / pemasaran) begitupula
Penataan kembali tata niaga produk pertanian dan perikanan
1. Terwujudnya tata niaga pertanian dan perikanan yang saling menguntungkan
2. Terwujudnya akses permodalan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian secara luas.
Meningkatnya pendapatan petani dan nelayan serta kestabilan harga
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 48
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15dengan tata niaga perikanan
Perbaikan sarana dan prasarana pertanian secara luas
1. Pemberian bantuan sarana dan prasarana produksi dengan sistem kemitraan baik bagi petani maupun nelayan
2. Peningkatan layanan informasi teknologi, perkreditan, sarana produksi kepada petani dan nelayan seperti permodalan, sarana dan prasarana pertanian
Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dan perikanan disebabkan oleh memadainya sarana dan prasarana
Meningkatnya produktifitas usahatani dan nelayan maupunusaha pengolahan hasil pertanian dan perikanan
Penguatan kelembagaan petani dan nelayan
Pengembangan kelembagaan petani dan nelayan dengan sistem kemitraan
1. Meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan
2. Meningkatnya aksesibilitas petani dan nelayan terhadap inovasi teknologi, perkreditan, sarana prodduksi, maupun informasi pasar melalui penguatan kelembagaan
1. Adanya kelembagan petani dan nelayanan yang kuat dan mandiri
2. Adanya jalinan kerjasama kelompok tani dan nealyan dengan pengusaha yang saling menguntungkan
Pengembangan Pengembangan teknologi Terwujudnya 1. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 49
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15
inovasi teknologi agribisnis maupun penangkapan ikan
peningkatanproduksi danproduktivitaspangan melalui pemanfaatan teknologi
mutu produk usahatani maupun usaha pengolahan hasil pertanian serta usaha tangkap ikan
2. Adanya pusat-pusat layanan teknologi agribisnis dan nelayan
PeningkatanKesejahteraanPetani dan nelayan
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani dan nelayan melalui penyuluhan /sekolahpertanian lapang dan perikanan bagi nelayan.
Terwujudnyafasilitasi, bimbingandan pembinaanpetani dan nelayan.
1. Meningkatnya nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan
2. Menurunnya jumlah petani dan nelayan miskin
Pertanian (Subsektor Peternakan)
Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha ternak menjadi kelembagaan formal berbadan
Pemrosesan asosiasi/kelompok usaha ternak yang ada menjadi lembaga formal berbadan hukum
1.Terwujudnya kelompok usaha ternak berbadan hukum
2.Terwujudnya peran kelembagaan yang kuat dalam
1. Tercapainya/meningkatnya asosiasi/kelompok usaha peternak yang berbadan hukum.
2. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 50
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15hukum mengakomodir
kebutuhan peternak.3. Terwujudnya posisi
tawar peternak yang lebih baik
peran kelembagaan dalam mengakomodir kebutuhan peternak.
3. Meningkatnya posisi tawar peternak bila dihadapkan dengan stakeholder lain
Penguatan mediasi dari Dinas Peternakan kepada peternak kecil (peternakan rakyat) dengan pihak permodalan seperti perbankan
1. Pemetaan peternakan usaha kecil yang potensial
2. Fasilitasi dan penjamin kredit usaha sektor peternakan berbunga lunak.
Terwujudnya fasilitasi dan penjamin kredit bunga lunak bagi para peternak kecil
Meningkatnya jumlah peternak kecil yang mendapat bantuan kredit dari pihak perbankan dengan bunga lunak
Penerapan model manajemen satu atap yang mengatur dari sektor hulu hingga hilir
Pembentukan wilayah manajemen satu atap sektor pertanian sebagai daerah percontohan di wilayah yang mempunyai kekuatan komparatif komoditas tertentu
Tewujudnya efisiensi dan efektivitas usaha peternakan mulai dari budidaya hingga perlakuan pasca panen dalam satu wilayah tertentu dan
1. Turunnya biaya produksi, pengolahan, pemasaran, dan pengelolaan usaha ternak mulai dari sektor hulu hingga
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 51
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15
terintegrasi hilir2. Waktu yang relatif
singkat perihal pengelolaan pemasaran dan perlakuan usaha ternak
Pembangunan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi berstandar SNI dan bersertifikasi halal dalam rangka memenuhi lonjakan permintaan pasar
Penambahan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi dari RPH yang sudah ada pada standar SNI dan bersertifikasi halal
Tersedianya RPH dalam jumlah cukup dengan standar SNI dan bersertifikasi halal
Adanya RPH dengan jumlah standar minimal dengan standar SNI dan bersertifikasi halal di Kab. Blitar
Pengembangan 1. Layanan informasi bagi 1. Menciptakan 1. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 52
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15dan penguatan konsolidasi model kemitraan kelompok peternak kecil dengan pengusaha
berbagai pihak kepentingan dan pemetaan jumlah peternak kecil Kab. Blitar dengan pengusaha calon mitra
2. Fasilitasi dan mediasi kemitraan antara para peternak kecil dengan pengusaha
ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.
2. Terwujudnya kesejahteraan peternak kecil dengan minimalisasi resiko ketidakpastian pasar.
ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.
2. Meningkatnya pendapatan rata-rata dan lebih terjaminnya usaha peternak kecil
Memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan dan pengembangan, yakni ternak sebagai sumberdaya, komoditas, dan penghasil produk.
1. Pemetaan komoditas ternak sesuai dengan klasifikasi ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas, dan ternak sebagai penghasil produk.
2. Produk kebijakan dasar pengaturan tata niaga berdasarkan status fungsi pemanfaatan ternak.
Terwujudnya kebijakan dasar pemanfaatan komoditas ternak berdasarkan fungsi pemanfaatan ternak
Klasifikasi usaha ternak berdasarkan fungsi pemnafaatan ternak di tiap-tiap wilayah penghasil ternak.
Pengembangan dan penguatan konsolidasi model kemitraan kelompok peternak kecil dengan
3. Layanan informasi bagi berbagai pihak kepentingan dan pemetaan jumlah peternak kecil Kab. Blitar dengan pengusaha calon mitra
4. Fasilitasi dan mediasi kemitraan antara para
3. Menciptakan ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.
4. Terwujudnya kesejahteraan peternak kecil
3. Meningkatnya ketangguhan para peternak kecil dalam usaha ternak.
4. Meningkatnya pendapatan rata-rata dan lebih
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 53
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15pengusaha peternak kecil dengan
pengusahadengan minimalisasi resiko ketidakpastian pasar.
terjaminnya usaha peternak kecil
Pembentukan koperasi peternak usaha rakyat, khususnya di pedesaan
Pembentukan dan pengembangan koperasi peternak di tiap kelurahan/ kecamatan.
1. Penguatan swadaya kemandirian peternakan rakyat.
2. Terwujudnya peran kelembagaan yang kuat dalam mengakomodir kebutuhan peternak.
3. Meningkatnya kualitas anggota koperasi (peternak), khususnya karena pengaruh modal sosial dalam wadah koperasi
1. Terbentuknya koperasi peternak di tiap kecamatan.
2. Meningkatnya peran kelembagaan dalam mengakomodir kebutuhan peternak.
3. Meningkatnya kualitas SDM peternak kecil, khususnya menyangkut pengelolaan usaha ternak
Pembangunan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi berstandar SNI
Penambahan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) dan rehabilitasi dari RPH yang sudah ada pada standar SNI dan bersertifikasi halal
Tersedianya RPH dalam jumlah cukup dengan standar SNI dan bersertifikasi halal
Adanya RPH dengan jumlah standar minimal dengan standar SNI dan bersertifikasi halal di Kab. Blitar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 54
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15dan bersertifikasi halal dalam rangka memenuhi lonjakan permintaan pasarPengembangan agribisnis peternakan dalam sektor agribisnis usaha rakyat, agribisnis usaha menengah, dan agribisnis usaha besar.
1. Pemetaan wilayah berdasarkan usaha ternak dalam skala usaha
2. Strategi pengembangan kawasan padat ternak sesuai dengan struktur usaha dala tiap-tiap kelurahan/kecamatan
1. Tersedianya informasi usaha ternak berdasarkan skala usaha di tiap-tiap daerah
2. Terwujudnya nilai manfaat, nilai tambah, dan daya saing produk peternakan untuk mencapai kemandirian
3. Terwujudnya koordinasi kelembagaan seluruh agribisnis dalam kawasan tertentu
1. Meningkatnya nilai manfaat, nilai tambah, dan daya saing produk peternakan untuk mencapai kemandirian
2. Meningkatnya koordinasi kelembagaan seluruh agribisnis dalam kawasan tertentu
Memposisikan ternak sesuai dengan fungsi pemanfaatan
3. Pemetaan komoditas ternak sesuai dengan klasifikasi ternak sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas, dan
Terwujudnya kebijakan dasar pemanfaatan komoditas ternak berdasarkan fungsi
Klasifikasi usaha ternak berdasarkan fungsi pemnafaatan ternak di tiap-tiap
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 55
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15dan pengembangan, yakni ternak sebagai sumberdaya, komoditas, dan penghasil produk.
ternak sebagai penghasil produk.
4. Produk kebijakan dasar pengaturan tata niaga berdasarkan status fungsi pemanfaatan ternak.
pemanfaatan ternak wilayah penghasil ternak.
Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang
Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan
Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Pengadaan UPT (unit pelaksana teknis) di setiap kecamatan
Pembangunan/ penambahan UPT setidaknya di setiap kecamatan atau berdasarkan angka jumlah minimal berdasarkan data populasi ternak dan peternak.
1. Tersedianya pelayanan maksimal dari Dinas Peternakan terhadap peternak
2. Berkembangnya usaha peternakan rakyat di setiap kecamatan
1. Meningkatnya pelayanan maksimal dari Dinas Peternakan terhadap peternak
2. Meningkatnya usaha peternakan rakyat di setiap kecamatan
Pengembangan inovasi teknologi tepat guna dan berbiaya rendah
1. Bantuan teknologi tepat guna bagi para peternak/asosiasi ternak, khususnya peternak kecil
2. Pengembangan inovasi teknologi peternakan
1. Tersedianya teknologi tepat guna yang bersifat menyeluruh ke peternak maupun asosiasi ternak
1. Meningkatnya penggunaan teknologi tepat guna oleh peternak.
2. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 56
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 152. Terwujudnya
peningkatak produksi dan produktivitas ternak melalui teknologi tepat guna
produksi dan produktivitas usaha ternak
3. Meningkatnya kualitas komoditas usaha ternak
4. Adanya pusat-pusat pengembangan teknologi tepat guna.
5. Berkurangnya penyakit ternak yang dapat diatasi
Peningkatan produktivitas peternakan dari berbagai jenis komoditas
1. Fasilitas pengembangan seperti pengadaan bibit unggul dan intensifikasi inseminasi ternak
2. Program peningkatan lahan pakan hijauan ternak yang dapat dikelola oleh manajemen khusus.
3. Ketersediaan air bersih sebagai dasar kebutuhan ternak dengan program investasi publik
4. Menyediakan klinik konsultasi usaha ternak, baik
1. Tercapainya pengembangan produksi dan produktivitas ternak melalui bantuan bibit unggul dan intensifikasi inseminasi ternak
2. Terwujudnya ketersediaan lahan khusus pakan hijauan ternak dan saluran air bersih yang dikelola
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas ternak di setiap wilayah penghasil ternak
2. Meningkatnya lahan khusus pakan hijauan ternak
3. Ketersediaan air bersih sebagai dasar kebutuhan ternak
4. Tersedianya klinik
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 57
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15pengelolaan maupun informasi pemasaran
berdasarkan swadaya asosiasi peternak dan investasi publik
3. Terpenuhinya klinik usaha ternak sebagai media pelayanan berbasis konsumen
usaha ternak dari Dinas Peternakan kepada peternak sebagai konsumen.
Intensitas sosialisasi usaha peternakan ramah lingkungan
1. Sosialisasi usaha peternakan ramah lingkungan yang dilakukan rutin per satuan waktu
2. Insentif pada peternak yang memenuhi usaha ternak ramah lingkungan
1. Meningkatnya sosialisasi rutin perihal usaha peternakan ramah lingkungan
2. Terwujudnya usaha peternakan ramah lingkungan di Kab. Blitar
Meningkatnya usaha peternakan rakyat yang sesuai dengan standar ramah lingkungan di Kab. Blitar
Pertanian (Kehutanan dan Perkebunan)
Program prioritas pada pembangunan hutan rakyat dan perkebunan
9. Pembentukan atau pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan di tiap-tiap kecamatan penghasil komoditi mayoritas.
10. Pemantapan kawasan hutan dalam efisiensi produksi komoditas di Kab. Blitar
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dan ruang kelola dalam pengelolaan
1. Efisiensi produksi komoditas hutan dan perkebunan rakyat yang dikelola oleh peran serta masyarakat dalam konsep masyarakat sekitar hutan.
2. Terwujudnya kawasan perkebunan agrowisata dan
1. Terbentuknya kawasan industri masyarakat perkebunan di tiap-tiap kecamatan penghasil komoditi mayoritas.
2. Meningkatnya kawasan hutan dalam efisiensi produksi komoditas di Kab. Blitar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 58
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15
hutan (konsep masyarakat sekitar hutan).
12. Pemantapan, pembentukan dan Pengembangan kawasan perkebunan (agro) wisata dan hutan wisata (hutan lindung).
hutan wisata (hutan lindung).
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dan ruang kelola dalam pengelolaan hutan (konsep masyarakat sekitar hutan).
4. Tersedianya kawasan perkebunan agrowisata dan hutan wisata (hutan lindung).
Mentransformasikan asosiasi atau kelompok usaha perkebunan menjadi kelembagaan formal berbadan hukum
Pemrosesan asosiasi/kelompok usaha perkebunan yang ada menjadi lembaga formal berbadan hukum
1. Terwujudnya kelompok usaha perkebunan berbadan hukum
2. Terwujudnya peran kelembagaan yang kuat dalam mengakomodir kebutuhan petani.
3. Terwujudnya posisi tawar petani yang lebih baik
1. Tercapainya/meningkatnya asosiasi/kelompok usaha petani yang berbadan hukum.
2. Meningkatnya peran kelembagaan dalam mengakomodir kebutuhan petani.
3. Meningkatnya posisi tawar petani bila dihadapkan dengan stakeholder lain
Pembentukan Pembentukan asosiasi komoditas 1. Terciptanya Adanya kelompok tani
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 59
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15asosiasi pada masing-masing komoditas yang belum terbentuk oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang bersifat bottom up dalam rangka penguatan kelembagaan (saat ini masih asosiasi tebu, kakao, dan tembakau).
strategis yang belum terbentuk (selain kakao, tebu, dan tembakau)
kelompok tani usaha komoditas strategis
2. Terwujudnya kekuatan asosiasi sebagai wadah kekuatan petani
komoditas strategis di Kab. Blitar
Pembangunan dan pengembangan kapasitas SDM petani melalui pendidikan formal maupun informal
Pelatihan dan pembinaan bagi petani melalui pendidikan formal dan nonformal
Terwujudnya kapasitas SDM petani yang lebih baik
1. Meningkatnya kapasitas SDM petani secara keseluruhan
2. Semakin meningkatnya tata cara budidaya petani yang lebih bervariasi dan inovatif
Pengembangan diversifikasi pola tanam (sistem
1. Intensifikasi sosialisasi sistem wanatani kepada kelompok tani
2. Pengembangan Pengelolaan
1. Terwujudnya sistem wanatani dalam pengelolaan usaha hasil hutan
1. Terbentuknya sistem wanatani dalam pengelolaan hasil hutan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 60
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15wanatani) dalam menurunkan resiko usaha petani.
Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan
2. Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan di Kab. Blitar
2. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di seluruh fungsi kawasan hutan di Kab. Blitar
Pengintegrasian program pembangunan hutan rakyat dengan berbagai program pembangunan hutan yang ada (PHBM, GNRHL, PBSN, dll).
Produk/pengembangan peraturan pembangunan hutan rakyat yang integratif dengan pembangunan hutan yang sudah ada
Terciptanya produk peraturan pembangunan hutan rakyat yang terintegrasi dengan program pembangunan hutan yang lain
Pengelolaan hutan yang lebih baik dengan aturan yang terintegratif
Mengintensifkan kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (TNI-Polisi) dalam penanganan perlindungan dan pencurian hutan
Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum (TNI-Polisi) dalam penanganan perlindungan dan pencurian hutan (khususnya illegal logging dan illegal trade).
Terwujudnya pengembangan kebijakan dan peraturan terhadap perlindungan dan pencurian hutan
Berkurangnya angka pencurian hutan dan perdagangan kayu ilegal di kawaan administrasi Kab. Blitar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 61
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15(khususnya illegal logging dan illegal trade).
Peningkatan usaha produksi dan produktivitas komoditas nonhutan
1. Menyediakan eks kawasan hutan yang tidak berhutan untuk usaha pertanian tanaman pangan/komoditi hasil hutan nonhutan.
2. Pengembangan hasil hutan nonkayu dengan upaya perbanyakan vegetatif
1. Memaksimalkan kawasan hutan nonproduktif
2. Terwujudnya peningkatan produktivitas komoditas nonhutan yang bernilai ekonomi tinggi
1. Berkurangnya kawasan hutan nonproduktif di Kab. Blitar
2. Meningkatnya produk dan produktivitas komoditas nonhutan yang bernilai ekonomi tinggi
Membangun kemitraan dengan perusahaan pengolah komoditas yang ada (konsep agroforestry).
1. Peningkatan kemitraan usaha petani dengan perusahaan pengolah komoditas
2. Fasilitasi mediasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Terwujudnya petani yang kuat dan tangguh dengan model kemitraan
Meningkatnya produk yang berhasil di pasarkan dan di jual oleh petani
Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh
Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan
Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 62
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15lapangPeningkatan produktivitas hutan dan perkebunan di tiap-tiap wilayah penghasil komoditas di Kab. Blitar
1. Pengembangan jaringan kelembagaan agribisnis perkebunan dan kehutanan
2. Pembentukan klinik konsultasi budidaya oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
3. Pemantapan kawasan-kawasan sentra produksi komoditas unggulan pada wilayah potensial (kelurahan/kecamatan)
4. Rehabilitasi lahan kritis melalui kegiatan penghijauan dan pengembangan hutan rakyat.
5. Peningkatan produktivitas petani melalui penguatan kelembagaan kelompok tani, manajemen teknis lapangan (penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan), serta pola pembinaan yang bottom up dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
6. Meningkatkan produk peraturan dalam pengelolaan dan fungsi DAS (Daerah Aliran Sungai), khususnya pembentukan unit pengelolaannya
Terciptanya peningkatan produksi dan produktivitas hasil hutan dan perkebunan yang dikembangkan dalam rehabilitasi lahan dan air, kelembagaan, budidaya teknis, dan pemasaran.
Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil hutan dan perkebunan dalam spasial per kawasan penghasil komoditas
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 63
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 157. Bantuan teknologi sederhana
tepat guna pada petani yang tidak memerlukan biaya tinggi
Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk pengembangan teknologi tepat dan berdaya guna bagi sektor kehutanan dan perkebunan
Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional dalam multisektor untuk pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya guna bagi sektor kehutanan dan perkebunan
Terwujudnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha kehutanan dan perkebunan
1. Meningkatnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha kehutanan dan perkebunan di Kab. Blitar
2. Meningkatnya produktivitas usaha hasil hutan dan perkebunan
3. Meningkatnya mutu produk usaha hasil hutan dan perkebunan
Peningkatan pasar domestik/ekspor hasil hutan melalui promosi, kerjasama pemasaran, dan misi dagang (harus dibentuk unit
1. Intensitas promosi komoditas dasar/olahan usaha hasil hutan Kab. Blitar dalam berbagai ajang dan kesempatan
2. Kerjasama pemasaran dengan berbagai pihak di dalam/luar negeri
3. Dibentuknya unit pengelolaan khusus dalam peningkatan
Terwujudnya jaringan pemasaran yang luas dalam/luar negeri dalam pemasaran usaha hasil hutan dan perkebunan
1. Meningkatnya jaringan pemasaran yang luas dalam/luar negeri dalam pemasaran usaha hasil hutan dan perkebunan
2. Meningkatnya jumlah
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 64
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15pengelolaan) dan pengembangan
pemasaran usaha hasil hutan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
penjualan/permintaan pasar hasil hutan dan perkebunan
Pertenian (Subsektor Tanaman Pangan)
Pembentukan asosiasi/gapoktan yang belum terwujud (khususnya komoditi umbi-umbian).
Membentuk asosiasi komoditas pengembangan sebagai komoditas pengembangan di Kab. Blitar
3. Terciptanya kelompok tani usaha komoditas pengembangan
4. Terwujudnya kekuatan asosiasi sebagai wadah kekuatan petani
Adanya kelompok tani komoditas sektor pengembangan di Kab. Blitar
Penyediaan layanan informasi dan perijinan usaha serta konsultasi usaha bidang pertanian oleh Dinas Pertanian
16. Optimalisasi pelayanan perijinan dan investasi di sektor pertanian.
17. Menyediakan klinik konsultasi usaha tani
1. Menciptakan iklim investasi yang baik
2. Menciptakan ketangguhan para petani dalam usaha tani
3. Terwujudnya pelayanan prima terhadap para petani
1. Meningkatnya iklim usaha/usaha di bidang pertanian
2. Meningkatnya ketangguhan para petani dalam mengelola usaha tani
3. Meningkatnya pelayanan optimal seputar usaha tani kepada parapetani
Menyediakan jaringan usaha antara gapoktan dengan pihak swasta ataupun pemerintah daerah dalam
1. Layanan informasi bagi berbagai pihak kepentingan dan pemetaan jumlah gapoktan Kab. Blitar dengan pengusaha calon mitra
2. Peningkatan jaringan usaha petani
3. Peningkatan kemitraan usaha
1. Terwujudnya peningkatan jaringan usaha petani secara luas
2. Terwujudnya petani yang kuat dan tangguh dengan model kemitraan
1. Meningkatnya ketangguhan para petani dalam usaha tani
2. Meningkatnya preferensi petani dalam menjual produknya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 65
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15orientasi kerjasama antar pelaku agribisnis.
petani dengan perusahaan pengolahan
4. Fasilitasi dan mediasi kemitraan antara para petani dengan pengusaha
3. Terwujudnya kesejahteraan petani dengan minimalisasi resiko ketidakpastian pasar.
3. Meningkatnya produk yang berhasil di pasarkan dan di jual oleh petani
4. Meningkatnya pendapatan rata-rata dan lebih terjaminnya usaha petani
Pembentukan peraturan sebagai landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang.
1. Produksi peraturan sebagai landasan hukum pengembangan kawasan agropolitan
2. Kebijakan tata ruang yang jelas di Kab. Blitar
1. Terwujudnya kawasan agropolitan di Kab. Blitar
2. Mereduksi angka konversi lahan pertanian
1. Terciptanya kawasan agropolitan di Kab. Blitar
2. Semakin berkurangnya angka konversi lahan pertanian untuk kepentingan bisnis
Intensifikasi pembinaan terhadap gapoktan/poktan, khususnya
1. Insentif pendirian kios saprotan yang menyediakan sarana produksi yang dikelola oleh gapoktan/poktan
2. Peningkatan pembinaan dan
Terwujudnya peranan gapoktan secara optimal, khususnya sebagai penunjang kegiatan usaha tani
1. Meningkatnya kegiatan gapoktan dalam menunjang usaha tani
2. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 66
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15dalam merangsang kegiatan kelompok
penyuluhan peran gapoktan dalam produktivitas petani
Peningkatan kualitas SDM petani
1. Pengembangan SDM petani dalam gapoktan/poktan melalui pendidikan informal
2. Pelatihan pengemasan dan standarisasi produk untuk orientasi ekspor.
Terwujudnya kapasitas SDM petani yang lebih baik, baik budidaya maupun pengolahan dan pemasaran
3. Meningkatnya kapasitas SDM petani secara keseluruhan
4. Semakin meningkatnya tata cara budidaya petani yang lebih bervariasi dan inovatif
5. Semakin baiknya standar produk, khususnya orientasi ekspor
Pengembangan sistem distribusi melalui penguatan lembaga distribusi pangan tingkat desa.
Membentuk /mengembangkan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) pada tiap-tiap gapoktan
1. Memberdayakan gapoktan dalam meningkatkan unit usaha melalui pengembangan unit-unit usaha distribusi
2. Membangun sarana penyimpanan sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani
1. Meningkatnya unit usaha distribusi pada masing-masing gapoktan
2. Meningkatnya sarana penyimpanan pada tiap gapoktan di Kab. Blitar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 67
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15
Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian berskala kecil maupun menengah.
1. Peningkatan industri pengolahan hasil pertanian
2. Peningkatan sumberdaya lokal dalam proses bahan baku/input teknis manufakturing komoditi pertanian.
1. Terciptanya persebaran industri pengolahan hasil komoditas pertanian
2. Optimalnya penggunaan sumberdaya lokal dalam proses industri pertanian
1. Meningkatnya persebaran industri komoditas pertanian
2. Meningkatnya smberdaya lokal dalam perkembangan industri pertanian
Pengendalian, pengawasan, serta advokasi tentang mutu, standarisasi, dan keamanan produk hasil pertanian.
1. Sosialisasi tentang standardisasi mutu produk hasil pertanian
2. Mengembangkan penganekaragaman (diversifikasi) pengolahan dan konsumsi pangan di tiap-tiap kecamatan.
1. Terwujudnya produk hasil pertanian standar ekspor
2. Terwujudnya diversifikasi pengolahan dan konsumsi pangan di Kab. Blitar
1. Meningkatnya produk hasil pertanian standar ekspor
2. Meningkatnya diversifikasi pengolahan dan konsumsi pangan di Kab. Blitar
Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang
Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan
Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Pengembangan inovasi teknologi tepat guna dan berbiaya rendah
1. Bantuan teknologi tepat guna bagi para peternak/asosiasi ternak, khususnya peternak kecil
3. Pengembangan inovasi teknologi peternakan
1.Tersedianya teknologi tepat guna yang bersifat menyeluruh ke peternak maupun asosiasi ternak
1. Meningkatnya penggunaan teknologi tepat guna oleh peternak.
2. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 68
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 152. Terwujudnya
peningkatak produksi dan produktivitas ternak melalui teknologi tepat guna
produksi dan produktivitas usaha ternak
3. Meningkatnya kualitas komoditas usaha ternak
4. Adanya pusat-pusat pengembangan teknologi tepat guna.
5. Berkurangnya penyakit ternak yang dapat diatasi
3. 3. 6.Promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan/merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda dalam berwirausaha tani.
Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan/merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda dalam berwirausaha tani.
Meningkatnya jumlah masyarakat yang berwirausaha pertanian/petani
Meningkatnya jumlah masyarakat yang berwirausaha pertanian/petani
Peingkatan produksi dan produktivitas usaha tani di Kab. Blitar
1. Pengadaan peralatan alsintan tepat guna dan berbiaya murah.
2. Pembinaan dan pelatihan pengembangan teknologi tepat guna berbiaya murah di
Terwujudnya produksi dan produktivitas capaian usaha tani, khususnya menyangkut pengadaan saprodi,
Meningkatnya produksi dan produktivitas berbagai komoditas pertanian di Kab. Blitar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 69
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15tingkat gapoktan/poktan
3. Penyediaan benih unggul tanaman
4. Mengembangkan sentra usaha pertanian di tiap-tiap titik kawasan potensial.
5. Peningkatan produktivitas lahan dengan cara pemupukan rasional dengan mendominasi penambahan bahan organik seperti pupuk hasil sektor komoditas peternakan.
6. Rehabilitasi kerusakan daerah hulu sungai melalui penghijauan dan reboisasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
7. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani dan peternak
pelatihan dan pembinaan, pengembangan sentra produksi, rehabilitasi dan peremajaan berorientasi organik
Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk pengembangan teknologi tepat dan berdaya
Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional dalam multisektor untuk pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya guna bagi sektor pertanian
Terwujudnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian
4. Meningkatnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian di Kab. Blitar
5. Meningkatnya produktivitas usaha hasil pertanian
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 70
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15guna bagi sektor pertanian
6. Meningkatnya mutu produk usaha hasil pertanian
Pertanian (Subsektor Perikanan dan Kelautan)
Prioritas pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan sarana prasarana penunjang dalam membantu nelayan mengatasi ruang gerak produksi.
1. Pengembangan pembangunan dan rehabilitasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang sudah ada
2. Penambahan sarana dan prasarana penunjang Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang sudah ada
Terwujudnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dapat memenuhi kebutuhan nelayan Kab.. Blitar
Mulai banyaknya nelayan Blitar yang sudah menyerahkan tangkapannya ke Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tambakrejo
Optimalisasi keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi, khususnya menyangkut prasarana kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.
Pengembangan infrastruktur penunjang seperti kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.
Terwujudnya peningkatan peran keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) yang sudah ada
Meningkatnya peran Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi dalam memenuhi permintaan benih ikan
Penguatan kelembagaan nelayan
1. Pembentukan dan pengembangan Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) dan
1. Terwujudnya kekuatan kelembagaan di
1. Meningkatnya kekuatan kelembagaan di
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 71
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15Nelayan (KPN)
2. Pembentukan koperasi nelayan dengan manajemen modern dalam menunjang
tingkat nelayan2. Terwujudnya
ketangguhan inisiasi, bergaining power, akses permodalan, sarana produksi, teknologi, jaringan pemasaran, serta lobi kebijakan pemerintah
tingkat nelayan, khususnya menyangkut akses permodalan, sarana budidaya, jaringan usaha, dan kekuatan tawar
Meningkatkan kerjasama antar daerah dalam meminimalisasi konflik perbatasan perikanan
Mengadakan kontak komunikasi antar daerah dalam menyelesaikan konflik dan mengadakan kesepakatan bersama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah administratif masin-masing.
1. Terwujudnya pengelolaan kelautan yang berkesinambungan
2. Meminimalkan konflik horizontal antar nelayan
3. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas pelayan publik, khususnya menyangkut sektor perikanan
Berkurangnya konflik horizontal antar nelayan
Peningkatan akses pasar para pembudidaya ikan
1. Menyediakan layanan informasi akses pasar ikan konsumsi.
2. Memperluas jaringan pemasaran ikan hias di antara kelompok pecinta ikan hias, breeder, dan pelaku pemasaran
3. Peningkatan promosi komoditas unggulan
1. Terwujudnya penyedia layanan informasi akses pasar ikan konsumsi
2. Terwujudnya perluasan pemasaran ikan hias
Volume penjualan komoditi perikanan yang meningkat dan menyebar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 72
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15perikanan dalam berbagai ajang
Pengembangan kawasan komoditas unggulan
1. Pengembangan kawasan agrobisnis dan agroindustri sesuai dengan komoditas unggulan spesifik lokal
2. Pengembangan wilayah minapolitan budidaya koi seluas 30 Ha di Desa Kemloko.
3. Pengembangan kluster rumput laut di kawasan pesisir.
1. Terwujudnya kawasan pemusatan budidaya komoditas unggulan
2. Terwujudnya peningkatan produktivitas dan kualitas komoditas unggulan
1. Meningkatnya kawasan pemusatan budidaya komoditas unggulan
2. Meningkatnya produktivitas dan kualitas komoditas unggulan
Optimalisasi keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi, khususnya menyangkut prasarana kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.
Pengembangan infrastruktur penunjang seperti kolam, gudang, peralatan operasional, dan induk ikan.
Terwujudnya peningkatan peran keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) yang sudah ada
Meningkatnya peran Balai Benih Ikan (BBI) di Kec. Wlingi dalam memenuhi permintaan benih ikan
Peningkatan mutu hasil produksi komoditi perikanan orientasi
1. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap mutu hasil perikanan orientasi ekspor asal Kab. Blitar.
2. Optimalisasi dan revitalisasi
Terwujudnya peningkatan mutu produk/produksi komoditi hasil perikanan untuk orientasi ekspor
Meningkatnya mutu produk/produksi komoditi hasil perikanan untuk orientasi ekspor
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 73
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15ekspor sub raiser ikan hias yang
berfungsi sebagai karantina, penampungan, serta pengembangan sebelum proses penjualan/pengiriman
Peningkatan pengelolaan sumberdaya ikan berwawasn lingkungan
1. Sosialisasi/pembinaan/penyuluhan pada pelaku perikanan dan kelautan tentang pengelolaan sumberdaya ikan berwawasan lingkungan
2. Program rehabilitasi dalam menyeimbangkan pengelolaan antara pemanfaatan sumber daya dan sumber hayati.
1. Terwujudnya pengelolaan sumberdaya ikan berwawasan lingkungan
2. Terciptanya rehabilitasi penunjang dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
1. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya ikan berwwasan lingkungan oleh pelaku perikanan
2. Meningkatnya rehabilitasi penunjang dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
Capacity Building pada aparatur, khususnya penyuluh lapang
Program monitoring dan evaluasi berdasarkan kinerja kewilayahan
Terwujudnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Meningkatnya kualitas aparatur penyuluh lapang
Pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional secara multisektor untuk
Pelaksanaan peningkatan dan pengembangan joint research domestik, regional, dan internasional dalam multisektor untuk pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya guna bagi sektor pertanian
Terwujudnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian
7. Meningkatnya inovasi dalam teknologi budidaya dan aspek teknis dalam usaha pertanian di Kab. Blitar
8. Meningkatnya
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 74
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15pengembangan teknologi tepat dan berdaya guna bagi sektor pertanian
produktivitas usaha hasil pertanian
9. Meningkatnya mutu produk usaha hasil pertanian
Pengembangan dan peningkatan produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan darat
8. Transfer teknologi tepat guna dan berbiaya murah kepada nelayan dan pembudidaya ikan darat,
9. Penyuluhan ketrampilan budidaya, penangkapan dan pengolahan ikan/bahan olahan asal ikan.
10. Intensifikasi penyuluhan pada pengetahuan dan ketrampilan masyarakat terhadap pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit ikan
11. Bantuan induk ikan pada kelompok-kelompok pembudidaya ikan.
12. Kegiatan restoking sumberdaya ikan di perairan umum pada tiap desa/kelurahan.
13. Program pelatihan peningkatan kualitas, produktivitas serta penganekaragaman hasil dan produk olahan perikanan
Terwujudnya peningkatan produktivitas perikanan di Kab. Blitar
Meningkatnya produktivitas perikanan di Kab. Blitar
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 75
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 1514. Peningkatan pola
pembudidayaan dengan kemitraan usaha seperti pengembangan Anti Proverty Program (APP)
2 Pertambangan dan Penggalian
Pengembangan dan Pemanfaatan potensi produk unggulan sumberdaya mineral, penggalian dan pertambangan
1. Pemetaan potensi unggulan secara komprehensif
2. Pemanfataan potensi unggulan pertambangan dan penggalian berwawasan lingkunga
Tersedianya peta potensi unggulan yang dapat dimanfaatkan dengan bijak dan berwawasan lingkungan
Meningkatnya jumlah pertambangan dan penggalian unggulan di berbagai daerah
Dinas Pertambangan dan energi
Pembangunan pertambangan dan penggalian, meningkatkan efisiensi produksi
Peningkatan efisiensi produksi dengan mengeksplorasi sumur – sumur yang baru sesuai dengan kepentingan daerah
Terciptanya efisiensi produksi dengan mengeksplorasi sumur baru sesuai dengan kebutuhan daerah
Meningkatkannya kapasitas produksi minyak dan hasil tambang lainnya
Peningkatan usaha pertambangan rakyat dengan memberikan bantun teknis
Pemberian bantun teknis kepada usaha kecil menegah (UKM) di sektor sumberdaya mineral pertambangan dan penggalian sebagai bagian dari pertambangan rakyat.
Terwujudnya UKM yang memiliki kemampuan teknis dalam pertambangan rakyat
Meningkatnya kemampuan UKM dalam mengelola pertambangan rakyat
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 76
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15kepada usaha kecil menegah (UKM) di sektor sumberdaya mineral pertambangan dan penggalian.Membangun sistem informasi yang mudah diakses oleh pelaku usaha sektor sumberdaya pertambangan dan penggalian secara cepat, tepat, dan akurat.
Penyediaan informasi pertambangan dan penggalian yang aksesibel dan akurat serta online.
Tersedianya informasi yang mudah diakses oleh pelaku usaha sektor sumberdaya pertambangan dan penggalian secara cepat, tepat, dan akurat.
Meningkatnya jumlah investor untuk berinvestasi di sektor pertambangan dan penggalian
Pengandalian, pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian
Peningkatan Pengandalian, pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian
Terciptanya sistem pengendalian pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian
Meningkatnya pengendalian pengawasan, dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan dan penggalian
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 77
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 153 Industri
PengolahanPeningkatan industri berbasis bahan lokal dan alternatif penyediaan bahan tersebut dari dalam negeri
Penggiatan kesadaran kepada dunia usaha untuk menggunakan bahan baku lokal
Terwujudnya suatu produksi barang berbahan lokal
Meningkatnya produksi barang berbahan lokal
Dinas Perindustrian Dinas Kopersai dan UMKM
Peningkatan fasilitas kredit bagi UKM melalui model kemitraan dan penjaminan dari pemerintah
Fasiilitasi dan penjamin kredit bagi UKM dengan model kemitraan
Terwujudnya fasiilitasi dan penjamin kredit bagi UKM dengan model kemitraan
Meningkatnya jumlah UKM yang mendapat fasilitas dan penjaminan kredit
Peningkatan kemitraan usaha UKM dengan usaha besar dalam hal pemasaran, dan melaksanakan promosi produk didalam dan luar negeri malului pameran atau
3. Peningkatan kemitraan usaha UKM dengan usaha besar
4. Fasilitasi eksibisi/pameran produk di dalam maupun luar negeri
Terwujudnya UKM yang kuat dan tangguh dengan model kemitraan
Meningkatnya produk yang berhasil di pasarkan dan di jual oleh UKM
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 78
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15eksibisi yang difasilitasi oleh pemerintahPenyederhanaan perijinan dan jaminan pemerintah untuk peningkatan iklim industri yang kondusif seperti faktor perburuhan, gaji dan lain sebagainya
Peningkatan iklim industri yang kondusif melalui penyederhaan ijin dan jaminan pemerintah
Terciptanya iklim yang kondusif bagi pengembangan industri
Meningkatnya jumlah industri dalam perekonomian
Penyederhanaan prosedur dan pembiayaan untuk HKI serta peningkatan kesadaran pelaku usaha untuk menerapkan standarisasi produknya
1. Peningkatan standarisasi produk
2. Penyederhanaan prosedur dan pembiayaan untuk HKI
Terwujudnya kesadaran pelaku usaha untuk menstandarisasi produknya dan mendaptarkannya di HKI
Meningkatnya jumlah produk yang terstandar dan berlabel HKI
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 79
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15Sinkronisasi kebijakan dan strategi yang sejalan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di bidang industri
Peningkatan dan sinkronisasi kebijakan antar level pemerintahan dalam dunia industri
Terwujudnya kebijakan yang harmonis antar level pemerintahan dalam bidang industri
Meningkatnya iklim kondusif bagi industri dikarenakan adanya dukungan kebijakan dari pemerintah di berbagai level
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
Pengembangan dan pemerataan sumber energi (pengembangan desa mandiri energi, pengembangan dan pemanfaatan sumber energi baru terbaharukan)
Pengembangan desa mandiri energi
Terwujudnya desa mandiri energi
Meningkatnya jumlah desa mandiri energi
PDAMDinas PU
Pengembangan infrastruktur jaringan dan
Pembanguann jaringan infrastruktur seperti pembangkit listrik dengan menggunakan
Terwujudnya pembangkit listrik bersumber energi
Bertambahnya jumlah pembangkit listrik bersumber energi
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 80
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15penyediaan pembangkit listrik menggunakan sumber energi alternatif
sumber energi alternatif alternatif alternatif
Pengembangan dan peningkatan kinerja pengelolaan kelistrikan gas dan air bersih
Peningkatan efisiensi pengelolaan kelistrikan, gas, dan air bersih
Terwujudnya pengelolaan yang efisien dalam kelistrikan, gas dan air bersih
Meningkatnya efisiensi pengelolaan kelistrikan, gas dan air bersih
Pengoptimalan penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik industri, masyarakat pedesaan dan rumah tangga
Penyediaan listrik yang optimal bagi industri, rumah tangga dan masyarakat pedesaan
Terwujudnya berbagai infrastruktur listrik untuk pengadaan listrik bagi dunia industri, rumah tangga dan masyarakat pedesaan
Bertambahnya kapasistas listrik bagi dunia industri, rumah tangga, dan masyarakat pedesaan
Pembinaan pengelolaan air tanah (inventarisasi potensi air
Penginventarisirani potensi air tanah, pemberdayaan, penggalian, dan pengawasan pemanfaatan air tanah
Tersedianya potensi air tanah, dan terlaksananya pemberdayaan penggalian, dan
Meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk memanfaatkan air
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 81
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15tanah, pemberdayaan, penggalian, dan pengawasan pemanfaatan air tanah)
pengawasan pemanfaatan air tanah
tanah secara bijak
5 Konstruksi
Peningkatan dan pembangunan infrastruktur perdesaan
Pembangunan infrastruktur pedesaan yang lebih merata
Tersedianya infrastruktur pedesaan yang lebih merata
Meningkatnya jumlah infrastruktur dasar di pedesaan
Dinas Bina marga dan PU
Penyempurnaan dan revisi masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan
Penyempurnaan masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan
Meningkatnya masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan
Meningkatnya kesadaran pemerintah untuk membuat/merevisi masterplan tata ruang dan wilayah agar berwawasan lingkungan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Peningkatan dan penguatan kapasitas kelembagaan
Peningkatan promosi daerah untuk meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri
Terciptanya peningkatan dan penguatan kelembagaan promosi
Meningkatnya jumlah produk yang dikenal dan dijual di dalam maupun luar negeri
DisperindagDinas Koperasi dan UMKM
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 82
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15promosi daerah sesuai kebutuhanReformulasi pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan serta memberikan kemudahan dalam perijinan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk perijinan, lokasi usaha, serta perlindungan usaha dari pungutan liar.
Pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan
Terciptanya usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan
Meningkatnya kuantitas dan kualitas usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 83
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15Peningkatan dan pengembangan daya tarik wisata unggulan dengan melibatkan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, untuk membuka lapangan kerja, dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pengembangan daya tarik wisata unggulan secara terpadu dan komprehensif
Terwujudnya daya tarik wisata unggulan secara terpadu dan komprehensif
Meningkatnya jumlah objek wisata unggulan
Peningkatan investasi di sektor industri pariwisata,melalui penyederhanaan perijinan, dan insentif perpajakan, dan
Peningkatan investasi di sektor kepariwisataan dengan berbagai kemudahannya
Terwujudnya peningkatan investasi sektor industri pariwisata
Meningkatnya jumlah wisata diberbagai daerah
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 84
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15kemudahan lainnya bagi investor.Pengembangan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata daerah dengan melibatkan biro/agen travel parawisata.
Peningkatan peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif
Terwujudnya peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung diberbagai obejk wisata
Pengembangan paket-paket wisata yang kompetitif di masing-masing destinasi pariwisata daerah dengan melibatkan biro/agen travel parawisata.
Peningkatan peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif
Terwujudnya peran serta masyarakat, biro/egen travel untuk mengembangkan paket wisata terpadu dan kompetitif
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung diberbagai obejk wisata
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 85
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 157 Pengangkut
an dan Komunikasi
Pengembangan, Pemerataan dan Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa dalam mendukung pengembangan ekonomi desa
Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa dalam mendukung pengembangan ekonomi desa
Tersedianya Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa dalam mendukung pengembangan ekonomi desa
Meningkatnya jumlah Sarana dan Prasarana transportasi serta telekomunikasi di berbagai daerah/desa
Dinas PerhubunganDinas Bina Marga
Pengkajian dan penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi
Peningkatan penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi
Tersedianya hasil penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi yang dapat digunakan dalam pengemabilan kebijakan
Meningkatnya jumlah penelitian bidang transportasi, komunikasi dan informasi dengan melibatkan research center dan perguruan tinggi
Pemberdayaan pembelajaran dan pelatihan Terwujudnya Meningkatnya jumlah
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 86
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15masyarakat melalui pembelajaran dan pelatihan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat
masyarakat melek teknologi dan informasi
masyarakat melek teknologi dan informasi
8 Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pengembangan lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa-desa strategis untuk memudahkan akses permodalan khususnya bagi petani/nelayan dan usaha mikro dan kecil
Peningkatan akses permodalan bagi petani/nelayan dan usaha mikro dan kecil melalui lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa
Terbentuknya lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa
Meningkatnya jumlah lembaga keuangan mikro di tingkat kecamatan atau desa
Pengembangan Peningkatan akses modal/kredit Terwujudnya lembaga Meningkatnya jumlah
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 87
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15kredit usaha rakyat bagi penduduk miskin, dan pembentukan lembaga keuangan mikro untuk melayani kebutuhan modal usaha orang miskin dengan pinjaman lunak
bagi penduduk miskinkeuangan mikro untuk memberikan kredit bagi penduduk miskin
penduduk miskin yang memperoleh modal
Pengembangan dan peningkatan sektor persewaan dan jasa perusahaan di daerah yang potensial melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi
Peningkatan kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan
Terwujudnya kerjasama yang terpadu dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan
Meningkatnya konstribusi sektor persewaan dan jasa perusahaan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 88
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15lainnyaPengembangan dan peningkatan sektor persewaan dan jasa perusahaan di daerah yang potensial melalui kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya
Peningkatan kerjasama dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan
Terwujudnya kerjasama yang terpadu dengan berbagai perusahaan dan organisasi lainnya dalam meningkatkan sektor persewaan dan jasa perusahaan
Meningkatnya konstribusi sektor persewaan dan jasa perusahaan
9 Jasa-jasa Pengoptimalan jasa hiburan dan kebudayaan dengan inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif
Peningkatan inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif untuk meningkatkan jasa hiburan dan kebudayaan
Terciptanya inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif untuk meningkatkan jasa hiburan dan kebudayaan
Meningkatnya inovasi hiburan dan kebudayaan atraktif dan kreatif oleh masyarakat
Pengembangan kelembagaan
Peningkatan layanan lembaga penyedia jasa pengembangan
Tersedianya lembaga penyedia jasa
Meningkatnya jumlah lembaga penyedia
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 89
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15ekonomi dan jangkauan layanan lembaga penyedia jasa pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal
usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal
pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal
jasa pengembangan usaha untuk memperkuat pengembangan ekonomi lokal
Peningkatan peran institusi pendidikan termasuk perguruan tinggi untuk menyelenggarakan program vokasi
Penyelenggaraan program vokasi untuk meningkatkan skill masyarakat
Terwujudnya program vokasi untuk meningkatkan skill masyarakat
Meningkatnya program vokasi untuk meningkatkan skill masyarakat
Peningkatan peran serta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan
Penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas pelayanannya bagi peningkatan peran serta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan teknologi,
Terwujudnya sistem insentif , kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas pelayanannya bagi peningkatan peran serta dunia
Bertambahnya peran dunia usaha dan masyarakat sebagai penyedia jasa layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 90
No Sektor Kebijakan Strategis Kegiatan/ Program Prioritas Sasaran Indikator
Time Schedule SKPD Penanggung
Jawab11 12 13 14 15teknologi, manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha melalui penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas pelayanannya
manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha
usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha
dan konsultan usaha
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016 VII - 91
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi kabupaten Blitar 2011 – 2016
VII - 92